Anda di halaman 1dari 11

BAB I

(Pendahuluan)

A. Latar Belakang
Tor-tor sombah merupakan tarian Simalungun yang berfungsi sebagai tari
upacara, yang digunakan untuk menyambut para raja pada jaman dahulu dan
menyambut para tamu yang diagungkan pada jaman sekarang. Selain itu tor-tor
sombah juga dapat ditarikan pada saat pesta adat Simalungun untuk menyambut
tondong Pihak pemberi anak gadis dalam Sistem kekerabatan Adat Simalungun Tor-
tor sombah awalnya tidak memiliki gerak yang tetap hanya memiliki gerak sombah,
maka pada tahun 1953 Tuan Taralamsyah Saragih menciptakan gerak-gerak tor-tor
sombah agar terlihat lebih menarik dan mudah untuk ditarikan serta dapat memiliki
gerak-gerak yang tetap. Kemudian tor-tor sombah kembali ditarikan pada pesta
rondang bittang yang ditangani oleh pemerintah pada tahun 1981 di Kecamatan
Purba, yang kemudian menjadi agenda pariwisata tiap tahunnya. Tarian merupakan
persembahan yang indah dari seorang penari untuk memukau bagi siapa saja yang
melihatnya.sebuah tarian pada awalnya merupakan pengukupan rasa syukur
manusia kepada Tuhan yang direalisasikan melalui ritual keagamaan. Tuhan
menghidupkan alam semesta beserta isinya ditandai karena dengan adanya
gerak.tanpa gerak berarti mati.namun,gerak itu harus teratur dan berirama,agar
tetap berlangsung kehidupan itu sendiri. Keunikan dan kesakralan yang dimiliki oleh
Tor-tor sombah telah mengantarkan nya sebagai salah satu tarian yang melegenda
dari Simalungun.

B. Rumusan Masalah
A. Bagaimana Sejarah Tor-tor Sombah?
B. Apa Makna Tor – Tor Sombah?
C. Apa Saja Gerakan Tor – Tor Sombah ?
D. Bagaimana Perkembangan Tor – Tor Sombah?
E. Apa Saja Busana Yang Dikenakan Dalam Tor – Tor Sombah?

C. Tujuan
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan transmisi Tor-tor
Sombah, bagaimana Tor-tor Sombah dialihgenerasikan kepada masyarakat
Simalungun Provinsi Sumatera Utara, serta menunjukkan cara pelatih tari
mengalihgenerasikan Tor-tor Sombah dalam proses transmisi. Manfaat
penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoretis
maupun secara praktis.

1
BAB II
(ISI)
A. Sejarah Tor-Tor Sombah
Tor-tor sombah atau tarian sembah adalah sebuah jenis tarian Simalungun,
yang dimana ditujukan masyarakat Simalungun untuk menyembah atau pun
menghormati raja. Namun, menurut Lina br.Damanik bahwa raja-raja Simalugun
pada era colonial menyambut para pejabat eropa yang berkunjung ke suatu daerah
kerajaan disambut yang diiringi dengan Tor-tor sombah. Hal ini dikarenakan, saat itu
masyarakat Simalungun mengenal sistem organisasi sosiopolitik yang bersifat
monarchis, dimana pada saat itu masyarakat Simalungun memiliki kerajaan.
Masyarakat Simalungun di kenal sangat hormat kepada rajanya, bagi mereka raja
sebagai pusat orientasi,sumber berkat etika,norma dan nilai kehidupan sehari-
hari.Maka,melalui kebiasaan masyarakat tersebut lahirlah tarian yang disebut
dengan tarian sembah atau Tor-tor sombah. Tarian ini ditujukan kepada golongan
raja yang memiliki strata tertinggi dalam susunan masyarakat Simalungun.
Akan tetapi seorang seniman musik dan tari simalungun membentuk kreasi
Tor-tor sombah yang dikenal pada saat itu sehingga Tor-tor sombah dapat ditarik
kembalipadasaat upacara-upacara adat, seperti perkawinan, kematian, Rondang
bittang (suka cita di bulan purnama), Pariama (Suka cita di waktu panen) dan
Marsombuh sihol (suka cita melepas rindu). Hal ini di tandain dengan adanya
legitimasi kehormatan rakyat terhadap Raja.namun, setelah tahun 1953 menjadi
legitimasi hubungan sosial dan tor-tor sombah menjadi penghormatan kepada tamu-
tamu yg istimewah diwilayah simalungun, misal nya pemerintah, politisi,
birokrat,partuha(cerdik pandai).

B. Makna Tor-Tor Sombah


Ciri khas dari tortor sombah ialah gerakan yang menyembah. Menyembah
merupakan komunikasi simbolik yang berupa penghormatan kepada yang di
agungkan. Posisi menyembah merupakan penghormatan awal yang ditujukan
kepada tuhan, raja, tondong, maujana, ataupun sesama manusia yaitu tokoh-tokoh
yang dianggap memiliki pengaruh bagi kemajuan adat-istiadat di Simalungun. Bagi
masyarakat simalungun tortor sombah merupakan simbol perkenalan tokoh
masyarakat simalungun kepada mereka yang dihormati untuk membawa kemajuan
bagi etnik nya. Namun, bagi tatanan adat tortor sombah merupakan lambang untuk
menguatkan hubungan hubungan relasi sosial maupun bermasyarakat. Penyerahan
diri total yang ditujukan dalam tortor sombah merupakan cara masyarakat
Simalungun menyembah naibatanya yang mengendalikan hidup mereka. Hal ini
dikarenakan dengan simbol menyembah yang seolah-olah mencium tanah
menunjukkan bagaimana masyarakt simlaungun mengekspresikan dirinya terhadap
sesembahannya. Tortor sombah merupakan simbol masyarakat simalungun sebagai
bentuk penghormatan kepada sesama manusia, alam, dan pencipta alam semesta.
Sesuai dengan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa gerakan
menyembah memiliki makna simbolis sebagai bentuk penghotmatan kepada
sesame manusia dan kepada sang pencipta. Gerakan menyembah merupakan

2
lambing keikhlasan serta ketulusan hati yang menjungjung tinggi sistem
kekerabatan. Selain itu gerakan menyembah juga merupakan simbol menolak bala
dan memohon perlindungan tuhan.

C. Gerakan Tor-Tor Sombah


Sejak dahulu, Tor-tor sombah tidak memiliki gerakan yang tetap, namun
hanya ditandai dengan gerakan sombah saja. Akan tetapi seorang maestro
Simalungun menciptakan kreasinya maka gerakan pada tortor sombah menjadi lebih
menarik dan memiliki gerakan yang tetap. Sehingga tortor sombah menjadi tortor
yang wajib dalam menyambut tamu istimewa. Tor-tor sombah tidak akan lengkap
tanpa iringan ensamble musik gondrang simalungun, yang terdiri dari gondang
sipitu-pitu, gong, mongmongan, dan sarunei. Gerakan tor tor sombah harus sesuai
dengan irama pada musik. Gerakan yang di tujukan pada tor-tor sombah baik laki-
laki maupun perempuan mencerminkan gerak tubuh orang Simalungun yaitu lakkah
sitolu-tolu, Ondok, Eol, Unjei, Unduk, Serser
1. Lakkah sitolu-tolu
Merupakan gerakan perpindahan kaki penari laki-laki yang dilakukan dengan cara
mengangkat sebelah kaki,sementaraa kaki lainnya diam ditempat.
2. Ondok
Gerakan tubuh yang terbentuk pada saat memindahkan kaki dan mengerakkan
tangan. Ondok merupakan gerak badan yang bersifat turun.
3. Eol
Gerakan pinggang seperti seperti melingkar atau ke kiri dan kekanan sesuai dengan
gual yang mengikutinya.
4. Unjei
Gerakan tangan yang terbentuk pada saat kedua tangan ditarik dari bawah maupun
dari samping dagu sejajar dengan telinga dimana telapak tangan berputar 360
derajat.
5. Unduk
Gerakan kepala yang mengunduk karena mata cenderung melihat kebawah atau
kesamping.
6. Serser
Gerakan perpindahan kaki perempuan dengan cara menggeser. Sudut sudut yang
dibentuk kedua kaki adalah 25 samapi 30 derajat.

3
D. Perkembangan Tor-Tor Sombah
Tor-tor sombah sejak tahun 1997 telah banyak mengalami perkembangan.
Tortor sombah yang dahulunya lebih berfungsi sebagai tarian upacara
penghormatan kepada raja, menjadi tarian yang lebih berfungsi sebagai
penghormatan kepada tamu dan juga tortor sombah lebih banyak ditarikkan pada
event-event budaya, seperti rondang bittang, marsombuh sihol, pariama,
marhajabuan, dan kematian. Perkembangan lainnya juga terlihat dari tempat biasa
tortor sombah ditampilkan. Tortor sombah dahulunya sering pentaskan dilapangan,
kemudian lebih sering ditampilkan di panggung pertunjukan. Selain itu dalam hal ini
penari mengalami perkembangan, yang dahulu nya sering di tarikkan secara tunggal
menjadi berpasangan, lalu menjadi berkelompok. Tidak hanya itu pola lantal juga
mengalami perkembangan sesuai dengan jumlah penari nya. Begitu juga dalam hal
busana juga menglami perkembangan. Dahulu nya para penari tortor sombah dalam
penampilannya sering menggunakan baju tradisional Simalungun, namun sekarang
sudah menggunakan busana Simalungun yang dimodifikasi ataupun modern.

E. Busana Yang Dikenakan Di Tor-Tor Sombah


Pada masa dahulu tortor Sombah Panisumbah merupakan
pertunjukan yang bersifat ritual atau magis, namun saat ini sudah berubah menjadi
pertunjukan hiburan biasa. Tari ini ditarikan oleh pria dengan gerakkan yang
memiliki kesinambungan antara gerak tempo dan musik, dimana pada gerakkan
memiliki dinamika yang sama dengan musik, mulai dari gerakkan yang lambat
hingga gerakkan yang cepat dan memberikan tenaga yang beraturan. Busana yang
dipakai oleh penari adalah busana adat Simalungun yaitu baju hitam panjang,
celana hitam panjang, kain hiou, dan topi gotong. Adapun musik pengiringnya
adalah haro-haro, gual parahot rambing-rambing, gual batara guruh simbolon.
Alat musik tortor Sombah Panisumbah yaitu gondrang, ogung, sarunei. Tidak ada
pola lantai yang khusus di dalam tarian ini, tergantung kebutuhan pertunjukan.

4
Hasil Wawancara : Oppung Lina Damanik

Yang bertanya :
1. Zilva
Apa makna tor-tor sombah, menurut oppung?
Jawab : Tor-tor sombah menurut saya adalah tarian untuk menyambut raja
tor-tor sombah juga dapat di artikan untuk menyambut bangsawan.
2. Hans
Bagaimana sejarah tor-tor sombah ini ada?
Jawab : Sejarah nya tor-tor sombah itu awalnya orang Simalungun
menyembah Tuhannya, berkembanglah dan masuk kedalam kerajaan
tor-tor sombah 120 derajat. Jadi sekarang tor-tor sombah dilakukan untuk
menyambut tamu atau acara simalungun.
3. Lesli
Siapa yang pertama membuat tor-tor sombah ini?
Jawab : Sepengetahuan saya, tor-tor ini sudah termasuk tor-tor rakyat dan
tidak ada yang menciptakan tor-tor sombah ini karena ini digunakan disetiap
kerajaan
4. Endah
Apakah makna gerakan perempuan laki-laki itu berbeda?
Jawab : Perempuan menjaga diri dan laki – laki menjaga perempuan
5. Tiara
Apakah ada perbedaan gerakan tor-tor sombah yang dulu dengan yang
sekarang?
Jawab : Seiring berjalannya waktu tentu saja gerakannya berubah atau lebih
maju lagi, seperti dulunya ada gerakan Mambuat Bittang, dan tor-tor sombah
sekarang jarang memiliki gerakan tersebut.
6. Cia
Apa fungsi gerakan manerser menurut oppung?
Jawab : Untuk mengajak sesama untuk manortor bersama.
7. Nadia
Apa makna gerakan sombah dan sombah bawah?
Jawab : Gerakan sombah : mengartikan ini lah sombah kami kepada raja
kami sombah sujud kami kepada raja atau meminta permohonan
Sombah bawah : Sombah lah atau sujud lah kepada yang di atas, tengah dan
dibawah tidak hanya kepada raja.
8. Johannes
Apa busana yang digunakan untuk laki-laki dan perempuan saat tor-tor
sombah?
Jawab : Laki-Laki : Baju Polang/Baju dihar (Baju hitam-hitam) dan panortor
seperti biasa
Perempuan : Marsuri-suri bagei, marbulang (Seperti Panortor Biasa).

5
BAB III
(Penutup)

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang Tor-tor Sombah dapat diambil
kesimpulan tentang bagaimana cara untuk melakukan transmisi yaitu dengan cara
melibatkan berbagai lembaga budaya yang ada, dari pemerintahan, masyarakat,
institusi, lingkungan keluarga, lembaga pendidikan sekolah, gereja,dan juga media
masa sebagai lembaga atau seseorang penyalur informasi seperti sanggarsanggar
tari. Dengan penelitian ini juga dapat mengetahui respons masyarakat yang sudah
mulai sadar untuk melestarikan Tor-tor Sombah dengan banyaknya peminat yang
ingin belajar kesanggar-sanggar tari tradisional, permintaan pemerintah untuk
menyajikan tarian tersebut, kesadaran pemerintah telah menetapkan Tor-tor
Sombah sebagai warisan tak benda serta banyak masyarakat yang masih
menggunakan tarianini sebagai aktivitas seperti pernikahan, penyambutan, serta
kegiatan-kegiatan yang mengharuskan adanya pihak yang dihormati.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka ada beberapa saran yang peneliti ajukan
yaitu:
1. Dengan dilakukannya penelitian ini, peneliti berharap kepada pemerintah daerah
simalungun agar selalu memberikan perhatian khususnya pada tari tradisional lain
agar musik dan tarian yang dimiliki oleh masyarakat Simalungun dalam
penyajiannya dapat diangkat kepermukaan agar tetap menjadi seni budaya yang
tetap dijunjung tinggi.
2. Kepada para seniman Simalungun agar menjaga dan melestarikan kebudayaan
Simalungun serta menjaga alat-alat musik tradisional yang hampir punah.
3. Kepada generasi muda masyarakat Simalungun untuk tetap mempertahankan
nilai-nilai budaya dan warisan leluhur yang patut kita bina dan kita lestarikan.

6
DAFTAR PUSTAKA

Hadi, Y. Sumandiyo. (2012). Bentuk Teknik Isi. Yogyakarta: Cipta Media Jones, Kim
(2015). “AmericanModernism: Reimagining Martha Graham's Lost Imperial Gesture”.
(1935). Dance Research Journal, 47(3) Karreman, Laura. (2015).Repeating Rosas
Danst Rosas, on the Transmission of Dance Knowledge Performance Research,
20:5, 98-107. Koentjaraningrat. (1990), Beberapa Pokok Antropologi Sosial, Penerbit
Dian Rakyat, Jakarta. Koentjaraningrat.(2004). Manusia dan Kebudayaan di
Indonesia. Jakarta: Djambatan. Koentjaraningrat.(2007). Sejarah Teori Antropologi
II.Jakarta: UIPress. Koentjaraningrat. (2009). Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta:
UI-Press. Kuntowijoyo. (2006). Budaya dan Masyarakat. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Launay, Isabelle. (2012). “Citational Poetics in Dance: of a Faun (Fragments) by the
Albrecht Knust Quartet, Before and After 2000”. Dance Research Journal, 44(2)
Liyansyah, Muhammad. (2011). RONDANG BINTANG Wisata Etnografi Tahunan
Simalungun. Aceh: BPSNT Banda Aceh Martono, Hendro. 2015. Ruang Pertunjukan
dan Berkesenian. Yogyakarta: Cipta Media

7
Laki-Laki :
Gotong

Penutup kepala  pria simalungun dinamakan  gotong yakni penutup kepala yang
berbentuk seperti kerucut, biasanya gotong dipergunakan dalam acara pesta dan
acara resmi lainnya yang bernuansa budaya Simalungun.
Suri – Suri

Ulos suri-suri memberikan arti bagi yang memakainya, yaitu semoga Tuhan
memberikan kebahagiaan. Kain ulos ini adalah kain Ulos khas dari Simalungun. Kain
ini mempunyai derajat yang tinggi dari kain Ulos yang lainnya, karena kain Ulos ini
termasuk dalam kelompok Ulos Ragidup yang sangat sulit dalam pembuatannya.
Ulos ini terdiri atas tiga bagian, yaitu dua sisi yang ditenun sekaligus dan satu bagian
tengah yang ditenun tersendiri dengan sangat rumit.
Ragi Pane

Hiou Ragi Panei adalah Sehelai kain yang ditenun dari benang kapas (katun) dengan
warna dasar hitam. Pada bagian tengah kain dikombinasikan dengan lungsi warna biru
serta pada kedua ujung diberi pakan tambahan warna putih, merah, kuning, hijau, orange
motif garis-garis (geometris).

8
Perempuan :
Bulang

BULANG SIMALUNGUN adalah penutup kepala sebagai satu kesatuan pakaian adat


untuk perempuan Simalungun yang telah menikah. Bulang sampai saat ini masih dipakai
saat upacara adat atau acara lain yang menunjukkan identitas Simalungun. Hanya segelintir
orang saja yang terampil mengikatkannya di kepala.
Suri – Suri Perempuan

Kain ulos suri-suri khas Simalungun biasa digunakan kaum wanita sebagai kain sarung.
Kain ulos ini memiliki ragam warna dasar, pada umumnya kebanyakan menggunakan warna
hijau, kuning, biru, merah jambu, merah darah.
Hati Rongga

Hatirongga merupakan hasil tenunan Simalungun yang dipakai sebagai


penutup badan, yang mengandung makna/arti supaya tetap sehat jasmani
dan rohani.

9
Penjelasan :
Pakaian yang digunakan untuk tor-tor sombah

10
11

Anda mungkin juga menyukai