Anda di halaman 1dari 24

JARINGAN FIBER OPTIC : SONET/SDH

Disusun oleh:
Nama : Feni Trisnawati Saragih
Kelas : XI TKJ
Mapel : WAN
Guru : Ibu Gracia Purba
Sumber : https://www.academia.edu/5777804/MAKALAH_SONET_SDH

SMK SWASTA GKPS 1 PEMATANG RAYA


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……………………………………………………………………2

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………....3

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………..4

BAB III PENUTUP…………………………………………………………….23

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
SONET/SDH menggunakan teknologi transfer data yang dinamakan
Synchronous Transfer Mode (STM). Pada umumnya, SONET/SDH dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa kelas tergantung dari berapa jumlah
Synchronous Transport Signal (STS) yang dipasang, semakin banyak STS
yang dipasang maka semakin cepat data rate akan berjalan. Pada Jurnal ini
akan dibahas mengenai penjelasan mengenai SONET/SDH diantaranya,
sejarah, cara kerja, frame yang dipakai oleh SONET/SDH, overhead dan
pengaman, topologi jaringan ring SONET, serta contoh pemakaian
SONET/SDH di Indonesia.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
1. Mengetahui tentang seluk beluk dari jaringan serat optik:
Sonet/SDH
2. Mengetahui perkembangan Sonet/SDH di Indonesia
C. BATASAN MASALAH
1. Struktur jaringan Sonet/SDH
2. Topologi jaringan Sonet/SDH
3. Impelementasi jaringan Sonet/SDH

3
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 JARINGAN FIBER OPTIC : SONET / SDH

Dengan diperkenalkannya teknologi PCM sekitar tahun 1960, teknologi


telekomunikasi mulai beralih ke digital. Untuk mencukupi kebutuhan akan
bandwidth yang semakin meningkat maka dikembangkan SONET sekitar tahun
1980 yang mengatasi kelemahan-kelemahan dari DSn. Berikut keuntungan-
keuntungan dari SONET:

1. High transmission rates


Transmissin rate hingga 40 Gb/s dapat dicapai dengan teknologi SONET modern.

2.Simplified add and drop function Channel

dengan bit rate yang rendah dapat diekstrak lalu dimasukkan ke bit-streams yang
bekecepatan tinggi di SONET tanpa perlu tambahan multiplexer dan
demultiplexer.

3. High availbility and capacity matching

Dengan SONET network providers dapat dengan cepat mengontrol network para
customer sesuai dengan keinginan customer. Network provider menggunakan
network elements yang terstandardisasi.yang dapat dikontrol dari sentral
menggunakan Telecommunication Management Network (TMN) system.

4.Relibility
Jaringan SONET modern dibuat dengan automatic back-up circuit dan mekanisme
perbaikan yang berguna untuk mengatasi kegagalan sistem dan untuk memonitor

4
sistem. Sehingga tidak ada kegagalan dari sebuah netrwork element link yang
mengakibatkan seluruh network gagal.

5.Future-proff platform for new services

SONET dapat terhubung dengan berbagai platform dengan area yang luas seperti
POTS, ISDN, mobile radio, dan data communications (LAN, WAN, dan lain-
lainnya). SONET juga dapat mengatasi broadcasting video dan audio melalui
ATM.

SONET dikembangkan di Amerika Serikat melalui komite ANSI T1X1.5 pada


tahun 1985. Amerika serikat menginginkan data rate mendekati 50 Mbps,
sedangkan Eropa menginginkan data rate mendekati 150 Mbps. Hal ini
menghasilkan dua nama yang berbeda untuk nama yang sama yaitu SONET
(Synchronous Optical Network) dan SDH (Synchronous Digital Hierarchy).
SONET hanya digunakan di US, Canada, dan Jepang. Sedangkan SDH digunakan
dinegara-negara sisanya. SDH dibuat beberapa tahun setelah SONET Perbedaan
utama antara SONET/SDH adalah asynchronous bit rates yang harus dipetakan
(mapped) menjadi SONET/SDH.

1.2 JARINGAN SONET

Jaringan SONET merupakan jaringan yang linear.Node dari SONET disebut Add
Drop Multiplexers (ADM). Ada dua atau empat penghubung antara ADM yang
satu dengan yang lainnya., dengan sepasang penghubung sebagai pelindung dan
back-up, hal ini dapat dilihat di gambar 1.

5
Gambar 1. Node SONET

ADM adalah tempat di mana traffic dari data masuk dan keluar. Berikut tabel yang
berisi tingkatan kecepatan dari SONET:

Signal Designation Line Rate (Mbps)

SONET SDH Optical


STS-1 STM-0 OC-1 51.85
STS-3 STM-1 OC-3 155.52
STS-12 STM-4 OC-12 622.08
STS-48 STM-16 OC-18 2488.32
STS-192 STM-64 OC-192 9953.28

Tabel 1. Bandwidth SONET/SDH

1.3 SONET Frame Structure

Struktur dasar frame dari SONET adalah seperti yang digambarkan pada gambar 2.
SInyal ini disebut juga dengan Synchronous Transport Signal (STS). Frame
tersebut terdiri dari 9 baris yang masing-masing barisnya dapat mentransmit 90
bytes. Sehingga total dapat mentrnsmit sebesar 810 bytes. Proses mentransmit
dilakukan dari kir ke kanan, jadi dimulai dari byte pada baris kiri pojok atas
kemudian dilanjutkan baris disebelahnya pada baris yang sama, dan seterusnya

6
sampai 90 bytes pada baris pertama tersebut terkirim semua. Setelah itu
dilanjutkan pengiriman pada baris kedua dengan cara yang sama dan seterusnya
sampai baris yang kesembilan dikirim.

Hal yang perlu diperhatikan adalah bit yang ditransmit adalah MSB terlebih dahulu
baru kemudian LSB, seperti ilustrasi pada gambar 2.

Gambar 2. Frame STS-1

7
Bila kita menggunakan 3 buah STS-1 maka akan menjadi STS-3. Dalam STS-3
proses mentransmitnya dilakukan seperti STS-1. yang ditransmit pertama adalah
byte pertama dari STS-1 pertama yang disebut A1, kemudian lanjut byte A1 untuk
STS-1 yang kedua, kemudian byte A1 untuk STS-1 ketiga, dan seterusnya.
Sehingga mengakibatkan data ratenya menjadi 3 kali lipat[3]. Contoh dari frame
STS-3 adalah gambar 6. Berikut gambar yang menunjukan multiplexing yang
dilakukan di masa ini sesuai dengan pemetaan ATM dan ANSI recommendation
TI.105.

Gambar 3. Multiplexing SONET

1.4 STM (Synchronous Transfer Mode)

Transfer data untuk kebutuhan voice dan video transfer tidak bisa disamakan
dengan kebutuhan transfer data. Maka dari itu statitiscal multiplexing tidak dapat
digunakan untuk kasus transfer voice dan video, hal ini dikarenakan adanya delay.
TDM (Time Division Multiplexing) memanfaatkan adanya time slot, setiapjalur

8
yang masuk dimultipleks secara urut berdasarkan urutan waktunya sebesar time
slot. Pada sistem digital time slot merepresentasikan 64 kbps channel. Untuk
aplikasi yang membutuhkan bandwidth lebih dari 64 kbps, maka lebih dari satu
time slot dapat digunakan. Kapasitas dari sistem transmisi ditentukan oleh jumlah
pengguna dan ukuran dari time slot yang digunakan oleh setiap pengguna. Tipe
transmisi ini seringkali disebut Synchronous Transfer Mode (STM).

Gambar 5. Multiplexing STM

Gambar diatas menunjukan STM multiplexing. Empat pengguna menjalankan


berbagai aplikasi, dan keempat pengguna tersebut terhubung ke satu STM
multiplexer, karena setiap time slot dari setiap user dikirimkan secara urut dan
tetap dikirimkan walaupun tudak terisi, maka jika sebuah time slot beroperasi pada
bandwidth 64 kbps maka output harus memiliki bandwidth minimum sebesar 256
kbps. Ciri utama dari sistem ini adalah waktu menunjukan alamat penerima, karena
time slot dikirimkan secara urut.

Pada gambar diatas terdapat empat pengguna, pengguna pertama V yaitu voice
connection, pengguna kedua P1 yaitu data connection, pengguna ke tiga kosong,
dan pengguna ke-empat P2 data connection. Apabila STM multiplexer mengambil
satu time slot setiap 125 µs maka output membutuhkan bandwidth yang cukup
untuk membawa empat time slot setiap 125 µs walaupun ada time slot yang
kosong.

9
Sistem multiplexing seperti ini hanya digunakan pada situasi dimana tramsfer data
membutuhkan timing yang tepat seperti voice dan circuit emulation services. Pada
situasi seperti ini kedua alat pengguna harus mengirim dan menerima data pada
interval waktu yang konsatan, sehingga kedua alat menggunakan clock rate yang
hampir sama.

1.5 Overhead SONET

Overhead SONET terletak pada 3 bit awal dari setiap frame untuk STS-1
Sedangkan pada tingkatan yang lebih tinggi dari STS-1 maka urutan overheadnya
akan dibuat secara interleaved (urut secara bergiliran) seperti pada gambar 3 yang
merupakan overhead dari STS-3.

Gambar 6.Frame STS-3

Berikut fungsi masing-masing overhead:

Overhead byte Function


A1, A2 Frame Alignment
B1, B2 Quality monitoring, parity bytes
D1 to D3 QECC Network management

10
D4 to D12 QECC Network management
E1,E2 Voice connection
F1 Maintenance
J0 Trace identifier
K1, K2 Automatic Protection Switching (APS) control
S1 Clock quality indicator
M0 Transmission error acknowledgment

Tabel 2. Overhead SONET

Section Overhead

• A1, A2 merupakan bytes yang menunjukan start dari SONET frame. A1 byte
adalah 1111 0110 dan A2 byte adalah 0010 1000. Isi dari A1 dan A2 tetap sama
pada STS-1, STS-N ,dan SDH.

• J0 Section Trace merupakan bytes untuk mengirimkan 16 byte data yang berguna
untuk me-verifikasi koneksi antara kedua pihak. Setiap bytes dikirimkan secara
urut contohnya, byte pertama dibawa di frame pertama dan selanjutnya.

• Section BIP-8 (Bit Interleaved Parity) B1 berguna untuk mengindikasikan bit


error rate pada receiving terminal. Setiap bit dari bytes yang ada pada setiap frame
sebelumnya diambil dan di tetapkan dengan parity genap. Kemudian parity
dikalkulasi setelah dilakukan scrambling dan sebelum dilakukan scrambling. Parity
yang ada digunakan untuk menentukan Bit Error Rate (BER) dari frame
sebelumnya. Namun penggunaan B1 tidak efektif untuk frame yang besar, hal ini
dikarenakan B1 parity dihitung dari seluruh byte yang ada di seluruh frame tidak
peduli seberapa besar framenya.

11
• Orderwire E1 terletak pada STS-1 dari STS-N dan biasa disebut sebagai Local
OrderWire (LOW). Byte ini digunakkan sebagai voice channel antara dua teknisi,
ketika dilakukan ujucoba dan instalasi optical link. E1 memiliki bandwidth sebesar
E1.
• Section User Channel F1 terletak pada STS-1 dari STS-N dan digunakan oleh
network provider. Byte ini dikirimkan dari bagian ke bagian dalam jalur dan bisa
dibaca, dan write oleh setiap Section Terminating Equipment (STE) yang ada pada
jalur tersebut.

• Section Data Communication Channel D1, D2 dan D3 merupakan byte yang


membentuk communication channel dan hanya terletak pada STS-1 dari STS-N.
Ketiga byte ini dianggap menjadi satu 192 kb/s yang berguna sebagai message-
based channel untuk alarms, maintenance, control, monitoring, administering dan
komunikasi yang dibutuhkan antara STE. Channel ini berguna untuk internally
generated, externally generated dan supplier-specific messages.

Line Overhead

• Pointer H1 dan H2 dialokasikan ke sebuah pointer yang mengindikasikan offset


di dalam bytes yang berada diantara pointer dan byte pertama dari STE dan SPE.
• Pointer Action Byte H3 digunakan ketika adanya pembenaran frekuensi negatif.
Nilai dari H3 tidak didefinisikan ketika tidak ada pembenaran frekuensi negatif.
• Line BIP-8 B2 berfungsi sama seperti byte B1 dalam section overhead. Yang
berbeda adalah B2 dihitung dari Overhead dan Synchronous Payload Envelope
dari frame sebelumnya sebelum scrambling dan B2 diletakan pada frame yang
sekarang sebelum scrambling.

12
• Automatic Protection Switching (APS) Channel K1 dan K2 adalah byte yang
dikirimkan di jalur proteksi yang berfungsi untuk Automatic Protection Switching
(APS) signaling pada level entitas dari jalur. K1 dan K2 hanya terletak pada STS-1
dari STS-N. K1 dan K2 juga berfungsi sebagai indikator dari beberapa kegagalan,
alarm, dan lain-lainnya.

• Line Data Communication Channel D4-D12 membentuk sebuah communication


channel seperti halnya D1-D3 dengan kecepatan 573 kb/s yang berfungsi sebagai
message-based channel untuk alarms, maintenance, control, monitoring,
administering dan komunikasi yang dibutuhkan. D4-D12 hanya terletak pada STS-
1 dari STS-N.

• Synchronization Status S1 berfungsi untuk menyalurkan synchronization status


messages. S1 hanya terletak pada STS-1 dari STS-N. Pada saat ini hanya bit ke 5-8
dari S1 yang digunnakan untuk mengirimkan synchronization status messages.
Sedangkan bit ke 1-4 tidak digunakkan. Messages yang dikirimkan mengandung
clock quality labels yang memperbolehkan sebuah network element dari SONET
untuk melakukan rekonfigurasi ulang referensi sinkronisasi secara otomatis dan
menghindari timbulnya time loops secara bersamaan. Growth Z1, byte ini masih
belum didefinisikan.

• STS-N REI M1 terletak pada STS-1 ketiga dalam sebuah STS-N (N³ 3) dan
digunakan sebagai Line Remote Error Indication (REI-L). M1 berfungsi untuk
menyampaikan jumlah dari error yang ditemukan oleh byte Line BIP-8
B2.Perhitungan ini memiliki 8xN + 1 legal values, yang dinamakan 0 to 8N
errors.Untuk STS-N dengan kecepatan dibawah STS-48, nilai 255-(8xN) yang
tersisa dan masuk akal diinterpretasikan sebagai zero errors. Untuk STS-48 dan

13
STS-192 jika line BIP-8 mendeteksi jumlah error melebihi 255, maka jalur REI
akan menyampaikan bahwa jumlah error adalah 255.

• Growth Z2 sama seperti Z1 dan disiapkan untuk perkembangan yang ada di masa
depan.
• Orderwire E2 memiliki fungsi yang sama dengan E1 untuk section entities. E2
juga disebut Express OrderWire (EOW).

1.6 Topologi Jaringan SONET

Pada umunya SONET menggunakan topologi ring.Ring SONET lebih dikenal


sebagai self healing rings. Ring SONET menggunakan dua atau lebih jalur
transmisi antar node, dan dan node dari SONET biasanya berupa Digital Cross-
Connects (DCS) atau Add/Drop Multiplexers (ADM). Berikut tipe-tipe ring
SONET:

• Two Fiber Unidirectional

14
Gambar 7. Two Fiber Unidirectional

Two Fiber Undirectional merupakan topologi ring SONET yang paling mudah
diimplementasikan.Semua data dilewatkan jalur working ring, sedangkan standby
ring yang digunnakan sebagai pengaman menunggu. Jika ada kegagalan pada jalur
working ring maka kedua node yang aktif segera pindah ke jalur standby ring.

• Two Fiber Bidirectional

Gambar 8. Two Fiber Biidirectional

Pada topologi ini traffic data berjalan melalui kedua jalur, tetapi setiap jalur dibagi
menjadi dua yaitu setengah untuk jalur data dan setengah untuk proteksi. Hal ini
mengakibatkan kapasitas transfer data pada setiap jalur menjadi setengah. Jalur
proteksi digunakan sebagai jalur alternatif apabila terjadi kegagalan pada jalur
utama.

15
• Four Fiber Bidirectional

Gambar 9. Four Fiber Unidirectional

Four Fiber Unidirectional merupakan topologi terkuat dari ring SONET. Karena
topologi ini dapat mengatasi berbagai kegagalan.Setiap jalur active dan standby
diduplikasi di topologi ini. Topologi ini biasanya digunakkan oleh perusahaan yang
tidak menginginkan adanya kegagalan dalam jaringan.

1.7 Data Over SONET

Peningkatan data traffic membutuhkan teknologi untuk menyalurkan Ethernet atau


IP ke Physical Layer. Data Over SONET juga dapat disebut Ethernet over SONET
(EoS) dan Paket over SONET (POS). Untuk PoS ada dua langkah untuk
enkapsulasi:
1. Pertama, IP Packets dienkapsulasi dengan sebuah Point-to-Point Protocol (PPP).
2. Kedua, enkapsulasi ke frame yang mirip High-Data Layer Control.
Frame ethernet dipetakan ke dalam frame yang dipetakan secara GFP kemudian
16
dipetakan melalui rangkaian virtual ke dalam frame-frame SONET, hal ini dapat
dilihat di gambar 10.

Gambar 10. Data OverSONET

1.8 SONET/SDH Di Indonesia

SONET sudah digunakan pada berbagai macam bidang di Indonesia, sebagai


contohnya Telkomsel telah menggunakan teknologi STM-1 untuk meningkatkan
kapasitas jaringan Jawa-Makassar-Ambon-Papua dengan menggunakan transmisi
Satelit IDR (Intermediate Data Rate) mengingat tidak adanya link transmisi Fiber
Optic dan Terrestrial. Program peningkatan tersebut dilakukan pada Juli 2008
hingga April 2009. Satu STM-1 setara dengan 63 E1 atau 155 Mbps sedangkan

17
Telkomsel menambahkan STM-1 yang berjumlah 6 buah sehingga total
peningkatan kapasitas yang dilakukan adalah setara dengan 378 E1 atau 980 Mbps.

Contoh yang lainnya adalah, Nokia Siemens Network (NSN) yang menawarkan
sebuah solusi Dense Wavelength Division Multiplex (DWDM).Jaringan DWDM
memberikan bandwidth optik yang lebih besar daripada jaringan serat optik di
masa lalu.Serat fiber dibagi dalam kanal-kanal panjang gelombang, yang masing-
masing membawa aliran data sendiri-sendiri. Teknologi DWDM dapat diterapkan
pada berbagai area jaringan telekomunikasi contohnya LAN, Ethernet, dan
SONET/SDH.

Tidak terlepas dari contoh-contoh diatas biasanya sebuah internet service provider
biasanya menggunakan teknologi SONET/SDH pada jaringan transmisi data
mereka untuk memperkuat jaringannya sehingga pelanggannya tetap dapat
menikmati layanan yang terbaik.Hal ini seperti yang dilakukan oleh Telkomsel
contoh di atas. Selain Telkomsel, ada provider lain yang menyediakan layanan
Ethernet over SONET/SDH yaitu PT Kejora Gemilang Internusa.

Teknologi SONET/SDH yang berbasis pada fiber optik sangat besar peranannya
dalam sebuah jaringan.Teknologi SONET/SDH dapat diubah menjadi teknologi
DSLAM atau ADSL ataupun Ethernet sehingga teknologi SONET/SDH membuat
sebuah jaringan menjadi sangat efisien dan fleksibel. Pengubahan tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan alat yang dapat mensinkronkan frame dan
informasi antara SONET dan ADSL. Dan keuntungan yang lain tentu saja dengan
menggunakan SONET/SDH maka bandwidth yang dapat dipakai menjadi
meningkat dan jaringan menjadi lebih stabil dan kuat.

18
Untuk pengguna, SONET/SDH lebih banyak dipakai oleh internet service provider
dibandingkan oleh pelanggan.Hal ini dikarenakan bandwidth yang dibutuhkan
pelanggan masih belum setinggi bandwidth minimum dari SONET/SDH.Maka dari
itu teknologi SONET/SDH hanya dimanfaatkan oleh internet service provider yang
membutuhkan bandwidth besar seperti Telkomsel.

Selain itu SDH juga dipakai sebagai penghubung antara institusi-institusi dan
universitas-universitas Indonesia yang lebih dikenal sebagai Inherent DIKTI.Setiap
node (institusi dan universitas) terhubung menggunakan SDH dengan kecepatan
STM-1 155.52 Mbps.

1.9 Implementasi Jaringan Sonet/SDH

Synchronous Optical NETwork (SONET)

Gambar 11. Synchronous Optical NETwork (SONET)

19
Synchronous Optical NETwork (SONET) atau yang biasa disebut Jaringan Optik
Sinkron merupakan seperangkat standar yang mendefinisikan berbagai kecepatan
dan format untuk jaringan-jaringan optic sebagaimana diatur dalam ANSI nomor
T1.105, T1.106 dan T1.117 Hirarki Digiatal Sinkron (Synchronous Digital
Hierachy) (SDH) adalah sebuah standar yang berpadanan dengan SONET yang
didefinisikan oleh ITU-T dan digunakan secara umum di Eropa.

Keuntungan SONET (Synchronous Optical Networking) :

 Dapat memberikan fungsionalitas yang bagus baik pada jaringan kecil,


medium, maupun besar.
 Collector rings menyediakan interface ke seluruh aplikasi, termasuk local
office, PABX, access multiplexer, BTS, dan terminal ATM.
 Manejemen bandwith berfungsi untuk proses routing, dan manajemen
trafik.
 Jaringan backbone berfungsi menyediakan konektifitas untuk jaringan jarak
jauh.
 Memiliki fitur redudansi yang mirip dengan FDDI.

Salah Satu Contoh Implementasi SONET adalah Prinsip Kerja ATM.

20
Prinsip Kerja ATM

Asynchronous Transfer Mode (ATM)

Asynchronous Transfer Mode ( ATM) adalah nama sebuah jaringan khusus. ATM
merupakan sebuah teknologi lapisan 2, yang dapat digunakan oleh siapa saja,
namun sekaligus merupakan sebuah jaringan publik sebagaimana halnya Internet,
dengan sistem pengalamatan yang dikelola secara rapi, sehingga setiap perangkat
di dalam jaringan dapat memiliki sebuah identitas yang unik.

Cara kerja ATM  :

1. Pada ATM, informasi dikirim dalam blok data dengan panjang tetap yang
disebut sel. Sel merupakan unit dari switching dan transmisi.
2. Untuk mendukung layanan dengan rate yang beragam, maka pada selang
waktu tertentu dapat dikirimkan sel dengan jumlah sesuai dengan rate-nya.

21
3. Sebuah sel terdiri atas information field yang berisi informasi pemakai dan
sebuah header.
4. Informasi field dikirim dengan transparan oleh jaringan ATM dan tak ada
proses yang dikenakan padanya oleh jaringan.
5. Urutan sel dijaga oleh jaringan, dan sel diterima dengan urutan yang sama
seperti pada waktu kirim.
6. Header berisi label yang melambangkan informasi jaringan seperti
addressing dan routing.
7. Dikatakan merupakan kombinasi dari konsep circuit dan packet switching,
karena ATM memakai konsep connection oriented dan mengggunakan
konsep paket berupa sel.
8. Setiap hubungan mempunyai kapasitas transfer (bandwidth) yang
ditentukan sesuai dengan permintaan pemakai, asalkan kapasitas atau
resource-nya tersedia.
9. Dengan resource yang sama, jaringan mampu atau dapat membawa beban
yang lebih banyak karena jaringan mempunyai kemampuan statistical
multiplexing.

22
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

SONET/SDH memiliki banyak keunggulan, antara lain dengan topologi ring yang
dimilikinya SONET/SDH memiliki tingkat keamanan yang cukup bagus, selain itu
SONET/SDH juga masih dapat dikembangkan, hal ini dapat dilihat dari adanya
overhead yang belum terpakai. Namun dalam penggunaanya di Indonesia,
SONET/SDH masih jarang digunakkan untuk end user karena bandwidth yang
dibutuhkan oleh pelanggan pada umumnya masih belum sebesar bandwidth
minimum SONET/SDH.Dan diharapkan dengan berkembangnya jaman, SONET
dapat berkembang dan dapat memenuhi kebutuhan.

23
B. DAFTAR PUSTAKA

[1] JDSU, “Pocket Guide for Synchronous Optical Networks – Fundamentals and
SONET Testing”., 1 Juni 2011.

<http://www.jdsu.com/ProductLiterature/sonet_pg_opt_tm_ae.pdf&gt;

[2] K Surya Prakash, “SONET frame structure”. 27 Mei 2011.

<http://www.electrosofts.com/sonet/frame.html&gt;

[3] K Surya Prakash, “Transport Overhead”. 27 Mei 2011.

<http://www.electrosofts.com/sonet/transport_overhead.html&gt;

[4] Telkom Indonesia, “Telkomsel Hadirkan Broadband Network di Indonesia


Timur”. 1 Juni 2011.

<http://www.telkom.co.id/telkomsel/pojok-media/telkomsel-hadirkan-broadband-
network-di-indonesia-timur.html&gt;

24

Anda mungkin juga menyukai