Anda di halaman 1dari 48

BAB III

TEORI DASAR SENTRAL TELEPON DIGITAL

3.1 Sejarah Perkembangan Teknologi Sentral Telepon Digital

Telepon pertama kali diperkenalkan lebih dari satu abad yang lalu yaitu

pada tahun 1876. Pada awalnya telepon hanya menyalurkan voice saja. Bentuk

elektrik dari sinyal suara adalah berupa gelombang analog [2].

EWSD (Electronic Wahler Sistem Digital) adalah sentral telepon digital

pertama yang dikembangkan di Indonesia yang diperkenalkan tahun 1984. NEAX

dan 5 ESS diperkenalkan tahun 1994. Sentral telepon digital 5ESS merupakan

salah satu sentral sistem digital yang digunakan di Indonesia, sentral ini pertama

kali dioperasikan tahun 1982 di Amerika Serikat dan pada tahun 1985 mulai

digunakan di luar Amerika Serikat. Sampai saat ini sudah lebih dari 30 juta

pelanggan yang menggunakan sentral 5ESS ini di lebih dari 13 negara di dunia.

Sentral 5ESS merupakan sistem switching digital yang universal dan prosesnya

bersifat terdistribusi / modular.

Telinga manusia dapat mendengar pada rentang frekuensi 20-20000 Hz,

frekuensi suara yang dapat dibawa saluran telepon terbatas pada 300-3400 Hz.

Pada waktu itu, masing-masing pembicaraan dibawa melalui kabel yang terpisah

yang menjadikannya sangat mahal. Redaman akibat jarak yang jauh juga

menyebabkan buruknya kualitas sinyal suara. Regenerasi sinyal analog secara

sempurna sangat sulit dilakukan. Atas dasar inilah kemudian para ahli meneliti

dan menemukan bahwa jika sinyal analog dikodekan menjadi deretan nol dan satu

regenerasi menjadi mudah dilakukan. Transmisi secara digital ini diterapkan pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


telepon pada awal tahun 1960. Suatu teknik yang disebut PCM digunakan untuk

menggabungkan (multiplex) beberapa sumber suara digital yang terpisah ke dalam

satu saluran digital. Namun masih ada satu masalah lagi yaitu hanya sinyal analog

yang dapat di-switch. Pada tandem exchange, sinyal digital yang masuk harus

dikonversi terlebih dahulu menjadi sinyal analog, lalu sinyal analog di-switch.

Sinyal analog kemudian dikonversi kembali menjadi sinyal digital sebelum

ditransmisikan kembali ke trunk lain. Proses ini sangat tidak efisien. Baru pada

tahun 1970, digunakan teknik switching baru yang disebut Time-Division

Switching. Dengan teknik ini, konversi sinyal digital ke analog pada tandem

exchange tidak perlu dilakukan [2].

3.2 Faktor-Faktor Pendukung Sentral Telepon Digital

Faktor-faktor pendukung sentral telepon digital antara lain,

3.2.1 Time Division Switching (TDS)

Pemakaian Time Division Switching secara bersamaan ini mengawali

sebuah reduksi beberapa element switching yang dibutuhkan jaringan. Dengan

menggunakan nilai sampling sebesar 8Hz sebuah sampel / data akan muncul,

dan berselang 125 𝜇𝜇𝜇𝜇 sampling. Selama rentang 125𝜇𝜇𝜇𝜇, elemen switching yang

telah ditentukan tidak bekerja ± 120 𝜇𝜇𝜇𝜇 [1]. Elemen switching tunggal dapat di

gunakan untuk menyalurkan sinyal-sinyal dari beberapa inlet menuju outlet

koresponden yang dituju. Gambar sederhana PAM time division switching

terlihat pada Gambar 3.1.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(a) Switching structure

(b) Two-stage equivalent.

Gambar 3.1 Simple PAM Time Division Switching

Sinyal ini dibawa seperti PAM analog sampel dan PCM digital sampel,

sekitar 125µs setiap interval. Saat sinyal PAM di switch pada formulasi Time

Division, Sistem Switch ini dikenal sebagai Analog Time Division Switching.

Namun jika bilangan biner dari sampel PCM di switch maka sistem ini di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


namakan “Digital Time Division Switching”. Link interkoneksi ditunjukkan

seperti bus penunjuk inlet-outlet yang dapat dikoneksikan melalui kontrol

mekanis yang berfungsi dengan baik, sehingga banyak sinyal satu percakapan

dikirim dari inlet-outlet. Terdapat sebuah pemetaan antar inlet-outlet yang

membuat inlet-outlet selalu terkoneksi, sehingga mengakibatkan ketidak

mungkinan terjadinya switching, kecuali jika sinyal switching dipakai bersamaan

oleh semua koneksi. Jika kita meletakkan sebuah control pada sisi keluaran

berbasis memori, maka kemampuan maksimal akan di dapat. Contohnya dapat

dilihat jumlah control pada sisi outlet yang di berisikan alamat dari penyaluran

outlet dengan lokasi yang berkala agar tercipta koneksi dengan inlet. Kontrol

memori memiliki “N” koresponden ke “N” inlet dengan lebar besaran [ log²N] bit

untuk pengalamatan “N” outlet.

Sejak elemen tunggal switching bus di sebar berdasarkan waktu oleh N

koneksi, maka semua N dapat bersimultan secara aktif, dan sebuah koneksi fisik

dihasilkan antara inlet dan outlet saat terjadinya sinyal transfer switching ini

dinamakan Time Division Space Switching (TDSS). Pada suatu kasus, switch

dinamakan output controller, karena masing-masing lokasi dari memori control

tersebut berasosiasi dengan outlet yang di berikan.

Time Division Network (TDN) lebih efektif dari segi harga

dibandingkan Switch Division Network (SDN), karena itulah mengapa

belakangan ini sistem switch lebih banyak menggunakan teknik Time Division

(TD). Memory-controlled Time Division Space Switch, mempunyai struktur

yang lebih umum dari pada input atau output struktur control, Terlihat pada

Gambar 3.2.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 3.2 Struktur umumTime division space switching.

3.2.2 Pulse Code Modulation (PCM)

Pulse Code Modulation (PCM) adalah teknik untuk mengkonversi sinyal

analog menjadi sinyal digital dan sebaliknya. Menurut CCITT (Telegraph and

Telephone Consultative Committee) definisi dari PCM adalah suatu proses dimana

suatu sinyal disampling kemudian di kuantisasi terhadap suatu sample sinyal, baru

kemudian dirubah ke kode digital, dimana kuantisasi diartikan sebagai proses

pembagian menjadi elemen-elemen yang sangat kecil namun masih dapat diukur

[2].

Berikut ini adalah langkah-langkah dalam transmisi digital dimana di

dalamnya termasuk proses PCM:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1. Sampling: sinyal analog di-sample pada frekuensi tertentu. Sinyal yang akan

di-sample sebanyak 12 kali. Hasilnya adalah sinyal PAM (Pulse Amplitude

Modulation).

2. Coding: sinyal PAM kemudian dikodekan menggunakan compander yang

memiliki fungsi compressor / expander. Ada dua jenis compander yang

digunakan yaitu:

a) μ-Law Compander yang digunakan di Amerika Utara, Taiwan, Korea,

dan beberapa negara lainnya.

b) A-Law Compander yang digunakan oleh negara-negara selain yang telah

disebutkan di atas.

3. Multiplexing: Setelah sinyal input suara telah di-sample, dikuantisasi, di-

encode ke dalam bentuk digital (PCM), sinyal tersebut harus ditransmisikan

ke tujuannya.

4. Decoding: di sisi penerima, proses yang dilakukan adalah kebalikannya [2].

3.2.3 Time Division Multiplexing (TDM)

Teknik PCM akan menghasilkan 8 bit sinyal untuk satu sampel. Kesatuan

dari 8 bit sinyal ini dinamakan timeslot. Seperti telah disebutkan sebelumnya,

langkah ketiga pada transmisi digital adalah multiplexing. Yang di-multiplex

adalah timeslot dari banyak circuit / kanal. Multiplexer dapat dianggap sebagai

rotor yang menghubungkan kanal satu, dua, tiga, dan seterusnya, lalu kembali lagi

ke kanal satu untuk dideteksi, maka jarak yang dapat ditempuh juga kapasitas

transmisinya, ikut membesar [2].

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.2.4 Time Switching (TS)

Time switching ini pada sentral 5ESS dilakukan oleh Time Slot

Interchanger (TSI) yang mampu menampung 512 timeslot. Namun untuk

penjelasan berikut ini diasumsikan TSI hanya mampu menghubungkan 4 timeslot.

Proses switching-nya adalah sebagai berikut:

1. Input diterima di data ram secara berurutan.

2. Timeslot 1 dimasukkan ke dalam lokasi memori 1 data ram, timeslot 2

dimasukkan ke dalam lokasi memori 2 data ram, dan seterusnya.

3. Lokasi memory di control ram, memiliki data yang sama dengan data ram.

Output juga memiliki urutan yang sama dengan Control ram.

4. Data RAM dibaca menurut urutan pada control RAM. Hal ini sangat

menguntungkan karena tingkat kesalahan yang ditimbulkannya amat kecil

bahkan dapat diabaikan.

5. Hasilnya input timeslot 1 menjadi output timeslot 3.

3.2.5 Space Switching (SS)

Time switching hanya dapat menghubungkan panggilan antar pelanggan

yang terhubung ke TSI yang sama. Administration Module (AM) yang

bertanggung jawab dalam menentukan jalur di dalam TMS. Gambar Space

Switching seperti yang terlihat pada Gambar 3.3.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 3.3 Gambar Space Switching

Aliran data (data stream) dari masing-masing TSI dihubungkan ke TMS

(Time-Multiplexed Switch) yang kemudian dihubungkan ke TSI lainnya. Switch

seperti ini disebut space switch (S-Switch). TSI bersifat sinkron dalam artian

semuanya sampai pada waktu yang bersamaan di TMS. Timeslot 3 tiba pada

waktu yang bersamaan untuk semua aliran data. TMS kemudian menghubungkan

timeslot 3 dari semua TSI ke tujuannya masing-masing.

3.2.6 T-S-T Switching

Dari penjelasan di bawah ini dapat diasumsikan bahwa switching digital

dapat dilakukan dengan menggunakan dua jenis switching yaitu :

a) Time switching yang mengubah urutan timeslot.

b) Space switching yang menghubungkan timeslot yang sama dari dua TSI yang

berbeda.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sentral Telepon Digital Trainer Modul B4622-B menggunakan kedua jenis

switching ini dengan prinsip T-S-T (Time-Space Time).[2]

3.3 Pengertian Sentral Telepon Digital

Sentral telepon digital merupakan suatu tempat pemrosesan data

(informasi) untuk disalurkan dari penelepon (subscriber) kepada subscriber lain

yang dituju, dan dengan dilengkapi fitur-fitur yang telah disediakan oleh sentral

itu sendiri, atau biasa disebut suatu otak dari sistem telekomunikasi. Secara luas,

sentral telepon digital itu sendiri di artikan sejenis sentral yang dalam

menghubungkan percakapan dua orang pelanggan atau lebih melakukan proses

pengubahan sinyal analog dari pesawat telepon pelanggan analog, atau sinyal

digital dari pesawat telepon digital kemudian di proses dengan kode digital (8 bit

PCM ) pada jalur percakapan, dan bagian terima diubah lagi ke sinyal analog

supaya dapat didengar oleh penerima dengan pesawat analog.

3.4 Fungsi Sentral Telepon Digital

Sentral digital memiliki beberapa fungsi diantaranya yaitu :

a. Menganalisa permintaan pembicaraan

b. Menghubungkan pemanggil dan yang dipanggil melalui saklar kanal bicara.

c. Melepas semua rangkaian dan fasilitas saat pembicaraan selesai.

Dari fungsi sentral digital diatas yang disebut sebagai fungsi dasar

peralatan sentral yakni fungsi yang berkaitan dengan penyambungan

pembicaraan, sedangkan untuk hubungan antara fungsi dasar dan operasi

pensinyalan exchange ditunjukkan pada Tabel 3.1.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 3.1 Fungsi Dasar Peralatan Sentral

Fungsi Dasar Peralatan Sentral Operasi Pensinyalan

1.Fungsi untuk mendeteksi


Mendeteksi permintaan panggilan
permintaan panggilan

2. Fungsi untuk menganalisa Mengirim nada putar


permintaan panggilan dan Menerima sinyal pulsa dial
memutuskan pelanggan yang Menerjemahkan informasi
dituju Memilih saluran keluar

Mengirim sinyal panggil


3. Fungsi untuk menyusun Mengirim nada bel
kanal bicara Mendeteksi jawaban
Menentukan titik silang kanal bicara
4. Melakukan pembicaraan
Mendeteksi bahwa pembicaraan telah selesai
5. Fungsi memutus
Memutus semua titik silang kanal bicara
6. Pembicaraan selesai

Keterangan dari Tabel 3.1 di atas :

1. Mendeteksi panggilan

Suatu peralatan sentral selalu mengamati asal pemanggil. Saat permintaan

panggilan meningkat, misal pelanggan mengangkat handset nya, kemudian arus

DC dicatukan lewat kabel dari sentral telepon ke pelanggan. Sentral dapat

mengetahui bahwa adanya arus tersebut menandakan kenaikan pembicaraan

telepon.

2. Menerjemahkan informasi pelanggan

Sinyal pulsa dari pelanggan memanggil dan dianalisa sentral untuk

menentukan sentral mana yang dituju (saluran masuk ke sentral).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. Saat pelanggan yang dipanggil bebas

Saluran masuk menginformasikan ke pelanggan yang dipanggil lewat nada

bel, dan sentral juga menginformasikan ke pelanggan pemanggil lewat nada balik

bel. Mengendalikan (mengontrol) penyambungan panggilan atas dasar instruksi

pensinyalan yang datang dari luar ataupun data yang disimpan di dalam sentral.

Misal : signalling, routing, fungsi penanganan penyambungan dan fungsi

pemrosesan pelayanan.

4. Mendeteksi jawaban

Setelah pelanggan yang dipanggil menjawab, akan terbentuk rangkaian

loop dari sentral telepon ke pelanggan dan ke sentral telepon lagi pada saat

pelanggan tersebut mengangkat handset. Pada rangkaian loop akan mengalir arus

DC, arus DC tersebut menandakan jawaban dari pelanggan yang dituju.

5. Mendeteksi bahwa pembicaraan telah selesai

Selama kedua pelanggan sedang melakukan percakapan, kedua sentral

(saluran keluar dan saluran masuk dari sentral) akan mengamati kedua pelanggan

tersebut. Dan pada saat pembicaraan selesai, arus loop akan diputus lewat handset

yang telah diletakkan oleh salah satu pelanggan. Sentral akan mengetahui bahwa

pemutusan arus DC berarti pembicaraan telah selesai.

3.5 Jenis - Jenis Sentral Telepon Digital

Tipe sentral telepon digital dibagi menjadi beberapa jenis yang telah ber-

revolusi karena perkembangan jaman, yaitu :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1. Berdasar Proses Penyambungan :
a. Sentral analog / Manual

1) Sistem yang memakai tenaga manusia untuk mengkoneksikan dua orang

yang akan berkomunikasi.

2) Menggunakan switchboard untuk mengkoneksikan dua orang yang akan

berkomunikasi.

Gambar rangkaian sentral manual terlihat seperti Gambar 3.4. [7]

Gambar 3.4 Gambar rangkaian sentral manual.

b. Sentral digital / Otomatis

Sistem yang tidak lagi memakai tenaga manusia dan switch board untuk

melakukan proses komunikasi karena semua pekerjaan ini telah diambil alih oleh

mesin dan komputer. Karena sentral digital adalah sentral yang mengolah sinyal

di dalam bentuk digital, maka memakai metode Hirarki Sentral, yaitu :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1. Jaringan telepon membutuhkan interkoneksi antar sentral untuk merutekan

trafik secara ekonomis dan efektif.

2. Sentral-sentral saling dihubungkan menggunakan sekelompok saluran trunk

yang biasa disebut trunk group.

3. Jaringan berhirarki mampu menangani trafik yang besar serta menggunakan

sejumlah kecil trunk groups.

Contoh penerapan struktur hirarki sentral terlihat pada Gambar 3.5. [7]

Gambar 3.5 Salah satu contoh penerapan struktur hirarki sentral

Penomoran struktur hirarki sentral dapat kita lihat seperti Gambar 3.6.

Gambar 3.6 Penomoran struktur hirarki sentral

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Berdasar Cara Pengontrolan :

a. Sistem Pengontrolan Langsung ( Direct controlled system )

Sistem pengontrolan langsung adalah proses penyambungan dikontrol

langsung oleh informasi yang diberikan oleh pemanggil. Sentral telepon dengan

sistem ini biasanya menggunakan teknologi analog. Contoh dari sentral telepon

jenis ini adalah sentral telepon EMD. Informasi yang diberikan oleh pemanggil

berupa pulsa-pulsa dari pesawat telepon putar (dial). Pulsa-pulsa tersebut akan

menggerakkan selector sesuai dengan jumlah pulsa yang diterimanya, sehingga

sentral telepon jenis ini lebih dikenal dengan sebutan telepon step by step [2].

b. Sistem Pengontrolan Tidak Langsung ( Indirect controlled system )

Dalam sistem pengontrolan tidak langsung, informasi dari pemanggil akan

disimpan dalam suatu register. Sehingga sentral telepon jenis ini lebih dikenal

dengan sebutan sentral SPC (Storage Program Control). Setelah informasi yang

diperlukan mencukupi, maka sentral telepon akan mencari pelanggan yang

dipanggil. Bila telah didapat, hubungan akan dilaksanakan. Keuntungan dari

sistem ini dibandingkan sistem pengontrolan langsung adalah proses

pembangunan hubungan akan lebih cepat, pemakaian peralatan akan lebih efisien

dan kapasitas penyambungan lebih besar [2].

Dalam jalur analog satu kanal hanya untuk satu pasang pelanggan atau

hanya satu hubungan komunikasi sedangkan jalur digital menyalurkan sinyal

digital dalam bentuk bit 0 dan 1 ( sistem biner ) yang disusun dalam satuan byte.

Saat ini banyak sentral telepon yang digunakan berteknologi digital. Hal

ini disebabkan keunggulannya lebih banyak dibandingkan dengan sentral analog.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Perbedaan utama antara sentral digital dengan sentral analog adalah dalam proses

penyambungannya. Dalam sentral digital tidak digunakan kontak mekanik untuk

menyambungkan dua pelanggan, akan tetapi proses penyambungan dilakukan

dengan cara saling tukar data sinyal yang telah dikodekan. Dengan cara ini proses

penyambungan akan lebih cepat, selain itu pada proses tranmisi sinyal digital

diterapkan proses multiplexing sehingga pemakaian saluran physik menjadi lebih

efisien, sehingga kapasitas sentral menjadi lebih besar dengan dimensi yang lebih

kecil. Sentral telepon digital merupakan suatu sistem yang dikontrol oleh

processor, sehingga untuk dapat beroperasi diperlukan perangkat keras

(hardware) dan perangkat lunak (software).

Sinyal analog dikarakteristikkan oleh frekuensi, amplitude dan pasa.

Dalam sistem transmisi analog ini proses penyebarannya melalui media

gelombang elektromagnetik yang bervariasi dengan berkelanjutan. Pada sistem

transmisi digital, sinyal disebar sebagai pulsa tegangan diskrit (tegangan positif

mewakili biner 1, dan tegangan negatif mewakili biner 0) sinyal digital diukur

pada bit per detik (bps). Pada komunikasi data, sinyal analog digunakan untuk

mentransmisi informasi ke sistem telepon atau ke sistem komunikasi radio. Sinyal

suara dan sinyal digital seperti ditunjukkan pada Gambar 3.7.

Gambar 3.7 Sinyal suara dan sinyal digital

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sistem transmisi ini melibatkan transmisi analog ( komunikasi suara ) dan

transmisi digital. Media untuk transmisi analog mungkin menggunakan kabel

twisted pair, kabel coaxial, kabel fiber optic radio gelombang mikro dan satelit.

Sebuah modem (Modulator/Demodulator) mengubah data digital ke sinyal

analog dan sinyal analog dapat diubah ke informasi digital. Proses ini melibatkan

sampling dan kuantisasi. Proses ini dipanggil pendigitan. Transmisi analog

mengambil tempat hanya diantara pertukaran lokal, kantor dan rumah. Proses

konversi digital ke analog ke digital ditunjukkan pada blok diagram, seperti

ditunjukkan pada gambar 3.8. [5 – 6]

Gambar 3.8 Konversi Digital dari Analog ke Digital.

3. Berdasar Jenis Komponen Utama

a. Sentral telepon digital full elektronik

Sentral telepon digital ini proses penyambungannya dikendalikan oleh

suatu program yang disimpan dalam processor (SPC = Store

Programmable Control) yang prosesor dan bagian lintas percakapan

antar pelanggan sudah bekerja secara digital.

b. Sentral telepon digital semi elektronik

Sentral telepon digital jenis ini penyambungannya dikendalikan oleh

suatu program yang disimpan dalam prosesor (SPC), namun lalu lintas

antar pelanggan masih bersifat analog.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.6 Pembagian Dasar Teknik Sentral Telepon Digital

Pembagian dasar teknik sentral telepon digital antara lain :

3.6.1 Space Division Multiplex ( SDM )

Hubungan dua telepon dimulai dengan menghubungkan dua pesawat

telepon pelanggan melalui jalur individual. Prinsipnya hanya dapat menyalurkan

satu pembicaraan saja, umumnya sistem 2 wire.

3.6.2 Frequency Division Multiplex ( FDM )

Suatu cara dengan membagi-bagi jalur frekuensi pada satu bandwidth

frekuensi menjadi sub-band frekuensi. Sistem ini biasanya untuk hubungan jarak

jauh. Sistem SDM memerlukan biaya investasi yang sangat besar sehingga

dikembangkan menjadi sistem FDM. Dengan FDM satu jalur phisik ( 2 atau 4

kawat) dapat menyalurkan beberapa kanal pembicaraan sekaligus dengan

menggunakan frequensi pembawa yang bekerja pada BW 60 kHz - 108 kHz.

Frequensi carrier tersebut dibagi - bagi dalam daerah frekuensi 4 kHz, sehingga

didapatkan 12 kanal yang cukup untuk membawa frekuensi suara (telepon) tetapi

tidak cukup untuk transmisi data atau gambar [4].

3.6.3 Time Division Multiplex (TDM)

Merupakan suatu teknik dengan jalan mengatur waktu pengiriman signal

suara atau level analog dari pembicaraan telepon dengan cara mengirimkan satu

level sampling amplitudo dari signal bicara yang harus diulangi setiap 125 µs,

dimana FA= 8000 hz yang sudah ditetapkan oleh CCITT ( ITU-T ) harus 2 kali

lebih besar dari frekuensi bicara. Signal pembicaraan dikodekan dalam 8 bit kode

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


biner, dan diulang terus menerus setiap 125µs selama dua pelanggan sedang

bicara. Dengan hanya satu saluran penghantar dapat melewatkan 30 pembicaraan

sekaligus. [4]

3.6.4 Pulse Amplitude Modulation (PAM)

Dalam teori TDM dapat disimpulkan bahwa dari suatu signal analog

sinussoidal tidak perlu dikirimkan seperti aslinya, tetapi cukup dikirimkan

sample-nya dengan periode waktu tertentu dan secara periodik terus menerus pada

waktu tertentu (setiap interval 125 µs). Untuk itu signal sinusoida analog di-

sampling setiap interval 125 µs. Hasil dari pengubahan bentuk sinyal analog

secara sampling akan menghasilkan sinyal PAM. Disini yang dipentingkan

besaran / level dari amplitudo sampling (volt) per satuan waktu (t), bukan berapa

lebar pulsa positif atau negatif dari pulsa sampling tersebut, karena lebarnya

tergantung dari frekuensi carrier atau pembawa.

3.6.5 Pulse Code Modulation (PCM)

Dalam sistem digital, besaran sampling dari amplitudo PAM signal di

ubah kedalam kode biner, sehingga yang dilewatkan pada jalur bicara adalah

besaran amplitudo yang sudah diubah kedalam kode-kode biner, proses ini disebut

PCM. Kode - kode biner tersebut selanjutnya dikirimkan ke sisi penerima, dan

pada bagian penerima kode biner ini diubah lagi ke bentuk signal PAM untuk

selanjutnya diubah ke sinyal analog sesuai aslinya. Sinyal PCM inilah yang

merupakan dasar dari sentral telepon digital [2].

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV

DESKRIPSI SISTEM PERANGKAT SENTRAL TELEPON DIGITAL

TRAINER B4622-B

4.1 Umum

Sentral Telepon Digital ini terlebih dahulu dirancang dengan perancangan

tertentu dan dirakit dengan komponen – komponen elektronika yang sesuai untuk

mendapatkan hasil yang diharapkan. Maka alur perancangan dan perakitan Sentral

Telepon Digital Trainer Modul B4622-B dapat digambarkan sesuai dengan

diagram alur pada Gambar 4.1. [9]

Mulai

Mengumpulkan teori dan


komponen yang dibutuhkan
serta menetukan parameter

Memahami deskripsi sistem Perangkat


Sentral Telepon Digital Trainer Modul
Trainer B4622-B
Tidak
Memahami Tahap – tahap pada pengujian
Sentral Telepon Digital Trainer Modul
Trainer B4622-B

Menguji Sentral Telepon


digital Trainer B4622-B
Apakah Berfungsi Baik ?

Ya

Membuat
Kesimpulan

Selesai

Gambar 4.1 Alur analisis perangkat Sentral Telepon Digital Trainer B4622-B

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dan gambar dari bagian – bagian utama dari Sentral Telepon Digital Trainer

B4622-B dapat ditunjukkan pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Tampilan depan Trainer Modul B4622-B.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4.2, menunjukkan bagian depan modul (alat). Hal ini mencakup

semua item yang diperlukan untuk pengoperasian sistem, serta diagram blok yang

jelas memungkinkan arsitektur dan organisasi sistem untuk dipahami. Maka,

setelah itu kita melakukan pengujian Trainer Modul B4622-B.

4.2 Sentral Telepon Digital Trainer Modul B4622-B

Sentral Telepon Digital merupakan suatu tempat pemrosesan data

(informasi) untuk disalurkan dari penelepon (subscriber) kepada subscriber lain

yang dituju dan juga suatu tempat pemrosesan data yang dikirim untuk disalurkan

ketujuan dengan dilengkapi fitur-fitur yang telah disediakan oleh sentral itu

sendiri, atau biasa disebut suatu otak dari sistem telekomunikasi. Dengan

melakukan proses pengubahan sinyal analog dari pesawat telepon analog, atau

sinyal digital dari pesawat telepon digital kemudian di proses dengan kode digital

(8 bit PCM ) pada jalur percakapan, dan kemudian diubah lagi ke sinyal analog

agar dapat didengar oleh penerima dengan pesawat telepon analog.

4.3 Bagian – Bagian Utama Sentral Telepon Digital Trainer Modul B4622-B

Bagian – Bagian Utama Sentral Telepon Digital Trainer Modul B4622-B

adalah sebagai berikut [9] :

4.3.1 Pemrosesan Catu Daya (Power Supply)

Modul (alat) dapat langsung dihidupkan dengan tegangan 110V, 130V,

220V dengan frekuensi 50 sampai 60Hz. Unit ini diwakili dalam diagram blok

yang terletak di ujung kiri atas modul. Ini mencakup 3 slot tegangan AC, saklar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dan lampu power on, power supply yang menghasilkan dan memberikan

tegangan, digunakan secara internal untuk pengoperasian sistem.

4.3.2 Prosesor utama (Central processor)

Prosesor utama (central processor) mempunyai 3 mode pada

pengoperasiannya yaitu mode “RUN”, “HOLD”, dan “reset”. Prosesor utama

(central processor) dapat dioperasikan dalam mode “RUN” untuk operasi normal

dan juga dapat dijalankan untuk menampilkan dan menganalisa aliran data selama

beroperasinya sistem time-division. Central processor adalah bagian yang paling

bertanggung jawab untuk pemrosesan panggilan, dan dibuat untuk menghemat

waktu prosesor. Level fungsi yang paling tinggi pada modul (alat) ini terdapat

pada central processor, karena selain sebagai otak penggerak alat ini juga

berfungsi untuk mengamati modul secara terus-menerus dan mendeteksi

transmisi untuk tindakan yang diambil. Pada mode “HOLD” tidak ada suara yang

dapat ditransmisikan, karena pada proses dan penyampaiannya suara dihentikan

pada tiap langkah. Dan mode “reset” dapat digunakkan ketika mode “HOLD”,

untuk mengizinkan clearing software pada penghitung time slot, agar prosedur

aliran sinyal yang melewati saklar dapat di “start” ulang sesuai yang diinginkan

untuk kejelasan dari pencarian data tersebut.

4.3.3 Telepon Sirkuit Line Stasiun / Sirkuit Garis Kompatibel

Bagian-bagian sirkuit ini diantara lain :

a. Jack telepon standar, alat yang dapat menghubungkan alat komunikasi seperti

telepon, ataupun modem.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


b. Ring driver sirkuit, terdiri dari relay dan dioperasikan dengan perintah dari

kontrol pusat ketika sinyal dering dikirim ke stasiun telepon.

c. Garis jembatan penyalur, garis ini diberikan -24V melalui jembatan resistif,

memungkinkan untuk mengalirkan loop dari 20 hingga 30mA, sesuai untuk

elektronik modern, juga sama baiknya dengan telepon elektromekanik

tradisional.

d. Jaringan port interface, ini adalah sirkuit yang memisahkan saluran

langganan dengan jaringan switching. Hanya sinyal suara yang

diperbolehkan untuk melewati hambatan agar lebih terarah.

Telepon sirkuit line stasiun ini terlihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Telepon sirkuit line stasiun, dan sinyal interface.

4.3.4 Tahap Channel Bank

Tahap Channel bank adalah tahap yang merangkum semua fasilitas untuk

membangun alur PCM Multiplex, mulai dari garis sinyal analog. Fasilitas ini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


meliputi active hybrid, A/D converter dengan filter yang sesuai, multiplexer

dengan satu jalur, demultiplexer transmisi, D/A converter dan filter LP sebagai

transmisi pelengkap. Channel bank ini meliputi :

4.3.4.1 Active Hybrid

Alat ini beroperasi secara dua arah sering juga diartikan dengan

konversi 2 kabel menjadi 4 kabel. Pada dasarnya, alat yang mempunyai 4 port

ini bertugas untuk merutekan sinyal yang datang dari jalur L1 ke terminal RC1

(R=reception) dan merutekan sinyal yang datang dari port TC1

(T=Transmission) ke jalur L6.

4.3.4.2 Low-Pass Filter

Dalam sisis transmisi, kita menemukan tahap low-pass filter. Di dalam

low-pass filter kita temui teorema ”Nyquist’’. Dari teorema Nyquist kita ketahui

bahwa komponen frekuensi maksimum dari sinyal yang akan ditransmisikan

oleh Time-Division Sistem sama dengan 1/2 frekuensi sampling. Dalam hal ini

dapat di katakan 8000/2 = 4 kHz band untuk sinyal suara, dengan ketentuan

garis standar 340-3400 Hz dari saluran telepon.

Sinyal melakukan lebih dari 1/2 frekuensi sampling, dan tidak satupun

yang tidak melewati sistem transmisi, tetapi juga tidak diperbolehkan melewati

sampler, karena jika terlewati maka akan ada kesalahan pada decode output dan

akan menghasilkan distorsi parah (Aliasing).

4.3.4.3 A / D Converter

Perangkat ini bekerja untuk mengoperasikan konversi analog ke konversi

digital pada sinyal start eksternal, keluaran digital (8 bit paralel), start diulang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


setiap 8000 kali per detik. Setelah itu A / D converter menggabungkan sampler

dengan quantizer. Skema kuantisasi untuk trainer ini adalah linier. Ini berarti

bahwa setiap sampel amplitudo linier dibuat untuk sesuai dengan nomor digital 0

sampai 255. Sinyal suara terhadap waktu telah dianalisis dan telah ditemukan

bahwa tingkat amplitude rendah jauh lebih sering daripada tingkat amplitudo

tinggi, dengan kata lain sinyal suara manusia yang muncul secara kasar, dianggap

sebagai sinyal acak.

4.3.4.4 Multiplexer

Unit ini salah satu yang membangun kerangka PCM. Unit ini terdiri dari

sekumpulan gerbang-gerbang logika. Struktur dari Multiplexer dapat dilihat pada

Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Struktur dari Multiplexer

4.3.4.5 Demultiplexer

Demultiplexer ini memiliki fungsi yang saling melengkapi dengan

multiplexer, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Ini menghasilkan 6 jenis

8-bit PCM sinyal, dalam bentuk paralel dari 6- sinyal multiplex Time Slot PCM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


yang diterima dari jaringan switching. Demultiplexer ini digambarkan dalam

Gambar 4.5.

Gambar 4.5 Struktur dari Demultiplexer

4.3.5 Jaringan Switching

Jaringan switching memiliki fungsi memberikan jalur / koneksi yang

menghubungkan antara input dan output yang memungkinkan terjadinya proses

percakapan. Contoh jaringan switching semi-elektronik adalah switch yang

terdiri dari matriks relay (penghubung). Setiap relay berfungsi menggerakkan

transistor, lalu menutup satu kolom dari matriks, sehingga membentuk

panggilan. Jaringan switching elektronik ini, menggunakan solid state switch

analog bukan relay.

Dalam jaringan switching yang static, disimpulkan bahwa alur diaktifkan

dengan menutup saklar yang tetap beroperasi sampai pelepasan percakapan.

Jaringan ini juga termasuk jenis space-division, karena masing-masing pemutusan

beralih secara permanen melalui kabel ke saluran tertentu dari sirkuit. Sistem time-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


division multiplex adalah sebuah sirkuit (sistem transmisi, suatu saklar dll) yang

mampu membagi antara banyak pengguna dengan masing-masing penerima

layanan secara kontinu. Contoh jaringan switching ini salah satunya Time-division

Switching dengan konfigurasi T-S-T (Time-Space-Time), yang menunjukkan

bahwa jaringan switching terdiri dari tiga tahap interworking, yaitu matriks waktu,

matriks ruang, dan matriks waktu akhir.

4.3.6 Sisi Penerima DTMF-board

Unit telepon tertentu yang mampu manghasilkan pulsa multifrekuensi.

Pada suatu telepon, pemilihan DTMF (Dual Tone Multi-Frequency) ketika suatu

tombol ditekan, sepasang frekuensi nada dikirimkan menuju sentral. DTMF

receiver pada sentral trainer terdiri dari 7 dekoder nada jenis PLL (LM567). Alat

ini disesuaikan untuk mendeteksi kemunculan 1 pasang dari 7 pasang frekuensi

yang mungkin dan mengaktifkan suatu sinyal keluaran logik. Dengan kata lain

DTMF-board ini berfungsi untuk, mendeteksi dan menampilkan informasi

panggilan yang dihasilkan.

4.3.7 Pemrosesan Nada dan Ring Generator

Berdasarkan jenis-jenis dari telepon yang digunakan di beberapa negara,

modul trainer B4622-B mengadopsi sistem yang digunakan secara luas.

Contohnya adalah nada yang tidak terputus-putus untuk “pendudukan saluran”

sama dengan panggilan yang dilakukan dengan frekwensi 300 Hz, nada berkisar

diantara 1 detik ON/ nada 1 detik OFF. Untuk "jalur sibuk", nada dering pada

nominal 1 detik ON/4 detik OFF.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.3.8 Model Exchange

Alat ini dapat dihubungkan dengan menggunakan data link RS232C ke PC

yang disediakan oleh komponen perangkat lunak, yang disesuaikan untuk melihat

proses panggilan dan tampilan informasi status lainnya. Alat ini dibantu oleh 6 set

telepon yang mampu membuat panggilan dan juga menghasilkan nada dengan

baik, menghubungkan kabel, penghantar listrik, PC monitor software, dan

instruksi manual. perencanaan penomoran modul exchange trainer B4622-B

dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Perencanaan Penomoran Modul Exchange B4622-B


Stasiun Telepon Penomoran
Stasiun 1 4-1
Stasiun 2 4-2
Stasiun 3 4-3
Stasiun 4 4-4
Stasiun 5 4-5
Stasiun 6 4-6

4.3.9 Lampu Indikator Jaringan Switching


Jaringan switching disediakan dengan indikator cahaya untuk menampilkan

isi dari setiap sel memori kontrol sesuai dengan time slot. Di mana time slot lampu

pada matriks T (time) menunjukkan bagian dari Random Acess Memory (RAM)

untuk menjadi output dari T matriks.

4.3.10 Tampilan Numerik Jaringan Switching

Tampilan numerik dari jaringan switching, mewakili sampel digital yang

ditangani oleh berbagai bagian dari jaringan dalam bentuk Bit Code

Demultiplexing (BCD).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V

PENGUJIAN SENTRAL TELEPON DIGITAL

TRAINER B4622-B

5.1 Gambaran Umum

Bab ini membahas tentang bagaimana cara menguji Sentral Telepon

Digital Trainer Modul B4622-B yang telah di buat sebelumnya. Pengujian ini

dilakukan untuk mengetahui apakah sentral telepon digital yang dirancang sudah

mendekati hasil yang diinginkan atau tidak.

Bagian ini akan menggambarkan persiapan pengujian untuk pengoperasian

dan pengaplikasian Sentral Telepon Digital Trainer Modul B4622-B, dan

selanjutnya akan dianalisis keluaran (output) dari jalur – jalur percobaan pada

modul Trainer B4622-B yang akan ditampilkan oleh oscilloscope.

5.2 Tahap – Tahap Proses Pengujian

Tahap – tahap pada pengujian Sentral Telepon Digital Trainer Modul

B4622-B antara lain meliputi, pengujian pada transmisi data Trainer B4622-B

– PC, menganalisis cara kerja dari Sentral Telepon Digital Trainer Modul

B4622-B, teknik penyambungan Switching Stage Sentral Telepon Digital

Trainer Modul B4622-B. Dan juga dapat mengetahui proses penyambungan

time slot – time slot yang di lewati pada proses pengujian Sentral Telepon

Digital Trainer Modul B4622-B. Tahap proses penyambungan Trainer Modul

B4622-B ini, terlihat pada Gambar 5.1.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 5.1 Diagram blog Tahap proses penyambungan Trainer B4622-B.

5.3 Peralatan Pengujian

Untuk memperoleh hasil dari pengujian perangkat Sentral Telepon Digital

Trainer B4622-B, peralatan – peralatan yang dibutuhkan selama percobaan adalah

sebagai berikut :

a. Perangkat Sentral Telepon Digital Trainer B4622-B, dapat kita lihat pada

Gambar 5.2 (a), (b), (c).

Gambar 5.2 (a) Perangkat Sentral Telepon Digital Trainer B4622-B

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 5.2 (b) Bagian kanan perangkat Sentral Telepon Digital Trainer

B4622-B.

Gambar 5.2 (c) Bagian kiri perangkat Sentral Telepon Digital Trainer

B4622-B.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


b. Power supply, tegangan pada trainer yang cocok dengan sumber tegangan

AC yang tersedia. dapat kita lihat pada Gambar 5.3.

Gambar 5.3 Perangkat power supply tegangan pada trainer

c. 6 set pesawat telepon. dapat dilihat pada Gambar 5.4.

Gambar 5.4 Perangkat 6 set pesawat telepon

d. Kabel penghubung trainer ke PC yaitu port RS2623, dapat kita lihat pada

Gambar 5.5.

Gambar 5.5 Kabel penghubung trainer ke PC yaitu port RS2623

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


e. Personal Computer (PC)

f. Osciloscope , dapat kita lihat pada Gambar 5.6.

Gambar 5.6 Osciloscope

g. Kabel penghubung, dapat kita lihat pada Gambar 5.7.

Gambar 5.7 Kabel penghubung trainer

5.4 Prosedur Pengujian

Langkah – langkah yang harus dilakukan dalam prosedur pengujian

tahap penyambungan Sentral Telepon Digital Trainer Modul B4622-B, adalah

sebagai berikut :

1. Hubungkan perangkat Sentral Telepon Digital Trainer, osiloskop, 6 set

pesawat telepon, dan power supply dengan kabel penghubung.

2. Dengan menggunakan 6 set pesawat telepon, maka kita dapat mengamati

proses pemanggilan dari tiap – tiap bagian Trainer Modul B4622-B, dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


cara mengirimkan paket data dari port RS2623C Trainer Modul B4622-B

ke komputer penerima (Reicever).

3. Amati bentuk gelombang sinyal keluaran Sentral Telepon Digital Trainer

Modul B4622-B pada osiloskop, seperti dari line circuit {H (hook), R

(ring)}, chanel bank {(RC), (TC)}, active hybrid, multiplexing, dan

demultiplexing, serta T-S-T switching matrix.

4. Percobaan selesai.

5.5 Hasil Pengujian Dan Analisa Data

Dari langkah-langkah prosedur pengujian di atas, dapat disimpulkan

bahwa jenis pengujian yang dilakukan terhadap perangkat Sentral Telepon

Digital Trainer Modul B4622-B, yaitu pengujian transmisi data Trainer B4622-

B – PC, Analisis Sinyal Pada Sentral Telepon Digital Trainer B4622-B dan

Oscilloscope pada percakapan 2 pesawat telepon. Disini kita melihat sistem

kerja dari proses – proses tersebut, untuk memahami kinerja dari Sentral

Telepon Digital Trainer Modul B4622-B.

5.5.1 Percobaan Transmisi Data Trainer B4622-B – PC

Percobaan Transmisi Data Trainer Modul B4622-B – PC dilakukan

dengan cara mengirimkan paket data dari port RS2623 Trainer Modul B4622-

B ke komputer penerima (Reicever). Dengan mengirimkan data proses calling

dari port RS2623 Trainer Modul B4622-B ke PC penerima. Tampilan awal

program untuk percobaan Trainer Modul B4622-B – PC, ditunjukkan pada

Gambar 5.8.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 5.8 Tampilan awal pada PC dari port RS2623, modul trainer

B4622B.

Sebelum terjadinya panggilan, maka pada tampilan di PC tidak akan

terlihat apapun, hanya menu dari tampilan port RS2623, modul trainer B4622-B.

Gambar tampilan PC sebelum ada proses terjadinya panggilan, terlihat pada

Gambar 5.9.

Gambar 5.9 Menu dari tampilan port RS2623 Sebelum terjadinya

panggilan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Setelah proses terjadinya pemanggilan, maka Ring tone akan berbunyi dan

pesawat telepon akan berdering, lalu menu dari tampilan port RS2623 akan

menunjukkan tombol yang ditekan untuk proses pemanggilan. Maka kita

mengambil sample proses pemanggilan L1 – L6, dimana telah di tentukan bahwa

ketetapan awal penomoran di dalam trainer ini ditunjukkan pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Ketetapan awal penomoran modul trainer B4622-B

Penomoran modul trainer Tombol dial pada pesawat


B4622-B Telepon
L1 4-1
L2 4-2
L3 4-3
L4 4-4
L5 4-5
L6 4-6

Setelah mendial L1 (4-1) memanggil L6 (4-6) maka pesawat telepon pada

penomoran L6 akan berbunyi dan menghasilkan dering, namun L6 belum di

angkat. Terlihat pada layar menu dari tampilan port RS2623 pada PC, seperti

pada Gambar 5.10.

Gambar 5.10 Proses pemanggilan dari L1 (4-1) menuju L6 (4-6), namun L6 tidak

angkat oleh si penerima.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lalu setelah L1 memanggil, L6 pun diangkat dan terjadi percakapan dari

kedua pesawat telepon tersebut, maka tampilan pada layar menu dari tampilan

port RS2623 menunjukkan adanya percakapan dari si pemanggil (L1) ,dengan si

penerima (L6) lalu Network Map akan bekerja menampilkan hasil data dari chanel

bank, time slot, dan juga T-S-T stage. Terlihat pada layar menu dari tampilan

port RS2623 pada PC, seperti terlihat pada Gambar 5.11.

Gambar 5.11 Proses pemanggilan dari L1 (4-1) menuju L6 (4-6), dan L6 telah di

angkat oleh si penerima.

Lalu kita menggambil sample lain, yaitu panggilan dari L2 – L3, dimana

tahap pertama kita memperhatikan L3 yang dihubungi, maka pesawat telepon

pada penomoran L3 akan berbunyi dan menghasilkan dering, namun L3 belum di

angkat. Terlihat pada layar menu dari tampilan port RS2623 pada PC, seperti

terlihat pada Gambar 5.12.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 5.12 Proses pemanggilan dari L2 (4-2) menuju L3 (4-3), namun L3

tidak angkat oleh si penerima.

Sama seperti proses pemanggilan L1-L6 diatas tadi, setelah L2

memanggil, L3 pun diangkat dan terjadi percakapan dari kedua pesawat telepon

tersebut, maka tampilan pada layar menu dari tampilan port RS2623

menunjukkan adanya percakapan dari si pemanggil (L2) ,dengan si penerima (L3)

lalu Network Map akan bekerja menampilkan hasil data dari chanel bank, time

slot, dan juga T-S-T stage. Terlihat pada layar menu dari tampilan port RS2623

pada PC, seperti terlihat pada Gambar 5.13.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 5.13 Proses pemanggilan dari L2 (4-2) menuju L3 (4-3), dan L3 telah di

angkat oleh si penerima.

Jadi dapat kita simpulkan bahwa, proses pemanggilan dengan penomoran

apapun tidak memiliki perbedaan yang signifikan, hanya chanel bank dan time

slot yang berubah-ubah, sesuai line pemanggil dan line si penerima.

5.5.2 Analisis Sinyal Pada Sentral Telepon Digital Trainer B4622-B dan

Oscilloscope Pada Percakapan 2 Pesawat Telepon

Di dalam tahap proses analisis sinyal pada Sentral Telepon Digital

Trainer B4622-B dan oscilloscope pada percakapan 2 telepon, kita memakai

sample dengan penomoran pesawat telepon L2 (4 – 2) dengan L6 (4 - 6).

Didalam percobaan ini, kita akan menggambil sample proses panggilan dari L2

memanggil L6. Saat melakukan panggilan kita harus memastikan bahwa

tombol berada pada posisi “RUN” agar suara pada transmitter dan reiceiver

dapat terdengar. Modul ini mempunyai 2 pilihan tombol yang berguna pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


saat melakukan panggilan dan melakukan pangembilan sampel data. Dan

apabila kita ingin melihat tampilan angka pada modul kita diharuskan

memposisikan tombol “RUN” tadi menjadi pada posisi “HOLD” dan semua

angka digital (tampilan lampu numeric) akan tampil pada modul.

Maka kita dapatkan hasil, sebagai berikut :

1. Ketika percakapan dilakukan dari L2 – L6, maka sinyal dari L2 akan masuk

ke signaling interface, pada signalling interface ini, terdapat 2 titik uji H

(hook) n R( ring),maka sinyal yang di hasilkan seperti Gambar 5.14.

(a) (b)

Gambar 5.14 (a) Posisi H (hook) dan (b) Posisi R (ring), maka pada

oscilloscope

Terlihat pada Gambar 5.14, sinyal yang di hasilkan H (hook) dan R (ring),

pada oscilloscope berbeda. Terlihat pada oscilloscope sinyal yang di

hasilkan H lebih kecil dari pada sinyal yang di hasilkan R. Dan saat

melakukkan pembicaraan sinyal yang dihasilkan keduanya tetap sama.

2. Lalu kita memasang kabel penghubung pada posisi antara jalur signalling

interface menuju active hybrid, seperti terlihat pada Gambar 5.15.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 5.15 Memasang kabel penghubung pada posisi antara jalur

signalling interface menuju active hybrid.

Seperti halnya sinyal pada H dan R setelah terjadi proses panggilan, maka

sinyal pada L2 (pemanggil) akan bergerak secara sinusoidal. Maka pada

oscilloscope akan muncul seperti Gambar 5.16.

(a) (b)

Gambar 5.16 Sinyal pada oscilloscope (a) sebelum dan (b) sesudah terjadi

proses panggilan L2 – L6 pada active hybrid

3. Dari active hybrid kita akan menuju Low Pass Filter (LPF) dimana Active

hybrid ini beroperasi secara dua arah sering juga diartikan dengan konversi

2 kabel menjadi 4 kabel. Pada dasarnya, alat yang mempunyai 4 port ini

bertugas untuk merutekan sinyal yang datang dari jalur L1 ke terminal RC1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(R=reception) dan merutekan sinyal yang datang dari port TC1

(T=Transmission) ke jalur L6.

4. Lalu setelah itu kita mencoba memasang kabel penghubung pada posisi

Channel Bank (RC), yang berada di antara Active hybrid dengan LPF. Dengan

proses pemanggilan dari L2 menuju ke L6, maka kita menganalisa sinyal

oscilloscope dari keluaran (RC). Pada dasarnya hasil yang di keluarkan (RC)

dan (TC) adalah sama, maka dapat kita lihat sinyal dari keluaran (RC) pada

oscilloscope, seperti terlihat pada Gambar 5.17.

Gambar 5.17 Sinyal dari keluaran (RC) pada oscilloscope

5. Kemudian sinyal tersebut masuk ke LPF (low pass filter), dimana LPF akan

mengurangi noise atau gangguan yang terdapat pada sinyal suara.

6. Lalu masuk ke A/D Converter, dimana pada A/D Converter, sinyal suara

yang telah di filter akan diubah menjadi sinyal digital yang berupa digit-

digit biner.

7. Kemudian digit-digit biner tersebut menuju multiplexer, dan dikeluarkan

menjadi satu deretan digit biner, setiap 8 digit biner akan di tampilkan pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tampilan lampu numeric berupa bilangan heksa decimal, seperti terlihat pada

Gambar 5.18.

Gambar 5.18 Tampilan lampu numeric pada modul trainer Sentral Telepon

Digital Trainer B4622-B

8. Digit-digit biner keluaran multiplexer, masuk ke S-Matrix yang berupa

suatu rangkaian dari 4 buah gerbang “AND”, S-matrix ini adalah jembatan

menuju receiver yang akan kita tuju, disini adalah pembagian jalur antara

multiplexer 1 dan multiplexer 2 untuk menuju ke demultiplexer 1 dan

demultiplexer 2. Disini terbagi menjadi 4 gerbang, yaitu 2 gerbang untuk

panggilan sesama multiplexer dan 2 gerbang lagi untuk panggilan berbeda

multiplexer. Terlihat pada Gambar 5.19.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


TS4
TS3
TS2
TS1
8
TO DEMUX1
1 FRAME
D B
8
FROM MUX1

C A
8
FROM MUX2

8
TO DEMUX2

BIT3
BIT2

BIT1

BIT0
CONTROL MEMORY

CENTRAL PROCESSOR

Gambar 5.19 Gambar skematik rangkaian dari 4 buah gerbang AND.

Pada dasarnya T-S-T-matrix adalah sebuah memory yang terdiri dari 4 sel data

RAM, .dengan ketentuan yang dapat ditunjukan pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2 Ketentuan penomoran Time Slot pada modul Trainer B4622-B

Node
tahap
D C B A Keterangan
S-
switch
Kontrol
BIT3 BIT2 BIT1 BIT0
kata
Dipakai untuk jalur
TSI 0 0 1 0
pembicaraan L2→L6
Dipakai untuk jalur
TS2 0 1 0 0
pembicaraan L6→L2
TS3 0 0 0 0 tidak jalan
TS4 0 0 0 0 tidak jalan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Panggilan dari mux1 melalui L2 menuju L6 akan di teruskan dan masuk

pada TS1 dan dengan otomatis akan menghidupkan lampu pada gerbang B

dan diteruskan sampai diterima pada demux 2 melalui line 6. Dan apabila

dilakukan panggilan sebaliknya akan melalui TS2 dan secara otomatis akan

menghidupkan lampu pada gerbang C. yang akan diteruskan dan diterima di

mux 1.

9. Pada S-matrix ini terjadi proses penyambungan (Switching) antara

multiplexer dengan demultiplexer, dan jika L2 menghubungi L6, maka led

B pada S-matrix akan menyala. Hal ini menandakan terjadi penyambungan

antara multiplexer 1 dengan demultiplexer 2. Seperti kita lihat pada Gambar

5.20.

Gambar 5.20 Proses pemanggilan L2 – L6 pada Switching matrix di dalam

modul trainer Sentral Telepon Digital Trainer B4622-B.

10. Kemudian sinyal suara yang telah diubah menjadi digit-digit biner tadi masuk

ke demultiplexer. Kemudian sinyal keluaran demux ini masuk ke D/A

Converter, untuk di ubah menjadi sinyal analog, keluaran D/A Converter

dapat kita llihat dengan menghubungkan oscilloscope ke titik uji, seperti yang

ditunjukkan Gambar 5.21.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 5.21 Sinyal keluaran D/A Converter

11. Kemudian sinyal analog ini di filter dan dikuatkan oleh Low Pass Filter dan

amplifier. Sinyal yang telah ter-filter dan dikuatkan dapat dilihat melalui

titik uji TC6.seperti pada Gambar 5.22.

Gambar 5.22 Sinyal keluaran TC6 (T=Transmission) jalur L6.

Begitu juga sebaliknya jika kita melakukan proses panggilan dari L6

menuju ke L2. Tidak terlihat perubahan yang signifikan.

12. Keluaran dari LPF dan Amplifier masuk kembali ke active hybrid. Maka,

active hybrid meneruskan sinyal ke signaling interface, lalu diteruskan

kembali ke line circuit ( dalam kasus ini L6).

13. Ketika L6 dalam keadaan on hook ,maka percakapan telah dapat dilakukan

diantara L2 dan L6.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat penulis berikan pada tugas akhir ini adalah:

1. Dengan melakukan pengujian ini maka dapat diketahui cara kerja dari Sentral

Telepon Digital Trainer Modul B4622-B.

2. Dengan melakukan pengujian ini, dapat mengetahui proses terjadinya call

processing, dan dapat mengetahui tampilan keluaran oscilloscope pada saat

terjadinya call processing, pada Sentral Telepon Digital Trainer Modul

B4622-B ini.

3. Pada Pengujian Transmisi Data Trainer Modul B4622-B – PC dilakukan

dengan cara mengirimkan paket data dari port RS2623 Trainer Modul B4622-

B ke komputer penerima (Reicever). Proses pemanggilan dengan penomoran

apapun tidak memiliki perbedaan yang signifikan, hanya chanel bank dan time

slot yang berubah-ubah, sesuai line pemanggil dan line si penerima.

4. Pada pengujian analisis sinyal Sentral Telepon Digital Trainer B4622-B dan

Oscilloscope pada percakapan 2 pesawat telepon, tahap penyambungan dari

L2-L6 menghasilkan suara setelah active hybrid meneruskan sinyal sampai

ke signaling interface, lalu diteruskan kembali ke line circuit ( dalam kasus

ini L6), saat L6 dalam keadaan on hook, maka call processing dapat

dilakukan. Begitu juga sebaliknya jika kita melakukan proses panggilan

dari L6 menuju ke L2. Tahap-tahap penyambungannya sama dengan proses

panggilan L2-L6. Tidak terlihat perubahan yang signifikan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6.2 Saran

Beberapa saran yang dapat penulis berikan pada tugas akhir ini adalah:

1. Percobaan ini layak untuk digunakan pada Laboratorium Telematika

Departemen Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara.

2. Akan lebih baik lagi, jika pengembangan dari Tugas Akhir ini dapat

digunakan pada teknologi wireless

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai