Anda di halaman 1dari 18

Nama : Rizky Darmawan

NPM : 17111035
Teknik Perangkat Lunak
UNIBI 2017

Konsep Shifter

Konsep Shifter

Contoh penerapan shifter:


1. Penyimpanan data serial
2. Konversi data serial ke parallel dan sebaliknya
3. Operasi aritmatika: Left/Right Shifting pada bilangan
tak bertanda

• m addresses input berfungsi untuk menentukan jumlah pergeseran/perputaran


• D control berfungsi untuk menentukan arah pergeseran/rotasi (Jika D=0 ke kiri ; jika
D=1 ke kanan)
• F control berfungsi menentukan nilai bit FILL pada output (Jika F=0 diisi dengan bit
0; jika F=1 diisi dengan bit SPILL (bisa 0 atau 1 sesuai dengan nilai bit sebelum
digeser))
• R control berfungsi untuk menentukan tipe operasi (Jika R=0 pergeseran; jika R=1
rotasi)

Note:
• Untuk Left shifter posisi bit MSB disebut SPILL dan posisi bit LSB disebut FILL
• Untuk Right shifter posisi bit MSB disebut FILL dan posisi bit LSB disebut SPILL
• Jika R=1 (active), F dan D control tidak digunakan • Jika R dan F control tidak
disebutkan, maka R = F = 0

Non-Arithmatic Shifter

• Fungsi utamanya adalah untuk melakukan bit SPILL-OFF/ZERO FILL dan operasi
rotasi, yaitu “mengalirkan” bit per bit ke ALU
• SPILL-OFF artinya bit pada posisi SPILL dianggap hilang/tidak digunakan dan bit
pada posisi FILL diisi dengan bit

• Rotasi ke kanan sebanyak 1 bit:


Contoh soal:

Rancanglah sebuah non-arithmatic shifter 4 bit yang mampu melakukan


pergeseran atau rotasi ke kiri sebanyak 2 bit!

• Tabel kebenarannya:

• K-map dan fungsinya:


Rangkaian logikanya:

Solusi lain: Menggunakan MUX 8-to-1


Arithmatic Shifter
• Merupakan unit penggeser (shifter) yang mampu menangani bit tanda
(sign)
• Aritmatika pergeseran bit:
– Geser ke kiri 1 bit = perkalian dengan 21
– Geser ke kiri 2 bit = perkalian dengan 22

– Dan seterusnya

– Geser ke kanan 1 bit = pembagian dengan 21


– Geser ke kanan 2 bit = pembagian dengan 22

– Dan seterusnya

• Contoh:
– 00001100 (=12) digeser ke kanan 2 bit (2sr) menjadi 00000011 (=3)

• Identik dengan 12 : 4 = 3
– 00001100 (=12) digeser ke kiri 3 bit (3sl) menjadi 01100000 (=96)

• Identik dengan 12 x 8 = 96

• Geser kiri pada bilangan sign-magnitude dan komplemen 2


• Geser kanan pada bilangan sign-magnitude dan komplemen 2
Multiflexer dan Demultiflexer
A. Pengertian Multiplexer dan Demultiplexer
> Multiplexer adalah rangkaian logika yang menerima beberapa input data digital dan
menyeleksi salah satu dari input tersebut pada saat tertentu untuk dikeluarkan pada sisi
output.
> Demultiplexer adalah rangkain logika yang menerima satu input data digital dan
mendistribusikan input tersebut ke beberapa output.

MULTIPLEXER :
> Perangkat pemilih beberapa jalur data kedalam satu jalur data untuk dikirim ketitik
lain.
> Mempunyai dua atau lebih signal digit sebagai input dan control sebagai pemilih
(selector).
> Merupakan data selector (pemilih data)

DEMULTIPLEXER : > Kebalikan dari multiplexer.


> Mempunyai satu input data dan beberapa output data.
> Merupakan data distributor (distribusi data)

Multiplexing adalah Teknik menggabungkan beberapa sinyal untuk dikirimkan secara


bersamaan pada suatu kanal transmisi. Dimana perangkat yang melakukan
Multiplexing disebut Multiplexer atau disebut juga dengan istilah Transceiver / Mux.
Dan untuk di sisi penerima, gabungan sinyal - sinyal itu akan kembali di pisahkan
sesuai dengan tujuan masing – masing. Proses ini disebut dengan Demultiplexing.
Receiver atau perangkat yang melakukan Demultiplexing disebut dengan Demultiplexer
atau disebut juga dengan istilah Demux.

Tujuan Muliplexing bertujuan meningkatkan effisiensi penggunaan bandwidth /


kapasitas saluran transmisi dengan cara berbagi akses bersama.

Jenis Teknik Multiplexing

Teknik Multiplexing yang umum digunakan adalah :


a. Time Division Multiplexing (TDM) :
- Synchronous TDM
- Asynchronous TDM
b. Frequency Division Multiplexing (FDM)
c. Code Division Multiplexing (CDM)
d. Wavelength Division Multiplexing (WDM)
e. Optical code Division Multiplexing (ODM)

Time Division Multiplexing (TDM)

Secara umum TDM menerapkan prinsip pemnggiliran waktu pemakaian saluran


transmisi dengan mengalokasikan satu slot waktu (time slot) bagi setiap pemakai
saluran (user).

TDM yaitu Terminal atau channel pemakaian bersama-sama kabel yang cepat dengan
setiap channel membutuhkan waktu tertentu secara bergiliran (round-robin time-
slicing). Biasanya waktu tersebut cukup digunakan untuk menghantar satu bit (kadang-
kadang dipanggil bit interleaving) dari setiap channel secara bergiliran atau cukup
untuk menghantar satu karakter (kadang-kadang dipanggil character interleaving atau
byte interleaving).

Menggunakan metoda character interleaving, multiplexer akan mengambil satu


karakter (jajaran bitnya) dari setiap channel secara bergiliran dan meletakkan pada
kabel yang dipakai bersama-sama sehingga sampai ke ujung multiplexer untuk
dipisahkan kembali melalui port masing-masing. Menggunakan metoda bit interleaving,
multiplexer akan mengambil satu bit dari setiap channel secara bergiliran dan
meletakkan pada kabel yang dipakai sehingga sampai ke ujung multiplexer untuk
dipisahkan kembali melalui port masing-masing.

Jika ada channel yang tidak ada data untuk dihantar, TDM tetap menggunakan waktu
untuk channel yang ada (tidak ada data yang dihantar), ini merugikan penggunaan
kabel secara maksimun. Kelebihanya adalah karena teknik ini tidak memerlukan
guardband jadi bandwidth dapat digunakan sepenuhnya dan perlaksanaan teknik ini
tidak sekompleks teknik FDM. Teknik TDM terdiri atas :

Synchronous TDM

Hubungan antara sisi pengirim dan sisi penerima dalam komunikasi data yang
menerapkan teknik Synchronous TDM dijelaskan secara skematik pada gambar
Gambar Synchronous TDM Cara kerja Synchronous TDM dijelaskan dengan
ilustrasi dibawah ini

Gambar Ilustrasi hasil sampling dari input line

Asynchronous TDM

Untuk mengoptimalkan penggunaan saluran dengan cara menghindari adanya slot


waktu yang kosong akibat tidak adanya data ( atau tidak aktif-nya pengguna) pada
saat sampling setiap input line, maka pada Asynchronous TDM proses sampling hanya
dilakukan untuk input line yang aktif saja. Konsekuensi dari hal tersebut adalah
perlunya menambahkan informasi kepemilikan data pada setiap slot waktu berupa
identitas pengguna atau identitas input line yang bersangkutan.

Penambahan informasi pada setiap slot waktu yang dikirim merupakan overhead pada
Asynchronous TDM.

Gambar di bawah ini menyajikan contoh ilustrasi yang sama dengan gambar Ilustrasi
hasil sampling dari input line jika ditransmisikan dengan Asynchronous TDM.

Gambar Frame pada Asysnchronous TDM

Frequency Division Multiplexing (FDM)

Prinsip dari FDM adalah pembagian bandwidth saluran transmisi atas sejumlah kanal
(dengan lebar pita frekuensi yang sama atau berbeda) dimana masing-masing kanal
dialokasikan ke pasangan entitas yang berkomunikasi. Contoh aplikasi FDM ini yang
polpuler pada saat ini adalah Jaringan Komunikasi Seluler, seperti GSM ( Global System
Mobile) yang dapat menjangkau jarak 100 m s/d 35 km. Tingkatan generasi GSM
adalah sbb:

First-generation: Analog cellular systems (450-900 MHz)

* Frequency shift keying for signaling


* FDMA for spectrum sharing
* NMT (Europe), AMPS (US)

Second-generation: Digital cellular systems (900, 1800 MHz)

* TDMA/CDMA for spectrum sharing


* Circuit switching
* GSM (Europe), IS-136 (US), PDC (Japan)

2.5G: Packet switching extensions

* Digital: GSM to GPRS


* Analog: AMPS to CDPD

3G:

* High speed, data and Internet services


* IMT-2000

Gambar Pemakaian Frekwensi pada GSM

FDM yaitu pemakaian secara bersama kabel yang mempunyai bandwidth yang tinggi
terhadap beberapa frekuensi (setiap channel akan menggunakan frekuensi yang
berbeda). Contoh metoda multiplexer ini dapat dilihat pada kabel coaxial TV, dimana
beberapa channel TV terdapat beberapa chanel, dan kita hanya perlu tunner (pengatur
channel) untuk gelombang yang dikehendaki. Pada teknik FDM, tidak perlu ada
MODEM karena multiplexer juga bertindak sebagai modem (membuat permodulatan
terhadap data digital).

Kelemahan Modem disatukan dengan multiplexer adalah sulitnya meng-upgrade ke


komponen yang lebih maju dan mempunyai kecepatan yang lebih tinggi (seperti teknik
permodulatan modem yang begitu cepat meningkat).

Kelemahannya adalah jika ada channel (terminal) yang tidak menghantar data,
frekuensi yang dikhususkan untuk membawa data pada channel tersebut tidak
tergunakan dan ini merugikandan juga harganya agak mahal dari segi pemakaian
(terutama dibandingkan dengan TDM) kerana setiap channel harus disediakan
frekuensinya.

Kelemahan lain adalah kerana bandwidth jalur atau media yang dipakai bersama-sama
tidak dapat digunakan sepenuhnya, kerana sebagian dari frekuensi terpaksa digunakan
untuk memisahkan antara frekuensi channelchannel yang ada. Frekuensi pemisah ini
dipanggil guardband.

Gambar Frequency Division Multiplexing

Pengalokasian kanal (channel) ke pasangan entitas yang berkomunikasi diilustrasikan


pada gambar dibawah ini :
Gambar Contoh penerapan FDM dengan 4 pengguna

Code Division Multiplexing (CDM)

Code Division Multiplexing (CDM) dirancang untuk menanggulangi


kelemahankelemahan yang dimiliki oleh teknik multiplexing sebelumnya, yakni TDM
dan FDM.. Contoh aplikasinya pada saat ini adalah jaringan komunikasi seluler CDMA
(Flexi) Prinsip kerja dari CDM adalah sebagai berikut :

1. Kepada setiap entitas pengguna diberikan suatu kode unik (dengan panjang 64 bit)
yang disebut chip spreading code.

2. Untuk pengiriman bit ‘1’, digunakan representasi kode (chip spreading code) tersebut.

3. Sedangkan untuk pengiriman bit ‘0’, yang digunakan adalah inverse dari kode
tersebut.

4. Pada saluran transmisi, kode-kode unik yang dikirim oleh sejumlah pengguna akan
ditransmisikan dalam bentuk hasil penjumlahan (sum) dari kode-kode tersebut.

5. Di sisi penerima, sinyal hasil penjumlahan kode-kode tersebut akan dikalikan dengan
kode unik dari si pengirim (chip spreading code) untuk diinterpretasikan.
selanjutnya :
- jika jumlah hasil perkalian mendekati nilai +64 berarti bit ‘1’,
- jika jumlahnya mendekati –64 dinyatakan sebagai bit ‘0’.

Contoh penerapan CDM untuk 3 pengguna (A,B dan C) menggunakan panjang kode 8
bit (8-chip spreading code) dijelaskan sebagai berikut :

a. Pengalokasian kode unik (8-chip spreading code) bagi ketiga pengguna :

- kode untuk A : 10111001


- kode untuk B : 01101110
- kode untuk C : 11001101

b. Misalkan pengguna A mengirim bit 1, pengguna B mengirim bit 0 dan pengguna C


mengirim bit 1. Maka pada saluran transmisi akan dikirimkan kode berikut :

- A mengirim bit 1 : 10111001 atau + - + + + - - +


- B mengirim bit 0 : 10010001 atau + - - + - - - +
- C mengirim bit 1 : 11001101 atau + + - - + + - +
- hasil penjumlahan (sum) = +3,-1,-1,+1,+1,-1,-3,+3

c. Pasangan dari A akan menginterpretasi kode yang diterima dengan cara :

- Sinyal yang diterima : +3 –1 –1 +1 +1 –1 –3 +3


- Kode milik A : +1 –1 +1 +1 +1 -1 –1 +1
- Hasil perkalian (product) : +3 +1 –1 +1 +1 +1 +3 +3 = 12
Nilai +12 akan diinterpretasi sebagai bit ‘1’ karena mendekati nilai +8.

d. Pasangan dari pengguna B akan melakukan interpretasi sebagai berikut :

- sinyal yang diterima : +3 –1 –1 +1 +1 –1 –3 +3


- kode milik B : –1 +1 +1 –1 +1 +1 +1 –1
- jumlah hasil perkalian : –3 –1 –1 –1 +1 –1 –3 –3 = -12
berarti bit yang diterima adalah bit ‘0’, karena mendekati nilai –8.

Wavelength Division Multiplexing (WDM).

Teknik multiplexing ini digunakan pada transmisi data melalui serat optik (optical
fiber) dimana sinyal yang ditransmisikan berupa sinar. Pada WDM prinsip yang
diterapkan mirip seperti pada FDM, hanya dengan cara pembedaan panjang gelombang
(wavelength) sinar. Sejumlah berkas sinar dengan panjang gelombang
berbeda ditransmisikan secara simultan melalui serat optik yang sama (dari jenis Multi
mode optical fiber).

Gambar Wavelength Division Multiplexing

Optical code Division Multiplexing.

Prinsip yang digunakan pada ODM serupa dengan CDM, hanya dalam hal ini yang
dikode adalah berupa sinyal analog (sinar) dengan pola tertentu. Sejumlah berkas sinar
dengan pola sinyal berbeda ditransmisikan melalui serat optik dengan menggunakan
prinsip TDM (berupa temporal-spectral signal structure).
Di sisi penerima setiap berkas sinar tersebut akan diinterpretasi untuk setiap pasangan
pengguna untuk memperoleh kembali data yang dikode tersebut dengan cara mengenali
terlebih dahulu pola sinyal yang digunakan

COMPARATOR

Comparator merupakan salah satu dari sekian banyak jenis datapath. Dalam dunia
elektro, comparator berfungsi sebagai pembanding data. Ada dua jenis comparator
digital, yaitu Equality (Identify) Comparator dan Magnitude Comparator. Berikutnya
akan dibahas kedua komparator tersebut.

equality/identify comparator
Comparator yang fungsinya mendeteksi apakah dua buah data biner n-bit besarnya
sama atau tidak. Implementasinya dengan XNOR pada setiap bit (sebut saja bit ke-p)
untuk masing-masing data biner n-bit tersebut. Hal ini dimungkinkan karena gerbang
XNOR akan berlogic ‘1’ jika kedua inputnya sama.
Contoh, untuk dua buah data biner 4 bit, diagram bloknya :

Rangkaian diatas akan melakukan pengecekan tiap bit ke-p dari dua buah n-bit data.
Jika semuanya sama, maka output gerbang AND akan berlogic ‘1’ yang artinya kedua
data sama nilainya.

Magnitude Comparator
Comparator yang fungsinya tidak hanya mendeteksi apakah dua buah data biner n-bit
besarnya sama maupun tidak sama. jika tidak sama comparator ini dapat pula
mendeteksi data manakah yang lebih besar dan manakah yang lebih kecil (gt atau lt).
Comparator ini disusun secara ripple dari tiap bit komparator penyusunnya. Gambar
diagram blok untuk per-bitnya :

dari diagram blok doatas, dapat diketahui:


1. jika input igt bernilai ‘1’, berarti output ogt juga bernilai ‘1’ yang
mengindikasikan bahwa a > b tanpa perlu pengecekan terhadap ar dan br dan
begitu seterusnya sampai pengecekan bit LSB. begitu pula sebaliknya jika input
ilt = ‘1’, sehingga a < b, tanpa perlu pengecekan terhadap ar dan br
2. tetapi jika igt = ilt = ‘0’, dan ieq = ‘1’, dengan kata lain ripple comparator pada
stage sebelumnya (lebih MSB dari komparator bit ini) bernilai sama, maka
outputnya ditentukan oleh dua buah data biner ar dan br, yaitu :
 jika ap > bp, maka output out_gt = ‘1’ dan output lainnya ‘0’
 sedangkan jika ap < bp, maka output out_lt = ‘1’ dan output lainnya ‘0’
 serta jika ap = bp, maka output out_eq = ‘1’ dan output lainnya ‘0’
sehingga didapat fungsi outputnya adalah :

out_gt = in_gt + (in_eq . a . b’)

out_lt = in_lt + (in_eq . a’ . b)

out_eq = in_eq . (a XNOR b)

Fungsi diatas dapat direalisasikan dengan IC gerbang logika yang bersesuaian. Untuk
keperluan lebih besar, kombinasi komparator dapat diekspansi menjadi komparator n-
bit secara ripple, tetapi secara umum, contohnya untuk data 4 bit, diagram blok-nya
sebagai berikut :

Encoder adalah rangkaian yang memiliki fungsi berkebalikan dengan dekoder. Encoder
berfungsi sebagai rangakain untuk mengkodekan data input mejadi data bilangan dengan format
tertentu. Encoder dalam rangkaian digital adalah rangkaian kombinasi gerbang digital yang memiliki
input banyak dalam bentuk line input dan memiliki output sedikit dalam format bilangan biner.
Encoder akan mengkodekan setiap jalur input yang aktif menjadi kode bilangan biner. Dalam teori
digital banyak ditemukan istilah encoder seperti “Desimal to BCD Encoder” yang berarti rangkaian
digital yang berfungsi untuk mengkodekan line input dengan jumlah line input desimal (0-9) menjadi
kode bilangan biner 4 bit BCD (Binary Coded Decimal). Atau “8 line to 3 line encoder” yang berarti
rangkaian encoder dengan input 8 line dan output 3 line (3 bit BCD).

Ilustrasi Digital Encoder


Encoder dalam contoh ini adalah encoder desimal ke BCD (Binary Coded Decimal) yaitu rangkaian
encoder dengan input 9 line dan output 4 bit data BCD. Dalam mendesain suatu encoder kita harus
mengetahui tujuan atau spesifikasi encoder yang diinginkan yaitu dengan :

1. Membuat tabel kenenaran dari encoder yang ingin dibuat


2. Membuat persamaan logika encoder yang diinginkan pada tabel kebenaran menggunakan K-
Map
3. Mengimplemenstasikan persamaan logika encoder dalam bentuk rangkaian gerbang logika
digital

Rangkaian Encoder Desimal (10 line) ke BCD


Dalam mendesain rangkaian encoder desimal ke BCD langkah pertama adalah menentukan tabel
kebenaran encoder kemudian membuat persamaan logika kemudian mengimplementasikan dalam
gerbang logika digital seperti berikut.

Tabel kebenaran encoder Desimal (10 Line) ke BCD

Persamaan logika output encoder Desimal (10 Line) ke BCD

 Y3 = X8 + X9
 Y2 = X4 + X5 + X6 + X7
 Y1 = X2 + X3 + X6 + X7
 Y0 = X1 + X3 + X5 + X7 + X9

Rangkaian implementasi encoder Desimal (10 Line) ke BCD sesuai tabel kebenaran

Rangkaian encoder diatas merupakan implementasi dari tabel kebenaran diatas dan persamaan logika
encoder Desimal ke BCD. jalur input X0 tidak dihubung ke rangkaian karena alasan efisiensi
komponen, hal ini karena apabil input X0 ditekan maka tidak akan mengubah nilai output yaitu output
tetap bernilai BCD 0 (0000). Rangkaian encoder diatas hanya akan bekerja dengan baik apabila hanya
1 jalur input saja yang mendapat input, hal ini karena rangkaian encoder diatas bukan didesain sebagai
priority encoder.

Decoder

Pengertian Decoder adalah alat yang di gunakan untuk dapat mengembalikan proses encoding
sehingga kita dapat melihat atau menerima informasi aslinya. Pengertian Decoder juga dapat di artikan
sebagai rangkaian logika yang di tugaskan untuk menerima input input biner dan mengaktifkan salah
satu outputnya sesuai dengan urutan biner tersebut. Kebalikan dari decoder adalah encoder.

Fungsi Decoder adalah untuk memudahkan kita dalam menyalakan seven segmen. Itu lah sebabnya
kita menggunakan decoder agar dapat dengan cepat menyalakan seven segmen. Output dari decoder
maksimum adalah 2n. Jadi dapat kita bentuk n-to-2n decoder. Jika kita ingin merangkaian decoder
dapat kita buat dengan 3-to-8 decoder menggunakan 2-to-4 decoder. Sehingga kita dapat membuat 4-
to-16 decoder dengan menggunakan dua buah 3-to-8 decoder.

Beberapa rangkaian decoder yang sering kita jumpai saat ini adalah decoder jenis 3 x 8 (3 bit input dan
8 output line), decoder jenis 4 x 16, decoder jenis BCD to Decimal (4 bit input dan 10 output line) dan
decoder jenis BCD to 7 segmen (4 bit input dan 8 output line). Khusus untuk pengertian decoder jenis
BCD to 7 segmen mempunyai prinsip kerja yang berbeda dengan decoder decoder lainnya, di mana
kombinasi setiap inputnya dapat mengaktifkan beberapa output linenya.

Salah satu jenis IC decoder yang umum di pakai adalah 74138, karena IC ini mempunyai 3 input biner
dan 8 output line, di mana nilai output adalah 1 untuk salah satu dari ke 8 jenis kombinasi inputnya.
Jika kita perhatikan, pengertian decoder sangat mirip dengan demultiplexer dengan pengecualian yaitu
decoder yang satu ini tidak mempunyai data input. Sehingga input hanya di gunakan sebagai data
control.

Pengertian decoder dapat di bentuk dari susunan gerbang logika dasar atau menggunakan IC yang
banyak jual di pasaran, seperti decoder 74LS48, 74LS154, 74LS138, 74LS155 dan sebagainya.
Dengan menggunakan IC, kita dapat merancang sebuah decoder dengan jumlah bit dan keluaran yang
di inginkan. Contohnya adalah dengan merancang sebuah decoder 32 saluran keluar dengan IC decoder
8 saluran keluaran.

Anda mungkin juga menyukai