Anda di halaman 1dari 3

ASTABRATA

Asta Brata merupakan 8 konsep ajaran kepemimpinan atau leadership Agama


Hindu.

Dalam Parisada Hindu Dharma Indonesia, Asta Brata (ref1) dijelaskan bahwa asal
kata dari Asta Brata terdiri dari dua suku kata yaitu : asta berarti 8, sedangkan brata
(atau ejaan yang dipersamakan beratha, bratha dan berata) adalah sikap atau laku.

Jadi "Asta Brata" merupakan 8 (delapan) ajaran, filsafat atau ilmu kepemimpinan
yang mulia dari warisan tanah Nusantara yang dapat dipergunakan untuk
meningkatkan kualitas sebagai seorang pemimpin.

Kedelapan ilmu kepemimpinan tersebut terdiri dari :

1. Surya atau mentari.


Dia memancarkan sinar terang sebagai sumber kehidupan yang membuat semua
mahluk tumbuh dan berkembang. Analogi ini mengharapkan seorang pemimpin
untuk mampu menumbuhkembangkan daya hidup rakyatnya untuk membangun
bangsa dan negara, dengan memberikan bekal lahir dan bathin untuk dapat
berkarya secara maksimal menurut swadharma atau bidang tugasnya masing-
masing.

2. Candra atau rembulan.


Memancarkan sinar di kegelapan malam. Cahaya rembulan yang lembut akan
mampu menumbuhkan semangat dan harapan di tengan kegelapan. Seorang
pemimpin hendaknya mampu memberikan dorongan atau motivasi untuk
membangkitkan semangat rakyatnya, walau dalam kelamnya duka karena bencana.

3. Kartika atau bintang.


Memberikan sinar indah kemilau, jauh di langit, sehingga dapat menjadi petunjuk
arah bagi yang memerlukan. Seorang pemimpin harus mampu menjadi teladan
untuk berbuat kebaikan. Tak pernah ragu menjalankan keputusan yang disepakati,
serta tidak mudah terpengaruh oleh pihak yang akan menyesatkan.

4. Angkasa atau langit.


Luas tak terbatas, hingga mampu menampung apa saja yang datang padanya.
Seorang pemimpin hendaknya memiliki keluasan batin dan kemampuan
mengendalikan diri yang kuat, hingga dengan sabar mampu menampung aspirasi
atau pendapat rakyatnya yang beraneka ragam.

5. Bayu atau angin.


Selalu ada dimana-mana, tanpa membedakan tempat serta selalu mengisi semua
ruang kosong. Seorang pemimpin hendaknya dekat dengan rakyat, tanpa
membedakan derajat dan martabatnya, bisa mengetahui keadaan dan keinginan
rakyatnya. Mampu memahami dan menyerap aspirasi rakyat.

6. Samodra atau lautan.


Betapapun luasnya samudra, senantiasa mempunyai permukaan yang rata, bersifat
sejuk menyegarkan. Sang pemimpin hendaknya mampu menempatkan semua
orang pada derajat dan martabat yang sama, sehingga dapat berlaku adil,
bijaksana dan penuh kasih sayang terhadap rakyatnya.

7. Agni atau api.


Api mempunyai kemampuan untuk membakar habis dan menghancur leburkan
segala sesuatu yang bersentuhan dengannya. Seorang pemimpin hendaknya
berwibawa dan berani menegakkan kebenaran dan keadilan secara tegas, tuntas
dan tanpa pandang bulu.

8. Pertiwi atau bumi/tanah.


Bumi mempunyai sifat kuat sekaligus murah hati. Selalu memberi hasil kepada
siapapun yang mau berusaha mengelola dan memeliharanya dengan tekun.
Seorang pemimpin hendaknya berwatak sentosa, teguh dan murah hati, senang
beramal dan senantiasa berusaha untuk tidak mengecewakan kepercayaan
rakyatnya.

Demikian dijelaskan dalam Parisada Hindu Dharma Indonesia tentang Asta Brata ini.

Dalam pengembangan ajaran ini, Patih Gajah Mada seperti dijelaskan dalam artikel
blog Paris Sweet Home, telah mengembangkan konsep dasar kepemimpinan ini
menjadi 18 yang disebut dengan Asta Dasa Berata Pramiteng Prabhu yaitu terdiri
dari :

1. Wijaya; bersikap tenang dan bijaksana.


2. Matri Wira; berani membela yang benar.
3. Natanggwan; mendapat kepercayaan rakyat,
4. Satya bhakti a prabhu; taat kepada pemimpin/pemerintah.
5. Wagmi wak; pandai berbicara dan meyakinkan pendengar.
6. Wicak saneng naya; cerdik menggunakan pikiran.
7. Sarja wopasana; selalu bersikap rendah hati.
8. Dirotsaha; rajin dan tekun bekerja.
9. Tan satresna; jangan terikat/mengikatkan diri pada satu golongan atau
persoalan.
10. Masihi semesta Buwana; bersikap kasih sayang kepada semuanya.
11. Sih Semesta buwana; dikasihi oleh semuanya;
12. Negara Ginang Pratidnya; selalu mengabdi dan mendahulukan kepentingan
negara.
13. Dibya cita; toleran terhadap pendirian orang lain.
14. Sumantri; tegas dan jujur.
15. Anayaken musuh; selalu dapat memperdaya musuh.
16. Waspada Pubha wisesa; waspada selalu/introspeksi.
17. Ambeg Paramartha; pandai mendahulukan hal-hal yang lebih penting.
18. Prasaja; hiduplah sederhana.

Dengan pengembangan konsep leadership ini, Patih Gajah Mada menjadi seorang
tokoh nasional yang mampu mempersatukan Nusantara sampai ke Kepulauan
Madagaskar, Malaysia, hingga Filipina selatan pada masa kejayaan Majapahit.
PENGASUHAN

Konsep atau definisi pengasuhan

Berdasarkan sejarahnya pengasuhan merupakan sebuah alat penyampaian pesan


kepada anak mengenai nilai-nilai sehingga menjadi suatu variasi antar budaya
dalam masyarakat. Dimana pada awal abad 20, pengasuhan masih dianggap
mudah dikarenakan masyarakat pada saat itu memiliki keyakinan bahwa salah satu
tujuan hidup manusia adalah untuk melayani Tuhan dan mengikuti ajaran agam
yang berlaku.

Sebelum lebih lanjut memahami mengenai pengasuhan maka harus mengatahui


pengertian dan konsep dari pengasuhan itu sendiri. Menurut kamus, pengasuhan
sering disebut pula sebagai child-rearing yaitu pengalaman, keterampilan, kualitas,
dan tanggung jawab sebagai orangtua dalam mendidik dan merawat anak.
Pengasuhan atau disebut juga parenting adalah proses menumbuhkan dan
mendidik anak dan kelahiran anak hingga memasuki usia dewasa. Sedangkan
berdasarkan diktat mata kuliah pengasuhan (Dwi Hastuti, 2010) pengasuhan adalah
pengetahuan, pengalaman, keahlian dalam melakukan pemeliharaan, perlindungan,
pemberian kasih sayang dan pengarahan kepada anak. Selain itu pengertian yang
lain dari pengasuhan adalah saat dimana orangtua memberikan sumberdaya paling
dasar kepada anak, pemenuhan kebutuhan anak, kasih sayang, memberikan
perhatian dan mengajarkan nilai-nilai kebaikan kepada anak. Pengertian
pengasuhan yang disebutkan dalam diktat sejalan dengan yang dijabarkan oleh
Myre (1992) bahwa pengasuhan ini mencagkup beberapa aktivitas yaitu: melindungi
anak, memberikan perumahan atau tempat perlindungan, pakaian, makanan,
merawat anak (termasuk memandikan, mengajarkan cara buang air, dan
memelihara ketika anak sakit), memberikan kasih sayang dan perhatian pada anak,
berinteraksi dengaan anak dan memberikan stimulasi kepadanya, serta memberikan
kemampuan sosialisasi dengan budayanya. Sedangkan dalam buku Berns R.M
dalam bukunya yang berjudul Child, Family, School, Community Social and Support
dijelaskan bahwa Jerome Kagan-seorang psikolog perkembangan Jerman- (1975)
menyebutkan bahwa pengasuhan merujuk pada serangkaian implementasi dari
berbagai keputusan tentang sosialisasi pada anak –apa yang harus dilakukan orang
tua untuk menjadikan anak sebagai individu yang bertanggung jawab dan mampu
memberikan kontribusi terhadap masyarakat, serta apa yang terbaik dilakukan orang
tua dalam menghadapi beragam sifat anak ketika menangis, agresif, berbohong,
marah, dll.Pengasuhan adalah sebuah proses bidirectional –perilaku orang dewasa
dalam menghadapai anak seringkali merupakan reaksi yang muncul dari perilaku
anak. (Learner et al., 1995)

Berdasarkan buku Parenting karangan J.B. Brooks chapter 1 dijelaskan bahwa


pengasuhan adalah sebuah proses, yang di dalamnya terdapat hubungan yang unik
antara orang tua dan anak. Secara umum, pengasuhan dapat dideskripsikan
sebagai aksi dan interaksi orang tua dalam membangun perkembangan dan
pertumbuhan anak. Jay Belsky, dalam tulisannya menyatakan, terdapat tiga hal
yang mempengaruhi proses pengasuhan, yakni individu dan karakteristik seorang
anak, latar belakang orang tua dan kondisi psikologis, serta kondisi tekanan dan
dukungan sosial.

Anda mungkin juga menyukai