Anda di halaman 1dari 46

Modul 3

Konsep-Konsep
Pengembangan Wilayah
PL3261 Perencanaan Wilayah
Kerangka Modul 3
Mgu Topik Subtopik
6 Konsep dan 1. Pembangunan dari atas (Devt from above)
Pendekatan • Prinsip dasar dan asumsi growth pole dan growth center
Pengembangan • Mekanisme backward dan forward linkage
Wilayah (1) • Evaluasi konsep pembangunan dari atas
2. Pembangunan dari bawah (Devt from below)
• Kritik atas pembangunan dari atas
• Alternatif (selective spatial closure dan agropolitan devt)
• Evaluasi konsep pembangunan dari bawah
7 Konsep dan 1. Localism
Pendekatan • Pembangunan ekonomi lokal (Local Economic Devt)
Pengembangan • Pembangunan Komunitas (Community Devt)
Wilayah (2) • Persamaan dan perbedaan dengan konsep devt from above
dan below
2. Perencanaan Partisipatori
• Pendekatan perencanaan partisipatori dalam perencanaan
wilayah
• Relevansinya

KK Perencanaan Wilayah dan Perdesaan 2


PENGEMBANGAN DARI ATAS – KUTUB PERTUMBUHAN
(center-down development, development from above)

Esensi : perkembangan dari sektor dinamis atau wilayah


’core’ menjalar ke sektor atau wilayah lain.
 
Berakar dari kontroversi antara pertumbuhan balanced
(Rosenstein-Rodan, Nurske) dan unbalanced (Perroux,
Hirschman, Myrdal, Friedmann) pada tahun 1950-an.
 

KK Perencanaan Wilayah dan Perdesaan 3


PENGEMBANGAN DARI ATAS – KUTUB PERTUMBUHAN
(center-down development, development from above)

Francois Perroux
• Pembangunan atau pertumbuhan tidak terjadi di semua
sektor (wilayah), melainkan hanya pada sektor (wilayah)
yang dapat mendorong pembangunan.
• Propulsive industry: industri yang mendorong sektor lain.

KK Perencanaan Wilayah dan Perdesaan 4


PENGEMBANGAN DARI ATAS – KUTUB PERTUMBUHAN
(center-down development, development from above)

Francois Perroux (1955) Growth Poles : sektor strategis


 
Ciri sektor strategis :

1. Propulsive industries (unit ekonomi dominan yang dapat menjalari unit


ekonomi lainnya)
2. Industri yang dinamis dan memakai advanced teknologi yang tinggi (high
tech)
3. Elastis demand yang tinggi (jika income naik, demand naik pula), contoh
barang-barang elektronik
4. Inter industry linkage yang kuat (industri hulu dan hilir), suatu industri harus
memiliki linkage yang kuat
5. Kemampuan tinggi untuk berinovasi
6. Tumbuh cepat/fast growing
 
Groth poles : primary, secondary dan tertiary pole
Jacques Boudeville (1972) : Growth Centers
KK Perencanaan Wilayah dan Perdesaan 5
PENGEMBANGAN DARI ATAS – KUTUB PERTUMBUHAN
(center-down development, development from above)

Teori yang berkaitan :

Albert O. Hirschman (1958)


 Trickling down and polarization effect
 Terkonsentrasi di beberapa sektor strategis
 sektor kunci ditetapkan berdasarkan besarnya linkage (backward dan forward)
 Pertumbuhan dikomunikasikan dari sektor leading ke sektor lainnya

KK Perencanaan Wilayah dan Perdesaan 6


PENGEMBANGAN DARI ATAS – KUTUB PERTUMBUHAN
(center-down development, development from above)

Teori yang berkaitan :

Gunnar Myrdal (1957)


 Backwash and spread effect
Cumulative causation effect, yakni yang sudah berkembang akan berkembang l
lebih lanjut dengan pengorbanan dari yang belum berkembang (termasuk
’perasaan’ berkembang & semangat kewirausahaannya)
 
John Friedmann (1966)
 Friedmann memandang dan manamai hal ini : Center (core) – Periphery
 
Core region : pusat utama tempat perubahan inovatif, yang berada dalam sistem
hirarki mulai dari tingkat dunia sampai tingkat propinsi. Menurutnya pengembangan
wilayah dimulai dari suatu daerah lalu diikuti semua daerah, maka muncullah
hirarki kota tersebut.

KK Perencanaan Wilayah dan Perdesaan 7


PENGEMBANGAN DARI ATAS – KUTUB PERTUMBUHAN
(center-down development, development from above)

Teori yang berkaitan :

Disamping core-periphery region terdapat juga :


a. Downward/upward transitional area
b. Resource frontier
c. Special problem region
 
Brian J.L. Berry (1970)
 Penyebaran inovasi secara hirarkis
 Adanya sistem kota yang mempunyai hirarki yang fungsional
 Adanya wilayah pengaruh dari tiap kota dalam sistem
 Impuls ekonomi dijalarkan dari center yang lebih tinggi ke tingkat yang
lebih rendah dalam hirarki.

Di negara berkembang hirarki ini belum ada, jadi ini merupakan salah satu
alasan konsep growth di negara berkembang mengalami kegagalan.
Rondinelli : kembangkan kota-kota menengah

KK Perencanaan Wilayah dan Perdesaan 8


PENGEMBANGAN DARI ATAS – KUTUB PERTUMBUHAN
(center-down development, development from above)

Teori yang berkaitan :

John B. Parr, membela konsep growth pole, dengan menyatakan


bahwa bukan konsepnya yang salah, akan tetapi implementasinya,
karena :

1.Terlalu cepat ditinggalkan

2.Jangka waktu perencanaan terlalu pendek

3.Commitment terhadap konsep tidak kuat

KK Perencanaan Wilayah dan Perdesaan 9


Growth Center (Boudeville)
• Boudeville: ahli geografi Prancis, lebih fokus kepada
ruang.
• Saat ini lebih tenar, Kota Orde I, II, dst.
• Growth center vs. Hexagonal pattern (Christaller)?
Growth Center Hexagonal Pattern
Perbe- Dinamis Statis
daan Tentang pembangunan, pusat Hanya berbicara pusat
pertumbuhan dari atas ke bawah pelayanan yang efisien
Persa- Spatial Spatial
maan

Pusat rural
Bagaimana menentukan
pusat layanan yang
efisien? 2 hal penting:
• Jarak
KK Perencanaan Wilayah dan Perdesaan
• Jenis pelayanan 10
Rank-Size Rule (Zipf)
Size
• Kesamaan: space,
Jakarta
distribusi
• Bagaimana
Surabaya perkembangan suatu
Bandung
kota diplotkan?

Medan
Rank
1 2 3

KK Perencanaan Wilayah dan Perdesaan 11


PENGEMBANGAN DARI ATAS – KUTUB PERTUMBUHAN
(center-down development, development from above)
Kritik: Integrasi menjadi Disintegrasi
• Leakages: kebocoran, sumber daya dari daerah banyak
yang “bocor” ke daerah yang maju tidak kembali ke
daerah asalnya.
 development from above jadi gagal
• Integrasi malah menimbulkan ketimpangan. Maka,
leakages harus ditangani dengan:
idealnya: cut off  tapi tidak mungkin dilakukan
strategi : local economic dev’t dari konsep dev’t from
below (disintegrasi) dengan “Selective Spatial Closure”
contohnya: munculnya konsep agropolitan (Friedman &
Douglas)

KK Perencanaan Wilayah dan Perdesaan 12


Sedikit ulasan ...
• LED:
• Sumber daya dari daerah dimanfaatkan untuk
kepentingan daerah
• Membuat tempat-tempat pengolahan resource lokal
yang tidak terserap seluruhnya oleh growth center
• Selective spatial closure: menutup daerah secara selektif
agar tidak terjadi kebocoran
• Agropolitan: ada added value dari lokal

KK Perencanaan Wilayah dan Perdesaan 13


PEMBANGUNAN DARI BAWAH
(bottom-up, periphery inward development paradigm)

Reaksi atas anggapan bahwa development from above kurang


tepat bagi negara berkembang
 
Dengan demikian dicari konsep lain, yaitu konsep yang tidak
memilih dan sektor yang terplih, akan tetapi pembangunan
dilakukan di wilayah yang paling memerlikan pengembangan,
dengan sektor yang terintegrasi. Penekanan pembangunan
pada pemenuhan basic need (kebutuhan dasar) penduduk.
Basic need : social need & individualized need

KK Perencanaan Wilayah dan Perdesaan 14


PEMBANGUNAN DARI BAWAH
(bottom-up, periphery inward development paradigm)

Perbedaan dev’t from above & below


• Above: government driven development
Pelakunya: pemerintah nasional
Pemerintah sebagai fasilitator, regulator, dll  intinya
driver/single agent
Growth pole: trickling down effect (invisible hand)
Penyebaran kesejateraan dari kota ke desa (divergensi).
Kota menjadi prime city.
• Below: antitesis dari devt from above
Komunitas-komunitas mengembangkan wilayah melalui
gagasan mereka sendiri

KK Perencanaan Wilayah dan Perdesaan 15


Attributes of the New Economy
• Globalization
• Competition
• Accelerated place
• Knowledge base
• Network and cooperation
• Economic crisis

KK Perencanaan Wilayah dan Perdesaan 16


PEMBANGUNAN DARI BAWAH
(bottom-up, periphery inward development paradigm)
Development from above Development from below
Faktor alokasi Memaksimasi keuntungan Memaksimasi mobilitas
dari sektor terpilih sumberdaya secara integral
Kriteria untuk Keuntungan komparatif Keutungan dari perdagangan
pertukaran
komoditas
Organisasi ruang Berdasar fungsi Berdasar teritori
Konsep dasar Monolitik; perilaku Konsep yang lebih beragar tujuan
pembangunan kompetitif, motivasi masyarakat, perilaku kolaboratif,
eksternal motivasi endogenous

Dukungan teori Telah didukung teori yang Belum ada teori yang terstruktur
kuat, terutama neo-klasik dengan baik : Tingkat internasional
(Tibnergen Nerfin), Tingkat
subnasional (Friedmann &
Douglass; Sachs; Hague)

KK Perencanaan Wilayah dan Perdesaan 17


PEMBANGUNAN DARI BAWAH
(bottom-up, periphery inward development paradigm)
Selective Spatial Closure (Stohr, 1981)
 
Hipotesis dasar :

1. Kesenjangan wilayah terjadi akibat ekonomi skala besar


2. Pembangunan bergantung pada lingkungan alam dan sosial
3. Masyarakat harus terlibat dalam pembangunan
4. Ada sikap yang jelas dalam menentukan interaksi yang dibutuhkan
 

Bentuk wilayah :

 Daerah rural kurang berkembang yang luas dan berpenduduk banyak


 Sumberdaya perkapitanya rendah terhadap permintaan dunia
 Tingkat hidupnya rendah dan jauh dari pusat
 Tidak banyak urban centers yang dapat menyerap penduduk rural
 Punya aspek sosial budaya yang ’berbeda’ dengan wilayah lain
KK Perencanaan Wilayah dan Perdesaan 18
PEMBANGUNAN DARI BAWAH
(bottom-up, periphery inward development paradigm)

Komponen penting :

a. Akses yang luas pada pemilikan tanah dan sumberdaya alam


b. Struktur organisasi berbasis teitori untuk pengambilan keputusan komunal
c. Penentuan keputusan oleh lembaga terendah
d. Pemakaian teknologi yang tepat guna
e. Prioritas prosek yang mencukupi kebutuhan dasar
f. Kebijakan harga nasional
g. Pembatasan bantuan eksternal
h. Kegiatan ekspor dimaksudkan sebagai upaya peningkatan taraf hidup penduduk di
seluruh wilayah
i. Restrukturisasi sistem transport dan sistem kota-kota
j. Perbaikan transportasi antar bagian dan fasilitas komunikasi
k. Struktur masyarakat egaliter dan kesadaran kolektif sebagai prasyarat

KK Perencanaan Wilayah dan Perdesaan 19


PEMBANGUNAN DARI BAWAH
(bottom-up, periphery inward development paradigm)

Agropolitan Model (John Friemandd dan Mike Douglass, 1978)


 
Bersifat teritorially based
 
 Kosep Agropolitan District :
 Kepadatan penduduk efektif > 200 jiwa/km²
 Sebuah pusat (kota) berpenduduk 10.000 – 25.000
 Batas kawasan sejauh jarak ’commuting’ antara 5 – 10 km (atau 1 jam
bersepeda)
 Populasi keseluruhan antara 50.000 – 150.000 jiwa, sebagian besar terikat
pada kegiatan pertanian.
 
Bentuk : ”single, integrated and self-governing unit” : Otonomi dan Sumberdaya
Ekonomi sendiri.
Bentuk kritik kepada konsep growth center yang menggunakan growth center dalam
konsep pemasarannya.
KK Perencanaan Wilayah dan Perdesaan 20
PEMBANGUNAN DARI BAWAH
(bottom-up, periphery inward development paradigm)

Konsep agropolitan ini dianggap utopis karena :

1. Tidak mungkin dikelola dengan sistem pemerintahan daerah seperti saat ini.
Dengan otonomi mungkin bisa
2. Investasi sangat mobile, tak akan mungkin dipaksakan

Distrik agropolitan

Agropolitan
± 5 – 10 km

Wilayah pertanian

KK Perencanaan Wilayah dan Perdesaan 21


PEMBANGUNAN DARI BAWAH
(bottom-up, periphery inward development paradigm)

Agropolitan Development

Berdasar pada basic need : timbal balik dengan community


Basic need : Human need  social need
 individualized need

Konsep Agropolitan dari Departemen Pertanian :

 Pertanian bukan hanya pada tanaman pangan, tetapi juga pertanian yang dapat
diekspor
 Di distrik agropolitan terdapat hierarki kota
 Lebih banyak kebijaksanaan dan bantuan pemerintah pusat, daripada
agropolitannya, Friedman & Douglass.

KK Perencanaan Wilayah dan Perdesaan 22


LOCAL ECONOMIC DEVELOPMENT

Development from above banyak kelemahan


Local Economic Devt.
Development from below : Utopia
 
Strukturisasi ekonomi global Peran Pembangunan dari Nas.
 Pembangunan lebih bersifat lokal ke lokal & regional

LED :

 Kekuatan lokal tanpa mengabaikan perkembangan global


 Kerjasama modal dan pemerintah lokal yang bersifat entrepreneur 
perkembangan kota & wilayah
 Pemerintah lokal : promosi aktif untuk perkembangan ekonomi bukan kontrol dan
preverentif
 LED adalah suatu proses dengan suatu produk tertentu
 Wilayah LED harus dinyatakan secara spesifik  economic zone
 Quality of life
 Software, bukan hardware
KK Perencanaan Wilayah dan Perdesaan 23
LOCAL ECONOMIC DEVELOPMENT
• Munculnya LED
• Regional Development from above cenderung menimbulkan
ketimpangan
• Regional development from below cenderung utopia
• LED merupakan gabungan keduanya. Konsep ini muncul
sebagai alternatif konsep pengembangan wilayah
• Mengapa perlu LED?
• Keterbatasan kebijakan nasional untuk memecahkan masalah
klasik pengembangan wilayah: keragaman sumber daya,
karakteristik daerah dan perilaku manusia
• Diperlukan keterlibatan lebih luas komunitas dalam kegiatan
ekonomi baik sebagai pekerja maupun pengusaha
• Diperlukan keterlibatan lebih luas kelembagaan lokal
(pemerintah, swasta, dan masyarakat) dalam mengakses,
mengolah, dan mengontrol sumber daya di daerah

KK Perencanaan Wilayah dan Perdesaan 24


LOCAL ECONOMIC DEVELOPMENT
• LED
• Pengembangan ekonomi melalui penguatan kapasitas pelaku
dan kelembagaan daerah. Menempatkan masyarakat dan
institusinya sebagai pelaku utama dalam pembangunan.
• Reformasi kebijakan ekonomi di pusat-pusat dan di daerah yang
bisa memacu pertumbuhan di daerah (tax subsidi, deregulasi,
debirokratisasi)  birokrat yang ramah, dll.
• Prioritas untuk pengembangan pada sektor daerah yang
berorientasi ekspor.
• Apa definisi lokal?
• Lokal bisa suatu kota, wiayah metropolitan, atau bagian wilayah
nasional (kabupaten, desa, dll)
• Masyarakat lokal bisa didefinisikan sebagai masyarakat suatu
ota, wilayah metropolitan, atau bagian wilayah nasional
(kabupaten, desa,dll)

KK Perencanaan Wilayah dan Perdesaan 25


LOCAL ECONOMIC DEVELOPMENT
• Prinsip LED:
• Suatu konsep yang berorientasi proses, yang melibatkan
pembentukkan institusi baru
• Pengembangan industri alternatif
• Meningkatkan kapasitas tenaga kerja untuk menghasilkan
produk yang lebih baik
• Identifikasi pasarbaru
• Transfer ilmu dan penciptaan usaha2 baru
• Menekankan pada sumber daya lokal (alam, manusia, modal)
• Bentuk kerjasama pemerintah-swasta-masyarakat yang kuat
• Adanya inovasi lokal

KK Perencanaan Wilayah dan Perdesaan 26


LOCAL ECONOMIC DEVELOPMENT
• LED:
• Upaya bersama antara pemerintah lokal, masyarakat dan sektor
swasta untuk menigkatkan pertumbuhan ekonomi lokal dgn
mengelola SD lokal sehingga kualitas hidup masy dapat
meningkat.
• LED fokus pada upaya meningkatkan daya saing lokal yang
berkelanutan dgn menciptakan iklim investasi yang kondusif

• Tujuan LED
• Meningkatkan jumlah dan jenis kesempatan kerja yang tersedia
bagi masy dengan menyesuaikan kemampuan pendidikan dan
ketrampilan SDM dgn jenis pekerjaannya.

KK Perencanaan Wilayah dan Perdesaan 27


LOCAL ECONOMIC DEVELOPMENT
• Pernyataan output
• Produk yang akan dikembangkan
• Lapangan pekerjaan yang akan diciptakan
• Kaita kegiatan ekonomi yang akan dikembangkan dgn
kegiatan lain (competitive advantage)
• Kontribusi terhadap masyarakat secara keseluruhan
• SD yang dikembangkan (M)
• materials : SDA maupn buatan
• manpower :angkatan kerja, TK terampil, TK berpendidikan
• markets : analisis pasar (kompetisi, penetrasi,strategi
• management : pminan, litbang, pemasaran, ahli hukum
• money : dana saham, dana pinjaman, subsidi

KK Perencanaan Wilayah dan Perdesaan 28


LOCAL ECONOMIC DEVELOPMENT
• Karakteristik konsep LED
• ………….dengan konstelasi spasial yang leih baik
• Tidak menutup diri dari investasi luar
• Kekuatan lokal tanpa mengabaikan perkembangan
global
• Memfokuskan pada perkembangan sofware (SDM),
bukan hardware
• Membutuhkan terbentuknya lembaga atau organisasi
yang khusus mempunyai pembangunan di beberapa
daerah sekaligus
• Melibatkan partisipasi aktif masy dan swasta
• Dimaksudkan untuk mencapai perbaikan kualitas
hidup
KK Perencanaan Wilayah dan Perdesaan 29
LOCAL ECONOMIC DEVELOPMENT

Promosi LED melalui penggalakan investasi lokal & stimulasi


pengusaha lokal

 India (1920), Afrika 1930


 Penang 1970; Shift ke Kuala Lumpur --- EPZ
 Afrika Selatan 1980; Kota-kota menarik investasi dengan cara :

 Marketing dari kotanya (brosur, iklan, info, center)


 Konsesi dalam utilitas umum
 Penyediaan lahan, bangunan dll.
 World city

 Brasil : Toledo & Cambe

KK Perencanaan Wilayah dan Perdesaan 30


LOCAL ECONOMIC DEVELOPMENT

Industrial district (Itali, jerman, dll)

 Pengelompokan industri kecil


 Geografis yang saling berdekatan
 Spesialisasi sektoral
 Terutama industri kecil & menengah
 Kerjasama antar perusahaan
 Persaingan antar perusahaan dalam inovasi, bukan upah buruh
 Saling percaya antar perusahaan dan buruh
 Pemerintah lokal & wilayah aktif mengintervensi untuk memperbesar
investasi lokal
 Sinos valley (Brasil)
 Around shoe factory (400 pabrik) Effeciency by clustering

KK Perencanaan Wilayah dan Perdesaan 31


LOCAL ECONOMIC DEVELOPMENT

• Tahapan proses LED


• Tumbuhnya kewirausahaan lokal, tumbuhnya bisnis, mengambil resiko
dengan investasi pada kegiatan bisis baru
• Lepas landasnya perusahaan lokal dengan semakin banyaknya yang
beroperasi dan membesar skala usahanya
• Berkembangnya perusahaan lokal ke luar lokalitasnya
• Terbentuknya perekonomian wilayah yang bertumpu pada kegiatan dan
inisiatif loakl serta keunggulan komparatif kegiatan ekonomi lokal

• 5 langkah LED
1. mengorganisasikan effort melalui pembentukan tim dan partnership
2. mealkukan assesment terhadap ekonomi loal
3. merumskan strategi pengembangan ekonomi lokal
4. mengimplementasikan stategi
5. mereview kembali strategi yang sudah dijalankan

KK Perencanaan Wilayah dan Perdesaan 32


Tahapan Aktivitas LED
Data dan
analisis

Analisis kapasitas
Analisis Sos-Ek
kelembagaan

Perencanaan
pembangunan

Membuat
rencana aksi

Membuat
program aksi

Implementasi
program
KK Perencanaan Wilayah dan Perdesaan 33
LOCAL ECONOMIC DEVELOPMENT
• Peran pemerintah daerah dalam LED
• Inisiator : melakukan kerjasama dengan swasta atau menjadi pemili
saham perusahaan
• Fasilitator : memfasilitasi kerjasama swasta dan masy
• Koordinator : mengeluarkan kebijakan yang mendorong tumbuh dan
berkembangnya kegiatan ekonomi di daerahnya
• Tugas pemerintah daerah
• Menciptakan iklim atau lingkungan yang kondusif bagi pengembangan
usaha berupa:
• ligkungan fisik : ketersediaan infrastruktur
• lingkungan peraturan : kebijakan intensif finansial
• lingkungan psikologis : sikap pemerintah atau masyarakat yang
mendukung

KK Perencanaan Wilayah dan Perdesaan 34


LOCAL ECONOMIC DEVELOPMENT
• Tantangan konsep LED
• menciptakan iklim pembangunan yang kondsif, baik fisik, regulasi, juga
kerjasama antar stakeholder
• menumbhkan jiwa kewirausahaan pada masy lokal
• memobilisasi potensi kelebagaan untuk mepertahankan dan
mengembangkan perekonomian lokal
• menciptakan struktur perekonomian yang stabil dengan memperbesar
keterkaitan antar sektor yang potensial antar wilayah

• Kelebihan konsep LED


• pemanfaatan SD optimal
• mangurangi kesenjangan antar wilayah
• menjawab kegagalan trickle down affect

KK Perencanaan Wilayah dan Perdesaan 35


LOCAL ECONOMIC DEVELOPMENT
• Beda LED denga Dev fom below
• Cara merespons global market  Dev from below menutup wilayah dari
global marketsedangkan LED tidak menutup wilayah dari global market.
• LED menekankan pada networkong
• LED mendahulukan pembangunan ekonomi lokal agar dapat
merespons permintaan luar

• Kemungkinan penyebab kegagalan


• inefisiens dalam pengembangan ekoomi berbasis masy
• tidak terjadinya interaksi antar daerah yang mendorong
pereonomiannya
• tidak sesuai untuk daerah yang miskin SDA dan SDM

KK Perencanaan Wilayah dan Perdesaan 36


Maka..
• Untuk mensukseskan devt from below maka dibutuhkan
unit-unit yang independen termasuk pemerintahannya.
• Persamaan: keduanya tentang pembangunan ruang
• Perbedaan: dev’t from above melalui sistem distrik-distrik
dev’t from below melalui sistem kota-kota

KK Perencanaan Wilayah dan Perdesaan 37


Model Regional Cluster/Network
• Pertumbuhan ekonomi multi-sektor berasal dari keragaman
sumber daya alam wilayahdan kegiatan yang ada
• Diversifikasi pertanian dan promosi industri berbasis pertanian
dalam wilayah
• Hubungan kegiatan rural-urban yang kompleks, dengan
perangsang pertumbuhan berasal dari wilayah rural dan urban
dan intensitas kegiatan meningkat di sepanjang koridor
transportasi antar daerah
• Sistem perencanaan terdesentralisasi dengan kapasitas lokal
yang tinggi untuk mengkoordinasikan dan mengintegrasikan
kebijakan-kebijakan
• Jaringan transportasi dan komunikasi yang terjalin erat antar
subbagian di seluruh tingkatan di dalam wilayah
• Sistem perangkutan lokal dengan frekuensi tinggi dan biaya
rendah sebagian bagian dari jaringan perangkutan wilayah
Pembangunan ekonomi wilayah dalam konteks global:
Pengambilalihan oleh kepentingan global (kiri) – Ketahanan
ekonomi wilayah dan nasional (kanan) (Douglass, 1998)
GLOBAL LINKAGES GLOBAL LINKAGES
Appropriation of Rural Resources and Upstream/ Localization of foreign and domestic investment and
Downstream Segments of Production and Processing value added through backward and forward linkages
NATIONAL/LOCAL GOVERNMENT NATIONAL/LOCAL GOVERNMENT
Inadequate infrasturcture and basic services/ Increased provision of infrasturcture and basic services/
Poor support of local initiatives and organization Support of local economic initiatives and organization

ECONOMIC GROWTH
RESTRICTED INVESTMENT IN
NON- NON- BASIC/LEADING
INVESTMENT IN
METROPOLITAN METROPOLITAN

LIMITED ECONOMIC
PRODUCTION SECTORS
REGION REGION

limited, low- No local down- limited local GROWTH Primary and Processing/ Demand for
skill employ- stream linkages input demand Non-primary Manufacturing Local Inputs
ment creation Employment

Limited Increases in Increased


Household Incomes Household Incomes

URBAN CENTERS URBAN CENTERS

URBAN GROWTH
Infrequent Growth of Growing Local
LOW URBAN

Limited Local
Shopping in Centers for Consumer Sales of Inputs/
GROWTH

Sales of
Local Towns Shopping Producer Services
Inputs/Services

Ineffective Regional Rising Demand for Expanding


Demand for Urban Exports bypass Health, Welfare and Marketing of Regional
Functions Local Towns Leisure Services Exports
Komponen Regional Cluster/Network
• Sektor basis: bisa semua, tergantung kondisi dan
sumberdaya lokal; penekanan pada kegiatan usaha kecil
dan menengah berbasis lokal
• Sistem perkotaan: horizontal, dengan beberapa pusat dan
wilayah belakang, masing-masing memiliki spesialisasi
kegiatan dan keuntungan komparatif
• Hubungan rural-urban: kompleks, pertumbuhan muncul dari
kedua wilayah, dengan intensitas hubungan tinggi di
sepanjang koridor wilayah
• Sistem perencanaan: terdesentralisasi, dengan
pengintegrasian & koordinasi kegiatan multi-sektor di tingkat
lokal
• Kebijakan utama: diversifikasi pertanian, agro-industri,
industri berbasis sumber daya alam, jasa perkotaan,
pelatihan tenaga kerja, jaringan transportasi lokal
Jaringan desa-kota timbal balik: Perluasan akses fisik harus
fokus pada pengembangan jaringan/klaster permukiman
lokal melalui kaitan horizontal and vertikal (Douglass, 1999)

CITIES/TOWNS
agro-processing center industrial estate

administrative center tourism center


agric. input/consumer ag. market
convenience center

VILLAGES
rice/grain craft/industry
tree crops animal husbandry
horticulture agro-processing
Perbandingan antara pengembangan wilayah yang
dikuasai kepentingan global (exogen) dan
kepentingan lokal (endogen)
EXOGENOUS ENDOGEN
Pertanian
Ekspor hasil pertanian mentah dan produksi bahan pahan bukan Produksi pangan untuk pasar lokal dan ekspor, dengan keterkaitan
untuk permintaan lokal, dan/atau terjadi ketidakcocokan ke depan melalui kegiatan pemrosesan dan pengolahan di
dengan sumberdaya lokal, kegiatan produksi dan ekologi wilayah
Perindustrian
Desentralisasi kegiatan industri footloose menggunakan bahan Pertumbuhan agro-industri dan kegiatan industri lainnya
input produksi dari luar dan terutama melayani pasar eksternal menggunakan sumberdaya wilayah, terutama untuk
memenuhi kebutuhan lokal
Jasa
Pertumbuhan kegiatan tersier (termasuk keuangan dan pariwisata) Kegiatan tersier lokal berukuran kecil yang tumbuh dari permintaan
berbasis kepemilikan aset dan kontrol kegiatan dari luar – konsumsi lokal, dan keterkaitan produksi antar wilayah – kota-
kegiatan perkotaan berkembang dari keterkaitan dengan luar kota sebagai pusat kegiatan wilayah melayani kebutuhan
penduduk dan produksi wilayah belakang
Transportasi dan komunikasi
Perluasan jalur angkutan perdagangan dan sistem komunikasi Pengembangan jalur pengumpan lokal dan pelayanan transportasi
mengikuti pola dendritic, berbentuk hirarki dan linier antar kota dan komunikasi desa-kota yang mendukung inovasi lokal dan
dan sepanjang koridor pembangunan jaringan produksi lokal
Organisasi pemerintahan dan perencanaan
Perluasan fungsi administrasi, pelayanan publik dan pengamanan Pengembangan kapasitas pemerintah daerah dalam administrasi,
di daerah yang terkontrol dari pusat termasuk dalam pengumpulan pendapatan dan perencanaan
Pembangunan Komunitas (Community
Development) dan Perencanaan Partisipatori
• Endogenous process: pengolahan dari resource endowments and
market condition menjadi region that is competitive enterpreneurial
sustainable.
• Institution
• Leadership
• Enterpreneurship
• Resiliensi: kemampuan daerah untuk kembali ke normal
(ketahanan).
• Faktor diversifikasi produk dari suatu daerah cepat adjusted
dengan situasi yang baru.
• Semakin ↑ keragaman, maka ↑ resiliensi
• Pembuatan suatu perda/aturan lain juga dapat membuat
kapasitas suatu daerah menjadi turun.

KK Perencanaan Wilayah dan Perdesaan 43


Pembangunan Komunitas (Community
Development) dan Perencanaan Partisipatori
• Hubungan community devt dengan regional devt
Regional devt = C x R
• C adalah area’s capacity (technology, social capital,
cultural capital, spiritual capital, kelembagaan
masyarakat dan pemerintah).
• C>1 strong capacity
• C<1 weak capacity
• R adalah sumber daya (SDA, lokasi, sarana
prasarana, situasi ekonomi internasional, kebijakan
nasional, terutama spending).
• Teori ekonomi tradisional fokus kepada R, seperti teori
lokasi yang fokus kepada keputusan berlokasi
mendekati pasar/sumber daya.
KK Perencanaan Wilayah dan Perdesaan 44
Pembangunan Komunitas (Community
Development) dan Perencanaan Partisipatori
Management framework
Conditioning
Strategies
Influences

Characteristic of
Level of Social Agency Function
Community Capacity

Outcome

KK Perencanaan Wilayah dan Perdesaan 45


Pembangunan Komunitas (Community
Development) dan Perencanaan Partisipatori
• Conceptual framework
State driven How has the planning Empowered
planning (P5D) system shifted? participatory
1. What are new planning
planning practices MPKT
and values?
2. Under what
condition?
3. What is the
mechanism?

KK Perencanaan Wilayah dan Perdesaan 46

Anda mungkin juga menyukai