PERENCANAAN WILAYAH
RP14-1328
CRITICAL REVIEW
AGROPOLITAN DEVELOPMENT IN EAST TOMOHON,
NORTH SULAWESI, INDONESIA
SANTIKA PURWITANINGSIH
3613100008
CRITICAL REVIEW
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, taufiq, serta
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tugas mata kuliah Perencanaan
Wilayah (RP14-1328) yang berjudul Critical Review Jurnal: Agropolitan Development
Penulis
CRITICAL REVIEW
IDENTITAS JURNAL
a. Judul Penelitian
Indonesia
b. Penulis
i.
Altje E. Poli
ii.
Mohammad Bisri
iii.
Surjono
iv.
Edy Lengkong
c. Nama Jurnal
e. e-ISSN
: 2278-487X
f.
: 2319-7668
p-ISSN
ii
CRITICAL REVIEW
dari
penelitian
menunjukkan
bahwa
komponen-komponen
pembentuk
agropolitan di Tomohon Timur adalah permukiman, hutan, perkebunan, kebun buah, dan
sawah. Area agropolitan di Tomohon Timur didominasi oleh perkebunan. Sumber daya alam
yang melimpah membuka kesempatan untuk memaksimalkan pengembangan produk
agrikultur berbasis agroforestri. Selain itu, pengembangan agropolitan harus dilihat sebagai
sebuah sistem yang saling berhubungan antar masing-masing komponennya. Hubungan inilah
yang memberikan implikasi penting terhadap pengembangan agropolitan yang berkelanjutan.
PEMBAHASAN
Kondisi Eksisting Pengembangan Agropolitan di Tomohon Timur, Sulawesi Utara
Area agropolitan di Tomohon Timur terdiri dari beberapa elemen yaitu permukiman,
hutan, perkebunan, perkebunan buah, semak belukar, dan sawah. Area agropolitan di
Tomohon Timur didominasi oleh perkebunan dengan luas 2.623,22 m2 atau setara dengan
40,74% dari luas wilayah Tomohon Timur.
Permukiman yang ada didominasi oleh rumah-rumah petani. Sebagian besar dari
masyarakat yang ada bekerja pada bidang pertanian. Infrastruktur dasar sudah tersedia,
termasuk jalan perdesaan. Masyarakat lokal memiliki hubungan keterikatan tradisional yang
disebut Mapalus, semacam perkumpulan untuk bekerja bersama dalam komunitas. Hasil
pertanian langsung dijual ke pasar.
Di wilayah agropolitan Tomohon Timur terdapat hutan lindung yang merupakan bagian
dari Gunung Mahawu dan Gunung Masarang. Hutan ini dikelola oleh Dinas Kehutanan Kota
Tomohon. Perkebunan yang mendominasi wilayah agropolitan Tomohon Timur kebanyakan
merupakan perkebunan cengkeh dan kelapa. Keberadaan perkebunan terutama terletak di
CRITICAL REVIEW
Rurukan dan Kumelembuai. Perkebunan Tomohon Timur juga terdapat tanaman aren yang
diolah menjadi gula.
Di wilayah agropolitan Tomohon juga terdapat kebun buah dan sayur. Hasil panen
utamanya berupa jagung, bawang merah, cabe, tomat, dan kubis. Selain itu, kebun buah dan
sayur Tomohon juga menghasilkan sawi, terung, bayam, dan mentimun. Tanaman-tanaman
tersebut ditanam di lembah dengan kemiringan lereng lebih besar dari 8% hingga lebih besar
dari 40%.
Kekurangan dari Pengembangan Agropolitan di Tomohon Timur, Sulawesi Utara
Akhir-akhir ini konsep berkelanjutan ramai ditekankan dalam masalah pengembangan
wilayah. Hal ini berarti pengembangan suatu wilayah harus mengakomodasi aspek ekonomi,
sosial, dan lingkungan dalam perencanaannya. Termasuk pengembangan wilayah berbasis
agropolitan, saat ini juga diarahkan untuk pengembangan yang sifatnya berkelanjutan.
Potensi sumber daya alam agropolitan Tomohon sangat melimpah, namun dalam
pengembangannya kurang memperhatikan aspek keberlanjutan. Hal ini ditandai dengan
belum adanya integrasi antara ketiga elemen keberlanjutan di Tomohon. Masing-masing
aspek masih bergerak sendiri. Lemahnya integrasi ini menyebabkan penurunan fungsi dan
tujuan dari pengembangan agropolitan.
Berdasarkan Rencana Detail Tata Ruang Kota Tomohon, Tomohon Timur direncanakan
sebagai kota agropolitan berdasarkan potensi industri agrikulturnya. Namun pada
kenyataannya hingga saat ini masih belum ada perusahaan di Tomohon yang bergerak di
bidang industri agrikultur, sehingga produk-produk agrikultur di Tomohon tidak memiliki nilai
tambah karena hasil panen langsung dijual di pasar tanpa ada proses pengolahan terlebih
dahulu.
Pengembangan agropolitan di Tomohon juga kurang memperhatikan aspek
lingkungannya. Sebagai contoh, perkebunan buah dan sayur yang ditanam di lembah dengan
kemiringan lereng antara 8% hingga lebih dari 40% menyebabkan penurunan kualitas tanah.
Hal ini perlu ditinjau ulang terkait alokasi ruang untuk perkebunan buah dan sayur.
Infrastruktur yang menunjang pengembangan agropolitan juga terbatas, hanya berupa
infrastruktur dasar, yaitu jalan perdesaan, yang sehari-harinya dilewati oleh truk-truk
bermuatan berat pengangkut hasil panen. Hal ini menyebabkan infrastruktur jalan cepat rusak.
Keberadaan hutan di Tomohon Timur juga masih diabaikan dalam perancangan
wilayah agropolitan. Padahal hutan memiliki peran penting terhadap siklus air dalam wilayah
agropolitan. Selain itu, hutan juga merupakan rumah bagi penyerbuk alami yang memberikan
keuntungan bagi penyerbukan tanaman dalam memproduksi buah.
CRITICAL REVIEW
Pasar (pasar untuk hasil pertanian, sarana pertanian, pasar jasa pelayanan, dan
gudang Lembaga keuangan (perbankan dan non perbankan).
CRITICAL REVIEW
ini
antara
lain
untuk
memaksimalkan
penggunaan
energi
matahari,
mengoptimalkan efisiensi penggunaan tanah dan air, meminimalkan hilangnya unsur hara dari
dalam sistem, serta meminimalkan run-off dan erosi. Selain itu perlu adanya kegiatan industry
pengolahan produk agrikultur agar produk yang dihasilkan memiliki nilai tambah, sehingga
nantinya akan meningkatkan pendapatan penduduk setempat. Selanjutnya diperlukan adanya
perbaikan infrastruktur, terutama aksesibilitas sehingga distribusi produk agrikultur bisa
berjalan dengan lancar.
CRITICAL REVIEW
LESSON LEARNED
sumberdaya
lahan
dengan
agroklimat
yang
sesuai
untuk
Pasar (pasar untuk hasil pertanian, sarana pertanian, pasar jasa pelayanan,
dan gudang Lembaga keuangan (perbankan dan non perbankan).