Urban, Peri-
urban, PUR, dan
Network Strategy
Halo!
Kami dari Kelompok
2!
“
Pengertian Mega Urban
Karakteristik Mega Urban
Faktor Penyebab Mega Urban
Peri Urban
Outline Pengertian Peri Urban
Karakteristik Peri Urban
Klasifikasi Peri Urban
• Keterkaitan Mega Urban dan Peri
Urban
• Konsep Network Strategy
Pengertian Network Strategy
Ilustrasi Penerapan Network Strategy
Karakteristik Network Strategy
• Studi Kasus
4
Konsep
Mega-Urban
5
Definisi Mega-Urban
Sebagian besar kota-kota besar Asia telah berkembang menjadi daerah-daerah kota besar yang mencakup wilayah dan populasi yang jauh lebih
besar. Meskipun ada upaya pemerintah untuk membatasi atau bahkan membalikkan pertumbuhan kota-kota besar dengan menggunakan
berbagai langkah administratif dan ekonomi, misalnya sistem paspor internal yang membatasi manfaat bagi penduduk perkotaan yang bonafid di
Tiongkok dan Vietnam; penggunaan sabuk hijau untuk membatasi pertumbuhan di kota yang sangat urban di India dan Malaysia; penggusuran
dan pemukiman kembali penduduk kota dalam ke daerah-daerah terpencil di Filipina dan Bangladesh; dan skema transmigrasi untuk
memindahkan penduduk kota ke daerah lain yang terpencil di Indonesia, kawasan mega-urban akan terus tumbuh. Sementara beberapa daerah
pusat kota telah kehilangan populasi karena migrasi keluar dan pengusiran paksa, daerah pinggiran kota dan daerah sekitar kota-kota besar
terus tumbuh. Pola ekspansi “telapak tangan dan jari” ini telah melanda kota-kota kecil dan permukiman-permukiman lain di pinggiran kota,
bergabung dengan kota-kota lainnya, dan membentuk kelompok kota atau wilayah mega-urban yang luas (Laquian, 2005).
Karakteristik Mega-Urban
Cakupan luas lahan dan ukuran populasi besar. beberapa kota besar terus
tumbuh pada tingkat yang lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan perkotaan,
menghancurkan batas-batas mereka, melompati sabuk hijau yang membatasi
dan menjadi daerah mega-urban
penyatuan secara fisik (spasial) antara kota induk dengan kota kecil
di sekitarnya, namun tidak terjadi penggabungan secara politik dan
administrasi.
Permasalahan Mega-Urban
Penyediaan Lahan Masalah
Masalah Masalah Masalah
Industri dan Kelembagaan dan
Transportasi Kependudukan Lingkungan
Perumahan Pembiayaan
Studi Kasus
The Continuity and Change in Mega-
Urbanization in Indonesia; A Survey of
Jakarta–Bandung Region (JBR)
Development
Wilayah Jakarta-Bandung (JBR) pada dasarnya terdiri dari dua konsentrasi terbesar
penduduk perkotaan dan kegiatan ekonomi perkotaan di Indonesia, yaitu Wilayah
Metropolitan Jakarta (JMA) dan Wilayah Metropolitan Bandung (BMA). Secara
total, Wilayah Jakarta-Bandung (JBR) mencakup area lebih dari 12.275 km2, sedangkan
Kota Jakarta dan Kota Bandung menempati area yang relatif kecil, yaitu masing-masing
hanya 164 km2 dan 81 km2
13
Populasi perkotaan Wilayah Jakarta-Bandung (JBR) mencapai lebih dari 24 juta pada tahun 2000, dengan
laju pertumbuhan sekitar 3,5% selama periode 1990-2000. Diketahui bahwa laju pertumbuhan penduduk
perkotaan di pusat-pusat kota di wilayah ini, terutama di Jakarta dan Kota Bandung juga secara substansial
menurun, di mana untuk Jakarta menurun dari 3,1% selama periode 1980-1990 menjadi hanya 0,16%
selama periode 1990—2000, sedangkan pertumbuhan populasi perkotaan Kota Bandung menurun dari
3,3% menjadi hanya 0,40% dalam kurun waktu yang sama. Hal ini mencerminkan limpahan penduduk
secara cepat dari Jakarta dan Bandung ke daerah-daerah yang berdekatan.
16
Sementara
160.000 penduduk
Jakarta lainnya
pindah ke
Kabupaten Bogor
Kota Bogor dan
Kota Depok.
Perkembangan Aspek Fisik di Wilayah Jakarta-bandung (JBR)
Selama tiga dekade terakhir, pengembangan kegiatan ekonomi di
Wilayah Jakarta-Bandung (JBR) telah menghasilkan konversi lahan
yang luas dari lahan pertanian utama menjadi lahan non
pertanian, terutama oleh kota-kota baru, industri, san
perkebunan di daerah pinggiran. Sementara itu, di pusat-pusat
kota, banyak daerah perumahan telah dikonversi menjadi kantor,
kondominium, hiburan dan ruang bisnis.
Data penggunaan lahan di
Sebanyak 30 pusat Bogor-Puncak-Cianjur di selatan
perbelanjaan besar telah Kota Jakarta dan di Wilayah
dibangun pada tahun 2006 di Metropolitan Bandung (BMA)
Kota Jakarta, dan beberapa menunjukkan hutan primer
Di kawasan CBD Jakarta,
pusat perbelanjaan besar akan dan sekunder, sawah,
pembangunan Superblock
dibangun pada 2008. Area kebun, dan perkebunan di
Sudirman telah selesai
pusat perbelanjaan di Kota daerah tersebut menurun
baru-baru ini, yang terdiri
Jakarta telah meningkat secara substansial selama
dari sekitar 2 juta meter
secara signifikan dari 1,4 periode 1994-2001. Sebaliknya,
persegi perkantoran, hotel,
juta m2 di tahun 2000 luas lahan untuk kegiatan
dan perumahan spasi. Saat
menjadi 2,4 juta m2 di tahun industri dan pemukiman
ini juga telah ada 16 superblock
2005. Demikian juga, sejumlah meningkat secara
lain di CBD Jakarta.
pusat perbelanjaan telah signifikan. Selama periode ini,
dibangun di Kota Bandung, hampir 8.000 ha dan lebih dari
termasuk Bandung Super Mall 35.000 ha hutan primer di
dan Cihampelas Walks. Bopunjur dan BMA telah
dikonversi.
22
Perkembangan Industri
Kawasan industri di Wilayah Metropolitan
Jakarta (JBR) menempati total lahan hampir
11.000 ha pada akhir 2005, sekitar empat
per sepuluh di antaranya berlokasi di
Kabupaten Bekasi, salah satu konsentrasi
terbesar kegiatan manufaktur di Indonesia.
Sepertiganya terletak di Kabupaten
Karawang, dan sisanya menyebar. Kawasan
Industri ini memiliki permintaan pasar yang
kuat karena kedekatannya dan akses mudah
ke Kota Jakarta.
25
Perkembangan Industri
Permintaan untuk lahan industri di Wilayah Metropolitan Jakarta (JMA) telah
sangat meningkat karena pengembangan investasi asing dan domestik
langsung di wilayah tersebut. Secara total, tingkat hunian kawasan industri di
wilayah ini mencapai 70%. Diperkirakan bahwa pada pertengahan 1990-an
sekitar setengah dari total investasi asing dan domestik di Indonesia di
antaranya terletak di JMA.
Sejauh ini tidak ada kawasan industri besar di Wilayah Metropolitan Bandung,
tetapi setidaknya ada dua zona industri, yang ukurannya lebih kecil
dibandingkan dengan sebagian besar kawasan industri di JMA, termasuk zona
industri Cibaduyut yang berspesialisasi dalam produk alas kaki, dan Gedebage.
26
Pengembangan Jalan
Sabuk Jakarta-Bandung adalah salah satu koridor transportasi paling padat di
Jawa bersama dengan sabuk Pantai Utara, yang dilayani oleh moda transportasi
kereta api, jalan dan udara. Koridor ini diperkirakan melayani lebih dari 78 juta
penumpang pada tahun 2004, sebagian besar bepergian dari Bandung ke
Jakarta dan sebaliknya untuk keperluan bisnis dan lainnya, sekitar 95% di
antaranya dilayani oleh moda jalan.
Jakarta dan Kota Bandung juga dihubungkan oleh beberapa jalan tol, termasuk
Padalarang — Purwakarta — jalan Cikampek dan Jakarta — Jalan Ciawi.
Perusahaan jalan tol milik negara (PT Jasa Marga) baru-baru ini menyelesaikan
pembangunan jalan tol Purwakarta-Padalarang, yang membuat waktu
perjalanan antara dua kota menjadi lebih singkat dari tiga menjadi hanya 2 jam.
27
Pengembangan Jalan
Pembukaan jalan tol baru Jakarta — Bandung telah membuat orang-orang dari
Jakarta melakukan perjalanan ke Bandung dengan mudah selama akhir pekan
untuk berbelanja dan rekreasi, yang pada gilirannya telah mendorong beberapa
kegiatan ekonomi untuk tumbuh di Bandung, termasuk hotel, restoran, toko
makanan, dan pabrik garmen gerai.
Wilayah Jakarta Bandung (JBR) adalah kawasan perkotaan yang kompak yang harus dikelola sebagai
wilayah yang tidak terpisahkan melalui rencana tata ruang terpadu, untuk memastikan pembangunan
berkelanjutan di wilayah ini meskipun terdiri dari beberapa kabupaten dan kota yang memiliki otoritas
mereka sendiri. Perlu adanya kepemimpinan yang baik dari para pemimpin pemerintah daerah, termasuk
di Jawa Barat, pemerintah provinsi Banten dan Jakarta serta pemerintah pusat. Mereka harus memiliki visi
dan kesadaran bahwa wilayah tersebut harus dikembangkan melalui kerja sama semua pemangku
kepentingan dan membuat koordinasi kerja untuk diri mereka sendiri.