Anda di halaman 1dari 67

Koordinasi dalam

Penataan Ruang
Hukum dan Administrasi
Perencanaan
Maria Donata O Kenalan Yuk?
08211640000086

M. Febtian Syah P
08211740000002

Wenda Purnama S
08211740000019

Qonita Afnani F
08211740000038
Aissyah Nabila A
08211740000031
LATAR BELAKANG
Koordinasi dalam Penataan
Ruang
OUTLINE
BKRPRD Provinsi
Badan Koordinasi Penataan
Ruang Daerah Provinsi

BKPRN PELAPORAN
Badan Koordinasi Penataan
Ruang Nasional

BKPRD Kab./Kota LESSON


Badan Koordinasi Penataan LEARNED
Ruang Daerah
Kabupaten/Kota

STUDI KASUS
LATAR
BELAKANG
Sumber:

Undang-undang Republik Indonesia No 24 Tahun 1992 Tentang


Penataan Ruang

Undang-undang No 26 Tahun 2007 Tentang Pentaan Ruang


01
Kepres No. 62 Tahun 2000 tentang Koordinasi Penataan Ruang
Nasional

BKPRN dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden No. 4 Tahun 2009


tentang BKPRN

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2015


Tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang
Dikembangkan menjadi undang-
undang no 24 tahun 1992 tentang
penataan ruang
Perencanaan penataan ruang
di Indonesia telah
diselenggarakan sejak awal Diganti dengan undang-undang no 26
kemerdekaan. tahun 2007 tentang penataan ruang.

Kepres No. 62 Tahun 2000 tentang


Koordinasi Penataan Ruang
Nasional
Melalui pembentukan “Stads
Vorming Ordonantie” dan
Keputusan Presiden No. 4 Tahun
peraturan pelaksanaannya pada
2009 tentang Badan Koordinasi
tahun 1948
Penataan Ruang Nasiona (BKPRN )

Pada tahun 1970 pernah digagas


adanya rencana undang-undang
bina kota
perencanaan pembangunan yang bersifat sektoral dan tanpa koordinasi
akan menciptakan konflik dan tumpang tindih pemanfaatan ruang serta
kerusakan di lingkungan hidup, permasalahan banjir serta kemacetan
lalu lintas, dampak perubahan iklim, persampahan dan sanitasi
merupakan contoh permasalahan yang kita hadapi saat ini
BKPRN
Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasiona
02

Sumber:
Keputusan Presiden No. 4 Tahun 2009 tentang BKPRN
Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN)

BKPRN berada di bawah dan


bertanggung jawab langsung kepada
Presiden

BKPRN dibentuk dalam rangka


mewujudkan amanat pembangunan
Badan Koordinasi Penataan Ruang
nasional
Nasional, yang selanjutnya disebut
BKPRN adalah badan yang dibentuk
untuk mendukung pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 26 Tahun
BKPRN dibentuk berdasarkan 2007 tentang Penataan Ruang, yang
Keputusan Presiden No. 4 Tahun 2009
tugas pokoknya mengkoordinasikan
tentang BKPRN
Dahulu diatur melalui Kepres No. 62
penyusunan dan pelaksanaan
Tahun 2000 tentang Koordinasi kebijakan penyelenggaraan
Penataan Ruang Nasional. penataan ruang
Bab II Organisasi Bagian Kedua Bab III Tata Kerja Pasal 8
Kelompok Kerja Pasal 6
Dalam melaksanakan tugasnya, BKPRN dapat
(1) Dalam rangka kelancaran pelaksanaan melibatkan Menteri, Kepala Lembaga Pemerintah
tugas Tim Pelaksana dapat dibentuk
Non Departemen, Kepala Daerah, Pimpinan
Kelompok Kerja untuk menangani tugas-
tugas yang bersifat khusus. Lembaga dan/ atau pihak lain terkait yang

01
(2) Pembentukan, tugas, susunan dipandang perlu.
keanggotaan, dan tata kerja Kelompok
Kerja diatur lebih lanjut oleh Ketua
BKPRN.

04 02
03 Bab IV Pembiayaan Pasal 11

Segala biaya untuk pelaksanaan tugas


koordinasi penataan ruang sebagaimana
Bab III Tata Kerja Pasal 10
diatur dalam Keputusan Presiden ini
dibebankan kepada Anggaran dan
BKPRN melaporkan pelaksanaan Pendapatan Belanja Negara dan sumber
tugasnya kepada Presiden secara pembiayaan lainnya yang sifatnya tidak
berkala setiap 6 (enam) bulan mengikat sesuai ketentuan peraturan
atau sewaktu-waktu bila perundang-undangan.
diperlukan.

Sumber:
Keputusan Presiden No. 4 Tahun 2009 tentang BKPRN
BKPRN Ber Tugas Mengkoordinasikan

Penyiapan kebijakan Pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah penanganan dan penyelesaian masalah
penataan ruang nasional Nasional secara terpadu sebagai dasar yang timbul dalam
bagi kebijakan pengembangan tata penyelenggaraan penataan
ruang wilayah nasional dan kawasan ruang, baik di tingkat nasional
yang dijabarkan dalam program maupun daerah, dan memberikan
pembangunan sektor dan program pengarahan serta saran
pembangunan di daerah; pemecahannya;

penyusunan peraturan perundang- pemaduserasian berbagai peraturan pemaduserasian penatagunaan


undangan di bidang penataan perundang-undangan yang tanah dan penatagunaan
ruang, termasuk standar, prosedur, terkait dengan penyelenggaraan sumber daya alam lainnya
dan kriteria; penataan ruang; dengan Rencana Tata
Ruang;

Sumber: KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG


BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG NASIONAL Pasal 3
BKPRN Ber Tugas Mengkoordinasikan
Sumber: KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG
NASIONAL Pasal 3

pemantauan pelaksanaan Rencana Tata penyelenggaraan, pembinaan, dan penentuan pelaksanaan penataan ruang wilayah
Ruang Wilayah Nasional dan prioritas pelaksanaan penataan ruang nasional dan kawasan strategis
pemanfaatkan hasil pemantauan kawasan-kawasan strategis nasional nasional;
tersebut untuk penyempurnaan dalam rangka pengembangan wilayah;
Rencana Tata Ruang;

pemfasilitasan kerja sama penataan kerja sama penataan ruang penyebarluasan informasi bidang
ruang antarprovinsi; antarnegara; penataan ruang dan yang terkait;

. sinkronisasi Rencana Umum dan Rencana Rinci Tata Ruang upaya peningkatan kapasitas kelembagaan Pemerintah dan
Daerah dengan peraturan perundang-undangan, Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan penataan
termasuk dengan Rencana Tata Ruang Wilayah ruang.
Nasional dan rencana rincinya;
Struktur
Organisasi
Susunan
Keanggotaan
BKPRN

Sumber: KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG NASIONAL
Susunan Tim Pelaksana

Sumber: KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG


BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG NASIONAL
Dikembangkan menjadi undang-
undang no 24 tahun 1992 tentang
penataan ruang
Perencanaan penataan ruang
di Indonesia telah
diselenggarakan sejak awal Diganti dengan undang-undang no 26
kemerdekaan. tahun 2007 tentang penataan ruang.

Kepres No. 62 Tahun 2000 tentang


Koordinasi Penataan Ruang
Nasional
Melalui pembentukan “Stads
Vorming Ordonantie” dan
Keputusan Presiden No. 4 Tahun
peraturan pelaksanaannya pada
2009 tentang Badan Koordinasi
tahun 1948
Penataan Ruang Nasiona (BKPRN )

Peraturan Presiden Republik


Indonesia Nomor 17 Tahun 2015
Tentang Kementerian Agraria
Pada tahun 1970 pernah digagas
dan Tata Ruang
adanya rencana undang-undang
bina kota

Peraturan Presiden Republik


Indonesia Nomor 116 Tahun
2016 tentang Pembubaran
BKPRN
Sumber: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 116 TAHUN 2016
Sumber: PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 116 TAHUN 2016
Bagaimana si sekarang
(setelah dibubarkan BKPRN)
cara mensingkronkan
dokumen perencanaan
pemerintah secara nasional?

Nahh, Hal ini berarti semua rencana tata ruang daerah


Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik harus memperoleh persetujuan substansi terlebih
Indonesia Nomor 116 Tahun 2017 Tentang dahulu oleh Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala
Koordinasi Penataan Ruang Daerah Bab Badan Pertanahan Nasional.
III Pembentukan Tim Koordinasi Penataan
Ruang Daerah Baguan kesatu Daerah
Provinsi Pasal 6 d
Pasal 8
poin 2

Berdasarkan BAB IV TATA KERJA TIM


KOORDINASI PENATAAN RUANG
NASIONAL Bagian Kedua Rapat Koordinasi
Pasal 15 bahwa Tim Koordinasi Penataan
Ruang Nasional mengadakan Rapat
Pasal 6 poin 2 Koordinasi yang yang terdiri atas Rapat
Koordinasi Tim Pengarah dan Rapat
Koordinasi Penataan Ruang Nasional

Sumber: PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL TAHUN
2017
TENTANG PELAKSANAAN KOORDINASI PENATAAN RUANG NASIONAL
03
BKPRD/TKPRD
Provinsi
Badan/Tim Koordinasi
Penataan Ruang Provinsi
TERBENTUKNYA BKPRD/TKPRD PROVINSI
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 116 Tahun 2017 Tentang
Koordinasi Penataan Ruang Daerah

Pasal 3 Ayat 1 Pasal 4 Ayat 1 Pasal 4 Ayat 2


Gubernur bertanggung jawab atas Penataan ruang sebagaimana Pengintegrasian berbagai
penataan ruang daerah Provinsi. dimaksud dalam Pasal 3 kepentingan sebagaimana dimaksud
diselenggarakan dengan pada ayat (1) dilakukan melalui
mengintegrasikan berbagai koordinasi antarperangkat daerah
kepentingan yang bersifat lintas dan antartingkat pemerintahan
sektor, lintas wilayah, dan lintas dengan membentuk TKPRD.
pemangku kepentingan.
Tugas TKPRD Provinsi
TKPRD Provinsi sebagaimana dalam Pasal 6 Peraturan
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 116
Tahun 2017 Tentang Koordinasi Penataan Ruang
Daerah, memiliki tugas terhadap:
perencanaan tata ruang;
pemanfaatan ruang; dan
pengendalian pemanfaatan ruang
Tugas Perencanaan Tata Ruang
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 116 Tahun 2017 Tentang Koordinasi Penataan Ruang Daerah

Mengoordinasikan penyusunan RTR provinsi

01
dengan mempertimbangkan pengarusutamaan
pembangunan berkelanjutan melalui kajian
lingkungan hidup strategis;

02 Mengoordinasikan sinkronisasi RTR provinsi


dengan RPJMD dan RPJPD

03
Mengoordinasikan sinkronisasi RTR provinsi
dengan RTR nasional dan RTR provinsi yang Mengoordinasikan pelaksanaan konsultasi
Raperda tentang RTRW daerah provinsi dan RTR

04
berbatasan;
kawasan strategis daerah provinsi kepada
menteri agraria dan tata ruang/kepala badan
pertanahan nasional untuk memperoleh
Mengoordinasikan pelaksanaan konsultasi

05
persetujuan substansi;
rancangan peraturan daerah tentang RZWP3K
kepada menteri kelautan dan perikanan untuk

06
Mengoordinasikan pelaksanaan evaluasi
memperoleh tanggapan dan/atau saran;
rancangan peraturan daerah tentang RTR
provinsi kepada menteri dalam negeri melalui
Mengoordinasikan pelaksanaan konsultasi direktur jenderal bina pembangunan daerah;

07
dalam rangka evaluasi Raoerda tentang RTR
kabupaten/kota kepada menteri dalam negeri
melalui direktur jenderal bina pembangunan

08
Mengoordinasikan pelaksanaan evaluasi
daerah Raperda tentang RTR kabupaten/kota;
Tugas Pemanfaatan Ruang
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 116 Tahun 2017 Tentang
Koordinasi Penataan Ruang Daerah

Mengoordinasikan penanganan dan penyelesaian permasalahan


dalam pelaksanaan program dan kegiatan pemanfaatan ruang di
daerah provinsi, dan di daerah kabupaten/kota dalam hal diperlukan;

Mengoordinasikan pelaksanaan kerjasama penataan ruang


antardaerah provinsi.
Tugas Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 116 Tahun 2017 Tentang Koordinasi Penataan Ruang Daerah

Mengoordinasikan pelaksanaan Mengoordinasikan pelaksanaan Mengoordinasikan penetapan bentuk


pengendalian penerapan indikasi peraturan zonasi sistem provinsi dalam dan mekanisme pemberian insentif dan
program utama RTR provinsi ke dalam proses pemberian izin untuk investasi disinsentif dalam pelaksanaan
RPJMD; skala besar; pemanfaatan ruang daerah provinsi;

Memberikan rekomendasi perizinan Memberikan rekomendasi bentuk sanksi


pemanfaatan ruang provinsi dalam hal atas pelanggaran pemanfaatan ruang
diperlukan kepada dinas penanaman dan/atau kerusakan fungsi lingkungan
modal dan perizinan terpadu satu pintu; kepada perangkat daerah yang
menyelenggarakan sub-urusan
penataan ruang.
STRUKTUR
ORGANISASI
TKPRD
PROVINSI
Sekretariat TKPRD
Sekretariat TKPRD provinsi mempunyai tugas:
a. Menyiapkan data dan informasi dalam rangka
kelancaran tugas TKPRD provinsi;
b. Menyusun jadwal dan agenda kerja TKPRD provinsi;
c. Melakukan fasilitasi penyelenggaraan kegiatan
TKPRD provinsi;
d. Menyiapkan laporan pelaksanaan koordinasi
penataan ruang daerah provinsi; dan
e. Menerima pengaduan dari masyarakat berkaitan
dengan terjadinya pelanggaran dalam pemanfaatan
ruang.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 116 Tahun 2017 Tentang
Koordinasi Penataan Ruang Daerah
Kelompok Kerja Kelompok Kerja Pemanfaatan
Perencanaan Tata Ruang dan Pengendalian Pemanfaatan
Ruang
▪ Memberikan masukan teknis kepada ▪ Memberikan masukan kepada ketua
ketua TKPRD provinsi dalam rangka TKPRD provinsi dalam rangka perumusan
pelaksanaan kebijakan penataan ruang kebijakan pemanfaatan dan pengendalian
daerah provinsi; pemanfaatan ruang daerah provinsi;
▪ Mengkaji permasalahan dalam ▪ Mengkaji permasalahan dalam
perencanaan tata ruang; dan . pemanfaatan dan pengendalian
▪ Memberikan alternatif pemecahan atas pemanfaatan ruang; dan
permasalahan untuk dibahas dalam rapat ▪ Memberikan alternatif pemecahan atas
koordinasi TKPRD provinsi. permasalahan untuk dibahas dalam rapat
koordinasi TKPRD provinsi.

Kelompok Kerja
Pelaksanaan Koordinasi Tim Koordinasi
Penataan Ruang Daerah

Pelaksanaan koordinasi TKPRD provinsi dan TKPRD


kabupaten/kota dilakukan melalui rapat koordinasi
paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan untuk
menghasilkan rekomendasi alternatif kebijakan
penataan ruang.

Dalam hal kondisi tertentu yang bersifat


mendesak, TKPRD provinsi dan TKPRD
kabupaten/kota dapat menyelenggarakan rapat
khusus guna membahas permasalahan yang
bersifat strategis dan/atau penting untuk segera
ditangani.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 116 Tahun 2017 Tentang
Koordinasi Penataan Ruang Daerah
Pelaporan
TKPRD provinsi menyampaikan laporan pelaksanaan
tugas secara berkala kepada gubernur.

Gubernur melaporkan pelaksanaan koordinasi


penataan ruang daerah provinsi dan pembinaan
penataan ruang kabupaten/kota kepada Menteri
Dalam Negeri melalui Direktur Jenderal Bina
Pembangunan Daerah disampaikan paling sedikit 1
(satu) kali dalam 1 (satu) tahun pada bulan September.

Laporan digunakan untuk mengidentifikasi


perkembangan penataan ruang daerah sebagai:
a. bahan masukan penyusunan kebijakan pembinaan
penataan ruang daerah; dan
b. bahan masukan penyelenggaraan rapat koordinasi
di tingkat daerah provinsi untuk laporan dari daerah
kabupaten/kota, dan rapat koordinasi di tingkat
nasional untuk laporan dari daerah provinsi.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 116 Tahun 2017 Tentang
Koordinasi Penataan Ruang Daerah
04
BKPRD/TKPRD
Kabupaten/Kota
Badan/Tim Koordinasi
Penataan Ruang
Kabupaten/Kota
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 116
Tahun 2017 Tentang Koordinasi Penataan Ruang Daerah

PASAL 3, PASAL 7,
AYAT 2 AYAT 1 & 2
PEMBENTUKAN “Bupati/Wali Kota
bertanggung jawab atas
Bupati/Wali Kota dalam melaksanakan
penataan ruang sebagaimana

TKPRD penataan ruang daerah


Kabupaten/Kota.”
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2)
membentuk TKPRD kabupaten/kota.

KAB./KOTA Pembentukan TKPRD kabupaten/kota


sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan keputusan
bupati/wali kota.
1. Perencanaan Tata Ruang 2. Pemanfaatan Ruang 3. Pengendalian Pemanfaatan Ruang

• Mengoordinasikan dan merumuskan • Mengoordinasikan penanganan dan • Mengoordinasikan pelaksanaan pengendalian


penyusunan RTR kabupaten/kota dengan penyelesaian permasalahan dalam pelaksanaan penerapan indikasi program utama RTR
mempertimbangkan pengarusutamaan program dan kegiatan pemanfaatan ruang di kabupaten/kota ke dalam RPJMD;
pembangunan berkelanjutan melalui kajian daerah kabupaten/kota; dan • Mengoordinasikan pelaksanaan ketentuan
lingkungan hidup strategis; • Mengoordinasikan pelaksanaan kerjasama peraturan zonasi daerah kabupaten/kota dalam
• Mengoordinasikan sinkronisasi RTR penataan ruang antardaerah kabupaten/kota. proses pemberian izin untuk investasi skala
kabupaten/kota dengan RPJMD dan RPJPD; besar;
• Mengoordinasikan sinkronisasi RTR • Mengoordinasikan penetapan bentuk dan
kabupaten/kota dengan RTR nasional dan RTR mekanisme pemberian insentif dan disinsentif

TUGAS provinsi dan RTR kabupaten/kota yang


berbatasan;
dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang daerah
kabupaten/kota;

TKPRD
• Mengoordinasikan pelaksanaan konsultasi • Memberikan rekomendasi perizinan
rancangan peraturan daerah tentang RTR pemanfaatan ruang daerah kabupaten/kota

KAB./KOTA
kabupaten/kota kepada gubernur dalam rangka dalam hal diperlukan kepada dinas penanaman
memperoleh rekomendasi; modal dan perizinan terpadu satu pintu; dan
• Mengoordinasikan pelaksanaan pembahasan • Memberikan rekomendasi bentuk sanksi atas
pemberian persetujuan substansi rancangan pelanggaran pemanfaatan ruang dan/atau
peraturan daerah RTR kabupaten/kota kepada kerusakan fungsi lingkungan kepada perangkat
menteri yang menyelenggarakan sub-urusan daerah yang menyelenggarakan sub-urusan
penataan ruang; dan f. Mengoordinasikan penataan ruang.
proses penetapan RTR kabupaten/ kota ke
daerah provinsi.

P A S A L 8
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 116 Tahun 2017 Tentang Koordinasi Penataan Ruang Daerah
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 116 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN

STRUKTUR KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH

ORGANISASI
TKPRD
KAB./KOTA
BAGAN

PASAL 15
Struktur organisasi TKPRD kabupaten/kota meliputi:
a. Penanggung jawab : bupati/wali kota;
b. Ketua : sekretaris daerah kabupaten/kota;
c. Wakil ketua : kepala badan yang menyelenggarakan perencanaan daerah kabupaten/kota;
d. Sekretaris : kepala dinas yang menyelenggarakan sub-urusan penataan ruang daerah kabupaten/kota;
e. Anggota : perangkat daerah terkait penataan ruang yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan daerah.

PASAL 16
TKPRD kabupaten/kota dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dibantu oleh:
a. Sekretariat TKPRD; dan
b. Kelompok kerja.
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 116 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN KOORDINASI

STRUKTUR PENATAAN RUANG DAERAH


P A S A L 1 7

ORGANISASI
TKPRD Sekretariat TKPRD kabupaten/kota berada pada Dinas kabupaten/kota yang menyelenggarakan sub-urusan penataan

KAB./KOTA ruang, dan dipimpin oleh Sekretaris Dinas kabupaten/kota yang menyelenggarakan sub-urusan penataan ruang

TUGAS:
1. menyiapkan data dan informasi dalam rangka kelancaran tugas TKPRD kabupaten/kota;
1. 2. menyusun jadwal dan agenda kerja TKPRD kabupaten/kota;
SEKRETARIAT 3. melakukan fasilitasi penyelenggaraan kegiatan TKPRD kabupaten/kota;
TKPRD 4. menyiapkan laporan pelaksanaan koordinasi penataan ruang daerah kabupaten/kota; dan
5. menerima pengaduan dari masyarakat berkaitan dengan terjadinya pelanggaran dalam pemanfaatan ruang.
KAB./KOTA
P E M B A N T U T P K R D
K A B / K O T A Sekretariat TKPRD kabupaten/kota dalam melaksanakan tugasnya, bertanggung jawab kepada Sekretaris TKPRD
kabupaten/kota. .
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 116 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN KOORDINASI

STRUKTUR PENATAAN RUANG DAERAH


P A S A L 1 8 - 2 0

ORGANISASI SUSUNAN
KEANGGOTAAN
TUGAS BERTANGGUNG
JAWAB PADA-

TKPRD • Ketua : kepala bidang 1. memberikan masukan teknis

KAB./KOTA
pada dinas yang kepada Ketua TKPRD
menyelenggarakan sub- kabupaten/kota dalam rangka
urusan penataan ruang; pelaksanaan kebijakan
1. • Sekretaris: kepala sub penataan ruang daerah
bidang pada dinas yang kabupaten/kota; mengkaji
Kelompok Kerja menyelenggarakan sub- permasalahan dalam
Perencanaan urusan penataan ruang; perencanaan tata ruang; dan
2. Tata Ruang • Anggota : perangkat 2. memberikan alternatif
daerah kabupaten/kota pemecahan atas permasalahan
KELOMPOK terkait penataan ruang untuk dibahas dalam rapat
KERJA yang disesuaikan dengan koordinasi TKPRD kabupaten/ Ketua
kebutuhan dan kota. TKPRD
P E M B A N T U
K A B / K O T A
T P K R D
KELOMPOK kemampuan daerah kabupaten/
kota
KERJA • Ketua : kepala bidang 1. memberikan masukan kepada melalui
pada dinas yang Ketua TKPRD kabupaten/kota Sekretaris
menyelenggarakan sub- dalam rangka perumusan TKPRD.
2. urusan penataan kebijakan pemanfaatan dan
bangunan dan pengendalian pemanfaatan
Kelompok Kerja lingkungan; ruang daerah kabupaten/kota;
Pemanfaatan • Sekretaris : kepala seksi 2. mengumpulkan dan mengkaji
dan pada Satuan Polisi permasalahan dalam
Pengendalian Pamong Praja; dan pemanfaatan dan pengendalian
• Anggota : perangkat pemanfaatan ruang; dan
Pemanfaatan daerah kabupaten/kota 3. memberikan alternatif
Ruang terkait penataan ruang pemecahan atas permasalahan
yang disesuaikan dengan untuk dibahas dalam sidang
kebutuhan dan pleno TKPRD kabupaten/ kota.
kemampuan daerah.
Pelaksanaan Koordinasi Tim Koordinasi
Penataan Ruang Daerah

Pelaksanaan koordinasi TKPRD provinsi dan TKPRD


kabupaten/kota dilakukan melalui rapat koordinasi
paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan untuk
menghasilkan rekomendasi alternatif kebijakan
penataan ruang.

Dalam hal kondisi tertentu yang bersifat


mendesak, TKPRD provinsi dan TKPRD
kabupaten/kota dapat menyelenggarakan rapat
khusus guna membahas permasalahan yang
bersifat strategis dan/atau penting untuk segera
ditangani.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 116 Tahun 2017 Tentang
Koordinasi Penataan Ruang Daerah
TERNATE-PM.com, Badan Kordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) Kota CONTOH KERJA BKPRD KOTA DI INDONESIA:
Ternate, nampaknya lepas tangan, terkait polemik keberadaan Galian C
dibeberapa titik di Kota Ternate. Kepala BKPRD, Said Asagaf pada Posko Malut
menyebutkan, pihaknya hanya mengeluarkan rekomendasi secara umum, karena
masalah teknis di lapangan, seperti izin merupakan wewenang Dinas Lingkungan
Hidup (DLH).
Said mengaku, BKPRD hanya bertanggungjawab mengeluarkan rekomendasi,
bukan izin. Menurutnya, rekomendasi yang diberikan BKPRD, hanya melakukan
pengelolaan galian C, tetapi harus mempertahankan kondisi lingkungan serta
memperhatikan dampak terhadap masyarakat. “Sama skali tidak memberikan izin,
karena izin itu dari DLH, bagian tehnis,” ungkapnya.
Pemberiaan izin oleh DLH juga ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, misalnya
surat rekomendasi pengelolaan tambang hususnya galian C, tidak boleh
mengorbankan kepentingan masyarakat, dan tidak bisa merusak lingkungan serta
harus memperhatiakan kawasan hutan lindung. Said menyebutkan, poin-poin ini
yang dilanggar oleh penambang. Polemik Galian C,
“Dalam waktu dekat ini kami akan menggelar rapat dan tim BKPRD, sehingga akan
turun lapangan untuk pengecekan. Nanti rapat dilakukan bersama para
penambang, dan juga DPRD untuk melakukan klarifikasi lebih lanjut,” sebutnya.
BKPRD Kota Ternate
“Rekomendasi yang diberikan bukan untuk galian tambang, namun pihak
penambang yang melakukan penyimpangan di lapangan karena tidak sesui Lepas Tangan
rekomendasi,” kesalnya.
Terkait dengan aktivitas Galian C Kalumata yang masih berjalan, Said mengaku, itu
izinnya dari DLH. “Rekomendasi yang dikeluarkan BKPRD itu sifatnya umum bukan
tehnis, sementara di lapangan itu bagian tehnis,” akhirnya.
Sumber: https://poskomalut.com/?p=14463
PERATURAN DAERAH KOTA TERNATE NOMOR 02 CONTOH KERJA BKPRD KOTA DI INDONESIA:
TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG
WILAYAH KOTA TERNATE TAHUN 2012 - 2032

Polemik Galian C,
“Aktifitas penambangan bahan galian mineral non logam dan
BKPRD Kota Ternate
bantuan eksisting pada kawasan/areal/lokasi tambang
sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf b, c, d, e dan f, dapat di
lanjutkan setelah ada kajian teknis dan lingkungan.” (pasal 40
Lepas Tangan
ayat 2 h)
05
PELAPORAN
Peraturan Menteri Dalam Nwegeri
Republik Indonesia Nomor 116 Tahun
2017 Tentang Koordinasi Penataan PELAPORAN
Ruang PASAL 23
TKPRD PROVINSI TKPRD KAB/KOTA

Melaporkan tugas TKPRD


Melaporkan tugas TKPRD Kab/Kota secara berkala
Provinsi secara berkala kepada
kepada GUBERNUR BUPATI/WALIKOTA

Gubernur melaporkan
pelaksanaan koordinasi dan Bupati/Wali Kota melaporkan
pembinaan penataan ruang pelaksanaan koordinasi kepada
kabupaten/kota kepada Menteri Gubernur dengan tembusan
Dalam Negeri melalui Ditjen Menteri Dalam Negeri
Bina Bangda disampaikan disampaikan paling sedikit 1
paling sedikit 1 (satu) kali dalam (satu) kali dalam 1 (satu) tahun
1 (satu) tahun pada bulan pada bulan Agustus
September
TINDAK
LANJUT
PELAPORAN
Peraturan Menteri Dalam Nwegeri
Republik Indonesia Nomor 116 Tahun
2017 Tentang Koordinasi Penataan PELAPORAN
Ruang PASAL 23

1. Bahan masukan penyusunan


kebijakan pembinaan penataan
ruang daerah; dan
2. Bahan masukan penyelenggaraan
rapat koordinasi di tingkat provinsi
untuk laporan dari kabuapaten/kota,
dan rapat koordinasi di tingkat
nasional untuk laporan dari provinsi
Peraturan Menteri Dalam Nwegeri
Republik Indonesia Nomor 116 Tahun LANGKAH-LANGKAH PENGUATAN LEMBAGA
2017 Tentang Koordinasi Penataan
Ruang KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH
Kondisi kedepan

Langkah-langkah Meningkatkan peran


Kondisi yang diperlukan lembaga koordinaasi
saat ini dlm penyelengaraan
penataan ruang
daerah

1. Pengembangan dan penguatan data dan


informasi
2. Membangun mekanisme kerja yang efektif
3. Optimalisasi peran dan tugas sekretariat dan
kelompok kerja (pokja);
4. Konsistensi daerah untuk menyediakan
anggaran dalam APBD dan koordinasi
penyelenggaraan penataan ruang
STUDI KASUS
Penguatan Kapasitas Kelembagaan Badan
Koordinasi Penataan Ruang Daerah Provinsi
Jawa Barat dalam Pengelolaan Kawasan
Lindung Punclut

06
Oleh: Yahya Yoshuea Leander, Lilin Budiati; Jurnal
Pembangunan Wilayah dan Kota; Planologi UNDIP; 2013
Latar Belakang
● Permintaan lahan yang tinggi di
perkotaan tidak diimbangi dengan
ketersediaan lahan

● Terjadi alih fungsi lahan Kawasan


Lindung Punclut Bandung, menjadi
kawasan permukiman.

● Apabila pengalihfungsian lahan tetap


dilakuan, akan timbul masalah terkait
kelestarian alam maupun keberlanjutan
kehidupan di daerah cekungan
Bandung
Latar Belakang
• Penyelenggaraan penataan ruang pada suatu
kawasan lindung yang merupakan kawasan
strategis provinsi (antar kabupaten/kota)
harus dilakukan secara terkoordinasi, terpadu,
efektif, efisien, dan konsisten dengan
memperhatikan kelestarian lingkungan hidup.
• Untuk menjawab kebutuhan koordinasi
penataan ruang di tingkat daerah, Menteri
Dalam Negeri mengesahkan Peraturan No.
50 Tahun 2009 tentang Pedoman Koordinasi
Penataan Ruang Daerah. Implikasi dari
Permendagri tersebut adalah penetapan
Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah
(BKPRD) Provinsi dan Kabupaten/ Kota di
masing-masing daerah.
• Menindaklanjuti Permendagri No. 50 Tahun 2009,
pada tanggal 17 Mei 2010 Gubernur Jawa Barat
mengeluarkan Keputusan Gubernur Nomor
120/Kep.697-Bapp/2010 Tentang Badan Koordinasi
Penataan Ruang Daerah Provinsi Jawa Barat.
• Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD)
Provinsi Jawa Barat mempunyai tugas
melaksanakan koordinasi penataan ruang di Provinsi
Jawa Barat.
• Oleh karena itu, pengelolaan Kawasan Lindung
Punclut juga merupakan tanggung jawab BKPRD
Provinsi Jawa Barat.
• Berdasarkan tugas-tugas yang diembannya, BKPRD
Provinsi Jawa Barat memiliki peran penting dalam
pengelolaan dan pengendalian kawasan lindung
Punclut Bandung.
Seberapa efektif dan efisien pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan berdasarkan
tugas dan fungsi sebuah organisasi sangat
tergantung oleh kapasitas yang dimilikinya.
Oleh karena itu, perlu dilihat bagaimana
kapasitas dan mekanisme kerja BKPRD
Provinsi Jawa Barat dalam pengelolaan dan
pengendalian Kawasan Lindung Punclut.
Fungsi BKPRD
Provinsi Jawa Barat

Perencanaan Pemanfaatan Pengendalian


Tata Ruang Ruang Pemanfaatan
Ruang
Fungsi Perencanaan Tata Ruang

• Pelaksanaan sinergitas penyusunan Rencana Tata


Ruang Wilayah Kabupaten/Kota dengan Provinsi
Jawa Barat dan antar Kabupaten/Kota yang
berbatasan,
• Pelaksanaan fasilitasi dan supervisi penyusunan
rencana tata ruang yang menjadi wewenang dan
tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota,
• Fasilitasi pelaksanaan evaluasi Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten/Kota,
• Optimalisasi peran masyarakat dalam perencanaan
tata ruang.
Fungsi Pemanfaatan Ruang

• Pengkoordinasian penanganan dan penyelesaian


permasalahan dalam pemanfaatan ruang di Provinsi
dan Kabupaten/Kota, dan memberikan pengarahan
serta saran pemecahannya,
• Pemberian rekomendasi guna memecahkan
permasalahan pemanfaatan ruang Provinsi Jawa
Barat dan permasalahan pemanfaatan ruang yang
tidak dapat diselesaikan oleh Kabupaten/Kota,
• Fasilitasi dalam pelaksanaan kerjasama penataan
ruang antar provinsi,
• Optimalisasi peran masyarakat dalam pemanfaatan
ruang.
Fungsi Pengendalian
Pemanfaatan Ruang
• Pemberian rekomendasi perijinan pemanfaatan
ruang Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten/Kota,
• Fasilitasi dalam pelaksanaan penetapan insentif dan
disinsentif dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang
Provinsi Jawa Barat dan/atau lintas provinsi serta
lintas Kabupaten/Kota,
• Fasilitasi pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan
pelaporan penyelenggaraan penataan ruang,
• Fasilitasi pelaksanaan pengendalian pemanfaatan
ruang untuk menjaga konsistensi pemanfaatan
ruang dengan rencana tata ruang,
• Optimalisasi peran masyarakat dalam pengendalian
pemanfaatan ruang.
Struktur Organisasi BKPRD
Provinsi Jawa Barat
Penanggung
Ketua
Jawab

Sekretaris
Kelompok
Kerja

Sekretariat

Anggota
Anggota Inti Anggota Ad Hoc
Tetap
Fungsional
Struktur Organisasi BKPRD
Provinsi Jawa Barat
• Penanggung Jawab : Gubernur dan Wakil Gubernur
• Ketua BKPRD : Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat
• Sekretaris : Kepala Bappeda Provinsi Jawa Barat
• Anggota BKPRD : 20 Organisasi Perangkat Daerah yang ada
di Jawa Barat
• Anggota Inti : 25 orang yang merupakan Kepala Dinas,
Kepala Badan, dan beberapa Pejabat Esselon II di
lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat
• Kelompok Kerja : Dibagi menjadi 2 yaitu Pokja Perencanaan
Tata Ruang dan Pokja Pemanfaatan dan Pengendalian
Pemanfaatan Ruang
Anggota Pokja : pejabat esselon III dan
esselon IV yang tersebar di sepuluh dinas teknis
Pemprov Jabar ditambah Sekretariat
Daerah Provinsi Jabar
Analisis
Persepsi/Tingkat Kepentingan dan Kapasitas BKPRD Jabar
(Responden Internal)
Importance Performance Analysis Responden Internal

Variabel kapasitas yang menjadi prioritas utama untuk ditingkatkan oleh BKPRD Provinsi Jawa Barat
dalam pengelolaan Kawasan Punclut adalah
● sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan tugas dan fungsi pemahaman anggota terhadap
prosedur kerja,
● mekanisme kerja yang jelas,
● kedisiplinan anggota dalam melaksanakan pekerjaan,
● pelibatan masyarakat dalam penyusunan perencanaan Kawasan Punclut,
● pelibatan masyarakat dalam pemanfaatan ruang di Kawasan Punclut,
● pelibatan masyarakat dalam pengendalian penggunaan lahan di Kawasan Punclut,
● pendekatan kesejahteraan bagi masyarakat dalam pembangunan di Kawasan Punclut.
Analisis
Persepsi/Tingkat Kepentingan dan Kapasitas BKPRD Jabar
(Responden Internal)
Importance Performance Analysis Responden Internal

Variabel kapasitas yang harus dipertahankan sudah optimal adalah


● struktur organisasi BKPRD Provinsi Jawa Barat, penempatan pejabat di BKPRD sesuai dengan
kompetensi,
● koordinasi antar pimpinan dalam pengelolaan Kawasan Punclut, pedoman prosedur kerja tertulis
untuk pengelolaan Punclut,
● kepemimpinan Ketua BKPRD dalam mengelola dan menyelesaikan permasalahan yang berkaitan
dengan Kawasan Punclut,
● fasilitasi dan supervisi RTRW terhadap Kota Bandung dan Kabupaten Bandung Barat, fasilitasi
pelaksanaan pengendalian
● pemanfaatan ruang untuk menjaga konsistensi pemanfaatan ruang di kawasan Punclut dengan
RTRW Provinsi Jawa Barat, Kota Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat,
● menjunjung tinggi kebenaran dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dalam pengelolaan
Kawasan Punclut.
Importance Performance Analysis Responden Internal

Variabel kapasitas yang dianggap memiliki tingkat prioritas yang rendah untuk dilaksanakan adalah
● prosedur kerja yang mudah dijalankan,
● pendidikan dan pelatihan rutin dalam pengelolaan Kawasan Punclut,
● alokasi anggaran yang memadai terkait pengelolaan Kawasan Punclut,
● penggunaan anggaran yang efektif dan efisien,
● jumlah insentif yang cukup bagi para anggota,
● suasana kerja yang mendukung pelaksanaan perkerjaan yang bisa menambah antusiasme dalam
mengelola Kawasan Punclut.

Variabel kapasitas yang dianggap terlalu berlebihan mengingat tingkat kepentingannya yang rendah,
antara lain :
● fasilitasi evaluasi RTRW Kota Bandung dan Kabupaten Bandung Barat terkait pengelolaan
Kawasan Punclut,
● musyawarah dengan Pemerintah Kota Bandung dan Kabupaten Bandung Barat tentang
pemanfaatan lahan di Kawasan Punclut.
Analisis
Persepsi/Tingkat Kepentingan dan Kapasitas BKPRD Jabar
(Responden Internal)
Importance Performance Analysis Responden Internal

➢ Kesenjangan paling besar antara tingkat kepentingan dan tingkat kapasitas terdapat pada atribut
“Sarana dan prasarana (komputer, alat komunikasi, kendaraan operasional, dan lain-lain) yang
dimiliki memadai untuk menunjang pekerjaan BKPRD Provinsi Jawa Barat dalam pengelolaan
Kawasan Punclut”.
➢ Sementara, gap yang paling sempit ada pada atribut “Adanya koordinasi antara pimpinan unit kerja
(antar ketua Pokja dan antara ketua Pokja, Anggota Inti, dan Sekda Jabar)”.
➢ Semakin besar kesenjangan yang ada maka prioritas untuk memperbaiki kapasitas pada variabel
tersebut semakin tinggi pula, tanpa mengabaikan hasil analisis kuadran yang telah dilakukan
sebelumnya.
Analisis
Persepsi/Tingkat Kepentingan dan Kapasitas BKPRD Jabar
(Responden Eksternal)
Importance Performance Analysis Responden Eksternal

Atribut yang perlu ditingkatkan kinerjanya dan menjadi prioritas utama mengingat masyarakat
menganggap kondisi tersebut penting sedangkan kinerja BKPRD Provinsi Jabar dalam hal tersebut
rendah adalah :
• pelibatan masyarakat dalam menyusun perencanaan Kawasan Punclut,
• pelibatan masyarakat dalam pemanfaatan lahan di Kawasan Puclut,
• pelibatan masyarakat dalam pengendalian penggunan lahan di Kawasan Punclut,
• menampung aspirasi masyarakat dalam mengelola dan menangani permasalahan Kawasan
Punclut,
• melaksanakan aspirasi masyarakat dalam mengelola dan menangani permasalahan Kawasan
Punclut,
• BKPRD Provinsi Jawa Barat segera melakukan tindakan penyelesaian ketika ada pelanggaran
pemanfaatan lahan di Kawasan Punclut.
Analisis
Persepsi/Tingkat Kepentingan dan Kapasitas BKPRD Jabar
(Responden Eksternal)
Importance Performance Analysis Responden Eksternal

Kondisi kinerja yang sudah dianggap optimal oleh responden eksternal BKPRD Provinsi Jawa Barat
terkait dengan pengelolaan Kawasan Punclut adalah
• BKPRD Provinsi Jawa Barat menjunjung tinggi kebenaran dalam mengelola dan menangani
permasalahan kawasan Punclut, dan
• pembangunan yang berkembang di Kawasan Punclut dapat mensejahterakan masyarakat
sekitar lokasi pembangunan dan masyarakat Bandung pada umumnya.

Atribut yang dianggap memiliki prioritas rendah adalah


• BKPRD Provinsi Jawa Barat mengajak masyarakat dalam merumuskan kebijakan terkait
pengelolaan kawasan Punclut,
• BKPRD Provinsi Jawa Barat mengelola Kawasan Punclut secara terpadu,
• masyarakat memiliki kepercayaan terhadap pemerintah dalam pemanfaatan lahan di Kawasan
Punclut.
Analisis
Persepsi/Tingkat Kepentingan dan Kapasitas BKPRD Jabar
(Responden Eksternal)
Importance Performance Analysis Responden Eksternal

➢ Atribut yang dianggap kinerjanya dilakukan secara berlebihan mengingat tingkat


kepentingannya yang rendah adalah konflik di Kawasan Punclut terkelola dengan baik.

➢ Kesenjangan tertinggi ada pada atribut “BKPRD Provinsi Jawa Barat melaksanakan aspirasi
masyarakat dalam mengelola dan menangani permasalahan Kawasan Punclut”. Sedangkan
kesenjagan terendah ada pada atribut “Konflik di Kawasan Punclut terkelola dengan baik”.
Analisis
Proses dan Mekanisme Kerja BKPRD Provinsi Jawa Barat dalam Pengelolaan
Kawasan Lindung Punclut

➢ Belum semua anggota BKPRD Provinsi Jawa Barat betul-betul memahami akan mandat yang
diberikan kepada mereka.
➢ Ada pula anggota BKPRD yang menganggap bahwa peraturan yang ada saat ini multitafsir dan
belum adanya penyelarasan yang dilakukan internal BKPRD terkait mandat organisasi.
➢ Hingga saat ini BKPRD tidak memiliki petunjuk teknis atau petunjuk pelaksanaan (Standard
Operating Procedure) dalam menjalankan tupoksinya. Begitu pula dalam pengelolaan Kawasan
Punclut, berdasarkan informasi yang didapat dari wawancara, selama ini BKPRD menjadikan
peraturan dan undang-undang sebagai dasar dalam melakukan tupoksi.
➢ Berdasarkan wawancara dengan anggota BKPRD, diperoleh informasi bahwa porsi membahas
untuk ke arah penetapan disinsentif atau penertiban menurut masih belum banyak.
➢ Tidak ada target serta sasaran yang secara kuantitatif maupun secara penjadwalan disusun
untuk menegakkan aturan di lapangan.

Kesimpulan
Dari semua butir pernyataan yang dirumuskan berdasarkan
variabel untuk mengukur kapasitas BKPRD Provinsi Jawa
Barat ternyata menunjukkan bahwa nilai tingkat kepentingan
seluruh butir instrumen penelitian lebih tinggi daripada nilai
tingkat kapasitasnya. Hal ini menggambarkan bahwa
kapasitas yang dimiliki BKPRD Provinsi Jawa Barat dalam
kaitannya dengan pengelolaan Kawasan Punclut bisa
dibilang belum optimal.

➢ Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, baik dalam


pengelolaan Kawasan Punclut maupun secara umum,
BKPRD Provinsi Jabar belum memiliki Standar Operating
Procedure (SOP) tertulis yang dapat dijadikan pedoman bagi
para anggotanya. Selain itu BKPRD Provinsi Jawa Barat juga
belum melakukan perencanaan strategis ideal yang
diperlukan suatu organisasi untuk memperbaiki kualitas
pengambilan keputusan serta meningkatkan efektivitas
organisasi dan sistem sosial yang lebih luas. Hal ini dapat
terlihat dari tidak adanya visi, misi, dan rencana strategi yang
disusun BKPRD Provinsi Jawa Barat.
Lesson Learned

07
Lesson Learned
• BKPRD/TKPRD Provinsi adalah badan/tim koordinasi antarperangkat daerah dan antartingkat
pemerintahan di provinsi yang dibentuk untuk menyelenggarakan penataan ruang dengan
mengintegrasikan berbagai kepentingan yang bersifat lintas sektor, lintas wilayah, dan lintas
pemangku kepentingan. BKPRD Provinsi memiliki tugas terhadap perencanaan tata ruang;
pemanfaatan ruang; dan pengendalian pemanfaatan ruang di tingkat provinsi.
• BKPRD/TKPRD Kabupaten/Kota adalah badan/tim koordinasi antarperangkat daerah dan
antartingkat pemerintahan di provinsi yang dibentuk untuk menyelenggarakan penataan ruang
dengan mengintegrasikan berbagai kepentingan yang bersifat lintas sektor, lintas wilayah, dan
lintas pemangku kepentingan. BKPRD Kabupaten/Kota memiliki tugas terhadap perencanaan
tata ruang; pemanfaatan ruang; dan pengendalian pemanfaatan ruang di tingkat
Kabupaten/Kota.
• Dalam pembangunan daerah, BKPRD/TKPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota berkoordinasi
melalui rapat koordinasi paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan untuk menghasilkan
rekomendasi alternatif kebijakan penataan ruang, serta dapat menjalankan rapat khusus untuk
membahasa isu strategis
• Pelaporan dilakukan dgn melaporkan tugas TKPRD pada tingkat provinsi kepada gubernur dan
tingkat kab/kota kepada bupati/wali kota dan kemudian melakukan koordinasi yang dilakukan
paling sedikit 1 kali dalam 1 tahun pada bulan September di tingkat prov dan pada bulan
Agustus di tingkat kab/kota kemudian di tindak lanjuti untuk masukan bahan penyusunan
kebijakan dan pembinaan tata ruang serta menjadi bahan masukan pada rapat koordinasi pada
tingkat provinsi sampai nasional.
THANKS
CREDITS: This presentation template
was created by Slidesgo, including
icons by Flaticon, and infographics &
images by Freepik

Do you have any questions?

Anda mungkin juga menyukai