Anda di halaman 1dari 81

Konsep Perencanaan

Pesisir dan Pulau-Pulau


Kecil
KELOMPOK 1
M. Febtian Syah Putra 08211740000002
Carissa Dian Syakila 08211740000011
Fitria Alifia Rossa Asnawi 08211740000020
Della Kusumaning Putri 08211740000024
Amry Muhammad 08211740000039
OUTLINE
1. Devinisi, Potensi, Masalah Kawasan Pesisir
2. Pengelolaan Kawasan Pesisir
3. Konsep Perencanaan Pesisir
• Perencananaan Komperhensive
• Perencanaan Incremental
• Perencanaan Partisipatif
• Perencanaan Terpadu
4. Pengelolaan Pesisir Tepadu (ICM)
5. Proses dan Aspek Perencanaan Kawasan Pesisir
4. Study Case
• Konsep perencanaan pada RSWP3K
• Konsep perencanaan pada RZWP3k
• Konsep perencanaan pada RPWP3K
• Konsep perencanaan pada RAWP3K
Definisi Kawasan Pesisir
Undang-undang No. 1 Tahun 2004 Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Wilayah Pesisir adalah daerah peralihan antara Ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di
darat dan laut

Beatley et al., 1994


Wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara laut dan daratan, ke arah darat mencakup daerah
yang masih terkena pengaruh percikan air laut atau pasang surut, dan ke arah laut meliputi daerah paparan
benua (continental shelf)

(Dahuri, dkk, 2001)


Pengertian wilayah pesisir menurut kesepakatan terakhir internasional adalah merupakan wilayah peralihan
antara laut dan daratan, ke arah darat mencakup daerah yang masih terkena pengaruh percikan air laut atau
pasang surut, dan ke arah laut meliputi daerah paparan benua (continental shelf)
Potensi Kawasan Pesisir
Indonesia sebagai Negara kepulauan memiliki luas laut lebih
besar dari pada luas daratan. Jumlah pulau di Negara ini
sebanyak 17.508 pulau dengan panjang garis pantai 81.000 km
atau 18,4% dari garis pantai dunia (Wirayawan dkk, 2005).
Wilayah laut Indonesia yang terletak pada garis khatulistiwa
terkenal memiliki kekayaan dan keanekaragaman sumberdaya
alam, baik sumberdaya alam yang dapat pulih seperti perikanan,
hutan mangrove, terumbu karang dan lainnya, maupun yang tidak
dapat pulih seperti tambang. Wilayah pesisir yang merupakan
wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut, memiliki
potensi sumberdaya alam dan jasa lingkungan yang mengundang
daya tarik berbagai pihak untuk memanfaatkannya.
Permasalahan Pengelolaan Kawasan Pesisir

Faktor Internal Faktor Eksternal

• Rendahnya tingkat pemanfaatan sumberdaya, teknologi dan manajemen • Kebijakan pembangunan pesisir dan lautan yang lebih berorientasi pada
usaha produktivitas untuk menunjang pertumbuhan ekonomi, bersifat
• Pola usaha tradisional dan subsisten (hanya cukup memenuhi kehidupan sektoral,parsial dan kurang memihak nelayan tradisional,
jangka pendek) • Belum terkondisinya kebijakan ekonomi makro (political economy), suku
• Keterbatasan kemampuan modal usaha bunga yang masih tinggi serta belum adanya program kredit lunak yang
• Kemiskinan dan Keterbelakangan masyarakat pesisir dan nelayan. diperuntukan bagi sektor kelautan.
• Kerusakan ekosistem pesisir dan laut karena pencemaran dari wilayah
darat, praktek penangkapan ikan dengan bahan kimia, eksploitasi dan
perusakan terumbu karang, serta penggunaan peralatatan tangkap yang
tidak ramah lingkungan,
• Sistem hukum dan kelembagaan yang belum memadai disertai
implementasinya yang lemah, dan birokrasi yang beretos kerja rendah serta
sarat KKN
• Perilaku pengusaha yang hanya memburu keuntungan dengan
mempertahankan sistem pemasaran yang mengutungkan pedagang
perantara dan pengusaha,
• Rendahnya kesadaran akan arti penting dan nilai strategis pengelolaan
sumberdaya wilayah pesisir dan lautan secara terpadu bagi kemajuan dan
kemakmuran bangsa.

Sumber: Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu dan Berkelanjutan oleh Direktorat Kelautan dan Perikanan, Bappenas
(2004)
UU 2004 UU RI NOMOR 27 TAHUN 2007

Ruang Lingup Pengelolaan Pesisir di Indonesia

Perencanaan Pemanfaatan Pengawasan Pengendalian


PASAL 14 AYAT (1)
dan (2) UU 1/ 2014
PS. 16 PS. 36 PS. 40

▪ Usulan Strategic Plan


Izin Lokasi Akreditasi
dilakukan RSWP3K Pemantauan dan
oleh Pemda, (20 THN) Program
Izin penyelidikan
Masyarakat,
Managemen
dan Insentif
dan Dunia
Usaha Zoning Plan
▪ Mekanisme: RZWP3K Pemanfaatan
penyusunan (20 THN) PPK dan
melibatkan
masyarakat Management sekitarnya
Plan RPWP3K
(5 THN) Konservasi
Action Plan
RAPWP3K
(1-3 THN)
Rehabilitasi

PASAL 7 AYAT Reklamasi


(3) Wajib disusun
Pemda
Konsep Perencanaan
Kawasan Pesisir

Perencanaan Komprehensif (Comprehensive Planning)

Perencanaan Incremental (Incremental Planning)

Tipe-Tipe
Perencanaan Perencanaan Partisipatori (Partisipatory Planning)

Perencanaan Konsensual (Consensual Planning)

Perencanaan Terintegrasi/Terpadu (Integrated Planning)


Perencanaan Komprehensif
(Comprehensive Planning)

Komprehensif
/kom·pre·hen·sif/ /kompréhénsif/
luas dan lengkap (tentang ruang lingkup atau
isi); mempunyai dan memperlihatkan wawasan yang luas

Perencanaan yang komprehensif adalah upaya untuk menetapkan pedoman bagi pertumbuhan
komunitas di masa depan. Seperti arti istilah "komprehensif“ sendiri, perencanaan ini adalah
pendekatan secara menyeluruh terhadap masalah pertumbuhan komunitas di masa depan. Perencanaan
yang komprehensif harus menjadi visi tentang apa yang akan menjadi komunitas di masa depan. Semua
kelompok kepentingan harus berperan dalam menggambarkan visi ini.

Isi rencana komprehensif dapat bervariasi dari satu komunitas ke komunitas lainnya, tetapi dalam
kebanyakan kasus, rencana harus terdiri dari elemen-elemen berikut:
1. Penggunaan lahan (baik yang sudah ada maupun yang akan datang),
2. Sosial Demografi (ada dan diproyeksikan),
3. Perumahan,
4. Infrastruktur,
5. Pendidikan,
6. rekreasi, dst.

William I. Goodman, ed., and Eric C. Fruend, assoc. ed. 1968. Principles and Practices of Urban
Planning. Chicago, Ill.: International City Managers Association
Perencanaan Komprehensif
(Comprehensive Planning)
Menurut Goodman, dokumen rencana harus memenuhi enam persyaratan dasar:
1. Harus komprehensif.
2. Untuk jangka waktu yang lama
3. Fokus utama pada pengembangan fisik.
4. Harus dapat menghubungkan proposal rancangan fisik dengan tujuan masyarakat dan kebijakan sosial-
ekonomi.

Perencanaan Komprehensif biasanya mengikuti proses perencanaan yang terdiri dari delapan langkah berbeda.
Dengan mengikuti proses ini, perencana dapat menentukan berbagai masalah yang saling terkait dan
mempengaruhi wilayah perencanaan.

1 2 3 4
Identifikasi Menentukan Mengumpulka Mempersiapkan
Masalah Tujuan nData Rencana

5 6 7 8
Membuat Mengevaluasi Mengesahka Menerapkan
Rencana n Rencana dan
Hasil Rencana
Implementasi Memonitor
Rencana

William I. Goodman, ed., and Eric C. Fruend, assoc. ed. 1968. Principles and Practices of Urban
Planning. Chicago, Ill.: International City Managers Association
Perencanaan Inkremental
(Incremental Planning)

Inkremental
/in·kre·men·tal/ /inkreméntal/
berkembang sedikit demi sedikit secara teratur

Perencanaan inkremental adalah perencanaan yang sifatnya memperbaiki atau melengkapi keputusan
yang telah dibuat sebelumnya guna mendapatkan penyempurnaan.

Menurut Lindblom, perencanaan rasional tidak efektif, lambat, dan mahal dalam menanggapi perubahan
tak terduga yang sering muncul dalam dunia perencanaan. Melalui perencanaan inkremental, keputusan
dapat dibuat dengan cepat untuk mengatasi kebutuhan dan masalah saat ini. Dalam inkrementalisme,
keputusan dibuat melalui serangkaian perbandingan atau alternatif terbatas dan sedikit analisis, yang
berdampak pada penurunan biaya pengambilan keputusan.

Perencanaan Inkremental ini bersifat pragmatis, tidak bermaksud mencari pilihan kebijakan yang
terbaik, melainkan hanya mencari alternatif yang dapat dilaksanakan. Perencanaan Inkremental lebih
menekankan pada perencanaan jangka pendek karena lebih riil dan mudah diwujudkan dibandingkan
dengan jangka panjang. Teori ini diilhami oleh filsafat pragmatisme, yang menyatakan yang baik adalah
yang berguna pada masa sekarang. Yang berguna pada masa sekarang hanya dapat ditentukan dan
dicari pada masa sekarang.
Perencanaan Partisipatif
(Partisipatory Planning)

Partisipatif
/par·ti·si·pa·si/
perihal turut berperan serta dalam suatu kegiatan;
keikutsertaan; peran serta;

Menurut Wrihatnolo dan Dwidjowijoto (1996), perencanaan partisipatif adalah proses perencanaan yang diwujudkan
dalam musyawarah, dimana sebuah rancangan rencana dibahas dan dikembangkan bersama semua pelaku
pembangunan (stakeholders). Pelaku pembangunan berasal dari semua aparat penyelenggara negara
(eksekutif,legislatif, dan yudikatif), masyarakat, rohaniwan, dunia usaha, kelompok profesional, organisasi-
organisasi non-pemerintah.

Menurut penjelasan UU. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional: “perencanaan
partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan terhadap pembangunan. Pelibatan
mereka adalah untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki”. Dalam UU No. 25 Tahun 2004,
dijelaskan. pula “partisipasi masyarakat” adalah keikutsertaan untuk mengakomodasi kepentingan mereka dalam
proses penyusunan rencana pembangunan.

Secara garis besar perencanaan partisipatif mengandung makna adanya keikutsertaan masyarakat dalam proses
perencanaan pembangunan, mulai dari melakukan analisis masalah mereka, memikirkan bagaimana cara
mengatasinya, mndapatkan rasa percaya diri untuk mengatasi masalah, mengambil keputusan sendiri tentang
alternatif pemecahan masalah apa yang ingin mereka atasi.
Perencanaan Terintegrasi/Terpadu
(Integrated Planning)

integrasi
/in·teg·ra·si/
pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat;

Perencanaan terpadu adalah perencanaan bersama yang memastikan partisipasi semua


pemangku kepentingan dan departemen yang terkait atau terkena dampak. tujuannya
adalah untuk memeriksa semua masukan dan keluaran ekonomi, sosial, dan lingkungan,
untuk menentukan opsi yang paling tepat dan untuk merencanakan tindakan yang sesuai.

Sumber: Bimtek Penyusunan Rencana Terpadu Infrastruktur Kawasan Perkotaan BPPKTD Tahun 2018
Pengelolaan Pesisir Terpadu
(Integrated Coastal Management)

Dahuri, dkk. (1996)


Pengelolaan pesisir secara terpadu merupakan pendekatan
pengelolaan yang melibatkan dua atau lebih ekosistem, sumberdaya
dan kegiatan pemanfaatan secara terpadu, agar tercapai tujuan
pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan (sustainable),
sehingga keterpaduannya mengandung tiga dimensi; dimensi sektoral,
bidang ilmu, dan keterkaitan ekologis.

GESAMP (Group of Experts on the Scientific Aspects of Marine


Environmental Protection) (1996)
Integrated Coastal Management (ICM) merupakan suatu proses
dinamis dan berkelanjutan yang menyatukan pemerintah dan
masyarakat, ilmu pengetahuan dan pengelolaan, serta
kepentingan sektoral dan masyarakat umum dalam menyiapkan
(preparing) dan melaksanakan (implementing) suatu rencana
terpadu untuk perlindungan dan pengembangan sumberdaya dan
ekosistem pesisir.
Manfaat Pengelolaan Pesisir Terpadu

1. 4.
Keberlanjutan sumberdaya Mengembangkan bio-
pesisir, seperti sumberdaya teknologi sumberdaya pesisir
ikan, mangrove, terumbu untuk produk farmasi,
karang, padang lamun. kosmetika, soaculent, dan
sebagainya.

2. 5.
Menghindari pencemaran Mengembangkan sistem
dan melindungi kesehatan perekonomian yang berbasis
masyarakat. pada masyarakat.

3. 6.
Meningkatkan manfaat Mengembangkan kearifan
ekonomi yang diperoleh dari lokal bagi kelestarian
jasa lingkungan laut ekosistem pesisir.
(pariwisata, energi non-
konvensional, dan industri
maritim).

Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: Kep. 10/MEN/2002 Tentang Pedoman Umum Perencanaan
Pengelolaan Pesisir Terpadu
Strategi Pengelolaan Pesisir Terpadu

1. 3.
Penerapan Konsep Proses Perencanaan
Pembangunan PPT
Berkelanjutan dalam
PPT

2. 4.
Prinsip-prinsip dasar Unsur-unsur PPT
dalam PPT

5.
Penerapan PPT dalam
Perencanaan Pembangunan
Daerah
Sumber: Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu dan Berkelanjutan oleh Direktorat Kelautan dan Perikanan, Bappenas
(2004)
Unsur-Unsur Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu
Rencana Rencana Rencana Pengelolaan Rencana
Strategis Pemintakatan Aksi

Rencana Strategis Rencana Rencana Rencana Aksi (Action


(Strategic Plan) Pemintakatan Pengelolaan Plan) berperan dalam
berperan dalam (Zonasi) berperan (Management Plan) menuntun penetapan
menentukan dalam pengalokasian berperan untuk tindakan berkaitan
visi/wawasan dan ruang, memilah menuntun dengan pelaksanaan
misi serta tujuan dan kegiatan yang pengelolaan proyek sebagai
sasaran berkaitan sinergis dalam satu sumberdaya alam upaya dalam
dengan pengelolaan ruang dan kegiatan sesuai dengan skala mewujudkan rencana
sumberdaya pesisir, yang tidak sinergis di prioritas maupun pengelolaan.
serta penetapan ruang lain dan dalam pemanfaatan
strategi untuk pengendalian sumberdaya sesuai
mencapai tujuan pemanfaatan ruang karakteristik suatu
yang telah laut sesuai dengan wilayah;
dicanangkan; tata cara yang
ditetapkan;

Sumber: Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: Kep. 10/MEN/2002 Tentang Pedoman Umum Perencanaan
Pengelolaan Pesisir Terpadu
Penerapan PPT dalam Perencanaan Pembangunan Daerah
Untuk mengatasi konflik perencanaan pengelolaan pesisir,
maka perlu diubah dari perencanaan sektoral ke perencanaan
terpadu yang melibatkan pemerintah daerah, swasta dan
masyarakat terkait di pesisir. Semua instansi sektoral, Pemda
dan stakeholder terkait harus menjustifikasi rencana kegiatan
dan manfaat yang akan diperoleh, serta mengkoordinasi
kegiatan tersebut dengan kegiatan sektoral lain yang sudah
mapan secara sinergis. Dengan semangat pelaksanaan
otonomi daerah yang diantaranya ditandai dengan lahir dan
diberlakukannya UU No. 22/1999 tentang Pemerintah Daerah,
yang di dalamnya mencakup pengaturan kewenangan daerah
dalam mengelola sumber daya kelautan (pesisir dan lautan),
diharapkan dapat membawa angin segar sekaligus menjadi
mometum untuk melaksanakan pembangunan, pendayagunaan,
dan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan secara
yang lebih baik, optimal, terpadu serta berkelanjutan.
Sumber: Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu dan Berkelanjutan oleh
Direktorat Kelautan dan Perikanan, Bappenas (2004)
Proses
Perencanaan
1. Perencanaan
2. Implementasi
3. Pemantauan dan Evaluasi

Sumber: bappenas.go.id
Keterpaduan Wilayah/Ekologis

Keterpaduan Sektoral

Aspek
Perencanaan Keterpaduan Kebijakan Secara Vertikal

Keterpaduan Disiplin Ilmu

Keterpaduan Stakeholder
Studi Kasus
Konsep Perencanaan pada produk Perencanaan Kawasan
Pesisir
RSWP3K
Rencana Strategis Wilayah dan Pulau-Pulau
Kecil
Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan MUATAN RSWP3K
Pulau-Pulau Kecil merupakan Rencana yang
1. Pendahuluan: Latar Belakang, Maksud dan Tujuan, Ruang
memuat arah kebijakan lintas sektor untuk Lingkup RSWP-3-K
Kawasan perencanaan pembangunan 2. Gambaran Umum
melalui penetapan tujuan, sasaran dan 3. Isu Strategis
strategi yang luas, serta target 4. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Kebijakan, dan Strategi
pelaksanaan dengan indikator yang tepat 5. Lampiran Peta
untuk memantau rencana tingkat nasional. 6. Rancangan Pergub
(UU No 27 Tahun 2007, Pasal 1)
Tahapan Penyusunan Dokumen RSWP3K berdasarkan
Pasal 6, Permen KP NO.16/2008
1. Pembentukan kelompok kerja (SK Bupati)
2. Penyusunan Dokumen Awal (Isu, Visi, Misi,
Tujuan, Sasaran)
3. Konsultasi Publik I
4. Penyusunan Dokumen Antara (Strategi,
Kebijakan, Program, Indikator, Kegiatan)
5. Konsultasi Publik II
6. Perumusan Dokumen Final
7. Penetapan
Studi Kasus

Rencana Strategis Pengelolaan Terpadu Teluk Balikpapan


(Kota Balikpapan, Kalimantan Timur)
Gambaran Umum
Latar Belakang
Rencana Strategis Pengelolaan Terpadu Teluk Balikpapan
(Kota Balikpapan, Kalimantan Timur)

1. Memiliki aktivitas industri 5. Merupakan daerah perencanaan


yang tinggi. pengelolaan yang spesifikatas dasar
pendekatan ekosistem teluk beserta
DAS-nya
2. Memiliki Tekanan lingkungan
yang besar 6. Kawasan terpilih diharapkan mampu
menarik konstituen (dalam arti
3. Memiliki Kemudahan mendapat dukungan dari para
Aksesibilitas pemangku kepentingan) dan untuk
meningkatkan kemampuan
4. Permasalahan yang ada dapat merencanakan dan implementasi
dikelola pengelolaan terpadu
Analisis Studi Kasus
Apakah sudah terpenuhi ?
ANALISIS STUDI KASUS

TUJUAN DAN FORMULA PELUANG


SASARAN RENCANA KENDALA
Tujuan Rencana Strategis 1. Penanggulanan erosi dan sedimen Kendala hanya ada pada satu jenis strategi
PengelolaanTerpaduTeluk Balikpapan adalah 2. Pengelolaan hutan mangrove dalam renstra pengelolaan Teluk Balikpapan yaitu
untuk pelestarian pemanfaatan dan perlindungan 3. Penanganan pencemaran air strategi pariwisata. Contohnya, kurangnya
sumber daya teluk secara berkelanjutan melalui 4. Persediaan air bersih dukungan antar stakeholder, sarana prasarana
kebijakan pengelolaan secara terpadu 5. Pengembangan wisata pesisir yang kurang memadai, dsb. Selain itu, lemahnya
6. Penataan ruang dan penggunaan lahan koordinasi dan kurang transparannya lintas
7. Pendidikan dan keterlibatan masyarakat sektoral
8. Hutan Lindung sungai Wain
.
ANALISIS STUDI KASUS

PEMANTAUAN KONSEP PERENCANAAN


DAN EVALUASI PESISIR
Proses pemantauan dan evaluasi dilakukan Rencana Strategis di teluk Balikpapapn ini menggunakan
oleh Badan Pengelola Teluk Balikpapan, konsep ICM. Proses penyusunan rencana dimulai dari
pemantauan tersebut memiliki output berupa identifikasi isu/permasalahan pengelolaan sumber daya pesisir
laporan secara periodik yang dijadikan bahan dan laut teluk Balikpapan melibatkan peran serta masyarakat
evaluasi. Evaluasi tersebut mengkaji efektivtas serta memastikan adanya partisipasi semua pemangku
strategi pada program, identifikasi masalah kepentingan dan departemen yang terkait sehingga tipe
dalam implementasi program, membuat perencanaan yang diterapkan di teluk Balikpapan meupakan
keputusan dalam program pengoelolaan tipe perenanaan terpadu ( Intregated Planning)
tersebut. Selanjutnya hasil dari pemantauan dan
evaluasi dipublikasikan dengan public melalui
berbagai medi
REKOMENDASI STUDI KASUS
Rencana Strategis Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil

1. Mencari referensi kebijakan atau peraturan yang relevan


sebagai dasaran yang kuat untuk menjalankan rencana
strategis pengelolaan kawasan pesisir Teluk Balikpapan
2. Membuat kebijakan tentang MPA terkait area yang yang
didalamnya terdapat ekosistem langka dan dilindungi
3. Penjabaran peluang kendala strategi dalam renstra
pengelolaan Teluk Balikpapan harus dijelaskan secara rinci
karena pada renstra tersebut hanya dijelaskan pada strategi
pariwisata guna meminimalisir kesalahan dalam
mewujudkan renstra.
4. Antar pihak atau stakeholder yang terlibat harus saling
mendukung dan membantu satu sama lain untuk
merealisasikan renstra pengelolaan pesisir Teluk Balikpapan
RZWP3K
Rencana Zonasi Wilayah dan Pulau-Pulau
Kecil
RZWP3K
Rencana Zonasi Wilayah dan Pulau-Pulau Kecil

Dalam Undang-Undang No.27 tahun 2007 pada Bab IV tentang Perencanaan pasal 9 ayat
(1), disebutkan bahwa RZWP-3-K merupakan arahan pemanfaatan sumber daya di Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil pemerintah provinsi dan/atau pemerintah kab/kota. Rencana
Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sebagai salah satu perencanaan merupakan
arahan alokasi ruang untuk rencana kawasan pemanfaatan umum, rencana kawasan
konservasi rencana kawasan strategis nasional tertentu dan rencana alur.

Sumber: Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi Kementerian Kelautan dan Perikanan
FUNGSI RZWP3K

Sebagai bahan pertimbangan Sebagai acuan dalam Sebagai instrumen penataan


dalam penyusunan Rencana penyusunan RPWP-3-K dan ruang di perairan laut wilayah
Pembangunan Jangka Menengah RAPWP-3-K pesisir, dan pulau-pulau kecil
Daerah (RPJMD)

Memberikan kekuatan hukum Untuk memberikan rekomendasi


terhadap alokasi ruang di dalam pemberian perizinan di
perairan laut wilayah pesisir, dan perairan laut wilayah pesisir, dan
pulau-pulau kecil Pulau-pulau kecil

Sebagai acuan dalam Sebagai acuan untuk


Sebagai acuan dalam rujukan
pemanfaatan ruang di perairan mewujudkan keseimbangan
konflik di perairan laut wilayah
laut wilayah pesisir, dan pulau- pembangunan di WP3K.
pesisir, dan pulau-pulau kecil
pulau kecil
Sumber: Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi Kementerian Kelautan dan Perikanan
Ketentuan Teknis Muatan RZWP-3-K

Tujuan, Kebijakan, dan


Strategi Pengelolaan
Batas Wilayah Wilayah Pesisir dan
Perencanaan RZWP-3-K Pulau-Pulau Kecil Rencana Alokasi Ruang Peraturan Pemanfaatan
Provinsi Provinsi WP-3-K Provinsi Ruang

Sumber: Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi Kementerian Kelautan dan Perikanan
Proses Penyusunan Dokumen RZWP3K

Sumber: Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi Kementerian Kelautan dan Perikanan
Proses Penyusunan Dokumen RZWP3K

Sumber: Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi Kementerian Kelautan dan Perikanan
STUDI
KASUS
RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN
PULAU-PULAU KECIL PROVINSI JAWA TIMUR
LATAR BELAKANG

Di sepanjang pantai Provinsi Jawa Timur dapat Potensi sumber daya hayati lainnya yaitu ikan pelagis Sumber daya non hayati yang juga berpotensi untuk
dijumpai beragam sumberdaya alam mulai dari hutan besar dengan potensi sebesar 73.435,6 Ton/Tahun, berkembang di perairan Provinsi Jawa Timur adalah
mangrove yang tersebar di perairan pada 14 potensi ikan pelagis kecil sebesar 153.314,3 pasir besi, mineral energi, jasa penyebarangan, energi
Kabupaten/Kota, terumbu karang dengan total 70 Ton/Tahun, potensi ikan demersal sebesar 153.314,3 alternatif, area penangkapan ikan, industri perkapalan
jenis karang yang dapat dijumpai di perairan Laut Ton/Tahun, dan potensi ikan budidaya melalui usaha dan perikanan, penggaraman, serta wisata bahari
Jawa dan Selat Madura dengan kondisi tutupan rata- keramba jaring apung sebesar 415.465,6 Ton/Tahun. berupa pantai berpasir putih yang layak untuk
rata sedang sampai sangat baik.Lamun hanya dikembangkan menjadi obyek wisata.
terdapat di perairan Laut Jawa sampai Selat Bali
dengan kondisi yang kurang baik. Selain itu, terdapat
potensi cemara udang pada 17 Kabupaten/Kota
dengan kondisi bagus pada pesisir Laut Jawa.

Sumber: Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP-3-K) Provinsi Jawa Timur
LINGKUP KEGIATAN PENYUSUNAN
RZWP-3-K PROVINSI JAWA TIMUR

1. Tahap Identifikasi Kelengkapan Data


Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh data yang
terdiri dari:
a) 3 (tiga) peta dasar, meliputi:
1. Garis pantai;
2. Batimetri; dan
3. Batas wilayah laut provinsi. Data-data yang perlu diperoleh
b) 8 (delapan) dataset tematik, meliputi: menurut Pedoman Teknis
Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
1. Oseanografi; Kementerian Kelautan dan
2. Geomorfologi dan geologi laut; Perikanan

3. Ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil;


4. Sumber daya ikan pelagis dan demersal;
5. Pemanfaatan ruang laut yang telah ada;
6. Dokumen perencanaan pemanfaatan perairan pesisir;
7. Sosial, ekonomi, dan budaya; dan
8. Risiko bencana

Sumber: Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP-3-K) Provinsi Jawa Timur
LINGKUP KEGIATAN PENYUSUNAN
RZWP-3-K PROVINSI JAWA TIMUR

2. Tahap Survei Lapangan


Survei lapangan dilaksanakan oleh Dinas yang menyelenggarakan Berikut tematema Focus Group Discussion (FGD) untuk kebutuhan
urusan di bidang kelautan dan perikanan untuk mendapatkan data penyusunan RZWP-3-K, antara lain:
primer. Pengumpulan data primer bertujuan untuk melakukan 1) FGD Pengumpulan data;
pengumpulan data sekunder yang belum memenuhi standar kualitas 2) FGD Bathimetri dan Geologi Geomorfologi Laut;
dan kuantitas yang dilengkapi metadata dan melakukan verifikasi 3) FGD Pelabuhan (Pelabuhan, alur pelayaran, DlKr/DlKp, dll);
terhadap data sekunder yang sudah terkumpul sebelumnya. Adapun 4) FGD Perikanan (Perikanan Tangkap dan Perikanan Budidaya);
jenis data yang dikumpulkan tersebut akan menjadi data primer. 5) FGD Konservasi;
Teknik untuk melakukan survei di lapangan yang antara lain meliputi: 6) FGD Ekosistem;
a) Observasi b) Pengambilan sampel c) Pengukuran d) Wawancara 7) FGD Pertahanan Keamanan (daerah latihan militer, daerah buangan
e) Penyebaran kuesioner f) Focus Group Discussion (FGD) amunisi/ ranjau, pangkalan militer, dll);
8) FGD Mineral, Migas, Telekomunikasi, dan Energi (kawasan
Focus Group Discussion (FGD) bertujuan untuk mengumpulkan data pertambangan, pipa bawah laut, kabel bawah laut);
sekunderdari instansi dan stakeholders terkait. Focus Group 9) FGD Masyarakat Hukum Adat;
Discussion (FGD) ini melibatkan instansi pemerintah terkait, dunia 10) FGD Wisata Bahari; dan
usaha, akademisi, LSM, dan TNI. 11) Pleno pengumpulan data sekunder.

Survei lapangan menurut


Pedoman Teknis Penyusunan
RZWP-3-K Provinsi
Kementerian Kelautan dan
Perikanan

Sumber: Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP-3-K) Provinsi Jawa Timur
LINGKUP KEGIATAN PENYUSUNAN
RZWP-3-K PROVINSI JAWA TIMUR

3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data Non Spasial


Tahap ini merupakan tahap analisis kembali terhadap jenis data yang
telah melalui proses identifikasi pada tahap sebelumnya. Kegiatan
analisis ini menyesuaikan dengan tingkat kebutuhan kawasan. Analisis
non-spasial dapat digunakan apabila dalam satu lokasi memiliki
beberapa kategori kesesuaian yang sama. Analisis non spasial
dikategorikan sebagai berikut:
a) Analisis Kebijakan dan Kewilayahan;
b) Analisis Sosial dan Budaya;
c) Analisis Infrastruktur;
d) Analisis Ekonomi Wilayah;
e) Analisis Pengembangan Wilayah;
f) Analisis Isu dan Permasalahan di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau
Kecil; dan
g) Analisis Konflik Pemanfaatan Ruang (Resolusi Konflik)

Sumber: Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP-3-K) Provinsi Jawa Timur
LINGKUP KEGIATAN PENYUSUNAN
RZWP-3-K PROVINSI JAWA TIMUR

Penyusunan peta rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di


tingkat Provinsi membutuhkan data dasar dan tematik pendukung
dalam proses penyusunannya. Data/peta dasar yang dibutuhkan dalam
penyusunan peta rencana zonasi tematik yang disusun dapat
dikelompokkan menjadi 2 (dua) dataset dasar, terdiri dari data
terestrial dan bathimetri. Apabila tidak tersedia 2 (dua) dataset dasar
tersebut, maka perlu dilakukan pemetaan dan analisis sesuai dengan
kebutuhan perencanaan yang dilakukan.

Data yang telah dikumpulkan diolah dan dianalisis sehingga


menghasilkan peta-peta tematik. Pengolahan data dilakukan untuk
memperoleh data yang siap digunakan untuk analisis. Pengolahan data
meliputi:
1. Konversi data non spasial ke format spasial
2. Standarisasi format dan kelengkapan data
3. Perbaikan data

Analisis data dilakukan untuk memperoleh informasi sesuai dengan


tema yang dibutuhkan. Aktivitas yang dilakukan adalah:
1. Interpolasi spasial/pemodelan ruang untuk menghasilkan
keseragaman data melalui pendekatan nilai yang sama.
2. Pemodelan matematis
3. Simbolisasi dan penyajian hasil analisis menjadi peta-peta tematik

Sumber: Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi Kementerian Kelautan dan Perikanan
LINGKUP KEGIATAN PENYUSUNAN
RZWP-3-K PROVINSI JAWA TIMUR

4. Tahap Penentuan Alokasi Ruang


Menyusun draft peta Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP-3-K) Provinsi Jawa Timur sebagai
penuangan akhir dari keseluruhan proses analisis ke dalam rumusan alokasi ruang kawasan/zona/sub zona. Alokasi ruang
yang dimaksud memuat memuat Kawasan Pemanfaatan Umum, Kawasan Konservasi, Kawasan Nasional Tertentu, dan
Alur Laut.

Penentuan alokasi ruang


menurut Pedoman Teknis
Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
Kementerian Kelautan dan
Perikanan

Sumber: Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP-3-K) Provinsi Jawa Timur
LINGKUP KEGIATAN PENYUSUNAN
RZWP-3-K PROVINSI JAWA TIMUR
Menurut Pedoman Teknis
Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
Kementerian Kelautan dan
Perikanan, terdapat Tahap
Penyusunan Dokumen Awal
dan Tahap Konsultas Publik
sebelum memasuki Tahap
Penentuan Alokasi Ruang

Sumber: Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi Kementerian Kelautan dan Perikanan
LINGKUP KEGIATAN PENYUSUNAN
RZWP-3-K PROVINSI JAWA TIMUR

5. Tahap Penyusunan Peraturan Pemanfaatan Ruang


Menyusun peraturan pemanfaatan ruang yang memuat ketentuan-ketentuan pemanfaatan ruang dan ketentuan
pengendalian yang disusun untuk setiap zona peruntukan.

Penyusunan Peraturan
Pemanfaatan Ruang menurut
Pedoman Teknis Penyusunan
RZWP-3-K Provinsi
Kementerian Kelautan dan
Perikanan

Sumber: Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP-3-K) Provinsi Jawa Timur
LINGKUP KEGIATAN PENYUSUNAN
RZWP-3-K PROVINSI JAWA TIMUR
6. Tahap Penyusunan Indikasi Program
Menyusun indikasi program yang memuat rangkaian program pembangunan jangka panjang
(20 tahun) yang tersusun dalam tahapan jangka menengah dan institusi yang menjadi
leading sector. Dalam desain rancangan program tersebut termasuk mencantumkan lokasi,
sumber pendanaan, dan besaran biaya yang dibutuhkan serta indikasi program utama atau
prioritasi program.

Penyusunan Indikasi Program


menurut Pedoman Teknis
Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
Kementerian Kelautan dan
Perikanan

Sumber: Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP-3-K) Provinsi Jawa Timur
LINGKUP KEGIATAN PENYUSUNAN
RZWP-3-K PROVINSI JAWA TIMUR

Sumber: Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi Kementerian Kelautan dan Perikanan
SISTEMATIKA DOKUMEN FINAL
RZWP-3-K PROVINSI

Sumber: Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi Kementerian Kelautan dan Perikanan
RPWP3K
Rencana Pengelolaan Wilayah dan Pulau-
Pulau Kecil
Pengertian RPWP3-K
Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil

Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulai Kecil yang


selanjutnya disingkat RPWP3K adalah rencana yang memuat
susunan kerangka kebijakan, prosedur dan tanggung jawab
dalam rangka pengkoordinasian pengambilan keputusan
diantara berbagai lembaga/instansi pemerintah mengenai
kesepakatan penggunaan sumber daya atau kegiatan
pembangunan didalam zona yang ditetapkan.

Sumber : Perda Prov. Jawa Tengah No.9 Tahun 2009 Tentang PWP3-K
Muatan RPWP3-K

Sumber : UU 27 tahun 2007 tentang PWP3K, Pasal 7 ayat 3


FUNGSI RPWP3-K

Mengatasi Konflik dalam Keterpaduan pengelolaan antar


pemanfaatan wilayah pesisir dan pemangku kepentingan
pulau – pulau kecil

Arahan skala prioritas agar Melindungi wilayah pesisir dan pulau


mampu mendorong pertumbuhan – pulau kecil dari pencemaran dan
ekonomi kerusakan lingkungan

Kerangka Prosedur dan tanggung Mengkoordinasikan rencana-


jawab bagi pengambil keputusan rencana selanjutnya

Sumber: Peraturan Mmenteri Kelautan dan Perikanan No.16 Tahun 2008 Tentang Perencanaan Pengelolaan Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil
Tahapan Penyusunan RPWP3-K

Pembentukan
Kelompok Kerja
Inventaris
Penetapan 7 2 Kegiatan

1
Perumusan Penyusunan
Dokumen Final
6 3 Dokumen Awal

Kerjasama Antar
Konsultasi Publik 5 4 Instansi

Sumber: Peraturan Mmenteri Kelautan dan Perikanan No.16 Tahun 2008 Tentang Perencanaan Pengelolaan Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil
Prinsip – Prinsip Perencanaan
Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-pulau Kecil

1 2
Merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan Mengintegrasikan kegiatan antara Pemerintah
dan/atau komplemen dari sistem perencanaan dengan Pemerintah Daerah, antarsektor, antara
pembangunan daerah pemerintahan, dunia usaha dan masyarakat, antara
ekosistem darat dan ekosistem laut, dan antara
ilmu pengetahuan dan prinsip-prinsip manajemen

3 4
Dilakukan sesuai dengan kondisi biogeofisik dan Melibatkan peran serta masyarakat setempat dan
potensi yang dimiliki masing-masing daerah, serta pemangku kepentingan lainnya
dinamika perkembangan sosial budaya daerah dan
nasional; dan
Studi Kasus

Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil


Kabupaten Bengkalis

(Kabupaten Bengkalis,Riau)

Sumber: Rencana-pengelolaan-wilayah-pesisir-dan-pulau-pulau-kecil-rpwp3k-kabupaten-bengkalis-
tahun.html
Gambaran Umum

Kabupaten
Bengkalis
Latar Belakang Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil
Kabupaten Bengkalis

1 2
Enam dari delapan kecamatan yang Berdasarkan letak geografis dan
ada di Kabupaten Bengkalis kondisi perairan, Kabupaten Bengkalis
merupakan kawasan pesisir merupakan daerah yang potensial untuk
pengembangan kegiatan kelautan dan
perikanan
ANALISIS STUDI KASUS
Berdasarkan Fungsi RPWP3-K

• Mengatasi Konflik dalam pemanfaatan • Arahan skala prioritas agar mampu


wilayah pesisir dan pulau – pulau kecil mendorong pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Bengkalis Potensi sumber daya yang


merupakan sebuah kabupaten yang berada dimiliki oleh Kabupaten Bengkalis sangatlah
dalam lingkup Provinsi Riau. Kabupaten ini berlimpah. Sehingga muncul berbagai isu
terdiri dari 8 kabupaten yang dimana, 6 strategis mengenai potensi dari berbagai sektor.
diantaranya terletak di kawasan peissir, serta Keberadaan RPWP3-K ini lah yang
terdiri dari beberapa pulau. Wilayah yang mengerucutkan potensi utama yang perlu
terpencar inilah jika tidak dijaga akan dikembangkan oleh Kabupaten Bengkalis, yaitu
menimbulkan konflik yang bisa berdampak pada sektor kelautan dan perikanan karena kondisi
perpecahan. Oleh karenanya, RPWP3-K geografisnya yang berada di kawasan pesisir
sebagai pengelola pesisir dan pulau – pulau serta terdiri dari beberapa pulau yang terpisah.
kecil di Kabupaten Bengkalis yang akan Sektor kelautan dan perikanan harus didorong
meminimalisir konflik yang mungkin terjadi dan dikelola dengan baik agar dapat
karena wilayah pesisir di sana telah dikelola memberikan nilai ekonomi bagi pemerintah dan
dengan baik. masyarakat setempat
ANALISIS STUDI KASUS
Berdasarkan Fungsi RPWP3-K

• Melindungi wilayah pesisir dan pulau – • Keterpaduan pengelolaan antar pemangku


pulau kecil dari pencemaran dan kepentingan
kerusakan lingkungan
Dalam menjalankan segala
Wilayah pesisir Kabupaten peraturan yang telah dibuat, tentu tahapan
Bengkalis sangat perlu untuk dijaga untuk eksekusi tidak hanya dilakukan oleh pembuat
mencegah pencemaran dan kerusakan peraturan saja, melainkan pihak pihak lain juga
lingkungan yang bisa saja terjadi nantinya harus turut membantu. Pembuatan RPWP3-K
akibat ulah oknum yang tidak bertanggung Kaupaten Bengkalis telah melibatkan beberapa
jawab. RPWP3-K ynag telah dibuat berfungsi pihak dari pemerintah maupun masyarakat.
untuk membatasi kegiatan – kegiatan yang Namun, untuk penerapan RPWP3-K sendiri
sekiranya dapat berdampak negative terhadap pemerintah dan masyarakat juga harus saling
keberlangsungan kawasan pesisir serta bekerjasama untuk mensukseskan RPWP3-K.
ekosistem yang ada di dalamnya. Karena saat Jangan sampai setelah RPWP3-K diterapkan,
ini sering terjadi abrasi di pesisir Kabupaten justru yang bergerak hanya dari satu pihak
Bengkalis, maka program – program dalam sedangkan pihak lain tidak bergerak. Hal ini
RPWP3-K yang mengarah pada tindakan justru akan mempersulit pelaksanaan RPWP3-K
penanggulangan abrasi harus segera dilakukan yang dapat berdampak negative terhadap
agar dampak yang diberikan tidak semakin kawasan pesisir di sana.
besar.
ANALISIS STUDI KASUS • Merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan/atau
komplemen dari sistem perencanaan pembangunan daerah
Berdasarkan Prinsip Pengelolaan Pesisir Pembuatan RPWP3-K Kabupaten Bengkalis meninjauan
kebijakan pembangunan daerah di wilayah tersebut, salah satunya dalam
RPJMD sehingga visi, misi, dan aturan – aturan yang telah ditetapkan
dalam RPWP3-K sudah selaras dan tidak mencederai kebijakan mengenai
perencanaan pembangunan daerah di sana.

• Mengintegrasikan kegiatan antara Pemerintah dengan


Pemerintah Daerah, antar sektor, antara pemerintahan, dunia
usaha dan masyarakat, antara ekosistem darat dan ekosistem
laut, dan antara ilmu pengetahuan dan prinsip-prinsip
manajemen

Dalam visi dan misi RPWP3-K Kabupaten Bengkalis dapat


ditelaah bahwa proses perencanaan yang dibuat telah memperhatikan
keterkaitan antar kegiatan. Dimana dalam visi dan misi tersebut diharapkan
Kabupaten Bengkalis dapat mewujudkan wilayah pesisir yang
berkelanjutan, kondusif, produktif dengan konsep blue economy yang
sangat mempertimbangkan berbagai aktivitas ekosistem laut dan darat
serta berbagai sektor pemerintah, masyarakat, maupun swasta. Begitu
pula dengan prinsip – prinsip manajemen yang sangat
ANALISIS STUDI KASUS
• Dilakukan sesuai dengan kondisi biogeofisik dan potensi
yang dimiliki masing-masing daerah

Dalam prosesnya, seluruh potensi dan isu strategis dari


Berdasarkan Prinsip Pengelolaan Pesisir berbagai sektor yang ada di Kabupaten Bengkalis terlebih dahulu didaftar.
Kemudian dari berbagai macam isu strategis tersebut, dipilih satu yang
sangat dominan yaitu kelautan dan pesisir. Selanjutnya akan diteliti lebih
memdalam mengenai berbagai macam potensi sumber daya yang tersedia
di kawasan pesisir tersebut. Akan tetapi dalam pelaksanaannya tidak

• Melibatkan peran serta masyarakat setempat dan


pemangku kepentingan lainnya

RPWP3-K telah mengatur berbagai tanggung jawab bagi


individu/kelompok yang terlibat dalam penyusunan dan keberlangsungan
RPWP3-K sesuai dengan hasil dokumen RPWP3-K tersebut, di dalamnya
telah dijelaskan bahwa pemerintah dan masyarakat saling bekerjasama
untuk mewujudkan RPWP3-K Kabupaten Belitung. Hanya saja
individu/kelompok yang terlibat, serta apa keterlibatannya dalam proses
perencanaan RPWP3-K tidak dijelaskan di dalamnya. Sehingga pembaca
tidak bisa mengetahui keterlibatan antar masyarakat dan pemangku
kepentingan lain ketika merumuskan RPWP3-K tersebut. Alangkah lebih
baik jika keterlibatan antar masyarakat dan pemangku kepentingan lain
dapat dipaparkan dalam RPWP3-K agar dapat mengetahui proporsi
peranan setiap individu/kelompok. Oleh karenanya tidak dapat disimpulkan
tipe perencanaan apa yang digunakan dalam proses perencanaan RPWP3-
K
RAPWP3K
Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
DEFINISI
RAPWP-3-K adalah tindak lanjut rencana pengelolaan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil yang memuat tujuan, sasaran,
anggaran dan jadwal untuk satu atau beberapa tahun kedepan
secara terkoordinasi untuk melaksanakan berbagai kegiatan
yang diperlukan oleh instansi pemerintah daerah dan
pemangku kepentingan lainnya guna mencapai hasil
pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil di
setiap kawasan perencanaan.

Sumber : Pedoman Teknis Penyusunan


Rencana Aksi Pengelolaan WP3K (2013)
Acuan untuk RPJPD

Acuan untuk RPJMD


FUNGSI
RAPWP3K Acuan untuk pemanfaatan sumber daya pesisir

Pedoman untuk kegiatan pengelolaan WP3K antara


pemerintah dan pemerintah daerah
Sumber :
Pedoman Sebagai jembatan program pengelolaan wilayah pesisir dan
Teknis pulau-pulau kecil
Penyusunan
Rencana Aksi Dasar pemantauan pelaksanaan pengelolaan pesisir dan pulau-
Pengelolaan pulau kecil
WP3K (2013)
Hierarki RAPWP3K
Dalam Perencanaan
Pesisir Bappeda
Atlas Pesisir 1 Prov/Kab/Kot

Sumber :
Pedoman Rencana Strategis 2 DINAS KP
Teknis
Penyusunan Rencana Zonasi 3
Prov 1:250.000
Kab 1:50.000
Rencana Aksi
Pengelolaan 4
Renc Pengelolaan Dinas KP
WP3K (2013)

Rencana Aksi 5 Dinas KP

Rekomendasi
Proses Penyusunan Sumber : Pedoman Teknis
Penyusunan Rencana Aksi
RAPWP3K Pengelolaan WP3K
(2013)
Tahapan Penyusunan Dokumen RAPWP3K

1. Pembentukan Tim Teknis


2. Pengumpulan dan Analisis Data
3. Penyusunan Dokumen
4. Pengkajian
5. Konsultasi Publik
6. Perumusan Dokumen Final
7. Penetapan
Sumber : Pedoman Teknis
Penyusunan Rencana Aksi
Pengelolaan WP3K
(2013)
Sumber : Pedoman Teknis
Penyusunan Rencana Aksi
Pengelolaan WP3K
(2013)
Sumber : Pedoman Teknis

RAPWP3K
Penyusunan Rencana Aksi
Pengelolaan WP3K
(2013)

Dokumen RAPWP3K terdiri dari :


• Tujuan
• Sasaran Kegiatan
• Cakupan Kegiatan
• Manfaat Kegiatan
• Jadwal Anggaran Kegiatan
Sumber : Rencana Aksi Atas
Perjanjian Kinerja Kabupaten
Buleleng Tahun 2019

Studi Kasus
RAPWP3K
Kabupaten
Buleleng
Kabupaten
Buleleng
adalah
sebuah
kabupaten
di Provinsi
Bali yang
beribukota
Singaraja.

Sumber : Rencana Aksi Atas


Perjanjian Kinerja Kabupaten
Buleleng Tahun 2019
Sumber : Rencana Aksi Atas
Perjanjian Kinerja
Kabupaten Buleleng Tahun
Dalam rangka merealisasikan visi Kabupaten 2019
Buleleng yaitu : “Terwujudnya masyarakat Buleleng
yang mandiri sejahtera dan Berdaya Saing
berlandaskan Tri Hita Karana” dan untuk
menjalankan misi terhadap pengelolaan kawasan
pesisir maka telah ditetapkan tujuan dalam proses
penyusunan RAPWP3K Kabupaten Buleleng yaitu
meningkatkan akuntabilitas, transparansi dan
kinerja aparatur pemerintah
Sumber :
Rencana Aksi
Atas
Perjanjian Adapun struktur
Kinerja organisasi yang
Kabupaten terbentuk sebagai
Buleleng tim teknis
Tahun 2019
penyusunan
RAPWP3K
Kabupaten
Buleleng ialah
sebagai berikut.
Contoh Dokumen Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Buleleng 2019

Sumber : Rencana Aksi Atas Perjanjian Kinerja Kabupaten Buleleng Tahun 2019
Isi dokumen RAPWP3K Kabupaten Buleleng Tahun 2019

Telah tercantum sasaran dan


capaian kegiatan yang berisi
uraian serta indikator kinerja
sehingga dalam
pengimplementasian
RAPWP3K dapat terstruktur
dengan baik

Sumber : Rencana Aksi Atas Perjanjian Kinerja Kabupaten Buleleng Tahun 2019
Isi dokumen RAPWP3K Kabupaten Buleleng Tahun 2019

Telah tercantum timeline


kegiatan selama 1 tahun yang
dibagi menjadi 4 tahap yang
masing-masing tahapan
memiliki persentase
implementasi kegiatan yang
berbeda-beda.

Sumber : Rencana Aksi Atas Perjanjian Kinerja Kabupaten Buleleng Tahun 2019
Isi dokumen RAPWP3K Kabupaten Buleleng Tahun 2019
Telah tercantum program yang
mengacu pada sasaran dan
capaian kegiatan

Sumber : Rencana Aksi Atas Perjanjian Kinerja Kabupaten Buleleng Tahun 2019
Isi dokumen RAPWP3K Kabupaten Buleleng Tahun 2019
Telah tercantum jadwal
anggaran kegiatan yang jelas
sehingga selaras dengan tujuan
dari pembuatan dokumen
RAPWP3K yaitu meningkatkan
transparansi antar stakeholder
terkait

Sumber : Rencana Aksi Atas Perjanjian Kinerja Kabupaten Buleleng Tahun 2019
Dokumen RAPWP3K Kabupaten Buleleng
secara keseluruhan sudah sesuai dengan
Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Aksi
Pengelolaan WP3K (2013), namun masih
terdapat kekurangan yaitu belum
tercantumnya manfaat kegiatan sehingga
pencapaian kinerja dapat terlaksana sesuai
dengan arahan kebijakan.
KESIMPULAN
• Perencanaan kawasan pesisir merupakan bagian dari
pengelolaan kawasan pesisir
• Tahapan – tahapan dalam perencanaan kawasan, antara
lain perencanaan, implementasi, serta pemantauan dan
evaluasi
• Dalam perencanaan kawasan pesisir dapat
menggunakan berbagai macam konsep perencanaan,
namun yang menjadi pembeda dan dominan ialah konsep
ICM
• Perencanaan kawasan pesisir perlu dilakukan untuk
mendapatkan manfaat yang optimal dari segi ekologi,
social, dan ekonomi

Anda mungkin juga menyukai