• Rendahnya tingkat pemanfaatan sumberdaya, teknologi dan manajemen • Kebijakan pembangunan pesisir dan lautan yang lebih berorientasi pada
usaha produktivitas untuk menunjang pertumbuhan ekonomi, bersifat
• Pola usaha tradisional dan subsisten (hanya cukup memenuhi kehidupan sektoral,parsial dan kurang memihak nelayan tradisional,
jangka pendek) • Belum terkondisinya kebijakan ekonomi makro (political economy), suku
• Keterbatasan kemampuan modal usaha bunga yang masih tinggi serta belum adanya program kredit lunak yang
• Kemiskinan dan Keterbelakangan masyarakat pesisir dan nelayan. diperuntukan bagi sektor kelautan.
• Kerusakan ekosistem pesisir dan laut karena pencemaran dari wilayah
darat, praktek penangkapan ikan dengan bahan kimia, eksploitasi dan
perusakan terumbu karang, serta penggunaan peralatatan tangkap yang
tidak ramah lingkungan,
• Sistem hukum dan kelembagaan yang belum memadai disertai
implementasinya yang lemah, dan birokrasi yang beretos kerja rendah serta
sarat KKN
• Perilaku pengusaha yang hanya memburu keuntungan dengan
mempertahankan sistem pemasaran yang mengutungkan pedagang
perantara dan pengusaha,
• Rendahnya kesadaran akan arti penting dan nilai strategis pengelolaan
sumberdaya wilayah pesisir dan lautan secara terpadu bagi kemajuan dan
kemakmuran bangsa.
Sumber: Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu dan Berkelanjutan oleh Direktorat Kelautan dan Perikanan, Bappenas
(2004)
UU 2004 UU RI NOMOR 27 TAHUN 2007
Tipe-Tipe
Perencanaan Perencanaan Partisipatori (Partisipatory Planning)
Komprehensif
/kom·pre·hen·sif/ /kompréhénsif/
luas dan lengkap (tentang ruang lingkup atau
isi); mempunyai dan memperlihatkan wawasan yang luas
Perencanaan yang komprehensif adalah upaya untuk menetapkan pedoman bagi pertumbuhan
komunitas di masa depan. Seperti arti istilah "komprehensif“ sendiri, perencanaan ini adalah
pendekatan secara menyeluruh terhadap masalah pertumbuhan komunitas di masa depan. Perencanaan
yang komprehensif harus menjadi visi tentang apa yang akan menjadi komunitas di masa depan. Semua
kelompok kepentingan harus berperan dalam menggambarkan visi ini.
Isi rencana komprehensif dapat bervariasi dari satu komunitas ke komunitas lainnya, tetapi dalam
kebanyakan kasus, rencana harus terdiri dari elemen-elemen berikut:
1. Penggunaan lahan (baik yang sudah ada maupun yang akan datang),
2. Sosial Demografi (ada dan diproyeksikan),
3. Perumahan,
4. Infrastruktur,
5. Pendidikan,
6. rekreasi, dst.
William I. Goodman, ed., and Eric C. Fruend, assoc. ed. 1968. Principles and Practices of Urban
Planning. Chicago, Ill.: International City Managers Association
Perencanaan Komprehensif
(Comprehensive Planning)
Menurut Goodman, dokumen rencana harus memenuhi enam persyaratan dasar:
1. Harus komprehensif.
2. Untuk jangka waktu yang lama
3. Fokus utama pada pengembangan fisik.
4. Harus dapat menghubungkan proposal rancangan fisik dengan tujuan masyarakat dan kebijakan sosial-
ekonomi.
Perencanaan Komprehensif biasanya mengikuti proses perencanaan yang terdiri dari delapan langkah berbeda.
Dengan mengikuti proses ini, perencana dapat menentukan berbagai masalah yang saling terkait dan
mempengaruhi wilayah perencanaan.
1 2 3 4
Identifikasi Menentukan Mengumpulka Mempersiapkan
Masalah Tujuan nData Rencana
5 6 7 8
Membuat Mengevaluasi Mengesahka Menerapkan
Rencana n Rencana dan
Hasil Rencana
Implementasi Memonitor
Rencana
William I. Goodman, ed., and Eric C. Fruend, assoc. ed. 1968. Principles and Practices of Urban
Planning. Chicago, Ill.: International City Managers Association
Perencanaan Inkremental
(Incremental Planning)
Inkremental
/in·kre·men·tal/ /inkreméntal/
berkembang sedikit demi sedikit secara teratur
Perencanaan inkremental adalah perencanaan yang sifatnya memperbaiki atau melengkapi keputusan
yang telah dibuat sebelumnya guna mendapatkan penyempurnaan.
Menurut Lindblom, perencanaan rasional tidak efektif, lambat, dan mahal dalam menanggapi perubahan
tak terduga yang sering muncul dalam dunia perencanaan. Melalui perencanaan inkremental, keputusan
dapat dibuat dengan cepat untuk mengatasi kebutuhan dan masalah saat ini. Dalam inkrementalisme,
keputusan dibuat melalui serangkaian perbandingan atau alternatif terbatas dan sedikit analisis, yang
berdampak pada penurunan biaya pengambilan keputusan.
Perencanaan Inkremental ini bersifat pragmatis, tidak bermaksud mencari pilihan kebijakan yang
terbaik, melainkan hanya mencari alternatif yang dapat dilaksanakan. Perencanaan Inkremental lebih
menekankan pada perencanaan jangka pendek karena lebih riil dan mudah diwujudkan dibandingkan
dengan jangka panjang. Teori ini diilhami oleh filsafat pragmatisme, yang menyatakan yang baik adalah
yang berguna pada masa sekarang. Yang berguna pada masa sekarang hanya dapat ditentukan dan
dicari pada masa sekarang.
Perencanaan Partisipatif
(Partisipatory Planning)
Partisipatif
/par·ti·si·pa·si/
perihal turut berperan serta dalam suatu kegiatan;
keikutsertaan; peran serta;
Menurut Wrihatnolo dan Dwidjowijoto (1996), perencanaan partisipatif adalah proses perencanaan yang diwujudkan
dalam musyawarah, dimana sebuah rancangan rencana dibahas dan dikembangkan bersama semua pelaku
pembangunan (stakeholders). Pelaku pembangunan berasal dari semua aparat penyelenggara negara
(eksekutif,legislatif, dan yudikatif), masyarakat, rohaniwan, dunia usaha, kelompok profesional, organisasi-
organisasi non-pemerintah.
Menurut penjelasan UU. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional: “perencanaan
partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan terhadap pembangunan. Pelibatan
mereka adalah untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki”. Dalam UU No. 25 Tahun 2004,
dijelaskan. pula “partisipasi masyarakat” adalah keikutsertaan untuk mengakomodasi kepentingan mereka dalam
proses penyusunan rencana pembangunan.
Secara garis besar perencanaan partisipatif mengandung makna adanya keikutsertaan masyarakat dalam proses
perencanaan pembangunan, mulai dari melakukan analisis masalah mereka, memikirkan bagaimana cara
mengatasinya, mndapatkan rasa percaya diri untuk mengatasi masalah, mengambil keputusan sendiri tentang
alternatif pemecahan masalah apa yang ingin mereka atasi.
Perencanaan Terintegrasi/Terpadu
(Integrated Planning)
integrasi
/in·teg·ra·si/
pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat;
Sumber: Bimtek Penyusunan Rencana Terpadu Infrastruktur Kawasan Perkotaan BPPKTD Tahun 2018
Pengelolaan Pesisir Terpadu
(Integrated Coastal Management)
1. 4.
Keberlanjutan sumberdaya Mengembangkan bio-
pesisir, seperti sumberdaya teknologi sumberdaya pesisir
ikan, mangrove, terumbu untuk produk farmasi,
karang, padang lamun. kosmetika, soaculent, dan
sebagainya.
2. 5.
Menghindari pencemaran Mengembangkan sistem
dan melindungi kesehatan perekonomian yang berbasis
masyarakat. pada masyarakat.
3. 6.
Meningkatkan manfaat Mengembangkan kearifan
ekonomi yang diperoleh dari lokal bagi kelestarian
jasa lingkungan laut ekosistem pesisir.
(pariwisata, energi non-
konvensional, dan industri
maritim).
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: Kep. 10/MEN/2002 Tentang Pedoman Umum Perencanaan
Pengelolaan Pesisir Terpadu
Strategi Pengelolaan Pesisir Terpadu
1. 3.
Penerapan Konsep Proses Perencanaan
Pembangunan PPT
Berkelanjutan dalam
PPT
2. 4.
Prinsip-prinsip dasar Unsur-unsur PPT
dalam PPT
5.
Penerapan PPT dalam
Perencanaan Pembangunan
Daerah
Sumber: Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu dan Berkelanjutan oleh Direktorat Kelautan dan Perikanan, Bappenas
(2004)
Unsur-Unsur Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu
Rencana Rencana Rencana Pengelolaan Rencana
Strategis Pemintakatan Aksi
Sumber: Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: Kep. 10/MEN/2002 Tentang Pedoman Umum Perencanaan
Pengelolaan Pesisir Terpadu
Penerapan PPT dalam Perencanaan Pembangunan Daerah
Untuk mengatasi konflik perencanaan pengelolaan pesisir,
maka perlu diubah dari perencanaan sektoral ke perencanaan
terpadu yang melibatkan pemerintah daerah, swasta dan
masyarakat terkait di pesisir. Semua instansi sektoral, Pemda
dan stakeholder terkait harus menjustifikasi rencana kegiatan
dan manfaat yang akan diperoleh, serta mengkoordinasi
kegiatan tersebut dengan kegiatan sektoral lain yang sudah
mapan secara sinergis. Dengan semangat pelaksanaan
otonomi daerah yang diantaranya ditandai dengan lahir dan
diberlakukannya UU No. 22/1999 tentang Pemerintah Daerah,
yang di dalamnya mencakup pengaturan kewenangan daerah
dalam mengelola sumber daya kelautan (pesisir dan lautan),
diharapkan dapat membawa angin segar sekaligus menjadi
mometum untuk melaksanakan pembangunan, pendayagunaan,
dan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan secara
yang lebih baik, optimal, terpadu serta berkelanjutan.
Sumber: Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu dan Berkelanjutan oleh
Direktorat Kelautan dan Perikanan, Bappenas (2004)
Proses
Perencanaan
1. Perencanaan
2. Implementasi
3. Pemantauan dan Evaluasi
Sumber: bappenas.go.id
Keterpaduan Wilayah/Ekologis
Keterpaduan Sektoral
Aspek
Perencanaan Keterpaduan Kebijakan Secara Vertikal
Keterpaduan Stakeholder
Studi Kasus
Konsep Perencanaan pada produk Perencanaan Kawasan
Pesisir
RSWP3K
Rencana Strategis Wilayah dan Pulau-Pulau
Kecil
Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan MUATAN RSWP3K
Pulau-Pulau Kecil merupakan Rencana yang
1. Pendahuluan: Latar Belakang, Maksud dan Tujuan, Ruang
memuat arah kebijakan lintas sektor untuk Lingkup RSWP-3-K
Kawasan perencanaan pembangunan 2. Gambaran Umum
melalui penetapan tujuan, sasaran dan 3. Isu Strategis
strategi yang luas, serta target 4. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Kebijakan, dan Strategi
pelaksanaan dengan indikator yang tepat 5. Lampiran Peta
untuk memantau rencana tingkat nasional. 6. Rancangan Pergub
(UU No 27 Tahun 2007, Pasal 1)
Tahapan Penyusunan Dokumen RSWP3K berdasarkan
Pasal 6, Permen KP NO.16/2008
1. Pembentukan kelompok kerja (SK Bupati)
2. Penyusunan Dokumen Awal (Isu, Visi, Misi,
Tujuan, Sasaran)
3. Konsultasi Publik I
4. Penyusunan Dokumen Antara (Strategi,
Kebijakan, Program, Indikator, Kegiatan)
5. Konsultasi Publik II
6. Perumusan Dokumen Final
7. Penetapan
Studi Kasus
Dalam Undang-Undang No.27 tahun 2007 pada Bab IV tentang Perencanaan pasal 9 ayat
(1), disebutkan bahwa RZWP-3-K merupakan arahan pemanfaatan sumber daya di Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil pemerintah provinsi dan/atau pemerintah kab/kota. Rencana
Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sebagai salah satu perencanaan merupakan
arahan alokasi ruang untuk rencana kawasan pemanfaatan umum, rencana kawasan
konservasi rencana kawasan strategis nasional tertentu dan rencana alur.
Sumber: Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi Kementerian Kelautan dan Perikanan
FUNGSI RZWP3K
Sumber: Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi Kementerian Kelautan dan Perikanan
Proses Penyusunan Dokumen RZWP3K
Sumber: Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi Kementerian Kelautan dan Perikanan
Proses Penyusunan Dokumen RZWP3K
Sumber: Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi Kementerian Kelautan dan Perikanan
STUDI
KASUS
RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN
PULAU-PULAU KECIL PROVINSI JAWA TIMUR
LATAR BELAKANG
Di sepanjang pantai Provinsi Jawa Timur dapat Potensi sumber daya hayati lainnya yaitu ikan pelagis Sumber daya non hayati yang juga berpotensi untuk
dijumpai beragam sumberdaya alam mulai dari hutan besar dengan potensi sebesar 73.435,6 Ton/Tahun, berkembang di perairan Provinsi Jawa Timur adalah
mangrove yang tersebar di perairan pada 14 potensi ikan pelagis kecil sebesar 153.314,3 pasir besi, mineral energi, jasa penyebarangan, energi
Kabupaten/Kota, terumbu karang dengan total 70 Ton/Tahun, potensi ikan demersal sebesar 153.314,3 alternatif, area penangkapan ikan, industri perkapalan
jenis karang yang dapat dijumpai di perairan Laut Ton/Tahun, dan potensi ikan budidaya melalui usaha dan perikanan, penggaraman, serta wisata bahari
Jawa dan Selat Madura dengan kondisi tutupan rata- keramba jaring apung sebesar 415.465,6 Ton/Tahun. berupa pantai berpasir putih yang layak untuk
rata sedang sampai sangat baik.Lamun hanya dikembangkan menjadi obyek wisata.
terdapat di perairan Laut Jawa sampai Selat Bali
dengan kondisi yang kurang baik. Selain itu, terdapat
potensi cemara udang pada 17 Kabupaten/Kota
dengan kondisi bagus pada pesisir Laut Jawa.
Sumber: Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP-3-K) Provinsi Jawa Timur
LINGKUP KEGIATAN PENYUSUNAN
RZWP-3-K PROVINSI JAWA TIMUR
Sumber: Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP-3-K) Provinsi Jawa Timur
LINGKUP KEGIATAN PENYUSUNAN
RZWP-3-K PROVINSI JAWA TIMUR
Sumber: Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP-3-K) Provinsi Jawa Timur
LINGKUP KEGIATAN PENYUSUNAN
RZWP-3-K PROVINSI JAWA TIMUR
Sumber: Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP-3-K) Provinsi Jawa Timur
LINGKUP KEGIATAN PENYUSUNAN
RZWP-3-K PROVINSI JAWA TIMUR
Sumber: Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi Kementerian Kelautan dan Perikanan
LINGKUP KEGIATAN PENYUSUNAN
RZWP-3-K PROVINSI JAWA TIMUR
Sumber: Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP-3-K) Provinsi Jawa Timur
LINGKUP KEGIATAN PENYUSUNAN
RZWP-3-K PROVINSI JAWA TIMUR
Menurut Pedoman Teknis
Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
Kementerian Kelautan dan
Perikanan, terdapat Tahap
Penyusunan Dokumen Awal
dan Tahap Konsultas Publik
sebelum memasuki Tahap
Penentuan Alokasi Ruang
Sumber: Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi Kementerian Kelautan dan Perikanan
LINGKUP KEGIATAN PENYUSUNAN
RZWP-3-K PROVINSI JAWA TIMUR
Penyusunan Peraturan
Pemanfaatan Ruang menurut
Pedoman Teknis Penyusunan
RZWP-3-K Provinsi
Kementerian Kelautan dan
Perikanan
Sumber: Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP-3-K) Provinsi Jawa Timur
LINGKUP KEGIATAN PENYUSUNAN
RZWP-3-K PROVINSI JAWA TIMUR
6. Tahap Penyusunan Indikasi Program
Menyusun indikasi program yang memuat rangkaian program pembangunan jangka panjang
(20 tahun) yang tersusun dalam tahapan jangka menengah dan institusi yang menjadi
leading sector. Dalam desain rancangan program tersebut termasuk mencantumkan lokasi,
sumber pendanaan, dan besaran biaya yang dibutuhkan serta indikasi program utama atau
prioritasi program.
Sumber: Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP-3-K) Provinsi Jawa Timur
LINGKUP KEGIATAN PENYUSUNAN
RZWP-3-K PROVINSI JAWA TIMUR
Sumber: Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi Kementerian Kelautan dan Perikanan
SISTEMATIKA DOKUMEN FINAL
RZWP-3-K PROVINSI
Sumber: Pedoman Teknis Penyusunan RZWP-3-K Provinsi Kementerian Kelautan dan Perikanan
RPWP3K
Rencana Pengelolaan Wilayah dan Pulau-
Pulau Kecil
Pengertian RPWP3-K
Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil
Sumber : Perda Prov. Jawa Tengah No.9 Tahun 2009 Tentang PWP3-K
Muatan RPWP3-K
Sumber: Peraturan Mmenteri Kelautan dan Perikanan No.16 Tahun 2008 Tentang Perencanaan Pengelolaan Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil
Tahapan Penyusunan RPWP3-K
Pembentukan
Kelompok Kerja
Inventaris
Penetapan 7 2 Kegiatan
1
Perumusan Penyusunan
Dokumen Final
6 3 Dokumen Awal
Kerjasama Antar
Konsultasi Publik 5 4 Instansi
Sumber: Peraturan Mmenteri Kelautan dan Perikanan No.16 Tahun 2008 Tentang Perencanaan Pengelolaan Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil
Prinsip – Prinsip Perencanaan
Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-pulau Kecil
1 2
Merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan Mengintegrasikan kegiatan antara Pemerintah
dan/atau komplemen dari sistem perencanaan dengan Pemerintah Daerah, antarsektor, antara
pembangunan daerah pemerintahan, dunia usaha dan masyarakat, antara
ekosistem darat dan ekosistem laut, dan antara
ilmu pengetahuan dan prinsip-prinsip manajemen
3 4
Dilakukan sesuai dengan kondisi biogeofisik dan Melibatkan peran serta masyarakat setempat dan
potensi yang dimiliki masing-masing daerah, serta pemangku kepentingan lainnya
dinamika perkembangan sosial budaya daerah dan
nasional; dan
Studi Kasus
(Kabupaten Bengkalis,Riau)
Sumber: Rencana-pengelolaan-wilayah-pesisir-dan-pulau-pulau-kecil-rpwp3k-kabupaten-bengkalis-
tahun.html
Gambaran Umum
Kabupaten
Bengkalis
Latar Belakang Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil
Kabupaten Bengkalis
1 2
Enam dari delapan kecamatan yang Berdasarkan letak geografis dan
ada di Kabupaten Bengkalis kondisi perairan, Kabupaten Bengkalis
merupakan kawasan pesisir merupakan daerah yang potensial untuk
pengembangan kegiatan kelautan dan
perikanan
ANALISIS STUDI KASUS
Berdasarkan Fungsi RPWP3-K
Sumber :
Pedoman Rencana Strategis 2 DINAS KP
Teknis
Penyusunan Rencana Zonasi 3
Prov 1:250.000
Kab 1:50.000
Rencana Aksi
Pengelolaan 4
Renc Pengelolaan Dinas KP
WP3K (2013)
Rekomendasi
Proses Penyusunan Sumber : Pedoman Teknis
Penyusunan Rencana Aksi
RAPWP3K Pengelolaan WP3K
(2013)
Tahapan Penyusunan Dokumen RAPWP3K
RAPWP3K
Penyusunan Rencana Aksi
Pengelolaan WP3K
(2013)
Studi Kasus
RAPWP3K
Kabupaten
Buleleng
Kabupaten
Buleleng
adalah
sebuah
kabupaten
di Provinsi
Bali yang
beribukota
Singaraja.
Sumber : Rencana Aksi Atas Perjanjian Kinerja Kabupaten Buleleng Tahun 2019
Isi dokumen RAPWP3K Kabupaten Buleleng Tahun 2019
Sumber : Rencana Aksi Atas Perjanjian Kinerja Kabupaten Buleleng Tahun 2019
Isi dokumen RAPWP3K Kabupaten Buleleng Tahun 2019
Sumber : Rencana Aksi Atas Perjanjian Kinerja Kabupaten Buleleng Tahun 2019
Isi dokumen RAPWP3K Kabupaten Buleleng Tahun 2019
Telah tercantum program yang
mengacu pada sasaran dan
capaian kegiatan
Sumber : Rencana Aksi Atas Perjanjian Kinerja Kabupaten Buleleng Tahun 2019
Isi dokumen RAPWP3K Kabupaten Buleleng Tahun 2019
Telah tercantum jadwal
anggaran kegiatan yang jelas
sehingga selaras dengan tujuan
dari pembuatan dokumen
RAPWP3K yaitu meningkatkan
transparansi antar stakeholder
terkait
Sumber : Rencana Aksi Atas Perjanjian Kinerja Kabupaten Buleleng Tahun 2019
Dokumen RAPWP3K Kabupaten Buleleng
secara keseluruhan sudah sesuai dengan
Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Aksi
Pengelolaan WP3K (2013), namun masih
terdapat kekurangan yaitu belum
tercantumnya manfaat kegiatan sehingga
pencapaian kinerja dapat terlaksana sesuai
dengan arahan kebijakan.
KESIMPULAN
• Perencanaan kawasan pesisir merupakan bagian dari
pengelolaan kawasan pesisir
• Tahapan – tahapan dalam perencanaan kawasan, antara
lain perencanaan, implementasi, serta pemantauan dan
evaluasi
• Dalam perencanaan kawasan pesisir dapat
menggunakan berbagai macam konsep perencanaan,
namun yang menjadi pembeda dan dominan ialah konsep
ICM
• Perencanaan kawasan pesisir perlu dilakukan untuk
mendapatkan manfaat yang optimal dari segi ekologi,
social, dan ekonomi