Anda di halaman 1dari 46

4.

Analisis Kebijakan Pembangunan Pariwisata


4.1 Kebijakan Pembangunan Pariwisata Provinsi Bali
Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki potensi besar dalam sektor
pariwisata. Potensi tersebut meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia dan
sosial budaya masyarakat yang tersebar di setiap provinsi di Indonesia. Salah satu
provinsi yang menjadi contoh adalah Provinsi Bali.
Bali merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang terpopuler di dunia.
Keindahan alam dan keunikan budaya menjadi daya tarik utama bagi wisatawan
asing maupun wisatawan lokal yang berwisata ke Bali. Ditambah dengan
keramahan masyarakat lokal yang membuat wiasatawan merasa nyaman berada di
Bali.
Wisatawan yang datang ke Bali dimanjakan dengan banyaknya objek dan
daya tarik wisata. Setiap kabupaten di Bali memiliki karasteristik tersendiri dalam
pariwisatanya dan dikembangkan dalam pengembangan pariwisata sebagai
Kawasan Pariwisata, Daya Tarik Wisata (DTW) dan Kawasan Daya Tarik Wisata
Khusus (KDTWK).
Menurut Perda Provinsi Bali No 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Bali, Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus (KDTWK) di Bali adalah
sebagai berikut :

a. KDTWK Kintamani di Kabupaten Bangli;


b. KDTWK Bedugul-Pancasari di Kabupaten Tabanan dan Kabupaten
Buleleng;
c. KDTWK Tanah Lot di Kabupaten Tabanan;
d. KDTWK Palasari di Kabupaten Jembrana;
e. KDTWK Gilimanuk di Kabupaten Jembrana

4.2 Kebijakan Pembangunan Pariwisata Kabupaten Bangli


Kawasan peruntukan pariwisata yang terdapat di Kabupaten Bangli meliputi :
a. Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus (KDTWK)
Kawasan Daya Tari Wisata Khusus yang ada di Kabupaten Bangli adalah
KDTWK Kintaman yang memiliki luas 17.935 Ha atau 34.44 % dari luas
Kabupaten Bangli, namun kawasan yang dideleniasi pada peta hanya 10%
dari luas kawasan yaitu sebesar 1.793,5 Ha yang mencakup : Desa
Sukawana, Kintamani, Batur Utara, Batur Tengah, Batur Selatan, Kedisan,
Abang Songan, Abang Batudinding, Songan A, Songan B, Trunyan, Buahan,
dan Suter.

Kintamani ditetapkan sebagai Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus dengan kriteria
sebagai berikut :

Memiliki daya tarik wisata alami berupa keindahan alam yaitu Danau Batur
dan Gunung Batur;
Memiliki daya tarik wisata buatan, meliputi museum gunung api,
peninggalan purbakala, , seni budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata
petualangan alam, taman rekreasi, dan desa budaya;
Memiliki kekhususan berdasarkan pertimbangan aspek sosial budaya dan
kelestarian lingkungan karena berada pada kawasan konservasi dan cagar
budaya.
Arahan pengembangan KDTWK adalah :

1. Dikembangkan sebagai Kawasan Strategis Provinsi Bali dari sudut


kepentingan pertumbuhan ekonomi;
2. Pengembangan KDTWK didukung dengan pengembangan daya tarik
wisata, fasilitas akomodasi dan fasilitas penunjang pariwisata;
3. KDTWK tidak semata-mata hanya diartikan sebagai kawasan yang boleh
dibangun fasilitas akomodasi dan fasilitas penunjang di seluruh bagian
kawasan, melainkan sesungguhnya kata Khusus yang disandangnya
mengandung pengertian tetap terjanagnya kawasan lindung dan kawasan
budidaya di luar kawasan peruntukan pariwisata yang harus ditata
secara terpadu antara satu kawasan dengan kawasan lainnya yang
selanjutnya dituangkan ke dalam Rencana Rinci Tata Ruang (RTR Kawasan
Strategis Pariwisata);
4. Pengembangan intensif fasilitas akomodasi dan fasilitas penunjang
pariwisata pada KDTWK, hanya dapat dikembangkan pada Zona Efektif
Pariwisata, diluar kawasan lindung dan kawasan lahan pertanian abadi
dengan pembatasan koefisien wilayah terbangun (KWT), setinggi-
tingginya 2% dari seluruh luas kawasan DTWK, dengan penyediaan
berbagai fasilitas sesuai fungsi utama obyek yang dilengkapi dengan jasa
pelayanan makan dan minum serta akomodasi setinggi-tingginya hotel
melati dengan KDB 10% untuk melindungi kelestarian atau kekhususan
fungsi utama DTWK;
5. Penataan ruang kawasan didasarkan atas Peraturan Daerah tentang RTR
Kawasan Strategis Pariwisata yang selanjutnya dilengkapi dengan
Peraturan Zonasi;
6. pengembangan prasarana dan sarana transportasi untuk mempermudah
akses keseluruh kawasan pariwisata serta ke daya tarik wisata;
7. Arahan aturan pemanfaatan ruang diuraikan pada Arahan Indikasi
Peraturan Zonasi KDTWK;
Arahan kebijakan pembangunan terkait dengan pengembangan pariwisata tersebut
telah diterapkan dengan baik namun masih ada beberapa kekurangan diantaranya
yaitu pelanggaran sempadan jurang, fasilitas pendukung pariwisata belum
menunjukkan keseriusan penanganan, dan belum tersusunnya rencana tata ruang
mengenai pariwisata hingga tingkat mikro.
Tabel. 4.1
Sebaran Daya Tarik Wisata di Kabupaten Bangli
Gambar 4.1.
Peta Sebaran Lokasi DTWK dan DTW di Kabupaten Bangli

4.3 Kebijakan Pembangunan Pariwisata Kecamatan Kintamani

4.3.1. Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus Kintamani dan Sekitarnya

Kawasan Daya Tari Wisata Khusus yang ada di Kabupaten Bangli adalah
KDTWK Kintamani yang memiliki luas 17.935 Ha atau 34.44 % dari luas Kabupaten
Bangli. Desa-desa di KDTWK Kintamani masingmasing memiliki potensi potensi
yang besar sebagai daya tarik wisata di kawasan tersebut, yaitu :

a. Wisata Alam : pemandangan alam danau Beratan, Gunung Batur, Gunung


Abang dan Puncak Penulisan, hutan wisata, lembah dan jurang;
b. Wisata pendidikan dan penelitian : hutan wisata;
c. Wisata Tirta : memancing, ski air, sepeda air, boating, berperahu;
d. Wisata Petualangan : trekking, bersepeda gunung, berkemah, forest
hiking;
e. Wisata Spiritual : meditation centre, tirta yatra, makemit ke tempat-
tempat suci (pura, kawasan hutan dll);
f. Wisata Budaya dan Religi : Pura Ulun Danu Batur, Pura Pancering Jagat,
Pura Dalem Balingkang, Pura Taluk Biyu dan Pura Tegeh Koripan;
g. Desa Wisata : menyatu dengan kehidupan masyarakat desa apa adanya
di Desa Tradisional Teruyan yang berupa keunikan adat dan budaya Bali
yang sudah terkenal di mancanegara;
h. Agrowisata yaitu pertanian sayuran, jeruk, tanaman bunga, kopi,
cengkeh, tanaman obat yang beberapa diantaranya telah
mengembangkan ikon organik.

4.3.2. Rencana Pengembangan Akomodasi Wisata


Sesuai dengan potensi yang dimiliki KDTWK Kintamani, rencana
pengembangan akomodasi wisata diarahkan pada :
1. Pembatasan dan pengendalian fasilitas akomodasi dan penunjang
pariwisata secara ketat terutama yang berada di sekitar danau;
2. Akomodasi wisata dibatasi hanya pada hotel kelas melati dengan kualitas
bintang atau butique hotel;
3. Pengembangan akomodasi wisata maksimal 25 kamar/Ha;
4. Bangunan fisik permanen Akomodasi wisata berada pada kawasan diluar
sempadan danau dan pemanfaatan bangunan-bangunan terbuka seperti
gazebo masih diperkenankan pada kawasan sempadan danau;
5. Memberikan peluang pada adanya area publik melalui jaringan pedestrian
yang ada di pinggir danau;
6. Tidak membolehkan kegiatan-kegiatan dan fasilitas penunjang pariwisata
yang berpotensi mengganggu aspek kesucian kawasan suci danau atau di
luar radius kesucian pura yang telah disepakati.

Berdasarkan arahan pengembangan akomodasi wisata di atas, kondisi


akomodasi wisata di kawasan tersebut sebagian besar sudah sesuai dengan
rencana pola ruang yang ada tetapi juga ditemukan pelanggaran-pelanggaran yang
terjadi yaitu adanya bangunan permanen yang dibangun di sempadan jurang
misalnya penginapan atau restoran. Selain mengganggu estetika kawasan juga
membahayakan keselamatan wisatawan yang menggunakan akomodasi wisata
tersebut. Kedepannya diharapkan agar lebih memperketat pengawasan terhadap
pembangunan dan pengembangan akomodasi wisata di kawasan tersebut.

4.3.3. Rencana Pengembangan Fasilitas Penunjang Pariwisata

Pengembangan fasilitas penunjang pariwisata (tanpa akomodasi) selain pada


lokasi pengembangan akomodasi di atas juga dapat dilakukan bercampur dengan
kegiatan lain dalam bentuk khusus fasilitas penunjang pariwisata (bila dominasi
kegiatan adalah fasilitas untuk pariwisata) serta dalam kegiatan permukiman
campuran (dengan dominasi perumahan). Adapun pengembangan fasilitas ini
dilakukan dengan cara :

1. Menetapkan dan mengarahkan pembangunan fasilitas penunjang pariwisata


disesuaikan dengan tingkat kebutuhan;
2. Mengembangkan fasilitas penunjang pariwisata pada sekitar lokasi
akomodasi wisata, pada lokasi yang telah diarahkan sebagai fasilitas
penunjang pariwisata dan arahan permukiman campuran, seperti :
Restaurant dan Cafe, jasa pelayanan Pos dan Telekomunikasi (Wartel dan
Tourism Information), jasa perbankan (Money Changer), jasa angkutan
(Travel), toko cindera mata, mini swalayan, bookstore, bike rental, motor
rental dll;
3. Mengembangkan stage/arena pertunjukan kesenian tradisional;
4. Mengembangkan fasilitas penunjang rekreasi dan olah raga yang berkaitan
dengan olah raga alam dan wisata tirta seperti kelengkapan dermaga,
memancing (fishing), kelengkapan wisata tirta (perahu, boat dll), jalur-jalur
trekking beserta pengamanannya, paket olah raga terpadu. (renang,
bersepeda gunung, lari dan lainnya);
5. Membatasi pengembangan fasilitas akomodasi dan fasilitas penunjang
pariwisata di sekitar danau dan pada lokasi lokasi yang dimanfaatkan untuk
kegiatan upacara keagamaan umat Hindu;
6. Pengembangan Fasilitas Stop Over untuk menikmati pemandangan alam,
situasi dan view menarik lainnya yang tersebar di seluruh wilayah
perencanaan dengan besaran yang berbeda sesuai ketersediaan lahan dan
potensinya.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, fasilitas penunjang pariwisata


yang terdapat di kawasan tersebut belum terlalu lengkap. Money changer belum
tersedia, penjual cinderamata masih belum terkelola secara baik dan belum
memiliki tempat bagi pedagang yang layak, sehingga para pedagang menyebar di
trotoar dan sangat mengganggu kualitas visual. Kedepannya diharapkan
pembangunan dan pengembangan fasilitas penunjang pariwisata ini agar terus
dilakukan untuk memberikan kenyamanan wisatawan yang berkunjung ke kawasan
tersebut.

Kawasan ini ditetapkan sebagai KDTWK tidak selalu diartikan sebagai


kawasan yang boleh dibangun fasilitas akomodasi dan fasilitas penunjang
pariwisata di seluruh bagian kawasan karena kawasan tersebut mencakup kawasan
lindung dan kawasan budidaya yang harus ditata secara terpadu dalam rencana
tata ruang. Oleh karena itu, dalam perencanaan pariwisata kali ini akan berfokus
pada kawasan yang memiliki potensi besar dalam pengembangan pariwisata dalam
upaya peningkatan perekonomian wilayah Kabupaten Bangli yaitu DTWK wilayah
Batur dan DTW yaitu desa tradisional meliputi Desa Bayung Gede dan Desa
Pengotan.

4.4. Daya Tarik Wisata

Dalam pengembangan objek wisata hendaknya merancang langkah langkah yang


terarah dan terpadu terutama terkait pendidikan tenaga kerja dan perencanaan
pengembangan fisik. Keterkaitan antara keduanya diharapkan membuat
pengembangan tersebut menjadi realistis dan proporsional. Menurut Soekadijo
(1996), sebuah objek wisata yang baik harus dapat menarik wisatawan sebanyak-
banyaknya, menahan wisatawan untuk tinggal dalam waktu yang cukup lama dan
memberi kepuasan kepada wisatawan.

Menurut Medlik, 1980 (dalam Gautama 2011), ada empat aspek (4A) yang harus
diperhatikan dalam penawaran pariwisata. Aspek-aspek tersebut adalah sebagai
berikut:

1. Attraction (daya tarik); daerah tujuan wisata (selanjutnya disebut DTW)


hendaknya memiliki daya tarik, baik daya tarik berupa alam maupun
masyarakat dan budayanya untuk menarik wisatawan

2. Accesable (dapat dicapai); hal ini bertujuan agar wisatawan domestik dan
mancanegara dapat dengan mudah mencapai tempat wisata

3. Amenities (fasilitas); fasilitas merupakan salah satu syarat daerah tujuan


wisata sehingga wisatawan dapat betah tinggal lebih lama di daerah
tersebut.

4. Ancillary (adanya lembaga pariwisata); keberadaan lembaga pariwisata dapat


membuat wisatawan merasa lebih aman (protection of tourism) dan
terlindungi sehingga akan semakin sering dikunjungi dan dicari wisatawan.

Berdasarakan keempat aspek pariwisata diatas maka Kawasan Perencanaan dapat


dibagi menjadi dua zona pengembangan pariwisata, adapun pembagiannya yaitu :

1. Zona 1 : Daya Tarik Wisata Khusus Batur

2. Zona 2 : Daya Tarik Wisata Pengotan dan Bayung Gede

Kedua zona tersebut dikembangkan sesuai dengan kesamaan potensi wisata dan
letak geografis serta administratifnya.

4.4.1 Daya Tarik Wisata Khusus Batur (Zona 1)


Dilihat dari beberapa potensi pariwisata atau aspek pendukung pariwisata
sesuai data yang diperoleh di lapangan menunjukan bahwa Desa Batur yang
merupakan bagian dari DTWK Kintamani perlu untuk lebih dikembangkan
untuk memaksimalkan potensi yang ada. Potensi-potensi tersebut mencakup
aspek Accessibility (aksesibilitas), Amenity (fasilitas), Attraction (atraksi),
dan Ancillary (kelembagaan), maupun aspek lainnya seperti aspek ekonomi.

4.4.1.1. Identifikasi Potensi DTWK Batur sebagai Pariwisata Unggulan

4.4.1.1.1. Aksesibilitas (accessibility)

Salah satu faktor penting dalam pengembangan sebuah daya tarik wisata
adalah tersedianya aksesibilitas (accesibility) dari dan ke daerah tersebut.
Sesuai dengan data yang diperoleh di lapangan dapat digambarkan bahwa
dilihat dari aspek aksesibilitas menuju ke Desa Batur, rupanya jalan (akses)
menuju ke Batur cukup bagus dan memadai.

a. Kondisi Jalan

Melihat dari dekat fisik ketersediaan infrastruktur jalan sudah ada dengan
kondisi jalan sudah di hot mixed sehingga kelancaran arus lalu lintas
kendaraan berbagai type relatif lancar, khusus untuk objek wisata di kaki
gunung batur aksesnya hanya bisa dilalui maksimal oleh minibus. Secara
spesifik lokasi dimaksud bisa atau mampu diakses dari arah selatan atau dari
Denpasar dan dari arah utara atau dari daerah Singaraja, sehingga jika
dimungkinkan dapat membuka akses perkembangan usaha masyarakat
pendukung pariwisata. Namun, melihat kondisi jalan yang curam menuju
akses ke Objek Wisata Batur yang terletak di kaki Gunung Batur, terdapat
beberapa kerusakan yang di akibatkan oleh mobilitas kendaraan galian C. Hal
tersebut juga berdampak pada kondisi lalu lintas yang mengalami kemacetan
di beberpa titik. Kebutuhan akses terutama pada kawasan pariwisata
memang sangat vital, sehingga dibutuhkan perencanaan serta rekayasa
transportasi.

b. Sarana Transportasi

Sarana transportasi kawasan wisata batur dapat di akses melalui kendaraan


umum berupa angkot, namun banyak wisatawan yang menggunakan
kendaraan pribadi atau kendaraan travel. Untuk jenis kendaraan yang
mampu menuju lokasi wisata di batur bagian bawah hanya sebatas Minibus
dan bukan bus besar, karena medan yang curam serta lebar jalan yang relaif
sempit.

c. Papan penunjuk

Papan penunjuk sebagai penanda untuk memberikan informasi mengenai


keberadaan objek wisata batur sudah cukup lengkap sehingga memudahkan
wisatawan mengakses lokasi wisata di batur.

4.4.1.1.2. Fasilitas Penunjang Pariwisata (Amenities)

Ketersediaan sarana penunjang pariwisata (amenities) merupakan salah satu


faktor pendukung keberhasilan pengembangan sebuah daerah sebagai daya
tarik wisata alternatif. Tanpa adanya sarana prasarana pendukung pariwisata
yang memadai, maka sangat mustahil pengembangan daerah tersebut dapat
dilaksanakan.

Fasilitas/sarana pariwisata yang telah tersedia di lokasi daya tarik wisata


Batur dan sekitarnya sesuai data yang diperoleh di lapangan adalah sebagai
berikut :

a. Air Bersih

Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup


manusia, penduduk yang bermukim di Desa Batur telah memanfaatkan
sumber air dari sumber mata air permukaan yaitu Danau Batur dan
masyarakat membuat beberapa kelompok untuk menaikan air dari sumber
mata air dengan menggunakan teknologi pompa hidram, di samping hal
tersebut masyarakat setempat juga telah membangun sumur bor untuk
memenuhi kebutuhan air bersih. Secara umum kualitas air yang tersedia dan
dikonsumsi masyarakat baik yang bersumber dari sumber mata air maupun
dari sumur bor yang telah ada cukup baik.

b. Sumber daya listrik

Sumber daya listrik yang tersedia di daerah Desa Batur dan sehari-hari
dimanfaatkan oleh penduduk setempat berasal dari Perusahaan Listrik
Negara (PLN). Sejauh ini sumber daya listrik tersebut sudah didistribusikan
dengan baik dan telah dimanfaatkan oleh masyarakat disamping untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga sendiri, juga telah dimanfaatkan untuk
memenuhi keperluan wisatawan khususnya bagi wisatawan yang menginap
di homestay penduduk setempat, bungalow ataupun di vila yang ada Desa
Batur.

c. Sistem Telekomunikasi

Sistem telekomunikasi dan media komunikasi sangat diperlukan di daerah


pengembangan pariwisata. Dengan adanya persaingan diantara operator
telepon seluler sangat menguntungkan konsumen. Demikian halnya di
daerah tujuan wisata Desa Batur. Sistem telekomunikasi di daerah ini sudah
tersedia baik telpon tanpa kabel sudah tersedia dengan lengkap. Fungsi lain
media komunikasi misalnya internet, sekarang ini lebih banyak digunakan
sebagai media promosi dan memperoleh informasi secara on line juga
berjalan dengan baik, dengan dapat diaksesnya internet menggunakan
berbagai provider yanga ada.

d. Sarana akomodasi

Sebagai daerah pariwisata yang terletak di Kecamatan Kintamani, sampai


saat ini di Desa Batur sudah terdapat sarana akomodasi wisata berjumlah 14
dalam Hotel Melati. Berdasarkan sekian jumlah akomodasi yang sudah
terdapat di Desa Batur dan sekitarnya maka dapat disimpulkan bahwa sarana
akomodasi sudah cukup karena jumlah wisatawan yang menginap tidak
terlalu padat.

Tabel. 4.1
Sebaran Sarana Akomodasi
Jenis Kama
No Nama Lokasi
Akomodasi r
1 Arlinas Hotel Melati Toyabungkah 11
2 Astra Dana Hotel Melati Kedisan 9
3 Awangga Hotel Melati Toyabungkah 11
4 Baruna Hotel Melati Buahan 9
5 Darmayasa Hotel Melati Toyabungkah 7
6 Darmaputra Hotel Melati Toyabungkah 7
7 Jero Wijaya Hotel Melati Toyabungkah 11
8 Laguna Hotel Melati Toyabungkah 2
9 Losmen Semadi Hotel Melati Buahan 5
10 Nyoman Mawa Hotel Melati Toyabungkah 12
11 Nyoman Pangus Hotel Melati Toyabungkah 6
12 Pualam Hotel Melati Toyabungkah 6
Puncak Sari Lake
13 View Hotel Melati Penelokan 10
Puri Bening
14 Hayato Hotel Melati Toyabungkah 24
PT. Nurani Ikrar
15 DP Hotel Melati Toyabungkah -
PT. Padma Indah
16 Asram Hotel Melati Kintamani -
17 Segara Hotel Melati Kedisan 25
18 Surya Hotel Melati Kedisan 22
19 Wisma Tirta Yatra Hotel Melati Toyabungkah 3
Pondok
20 Tirta Amerta Wisata Toyabungkah 6
Pondok
21 Toya Devasya Wisata Toyabungkah 14
22 Pitra Mulya Pondok Wisata Kedisan 9
23 Windusara Pondok Wisata Kedisan 5
Jumlah - - 214
Sumber : RPPDA Bangli 2013

Tabel 4.2
Sebaran Restoran Dan Rumah Makan

No Nama Jenis Lokasi Kursi

1 Abadi Restoran Penelokan 90


2 Batur Indah Restoran Penelokan 50
3 Batur Sari Restoran Penelokan 100
4 Kintamani Restoran Penelokan 450
5 Pitaloka Restoran Penelokan 40
6 Puncak Sari Lake View Restoran Penelokan 350
7 Puri Sanjaya Restoran Penelokan 200
8 Suling Bali Restoran Penelokan 200
Batur
9 Gunawan Restoran Tengah 400
Batur
10 Wirajaya Restoran Tengah 500
11 Restoran Apung Restoran Kedisan 200
Toyabung
12 Tirta Amerta Restoran kah 18
Toyabung
13 Natural Hot Spring Restoran kah 200
Toyabung
14 Flamboyan Restoran kah 34
Rumah Toyabung
15 Arlinas Makan kah 52
Rumah Toyabung
16 Jero Wijaya Makan kah 40
Rumah Toyabung
17 Nyoman Mawa Makan kah 40
Rumah Toyabung
18 Pangus Makan kah 24
19 Segara Rumah Makan Kedisan 50
Rumah Batur
20 Puri Dewata Makan Tengah 200
Rumah Batur
21 Suasana Indah Makan Tengah 40
22 15 Rastoran tak brijin Restoran Penelokan 1043
Toyabung
23 1 Restoran tk berijin Restoran kah 28
2 Rumah Makan tak Rumah Batur
24 Berijin Makan Tengah -
1 Rumah Makan tak Rumah
25 berijin Makan Batur -
1 Rumah Makan tak
26 berijin Rumah Makan Kintamani 20
Jumlah - - 4369
Sumber : RPPDA Bangli 2013

Tabel.
Jumlah Kunjungan Wisatawan Ke Kintamani, Retribusi dan Kontribusi
terhadap PAD Bangli Tahun 2008 - 2012
%
Kintam Kunjungan Kontrib
Bali Retribusi
Tahun ani ke usi Thd
(orang) (Rp)
(orang) Kintamanu PAD
thd Bali
1,352,466,
2008 1,968,892 437,207 22.21 500 10.68
1,624,045,
2009 2,384,819 526,706 22.09 500 10.69
1,813,462,
2010 2,546,023 418,143 16.42 500 11.66
5,268,661,
2011 2,756,579 425,909 15.45 500 23.91
2,892,01 5,204,775
2012 9 548,152 18.95 ,000 12.77
Sumber : RPPDA Bangli 2013

Sampai dengan tahun 2012 belum ada catatan akurat mengenai komposisi
jumlah kunjungan antara wisman dengan wisnus, namun diperkirakan jumlah
wisnus lebih sedikit daripada wisman, dengan perkiraan komposisi antara
wisnus dengan wisman 40:60.
Wisatawan yang berkunjung ke Kintamani sebagian besar menghabiskan
waktunya selama 3 4 jam untuk menikmati keindahan gunung dan danau
Batur dari arah Penelokan sambil menikmati makan siang, selanjutnya
menikmati agrowisata kebun kopi yang ada di wilayah barat Kintamani.
Setelah menikmati Kintamani, mereka melanjutkan perjalanannya ke daerah
tujuan wisata lainnya, seperti Ubud. Namun saat ini juga sudah berkembang
kegiatan wisata mendaki Gunung Api Batur dengan menikmati pemandangan
sunrise dari puncak Gunung api tersebut. Kegiatan pendakian pukul 03.00
dini hari, sehingga mereka perlu menginap di wilayah tersebut. Selain
kegiatan pendakian, wisatawan umumnya berjalan-jalan di desa sekitar
Danau Batur untuk menikmati pemandangan dan udara segar di wilayah
tersebut. Sudah berkembang pula kegiatan cycling dan moto cross di wilayah
tersebut yang umumnya ramai pada akhir pekan. Menurut informasi yang
diberikan oleh Disbudpar Kabupaten Bangli, modus menginap wisatawan di
Kintamani selama 1-2 malam.
Dengan kondisi kunjungan wisatawan seperti data dan informasi tersebut,
maka industri akomodasi tidak terlalu berkembang di Kintamani-Bangli.
Industri yang banyak berkembang adalah restoran dan rumah makan serta
warung-warung yang menjual makanan khas berbahan dasar ika mujair yang
diproduksi oleh perikanan rakyat yang berkembang di Danu Batur. Pesatnya
perkembangan restoran dan rumah makan terutama yang berlokasi di
Penelokan, justru merusak eksotisme Kintamani, karena bangunan restoran
tersebut menutupi pemandanngan dan keindahan view Kaldera Batur. Selain
itu bangunan yang berkembang tanpa ijin tersebut sangat berbahaya,
terutama jika terjadi tanah longsor.

e. Tempat Parkir
Tempat parkir merupakan salah satu fasilitas pendukung pariwisata yang
tidak kalah penting dibandingkan dengan fasilitas lainnya. Di areal daya tarik
wisata Desa Batur sudah terdapat tempat parkir yang cukup luas yang
terdapat di setiap destinasi wisata yang ada,oleh karena itu hal ini tidak
menjadi masalah karena setiap tempat tersedia tempat parkir, tampak pada
Gambar 5.3.

Gambar 4.1
Parkir Di Lokasi DTWK Batur

Sumber : Dokumentasi Kelompok 2014

Dari gambar tampak areal parkir yang cukup luas dan memiliki daya tampung
yang cukup memadai untuk kendaraan baik roda dua maupun roda empat.
Namun demikian areal parkir ini perlu ditata dengan lebih baik untuk
keteraturan serta antisipasi pengunjung yang padat.

f. Kamar Mandi dan Toilet

Sebagai sebuah daya tarik wisata yang sudah dikenal oleh wisatawan baik
domestik maupun manca negara, Setiap tempat yang dikunjungi oleh
wisatawan telah menyediakan fasilitas kamar mandi dan toilet. Fasilitas ini
tersebar di tiap lokasi beberapa terletak bersebelahan dengan areal parkir.
Selain toilet umum, masyarakat setempat juga banyak menyewakan toilet
dengan tarif tertentu per sekali pemakaian. Sebagai salah satu fasilitas yang
disediakan untuk kepentingan wisatawan, toilet umum perlu diupayakan
penigkatannya secara kuantitas maupun kualitas kebersihan toilet tersebut,
sehingga wisatawan yang akan memanfaatkan fasilitas ini merasa nyaman.

g. Warung Makan dan Minum


Warung makan dan minum termasuk juga restoran sudah tersedia di Desa
Batur dan sekitarnya dan terdapat pula mini market yang menyediakan
berbagai macam kebutuhan yang diperlukan oleh wisatawan yang
berkunjung. Warung makan dan minum rata-rata tumbuh secara sporadis
biasanya berada pada lokasi-lokasi strategis didekat lokasi wisata atau di
pinggir jalan.

h. Tourist Information Center

Tourist Information Center merupakan salah satu sarana promosi wisata dan
juga pusat informasi penunjang wisata. Berkaitan dengan hal tersebut,
Tourist Information Center sudah terdapat dibeberapa objek wisata Desa
Batur. Tentu jumlahnya perlu ditingkatkan dan memperhatikan lokasi
strategis penempatannya.

i. Tempat Sampah

Sampah merupakan salah satu masalah yang akan timbul dari sebuah
aktivitas, dalam hal ini aktivitas wisata. Sampah yang ditimbulkan dari
aktivitas wisata belum terlalu memprihatinkan, jadi untuk masalah sampah
masih bisa di tanggulangi dengan cara menyediakan tempat sampah di
setiap tempat yang akan dikunjungi oleh wisatawan agar para wisatawan
membuang sampah pada tempatnya dan tidak merusak keindahan lokasi
wisata.

4.4.1.1.3. Atraksi (attraction)

Salah satu faktor penentu dalam mengembangkan dan menjaga agar sebuah
daya tarik wisata dapat berkelanjutan yaitu adanya atraksi wisata. Atraksi
wisata merupakan keseluruhan elemen baik yang merupakan ciptaan Tuhan
maupun buatan manusia. Sebagai daerah tujuan wisata, Desa Batur memiliki
nilai jual yang tinggi karena terdapat berbagai macam daya tarik baik berupa
Wisata Alam dan Wisata Budaya.

a. Pura Ulun Danu Batur

Pura Ulun Danu Batur merupaka Pura Terbesar Kedua Di Bali. Pura Ulun Danu
terletak pada ketinggian 900 m di atas permukaan laut tepatnya di Desa
Kalanganyar (Sekarang Batur) Kecamatan Kintamani di sebelah Timur jalan
raya Denpasar-Singaraja. Pura ini menghadap ke barat yang dilatarbelakangi
Gunung Batur dengan lava hitamnya serta Danau Batur yang membentang
jauh di kaki Gunung Batur, melengkapi keindahan alam di sekeliling pura.
Sebelum letaknya yang sekarang ini, Pura Batur terletak di lereng Barat Daya
Gunung Batur. Karena letusan dasyat pada tahun 1917 yang telah
menghancurkan semuanya, termasuk pura ini kecuali sebuah pelinggih yang
tertinggi. Akhirnya berkat inisiatif kepala desa bersama pemuka desa, mereka
membawa pelinggih yang masih utuh dan membangun kembali Pura Batur ke
tempat yang lebih tinggi yakni pada lokasi saat ini. Upacara di pura ini
dirayakan setiap tahun yang dinamakan Ngusaba Kedasa.

b. Trekking Gunung Batur

Wisata Trecking Gunung Batur, wisata ini berlokasi pada wilayah DTW Batur
dengan jarak kurang lebih 4 Km dari DTW Penelokan. Waktu tempuh menuju
lokasi kurang lebih 15-20 menit dari Penelokan. Moda transportasi yang
tersedia berupa angkutan pedesaan. Tetapi ketika wisatawan berkunjung,
niasanya memakai kendaraan sendiri (transportasi travel). Lama Trecking
kurang 3-4 jam. Wisatawan start/berangkat pukul 03.00 atau 04.00 kemudian
dua jam kemudian sudah mencapai puncak Gunung Batur. Pada posisi ini,
wisatawan dapat menyaksikan sunrise (matahari terbit) dan keindahan
pemandangan sekitarnya berupa panoram Danu Batur, Gunung Abang, Desa
Truyan. Bahkan apabila tidak dihalangi kabut tebal, wisatawan dapat melihat
Gunung Rinjani dan Gunung Batur di Pulau Lombok.

Atraksi ini telah dikembangkan sajak lama yaitu mulai tahun 1990an. Adapun
pantangan dalam pendakian, selain tak boleh kotor (leteh), paling penting
diperhatikan apabila Gunung Batur sedang berstatus waspada. Jika, status
waspada muncul, pemandu sudah jelas tidak berani mengajak tamu untuk
naik ke puncak. Untuk itu, sebelum naik ke gunung, para pemandu
berkoordinasi dengan pihak vulkanologi Gunung Batur, sehingga mengetahui
keadaan gunung sebelum berangkat.

Wisata petualangan di Gunung Batur tetap menghasilkan suatu resiko.


Meskipun risiko dan ketidakpastian merupakan unsur penting dalam
pengalaman pendakian gunung, tujuan dari kegiatan ini adalah agar tetap
terkendalikan, memanjat tinggi dan kemudian pulang. Namun, bahaya tetap
ada dalam pendakian gunung serta memerlukan penilaian yang baik tentang
situasi-situasi yang sulit bagi peserta dan panduan untuk memprediksi, dalam
rangka bagi mereka untuk tetap mengendalikan situasi seperti itu. Meskipun
teknologi dan pengetahuan pendaki telah meningkat, kemampuan untuk
membuat penilaian tentang kondisi lokal, persyaratan pendakian dan
kemampuan peserta masih merupakan tugas yang sulit bagi pemandu.
Sebuah pertanyaan penting bagi operator wisata petualangan adalah
bagaimana untuk menjaga resiko tersebut tetap seimbang (Buckley,
Adventure Tourism, 2007)

c. Panorama Danau Batur dan Gunung Batur

Ada beragam atraksi wisata yang bisa dikembangkan di DTW Batur, namun
atraksi wisata yang populer sebagai primadona adalah keindahan alam
Gunung Batur dan Danau Batur. Masyarakat setempat telah mengemasnya
menjadi berbagai macam atraksi lain. Keindahan panorama ini dimanfaatkan
pengunjung untuk mengabadikan moment serta pengalaman mereka
mengunjungi Objek Wisata Batu. Untuk menikmati keindahan panorama
Danau Batur dan Gunung Batur terdapat beberapa spot (titik) yang tersebar
di Seluruh DTW Batur dan beberapa desa sekitar. Tempat terbaik untuk
menikmati keindahan panorama Danau Batur dan Gunung Batur adalah di
DTW Penelokan.

d. Taman Bumi (Geopark) Kaldera Batur

Geopark (Taman Bumi) adalah inisiasi terhadap inovasi pendekatan yang


terintegrasi antara konservasi tinggalan geologi dengan pembangunan
berkelanjutan, di bawah kerangka regulasi pemerintah. Inisiasi tersebut
diperkenalkan oleh UNESCO dan dapat dikembangkan sebagai bagian
integral dari suatu konsep tentang konservasi, edukasi, dan pengembangan
sosial ekonomi masyarakat. Dengan bahasa lain adalah merupakan
pengintegrasian pengelolaan warisan geologi (geological heritages) dengan
warisan budaya (cultural heritages) dari suatu wilayah untuk tiga tujuan
utama, yakni konservasi, edukasi dan pembangunan berkelanjutan. Pada
bulan September 2012 kawasan Kaldera Gunung Batur telah ditetapkan oleh
UNESCO sebagai bagian dari anggota jaringan Taman Bumi Global Geopark
Network (GGN), karena keelokan alam, jejak arkeologi dan geologi, serta
kekhasan budaya masyarakatnya.

Geopark (Taman Bumi) adalah inisiasi terhadap inovasi pendekatan yang


terintegrasi antara konservasi tinggalan geologi dengan pembangunan
berkelanjutan, di bawah kerangka regulasi pemerintah. Inisiasi tersebut
diperkenalkan oleh UNESCO dan dapat dikembangkan sebagai bagian
integral dari suatu konsep tentang konservasi, edukasi, dan pengembangan
sosial ekonomi masyarakat. Dengan bahasa lain adalah merupakan
pengintegrasian pengelolaan warisan geologi (geological heritages) dengan
warisan budaya (cultural heritages) dari suatu wilayah untuk tiga tujuan
utama, yakni konservasi, edukasi dan pembangunan berkelanjutan. Pada
bulan September 2012 kawasan Kaldera Gunung Batur telah ditetapkan oleh
UNESCO sebagai bagian dari anggota jaringan Taman Bumi Global Geopark
Network (GGN), karena keelokan alam, jejak arkeologi dan geologi, serta
kekhasan budaya masyarakatnya.

Penetapan geopark ini merupakan penghargaan dari UNESCO terhadap


pengelola taman bumi yang mampu melaksanakan pelestarian geologi dan
sekaligus memanfaatkannya sebagai daya tarik wisata.

Keberadaan kegiatan wisata ini dapat meningkatkan kesejahteraan,


melibatkan dan memberdayakan masyarakat sekitar serta memberikan
edukasi dan akselerasi secara bersamaan kepada wisatawan yang
berkunjung ke obyek wisata geopark. Geopark merupakan ajang untuk media
pendidikan a.l soal terbentuknya bumi, konservasi dan pemberdayaan
masyarakat.

Keberadaan geopark batur ini masih dikelola oleh Pemerintah daerah


berserta beberapa tim ahli geologi dari perguruan tinggi di Bali. Potensi
pariwisata Geopark batur masih belum sepenuhnya dikelola dengan baik.

e. Danau Batur
Di dalam kaldera Batur terdapat danau yang berbentuk bulan sabit yang
menempati bagian tenggara yang panjangnya sekitar 7,5 km, lebar
maksimum 2,5 km, kelilingnya sekitar 22 km dan luasnya sekitar 16 km2
yang yang dinamakan Danau Batur. Danau yang menjadi sumber mata
pencaharian serta sumber air bagi masyarakat setempat ini memiliki
keindahan panorama alam yang memukau. Danau Batur dikelilingi oleh bukit
bukit dan gunung batur yang menjadi daya tarik tersendiri. Danau yang
memiliki tiga dermaga ini menjadi salah satu pilihan transportasi masyarakat
setempat dan para wisatawan yang menikmati keindahan dan juga
menyebrang ke Desa Tradisional Trunyan.

Danau batur yang menjadi daya tarik pariwisata kondisinya semakin


mengalami degradasi lingkungan, beberapa masalah semakin berdampak
bagi keberlangsungan lingkungan namun luput dari perhatian masyarakat
setempat maupun pemerintah daerah. Sidementasi dan pencemaran danau
menyebabkan permukaan danau semakin tinggi dan menenggelamkan
beberapa permukiman penduduk sekitar danau dan akses menuju Desa
Trunyan.

Gambar 4.3
Kondisi Peningkatan Permukaan Danau

Sumber : Dokumentasi Kelompok 2014

Di luar itu, Potensi wisata yang telah berkembang di Danau ini dirasa masih
bisa ditingkatkan lagi karena memungkinkan untuk dikembangkan berbagai
macam rekreasi danau seperti : jukung/canos, memancing, dan lain-lain.

f. Batur Natural Hot Spring


Di sekitar danau Batur terdapat sebuah pemandian air panas yang bernama
Batur Natural Hot Spring. Seperti halnya pemandian air panas pada
umumnya, pemandian air panas ini juga berkhasiat mengobati beberapa
jenis penyakit, khususnya penyakit kulit.

Fasilitas parkir luas

Kondisi Pemandian air


Batur Natural Hot Spring terletak di daerah Toyabungkah, Desa Batur,
panas
Kabupaten Bangli yang berjarak sekitar 90 kilometer dari Kuta. Bisa ditempuh
selama 2 jam dari Kota Denpasar. Letak pemandian ini persis di tepi danau
Batur sehingga memiliki pemandangan yang sangat menakjubkan. Air panas
di sini berasal dari Gunung Batur sendiri.

Suhu air di pemandian ini sekitar 38-39 derajat celcius. Selain untuk
mengobati penyakit, pemandian ini juga bisa untuk menyegarkan tubuh dan
pikiran serta mencegah stress.

Pengelolaan dati Batur Hot Spring ini sendiri dilakukan oleh tiga desa yaitu :
Desa Batur Utara, Desa Batur Selatan, dan Desa Batur Tengah.

g. Kuliner Khas

Selain berbagai tawaran atraksi, batur juga terkenal dengan kuliner nya yang
khas. Adalah gurame yang menjadi primadona kuliner di batur. Ikan mujair
sendiri merupakan ikan yang memang dihasilkan dari para peternak ikan di
danau batur. Dengan racikan bumbu khas Batur makanan ini telah terkenal
menjadi makanan khas batur bahkan kabupaten bangli. Akan terasa lengkap
karena saat menikmati olahan mujair juga langsung bisa menikmati secara
langsung panorama Danau dan Gunung Batur.

h. Festival Danau Batur

Perkembangan wisata batur juga berkembang dengan adanya Festival Danau


Batur yang mulai pertama di adakan sejak tahun 2011. Tahun ini, Festival
Danau Batur dimeriahkan dengan kegiatan budaya, seperti pertunjukan tari
kolosal yang melibatkan ratusan penari. Festival ini juga akan menampilkan
hiburan musik para musisi ternama. Ada juga pameran berbagai produk
yang terbuat dari bambu dan festival kuliner tradisional dan buah-buahan
khas Kintamani.

Disamping itu, berbagai lomba pun akan digelar, seperti fashion show anjing,
lomba perahu, lomba dekorasi penjor, gebogan, beleganjur, fun bike,
trekking, dan kompetisi mengukir buah. Festival ini setiap tahunnya diadakan
rutin di bulan oktober.

Agenda rutin Pemerintah Daerah Bangli menyelenggarakan festival ini telah


berdampak baik terhadap eksistensi pariwisata Bangli pada umumnya dan
Batur pada khususnya. Oleh karena itu atraksi semacam festival ini secara
berkala tetap dilakukan dan kemungkinan bisa dikembangkan festival-festival
lain dengan potensi yang ada.

Kegiatan-kegiatan atraksi diatas dapat dimodifikasi sedemikian rupa, sehingga lebih


menarik meniggalkan kesan bagi wisatawan. Seperti contoh yaitu kegiatan
wisatawan dapat berperan serta melakukan penanaman pohon penghijauan (1
wisatawan menanam minimal 1 pohon) dan ikut serta melepas bibit ikan di Danau
Batur.

4.4.1.1.4 Kelembagaan (anciliarry)

Kelembagaan (anciliarry) yang dimaksud dalam hal ini adalah jasa-jasa


pendukung wisata yang disediakan oleh pemerintah atau swasta maupun
swadaya masyarakat setempat guna menunjang pengembangan pariwisata di
daerah tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan menunjukan
bahwa di daerah tujuan wisata (DTW) Desa Batur sudah terdapat beberapa
lembaga penunjang pariwisata di Desa ini. Adapun lembaga-lembaga penunjang
pariwisata tersebut antara lain sebagai berikut.

a. Lembaga Penyelenggara Pemerintahan Desa

Lembaga Penyelenggaraan Pemerintahan Desa terdiri dari Kepala Desa dan


Perangkat Desa. Kepala Desa memiliki tugas untuk menyelenggarakan urusan
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Dalam melaksanakan
tugasnya Kepala Desa memiliki kewenangan :

1. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan


yang ditetapkan bersama BPD.
2. Mengajukan rancangan peraturan desa.
3. Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersma
BPD.
4. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB
Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD.
5. Membina kehidupan masyarakat desa.
6. Membina perekonomian desa.
7. Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisifatif.
8. Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk
kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
9. Melaksanakan kewenangan lain sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
b. Badan Permusyawaratan Desa

Badan permusyawaratan desa berkedudukan sebagai unsur penyelenggara


pemerintahan desa. Anggota BPD adalah wakil dari kepala desa, desa
bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan
cara musyawarah dan mufakat. BPD mempunyai wewenang sebagai berikut.

1. Mambahas rancangan peraturan desa bersama kepala desa.


2. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan
peraturan kepala desa.
3. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala desa.
4. Membentuk panitia pemilihan kepala desa.
5. Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan
aspirasi masyarakat.
6. Menyusun data tertib BPD.
c. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat memiliki fungsi sebagai berikut.

1. Penampung dan penyaluran aspirasi masyarakat.


2. Penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat
dalam kerangka memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan pemerintahan kepada
masyarakat.
4. Penyusunan rencana, pelaksana dan pengelola pembangunan serta
pemanfaatan, pelestarian dan pengembangan hasilhasil pembangunan
secara partisipatif.
5. Penumbuhkembangan dan penggerak prakarsa dan partisipasi serta
swadaya gotong royong masyarakat.
6. Penggali, pendayagunaan dan pengembangan potensi sumber daya
keserasian lingkungan hidup.
7. Pengembangan kreatifitas, pencegahan kenakalan, penyalahgunaan obat
terlarang (Narkoba) bagi remaja.
8. Pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan keluarga.
9. Pemberdayaan dan perlindungan hak politik masyarakat dan
10.Pendukung media komunikasi, informasi, sosialisasi antara pemerintah
desa/kelurahan dan masyarakat.
d. Pertahanan Sipil (Hansip)

Hansip merupakan singkatan dari Pertahanan Sipil. Lembaga ini termasuk


lembaga pramiliter yang ada di Indonesia. Hansip dibentuk dengan dua
tujuan, yaitu sebagai komponen khusus pendukung Tentara Nasional
Indonesia (TNI) dalam keadaan perang, dan menangani bencana. Jika
diperhatikan, dalam konteks ini Hansip seakan-akan menjadi bagian atau
underbouw TNI. Tapi, pada kenyataannya misi Hansip tetap melindungi hak-
hak masyarakat sipil dan aset-asetnya pada situasi perang ataupun saat
terjadi bencana. Kenyataan yang ada peran Hansip di Desa Batur banyak
dibantu oleh Pecalang yang cenderung memiliki peran yang dominan
dibandingkan dengan Hansip.

e. Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK)

Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK) merupakan salah satu organisasi


kewanitaan di tingkat desa yang beranggotakan ibu-ibu rumah tangga yang
ada di lingkungan Desa Batur. Tugas PKK adalah sebagai berikut.

1. Merencanakan, melaksanakan dan membina pelaksanaan program-


program kerja PKK sesuai dengan keadaan dan kebutuhan masyarakat.
2. Menghimpun, menggerakkan dan membina potensi masyarakat
khususnya keluarga untuk terlaksananya program-program PKK.
3. Memberikan bimbingan, motivasi dan memfasilitasi Tim Penggerak
PKK/kelompok-kelompok PKK dibawahnya.
4. Menyampaikan laporan tentang pelaksanaan tugas kepada Ketua Dewan
Penyantun Tim Penggerak PKK pada jenjang yang sama dan kepada Ketua
Tim Penggerak PKK setingkat diatasnya.
5. Mengadakan Supervisi, Pelaporan, Evaluasi dan Monitoring (SPEM)
terhadap pelaksanaan program-program pokok PKK.
f. Karang Taruna Desa

Karang Taruna adalah Organisasi Sosial wadah pengembangan generasi


muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung
jawab sosial dari, oleh, dan untuk masyarakat terutama generasi muda di
wilayah desa/kelurahan atau komunitas adat sederajat dan terutama
bergerak dibidang usaha kesejahteraan sosial yang memiliki tugas pokok
secara bersama-sama dengan Pemerintah dan komponen masyarakat lainnya
untuk menanggulangi berbagai masalah kesejahteraan social terutama yang
dihadapi generasi muda, baik yang bersifat preventif, rehabilitatif maupun
pengembangan potensi generasi muda di lingkungannya.

g. Lembaga Jasa Pengelola Parkir


Di daerah tujuan wisata (DTW) di beberapa tempat kunjungan wisata sudah
terdapat lembaga jasa pengelola parkir, keberadaan lembaga ini berfungsi
untuk mengatur arus kendaraan yang masuk dan keluar dari kawasan wisata
dan juga berfungsi untuk menarik retribusi parkir di kawasan desa ini.
Lembaga jasa pengelola parkir tersebut dibentuk oleh Desa Pekraman
dengan menunjuk sekelompok warganya yang diberi tugas dan tanggung
jawab untuk mengatur parkir dan menarik retribusi bagi wisatawan yang
datang ke DTW ini dengan menggunakan kendaraan baik roda dua maupun
roda empat seperti terlihat pada Gambar 5.16.

h. Himpunan Pramuwisata Pendakian Gunung Batur (PPPGB)

Wadah organisasi sebagai pengelola Wisata Trecking adalah Himpunan


Pramuwisata Pendakian Gunung Batur (PPPGB). Keanggotaan organisasi
semua berasal dari masyarakat sekitar didominasi anggota masyarakat dari
Desa Pekraman Batur dan Desa Songan. Dalam pengelolaan Wisata Trecking,
Himpunan pengelola telah menyiapkan sarana-prasarana berupa : fasilitas
parkir yang representatif, tiket masuk, kantor, perlengkapan pendakian dan
coffee and tea free for guide. Sedangkan untuk meningkatkan keterampilan
bahasa asing agar mampu memberikan pelayanan yang berkualitas kepada
wisatawan. Himpunan pengelola Trecking (PPPGB) melakukan kerjasama
dengan akademisi dan HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia).

Gambar
Kantor Pramuwisata Pendakian Gunung Batur (PPPGB)

Sumber : Dokumentasi Kelompok 2014


4.4.1.2. Dukungan dan Keterlibatan Masyarakat dalam Perencanaan dan
Pengembangan Batur Sebagai Daerah Tujuan Wisata

Keberhasilan pengembangan sebuah daya tarik wisata sangat tergantung


dari berbagai faktor. Salah satunya adalah adanya dukungan atau partisipasi
masyarakat lokal dimana daya tarik wisata tersebut dikembangkan.
Keterlibatan masyarakat lokal dalam konteks ini mengandung pengertian
bahwa pengembangan sebuah daya tarik wisata hendaknya dikembangkan
dari, oleh, dan, untuk masyarakat yang berada di sekitar Desa Batur.

Keterlibatan masyarakat lokal mutlak diperlukan dalam rangka menentukan


arah pengembangan sebuah daerah tujuan wisata, membantu
memberdayakan sumber daya masyarakat dengan memberikan pekerjaan
atau membuka lapangan kerja untuk masyarakat lokal, menghindari
munculnya konflik kepentingan antara masyarakat lokal dengan pihak
pengembang daya tarik wisata, menghindari terjadinya kesenjangan sosial,
dan sebagai lembaga kontrol dalam exploitasi sumber daya alam dan
budaya-budaya masyarakat lokal secara berlebihan. Tingkat keterlibatan
masyarakat lokal di suatu daya tarik wisata dengan daya tarik wisata yang
lain akan berbeda tergantung pada kemampuan sumber daya manusia (SDM)
masyarakat lokal di daerah pengembangan daya tarik wisata Pesatnya
perkembaangan industri pariwisata secara global menuntut penyediaan
sumber daya manusia yang handal, terampil, memiliki pengetahuan luas dan
bersikap ramah tamah serta sopan santun. Pemberdayaan masyarakat lokal
merupakan strategi untuk melatih kemandirian masyarakat lokal untuk ikut
terlibat dalam industri pariwisata. Usaha ini dapat dimulai dari usaha kecil-
kecil atau dari level manajemen yang paling bawah. Pada akhirnya untuk di
masa yang akan datang baik kuantitas dan kualitas sumber daya masyarakat
lokal mampu bersaing dengan tenaga kerja dari luar daerah dan tenaga kerja
asing

Fakta umum menunjukkan bahwa dalam pengembangan pariwisata Batur


diiringi oleh peningkatan jumlah fasilitas dan sarana pariwisata seperti
tempat makan bagi wisatawan yang memanfaatkan tempat umum yang
dimiliki oleh tiap desa terkait dan tenaga yang melayani menggunakan murni
tenaga lokal yang telah dilatih keterampilannya. Contoh seperti Batur
Hotspring yang menggunakan jasa pegawai dari masyarakat kintamani pada
umumnya dan kemudian dikelola oleh Desa Batur itu sendiri.

Untuk Pura Ulun Danu Batur sebagai salah satu atraksi wisata spiritual,
Aktifitas ritual keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat setiap setahun
sekali memprioritaskan pemanfaatan tenaga kerja lokal sesuai dengan
keahlian. Pengelolaan objek wisata Pura Ulun Danu Batur selama ini
diserahkan kepada masyarakat setempat melalui pengemong Pura Ulun Danu
Batur. Jadi tenaga kerja lokal sudah dimaanfaatkan secara intensif walaupun
belum maksimal dalam pengelolaan wisata di kawasan ini. Kedepannya
pengelolaan objek wisata eko-spiritual Pura Ulun Danu Batur juga akan
menuju ke arah pengelolaan yang berbasis partisipasi masyarakat. Prinsip
peka dan menghormati nilai-nilai sosial budaya dan tradisi keagamaan
masyarakat setempat dan pembangunan dan operasional disesuaikan
dengan tata krama, norma setempat dan kearifan lokal. Dari hasil observasi
dan wawancara dengan beberapa penduduk setempat, pembangunan objek
wisata Pura Ulun Danu Batur dengan wisata spiritualnya tidak bertentangan
dengan tradisi keagamaan masyarakat setempat. Pengembangan
kepariwisataan selama ini menyesuaikan dengan kebiasaan dan tradisi
masyarakat yang ada di sekitar Pura Ulun Danu Batur.

4.4.2. Daya Tarik Wisata Pengotan dan Bayung Gede (Zone 2)


Dilihat dari beberapa potensi pariwisata atau aspek pendukung pariwisata
sesuai data yang diperoleh di lapangan menunjukan bahwa Desa Batur yang
merupakan bagian dari DTWK Kintamani perlu untuk lebih dikembangkan
untuk memaksimalkan potensi yang ada. Potensi-potensi tersebut mencakup
aspek Accessibility (aksesibilitas), Amenity (fasilitas), Attraction (atraksi),
dan Ancillary (kelembagaan), maupun aspek lainnya seperti aspek ekonomi.

4.4.2.1. Identifikasi Potensi DTW Pengotan dan Bayung Gede sebagai


Pariwisata yang Berpotensi

4.4.2.1.1. aksesibilitas (accesibility)


Salah satu faktor penting dalam pengembangan sebuah daya tarik wisata
adalah tersedianya aksesibilitas (accesibility) dari dan ke daerah tersebut.
Sesuai dengan data yang diperoleh di lapangan dapat digambarkan bahwa
dilihat dari aspek aksesibilitas menuju ke Desa Pengotan dan Desa Bayung
Gede, rupanya jalan (akses) menuju ke kedua Desa tersebut bagus dan
memadai.

a. Kondisi Jalan

Melihat dari dekat fisik ketersediaan infrastruktur jalan sudah ada dengan
kondisi jalan sudah di hot mixed sehingga kelancaran arus lalu lintas
kendaraan berbagai type relatif lancar. Secara spesifik lokasi dimaksud bisa
atau mampu diakses dari arah selatan atau dari Gianyar/Denpasar dan dari
arah utara atau dari daerah Kintamani, sehingga jika dimungkinkan dapat
membuka akses perkembangan usaha masyarakat pendukung pariwisata.
Kondisi jalan saat ini dengan lebar enam belas meter sebagaimana nampak
dalam Gambar 5.1. dengan sisi kiri kanan jalan tampak masih asri dengan
suasana pedesaan serta bebas dari kemacetan, memungkinkan kawasan
Desa Pengotan dan Bayung Gede diakses dengan sangat mudah bahkan
dengan menggunakan kendaraan tipe besar sekalipun.

b. Sarana Transportasi

Sarana transportasi menuju Pengotan dan Bayung Gede yaitu angkot, selain
itu juga bisa diakses dengan kendaraan besar seperti Bus karena kondisi
jalan yang baik dan lebar. Secara umum akses menuju DTW ini bisa diakses
dengan berbagai type sarana transportasi.

c. Papan penunjuk

Papan penunjuk sebagai penanda untuk memberikan informasi mengenai


keberadaan objek wisata pengotan dan bayung gede sudah tersedia namun
masih terbatas di pintu masuk dari DTW ini, sehingga kedepan penambahan
papan penunjuk sangat diperlukan untuk memudahkan wisatawan menunuju
lokasi desa ini.

4.4.2.1.2. Fasilitas Penunjang Pariwisata (Amenities)


Ketersediaan sarana penunjang pariwisata (amenities) merupakan salah satu
faktor pendukung keberhasilan pengembangan sebuah daerah sebagai daya
tarik wisata alternatif. Tanpa adanya sarana prasarana pendukung pariwisata
yang memadai, maka sangat mustahil pengembangan daerah tersebut dapat
dilaksanakan.

Fasilitas/sarana pariwisata yang telah tersedia di lokasi daya tarik wisata


Desa Pengotan dan Desa Bayung Gede dan sekitarnya sesuai data yang
diperoleh di lapangan adalah sebagai berikut.

a. Air Bersih

Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup


manusia, penduduk yang bermukim di Desa Pengotan dan Bayung Gede
telah memanfaatkan sumber air dari beberapa mata air terdekat dan
masyarakat membuat beberapa kelompok untuk menaikan air dari sumber
mata air dengan menggunakan teknologi pompa hidram, di samping hal
tersebut masyarakat juga telah membangun sumur bor untuk memenuhi
kebutuhan air bersih. Tidak jarang juga ketika musim kering masyarakat
membeli air bersih untuk kebutuhan sehari-hari dengan menggunakan truk
air.

Kesulitan air bersih ini menjadi masalah tersendiri terutama untuk memenuhi
kebutuhan pariwisata. Meski saat ini pariwisata kedua desa ini belum
berkembang namun kedepan perlu adanya sediaan air brsih untuk memenuhi
kebutuhan pariwisata.

b. Sumber daya listrik

Sumber daya listrik yang tersedia di daerah Desa Pengotan dan Bayung Gede
dan sehari-hari dimanfaatkan oleh penduduk setempat berasal dari
Perusahaan Listrik Negara (PLN). Sejauh ini sumber daya listrik tersebut
sudah didistribusikan dengan baik dan telah dimanfaatkan oleh masyarakat
disamping untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sendiri, juga telah
dimanfaatkan untuk memenuhi keperluan wisatawan khususnya bagi
wisatawan yang menginap di homestay penduduk setempat, ataupun di vila
yang ada di sekitar Desa Pengotan dan Bayung Gede seperti Camp Bali Woso
yang terletak di Desa Pengotan. Sampai saat ini kebutuhan akan sumber
daya listrik tidak mendapat kendala dari segi pasokan maupun kualitas
layanan.

c. Sistem Telekomunikasi

Sistem telekomunikasi dan media komunikasi sangat diperlukan di daerah


pengembangan pariwisata. Dengan adanya persaingan diantara operator
telepon seluler sangat menguntungkan konsumen. Demikian halnya di
daerah tujuan wisata desa Pengotan dan Desa Bayung Gede. Sistem
telekomunikasi di daerah relatif bagus dengan tidak ada masalahnya jaringan
berbagai provider telekomikasi. Selain itu fungsi lain media komunikasi
misalnya internet, sekarang ini lebih banyak digunakan sebagai media
promosi dan memperoleh informasi secara on line juga berjalan lancer di
kedua desa ini.

d. Sarana akomodasi

Sebagai daerah tujuan wisata yang belum berkembang seutuhnya, Desa


Pengotan dan Desa Bayung Gede belum banyak terdapat akomodasi wisata
baik itu dalam bentuk villa, penginapan, maupun pondok wisata. Di Desa
Pengotan terdapat satu tempat Camp bernama bali woso, dimana camp ini
menghadirkan suasana baru dalam berkemah. Para tamu diajak menyatu
dengan alam dan melakukan kegiatan luar ruangan (outbond), games, dll.
Selain itu, camp ini juga berbasis pada community based development
dimana para tamu diajak untuk berbaur dengan masyarakat sekitar dan
melakukan aktivitas bersama masyarakat seperti membuat kerajinan
bersama masyarakat, berkebun bersama dan mengajar di sekolah dasar.

e. Tempat Parkir

Tempat parkir merupakan salah satu fasilitas pendukung pariwisata yang


tidak kalah penting dibandingkan dengan fasilitas lainnya. Di areal daya tarik
wisata Desa Pengotan dan Desa Bayung Gede sudah terdapat tempat parkir
yang cukup luas dan hal ini tidak menjadi masalah karena setiap tempat
tersedia tempat parkir, sehingga bisa mengakomodasi berbagai jenis
kendaraan wisatawan. tampak pada Gambar 5.3
Gambar.
Parkir Di Desa Pengotan dan Desa Bayung Gede

Sumber : Dokumentasi Kelompok 2014

f. Kamar Mandi dan Toilet

Sebagai sebuah daya tarik wisata yang sudah dikenal oleh wisatawan baik
domestik maupun manca negara, Setiap tempat yang dikunjungi oleh
wisatawan telah menyediakan fasilitas kamar mandi dan toilet. Fasilitas ini
terletak di dekat areal parkir. Kondisi kamar mandi dan toilet tersebut belum
mencerminkan fasilitas untuk wisatawan yang mana kondisinya agak kotor
dan terkesan kurang terawatt, bahkan karena kesulitas air terkadang toilet
dan wc umum ini tidak bisa terpakai.

Gambar
Kondisi Toliet Umum di Desa Pengotan dan Bayung Gede

Sumber : Dokumentasi Kelompok 2014


Sebagai salah satu fasilitas yang disediakan untuk kepentingan wisatawan,
kebersihan toilet tersebut harus diperhatikan sehingga wisatawan yang akan
memanfaatkan fasilitas ini merasa nyaman.

g. Warung Makan dan Minum

Warung makan dan minum sudah tersedia di Desa Pengotan dan Bayung
Gede dan sekitarnya dan bahkan di sekitar Jalan Nusantara (arah Bangli
Kintamani) sudah tersedia mini market yang menyediakan berbagai macam
kebutuhan yang diperlukan oleh wisatawan yang berkunjung, seperti pada
Gambar 5.4.

h. Tourist Information Center

Tourist Information Center merupakan salah satu sarana promosi wisata dan
juga pusat informasi penunjang wisata. Berkaitan dengan hal tersebut, Tourist
Information Center belum ditemukan di daerah sekitar tempat wisata, hal ini
kiranya juga merupakan salah satu tugas dan tanggung besar dari
stakeholder yang ada dalam menunjang promosi wisata daerah setempat.

i. Tempat Sampah

Sampah merupakan salah satu masalah yang akan timbul dari sebuah
aktivitas, dalam hal ini aktivitas wisata. Sampah yang ditimbulkan dari
aktivitas wisata belum ada di Desa Pengotan dan Desa Bayung Gede, Selain
itu Masyarakat setempat selalu melakukan gotong royong setiap minggunnya
untuk melakukan pembersihan lingkungan setempat. Jadi kedepannya untuk
masalah sampah masih bisa di tanggulangi dengan cara menyediakan
tempat sampah di setiap tempat yang akan dikunjungi oleh wisatawan.
4.4.2.1.3 Atraksi (attraction)

Salah satu faktor penentu dalam mengembangkan dan menjaga agar sebuah
daya tarik wisata dapat berkelanjutan yaitu adanya atraksi wisata. Atraksi
wisata merupakan keseluruhan elemen baik yang merupakan ciptaan Tuhan
maupun buatan manusia. Sebagai daerah tujuan wisata pedesaan, Desa
Pengotan dan Desa Bayung Gede memiliki nilai jual yang tinggi karena
terdapat berbagai macam daya tarik baik wisata alam dan wisata budaya
nya.

a. Arsitektur dan Pola Ruang Desa Tradisional

Sebagai Desa yang berlabel Desa Bali Aga, kedua desa ini memiliki
kekayaan budaya yang bisa dibilang langka, dimana keduanya
mempunyai arsitektur dan pola ruang tradisional Bali Kuno yang di
zaman sekarang sangat sulit menemukannya.

Desa Bayung Gede

Salah satu tradisi lokal yang keberadaannya masih tetap menonjol dan
berpotensi sebagai daya tarik wisata adalah pola permukiman
penduduk yang bersifat terpusat atau mengelompok. Berbeda dengan
Bali dataran yang pada umumnya bersifat menyebar, permukiman
penduduk di Desa Bayung Gede dibangun secara mengelompok dan
terpusat pada suatu kawasan tersendiri yang terpisah dengan sawah,
ladang mereka. Pola permukiman seperti tersebut dilandasi konsep
Nabuan yang merupakan bentuk personifikasi dari sarang tawon
(tabuan = tawon). Menurut pandangan masyarakat setempat, konsep
nabuan mengandung makna kebersamaan dalam suatu ikatan
persatuan dan kesatuan yang bulat antarsesama warga
masyarakatnya.

Pola tata ruang perkampungan dilandasi oleh konsep Tri Mandala atau
Tri Angga yang membagi keseluruhan wilayah perkampungan menjadi
tiga bagian sesuai dengan struktur anatomi tubuh manusia, yakni (1)
kawasan Utama Mandala (bagian kepala) digunakan untuk kawasan
Parahyangan khususnya Pura Bale Agung yang berfungsi sebagai
tempat Kahyangan Tiga Desa, (2) kawasan Madya Mandala (bagian
badan) digunakan sebagai tempat permukiman penduduk, dan
kawasan Nista Mandala (bagian kaki) digunakan sebagai setra atau
kuburan.

Pengotan

Terdapat sebuah komplek rumah asli masyarakat Bali Aga yang berjejer
di kiri dan kanan jalan. Rumah-rumah ini merupakan rumah tua dengan
arsitektur khas Bali Aga serta berumur tua. Aroma Bali Aga sangat
terasa di sini dengan pemandangan yang asri. Di tingkat pekarangan
polanya terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian utara (luhur) terdapat
sanggah, di tingkat tengah (madya) terdapat Meten, kemudian di
bagian selatan terdapat Bale. Kawasan ini merupakan rumah leluhur
masyarakat Pengotan. Setiap keluarga memiliki sepasang rumah
leluhur, yakni Meten dan Bale. Rumah Meten berarti dapur, sementara
Bale berarti sajian. Kedua rumah ini difungsikan saat menggelar acara
keagamaan dan adat

Keunikan arsitektur serta pola ruang kedua desa ini akan menjadi
kombinasi yang sangat menjual jika dikelola dengan baik.
Pengelolaan serta kerjasama dari berbagai stakeholder akan
menjadikan desa tradisional ini sebuah paket wisata yang menarik.

Di kedua desa ini telah terjadi perubahan dari segi material dan gaya
beberapa unit rumah sehingga meninggalkan kesan tradisional didalamnya.
Meskipun demikian, secara tatanan pola ruang desa tetap terjaga.

b. Kesenian dan Kerajinan Tradisonal

Selain keunikan dalam bentuk tatanan struktur desa tradisional, Desa


Pengotan memiliki kesenian tua yang masih hingga sekarang
dilaksanakan yaitu joged Gandrangan. Tari joget Gandrangan ini ada
seajak 1935 dengan alat musik yang digunakan untuk mengiringi
tarian ini adalah cungklik. Objek wisata Desa teradisonal pengotan
belum terdapat pengelolaan kunjungan wisatawan yang berkunjung ke
desa tradisional ini kadang-kadang datang dan melihat pertunjukan
joged Gandrangan, tradisi perang papah dan melihat-lihat dan berfoto
disekeliling desa tradisional Pengotan.

Masyarakat pengotan sebagian mengisi waktu mereka dengan


membuat kerajinan bambu yang biasanya di jual di pasar pengotan.
Selain bertani, kerajinan ini mampu membantu perekonomian
masyarakat setempat. Banyaknya hutan bambu di sekitar desa
pengotan menjadikan bahan baku kerajinan sendiri relatif mudah di
dapat.

Terdapat pula tradisi pernikahan di Desa Pengotan memiliki dua


keunikan. Pertama, pernikahan hanya boleh dilakukan sebanyak dua
kali dalam satu tahun berdasarkan kalender Hindu. Pernikahan
dilakukan pada sasih kapat (bulan keempat) dan sasih kedasa (bulan
kesepuluh) atau dalam kalender Masehi sekitar bulan September-
Oktober dan Februari-Maret. Pernikahan massal ini hanya berlangsung
dua kali dalam satu tahun, pernikahan selalu dilaksanakan secara
massal. Dalam satu kali upacara pernikahan, bisa ada 70 pasang atau
sedikitnya hanya 5 pasang pengantin.

Event-event langka seperti ini menjadi daya tarik tersendiri bagi


wisatawan, jika dalam ilmu pariwisata hal ini disebut dengan Aktivitas
Pasif. Masyarakat setempat yang pada awalnya tidak menjadikan
tradisi sebagai daya tarik sebuah wisata namun ternyata memiliki nilai
tawar tersendiri sehingga menjadikannya sebagai Aktivitas Aktif. Hal ini
tentu harus menjadi perhatian guna mengemas paket wisata ini sesuai
dengan even-even besar keagamaan yang berlangsung.

c. Setra Ari-ari Desa Bayung Gede

Selain pola permukiman yang unik, daya tarik lainnya yang juga tidak
kalah menarik pada masyarakat Bayung Gede adalah tradisi
menggantung ari-ari. Berbeda dengan masyarakat Bali dataran pada
umumnya, masyarakat Desa Bayung Gede tidak mengenal tradisi
penguburan ari-ari. Di Desa ini ari-ari ditaruh dalam tempurung kelapa
dan digantungan pada pohon-pohon kayu buka yang banyak
tumbuh di sekitar kawasan yang disebut setra ari-ari yang terletak di
bagian teben atau hilir perkampungan.

d. Jalur Sepeda

Ada cara lain menikmati keindahan Desa tradisional ini adalah dengan
bersepeda mengelilingi desa dan juga perekebunan masyarakat. Rute
yang ditawarkan terintegrasi dengan desa-desa sekitar yang mampu
terjangkau dengan menggunakan sepeda. Menikmati kombinasi alam
yang masih sangat asri dengan hawa yang sejuk dan melewati
komplek desa tradisional akan menjadi pengalaman yang sangat
menyenangkan.

4.4.2.1.4 Kelembagaan (anciliarry)

Kelembagaan (anciliarry) yang dimaksud dalam hal ini adalah jasa-jasa


pendukung wisata yang disediakan oleh pemerintah atau swasta maupun
swadaya masyarakat setempat guna menunjang pengembangan pariwisata di
daerah tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan menunjukan
bahwa di daerah tujuan wisata (DTW) Desa Pengtoan dan Desa Bayung Gede
sudah terdapat beberapa lembaga penunjang pariwisata di Desa ini, meski
hanya pada tingkat desa dan belum menyentuh pihak swasta. Adapun lembaga-
lembaga penunjang pariwisata tersebut antara lain sebagai berikut.

a. Lembaga Penyelenggara Pemerintahan Desa

Lembaga Penyelenggaraan Pemerintahan Desa terdiri dari Kepala Desa dan


Perangkat Desa. Kepala Desa memiliki tugas untuk menyelenggarakan urusan
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Dalam melaksanakan
tugasnya Kepala Desa memiliki kewenangan :
1. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan
yang ditetapkan bersama BPD.

2. Mengajukan rancangan peraturan desa.

3. Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersma


BPD.

4. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB


Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD.

5. Membina kehidupan masyarakat desa.

6. Membina perekonomian desa.

7. Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisifatif.

8. Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk


kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

9. Melaksanakan kewenangan lain sesuai dengan peraturan perundang-


undangan.

b. Badan Permusyawaratan Desa

Badan permusyawaratan desa berkedudukan sebagai unsur penyelenggara


pemerintahan desa. Anggota BPD adalah wakil dari kepala desa, desa
bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan
cara musyawarah dan mufakat. BPD mempunyai wewenang sebagai berikut.

1. Mambahas rancangan peraturan desa bersama kepala desa.

2. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan


peraturan kepala desa.

3. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala desa.

4. Membentuk panitia pemilihan kepala desa.


5. Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan
aspirasi masyarakat.

6. Menyusun data tertib BPD.

c. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat memiliki fungsi sebagai berikut.

11.Penampung dan penyaluran aspirasi masyarakat.

12.Penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat


dalam kerangka memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia.

13.Peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan pemerintahan kepada


masyarakat.

14.Penyusunan rencana, pelaksana dan pengelola pembangunan serta


pemanfaatan, pelestarian dan pengembangan hasilhasil pembangunan
secara partisipatif.

15.Penumbuhkembangan dan penggerak prakarsa dan partisipasi serta


swadaya gotong royong masyarakat.

16.Penggali, pendayagunaan dan pengembangan potensi sumber daya


keserasian lingkungan hidup.

17.Pengembangan kreatifitas, pencegahan kenakalan, penyalahgunaan


obat terlarang (Narkoba) bagi remaja.

18.Pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan keluarga.

19.Pemberdayaan dan perlindungan hak politik masyarakat dan

20.Pendukung media komunikasi, informasi, sosialisasi antara pemerintah


desa/kelurahan dan masyarakat.

d. Pertahanan Sipil (Hansip)

Hansip merupakan singkatan dari Pertahanan Sipil. Lembaga ini termasuk


lembaga pramiliter yang ada di Indonesia. Hansip dibentuk dengan dua
tujuan, yaitu sebagai komponen khusus pendukung Tentara Nasional
Indonesia (TNI) dalam keadaan perang, dan menangani bencana. Jika
diperhatikan, dalam konteks ini Hansip seakan-akan menjadi bagian atau
underbouw TNI. Tapi, pada kenyataannya misi Hansip tetap melindungi hak-
hak masyarakat sipil dan aset-asetnya pada situasi perang ataupun saat
terjadi bencana. Kenyataan yang ada peran Hansip di Desa Pengotan dan
Bayung Gede banyak dibantu oleh Pecalang yang cenderung memiliki peran
yang dominan dibandingkan dengan Hansip.

e. Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK)

Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK) merupakan salah satu organisasi


kewanitaan di tingkat desa yang beranggotakan ibu-ibu rumah tangga yang
ada di lingkungan Desa Batur. Tugas PKK adalah sebagai berikut.

6. Merencanakan, melaksanakan dan membina pelaksanaan program-


program kerja PKK sesuai dengan keadaan dan kebutuhan masyarakat.
7. Menghimpun, menggerakkan dan membina potensi masyarakat
khususnya keluarga untuk terlaksananya program-program PKK.
8. Memberikan bimbingan, motivasi dan memfasilitasi Tim Penggerak
PKK/kelompok-kelompok PKK dibawahnya.
9. Menyampaikan laporan tentang pelaksanaan tugas kepada Ketua Dewan
Penyantun Tim Penggerak PKK pada jenjang yang sama dan kepada Ketua
Tim Penggerak PKK setingkat diatasnya.
10.Mengadakan Supervisi, Pelaporan, Evaluasi dan Monitoring (SPEM)
terhadap pelaksanaan program-program pokok PKK.
f. Karang Taruna Desa

Karang Taruna adalah Organisasi Sosial wadah pengembangan generasi


muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung
jawab sosial dari, oleh, dan untuk masyarakat terutama generasi muda di
wilayah desa/kelurahan atau komunitas adat sederajat dan terutama
bergerak dibidang usaha kesejahteraan sosial yang memiliki tugas pokok
secara bersama-sama dengan Pemerintah dan komponen masyarakat lainnya
untuk menanggulangi berbagai masalah kesejahteraan social terutama yang
dihadapi generasi muda, baik yang bersifat preventif, rehabilitatif maupun
pengembangan potensi generasi muda di lingkungannya.
g. Lembaga Jasa Pengelola Parkir

Lembaga jasa pengelola parkir belum tersedia di desa ini karena terkait
dengan status dati kedua desa ini masih sebagai potensi yang akan
dikembangkan. Pihak Pemerintah Daerah melalui desa terkait belum berani
memungut dan memasang tarif retribusi, karena dirasa kondisi Kedua Desa
ini belum siap untuk dipasarkan.

4.4.2.2 Dukungan Masyarakat Lokal Terhadap Pengembangan Pariwisata


Desa Pengotan dan Desa Bayung Gede

Deskripsi mengenai berbagai potensi wisata yang telah diuraikan dalam bab
sebelumnya. Pada bab ini, akan memaparkan keterlibatan masyarakat lokal dalam
perencanaan dan pengelolaan di setiap tempat tujuan wisata yang terdapat di Desa
Pengotan dan Desa Bayung Gede

Dalam setiap upaya pengembangan kawasan wisata dan daya tarik wisata,
keterlibatan masyarakat khususnya masyarakat lokal mutlak diperlukan.
Keterlibatan masyarakat bertujuan untuk membantu memberdayakan sumber daya
masyarakat dengan memberikan peluang pekerjaan atau membuka lapangan kerja
bagi masyarakat lokal, menghindari munculnya konflik kepentingan antara
masyarakat lokal dengan pihak pengembang daya tarik wisata, kesenjangan sosial,
dan exploitasi sumber daya alam dan budaya-budaya masyarakat lokal secara
berlebihan. Hal ini merupakan upaya baik yang dilakukan agar kehidupan
masyarakat lokal dapat meningkatkan kesejahteraannya. Tingkat keterlibatan
masyarakat lokal dalam suatu daya tarik wisata yaitu dengan adanya daya tarik
wisata lain yang relatif berbeda yang disebabkan karena bervariasinya kompetensi
sumber daya manusia (SDM) masyarakat lokal dalam suatu pengembangan daya
tarik wisata. Pemberdayaan masyarakat lokal merupakan upaya strategi untuk
melatih kemandirian masyarakat lokal ikut terlibat dalam industri pariwisata. Usaha
ini dapat dimulai dari usaha kecil - kecil atau dari level manajemen yang paling
bawah. Pada akhirnya untuk di masa yang akan datang baik kuantitas dan kualitas
sumber daya masyarakat lokal mampu bersaing dengan tenaga kerja dari luar
daerah dan tenaga kerja asing.
Meskipun pariwisata di kedua desa ini tergolong Aktifitas Pasif karena masyarakat
memang tidak secara khusus melakukan kegiatan pariwisata. Namun keterlibatan
masyarakat juga merupakan hal penting bagi keberlanjutan keempat aspek yang
telah dijabarkan di atas. Masyarakat merupakan pelaku pariwisata, dimana dalam
hal ini mereka tetap melestarikan rumah adat mereka dan berbagai kegiatan
keagamaan sebagai sebuah tradisi yang memiliki keunikan tersendiri. Hal ini tentu
belum cukup untuk menjadikan pariwisata di kedua desa ini berkembang, juga
harus diimbangi dengan peningkatan infrastruktur penunjang pariwisata dan juga
kesiapan masyarakat menerima pariwisata itu sendiri. Sehingga kedepan
masyarakat setempat lah yang berperan aktif dalam setiap kegiatan pariwisata dan
menjadikan pariwisata di kedua desa ini sebagai Aktifitas Aktif.

4.5 Analisis Sumber Daya manusia

Pariwisata merupakan salah satu industri yang sangat potensial untuk


dikembangkan saat sekarang ini dan berpengaruh besar terhadap
perekonomian wilayah terutama di wilayah yang memiliki potensi unggulan
dalam pariwisata. Kawasan Perencanaan memiliki potensi besar dalam
pengembangan kepariwisataan. Masing-masing desa memiliki potensi
berbeda-beda sebagai daya tarik wisata di Kawasan Perencanaan. Daya tarik
wisata tersebut menjadi faktor penarik wisatawan untuk berkunjung ke
Kawasan Perencaan baik wisatawan asing maupun wisatawan lokal. Semakin
meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan berbanding lurus dengan
pembangunan akomodasi wisata dan fasilitas penunjang pariwisata lainnnya.
Misalnya seperti hotel, losmen, restoran, jasa travel, biro perjalanan, usaha
cinderamata, pramuwisata, info pariwisata, money changer, dan fasilitas
lainnya. Hal ini menyebabkan penyerapan tenaga kerja pariwisata juga
semakin meningkat. Tenaga kerja di bidang pariwisata memerlukan keahlian
yang khusus dalam hal kepariwisataan terutama yang berhubungan langsung
dengan wisatawan seperti karyawan penginapan dan restoran, pramuwisata,
travel, biro perjalanan.

Kebutuhan tenaga kerja pariwisata di Kawasan Pariwisata memang sebagian


besardiserap dari masyarakat lokal tetapi masih menempati posisi pekerjaan
yang rendah dan kalah bersaing dengan tenaga kerja dari luar daerah yang
memiliki kualitas sumber daya manusia yagn lebih baik. Masyarakat lokal
yang kurang memiliki keahlian dan keterampilan memilih menjadi pedagang
acung di Kawasan Perencanaan. Hal ini menyebabkan terganggunya
kenyamanan wisatawan yang berkunjung. Sosialisasi dan pelatihan
keterampilan dari pemerintah intensitasnya masih sedikit. Untuk itu
kedepannya diharapkan sosialisasi dan pelatihan keterampilan pariwisata
semakin gencar dilakukan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia
agar penyerapan tenaga kerja lokal tidak kalah dengan tenaga kerja luar
daerah.

4.6. Analisis SWOT


Analisis SWOT dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi terhadap pengembangan kepariwisataan di Kawasan
Perencanaan, baik kekuatan, kelemahan, peluang, maupun ancaman.
Kekuatan yang menyangkut dengan kepariwisataan perlu didayagunakan,
kelemahan perlu dieleminir, seterusnya kesempatan atau peluang perlu
dimanfaatkan atau memilih alternatif yang paling menguntungkan atau perlu
ditetapkan urutan alternatif pengembangan dan selalu waspada pada
tantangan yang mungkin timbul. Namun kekuatan-kekuatan tersebut masih
mempunyai kelemahan, salah satu kelemahan pariwisata di Kawasan
Perencanaan adalah kelemahan dalam aksesibilitas, baik akses memasuki
Kawasan Perencanaan maupun akses intern di Kawasan Perencanaan, begitu
juga dengan kondisi objek wisata yang belum mendapat sentuhan penataan
yang sungguh-sungguh, hal ini terjadi karena SDM yang mengelola objek
wisata masih lemah. Hal-hal negatif sebagai ancaman yang terjadi akibat
pariwisata haruslah bisa dieliminir, ancaman-ancaman yang dianggap
penting untuk dipikirkan adalah potensi-potensi objek wisata lainnya yang
berada disekitar Kawasan Perecanaan, yang bisa merebut wisatawan, juga
dampak negatif yang terjadi karena adanya tragedi bom Bali I dan II, dan
wabah penyakit yang disebabkan virus.
Pada tahap SWOT ini, untuk Kawasan perencanaan telah dibedakan
berdasarkan status DTWK yang telah dikembangkan dan DTW yang
berpotensi untuk berkembang.

SWOT
DTWK BATUR

KEKUATAN (STREGHTS) KELEMAHAN


INTERNAL (WEAKNESSES)
1. Beragamnya atraksi wisata yang 1. Panorama gunung dan danau batur
ditawarkan dan potensi dikembangkan terhalang oleh bangunan restraurant
dan artshop yang berada di tepi
2. Adanya event rutin seperti festival
jurang sepanjang jalan raya
yang berkembang untuk sebagai
penelokan
bagian dari promosi
2. Banyaknya pelanggaran tata ruang
3. Adanya Kawasan Kaldera batur terutama sempadan jurang
sebagai Geopark Network 3. Rusaknya infrastruktur jalan menuju
kawasan batur akibat mobilitas
4. Pembatasan KDB serta jumlah kamar angkutan Galian C.
dan jenis akomodasi pariwisata 4. Kondisi lingkungan kian menurun
seperti tercemarnya danau batur,
5. Adat istiadat masih terjaga
EKSTERNAL sidementasi, dan sampah plastik.
5. Kurangnya upaya promosi dan
pemberian/pelayanan informasi
kepada para wisatawan tentang
destinasi wisata, jarak, kondisi
keamanan dan cara pencapaiannya
PELUANG STRENGTHS VS WEAKNESSES VS
(OPPORTUNITIES) OPPORTUNITIES (SO) OPPORTUNITIES (WO)
1. Trend wisatwan/pelancong 1. Pengembangan objek-objek wisata 1. Peningkatan upaya promosi mulai
semakin meningkat setiap baru untuk menambah varian tingkat dasar hingga tingkat global
tahunnya wisata. 2. Pengendalian pembangunan dan
2. Trend perkembangan 2. Kondisi masyarakat Bali yang kental memperketat izin guna menekan
pariwisata menuju dengan kehidupan relegi dan pelanggaran tata ruang.
ecotourism dan sustainable budaya tradisional tetap 3. Merepakan konsep sustainable dalam
3. Bali menjadi destinasi dilesatarikan dan dihidupkan setiap pembangunan atau program
pariwisata dunia memberi sehingga memberi identitas yang yang berkaitan dengan parwisata
peluang bagi DTWK Batur berbeda jika dibandingkan dengan batur
untuk berkembang. daerah atau negara lain. 4. Perbaikan, serta penambahan
infrastruktur dasar maupun
penunjang pariwisata
5. Promosi di tempat-tempat strategis
pariwisata

ANCAMAN STRENGTHS VS WEAKNESSES VS


(THREATS) THREATS (ST) THREATS (WT)
1. Daya Tarik wisata diluar 1. Peningkatan pelayanan terhadap 1. Peningkatan promosi pariwisata
atau disekitar DTWK Batur, wisatawan 2. Peningkatan kepedulian
maupun Kab. Bangli saling 2. Sosialisasi gratis oleh lembaga masyarakat terhadap pariwisata.
berkompetisi dan berbenah internasional yang secara tidak 3. Meminimalisir terjadinya tindak
untuk menarik wisatawan langsung diharapkan akan kriminal terhadap wisatawan
nusantara maupun berdampak pada peningkatan 4. Peningkatan prasarana transportasi
mancanegara. kunjungan wisatawan. darat, laut dan udara.
2. Pencemaran air danau
semakin meningkat
sehingga terjadi
sidementasi

SWOT
DAYA TARIK WISATA
DESA BAYUNG GEDE DAN PENGOTAN

KEKUATAN KELEMAHAN
INTERNAL (STREGHTS) (WEAKNESSES)
1. Bentuk Bangunan dan Pola ruang 1. Jalan lingkungan kondisinya kurang
masih Tradisional baik
2. Akses yang cukup jauh dari pusat
2. Keramahan Penduduk kota
3. Kebersihan lingkungan yang kurang
3. Tradisi adat dan Istiadat yang Unik terjaga
dan tetap lestari 4. Tidak ada peraturan (awig awig) yang
mengatur kesamaan bentuk
4. Kesenian tradisoinal yang khas
bangunan baik dari segi material
maupun pola ruang pekarangan
EKSTERNAL 5. Kondisi alam masih sangat asri
5. Penduduk lebih banyak yang keluar
dari desa sehingga kondisi rumah
banyak yang tidak terawat
6. Fasilitas penunjang pariwisata masih
kurang
7. Belum ada kelembagaan pariwisata
8. Kesulitan air bersih
9. Kualitas Sumber Daya Manusia
kurang

PELUANG STRENGTHS VS WEAKNESSES VS


(OPPORTUNITIES) OPPORTUNITIES (SO) OPPORTUNITIES (WO)
1. Berada pada jalur DTWK 1. Mengembangkan Desa Wisata 1. Meningkatkan inftrastruktur
Kintamani Terpadu dengan konsep Community 2. Merenovasi rumah tradisional yang
2. Berpotensi dikembangakan Based Depelovment telah rusak dan yang berubah bentuk
sebagai Desa Wisata 2. Wisata Edukasi terkait dengan bangunannya.
terpadu arsitektur tradisional dan Pola ruang
3. Menjadi objek wisata tradisional bali
dengan tipe Desa Eco-
wisata
4. Tidak banyak Desa
Tradisional yang masih
bertahan dari gempuran
budaya modern
ANCAMAN STRENGTHS VS WEAKNESSES VS
(THREATS) THREATS (ST) THREATS (WT)
1. Mulai banyak perubahan
1. Memperketat aturan (awig-awig) 1. Memberi insentif kepada masyarakat
tentang merubah bentuk fisik yang tetep mempertahankan rumah
bentuk bangunan karena bangunan
tradisionalnya.
faktor modernitas

Anda mungkin juga menyukai