Kintamani ditetapkan sebagai Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus dengan kriteria
sebagai berikut :
Memiliki daya tarik wisata alami berupa keindahan alam yaitu Danau Batur
dan Gunung Batur;
Memiliki daya tarik wisata buatan, meliputi museum gunung api,
peninggalan purbakala, , seni budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata
petualangan alam, taman rekreasi, dan desa budaya;
Memiliki kekhususan berdasarkan pertimbangan aspek sosial budaya dan
kelestarian lingkungan karena berada pada kawasan konservasi dan cagar
budaya.
Arahan pengembangan KDTWK adalah :
Kawasan Daya Tari Wisata Khusus yang ada di Kabupaten Bangli adalah
KDTWK Kintamani yang memiliki luas 17.935 Ha atau 34.44 % dari luas Kabupaten
Bangli. Desa-desa di KDTWK Kintamani masingmasing memiliki potensi potensi
yang besar sebagai daya tarik wisata di kawasan tersebut, yaitu :
Menurut Medlik, 1980 (dalam Gautama 2011), ada empat aspek (4A) yang harus
diperhatikan dalam penawaran pariwisata. Aspek-aspek tersebut adalah sebagai
berikut:
2. Accesable (dapat dicapai); hal ini bertujuan agar wisatawan domestik dan
mancanegara dapat dengan mudah mencapai tempat wisata
Kedua zona tersebut dikembangkan sesuai dengan kesamaan potensi wisata dan
letak geografis serta administratifnya.
Salah satu faktor penting dalam pengembangan sebuah daya tarik wisata
adalah tersedianya aksesibilitas (accesibility) dari dan ke daerah tersebut.
Sesuai dengan data yang diperoleh di lapangan dapat digambarkan bahwa
dilihat dari aspek aksesibilitas menuju ke Desa Batur, rupanya jalan (akses)
menuju ke Batur cukup bagus dan memadai.
a. Kondisi Jalan
Melihat dari dekat fisik ketersediaan infrastruktur jalan sudah ada dengan
kondisi jalan sudah di hot mixed sehingga kelancaran arus lalu lintas
kendaraan berbagai type relatif lancar, khusus untuk objek wisata di kaki
gunung batur aksesnya hanya bisa dilalui maksimal oleh minibus. Secara
spesifik lokasi dimaksud bisa atau mampu diakses dari arah selatan atau dari
Denpasar dan dari arah utara atau dari daerah Singaraja, sehingga jika
dimungkinkan dapat membuka akses perkembangan usaha masyarakat
pendukung pariwisata. Namun, melihat kondisi jalan yang curam menuju
akses ke Objek Wisata Batur yang terletak di kaki Gunung Batur, terdapat
beberapa kerusakan yang di akibatkan oleh mobilitas kendaraan galian C. Hal
tersebut juga berdampak pada kondisi lalu lintas yang mengalami kemacetan
di beberpa titik. Kebutuhan akses terutama pada kawasan pariwisata
memang sangat vital, sehingga dibutuhkan perencanaan serta rekayasa
transportasi.
b. Sarana Transportasi
c. Papan penunjuk
a. Air Bersih
Sumber daya listrik yang tersedia di daerah Desa Batur dan sehari-hari
dimanfaatkan oleh penduduk setempat berasal dari Perusahaan Listrik
Negara (PLN). Sejauh ini sumber daya listrik tersebut sudah didistribusikan
dengan baik dan telah dimanfaatkan oleh masyarakat disamping untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga sendiri, juga telah dimanfaatkan untuk
memenuhi keperluan wisatawan khususnya bagi wisatawan yang menginap
di homestay penduduk setempat, bungalow ataupun di vila yang ada Desa
Batur.
c. Sistem Telekomunikasi
d. Sarana akomodasi
Tabel. 4.1
Sebaran Sarana Akomodasi
Jenis Kama
No Nama Lokasi
Akomodasi r
1 Arlinas Hotel Melati Toyabungkah 11
2 Astra Dana Hotel Melati Kedisan 9
3 Awangga Hotel Melati Toyabungkah 11
4 Baruna Hotel Melati Buahan 9
5 Darmayasa Hotel Melati Toyabungkah 7
6 Darmaputra Hotel Melati Toyabungkah 7
7 Jero Wijaya Hotel Melati Toyabungkah 11
8 Laguna Hotel Melati Toyabungkah 2
9 Losmen Semadi Hotel Melati Buahan 5
10 Nyoman Mawa Hotel Melati Toyabungkah 12
11 Nyoman Pangus Hotel Melati Toyabungkah 6
12 Pualam Hotel Melati Toyabungkah 6
Puncak Sari Lake
13 View Hotel Melati Penelokan 10
Puri Bening
14 Hayato Hotel Melati Toyabungkah 24
PT. Nurani Ikrar
15 DP Hotel Melati Toyabungkah -
PT. Padma Indah
16 Asram Hotel Melati Kintamani -
17 Segara Hotel Melati Kedisan 25
18 Surya Hotel Melati Kedisan 22
19 Wisma Tirta Yatra Hotel Melati Toyabungkah 3
Pondok
20 Tirta Amerta Wisata Toyabungkah 6
Pondok
21 Toya Devasya Wisata Toyabungkah 14
22 Pitra Mulya Pondok Wisata Kedisan 9
23 Windusara Pondok Wisata Kedisan 5
Jumlah - - 214
Sumber : RPPDA Bangli 2013
Tabel 4.2
Sebaran Restoran Dan Rumah Makan
Tabel.
Jumlah Kunjungan Wisatawan Ke Kintamani, Retribusi dan Kontribusi
terhadap PAD Bangli Tahun 2008 - 2012
%
Kintam Kunjungan Kontrib
Bali Retribusi
Tahun ani ke usi Thd
(orang) (Rp)
(orang) Kintamanu PAD
thd Bali
1,352,466,
2008 1,968,892 437,207 22.21 500 10.68
1,624,045,
2009 2,384,819 526,706 22.09 500 10.69
1,813,462,
2010 2,546,023 418,143 16.42 500 11.66
5,268,661,
2011 2,756,579 425,909 15.45 500 23.91
2,892,01 5,204,775
2012 9 548,152 18.95 ,000 12.77
Sumber : RPPDA Bangli 2013
Sampai dengan tahun 2012 belum ada catatan akurat mengenai komposisi
jumlah kunjungan antara wisman dengan wisnus, namun diperkirakan jumlah
wisnus lebih sedikit daripada wisman, dengan perkiraan komposisi antara
wisnus dengan wisman 40:60.
Wisatawan yang berkunjung ke Kintamani sebagian besar menghabiskan
waktunya selama 3 4 jam untuk menikmati keindahan gunung dan danau
Batur dari arah Penelokan sambil menikmati makan siang, selanjutnya
menikmati agrowisata kebun kopi yang ada di wilayah barat Kintamani.
Setelah menikmati Kintamani, mereka melanjutkan perjalanannya ke daerah
tujuan wisata lainnya, seperti Ubud. Namun saat ini juga sudah berkembang
kegiatan wisata mendaki Gunung Api Batur dengan menikmati pemandangan
sunrise dari puncak Gunung api tersebut. Kegiatan pendakian pukul 03.00
dini hari, sehingga mereka perlu menginap di wilayah tersebut. Selain
kegiatan pendakian, wisatawan umumnya berjalan-jalan di desa sekitar
Danau Batur untuk menikmati pemandangan dan udara segar di wilayah
tersebut. Sudah berkembang pula kegiatan cycling dan moto cross di wilayah
tersebut yang umumnya ramai pada akhir pekan. Menurut informasi yang
diberikan oleh Disbudpar Kabupaten Bangli, modus menginap wisatawan di
Kintamani selama 1-2 malam.
Dengan kondisi kunjungan wisatawan seperti data dan informasi tersebut,
maka industri akomodasi tidak terlalu berkembang di Kintamani-Bangli.
Industri yang banyak berkembang adalah restoran dan rumah makan serta
warung-warung yang menjual makanan khas berbahan dasar ika mujair yang
diproduksi oleh perikanan rakyat yang berkembang di Danu Batur. Pesatnya
perkembangan restoran dan rumah makan terutama yang berlokasi di
Penelokan, justru merusak eksotisme Kintamani, karena bangunan restoran
tersebut menutupi pemandanngan dan keindahan view Kaldera Batur. Selain
itu bangunan yang berkembang tanpa ijin tersebut sangat berbahaya,
terutama jika terjadi tanah longsor.
e. Tempat Parkir
Tempat parkir merupakan salah satu fasilitas pendukung pariwisata yang
tidak kalah penting dibandingkan dengan fasilitas lainnya. Di areal daya tarik
wisata Desa Batur sudah terdapat tempat parkir yang cukup luas yang
terdapat di setiap destinasi wisata yang ada,oleh karena itu hal ini tidak
menjadi masalah karena setiap tempat tersedia tempat parkir, tampak pada
Gambar 5.3.
Gambar 4.1
Parkir Di Lokasi DTWK Batur
Dari gambar tampak areal parkir yang cukup luas dan memiliki daya tampung
yang cukup memadai untuk kendaraan baik roda dua maupun roda empat.
Namun demikian areal parkir ini perlu ditata dengan lebih baik untuk
keteraturan serta antisipasi pengunjung yang padat.
Sebagai sebuah daya tarik wisata yang sudah dikenal oleh wisatawan baik
domestik maupun manca negara, Setiap tempat yang dikunjungi oleh
wisatawan telah menyediakan fasilitas kamar mandi dan toilet. Fasilitas ini
tersebar di tiap lokasi beberapa terletak bersebelahan dengan areal parkir.
Selain toilet umum, masyarakat setempat juga banyak menyewakan toilet
dengan tarif tertentu per sekali pemakaian. Sebagai salah satu fasilitas yang
disediakan untuk kepentingan wisatawan, toilet umum perlu diupayakan
penigkatannya secara kuantitas maupun kualitas kebersihan toilet tersebut,
sehingga wisatawan yang akan memanfaatkan fasilitas ini merasa nyaman.
Tourist Information Center merupakan salah satu sarana promosi wisata dan
juga pusat informasi penunjang wisata. Berkaitan dengan hal tersebut,
Tourist Information Center sudah terdapat dibeberapa objek wisata Desa
Batur. Tentu jumlahnya perlu ditingkatkan dan memperhatikan lokasi
strategis penempatannya.
i. Tempat Sampah
Sampah merupakan salah satu masalah yang akan timbul dari sebuah
aktivitas, dalam hal ini aktivitas wisata. Sampah yang ditimbulkan dari
aktivitas wisata belum terlalu memprihatinkan, jadi untuk masalah sampah
masih bisa di tanggulangi dengan cara menyediakan tempat sampah di
setiap tempat yang akan dikunjungi oleh wisatawan agar para wisatawan
membuang sampah pada tempatnya dan tidak merusak keindahan lokasi
wisata.
Salah satu faktor penentu dalam mengembangkan dan menjaga agar sebuah
daya tarik wisata dapat berkelanjutan yaitu adanya atraksi wisata. Atraksi
wisata merupakan keseluruhan elemen baik yang merupakan ciptaan Tuhan
maupun buatan manusia. Sebagai daerah tujuan wisata, Desa Batur memiliki
nilai jual yang tinggi karena terdapat berbagai macam daya tarik baik berupa
Wisata Alam dan Wisata Budaya.
Pura Ulun Danu Batur merupaka Pura Terbesar Kedua Di Bali. Pura Ulun Danu
terletak pada ketinggian 900 m di atas permukaan laut tepatnya di Desa
Kalanganyar (Sekarang Batur) Kecamatan Kintamani di sebelah Timur jalan
raya Denpasar-Singaraja. Pura ini menghadap ke barat yang dilatarbelakangi
Gunung Batur dengan lava hitamnya serta Danau Batur yang membentang
jauh di kaki Gunung Batur, melengkapi keindahan alam di sekeliling pura.
Sebelum letaknya yang sekarang ini, Pura Batur terletak di lereng Barat Daya
Gunung Batur. Karena letusan dasyat pada tahun 1917 yang telah
menghancurkan semuanya, termasuk pura ini kecuali sebuah pelinggih yang
tertinggi. Akhirnya berkat inisiatif kepala desa bersama pemuka desa, mereka
membawa pelinggih yang masih utuh dan membangun kembali Pura Batur ke
tempat yang lebih tinggi yakni pada lokasi saat ini. Upacara di pura ini
dirayakan setiap tahun yang dinamakan Ngusaba Kedasa.
Wisata Trecking Gunung Batur, wisata ini berlokasi pada wilayah DTW Batur
dengan jarak kurang lebih 4 Km dari DTW Penelokan. Waktu tempuh menuju
lokasi kurang lebih 15-20 menit dari Penelokan. Moda transportasi yang
tersedia berupa angkutan pedesaan. Tetapi ketika wisatawan berkunjung,
niasanya memakai kendaraan sendiri (transportasi travel). Lama Trecking
kurang 3-4 jam. Wisatawan start/berangkat pukul 03.00 atau 04.00 kemudian
dua jam kemudian sudah mencapai puncak Gunung Batur. Pada posisi ini,
wisatawan dapat menyaksikan sunrise (matahari terbit) dan keindahan
pemandangan sekitarnya berupa panoram Danu Batur, Gunung Abang, Desa
Truyan. Bahkan apabila tidak dihalangi kabut tebal, wisatawan dapat melihat
Gunung Rinjani dan Gunung Batur di Pulau Lombok.
Atraksi ini telah dikembangkan sajak lama yaitu mulai tahun 1990an. Adapun
pantangan dalam pendakian, selain tak boleh kotor (leteh), paling penting
diperhatikan apabila Gunung Batur sedang berstatus waspada. Jika, status
waspada muncul, pemandu sudah jelas tidak berani mengajak tamu untuk
naik ke puncak. Untuk itu, sebelum naik ke gunung, para pemandu
berkoordinasi dengan pihak vulkanologi Gunung Batur, sehingga mengetahui
keadaan gunung sebelum berangkat.
Ada beragam atraksi wisata yang bisa dikembangkan di DTW Batur, namun
atraksi wisata yang populer sebagai primadona adalah keindahan alam
Gunung Batur dan Danau Batur. Masyarakat setempat telah mengemasnya
menjadi berbagai macam atraksi lain. Keindahan panorama ini dimanfaatkan
pengunjung untuk mengabadikan moment serta pengalaman mereka
mengunjungi Objek Wisata Batu. Untuk menikmati keindahan panorama
Danau Batur dan Gunung Batur terdapat beberapa spot (titik) yang tersebar
di Seluruh DTW Batur dan beberapa desa sekitar. Tempat terbaik untuk
menikmati keindahan panorama Danau Batur dan Gunung Batur adalah di
DTW Penelokan.
e. Danau Batur
Di dalam kaldera Batur terdapat danau yang berbentuk bulan sabit yang
menempati bagian tenggara yang panjangnya sekitar 7,5 km, lebar
maksimum 2,5 km, kelilingnya sekitar 22 km dan luasnya sekitar 16 km2
yang yang dinamakan Danau Batur. Danau yang menjadi sumber mata
pencaharian serta sumber air bagi masyarakat setempat ini memiliki
keindahan panorama alam yang memukau. Danau Batur dikelilingi oleh bukit
bukit dan gunung batur yang menjadi daya tarik tersendiri. Danau yang
memiliki tiga dermaga ini menjadi salah satu pilihan transportasi masyarakat
setempat dan para wisatawan yang menikmati keindahan dan juga
menyebrang ke Desa Tradisional Trunyan.
Gambar 4.3
Kondisi Peningkatan Permukaan Danau
Di luar itu, Potensi wisata yang telah berkembang di Danau ini dirasa masih
bisa ditingkatkan lagi karena memungkinkan untuk dikembangkan berbagai
macam rekreasi danau seperti : jukung/canos, memancing, dan lain-lain.
Suhu air di pemandian ini sekitar 38-39 derajat celcius. Selain untuk
mengobati penyakit, pemandian ini juga bisa untuk menyegarkan tubuh dan
pikiran serta mencegah stress.
Pengelolaan dati Batur Hot Spring ini sendiri dilakukan oleh tiga desa yaitu :
Desa Batur Utara, Desa Batur Selatan, dan Desa Batur Tengah.
g. Kuliner Khas
Selain berbagai tawaran atraksi, batur juga terkenal dengan kuliner nya yang
khas. Adalah gurame yang menjadi primadona kuliner di batur. Ikan mujair
sendiri merupakan ikan yang memang dihasilkan dari para peternak ikan di
danau batur. Dengan racikan bumbu khas Batur makanan ini telah terkenal
menjadi makanan khas batur bahkan kabupaten bangli. Akan terasa lengkap
karena saat menikmati olahan mujair juga langsung bisa menikmati secara
langsung panorama Danau dan Gunung Batur.
Disamping itu, berbagai lomba pun akan digelar, seperti fashion show anjing,
lomba perahu, lomba dekorasi penjor, gebogan, beleganjur, fun bike,
trekking, dan kompetisi mengukir buah. Festival ini setiap tahunnya diadakan
rutin di bulan oktober.
Gambar
Kantor Pramuwisata Pendakian Gunung Batur (PPPGB)
Untuk Pura Ulun Danu Batur sebagai salah satu atraksi wisata spiritual,
Aktifitas ritual keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat setiap setahun
sekali memprioritaskan pemanfaatan tenaga kerja lokal sesuai dengan
keahlian. Pengelolaan objek wisata Pura Ulun Danu Batur selama ini
diserahkan kepada masyarakat setempat melalui pengemong Pura Ulun Danu
Batur. Jadi tenaga kerja lokal sudah dimaanfaatkan secara intensif walaupun
belum maksimal dalam pengelolaan wisata di kawasan ini. Kedepannya
pengelolaan objek wisata eko-spiritual Pura Ulun Danu Batur juga akan
menuju ke arah pengelolaan yang berbasis partisipasi masyarakat. Prinsip
peka dan menghormati nilai-nilai sosial budaya dan tradisi keagamaan
masyarakat setempat dan pembangunan dan operasional disesuaikan
dengan tata krama, norma setempat dan kearifan lokal. Dari hasil observasi
dan wawancara dengan beberapa penduduk setempat, pembangunan objek
wisata Pura Ulun Danu Batur dengan wisata spiritualnya tidak bertentangan
dengan tradisi keagamaan masyarakat setempat. Pengembangan
kepariwisataan selama ini menyesuaikan dengan kebiasaan dan tradisi
masyarakat yang ada di sekitar Pura Ulun Danu Batur.
a. Kondisi Jalan
Melihat dari dekat fisik ketersediaan infrastruktur jalan sudah ada dengan
kondisi jalan sudah di hot mixed sehingga kelancaran arus lalu lintas
kendaraan berbagai type relatif lancar. Secara spesifik lokasi dimaksud bisa
atau mampu diakses dari arah selatan atau dari Gianyar/Denpasar dan dari
arah utara atau dari daerah Kintamani, sehingga jika dimungkinkan dapat
membuka akses perkembangan usaha masyarakat pendukung pariwisata.
Kondisi jalan saat ini dengan lebar enam belas meter sebagaimana nampak
dalam Gambar 5.1. dengan sisi kiri kanan jalan tampak masih asri dengan
suasana pedesaan serta bebas dari kemacetan, memungkinkan kawasan
Desa Pengotan dan Bayung Gede diakses dengan sangat mudah bahkan
dengan menggunakan kendaraan tipe besar sekalipun.
b. Sarana Transportasi
Sarana transportasi menuju Pengotan dan Bayung Gede yaitu angkot, selain
itu juga bisa diakses dengan kendaraan besar seperti Bus karena kondisi
jalan yang baik dan lebar. Secara umum akses menuju DTW ini bisa diakses
dengan berbagai type sarana transportasi.
c. Papan penunjuk
a. Air Bersih
Kesulitan air bersih ini menjadi masalah tersendiri terutama untuk memenuhi
kebutuhan pariwisata. Meski saat ini pariwisata kedua desa ini belum
berkembang namun kedepan perlu adanya sediaan air brsih untuk memenuhi
kebutuhan pariwisata.
Sumber daya listrik yang tersedia di daerah Desa Pengotan dan Bayung Gede
dan sehari-hari dimanfaatkan oleh penduduk setempat berasal dari
Perusahaan Listrik Negara (PLN). Sejauh ini sumber daya listrik tersebut
sudah didistribusikan dengan baik dan telah dimanfaatkan oleh masyarakat
disamping untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sendiri, juga telah
dimanfaatkan untuk memenuhi keperluan wisatawan khususnya bagi
wisatawan yang menginap di homestay penduduk setempat, ataupun di vila
yang ada di sekitar Desa Pengotan dan Bayung Gede seperti Camp Bali Woso
yang terletak di Desa Pengotan. Sampai saat ini kebutuhan akan sumber
daya listrik tidak mendapat kendala dari segi pasokan maupun kualitas
layanan.
c. Sistem Telekomunikasi
d. Sarana akomodasi
e. Tempat Parkir
Sebagai sebuah daya tarik wisata yang sudah dikenal oleh wisatawan baik
domestik maupun manca negara, Setiap tempat yang dikunjungi oleh
wisatawan telah menyediakan fasilitas kamar mandi dan toilet. Fasilitas ini
terletak di dekat areal parkir. Kondisi kamar mandi dan toilet tersebut belum
mencerminkan fasilitas untuk wisatawan yang mana kondisinya agak kotor
dan terkesan kurang terawatt, bahkan karena kesulitas air terkadang toilet
dan wc umum ini tidak bisa terpakai.
Gambar
Kondisi Toliet Umum di Desa Pengotan dan Bayung Gede
Warung makan dan minum sudah tersedia di Desa Pengotan dan Bayung
Gede dan sekitarnya dan bahkan di sekitar Jalan Nusantara (arah Bangli
Kintamani) sudah tersedia mini market yang menyediakan berbagai macam
kebutuhan yang diperlukan oleh wisatawan yang berkunjung, seperti pada
Gambar 5.4.
Tourist Information Center merupakan salah satu sarana promosi wisata dan
juga pusat informasi penunjang wisata. Berkaitan dengan hal tersebut, Tourist
Information Center belum ditemukan di daerah sekitar tempat wisata, hal ini
kiranya juga merupakan salah satu tugas dan tanggung besar dari
stakeholder yang ada dalam menunjang promosi wisata daerah setempat.
i. Tempat Sampah
Sampah merupakan salah satu masalah yang akan timbul dari sebuah
aktivitas, dalam hal ini aktivitas wisata. Sampah yang ditimbulkan dari
aktivitas wisata belum ada di Desa Pengotan dan Desa Bayung Gede, Selain
itu Masyarakat setempat selalu melakukan gotong royong setiap minggunnya
untuk melakukan pembersihan lingkungan setempat. Jadi kedepannya untuk
masalah sampah masih bisa di tanggulangi dengan cara menyediakan
tempat sampah di setiap tempat yang akan dikunjungi oleh wisatawan.
4.4.2.1.3 Atraksi (attraction)
Salah satu faktor penentu dalam mengembangkan dan menjaga agar sebuah
daya tarik wisata dapat berkelanjutan yaitu adanya atraksi wisata. Atraksi
wisata merupakan keseluruhan elemen baik yang merupakan ciptaan Tuhan
maupun buatan manusia. Sebagai daerah tujuan wisata pedesaan, Desa
Pengotan dan Desa Bayung Gede memiliki nilai jual yang tinggi karena
terdapat berbagai macam daya tarik baik wisata alam dan wisata budaya
nya.
Sebagai Desa yang berlabel Desa Bali Aga, kedua desa ini memiliki
kekayaan budaya yang bisa dibilang langka, dimana keduanya
mempunyai arsitektur dan pola ruang tradisional Bali Kuno yang di
zaman sekarang sangat sulit menemukannya.
Salah satu tradisi lokal yang keberadaannya masih tetap menonjol dan
berpotensi sebagai daya tarik wisata adalah pola permukiman
penduduk yang bersifat terpusat atau mengelompok. Berbeda dengan
Bali dataran yang pada umumnya bersifat menyebar, permukiman
penduduk di Desa Bayung Gede dibangun secara mengelompok dan
terpusat pada suatu kawasan tersendiri yang terpisah dengan sawah,
ladang mereka. Pola permukiman seperti tersebut dilandasi konsep
Nabuan yang merupakan bentuk personifikasi dari sarang tawon
(tabuan = tawon). Menurut pandangan masyarakat setempat, konsep
nabuan mengandung makna kebersamaan dalam suatu ikatan
persatuan dan kesatuan yang bulat antarsesama warga
masyarakatnya.
Pola tata ruang perkampungan dilandasi oleh konsep Tri Mandala atau
Tri Angga yang membagi keseluruhan wilayah perkampungan menjadi
tiga bagian sesuai dengan struktur anatomi tubuh manusia, yakni (1)
kawasan Utama Mandala (bagian kepala) digunakan untuk kawasan
Parahyangan khususnya Pura Bale Agung yang berfungsi sebagai
tempat Kahyangan Tiga Desa, (2) kawasan Madya Mandala (bagian
badan) digunakan sebagai tempat permukiman penduduk, dan
kawasan Nista Mandala (bagian kaki) digunakan sebagai setra atau
kuburan.
Pengotan
Terdapat sebuah komplek rumah asli masyarakat Bali Aga yang berjejer
di kiri dan kanan jalan. Rumah-rumah ini merupakan rumah tua dengan
arsitektur khas Bali Aga serta berumur tua. Aroma Bali Aga sangat
terasa di sini dengan pemandangan yang asri. Di tingkat pekarangan
polanya terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian utara (luhur) terdapat
sanggah, di tingkat tengah (madya) terdapat Meten, kemudian di
bagian selatan terdapat Bale. Kawasan ini merupakan rumah leluhur
masyarakat Pengotan. Setiap keluarga memiliki sepasang rumah
leluhur, yakni Meten dan Bale. Rumah Meten berarti dapur, sementara
Bale berarti sajian. Kedua rumah ini difungsikan saat menggelar acara
keagamaan dan adat
Keunikan arsitektur serta pola ruang kedua desa ini akan menjadi
kombinasi yang sangat menjual jika dikelola dengan baik.
Pengelolaan serta kerjasama dari berbagai stakeholder akan
menjadikan desa tradisional ini sebuah paket wisata yang menarik.
Di kedua desa ini telah terjadi perubahan dari segi material dan gaya
beberapa unit rumah sehingga meninggalkan kesan tradisional didalamnya.
Meskipun demikian, secara tatanan pola ruang desa tetap terjaga.
Selain pola permukiman yang unik, daya tarik lainnya yang juga tidak
kalah menarik pada masyarakat Bayung Gede adalah tradisi
menggantung ari-ari. Berbeda dengan masyarakat Bali dataran pada
umumnya, masyarakat Desa Bayung Gede tidak mengenal tradisi
penguburan ari-ari. Di Desa ini ari-ari ditaruh dalam tempurung kelapa
dan digantungan pada pohon-pohon kayu buka yang banyak
tumbuh di sekitar kawasan yang disebut setra ari-ari yang terletak di
bagian teben atau hilir perkampungan.
d. Jalur Sepeda
Ada cara lain menikmati keindahan Desa tradisional ini adalah dengan
bersepeda mengelilingi desa dan juga perekebunan masyarakat. Rute
yang ditawarkan terintegrasi dengan desa-desa sekitar yang mampu
terjangkau dengan menggunakan sepeda. Menikmati kombinasi alam
yang masih sangat asri dengan hawa yang sejuk dan melewati
komplek desa tradisional akan menjadi pengalaman yang sangat
menyenangkan.
Lembaga jasa pengelola parkir belum tersedia di desa ini karena terkait
dengan status dati kedua desa ini masih sebagai potensi yang akan
dikembangkan. Pihak Pemerintah Daerah melalui desa terkait belum berani
memungut dan memasang tarif retribusi, karena dirasa kondisi Kedua Desa
ini belum siap untuk dipasarkan.
Deskripsi mengenai berbagai potensi wisata yang telah diuraikan dalam bab
sebelumnya. Pada bab ini, akan memaparkan keterlibatan masyarakat lokal dalam
perencanaan dan pengelolaan di setiap tempat tujuan wisata yang terdapat di Desa
Pengotan dan Desa Bayung Gede
Dalam setiap upaya pengembangan kawasan wisata dan daya tarik wisata,
keterlibatan masyarakat khususnya masyarakat lokal mutlak diperlukan.
Keterlibatan masyarakat bertujuan untuk membantu memberdayakan sumber daya
masyarakat dengan memberikan peluang pekerjaan atau membuka lapangan kerja
bagi masyarakat lokal, menghindari munculnya konflik kepentingan antara
masyarakat lokal dengan pihak pengembang daya tarik wisata, kesenjangan sosial,
dan exploitasi sumber daya alam dan budaya-budaya masyarakat lokal secara
berlebihan. Hal ini merupakan upaya baik yang dilakukan agar kehidupan
masyarakat lokal dapat meningkatkan kesejahteraannya. Tingkat keterlibatan
masyarakat lokal dalam suatu daya tarik wisata yaitu dengan adanya daya tarik
wisata lain yang relatif berbeda yang disebabkan karena bervariasinya kompetensi
sumber daya manusia (SDM) masyarakat lokal dalam suatu pengembangan daya
tarik wisata. Pemberdayaan masyarakat lokal merupakan upaya strategi untuk
melatih kemandirian masyarakat lokal ikut terlibat dalam industri pariwisata. Usaha
ini dapat dimulai dari usaha kecil - kecil atau dari level manajemen yang paling
bawah. Pada akhirnya untuk di masa yang akan datang baik kuantitas dan kualitas
sumber daya masyarakat lokal mampu bersaing dengan tenaga kerja dari luar
daerah dan tenaga kerja asing.
Meskipun pariwisata di kedua desa ini tergolong Aktifitas Pasif karena masyarakat
memang tidak secara khusus melakukan kegiatan pariwisata. Namun keterlibatan
masyarakat juga merupakan hal penting bagi keberlanjutan keempat aspek yang
telah dijabarkan di atas. Masyarakat merupakan pelaku pariwisata, dimana dalam
hal ini mereka tetap melestarikan rumah adat mereka dan berbagai kegiatan
keagamaan sebagai sebuah tradisi yang memiliki keunikan tersendiri. Hal ini tentu
belum cukup untuk menjadikan pariwisata di kedua desa ini berkembang, juga
harus diimbangi dengan peningkatan infrastruktur penunjang pariwisata dan juga
kesiapan masyarakat menerima pariwisata itu sendiri. Sehingga kedepan
masyarakat setempat lah yang berperan aktif dalam setiap kegiatan pariwisata dan
menjadikan pariwisata di kedua desa ini sebagai Aktifitas Aktif.
SWOT
DTWK BATUR
SWOT
DAYA TARIK WISATA
DESA BAYUNG GEDE DAN PENGOTAN
KEKUATAN KELEMAHAN
INTERNAL (STREGHTS) (WEAKNESSES)
1. Bentuk Bangunan dan Pola ruang 1. Jalan lingkungan kondisinya kurang
masih Tradisional baik
2. Akses yang cukup jauh dari pusat
2. Keramahan Penduduk kota
3. Kebersihan lingkungan yang kurang
3. Tradisi adat dan Istiadat yang Unik terjaga
dan tetap lestari 4. Tidak ada peraturan (awig awig) yang
mengatur kesamaan bentuk
4. Kesenian tradisoinal yang khas
bangunan baik dari segi material
maupun pola ruang pekarangan
EKSTERNAL 5. Kondisi alam masih sangat asri
5. Penduduk lebih banyak yang keluar
dari desa sehingga kondisi rumah
banyak yang tidak terawat
6. Fasilitas penunjang pariwisata masih
kurang
7. Belum ada kelembagaan pariwisata
8. Kesulitan air bersih
9. Kualitas Sumber Daya Manusia
kurang