Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN ANTARA

Penyusunan Pengembangan Masterplan Kawasan Batik Trusmi

BAB 2

TINJAUAN KEBIJAKAN

2.1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan


Kepariwisataan merupakan keseluruhan kegiatan terkait dengan pariwisata dan
memiliki sifat yang multidimensi dan multidisiplin yang muncul sebagai salah satu
wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan
masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah pusat atau daerah serta
pengusaha. Dalam kepariwisataan dikenal dengan destinasi pariwisata yang
merupakan kawasan geografis berada dalam satu atau lebih wilayah administratif
yang didalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas pariwisata, fasilitas umum,
aksesbilitas serta masyarakat yang terkait dan melengkapi terwujudnya
kepariwisataan.

Pada istilah pariwisata dikenal pula dengan istilah kawasan strategis pariwisata
dimana merupakan kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki
potensi untuk pegembangan pariwisata yang memiliki pengaruh penting dala satu
atau lebih aspek seperti sosial budaya, ekonomi, daya dukung lingkungan hidup,
pemberdayaan sumber daya alam serta pertahanan dan keamanan.

Pembangunan kepariwisataan dilakukan berdasarkan renana induk pembangunan


kepariwisataan nasional, renana induk kepariwisataan provinsi dan rencana induk
keparisiataan kabupaten/kota. Selain itu, pembangunan kepariwisataan sebagaimana
dimaksud merupakan bagian integral dari rencana pebangunan jangka panjang
nasional serta kawasan strategis pariwisata juga merupakan bagian integral dari
rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata ruang wilayah provinsi dan rencana
tata ruang wilayah kabupaten/kota.
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Pengembangan Masterplan Kawasan Batik Trusmi

2.2. Arahan Kebijakan Rencana Induk Pariwisata Provinsi Jawa Barat


Tahun 2015-2025
Rencana Induk Pariwisata Provinsi (Ripparprov) Jawa Barat Tahun 2015-2025
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembangunan kepariwisataan Daerah
Provinsi yang terencana, terpadu dan berkesinambungan. Visi pembangunan
kepariwisataan Daerah Provinsi diantaranya sebagai berikut:
“Menjadikan Jawa Barat Sebagai Destinasi Pariwisata Berkelas Dunia yang
Terintegrasi, Berkelanjutan, dan Menjunjung Tinggi Nilai Budaya”
Berdasarkan visi tersebut, mengandung empat (4) kunci penting diantaranya:
1. Destinasi pariwisata berkelas dunia, artinya destinasi yang mempunyai
keunggulan komparatif dan kompetitif dibandingkan dengan destinasi
pariwisata yang ada diberbagai belahan dunia yang lain. Selain itu destinasi
yang dikunjungi tidak hanya oleh wisatawan nusantara akan tetapi juga
dikunjungi oleh wisatawan mancanegara.
2. Terintegrasi, artinya seluruh upaya pembangunan kepariwisataan di Provinsi
Jawa Barat dilakukan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan,
sektor-sektor terkait, baik yang terhubung secara vertikal maupun horizontal
dengan sektor pariwisata.
3. Berkelanjutan adalah pembangunan kepariwisataan yang dilakukan Provinsi
Jawa Barat selain memperhatikan aspek ekonomi juga memperhatikan aspek
lingkungan, sosial budaya, dan tentunya partisipasi masyarakat untuk mencapai
kesejahteraan bersama.
4. Menjunjung tinggi nilai budaya, Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi yang
memiliki masyarakat yang religius,dan memegang teguh nilai-nilai budaya
leluhur. Oleh karena itu, pembangunan kepariwisataan diharapkan tidak
mengikis apalagi menghilangkan nilai-nilai budaya masyarakat Jawa Barat akan
tetapi justeru dapat memperkuat dan melestarikannya.

Tujuan Pembangunan Kepariwisataan Daerah Provinsi adalah sebagai berikut:


1. Mewujudkan pengembangan potensi pariwisata alam dan budaya;
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Pengembangan Masterplan Kawasan Batik Trusmi

2. Mewujudkan pembangunan dan pengembangan pariwisatabuatan danindustri


kreatif khas Jawa Barat dalam membentuk identitas kepariwisataan Daerah
Provinsi;
3. Mewujudkan potensi pariwisata Daerah Provinsi sebagai destinasi pariwisata
berkelas dunia yang berkelanjutan;
4. Mewujudkan industri pariwisata Daerah Provinsi yang berwawasan lingkungan
dan budaya Jawa Barat;
5. Mewujudkan kemitraan antara industri pariwisata mikro,kecil, menengah, dan
besar di Daerah Provinsi dalam pengembangan produksi dan distribusi berbasis
lokal,serta memperkuat jejaring industri di tingkat nasional dan internasional.
6. Mewujudkan sistem pemasaran pariwisata secara terpadu di Daerah Provinsi
untuk meningkatkan kunjungan wisatawan;
7. Optimalisasi peran Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota, dan pemangku kepentingan terkait kepariwisataan, serta
masyarakat dalam pengelolaan pariwisata secara terpadu dan berkelanjutan;
8. Mewujudkan pembangunan prasarana umum, fasilitas umum, dan aksesibilitas
yang berkualitas, ramahlingkungan, dan terpadu secara regional, nasional, dan
internasional untuk mendukung pembangunan kepariwisataan yang
berkelanjutan dan berdaya saing global;

9. Mendorong pemberian insentif dan disinsentif kepada pemangku kepentingan


yang mendukung pembangunan kepariwisataan Daerah Provinsi.

Berdasarkan Rencana Induk Pariwisata Provinsi (Ripparprov) Jawa Barat Tahun


2015-2025, Kawasan Batik Trusmi termasuk kedalam salah satu rencana
pembangunan kawasan pariwisata sejarah dan keraton dalam daya tarik wisata
sekunder.

2.3. Arahan Kebijakan RPJPD Kabupaten Cirebon Tahun 2005-2025


Arahan pengembangan pariwisata yang tertuang dalam RPJPD Kabupaten Cirebon
Tahun 2005-2025 terdapat pada misi ke-3 (tiga) yang berbunyi “Terwujudnya
perekonomian yang kuat dengan mengembangkan potensi usaha melalui pembinaan,
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Pengembangan Masterplan Kawasan Batik Trusmi

pendidikan, pelatihan dan pemberian bantuan bagi usaha mikro, kecil dan
menengah”. Misi tersebut artinya adalah mengembangkan dan memperkuat
perekonomian regional yang berdaya saing global dan berorientasi pada keunggulan
komperatif, kompetitif dan kooperatif dengan berbasis pada segenap potensi yang ada
di daerah, untuk mewujudkan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, pertumbuhan
yang tinggi, dan pemerataan yang berkeadilan. Perkembangan ekonomi regional
didukung oleh penyediaan infrastruktur yang memadai, tenaga kerja yang berkualitas
dan produktif, serta regulasi yang mendukung penciptaan iklim investasi yang
kondusif. Arahan kebijakan untuk mewujudkan misi tersebut dalam kaitannya dengan
pengembangan pariwisata di Kabupaten Cirebon diantaranya dengan melakukan
pengembangan potensi objek pariwisata yang terdapat di Kabupaten Cirebon dengan
langkah-langkah seperti berikut:
1. Peningkatan keungulan daya tarik wisata di Kabupaten Cirebon melalui
pengembangan produk wisata yang unik, tradisional dan mencerminkan jati diri
masyarakat Kabupaten Cirebon.
2. Peningkatan industri pariwisata melalui pengelolaan pariwisata yang lebih
profesional.

2.4. Arahan Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat
Tahun 2009-2029
Berdasarkan dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun
2009-2029, Kabupaten Cirebon termasuk kedalam Kawasan Pusat Kegiatan Nasional
(PKN) yang tergabung dalam wilayah pengembangan Ciayumajakuning yang
meliputi Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten
Majalengka, Kabupaten Kuningan, dan sebagian wilayah di Kabupaten Sumedang.
Dalam wilayah pengembangan Ciayumajakuning, Kabupaten Cirebon diarahkan
sebagai bagian dari PKN dengan sarana dan prasarana yang terintegrasi dan
mengarahkan kegiatan utama pada sektor industri, bisnis kelautan dan pertanian serta
kegiatan pertambangan mineral. Dilihat dari sisi pola ruangnya, pengembangan
pariwisata di Jawa Barat diarahkan kepada tiga jalur wisata unggulan, yaitu kawasan
wisata jalur utara, tengah dan selatan dimana kawasan peruntukan pariwisata di
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Pengembangan Masterplan Kawasan Batik Trusmi

Kabupaten Cirebon memiliki daya tarik wisata alam berupa kawasan wisata agro
pada jalur utara, daya tarik wisata budaya berupa Makam Sunan Gunun Jati serta
daya tarik wisata alam kawasan mangrove dan kawasan kars.

2.4.1. Arahan Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Cirebon


Tahun 2018-2038
Berdasarkan dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Cirebon Tahun
2018-2038, penataan ruang wilayah Kabupaten Cirebon memiliki tujuan untuk
mewujudkan ruang wilayah kabupaten yang aman, nyaman, produktif,
berkelanjutan, harmonis, dan terpadu sebagai sentra pertanian, industri,
pariwisata yang mendukung PKN Cirebon. Terdapat berbagai kebijakan dan strategi
dalam mewujudkan ruang wilayah Kabupaten Cirebon khususnya dalam sentra
pariwisata yang meliputi:

Tabel 2. 1 Kebijakan dan Strategi dalam RTRW Kabupaten Cirebon Tahun


2018-2038
Kebijakan Strategi
1. Merehabilitasi kawasan peruntukan
pariwisata yang telah menurun akibat
Pengembangan kawasan peruntukan pengembangan kegiatan budidaya;
pariwisata 2. Mengembangkan wisata religi dan
wisata bahari dan
3. Mengembangkan prasarana dan sarana
pendukung kegiatan pariwisata.
1. Mengembangkan pusat jasa dan promosi
pariwisata di kawasan perkotaan; dan
Pengembangan kawasan perkotaan sebagai 2. Memantapkan akses prasarana dan
pusat pariwisata sarana untuk meningkatkan keterkaitan
antara kawasan perkotaan dan kawasan-
kawasan pariwisata.
Meningkatkan keterkaitan dengan PKN di
Pengembangan keterpaduan antar pusat Provinsi Jawa Barat sebagai pusat
pariwisata pariwisata dalam kesatuan tujuan pariwisata
Sumber: RTRW Kabupaten Cirebon Tahun 20180238

Dalam rencama pola ruangnya, kawasan peruntukan pariwisata terdiri atas 4 kawasan
diantaranya:
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Pengembangan Masterplan Kawasan Batik Trusmi

1. Kawasan peruntukan pariwisata alam diantaranya kura-kura belawa


(Kecamatan Lemahabang), setu patok (Kecamatan Mundu), banyu panas
(Kecamatan Gempol), hutan kera (Kecamatan Sumber), setu sedong
(Kecamatan Sedong), kawasan gronggong (Kecamatan Beber), kawasan gebang
(Kecamatan Gebang), kawasan cikahalang (Kecamatan Dukupuntang) dan
kawasan hutan manggrove (Sepanjang Garis Pantai).
2. Kawasan peruntukan pariwisata budaya, kawasan peruntukan pariwisata budaya
diantaranya makam Sunan Gunung Jadi (Kecamatan Gunungjati), makam Nyi
Mas Magelung Sakti (Kecamatan Paletakan), makam Nyi Mas Gundasaari
(Kecamatan Pangurangan), makam kramat talun (Kecamatan Talun), makam ki
buyut trusmi (Kecamatan Plered), upacara adat nadran (Wilayah Pesisir Laut),
wisata budaya Desa Serang (Kecamatan Klangenan), wisata petilasan Nyi Mas
Gandasari (Kecamatan Depok), Wisata petilasan Sunan Bonang (Kecamatan
Gempol) dan wisata petilasan Syeh Qobul (Kecamatann Plumbon), wisata
petilasan patiwaringin (Kecamatan Suranenggala). Wisata petilasan Pangeran
Jagasara (Kecamatan Beber), wisata petilasan Ki Layaman (Kecamatan Tengah
Tani) serta wisata petilasan Syeh Ahmad (Kecamatan Kedawung).
3. Kawasan peruntukan pariwisata buatan meliputi Kawasan Batik Cirebon
meliputi kawasan batik cirebon (Kecamatan Plered, Weru dan Ciwaringin),
kawasa wisata Ciperna (Kecamatan Talun), dan kawasan kerajinan rotak
(Kecamatan Plered, Plumbon, Sumber, Depok dan (Kecamatan Palimanan)
4. Kawasan Kerajinan kerang (Kecamatan Talun).
5. Kawasan wiata kuliner tersebar di wilayah kabupaten;

6. Kawasan waterboom, agriwisata, dan agroplitam di wilayah kabupaten.

Berdasarkan rencana pola ruang tersebut, kawasan sentra batik Cirebon termasuk
kedalam kawasan peruntukan pariwisata buatan yang meliputi Kecamatan Plered,
Kecamatan Weru dan Kecamatan Ciwaringin. Sedangkan, dilihat dari rencana
penetapan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) di Kabupaten Cirebon terdiri dari
kawasan strategis untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi, kawasan strategis sosial
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Pengembangan Masterplan Kawasan Batik Trusmi

dan budaya, kawasan strategis sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan
hidup serta kawasan strategis pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi tinggi,
dimana berdasarkan penetapan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) tersebut
kawasan sentra batik Cirebon termasuk kedalam salah satu KSK dari sudut
kepentingan pertumbuhan ekonomi yang meliputi Kecamatan Plered dan Kecamatan
Weru.

Berikut merupakan upaya perwujudan kawasan peruntukan pariwisata meliputi:


1. Penataan dan pengendalian pembanguunan kawasan obyek wisata
2. Tata batas objek-objek wisata
3. Pengembangan satuan kawasan wisata
4. Pengembangan objek wisata utama
5. Pengkaitan kalender wisata kabupaten
6. Pengadaan kegiatan festival gelar budaya serta

7. Peningkatan akomodasi dan infrastruktur


LAPORAN ANTARA
Penyusunan Pengembangan Masterplan Kawasan Batik Trusmi

Anda mungkin juga menyukai