Anda di halaman 1dari 36

5.1.

Profil Wilayah Kawasan Wisata Holtekamp – Tanjung Kasuari


Kawasan wisata Holtekamp-tanjung kasuari terdiri dari 7 areal kawasan
yang telah di bagi menurut kondisi perwilayahannya sesuai dengan karakteristik
pemanfaatan ruang berdasarkan potensi laut, pantai dan hutan yang terdapat di
Holtekamp. Secara rinci kawasan wisata Holtekamp – tanjung kasuari,
mempunyai 7 areal kawasan, antara lain :
1. Kawasan Perairan Pesisir
2. Kawasan Pantai Depan
3. Kawasan Pantai Belakang
4. Kawasan Hutan Pantai
5. Kawasan Hutan Manggrove
6. Kawasan Perairan Teluk Youtefa
7. Kawasan Desa Wisata
Secara keseluruhan, kawasan ini berbentuk lengkung (hol) yang masing-
masing kaawasan mempunyai karakteristik potensi alam yang berbeda antara satu
dengan yang lainnya. Ke-tujuh kawasan ini akan di bahas satu persatu untuk dapat
di analisa secara lebih baik mulai dari luas areal kawasan, topografi kawasan,
kondisi alam, dan areal perwilayahan.
5.1.1. Potensi Kawasan Perairan Pesisir
Yang dimaksud dengan kawasan perairan pesisir adalah : Mintakat (air
pasang) yang meliputi pantai dan perluasannya ke arah darat sampai batas
pengaruh laut tidak ada. Mintakat pesisir ini, mengalami proses pengangkatan
yang semula berada dibawah laut sebagai bekas paparan benua.

Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp 63


Pada bulan-bulan Januari – Agustus, gelombang air laut di Pantai
Holtekamp cukup teduh, namun bulan September – Desember, gelombang /
ombak air laut di pantai Holtekamp cukup besar. Besarnya ombak mencapai 2-3
Meter. Jarak pecahnya ombak mencapai sekitar 50 Meter. Sedangkan kecepatan
arus dibagi menjadi dua bagian, yaitu arus permukaan dan arus bawah permukaan,
arus permukaan mempunyai kecepatan rata-rata 1 menit 20 meter. Dalam 1 jam
mencapai 0,0003 Km / jam atau 20 meter / menit. Artinya arus gelombang di
Pantai Holtekamp dapat dikategorikan sebagai arus lambat.
Sedangkan arus bawah permukaan mencapai kecepatan rata-rata 0,002 Km
/ jam (agak cepat). Arah arus dipantai Holtekamp berasal dari barat (Tanjung
Kasuari) – menuju timur (Pantai Holtekamp). Asumsi tersebut di dukung oleh
bukti rill, bahwa cukup banyak sampah-sampah yang berserakkan di sepanjang
Pantai Holtekamp yang berasal dari pasar Youtefa , Hamadi dan arah bagian
barat (Tanjung Kasuari). Pantai Holtekamp mempunyai jenis / karakteristik laut
dangkal dengan luas dari tanjung Marinir – Tanjung Holtekamp / Tanjung Kasuari
mencapai 800 Ha. Kawasan perairan pesisir Pantai Holtekamp juga mempunyai
keanekaragaman alam laut yang sangat indah ( ± 500 meter) dari bibir pantai,
terdapat kumpulan gugusan terumbu karang yang sangat indah untuk dinikmati
dengan beragam jenis ikan hias yang hidup dan berkeliaran di pinggir karang.
Tepat didepan kawasan perairan Holtekamp ada 3 buah pulau kosong,
pulau-pulau tersebut dapat menjadi tawaran alternatif bagi wisatawan yang
menggunakan banana ride boat. Di pulau tersebut banyak terdapat jenis-jenis
burung, seperti : burung bangau putih, hitam, kelelawar, belibis dan jenis-jenis
burung lainnya dan kombinasi pepohonan yang rindang, sejuk dan belum
tersentuh oleh tangan-tangan manusia. (Lihat Gambar 5.1).

Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp 64


Gambar 5.1.
Peta Kawasan Perairan Teluk Youtefa

5.1.2. Potensi Kawasan Pantai Depan (foreshore)


Yang dimaksud dengan Kawasan Pantai Depan adalah : Mintakat (air
pasang) yang terletak antara batas pasang tinggi dan pasang rendah. Air pasang
surut (jarak antara sempadan pantai dengan tepi air laut di Pantai Holtekamp
mencapai ± 30 meter), dengan bentuk pantai bersifat lengkung dan topografi
pantai landai hingga agak miring. Sedangkan jarak bibir pantai dengan jalan
mencapai ± 100 meter. Dengan panjang jalan mencapai 9 Km atau 80 Ha.
Keadaan pasir pantai di bagian tengah bersih, kemudian kearah timur agak kotor
(karena mendapat buangan dari gelombang arus dari pasar abe dan teluk Youtefa).
Suasana keadaan alam sejuk di siang hari, terutama di bawah pepohonan tepi
pantai, dan agak panas apabila berada di kawasan pantai depan. Cukup luas
daerah kawasan pantai depan, ± 30 meter. (lihat Gambar 5.2).

Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp 65


Gambar 5.2.
Peta Kawasan Pantai Depan

5.1.3. Potensi Kawasan Pantai Belakang (back shore)


Yang dimaksud dengan kawasan pantai belakang adalah : Pantai yang
terletak antara batas pasang tinggi dan cliff (luar pesisir/garis pesisir) biasanya
berasosiasi dengan satu atau dua berm. Luas kawasan pantai belakang ± 20 meter
antara jarak pasang tinggi sampai garis pesisir. Kondisi pantai belakang telah di
tumbuhi beberapa pepohonan, seperti kelapa, ketapang, lantoro dan lain-lain.
Keadaan alam sejuk karena terdapat bermacam-macam pohon yang rindang
tumbuh di kawasan pantai belakang. Keadaan topografi bersifat landai, di tumbuhi
rumput-rumput pantai yang pendek. Sedangkan jarak kawasan pantai belakang
dari tanjung Marinir – Tanjung Holtekamp / Tanjung Kasuari mencapai 800 Ha
(Lihat Gambar 5.3).

Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp 66


Gambar 5.3.
Peta Kawasan Wisata Pantai Belakang

5.1.4. Potensi Kawasan Hutan Pantai


Hutan pantai di pahami sebagai : Sebuah kawasan yang terletak di tepi
pantai belakang yang terdiri dari tumubuh-tumbuhan maupun hewan yang hidup
di dalamnya. Berbagai jenis pepohonan ada didalam hutan pantai. Luas kawasan
hutan pantai di Holtekamp ± mencapai 10 juta meter persegi atau 1000 Ha, hutan
Holtekamp berjenis hutan tropis dataran rendah dan beriklim sejuk. Dengan
tumbuh-tumbuhan alami pohon sagu, pohon lantoro, ketapang, dan pohon
bintangor dan hutan bakau. Sedangkan hasil tanaman berupa pohon jarak, pohon
kelapa, pohon cemara dan bunga-bunga. Di beberapa wilayah hutan nampak
terdapat tanaman hutan bakau, sebagian diantaranya telah kering. Potensi fauna /
jenis satwa yang ada di hutan Holtekamp antara lain : burung camar, burung
bangau, Soa-Soa, dan reptil-repil kecil lainnya seperti kadal dll. Hampir sebagian
besar areal kawasan hutan pantai ini masih utuh dan belum rusak. Di tengah-
tengah hutan pantai sudah di bangun jalan, namun belum di aspal dan terputus

Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp 67


pada bagian areal tertentu (tidak sampai di Tanjung Kasuari). (Peta kawasan hutan
pantai dapat dilihat di Gambar 5.4).

Gambar 5.4.
Peta Kawasan Hutan Pantai

5.1.5. Potensi Kawasan Hutan Manggrove


Hutan manggrove di pahami sebagai : Tumbuhan manggrove pesisir yang
berada pada lingkungan perairan dangkal berlumpur di daerah tropik. Hutan
manggrove juga di sebut sebagai hutan rawa, sedangkan arti dari manggrove /
bakau sendiri adalah : Tumbuhan daratan berbunga yang hidup di pinggiran
pantai yang mampu entolerir salinitas tertentu. Tepat di belakang tanjung kasuari
hotekam terdapat sekumpulan hutan bakau yang tumbuh dengan suburnya di
dataran tanah rawa. Luas hutan bakau mencapai 4 Ha lebih dengan karakteristik
jenis bakau yang beragam serta jenis-jenis biota laut lainnya seperti ; udang,
kepiting, dan kerang yang dikumpulkan. Nor (kerang kodok), letah (udang hijau),
hundui (yang hidung panjang), hei, (kepiting kecil), hruk (kepiting besar), has-

Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp 68


has (udang berkepala kepiting). Saat ini orang Tobati dan Injros masih
melakukan aktivitas penangkapan ikan dan mencari udang, kerang dan kepiting
di rawa-rawa bakau. Satu dua orang melakukan aktivitas berkebun, Sebagian
orang Tobati-Injros menggantungkan hidup dengan bekerja sebagai pegawai
negeri sipil dan anggota TNI Polri. Sementara sebagian anggota masyarakat
lainnya melakukan aktivitasnya sendiri-sendiri. (Peta terlampir pada Gambar
5.5).

Gambar 5.5.
Peta Kawasan Hutan Manggrove

5.1.6. Potensi Kawasan Perairan Teluk Youtefa


Tepat dibelakang hutan Holtekamp, terdapat kawasan perairan teluk
Youtefa yang penuh dengan berbagai potensi, baik perairan maupun budaya. Luas
kawasan Teluk Youtefa mencapai ± 1500 Ha, Teluk Youtefa merupakan sebuah
teluk dengan panorama indah yang berada di wilayah Kota Jayapura Teluk ini
secara alami memang sangat indah dan mempunyai arti khusus dalam Perang

Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp 69


Dunia II, baik bagi tentara Jepang maupun Tentara Sekutu dan Amerika Serikat,
karena letak teluk ini sangat strategis. Pada tanggal 19 April 1942 bala tentara
Jepang masuk di teluk Youtefa dan mendarat di VIM dan Abe Pantai dengan
keyakinan bahwa letak Hollandia sangat strategis, maka Jepang melabuhkan dua
buah kapal perang beserta marinirnya di teluk Youtefa pada 6 Mei 1942. Di teluk
youtefa terdapat sebuah pulau yang namanya Metu Debi, luas pulau ini mencapai
40 × 30 meter. Pulau metu debi merupakan tempat dari masuknya injil pertama
kali di Kota Jayapura dan sekaligus dijadikan sebagai pusat pemerintahan pertama
di Jayapura. Kini di sekeliling pulau, di tumbuhi tanaman pohon cemara sehingga
suasana pulau sangat sejuk dan rindang. Di beberapa bagian Teluk Youtefa, juga
terdapat sebuah bongkahan pasir yang pada bulan-bulan tertentu (Agustus), air
laut akan surut dan dapat dipakai untuk menjadi lapangan sepak bola.
Di teluk ini juga masih terdapat peninggalan sejarah Perang Dunia II
berupa bangkaibangkai kapal Jepang maupun Sekutu yang tenggelam, sedang di
Abe Pantai dibangun sebuah Tugu peringatan pendaratan tentara Jepang. Ternyata
teluk yang terlindung ini menjadikan Hollandia sebagai tumpuan pertahanan
Jepang, begitu pula perbekalan yang dimiliki Jepang di Hollandia diakui Sekutu
sebagai satu-satunya pusat perbekalan yang terbesar dan terkuat oleh bala tentara
Jepang di seluruh wilayah Pasifik. Air laut cukup teduh, pada bulan-bulan
September – Desember baru bergelombang. (lihat peta pada gambar 5.6).

Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp 70


Gambar 5.6.
Peta Kawasan Perairan Teluk Youtefa

5.1.7. Potensi Kawasan Desa Wisata di Perairan Teluk Youtefa


Didalam teluk ini juga terdapat dua kampung yang hidup sejak masa
penjajahan Jepang dan sekutu di Jayapura, yaitu Kampung Enggros dan Kampung
Tobati. Kampung Enggros dan Tobati memiliki struktur budaya dan social yang
yang sangat potensial untuk dikembangkan di kemudian hari. Seni ukiran,
anyaman, tarian adat menjadi keunggulan desa ini. Di kampung Enggros dan
Tobati juga telah dikembangkan kerambah milik masyarakat untuk
membudidayakan aneka jenis ikan laut, seperti bobara, goropa, dan lain-lain. Di
dalam kampung ini juga terdapat masyarakat yang memiliki sejarah peradaban,
baik dari struktur budaya maupun sejarah desa.
Mata pencarian orang Tobati – Injros bervariasi, yaitu meramu sagu,
berkebun, mencari ikan, berdagang dan PNS. Aktivitas mata pencarian dilakukan
mengikuti kondisi alam di sekitarnya. Pada saat laut sedang bergelombang usaha-
usaha mencari ikan untuk kehidupan biasanya dihentikan dan penduduk beralih
mengerjakan kebun-kebun dan meramu sagu (nas) di wilayah masing-masing.
Pada saat seperti itu para ibu-ibu melakukan aktivitas mencari berbagai jenis

Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp 71


kerang rawa, kepiting dan udang di rawa bakau di Holtekamp dan rawa bakau di
bagian utara kampung Tobati (lihat peta pada Gambar 5.7).

Gambar 5.7.
Peta Kawasan Desa Wisata

5.2. Profil Potensi Produk Kawasan Wisata Holtekamp


5.2.1 Potensi Wisata Laut
Pada bulan-bulan Januari – Agustus, gelombang air laut di Pantai
Holtekamp cukup teduh, namun bulan September – Desember, gelombang /
ombak air laut di pantai Holtekamp cukup besar. Besarnya ombak mencapai 2 -3
Meter. Jarak pecahnya ombak mencapai sekitar 50 Meter. Sedangkan kecepatan
arus dibagi menjadi dua bagian, yaitu arus permukaan dan arus bawah permukaan,
arus permukaan mempunyai kecepatan rata-rata 1 menit 20 meter. Dalam 1 jam
mencapai 0,0003 Km / jam atau 20 meter / menit. Artinya arus gelombang di
Pantai Holtekamp dapat dikategorikan sebagai arus lambat.

Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp 72


Sedangkan arus bawah permukaan mencapai kecepatan rata-rata 0,002 Km
/ jam (agak cepat). Arah arus dipantai Holtekamp berasal dari barat (Tanjung
Kasuari) – menuju timur (Pantai Holtekamp). Asumsi tersebut di dukung oleh
bukti rill, bahwa cukup banyak sampah-sampah yang berserakkan di sepanjang
pantai Holtekamp dimana berasal dari pasar Youtefa , Hamadi dan arah bagian
barat (Tanjung Kasuari). Pantai Holtekamp mempunyai jenis / karakteristik laut
dangkal dengan luas dari tanjung Marinir – Tanjung Holtekamp / tanjung kasuari
mencapai 800 Ha.
Dengan penjelasan tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada
beberapa potensi wisata laut yang layak dikembangkan dari aspek pariwisata,
antara lain : Wisata surfing, canoing, banana ride boat, fishing tour, parasailing
dan wisata renang. (akan dibahas pada analisis pengembangan).
5.2.2. Potensi Wisata Pantai
Air pasang surut (jarak antara sempadan pantai dengan tepi air laut
mencapai ± 30 meter), dengan bentuk pantai bersifat lengkung dan topografi
pantai landai hinga agak miring. Sedangkan jarak bibir pantai dengan jalan
mencapai ± 100 meter. Dengan panjang jalan mencapai 9 Km atau 80 Ha. Pantai
Holtekamp yang bersifat landai tersebut mempunyai potensi wisata yang layak
dikembangkan di kemudian hari.
Dengan luas tersebut maka ada beberapa potensi wisata pantai yang layak
dikembangkan di pantai Holtekamp, yaitu : Sun Bathing, olah raga pantai ( volley
pantai, shelter/pondok wisata), Taman pantai, trotoar pantai untuk wisata cycling
tourism play group children Holtekamp arena, dan taman wisata.
5.2.3 Potensi Hutan Wisata (Ecotourism)
Luas hutan di Holtekamp ± mencapai 10 juta meter persegi atau 1000 Ha,
hutan Holtekamp berjenis hutan tropis dataran rendah dan beriklim sejuk. Dengan
tumbuh-tumbuhan alami pohon sagu, pohon lantoro, ketapang, dan pohon
bintangor dan hutan bakau. Sedangkan hasil tanaman berupa pohon jarak, pohon
kelapa, pohon cemara dan bunga-bunga. Di beberapa wilayah hutan nampak
terdapat tanaman hutan bakau yang telah kering. Potensi fauna / jenis satwa yang
ada di hutan Holtekamp antara lain : burung camar, burung bangau, Soa-Soa, dan
reptil-repil kecil lainnya seperti kadal dll. Melihat kondisi tersebut maka prospek

Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp 73


ekowisata di hutan Holtekamp sangat menjanjikan apabila di kembangkan, selain
itu produk youth camping juga merupakan alternatif produk pilihan untuk hutan
wisata di Holtekamp.
5.2.4. Potensi Wisata Teluk
Tepat dibelakang hutan Holtekamp, (di ujung Tanjung Kasuari) terdapat
kawasan wisata teluk Youtefa yang penuh dengan berbagai potensi, baik perairan
maupun budaya. Luas kawasan Teluk Youtefa mencapai ± 1500 Ha, Teluk
Youtefa merupakan sebuah teluk dengan panorama indah yang berada di wilayah
Kota Jayapura Teluk ini secara alami memang sangat indah dan mempunyai arti
khusus dalam Perang Dunia II, baik bagi tentara Jepang maupun Tentara Sekutu
dan Amerika Serikat, karena letak teluk ini sangat strategis. Pada tanggal 19 April
1942 bala tentara Jepang masuk di teluk Youtefa dan mendarat di VIM dan Abe
Pantai dengan keyakinan bahwa letak Hollandia sangat strategis, maka Jepang
melabuhkan dua buah kapal perang beserta marinirnya di teluk Youtefa pada 6
Mei 1942. Di teluk youtefa terdapat sebuah pulau yang namanya Metu Debi. Di
beberapa bagian Teluk Youtefa, terdapat sebuah bongkahan pasir yang pada
bulan-bulan tertentu (Agustus), air laut akan surut dan dapat dipakai untuk
menjadi lapangan sepak bola.
Di teluk ini juga masih terdapat peninggalan sejarah Perang Dunia II
berupa bangkaibangkai kapal Jepang maupun Sekutu yang tenggelam, sedang di
Abe Pantai dibangun sebuah Tugu peringatan pendaratan tentara Jepang. Ternyata
teluk yang terlindung ini menjadikan Hollandia sebagai tumpuan pertahanan
Jepang, begitu pula perbekalan yang dimiliki Jepang di Hollandia diakui Sekutu
sebagai satu-satunya pusat perbekalan yang terbesar dan terkuat oleh bala tentara
Jepang di seluruh wilayah Pasifik. Air laut cukup teduh, pada bulan-bulan
September – Desember baru bergelombang.
Didalam teluk ini juga terdapat dua kampung yang hidup sejak masa
penjajahan Jepang dan sekutu di Jayapura, yaitu Kampung Enggros dan Kampung
Tobati. Kampung Enggros dan Tobati memiliki struktur budaya dan social yang
yang sangat potensial untuk dijadikan asset desa wisata.

Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp 74


1. Potensi Sosial Budaya Masyarakat Tobati - Injros
Mata pencarian orang Tobati – Injros bervariasi, yaitu meramu sagu,
berkebun, mencari ikan, berdagang dan PNS. Aktivitas mata pencarian dilakukan
mengikuti kondisi alam di sekitarnya. Pada saat laut sedang bergelombang usaha-
usaha mencari ikan untuk kehidupan biasanya dihentikan dan penduduk beraJih
mengerjakan kebun-kebun dan meramu sagu (nas) di wilayah masing-masing.
Pada saat seperti itu para ibu-ibu melakukan aktivitas mencari berbagai jenis
kerang rawa, kepiting dan udang di rawa bakau di Holtekamp dan rawa bakau di
bagian utara kampung T'bati.
Beberapa jenis udang, kepiting, dan kerang yang dikumpulkan adalah Nor
(kerang kodok), letah (udang hijau), hundui (yang nidung panjang), hei, kepiting
kecil, hruk (kepiting besar), has-has (udang berkepala kepiting). Saat ini orang
T'bati dan Injros masih melakukan aktivitas penangkapan ikan dan mencari
udang, kerang dan kepiting di rawa-rawa bakau. Satu dua orang melakukan
aktivitas berkebun, Sebagian orang T'bati-Injros menggantungkan hidup dengan
bekerja sebagai pegawai negeri sipil dan anggota TNI Polri. Sementara sebagian
anggota masyarakat lainnya melakukan aktivitasnya sendiri-sendiri.
2. Potensi Wisata Sejarah Injil Pulau Metu Debi
Pada tanggal 12 Agustus 1827, orang perancis bernama ”Dumondt de
Urville” berlayar dengan kapal ”Astrolabe” mengunjungi Hol Tabi dan Teluk
Yotefa untuk pertama kali dan memberi nama :
 Teluk Humbolt dahulu Hol Tabi
 Tanjung Buonpland dahulu tanjung Juar
 Tanjung Caille dulu Tanjung Suaja
Mereka membawa misi injil pada masyarakat Tobati – Injros. Kemudian
pada tanggal 3 April 1892, datang orang Belanda Pdt. G.L Bink mengunjungi
Teluk Youtefa dan Kampung Tobati – Injros untuk menyampaikan misi Injil. G.L
Bink mengunjungi ke Karwari (Mau) Rumah Adat Hamadi dan melihat situasi di
Mau. Kemudian pada tahun 1893, dua anak tobati, Waro Itaar dan seorang dari
Keret Hamadi di bawa Bink untuk menjadi juru bahasa dan tukang kayu di Pulau
Roon, Manokwari. Selanjutnya Pdt. F.J.F. Van Hasselt mengambil Waro Itaar
sebagai Penterjemah dalam rangka penginjilan di Kampung Inros dan Tobati.

Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp 75


Kedua kampung ini merupakan pusat pemerintahan pertama di Kota Jayapura dan
sangat prospek untuk dikembangkan menjadi wisata sejarah injil masuk di Kota
Jayapura.
3. Kondisi Pendidikan Masyarakat Tobati-Injros
Sebagian besar penduduk kampong T'bati dan Inggros menempuh
pendidikan dasar dan menengahnya di luar kampung. Hingga saat ini di kampong
T'bati maupun Injros tidak terdapat bangunan sekolah tingkat dasar. Untuk dapat
mengenyam pendidikan dasar anak-anak di kampong di T'bati bersekolah di
Sekolah Dasar (SD) Skyland. Untuk mengenyam pendidikan lanjutan anak-anak
bersekolah di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Hamadi dan SMP Entrop.
Pendidikan pada sekolah Menengah Umum (SMU) anak-anak bersekolah di
sejumlah SMU dan SMK di kota Jayapura. Sementara untuk mengenyam
pendidikan yang lebih tinggi di perguruan tinggai anak-anak bersekolah di salah
satu universitas negeri Cenderawasih. Ada juga bersekolah di Sekolah Tinggi
IImu Ekonomi Ottow Geissler. Perlu dipikirkan utuk mengembangkan SDM
masyarakat setempat dengan model pemberdayaan masyarakat lokal melalui
kegiatan-kegiatan wisata yang sifatnya meningkatkan SDM masyarakat.

5.3. Posisi Pantai Holtekamp Berdasarkan Destination Tourism Life Cycle


(Alur Hidup Destinasi)
Tourism Area Life Cycle merupakan suatu konsep yang diterapkan atau
digunakan dalam pengembangan suatu daerah wisata. Destination Tourism Area
Life Cycle memberikan dampak besar bagi kehidupan suatu destinasi, termasuk
perkembangan industri pariwisata sangat dipengaruhi oleh Tourism Area Life
Cycle. Adapun tujuan memahami alur hidup destinasi adalah ;
1. Konsep siklus hidup produk dapat digunakan dalam memasarkan produk
destinasi wisata.
2. Siklus hidup produk sebagai petunjuk strategi pengembangan produk
destinasi pariwisata.
3. Siklus hidup suatu produk sebagai petunjuk hidup suatu produk destinasi
pariwisata.

Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp 76


4. Siklus hidup suatu destinasi wisata dapat dijadikan sebagai acuan dalam
penyusunan master plan pariwisata di suatu kawasan wisata.
Berdasarkan teori dari alur hidup destinasi, maka pantai Holtekamp berada
pada posisi FASE DEVELOPMENT (PEMBANGUNAN), ciri cirinya fase
development adalah Kunjungan wisatawan mulai meningkat, wajah DTW
dipercantik, peranan BPW mulai mengatur perjalanan wisatawan, kontrol
SOP terjadi, popularatis daerah tujuan wisata (DTW) meningkat,
pembangunan mulai dilakukan dimana-mana dan destinasi mulai ramai
dikunjungi wisatawan. Di fase ini harus hati-hati dalam perencanaan dan
pembangunan destinasi Kalau tidak terkontrol maka akan menyebabkan terjadinya
semerawutan dalam pembangunannya, bahkan cenderung akan melanggar batas-
batas yang telah di tetapkan oleh pemerintah, misalnya dalam hal rencana tata
ruang wilayah di kawasan pantai Holtekamp.

5.4. Fasilitas Wisata di Tanjung Cibery - Ujung Pantai Holtekamp


Semua fasilitas dari Tanjung Cibery sampai ke ujung Pantai Holtekamp pada
umumnya semua tidak lengkap. Terutama dari pantai di bawah jembatan merah
sampai pada Pantai bagian ujung sebelum kali buaya. Rata-rata fasilitasnya ada
beberapa yang sudah rusak dan ada juga yang masih bagus. Selain itu,
kebanyakan failitasnya mencakup gazebo/ pondok wisata, toilet, home stay,
tempat duduk/ bangku, dan menara pemantauan tidak semuanya ada di setiap
lokasi.
Fasilitas wisata di Tanjung Cibery tahun 2018 ramai digunakan para
pengunjung. Namun dikarenakan terjadi abrasi saat ini, maka di daerah kawasan
tersebut menyebabkan semua pondok-pondok yang dibangun telah mengalami
kerusakan. Sehingga hal tersebut memberikan pengaruh kepada jumlah
kedatangan pengunjung ke Tanjung Cibery. Hal ini bisa dilihat dari gambar 5.8.

Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp 77


Gambar 5.8.
Kondisi Abrasi di Pantai Cibery

Perencanaan yang akan diusulkan di dalam master plan ini untuk membuat
tanggul atau pemecah ombak di Tanjung Cibery. Hal ini dilakukan bertujuan
untuk meminimalisir terjadi abrasi di kawasan tersebut. Selain itu, beberapa
fasilitas wisata di Holtekamp setelah Café Tropical, pada umumnya keadaan
pantai masih kotor karena terkena dampak dari pergerakan ombak yang membawa
sampah hingga ke arah tersebut. Keadaan tersebut dapat dilihat pada gambar 5.9.

Gambar 5.9.
Kondisi Sampah di Pantai Holtekamp

Selain itu, terdapat beberapa fasilitas wisata yang ada di Tanjung Cibery -
Ujung Pantai Holtekamp, antara lain :

Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp 78


1. Café dan Restoran
Café dan restoran yang ada di Holtekamp berjumlah 13 café dan restoran
sebagaimana di dalam table 5.1 berikut.

Tabel 5.1.
Data Café dan Restaurant di Pantai Holtekamp
Nama Jenis Nama
No Alamat Wilayah Keterangan
Usaha Usaha Pemilik
Jl. Pantai Harifin Jayapura
1. Exotic Café Baru 2021
Holtekamp Siagian Selatan
Jl. Pantai Café Posman Jayapura
2. Haria Baru 2021
Holtekamp Silabun Selatan
Jl. Pantai Café Posman Jayapura
3. Labaliza Baru 2021
Holtekamp Silabun Selatan
Mutiara Jl. Pantai Café Solfianus Jayapura
4. Baru 2021
Yasyoni Holtekamp Betaubun Selatan
Tropical Jl. Pantai Albert Jayapura
5. Restoran Baru 2021
Beach Holtekamp Pratiquinno Selatan
De Jl. Pantai Jayapura
6. Baru 2021
Legend Holtekamp Selatan
Jl. Pantai Jayapura
7. Blue Ice Baru 2021
Holtekamp Selatan
Jl. Pantai Jayapura
8. Woffle Cafe Baru 2021
Holtekamp Selatan
Soetidjah Jl. Pantai Deddi As Jayapura
9. Baru 2021
Rode Holtekamp Sajira Selatan
Daniel
Jl. Pantai Jayapura
10. Humbold Fredicle Baru 2021
Holtekamp Selatan
Vriese
Jayapura
11. Kakao Baru 2021
Selatan
12. Warunk Jl. Estee Kotaraja Baru 2021

Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp 79


Combrof Angkatan Maintidom
Laut/
Pantai
Hamadi
Stewart
V’ Jl. Pantai Jayapura
13. Love Baru 2021
Tekya Holtekamp Selatan
Rompas
Sumber : Dinas Pariwisata Kota Jayapura-2021

Beberapa café tersebut seperti nampak di bawah ini:


1) Exotic
Gambar 5.10.
Bagian Depan dan Belakang Café Exotic

2) Haria Cafe

Gambar 5.11.
Bagian Depan dan Belakang Café Haria

Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp 80


3) Labaliza Cafe

Gambar 5.12.
Bagian Depan dan Belakang Café Labaliza

4) Mutiara Yasyoni Cafe

Gambar 5.13.
Bagian Depan dan Belakang Café Mutiara Yasyoni

5) Tropical Beach Cafe

Gambar 5.14.
Bagian Depan dan Belakang Café Tropical Beach

Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp 81


6) De Legend Cafe

Gambar 5.15.
Bagian Depan dan Belakang Café De Legend

7) Woffle Cafe
Gambar 5.16.
Bagian Depan dan Belakang Café Woffle

Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp 82


8. Anggrek Café
Gambar 5.17.
Bagian Depan dan Dalam Café Anggrek

9. Blue Ice Café

Gambar 5.18.
Bagian Depan dan Dalam Café Blue Ice

Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp 83


10. Soetidjah Rode Café Beach

Gambar 5.19.
Bagian Depan Soetidjah Rode Café Beach

2. Gazebo / Pondok Wisata


Gazebo/ pondok wisata yang dari Tanjung Cibery - Ujung Pantai Holtekamp
ada beberapa yang masih bisa digunkan. Adapun gambaran keadaan gazebo/
pondok wisata dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 5.20.
Keadaan Gazebo di Pantai Holtekamp

Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp 84


Gambar 5.21.
Keadaan Gazebo di Pesisir Pantai Holtekamp

Jumlah gazebo/ pondok wisata dari Tanjung Cibery - Ujung Pantai Holtekamp
sebagai berikut :

Tabel 5.2.
Data Jumlah Fasilitas Gazebo/ Pondok Wisata
dari Tanjung Cibery - Ujung Pantai Holtekamp

Jumlah Fasilitas Gazebo/ Pondok


No Nama Tempat Destinasi
Wisata
1. Tanjung Cibery 18
2. Pantai Holtekamp 270
3. Kali Buaya 8
Jumlah 296
Sumber: Observasi Tim, 2021

Maka, jumlah gazebo/ pondok wisata dari Tanjung Cibery - Ujung Pantai
Holtekamp secara keseluruhan yaitu 296 buah. Akan tetapi gazebo/ pondok wisata
yang terdapat di tempat tersebut tidak semuanya dapat digunakan dengan nyaman
oleh pengunjung disebabkan sebagian mengalami kerusakan.

Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp 85


Gambar 5.22.
Keadaan Gazebo di Kali Buaya

3. Toilet
Beberapa toilet / kamar mandi yang ada di Pantai Holtekamp yang masih bisa
digunkan dan tidak semua fasilitas toilet / kamar mandi bisa digunakan dengan
semestinya. Karena ada beberapa kendala yang mengakibatkan merasa kurang
nyaman menggunakan fasilitas toilet tersebut. Kendala tersebut diantaranya
kurangnya pencahayaan pada saat di dalam toilet / kamar mandi, kurangnya
persediaan air yang selalu lancer dan bersih, dan kurangnya persediaan sabun
pencuci tangan. Gambaran toilet dari Tanjung Cibery - Ujung Pantai Holtekamp
salah satunya seperti dalam gambar berikut.

Gambar 5.23.
Keadaan Toilet di Holtekamp

Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp 86


Adapun jumlah tolilet/ kamar mandi dari Tanjung Cibery - Ujung Pantai
Holtekamp sebagai berikut:

Tabel 5.3.
Data Jumlah Fasilitas Toilet/ Kamar Mandi
dari Tanjung Cibery - Ujung Pantai Holtekamp
No Nama Tempat Destinasi Jumlah Fasilitas Toilet/ Kamar Mandi
1. Tanjung Cibery 8
2. Pantai Holtekamp 88
3. Kali Buaya 8
Jumlah 104
Sumber: Observasi Tim, 2021
Dari data di atas, jumlah buah toilet/ kamar mandi dari Tanjung Cibery - Ujung
Pantai Holtekamp secara keseluruhan yaitu 104 buah buah toilet/ kamar mandi.

4. Home Stay
Home stay yang ada di Pantai Hiltekamp belum banyak dibangun di Tanjung
Cibery - Ujung Pantai Holtekamp

Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp 87


Gambar 5.24.
Keadaan Home Stay di Holtekamp

Adapun jumlah home stay di daerah tersebut yaitu sebagai berikut:

Tabel 5.4.
Data Jumlah Fasilitas Home Stay
Dari Tanjung Cibery - Ujung Pantai Holtekamp
No Nama Tempat Destinasi Jumlah Fasilitas Home Stay
1. Tanjung Cibery -
2. Pantai Holtekamp 3
3. Kali Buaya -
Jumlah 3
Sumber: Observasi Tim, 2021
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa di Tanjung Cibery - Ujung Pantai
Holtekamp belum memiliki kepadatan home stay.

5. Tempat Duduk / Bangku


Adapun tempat duduk/ bangku yang ada di Pantai Hiltekamp yang masih bisa
digunkan dan tidak semua fasilitas tempat duduk/ ada beberapa kendala yang
mengakibatkan merasa kurang nyaman menggunakan fasilitas toilet tersebut.
Kendala tersebut diantaranya kurangnya kenyamanan pengunjung dalam

Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp 88


menggunakan tempat duduk. Gambaran yang dapat dilihat terkait keadaan tempat
duduk / bangku dari Tanjung Cibery - Ujung Pantai Holtekamp sebagai berikut.

Gambar 5.25.
Keadaan Bangku di Holtekamp

Adapun jumlah tempat duduk/ bangku dari Tanjung Cibery - Ujung Pantai
Holtekamp sebagai berikut:
Tabel 5.5.
Data Jumlah Fasilitas Tempat Duduk/ Bangku
dari Tanjung Cibery - Ujung Pantai Holtekamp
No Nama Tempat Destinasi Jumlah Fasilitas Tempat Duduk/ Bangku
1. Tanjung Cibery 17
2. Pantai Holtekamp 87
3. Kali Buaya 26
Jumlah 140
Sumber: Observasi Tim, 2021
Dari data tersebut, maka jumlah tempat duduk/ bangku dari Tanjung Cibery -
Ujung Pantai Holtekamp yaitu 140 buah tempat duduk/ bangku di tempat tersebut.

6. Menara Pemantauan
Menara pandang memiliki beragam fungsi yang dapat digunakan di daerah
pantai. Akan tetapi dari Tanjung Cibery - Ujung Pantai Holtekamp hanya terdapat
satu fasilitas menara pandang yang terdapat di Pantai Holtekamp.

Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp 89


Gambar 5.26.
Menara Pemantau di Holtekamp

7. Water Sport
Fasilitas water sport yang ada di Tanjung Cibery - Ujung Pantai Holtekamp
masih jarang ditemukan.

Gambar 5.27.
Jet Ski di Holtekamp

Adapun fasilitas yang tersedia saat ini di daerah tersebut diantaranya:

Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp 90


Tabel 5.6
Data Jumlah Fasilitas Water Sport
dari Tanjung Cibery - Ujung Pantai Holtekamp
No Nama Tempat Destinasi Jumlah Fasilitas Water Sport
1 Buah Tempat Billyard
1. Tanjung Cibery
1 Buah Lapangan Voli
1 Buah Lapangan Voli
2. Pantai Holtekamp
2 Buah Jet Ski (Café Tropical)
3. Kali Buaya / Pantai Paaloong -
Jumlah 5
Sumber: Observasi Tim, 2021
Dari data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dari Tanjung Cibery - Ujung
Pantai Holtekamp belum tersedia fasilitas lengkap dalam menunjang pariwisata
pantai Holtekamp yang lebih nyaman untuk menikmati daerah tersebut.

8. Panggung
Panggung dapat digunakan di daerah pantai untuk melengkapi kegiatan wisata
di pantai. Akan tetapi dari Tanjung Cibery - Ujung Pantai Holtekamp hanya
terdapat satu fasilitas panggung yang terdapat di Pantai Holtekamp. Panggung
tersebu berada di Tanjung Cibery. Panggung juga terdapat di beberapa café dan
restoran yang dikelola oleh pihak luar.

Gambar 5.28.
Panggung di Tanjung Cibery

Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp 91


9. Dermaga
Dermaga memiliki manfaat yang sangat membantu dalam menunjang kegiatan
untuk menikmatai wisata pantai. Akan tetapi dari Tanjung Cibery - Ujung Pantai
Holtekamp hanya terdapat satu fasilitas dermaga yang tersedia. Satu buah
dermaga tersebut berada di Tanjung Cibery.

5.5. Profil Kali Buaya (Pantai Paaloong) Holtekamp


1. Sejarah Kali Buaya / Pantai Paaloong
Bapak Geysler Ramela merupakan pemilik ulayat kali pantai buaya
Holltekamp, Berdasarkan bahasa Skouw, nama lokal Kali Buaya adalah Paaloong.
Pa memiliki arti air dan long artinya mata atau sumber. Jadi arti dari kata
Paaloong adalah sumber mata air yang mengalir keluar. Adapun asal muasal
kepemilikan ulayat dari batas Kali buaya sebelah Timur adalah marga Ramela
yang terdiri dari dua belas mata rumah. Dari dua belas mata rumah tersebut dibagi
oleh nenek moyang keturunan bapak Salmon Ramela.
Gambar 5.29.
Kali Buaya

Pada zaman dahulu hingga turun temurun sampai saat ini marga Ramela tetap
menduduki wilayah Pantai Holtekamp. Nenek moyang Ramela memiliki
hubungan dagang yang baik dengan masyarakat di Kampung Kayu Batu,
Kampung Kayu Pulo, dan kampong Tobati. Di Kayu Batu memiliki hubungan
yang erat dengan marga Makanuay, Kayu Pulo dengan marga Sibi dan Youwe dan
di Kampung Tobati dengan keluarga besar Hamadi. Untuk membangun hubungan
yang baik dengan keluarga Ramela, beberapa masyarakat dari ketiga kampung
tersebut di atas selalu mendayung perahu mereka dan mendatangi keluarga

Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp 92


Ramela di Pantai Holtekamp. Dan sebaliknya jika keluarga Ramela membutuhkan
kehadiran keluarga Makanuay, Sibi, Youwe dan Hamadi, maka Ia akan membakar
kayu hingga asap mengepul tinggi sebagai tanda bahwa keluarga Ramela sedang
membutuhkan kehadiran dari mereka.

Gambar 5.30.
Areal Pepohonan di Pantai Paaloong Holtekamp

Sistem barter seperti pertukaran tempayan tanah liat dengan sagu, ikan,
daging dan berbagai hasil buruan antara kampung-kampung tersebut berjalan
dengan baik. Pada suatu masa ketika terjadi perang suku, mengungsilah sebagian
besar keluarga Ramela ke Kampung Skouw dan tinggal menetap di Skouw.
Sedangkan yang lainnya tetap menduduki Pantai Holltekamp.
Pemilik ulayat bagian barat Kali Buaya adalah keluarga Pae dan Hanuwebi
yang sebelumnya berasal dari marga Ramela. Antara Pae, Hanuwebi dan Ramela
adalah satu keluarga. Keluarga Viktor Patipeme sebenarnya berasal dari dari suku
Kemo. Pada saat suku Kemo dikejar musuh dari PNG, Keluarga Ramela
melindungi mereka dengan menggantikan marga Kemo menjadi Patipeme,
Ramela dan Awe. Sehingga marga Patipeme memiliki tiga nenek moyang. Sekitar
tahun 1960-an perusahaan kayu Fantui memasuki kampung Holtekamp dan
menetap hingga tahun 1979 yang kemudian diganti oleh perusahaan Hanurata.
Pada saat itu keluarga Yohanes Patipeme tinggal di Sentani tetapi datang ke
Holtekamp dan meminta ijin kepada bapak Salmon Ramela untuk menerima
mereka tinggal menetap di Holtekamp.

Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp 93


Gambar 5.31.
Keadaan di Muara Kali Buaya

Setelah menetap di wilayah tersebut, bapak yohanes Patipeme melakukan


kesepakatan dengan pengusaha yang ingin membeli lahan mereka tanpa
sepengetahuan keluarga Ramela. Sebagian besar (±500 ha) tanah milik keluarga
Ramela dijual oleh Yohanes Patipeme. Ada satu ondoafi yang selalu menekan
keluarga Ramela sehingga mempersulit keluarga Ramela untuk mengurus surat
pelepasan tanah. Jika ada kegiatan dari dinas pariwisata, biasanya ondoafi tersebut
menginterfensi dengan cara telepon dan mengancam kepala dinas agar kegiatan
kedinasan ditiadakan dari Pantai Holtekamp. Ada beberapa kali pengacara yang
siap melayani keluarga Ramela untuk menyelesaikan persioalan pelepasan tanah.
Namun diancam oleh ondoafi dan mengagagalkan urusan tersebut.
Kali buaya sering disebut sebagai kandungan, karena kali tersebut
merupakan tempat berbagai jenis ikan bertelur dan berkembangbiak. Setelah
bertelur, induk ikan akan keluar dan mencari penghidupan. Sangat penting untuk
dibuat peraturan pemerintah kampung tentang larangan penangkapan ikan secara
liar di kali tersebut, agar kelestariannya tetap terjaga. Selain itu di sebrang kali
buaya terdapat pemandangan beberapa pulau yang berdekatan. Sebelumnya,
masyarakat sekitar menyebutnya sebgai 7 pulau. Salah satu dari tujuh pulau
tersebut terdapat pulau yang memberikan pemandangan banyak kelelawar
berterbangan di waktu-waktu tertentu.

Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp 94


Gambar 5.32.
Keadaan di Pulau Kelelawar

Pulau kelelawar dalam bahasa Skouw disebut Vemetu artinya pulau satu.
Bapak Ramela menyampaikan bahwa jika nanti Pantai Holtekamp dibangun,
konsep alamiah harus tetap dijaga, pohon-pohon dan rumput-rumput hijau jangan
dihabiskan, biarkan tetap hidup agar bisa menahan abrasi yang sewaktu-waktu
bisa terjadi. Rencana yang diharapkan di sekitar Kali Buaya tersebut terdapat
kolam yang dibuat gedung serba guna yang tidak permanen akan tetapi kokoh
dalam pondasi bangunan.
Selain itu, di kampung Holtekamp juga ada sanggar seni tari, tim penari hanya
muncul ketika ada event. Hal ini menyebabkan budaya kampung Holtekamp
sudah hampir hilang ditelan arus perubahan zaman.
Bapak Ramela berencana untuk membuat penangkaran penyu, dan
mengambil anakan penyu di Skouw dan dibesarkan di Holtekamp kemudian
dilepaskan kembali ke laut. Jika penyu sudah besar agar bisa berkembangbiak di
habitat aslinya. Sekali bertelur, Penyu bisa bertelur tiga sampai empat kali dalam
satu musim dengan perkiraan 80-150 butir sekali bertelur. Dengan adanya
penangkaran Penyu maka dapat melakukan konservasi terhadap Penyu. Selain itu,
penangkaran Penyu dibuat juga dermaga berupa penimbunan karang untuk
dijadikan tempat ikan-ikan bertelur dan berkembangbiak.

2. Fasilitas Wisata Kali Buaya / Pantai Paaloong


Fasilitas dalam pariwisata, terutama pariwisata pantai, merupakan hal yang
sangat penting. Selain itu, fasilitas dapat memberikan kenyaman para pengunjung
suatu tempat pariwisata. Persediaan fasilitas yang nyaman akan memberikan

Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp 95


banyak hal dalam kemajuan suatu tempat wisata dan memberikan dampak yang
cukup baik agar pengunjung dapat menikmati suatu keindahan dalam periwisata
dengan mendapatkan fasilitas yang menunjang kenyamanan dalam berwisata.
Gambar 5.33.
Fasilitas Gazebo di Pantai Paaloong Holtekamp

Maka, fasilitas merupkan hal yang pokok dalam menyediakan kenyamana


dalam menikmati keindahan dalam pariwisata. Adapun data fasilitas pariwisata
Kali Buaya / Pantai Paaloong sebagai berikut.
Tabel 5.7.
Data Jumlah Fasilitas di Kali Buaya/ Pantai Paaloong Holtekamp
No Nama Fasilitas Wisata Jumlah Fasilitas Wisata
1. Gazebo/ pondok wisata 8
2. Toilet 8
3. Home Stay -
4. Tempat Duduk / Bangku 26
5. Water Sport -
6. Panggung -

7. Dermaga -
8 Tempat Jualan 4
Jumlah 36
Sumber: Observasi Tim, 2021

Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp 96


Dari data di atas menjelaskan bahwa minimnya fasiliatas yang ada di Kali
Buaya / Pantai Paaloong. Adapun fasilitas-fasilitas yang belum tersedia di Kali
Buaya/ Pantai Paaloong diantaranya home stay, water sport, panggung, dan
dermaga, café dan menara pemantau. Sedangkan fasilitas lainnya belum terpenuhi
sesuai dengan kebutuhan pengunjung wisata dan perlu banyak kegiatan perbaikan
dalam pembangunan untuk kemjuan fasilitas di Kali Buaya / Pantai Paaloong.

Gambar 5.34.
Fasilitas Toilet & Tempat Jualan di Pantai Paaloong Holtekamp

5.6. Gambaran Penguasaan Hak Ulayat Tanah Pantai Holtekamp

Secara umum team peneliti telah melakukan pemetaan ulayat tanah di


Pantai Holtekamp dan berhasil mewawancarai beberapa pemilik ulayat tanah di
Pantai Holtekamp, yang telah menyewakan tanahnya kepada investor untuk
pembangunan café atau restoran. Adapun pemetaan ulayat tanah telah
digambarkan dalam tabel dibawah ini :
Tabel 5.8
Pemilik Ulayat Tanah / Marga Berdasarkan Hak Sewa Jual
Beli Kepada Investor Atau Sistem Pengelolaan Sendiri

NO NAMA TEMPAT / NAMA PEMILIK MARGA


CAFÉ TANAH

1. Pantai Cibery Sony Meraudje

2. Pantai Cibery ( Marten Meraudje


Jembatan Merah)

3. Pondok Wisata (1) Yosias Hamadi

4. Pondok Wisata (2) Pieter Hababuk

Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp 97


3. Tropical Cafe Yonatan Meraudje

4. Mutiara Yasyoni Yonas Meraudje

5. Gezegend Cafe Daniel Hamadi

6. Exotic Cafe Lukas Hamadi

7. Pondok Wisata (3) Adolof Hamadi

8. Haria Café Adolof Hamadi

9. Hecnuck Beach ( Pdt. Yusak Hamadi / Ireuw


Pondok Wisata 4)

10 Woffle Cafe Yonias Hababuk

11. Hecnuck Beach (


Pondok Wisata (5) & Organes Meraudje
Home Stay)

12. Labaliza Café Septer Hababuk

13. Pondok Wisata (6) Vison Meraudje

14. Anggrek Cafe Yosefina Hamadi

15. Blue Ice café Magadalena Hamadi

16. Soetidjah Rode Café Voni Hamadi / Meraudje


Beach

Sumber : Observasi Team, 2021.

Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp 98

Anda mungkin juga menyukai