SKRIPSI
Oleh:
Oleh:
PENGESAHAN
SKRIPSI TELAH DIPERTAHANKAN DI HADAPAN TIM PENGUJI
UJIAN SARJANA
YANG DILAKSANAKAN
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
DISAHKAN MENGETAHUI
DEKAN FAKULTAS PERTANIA KETUA JURUSAN KEHUTANAN
ABSTRAK
Dwi Hawa Ningsi Tella 2022, Pengelolaan DAS Wae Rupa Dalam Presepsi
Masyarakat Negeri Hukurila Kota Ambon. Dibimbing oleh Dr. B. Latuamury,
S.Hut., M.Si dan M. Sahureka, S.Hut.,M.Si
ABSTRACT
Dwi Hawa Ningsi Tella 2022, Study of Wae Rupa Watershed Management in
Public Perceptions of Hukurila State, Ambon City. Supervised by Dr. B.
Latuamury, S.Hut. M.Si and M. Sahureka, S.Hut. M,Si
This study aims to determine the management of river basins (DAS) which
is carriedout to regulate the reciprocal relationship between natural resources in
the watershedand humans in order to realize ecosystem sustainability and ensure
the sustainability ofthe benefits of these natural resources for humans. This means
that every form of utilizationof natural resources is carried out by considering
aspects of watershed sustainability.Thus humans can benefit from natural
resources and environmental servicesin a sustainable manner from generation to
generation. Natural resource management canbe carried out in a participatory
manner by involving all components of the country's community.This research
was conducted in Negeri Hukurila, South Leitimur District, Ambon Regencyin
May 2022. The data collected by observation and interviews were then
analyzedby processing the data from questionnaires distributed to the indigenous
people ofHukurila Country and key informants, through several stages of analysis.
The three stages ofdata processing are: editing, coding, scoring. The questionnaire
format includes two, namelypositive statements and negative statements. The
purpose of presenting positive statementsand negative statements is to prevent the
tendency of respondents to answer at one endof the scale that has the highest
score, so that it is minimized using both statements.The results of this study
indicate that the management of natural resources is quite goodwhere the
enthusiasm of the village apparatus and the community in developing theWae
Rupa Negeri Hukurila watershed (DAS) is visible, with the presence of water
pipes thatcan be utilized by the community.
PRAKATA
Puji syukur atas Kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi
penelitian yang berjudul “Eksplorasi Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) Pada
Beberapa Rhizosfer Tanaman Samama (Anthocephalus macrophyllus)”. Adapun
maksud dan tujuan skripsi penelitian ini adalah untuk mengetahui
keanekaragaman dan jumlah spora fungi mikoriza arbuskula (FMA) yang ada
pada beberapa rhizosfer dibawah tegakan tanaman samama (Anthocephalus
macrophyllus) dengan perbedaan jenis tanah dan faktor lingkungan pada masing-
masing rhizosfernya. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai program sarjana s-1 Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas
Pattimura Ambon.
Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. E. Pattiselano, M.Si selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Pattimura Ambon.
2. Dr. Ir. M. Tjoa, S.Hut., MP selaku Ketua Jurusan Kehutanan.
3. Dr. Ir. Henderina Lellotery, S.Hut., MP selaku Ketua Program Studi
Kehutanan.
4. Dr. B. Latuamury, S.Hut., M.S dan M. Sahureka., S.Hut. M.Si
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak ilmu dan
masukan selama proses pembuatan skripsi penelitian.
5. Dr. Ir. F. S. Latumahina, S.Hut., MP. IPU dan Ir. Ludia Siahaya,
S.Hut., MP. IPM selaku penguji/penyanggah atas kritik dan saran
yang telah diberikan.
6. Bapak Moch Ismail Tella dan Endang Sosilowati selaku orang tua
penulis serta tak lupa Bapak Ridwan Ren-El selaku suami penulis
yang telah mendukung penulis baik secara moral dan material dan
tentu saja yang telah banyak memberikan doa serta motivasi
sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi penelitian ini.
viii
7. Eka Hajar Istiana Tella. Rifaldy Endisma Surya Tella dan Chama
Sekar Arum Tella selaku saudara kandung penulis serta Bilal Chairil
Asshauqi Ren-El dan Zeyhan Al-farizky Ren-El yang turut menjadi
motifasi dan penyemangat
8. Bapak-bapak mantu dan Mama-mama mantu keluarga Ren-El yang
turut memberi nasehat dan dukungan juga material untuk membantu
penulis menyelesaikan perkuliahan serta Ipar-ipar tercinta yang turut
membantu menjaga kedua anak penulis yang masi kecil sehingga
penulis dapat focus menyelesaikan skripsi ini
9. Sahabat-sahabati seakidah penulis tahun ajaran angkatan 2017 yang
bersedia berjuang bersama penulis guna mengejar program sarjana
(S-1) kehutanan Universitas Pattimura.
10. Teman-teman angkatan 2017 program studi kehutanan atas semua
dukungan yang telah diberikan.
11. Sumber-sumber referensi dari berbagai pihak yang terlibat dalam
penulisan skripsi penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dan memperlancar penulisan skripsi penelitian ini. Penulis
berharap skripsi penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk banyak pihak.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI...............................................iii
ABSTRAK..........................................................................................................iv
INTISARI............................................................................................................vi
PRAKATA..........................................................................................................vii
DAFTAR ISI.......................................................................................................x
DAFTAR TABEL...............................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiii
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian.........................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian..........................................................................................3
1.4 Luaran Penelitian..........................................................................................4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5
2.1 Definisi Daerah Aliran Sungai (DAS)...........................................................5
2.2. Pengertian Persepsi Masyarakat....................................................................7
2.3. Pengelolaan DAS Berbasis Masyarakat.......................................................9
BAB III. METODE PENELITIAN.......................................................................13
3.1 Lokasi Penelitian..........................................................................................13
3.2 Alat dan Bahan Penelitian............................................................................13
3.3. Data Penelitian...........................................................................................14
3.4 Metode Penelitian.......................................................................................14
3.5 Analisis Data...............................................................................................15
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN............................................18
4.1 Letak geografis Negeri Hukurila..................................................................18
4.2. Aksesibilitas................................................................................................19
4.3. Topografi.....................................................................................................19
4.4. Hidrologi dan Daerah Aliran Sungai (DAS)...............................................19
4.6. Penutupan Lahan.........................................................................................20
4.7. Keanekaragaman Hayati.............................................................................21
x
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Peta Lokasi penelitian Citra satelit SPOT 7 perekaman 2019
(Sumber: Balai PSKL Maluku Papua, 2021)
Gambar 4.1 Peta Negeri Hukurila Kecamatan Leitimur Selatan Kota Ambon
Gambar 4.2 Peta Daerah Aliran Sungai Negeri Hukurila Kecamatan leitimur
Selatan Kota Ambon
Gambar 4.3. Peta Citra Satelit Resolusi Tinggi (Satellit Pour 1’Observtion de la
Terre) SPOT 7 Perekam 2019
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
DOKUMENTASI
BAB I. PENDAHULUAN
Sungai diibaratkan sebagai urat nadi dalam tubuh manusia, sementara air
yang mengalir dalam urat nadi tersebut adalah seumpama darah. Tanpa urat nadi,
darah tidak dapat mengirimkan berbagai zat makanan yang dibutuhkan oleh
semua elemen tubuh manusia (Kadri, 2005; Latuamury et al., 2021). Dengan
demikian tanpa sungai atau apabila sungai telah mengalami kerusakan, maka
manusia akan mengalami kesulitan untuk memperoleh air yang layak dan
menimbulkan harga yang mahal. (Santikayasa, 2018) mengemukakan bahwa
tubuh manusia membutuhkan sekitar 70% air, dan setiap harinya manusia
membutuhkan sekitar 1,5 liter air untuk tetap survive. Ekosistem daratan secara
langsung bergantung pada air sebagai salah satu factor penting yang menentukan
struktur dan fungsi seluruh bioma di bumi. Air sangat penting dan merupakan
bagian terbesar dari protoplasma, sehingga dikemukakan bahwa semua kehidupan
adalah akuatik (Sutikno, 2017).
Fungsi hutan yang paling vital bagi hajat hidup manusia adalah sebagai
pengatur tata air (water regulator) (Kodoatie, Robert J. & Syarief, 2010). Hutan
dan hasil air merupakan dua hal yang saling berhubungan erat. Air merupakan
2
unsur utama dalam pengelolaan DAS mutlak dimulai dari pengelolaan huutan di
daerah hulu terutama berkaitan dengan permasalahan biofisik maupun sosial
ekonomi kelembagaan. Kegiatan pemanfaatan hasil air sebagai bagian dari upaya
mewujudkan hubungan harmonis antara hutan dan masyarakat dalam bentuk
pengelolaan DAS berbasis masyarakat secara selaras dan serasi.
DAS Wae Rupa Negeri Hukurila memiliki luas 359,73 Hektar, dengan
variasi penggunaan lahan meliputi Hutan lahan kering primer, hutan lahan kering
sekunder, Pertanian lahan Kering campuran, dan permukiman. DAS Wae Rupa
secara administratif mengalir di Negeri Hukurila Kecamatan Leitimur Selatan
Kota Ambon, dan secara geografis terletak berbatasan di sebelah utara dengan
Bukit/ Gunung dan sebelah selatan dan sebelah timur berbatasan dengan Laut
Banda, dan di sebelah barat berbatasan dengan Sungai. Batas Negeri Hukurila
3
2005) adalah suatu daerah yang dibatasi oleh pemisah topografi yang menerima,
menampung, menyimpan, dan mengalirkan hujan ke sungai dan seterusnya
menuju ke muara sungai atau ke laut. Definisi DAS menurut Seyhan (2001)
sebagai suatu wilayah ekosistem yang dibatasi oleh pemisah topografi berupa
igir-igir punggung bukit (river divide), dan berfungsi sebagai pengumpul,
penyimpan, dan penyuplai air, sedimen, dan unsur hara dalam sistem sungai dan
keluar melalui outlet tunggal (single outlet). Definisi DAS ini menekan sebagai
daerah yang dibatasi oleh topografi alami, dimana air hujan yang jatuh di DAS,
mengalir melalui suatu sungai dan selanjutnya mengalir keluar melalui outlet
sungai menuju ke laut.
Definisi DAS dipandang sebagai satu satuan hidrologi yang
menggambarkan kondisi fisik, biotis dan sosial ekonomi dalam rangka
merumuskan perencanaan dan pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya air
(Suripin, 2001). Definisi senada juga dikemukakan I Made Sandy (1985), Seorang
Guru Besar Geografi Universitas Indonesia, DAS adalah bagian dari muka bumi,
yang aliran air mengalir dari muka bumi menuju kedalam sungai. Sebuah pulau
selamanya terbagi habis ke dalam Daerah-Daerah Aliran Sungai. Antara DAS
yang satu dengan DAS yang lainnya dibatasi oleh titik-titik tertinggi muka bumi
berbentuk punggungan yang dikenal dengan batas daerah aliran (garis pemisah
DAS) atau stream devide (Hallaf, H.P., 2006).
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu kawasan atau area yang
dikelilingi oleh beberapa titik alami yang terletak pada dataran tinggi. Titik-titi k
tersebut berfungsi sebagai wadah penampungan air hujan yang turun di kawasan
ztersebut. Menurut Manan, melalui jurnal ilmiah “Pengaruh Hutan dan
Manajemen DAS”, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (1979), yang
disebut DAS adalah “Kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis yang
menampung, menyimpan dan mengalirkan air hujan yang jatuh di atasnya ke
sungai yang akhirnya bermuara ke danau atau laut”. Dari lokasi titik-titik tersebut,
air hujan yang ditampung akan mengalir ke berbagai area, melalui alur sungai
hingga akhirnya air sampai ke lautan. Selanjutnya, diteruskan dengan proses air
laut menguap hingga kembali menjadi hujan atau siklus air yang terus berulang.
7
DAS dapat dipandang dari beberapa fungsinya, baik dari aspek hidrologis,
geomorfologis, maupun dari aspek ekosistem DAS. Fungsi DAS sangat berkaitan
erat dengan masukan berupa jumlah curah hujan yang diterima, kondisi geologi
dan aspek lahan DAS. Berkaitan dengan fungsi hidrologis DAS adalah bahwa
kapasitas DAS dalam mengalirkan air, memperlambat debit puncak, melepaskan
air secara bertahap, memelihara kualitas air, serta mengurangi pembuangan massa
tanah seperti longsor.
Fungsi DAS pada prinsipnya fungsi utama DAS terbagi atas 3 (tiga),
yaitu : 1) Sebagai satu kesatuan bentang lahan meliputi fungsi lindung/
Konservasi, fungsi produksi dan fungsi habitat; 2) Sebagai satu kesatuan
hidrologis, yakni tempat berlangsungnya proses hidrologi untuk mengubah input
(hujan) menjadi output (aliran, sedimen, kualitas air); dan 3) Sebagai satu
kesatuan ekosistem, yakni Sebagai tempat interaksi/interrelasi antara komponen-
komponen ekosistem
bertentangan yang dapat melemahkan kinerja DAS dapat ditekan sehingga tidak
merugikan kinerja DAS secara keseluruhan (Darwis, 2017).
legalitas yang kuat, organisasi yang sudah berkembang, dan pendanaan yang
mendukung infrastruktur (Fikar et al., 2008). Prasyarat tersebut ditegaskan lebih
rinci oleh (Hidayat, Saputra and Haria Aditia Putra, 2020)bahwa keberhasilan
CBNRM dipengaruhi leh faktor eksogenus dan indigenus yaitu: (i) fokus terhadap
tujuan dan arah CBNRM; (ii) kompetensi, keahlian, dan kapasitas teknis lainnya
pada pelaksana dan partisipan CBNRM, terutama organisasi pelaksananya; dan
(iii) pendirian dan komitmen yang sungguh- sungguh terhadap CBNRM.
Pelaksanaan CBNRM tanpa terpenuhinya prasyarat-prasyarat tersebut umumnya
hanya berhasil pada aspek sosial dan ekonomi atau bahkan gagal sama sekali
(Darwis, Resnawaty and Nuriyah, 2020). Kegagalan tersebut justru menyebabkan
kerusakan lingkungan yang lebih parah. Kondisi tersebut akan semakin parah
apabila tidak ada upaya-upaya untuk menyelamatkan daerah hulu. Upaya yang
dilakukan sebaiknya bukan hanya domain pemerintah, melainkan melibatkan
masyarakat setempat sebagai pihak yang paling memahami kondisi wilayahnya.
Salah satu inisiatif penyelamatan DAS skala mikro sudah dilakukan oleh
masyarakat Desa Keseneng melalui pengelolaan sumber daya alam berbasis
masyarakat atau CBNRM.
Masyarakat lokal melalui “uji coba“ telah mengembangkan pemahaman
terhadap sistem ekologi dimana mereka tinggal (Sukwika, 2019). Hal ini
disebabkan telah adanya hubungan yang dekat dengan lingkungan dan
sumberdaya alam. Kenyataannya (Emilia, Hendrarto and Taruna, 2013)
mengungkapkan bahwa pengelolaan lingkungan masih banyak yang berpijak pada
konsep pengelolaan profesional yang meyakini golongan profesional yang harus
membuat keputusan sedangkan publik kurang mempercayai pertimbangan-
pertimbangan mereka. Distribusi kekuasaan dan pengaruh dalam masyarakat
merupakan inti dari banyak tantangan lingkungan dan pembangunan, sehingga
perlu dipertimbangkan pendekatan baru dalam menyelesaikan masalah-masalah
lingkungan, yaitu partisipasi lokal (Kajembe et al., 2005).
Pendekatan partisipatori dalam pengelolaan lingkungan perlu
mempertimbangkan beberapa hal untuk efektifitas dan optimalisasi usaha, yaitu:
alasan, jenis partisipasi dan pelakunya, elemen pendukung, tingkat kesertaan, tipe
stakeholders yang ada, waktu, komponen program, mekanisme, keadilan sosial,
12
serta monitoring dan evaluasi kerja. Salah satu pendekatan dalam mewujudkannya
adalah penggunaan konsep pembangunan berbasis masyarakat (community-based
development). Pembangunan berbasis masyarakat dapat dimaknai sebagai co-
management (pengelolaan bersama), yakni pembangunan yang dilakukan oleh
masyarakat bersama-sama dengan pemerintah setempat, yang bertujuan untuk
melibatkan masyarakat lokal secara aktif dalam kegiatan perencanaan dan
pelaksanaan suatu pembangunan dan pengelolaan (Subaktini, 2006).
Pengembangan masyarakat (community development) adalah suatu upaya
perubahan terencana (planned change) yang dilakukan secara sadar dan sungguh-
sungguh melalui usaha bersama masyarakat untuk memperbaiki keragaan sistem
kemasyarakatan. Arah perubahan akan sesuai dengan kesepakatan yang telah
dirumuskan bersama. Pada intinya instrumen yang digunakan dalam community
development adalah pemberdayaan (empowerment). Partisipasi yang tinggi
terhadap pembangunan akan menimbulkan rasa ikut memiliki dari masyarakat
atas semua sumber daya yang bersifat open acces dan common property di
lingkungannya. Pendekatan ini perlu ditempuh karena masyarakat lokal adalah
orang-orang yang paling tahu kondisi sosial budaya setempat. Setiap kegiatan
pembangunan harus memperhatikan nilai-nilai sosial budaya pembangunan.
Setiap langkah keputusan perencanaan harus mencerminkan keaktifan masyarakat
lokal yang ikut terlibat di dalamnya. Pelibatan masyarakat sejak awal akan lebih
menjamin kesesuaian program pengembangan dengan aspirasi masyarakat karena
adanya rasa memiliki yang kuat. Konsep pendekatan ini dalam jangka panjang
akan memungkinkan tingkat kontinuitas yang tinggi (Intan, Putri and Dharmawan,
2017).
Pengembangan masyarakat lokal perlu didasarkan pada kriteria sebagai
berikut: memajukan tingkat hidup masyarakat sekaligus melestarikan identitas dan
budaya local; meningkatkan pendapatan secara ekonomis sekaligus
mendistribusikan merata pada penduduk local; berorientasi pada pengembangan
usaha berskala kecil dan menengah dengan daya serap tenaga besar dan
berorientasi pada teknologi tepat guna; mengembangkan semangat kompetisi
serta koperasi; dan memanfaatkan pariwisata seoptimal mungkin sebagai agen
13
Gambar 3.1. Peta Lokasi penelitian Citra satelit SPOT 7 perekaman 2019 (Sumber:
Balai PSKL Maluku Papua, 2021)
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: tallysheet, GPS, kompas,
meteran, Kamera Digital, dan seperangkat komputer.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta kawasan hutan
Kota Ambon, Peta Administratif lokasi penelitian, peta tutupan lahan, peta
15
vegetasi, peta tanah, dan bahan-bahan yang terkait permasalahan penelitian serta
kuisioner penelitian dan data sosial ekonomi dan budaya masyarakat di lokasi
penelitian.
Data yang digunakan dalam penelitian adalah (1) Data Primer, adalah data
yang diperoleh secara langsung dari responden kunci dengan menggunakan alat
pengumpulan data berupa wawancara dan kuisioner; (2) Data Sekunder, adalah
data yang diperoleh dari peraturan perundang-undangan dan literature-literatur
yang berhubungan dengan masalah pokok dari penelitian
Variabel yang diukur ada dua yaitu faktor strategis internal dan eksternal.
Faktor strategis internal sumber daya manusia, manajemen, fisik, finansial dan
struktur organisasi (Robinson and Pearce 1991). Faktor eksternal yang dapat
mempengaruhi antara lain naik turunnya perekonomian, perubahan iklim sosial
dan politik serta kekuatan hukum, perkembangan teknologi, perubahan kebijakan
pemerintah dan letak geografis (Wahyudi 1996).
16
a. Tabulasi
Tabulasi dilakukan dengan menyajikan data tabulasi dalam bentuk tabel
yang berisi kode sesuai dengan analisis yang diperlukan. Ketelitian selama proses
17
6 ∑ni = 1 di2
Rs = 1–
n(n2-1)
Keterangan:
Rs = (Koefisien Rank Spearman)
di = (selisih peringkat X dan Y)
n = (banyaknya sampel).
Jika Rs bernilai nol, maka tidak ada korelasi. Apabila Rs bernilai +1,00 atau -1,00
maka terdapat korelasi sempurna. Dalam uji korelasi ini, hal yang perlu
diperhatikan adalah besarnya koofisien korelasi dam apakah koefisien korelasi itu
nyata atau tidak pada taraf signifikasi 99% ; 95%.
19
Gambar 4.1 Peta Negeri Hukurila Kecamatan Leitimur Selatan Kota Ambon
20
4.2. Aksesibilitas
Jarak yang ditempuh menuju lokasi Negeri Hukurila yaitu + 5,9 km dari
Kecamatan Leitimur Selatan dengan kondisi jalan aspal yang dapat dilalui
transportasi roda 4.
4.3. Topografi
Berdasarkan hasil analisis data Shuttle Radar Topographic Mission
(SRTM) liputan Tahun 2004 dengan Digital Elevation Model (DEM), kelerengan
lapangan Berdasarkan Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1 : 50.000, lokasi
penelitian memiliki fisiografi landai (8-15%) terletak pada ketinggian ± 130 mdpl.
Kondisi topografi kota Ambon yang termasuk pulau kecil, maka sungai
sungai dikota Ambon memiliki karakter khusus yang terdiri dari banyak sungai
kecil dengan DAS yang sempit. Seuai peta sungai di negeri Hukurila sungai-
sungai yang mengalir pada umumnya tidak Panjang.
Gambar 4.2 Peta Daerah Aliran Sungai Negeri Hukurila Kecamatan leitimur Selatan Kota Ambon
Gambar 4.3. Peta Citra Satelit Resolusi Tinggi (Satellite Pour l'Observtion de
la Terre) SPOT 7 Perekaman 2019.
3. Kesehatan
Negeri Hukurila memiliki fasilitasi Puskesmas Pembantu sebanyak 1 unit
dan Pos Kesehatan Desa sebanyak 1 unit.
4. Perekonomian
Kehidupan sehari-hari masyarakat hukum adat Negeri Hukurila banyak
ditopang dari hasil sumberdaya hutan dan laut. Pemanfaatan sumberdaya hutan
dilakukan dengan berkebun dan memanfaatkan hasil hutan seperti cengkeh, pala,
durian dan pisang. Sedangkan mata pencaharian penduduk sebagian sebagai
petani, nelayan, jasa angkutan umum, buruh bangunan, PNS dan karyawan
swasta..
5. Sarana dan Prasarana
Jaringan listrik di Negeri Hukurila berasal dari PLTD Galala dan sudah
mengaliri mayoritas masyarakat Negeri Hukurila. Dari keseluruhan masyarakat,
terdapat 2 KK yang belum teraliri listrik.
6. Sosial Budaya
5.2 Persepsi dan perilaku masyarakat Negeri Hukurila Kota Ambon terkait
pengelolaan DAS Wae Rupa
5.2.1 Pengetahuan
Tingkat persepsi masyarakat terkait pengelolaan DAS Wae Rupa dinilai
berdasarkan tujuh indikator penilaian pengetahuan masyarakat. Indikator
penilaian tingkat pengetahuan masyarakat terkait pengelolaan DAS Wae Rupa
berdasarkan tujuh indikator penilaian yaitu pengetahuan warga akan manfaat
DAS, pengetahuan warga akan fungsi aturan formal, pengetahuan warga akan
fungsi aturan tidak tertulis, kepatuhan dan kemampuan warga melestarikan sungai
DAS, pengetahuan warga akan fungsi hubungan sosial, dan kesediaan warga
untuk menguatkan hubungan sosial dalam melestarikan DAS sebagaimana
disajikan pada Tabel 5.2.
29
Tabel 5.2 Pengetahuan masyarakat terkait Pengelolaan DAS Wae Rupa Negeri Hukurila
Tingkat pengetahuan (%)
Indikator Tidak Cukup Sangat
mengetahui mengetahui mengetahui
Pengetahuan Warga akan manfaat DAS 20,0 52,0 28,0
Pengetahuan warga akan fungsi aturan 32,0 48,0 20,0
formal
Pengetahuan warga akan fungsi aturan 8,0 32,0 60,0
tidak tertulis
Pengetahuan warga akan fungsi hubungan
social 28,0 46,0 26,0
Pemahaman Aturan Formal
40,0 50,0 10,0
Pemahaman Aturan Adat
22,0 34,0 44,0
Pemahaman terkait hubungan sosial dalam
melestarikan sungai DAS 18,0 42,0 40,0
Sumber: Olah data primer, 2022
5.2.1 Sikap
sebesar 36%, diikuti sangat aktif sebesar 36% dan tidak aktif 28%. Kegiatan
pelestarian sungai pada DAS Wae Rupa menunjukkan bahwa masyarakat cukup
aktif terlibat sebesar 46%, diikuti sangat aktif sebesar 32% dan tidak aktif 22%.
Kepatuhan dan kemampuan warga melestarikan sungai pada DAS Wae Rupa
menunjukkan bahwa masyarakat cukup aktif terlibat sebesar 56%, diikuti sangat
aktif sebesar 26% dan tidak aktif 18%. Terakhir kemauan dan kemampuan
kerjasama warga dalam kegiatan pelestarian sungai menunjukkan bahwa
masyarakat cukup aktif terlibat sebesar 52%, diikuti sangat aktif sebesar 32% dan
tidak aktif 16%.
5.3 Pengelolaan DAS Wae Rupa berbasis masyarakat Negeri Hukurila Kota
Ambon
Tabel 5.4 Peran masyarakat dalam pengelolaan DAS Wae Rupa Negeri Hukurila berbasis
masyarakat
Tingkat peran masyarakat (%)
Indikator Tidak aktif Cukup aktif Sangat aktif
Keterbukaan organisasi/lembaga formal 22,0 50,0 28,0
dalam pengelolaan sumberdaya air dan
DAS
Intensitas instansi pengelolaan DAS dalam 56,0 28,0 16,0
pengukuran dan pengawasan
Intensitas kunjungan organisasi/lembaga 50,0 32,0 18,0
formal di DAS Wae Rupa
Intesitas pertemuan anggota komunitas
pengelolaan DAS 50,0 28,0 22,0
Peran dalam kerjasama dengan komunitas
32
marabahaya maupun bencana yang akan menimpa pelaku maupun warga desa
secara keseluruhan.
Pengelolaan fisik yang masih dilakukan warga masyarakat di sepanjang
DAS Wae Rupa sampai saat ini adalah memelihara penutupan vegetasi di
sepanjang wilayah aliran sungai DAS Wae Rupa dengan tidak menebang
sembarangan, sehingga kuantitas dan kualitas mataair dan hulu sungai tetap
terjada dengan baik. Aktivitas membersihkan mataair dan hulu sungai serta
lingkungan sekitarnya masih dilakukan secara bergotong royong setiap tahun.
Kegiatan lain yang dilakukan warga masyarakat dengan penanaman pohon secara
sukarela.
5.3.2 Korelasi Rank Spearman Persepsi masyarakat dengan pengelolaan
DAS Wae Rupa Negeri Hukurila
Tabel 5.5 Hasil Korelasi Rank Spearman persepsi masyarakat dalam pengelolaan
DAS
Tingkat Tingkat
pengetahua Tingkat pengelolaan
Korelasi Rank Spearman's n sikap DAS berbasis
masyarakat masyarakat masyarakat
Tingkat pengetahuan Correlation
1.000 0.353* .446**
masyarakat Coefficient
Sig. (2-tailed) . 0.012 .001
N 50 50 50
Tingkat sikap masyarakat Correlation
.353* 1.000 .337*
Coefficient
Sig. (2-tailed) .012 . .017
N 50 50 50
Tingkat pengelolaan DAS Correlation
.446** 0.337* 1.000
berbasis masyarakat Coefficient
Sig. (2-tailed) .001 0.017 .
N 50 50 50
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
35
6.1 Kesimpulan
a. Kondisi sosial ekonomi mayarakat yang tinggal di DAS Wae Rupa Negeri
Hukurila kota Ambon terdapat perbedaan social dan ekonominya walaupun
sedikit kesamaan juga dari segi kesehatan dan kebersihan lingkungan, tetapi
dari pola hidup mereka hanya mengandalkan air sungai meskipun sudah ada
air leding yang di buat oleh pemerintah dan juga ada sumur tetapi masyarakat
sekiran DAS kebanyakan lebih suka menggunakan air sungai untuk segala
aktifitas. Karakteristik kondisi social ekonomi masyarakat DAS Wae Rupa
Negeri Hukurila kota Ambon berdasarkan penelitian rata-rata mereka di atas
usia produktif yaitu 25 tahun sampai 50 tahun, jenis kelamin relatif sama,
Pendidikan masyarakat di DAS Wae Rupa Negeri Hukurila kota Ambon rata-
rata mereka hanya lulusan tingkat SD dan SMP sederajat yaitu dengan persen
46,0% walaupun yang lulusan sekolah menengah (SMA sederajat) juga
banyak dengan persen 40,0% sedangkan untuk perguruan tinggi sangatlah
sedikit dengan persen 7,0% karena kebanyakan yang lulusan Pendidikan
tinggi tidak menetap atau berpinda domisili, pekerjaan masyarakat DAS Wae
Rupa Negeri Hukurila rata-rata kebanyakan pekerja informal dengan persen
tertinggi 70,0% pekerja swasta dan pekerja ASN sangatlah sedikit, tingkat
pendapatan masyarakat negeri hukurila tidaklah merata karena latar belakang
pekerjaan yang berbeda-beda di sektor informal dan formal. Rata-rata
pendapatan masyarakat negeri hukurila berkisar antara Rp 1.000.000 – Rp
3.000.000, walaupun terkadang ada masyarakat yang berpendapatan kurang
dari Rp 1.000.000, namun dengan berpendapatan yang berbeda-beda
masyarakat yang berpendapatan rendah tetap memilih tinggal dan metap di
negeri. Tanggungan keluarga masyarakat negeri hukrila rata-rata lebih banyak
kurang dari 3 orang baik yang di rumah maupun yang di luar rumah dan lama
domisili rata-rata yang tinggal menetap kebanyakan berumur 25-55 tahun.
37
2. Hasil analisis penilaian persepsi masyarakat meliputi tingkat pengetahuan dan sikap
terkait pengelolaan DAS Wae Rupa berbasis masyarakat menunjukkan bahwa
Tingkat pengetahuan masyarakat berdasarkan 7 (tujuh) indikator penilaian
termasuk kategori tinggi Sementara hasil penilaian 6 indikator penilaian sikap
termasuk dalam kategori sedang. Hasil ini menunjukan masyarakat Negeri
Hukurila sangat cukup mengetahui pentingnya pengelolaan DAS Wae Rupa
dan cukup paham mengenai sikap yang di ambil dalam pengeloaan DAS.
6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Lubuk Langkap Desa Suka Maju Kecamatan Air Nipis Kabupaten Bengkulu
Selatan’, Naturalis: Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan, 8(2). doi: 10.31186/naturalis.8.2.9211.
Santikayasa, I. P. (2018) ‘Pengelolaan Sumberdaya Air Pada Berbagai Skenario
Perubahan Iklim Menggunakan WEAP’, Seminar Nasional Geomatika, 2.
doi: 10.24895/sng.2017.2-0.432.
Satriani, Golar and Ihsan.M (2013) ‘Persepsi dan Sikap Masyarakat terhadap
Penerapan Program Pemberdayaan di Sekitar SUB Daerah Aliran Sungai
MIU (Kasus Program SCBFWM di Desa Simoro Kecamatan Gumbasa
Kabupaten Sigi)’, Jurnal Warta Rimba, 1(1), pp. 1–10.
Satriawan, H. (2017) ‘“Strategi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Dalam
Rangka Optimalisasi Kelestarian Sumberdaya Air (Studi Kasus DAS
Peusangan Aceh)”’, Majalah Ilmiah Universitas Almuslim, 9.
Subaktini, D. (2006) ‘Analisis Sosial Ekonomi Masyarakat Di Zona Rehabilitasi
Taman Nasional Meru Betiri, Jember, Jawa Timur’, Forum Geografi,
20(277), pp. 55–67.
Sukwika, T. (2019) ‘Partisipasi Masyarakat Menyediakan Jasa Lingkungan
Hidrologis di Kawasan DAERAH ALIRAN SUNGAI’, Sustainable
Environmental and Optimizing Industry Journal, 1(July), pp. 49–58.
Sutikno, S. (2017) ‘Pengelolaan Sumberdaya Air Terpadu (Integrated Water
Resources Management, IWRM)’, Jurnal Mesa, 1(1).
41
LAMPIRAN
42
Umur (Tahun)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < 25 Tahun 6 12.0 12.0 12.0
25-50 Tahun 26 52.0 52.0 64.0
> 50 Tahun 18 36.0 36.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Jenis kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 26 52.0 52.0 52.0
Perempuan 24 48.0 48.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Pendidikan terakhir
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pendidikan Dasar (SD dan SMP
23 46.0 46.0 46.0
Sederajat)
Pendidikan Menengah (SMA
20 40.0 40.0 86.0
Sederajat)
Pendidikan Tinggi
7 14.0 14.0 100.0
(Diploma/Sarja/Pascasarjana)
Total 50 100.0 100.0
Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pekerjaan Informal
(Petani/nelayan/Tukang 35 70.0 70.0 70.0
Bangunan/buruh)
Pekerjaan Swasta (Karyawan
10 20.0 20.0 90.0
swasta)
Pekerjaan ASN
5 10.0 10.0 100.0
(PNS/TNI/POLRI)
Total 50 100.0 100.0
Status Nikah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 5 10.0 10.0 10.0
Ya 45 90.0 90.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
43
PendaPatan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < 3.000.000 per bulan 43 86.0 86.0 86.0
3.000.000 s.d 5.000.000 6 12.0 12.0 98.0
> 5.000.000 1 2.0 2.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Lama Domisili
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <25 Tahun 6 12.0 12.0 12.0
26-55 Tahun 26 52.0 52.0 64.0
> 55 Tahun 18 36.0 36.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
44
Koding_Persepsi masyarakat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah (14-16) 1 2.0 2.0 2.0
Sedang (17-19) 20 40.0 40.0 42.0
Tinggi (19-21) 29 58.0 58.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
46
Kemauan dan kemampuan kerjasama warga dalam kegiatan pelestarian sungai DAS
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak aktif 8 16.0 16.0 16.0
Cukup Aktif 26 52.0 52.0 68.0
Sangat aktif 16 32.0 32.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Kesediaan warga untuk menguatkan hubungan sosial dalam melestarikan sungai DAS
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak aktif 13 26.0 26.0 26.0
Cukup Aktif 21 42.0 42.0 68.0
Sangat aktif 16 32.0 32.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
48
Sikap terkait Intensitas instansi pengelolaan DAS dalam pengukuran dan pengawasan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak aktif 8 16.0 16.0 16.0
Cukup aktif 28 56.0 56.0 72.0
Sangat aktif 14 28.0 28.0 100.0
Total 50 100.0 100.0