Anda di halaman 1dari 64

i

PENGELOLAAN DAS WAE RUPA DALAM PERSEPSI MASYARAKAT


NEGERI HUKURILA KOTA AMBON

SKRIPSI

Oleh:

Dwi Hawa Ningsi Tella


NIM 2017 80 045

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


JURUSAN KEHUTANAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
2022
ii

PENGELOLAAN DAS WAE RUPA DALAM PERSEPSI MASYARAKAT


NEGERI HUKURILA KOTA AMBON

Sebagai Salah Satu Syarat


Skripsi Program Sarjana (S-1) Pada Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian

Oleh:

Dwi Hawa Ningsi Tella


NIM 2017 80 045

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


JURUSAN KEHUTANAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
2022
iii

PENGESAHAN
SKRIPSI TELAH DIPERTAHANKAN DI HADAPAN TIM PENGUJI
UJIAN SARJANA

YANG DILAKSANAKAN

HARI & TANGGAL UJIAN : RABU, 12 OKTOBER, 2022


TEMPAT UJIAN : JURUSAN KEHUTANAN, FAKULTAS
PERTANIAN, UNIVERSITAS PATTIMURA
JUDUL SKRIPSI : PENGELOLAAN DAS WAE RUPA DALAM
PERSEPSI MASYARAKAT NEGRI HUKURILA
KOTA AMBON
NAMA MAHASISWA : DWI HAWA NINGSI TELLA
NIM : 2017-80-045

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Dr. B. Latuamury, S.Hut., M.Sc M. Sahureka., S.Hut. M.Sc


NIP. 197802222005011002 NIP. 197811182005012001

DISAHKAN MENGETAHUI
DEKAN FAKULTAS PERTANIA KETUA JURUSAN KEHUTANAN

Prof. Dr. Ir. E. Pattiselano, M.Si Dr. M. Tjoa, S.Hut., MP


NIP, 196908211993031001 NIP. 197010282000122001
iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Dwi Hawa Ningsi Tella
NIM : 2017-80-045
Program Studi : Kehutanan
Fakultas : Pertanian

Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengelolaan DAS Wae


Rupa Dalam Presepsi Masyarakat Negeri Hukurilah Kota Ambon”
merupakan hasil saya sendiri, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya, tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan orang lain kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka.

Ambon, Oktober 2022


Penulis

Dwi Hawa Ningsi Tella


NIM. 2017-80-045
v

ABSTRAK

Dwi Hawa Ningsi Tella 2022, Pengelolaan DAS Wae Rupa Dalam Presepsi
Masyarakat Negeri Hukurila Kota Ambon. Dibimbing oleh Dr. B. Latuamury,
S.Hut., M.Si dan M. Sahureka, S.Hut.,M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengelolaan daerah aliran


sungai (DAS) yang dilakukan untuk mengatur hubungan timbal balik antara
sumber daya alam dalam DAS dan manusia agar terwujud kelestarian ekosistem
serta menjamin keberlanjutan manfaat sumber daya alam tersebut bagi manusia.
Artinya, setiap bentuk pemanfaatan sumber daya alam dilakukan dengan
mempertimbangkan aspek-aspek kelestarian DAS. Dengan demikian manusia
dapat memperoleh manfaat sumber daya alam dan jasa lingkungan secara
berkelanjutan dari generasi ke generasi. Pengelolaan sumber daya alam dapat
dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat
Negeri. Penelitian ini dilakukan di Negeri Hukurila Kecamatan Leitimur Selatan
Kabupaten Ambon pada bulan Mei 2022. Data yang di kumpulkan dengan
pemgamatan dan wawancara kemudian di analisis dengan Mengolah data hasil
kuisioner yang disebarkan kepada masyarakat adat Negeri Hukurila dan informan kunci,
melalui beberapa tahapan analisis. Tahapan pengolahan data ada tiga tahap yaitu: editing,
coding, skoring. Format kuisioner meliputi dua, yaitu pernyataan positif dan pernyataan
negatif. Tujuan dari penyajian pernyataan positif dan pernyataan negatif untuk mencegah
kecenderungan responden menjawab pada salah satu ujung skala yang memiliki skor
paling besar, sehingga diminimalisir menggunakan kedua pernyataan tersebut. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa pengelolaan sumberdaya alam sudah cukup baik
dimana terlihat antusias perangkat desa dan masyarakat dalam mengembangkan
daerah aliran sungai (DAS) Wae Rupa Negeri Hukurila, dengan adanya leding air
yang dapat di manfaatkan oleh masyarakat.

Kata Kunci : daerah aliran sungai, aktivitas pengelolaan sumberdaya alam


vi

ABSTRACT

Dwi Hawa Ningsi Tella 2022, Study of Wae Rupa Watershed Management in
Public Perceptions of Hukurila State, Ambon City. Supervised by Dr. B.
Latuamury, S.Hut. M.Si and M. Sahureka, S.Hut. M,Si

This study aims to determine the management of river basins (DAS) which
is carriedout to regulate the reciprocal relationship between natural resources in
the watershedand humans in order to realize ecosystem sustainability and ensure
the sustainability ofthe benefits of these natural resources for humans. This means
that every form of utilizationof natural resources is carried out by considering
aspects of watershed sustainability.Thus humans can benefit from natural
resources and environmental servicesin a sustainable manner from generation to
generation. Natural resource management canbe carried out in a participatory
manner by involving all components of the country's community.This research
was conducted in Negeri Hukurila, South Leitimur District, Ambon Regencyin
May 2022. The data collected by observation and interviews were then
analyzedby processing the data from questionnaires distributed to the indigenous
people ofHukurila Country and key informants, through several stages of analysis.
The three stages ofdata processing are: editing, coding, scoring. The questionnaire
format includes two, namelypositive statements and negative statements. The
purpose of presenting positive statementsand negative statements is to prevent the
tendency of respondents to answer at one endof the scale that has the highest
score, so that it is minimized using both statements.The results of this study
indicate that the management of natural resources is quite goodwhere the
enthusiasm of the village apparatus and the community in developing theWae
Rupa Negeri Hukurila watershed (DAS) is visible, with the presence of water
pipes thatcan be utilized by the community.

Keywords: watershed, natural resource management activities


vii

PRAKATA

Puji syukur atas Kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi
penelitian yang berjudul “Eksplorasi Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) Pada
Beberapa Rhizosfer Tanaman Samama (Anthocephalus macrophyllus)”. Adapun
maksud dan tujuan skripsi penelitian ini adalah untuk mengetahui
keanekaragaman dan jumlah spora fungi mikoriza arbuskula (FMA) yang ada
pada beberapa rhizosfer dibawah tegakan tanaman samama (Anthocephalus
macrophyllus) dengan perbedaan jenis tanah dan faktor lingkungan pada masing-
masing rhizosfernya. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai program sarjana s-1 Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas
Pattimura Ambon.
Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. E. Pattiselano, M.Si selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Pattimura Ambon.
2. Dr. Ir. M. Tjoa, S.Hut., MP selaku Ketua Jurusan Kehutanan.
3. Dr. Ir. Henderina Lellotery, S.Hut., MP selaku Ketua Program Studi
Kehutanan.
4. Dr. B. Latuamury, S.Hut., M.S dan M. Sahureka., S.Hut. M.Si
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak ilmu dan
masukan selama proses pembuatan skripsi penelitian.
5. Dr. Ir. F. S. Latumahina, S.Hut., MP. IPU dan Ir. Ludia Siahaya,
S.Hut., MP. IPM selaku penguji/penyanggah atas kritik dan saran
yang telah diberikan.
6. Bapak Moch Ismail Tella dan Endang Sosilowati selaku orang tua
penulis serta tak lupa Bapak Ridwan Ren-El selaku suami penulis
yang telah mendukung penulis baik secara moral dan material dan
tentu saja yang telah banyak memberikan doa serta motivasi
sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi penelitian ini.
viii

7. Eka Hajar Istiana Tella. Rifaldy Endisma Surya Tella dan Chama
Sekar Arum Tella selaku saudara kandung penulis serta Bilal Chairil
Asshauqi Ren-El dan Zeyhan Al-farizky Ren-El yang turut menjadi
motifasi dan penyemangat
8. Bapak-bapak mantu dan Mama-mama mantu keluarga Ren-El yang
turut memberi nasehat dan dukungan juga material untuk membantu
penulis menyelesaikan perkuliahan serta Ipar-ipar tercinta yang turut
membantu menjaga kedua anak penulis yang masi kecil sehingga
penulis dapat focus menyelesaikan skripsi ini
9. Sahabat-sahabati seakidah penulis tahun ajaran angkatan 2017 yang
bersedia berjuang bersama penulis guna mengejar program sarjana
(S-1) kehutanan Universitas Pattimura.
10. Teman-teman angkatan 2017 program studi kehutanan atas semua
dukungan yang telah diberikan.
11. Sumber-sumber referensi dari berbagai pihak yang terlibat dalam
penulisan skripsi penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dan memperlancar penulisan skripsi penelitian ini. Penulis
berharap skripsi penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk banyak pihak.

Ambon, Oktober 2022


Penulis
ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI...............................................iii
ABSTRAK..........................................................................................................iv
INTISARI............................................................................................................vi
PRAKATA..........................................................................................................vii
DAFTAR ISI.......................................................................................................x
DAFTAR TABEL...............................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiii
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian.........................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian..........................................................................................3
1.4 Luaran Penelitian..........................................................................................4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5
2.1 Definisi Daerah Aliran Sungai (DAS)...........................................................5
2.2. Pengertian Persepsi Masyarakat....................................................................7
2.3. Pengelolaan DAS Berbasis Masyarakat.......................................................9
BAB III. METODE PENELITIAN.......................................................................13
3.1 Lokasi Penelitian..........................................................................................13
3.2 Alat dan Bahan Penelitian............................................................................13
3.3. Data Penelitian...........................................................................................14
3.4 Metode Penelitian.......................................................................................14
3.5 Analisis Data...............................................................................................15
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN............................................18
4.1 Letak geografis Negeri Hukurila..................................................................18
4.2. Aksesibilitas................................................................................................19
4.3. Topografi.....................................................................................................19
4.4. Hidrologi dan Daerah Aliran Sungai (DAS)...............................................19
4.6. Penutupan Lahan.........................................................................................20
4.7. Keanekaragaman Hayati.............................................................................21
x

4.8. Sosial, Ekonomi dan Budaya......................................................................21


1. Kependudukan.....................................................................................21
2. Pendidikan...........................................................................................21
3. Kesehatan...................................................................................................22
4. Perekonomian.............................................................................................22
5. Sarana dan Prasarana.................................................................................22
6. Sosial Budaya.............................................................................................22
V. HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................................24
5.1 Karakteristik Sosial Ekonomi Responden....................................................24
5.1.2 Umur Responden 25
5.1.3 Jenis Kelamin25
5.1.4 Pendidikan26
5.1.5 Pekerjaan26
5.1.6 Pendapatan27
5.1.7 Tanggungan Keluarga27
5.1.8 Lama Domisilir.27
5.2 Persepsi dan perilaku masyarakat Negeri Hukurila Kota Ambon terkait
pengelolaan DAS Wae Rupa..............................................................................26
5.2.1 Pengetahuan..........................................................................................26
5.2.1 Sikap......................................................................................................27
5.3 Pengelolaan DAS Wae Rupa berbasis masyarakat Negeri Hukurila Kota
Ambon................................................................................................................29
5.3.1 Hasil analisis frekuensi Pengelolaan DAS Wae Rupa berbasis
masyarakat Negeri Hukurila..........................................................................29
5.3.2 Korelasi Rank Spearman Persepsi masyarakat dengan pengelolaan
DAS Wae Rupa Negeri Hukurila...................................................................32
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................34
6.1 Kesimpulan..................................................................................................34
6.2 Saran.............................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................36
LAMPIRAN...........................................................................................................37
xi

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Karakteristik responden DAS Wae Rupa Negeri Hukurila


Tabel 5.2 Pengetahuan masyarakat terkait Pengelolaan DAS Wae Rupa Negeri
Hukurila
Tabel 5.3 Sikap masyarakat terkait Pengelolaan DAS Wae Rupa Negeri Hukurila
Tabel 5.4 Peran masyarakat dalam pengelolaan DAS Wae Rupa Negeri Hukurila
berbasis masyarakat
Tabel 5.5 Hasil Korelasi Rank Spearman persepsi masyarakat dalam pengelolaan
DAS
xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Peta Lokasi penelitian Citra satelit SPOT 7 perekaman 2019
(Sumber: Balai PSKL Maluku Papua, 2021)
Gambar 4.1 Peta Negeri Hukurila Kecamatan Leitimur Selatan Kota Ambon
Gambar 4.2 Peta Daerah Aliran Sungai Negeri Hukurila Kecamatan leitimur
Selatan Kota Ambon
Gambar 4.3. Peta Citra Satelit Resolusi Tinggi (Satellit Pour 1’Observtion de la
Terre) SPOT 7 Perekam 2019
xiii

DAFTAR LAMPIRAN

DOKUMENTASI

Lampiran 1. Analisis Frekuensi Karakteristik Responden

Lampiran 2. Tingkat Pengetahuan masyarakat terkait pengelolaan DAS Wae


Rupa Negeri Hukurila

Lampiran 3. Sikap masyarakat terkait pengelolaan DAS Wae Rupa Negeri


Hukurila

Lampiran 4. Pengelolaan DAS Wae Rupa berbasis masyarakat Negeri Hukurila

Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian Lapangan di Negeri Hukurila


1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan komponen penting dalam mendukung kehidupan mahluk


hidup. Kebutuhan air sangatlah penting dan tidak dapat tergantikan dengan
apapun. Manusia, dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari kebutuhan akan
air. Hampir semua aktivitas manusia seperti rumah tangga, pertanian, perikanan,
peternakan, industri dan mikrohidro memerlukan air. Namun demikian,
ketersediaan air yang dapat dimanfaatkan langsung oleh manusia sangatlah
terbatas. Di beberapa tempat, walaupun air yang tersedia melimpah, namun tidak
dapat dimanfaatkan karena kualitas airnya tidak memenuhi persyaratan. ahkan di
tempat lain lagi, jumlah air yang tersedia sangat terbatas dengan kualitas yang
tidak memenuhi persyaratan. Terbatasnya jumlah dan kualitas air permukaan yang
dapat dimanfaatkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan, mengharuskan kita
dapat mengelola dan memanfaatkan sumber air secara benar dan bijaksana
(Latuamury, 2020a).

Sungai diibaratkan sebagai urat nadi dalam tubuh manusia, sementara air
yang mengalir dalam urat nadi tersebut adalah seumpama darah. Tanpa urat nadi,
darah tidak dapat mengirimkan berbagai zat makanan yang dibutuhkan oleh
semua elemen tubuh manusia (Kadri, 2005; Latuamury et al., 2021). Dengan
demikian tanpa sungai atau apabila sungai telah mengalami kerusakan, maka
manusia akan mengalami kesulitan untuk memperoleh air yang layak dan
menimbulkan harga yang mahal. (Santikayasa, 2018) mengemukakan bahwa
tubuh manusia membutuhkan sekitar 70% air, dan setiap harinya manusia
membutuhkan sekitar 1,5 liter air untuk tetap survive. Ekosistem daratan secara
langsung bergantung pada air sebagai salah satu factor penting yang menentukan
struktur dan fungsi seluruh bioma di bumi. Air sangat penting dan merupakan
bagian terbesar dari protoplasma, sehingga dikemukakan bahwa semua kehidupan
adalah akuatik (Sutikno, 2017).

Fungsi hutan yang paling vital bagi hajat hidup manusia adalah sebagai
pengatur tata air (water regulator) (Kodoatie, Robert J. & Syarief, 2010). Hutan
dan hasil air merupakan dua hal yang saling berhubungan erat. Air merupakan
2

unsur utama dalam pengelolaan DAS mutlak dimulai dari pengelolaan huutan di
daerah hulu terutama berkaitan dengan permasalahan biofisik maupun sosial
ekonomi kelembagaan. Kegiatan pemanfaatan hasil air sebagai bagian dari upaya
mewujudkan hubungan harmonis antara hutan dan masyarakat dalam bentuk
pengelolaan DAS berbasis masyarakat secara selaras dan serasi.

Pengelolaan DAS adalah pendekatan yang holistik untuk mengelola


sumberdaya DAS dengan mengintegrasikan kehutanan, pertanian, peternakan dan
pengelolaan air, yang dapat diperluas untuk pembnagunan yang erat kaitannya
dengan penghidupan masyarakat lokal (Satriawan, 2017). Pengelolaan DAS
berkelanjutan dapat diwujudkan melalui partisipasi aktif masyarakat. Partisipasi
masyarakat akan menunjukkan eksistensinya dalam merespon setiap kebijakan
dan program pengelolaan DAS berkelanjutan. Persepsi adalah proses
memperoleh, menginterpretasikan, memiliki dan mengorganisir informasi yang
berhubungan dengan perasaan (Marasabessy et al., 2019; Pratiwi, Fatimah and
Munandar, 2019). Persepsi masyarakat berakar dari peta kognisi (cohnitive maps).
Bagaimana manusia mencitrakan lingkungannya disimpan dalam otak sebagai
jaringan spasial (spatial network). Struktur ini menghubungkan ingatan/
pengalaman masa lalu degan mempersepsikan peristiwa, gagasan dan emosi saat
ini. Persepsi adalah kognitif yang dialami oleh setiap orang didalam memahami
informasi tentang lingkungannya, baik melalui penglihatan, pendengaran,
penghayatan, perasaan maupun penciuman. Persepsi dapat dirumuskan dengan
berbagai cara tetapi dalam ilmu perilaku khususnya psikologi, persepsi
dipergunakan untuk mengartikan perbuatan yang lebih dari sekedar
mendengarkan, melihat atau merasakan sesuatu (Satriani, Golar and Ihsan.M,
2013).

DAS Wae Rupa Negeri Hukurila memiliki luas 359,73 Hektar, dengan
variasi penggunaan lahan meliputi Hutan lahan kering primer, hutan lahan kering
sekunder, Pertanian lahan Kering campuran, dan permukiman. DAS Wae Rupa
secara administratif mengalir di Negeri Hukurila Kecamatan Leitimur Selatan
Kota Ambon, dan secara geografis terletak berbatasan di sebelah utara dengan
Bukit/ Gunung dan sebelah selatan dan sebelah timur berbatasan dengan Laut
Banda, dan di sebelah barat berbatasan dengan Sungai. Batas Negeri Hukurila
3

secara administratif berbatasan dengan Negeri Ema di sebelah Utara, berbatasan


dengan laut Banda di sebelah Timur dan berbatasan Laut di sebelah Selatan dan
Negeri Kilang di Sebelah Barat. Aksesibilitas DAS Wae Rupa memiliki jarak
tempuh menuju lokasi Negeri Hukurila yaitu + 5,9 km dari Kecamatan Leitimur
Selatan dengan kondisi jalan aspal yang dapat dilalui transportasi roda dua dan
empat.

Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang bermukim di DAS Wae Rupa


Negeri Hukurila memiliki hubungan yang akrab karena masih memanfaatkan air
sungai untuk sumber air minum dan keperluan rumah tangga seperti mencuci,
mandi dan juga memanfaatkan bahan galian C seperti pasir dan batu untuk
keperluan membantu rumah. Disamping itu masyarakat masih memiliki persepsi
yang belum sama terkait pengelolaan sumberdaya air DAS Wae Rupa.
Berdasarkan uraian singkat diatas, maka penelitian ini mengambil judul
penelitian sebagai berikut : “Pengelolaan DAS Wae Rupa Dalam Persepsi
masyarakat Negeri Hukurila Kota Ambon”

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah


penelitian dibatasi pada :
1. Bagaimana karakteristik sosial ekonomi Masyarakat di DAS Wae Rupa?
2. Bagaimana Persepsi masyarakat Negeri Hukurila Kota Ambon terkait
pengelolaan DAS Wae Rupa?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:


1. Menganalisis karakteristik sosial ekonomi Masyarakat di DAS Wae Rupa
2. Menganalisis Persepsi masyarakat Negeri Hukurila Kota Ambon terkait
pengelolaan DAS Wae Rupa

1.4 Luaran Penelitian

1. Sebagai naskah akademik yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan


keputusan, bagi pengambil kebijakan terkait penanganan permasalahan teknis
dan sosial pengelolaan DAS.
4

2. Publikasi ilmiah di jurnal nasional terakreditasi dan jurnal Internasional dan


Nasional.
5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Daerah Aliran Sungai (DAS)

Definisi Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disebut DAS menurut


Peraturan Pemerintah No 37 tentang Pengelolaan DAS, Pasal 1 menyatakan
bahwa DAS adalah suatu wilayah daratan sebagai satu kesatuan sungai dan anak-
anak sungai dengan batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut
sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan, dan
berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah
hujan ke sungai, danau menuju ke laut secara alami.
Beberapa istilah yang sering dijumpai dalam mempelajari DAS, ntara lain
Daerah aliran sungai (DAS) sering disebut juga dengan Daerah Pengaliran Sungai
(DPS). River Basin dengan makna cekungan/ ledok wilayah sungai. Drainage
Basin, dengan makna ledok pengatusan. Watershed, dengan makna sistem air/
sistem hidrologi; Cacthment area, dengan makna daerah tangkasan air hujan.
Definisi Daerah Aliran Sungai (DAS) menurut beberapa sumber buku dan
disajikan dalam (Gambar A2.1) adalah: Definisi DAS menurut Dharmawan, dkk
(2005) adalah bentang lahan yang dibatasi oleh topografi pemisah aliran
(topographic divide), punggung bukit dan/atau gunung yang menerima,
menyimpan dan mengalirkan curah hujan melalui saluran-saluran ke suatu outlet
yang bermuara sungai.
Definisi DAS menurut (Asdak, 2002) adalah suatu wilayah daratan yang
secara topografik dibatasi punggung bukit dan/atau gunung yang menampung dan
menyimpan hujan kemudian menyalurkannya melalui sungai utama ke laut.
Definisi DAS adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas alam, seperti
punggung bukit atau gunung, dan batas batuan seperti jalan atau tanggul, dimana
air hujan turun di wilayah yang berkontribusi aliran ke titik kontrol (outlet).
Definisi DAS menurut (Kodoatie, Robert J. & Syarief, 2010) adalah suatu
kesatuan daerah/wilayah/kawasan tata air yang secara alamiah terbentuk, dimana
aliran air tertangkap (berasal dari curah hujan), dan mengalir dari
daerah/wilayah/kawasan menuju ke arah sungai. Definisi DAS menurut (Kadri,
6

2005) adalah suatu daerah yang dibatasi oleh pemisah topografi yang menerima,
menampung, menyimpan, dan mengalirkan hujan ke sungai dan seterusnya
menuju ke muara sungai atau ke laut. Definisi DAS menurut Seyhan (2001)
sebagai suatu wilayah ekosistem yang dibatasi oleh pemisah topografi berupa
igir-igir punggung bukit (river divide), dan berfungsi sebagai pengumpul,
penyimpan, dan penyuplai air, sedimen, dan unsur hara dalam sistem sungai dan
keluar melalui outlet tunggal (single outlet). Definisi DAS ini menekan sebagai
daerah yang dibatasi oleh topografi alami, dimana air hujan yang jatuh di DAS,
mengalir melalui suatu sungai dan selanjutnya mengalir keluar melalui outlet
sungai menuju ke laut.
Definisi DAS dipandang sebagai satu satuan hidrologi yang
menggambarkan kondisi fisik, biotis dan sosial ekonomi dalam rangka
merumuskan perencanaan dan pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya air
(Suripin, 2001). Definisi senada juga dikemukakan I Made Sandy (1985), Seorang
Guru Besar Geografi Universitas Indonesia, DAS adalah bagian dari muka bumi,
yang aliran air mengalir dari muka bumi menuju kedalam sungai. Sebuah pulau
selamanya terbagi habis ke dalam Daerah-Daerah Aliran Sungai. Antara DAS
yang satu dengan DAS yang lainnya dibatasi oleh titik-titik tertinggi muka bumi
berbentuk punggungan yang dikenal dengan batas daerah aliran (garis pemisah
DAS) atau stream devide (Hallaf, H.P., 2006).
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu kawasan atau area yang
dikelilingi oleh beberapa titik alami yang terletak pada dataran tinggi. Titik-titi k
tersebut berfungsi sebagai wadah penampungan air hujan yang turun di kawasan
ztersebut. Menurut Manan, melalui jurnal ilmiah “Pengaruh Hutan dan
Manajemen DAS”, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (1979), yang
disebut DAS adalah “Kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis yang
menampung, menyimpan dan mengalirkan air hujan yang jatuh di atasnya ke
sungai yang akhirnya bermuara ke danau atau laut”. Dari lokasi titik-titik tersebut,
air hujan yang ditampung akan mengalir ke berbagai area, melalui alur sungai
hingga akhirnya air sampai ke lautan. Selanjutnya, diteruskan dengan proses air
laut menguap hingga kembali menjadi hujan atau siklus air yang terus berulang.
7

DAS dapat dipandang dari beberapa fungsinya, baik dari aspek hidrologis,
geomorfologis, maupun dari aspek ekosistem DAS. Fungsi DAS sangat berkaitan
erat dengan masukan berupa jumlah curah hujan yang diterima, kondisi geologi
dan aspek lahan DAS. Berkaitan dengan fungsi hidrologis DAS adalah bahwa
kapasitas DAS dalam mengalirkan air, memperlambat debit puncak, melepaskan
air secara bertahap, memelihara kualitas air, serta mengurangi pembuangan massa
tanah seperti longsor.
Fungsi DAS pada prinsipnya fungsi utama DAS terbagi atas 3 (tiga),
yaitu : 1) Sebagai satu kesatuan bentang lahan meliputi fungsi lindung/
Konservasi, fungsi produksi dan fungsi habitat; 2) Sebagai satu kesatuan
hidrologis, yakni tempat berlangsungnya proses hidrologi untuk mengubah input
(hujan) menjadi output (aliran, sedimen, kualitas air); dan 3) Sebagai satu
kesatuan ekosistem, yakni Sebagai tempat interaksi/interrelasi antara komponen-
komponen ekosistem

Pengelolaan DAS adalah upaya manusia dalam mengendalikan hubungan


timbal balik antara sumber daya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala
aktivitasnya. Tujuannya membina kelestarian dan keserasian ekosistem serta
meningkatkan kemanfaatan sumber daya alam bagi manusia secara berkelanjutan
(Latuamury, 2020b). Pengelolaan DAS Terpadu proses formulasi dan
implementasi kegiatan yang menyangkut pengelolaan sumber daya alam dan
manusia dalam suatu DAS dengan mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi,
kelembagaan di dalam dan sekitar DAS termasuk ntuk mencapai tujuan sosial
tertentu. Pengelolaan DAS secara terpadu merupakan suatu proses penyusunan
dan penerapan suatu tindakan yang melibatkan sumber daya alam dan manusia di
dalam suatu kawasan DAS, engan mempertimbangkan berbagai faktor seperti
sosial, politik, ekonomi, lingkungan dan kelembagaan dalam DAS, untuk
mencapai semaksimal mungkin tujuan masyarakat baik jangka pendek maupun
panjang (Satriawan, 2017). Pengelolaan DAS terpadu mengandung pengertian
bahwa unsur-unsur atau aspek-aspek yang menyangkut kinerja DAS dapat
dikelola dengan optimal sehingga terjadi sinergi positif yang akan meningkatkan
kinerja DAS dalam menghasilkan output, sementara itu karakteristik yang saling
8

bertentangan yang dapat melemahkan kinerja DAS dapat ditekan sehingga tidak
merugikan kinerja DAS secara keseluruhan (Darwis, 2017).

2.2. Pengertian Persepsi Masyarakat

Pengertian Persepsi menurut (Sukwika, 2019), Persepsi adalah kemampuan


seseorang untuk mengorganisir suatu pengamatan, kemampuan tersebut antara
lain: kemampuan untuk membedakan, kemampuan untuk mengelompokan, dan
kemampuan untuk memfokuskan. Seseorang bisa saja memiliki persepsi yang
berbeda, walaupun objeknya sama. Hal tersebut dimungkinkan karena adanya
perbedaan dalam hal sistem nilai dan ciri kepribadian individu yang bersangkutan.
Sedangkan menurut (Fadjarajani, 2016) persepsi memiliki pengertian dalam arti
sempit dan arti luas. Dalam arti sempit persepsi yaitu penglihatan: bagaimana
seseorang melihat sesuatu, dan dalam arti luas persepsi yaitu: pandangan atau
pengertian, bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Persepsi
merupakan suatu proses dimana seseorang mengorganisasikan dan
menginterpretasikan kesan-kesan sensorisnya dalam usahanya memberikan suatu
makna tertentu dalam lingkungannya.
Persepsi adalah proses dimana seseorang mengorganisasikan dalam
pikirannya, memanfaatkan, mengalami, dan mengolah perbedaan atau segala
sesuatu yang terjadi dalam lingkungannya. Persepsi adalah suatu proses dimana
individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka untuk
memberikan makana terhadap lingkungannya. Menurut (Comoro, 2016; Gizawi,
Ritohardoyo and Haryono, 2017), persepsi pada hakekatnya adalah proses
kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami setiap informasi tentang
lingkungannya baik melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan,
dan penciuman. Dalam Wikipedia Indonesia disebutkan bahwa persepsi adalah
proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi terhadap
stimulus. Stimulus sendiri didapat dari proses penginderaan terhadap objek,
peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh
otak (Satriani, Golar and Ihsan.M, 2013). Setiap orang mempunyai
kecenderungan dalam melihat objek yang sama dengan cara yang berbeda-beda.
9

Perbedaan tersebut bisa dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah


pengetahuan, pengalaman dan sudut pandangnya. Persepsi juga bertautan dengan
cara pandang seseorang terhadap suatu objek tertentu dengan cara yang berbeda-
beda dengan menggunakan alat indera yang dimiliki, kemudian berusaha untuk
menafsirkannya (Agustin, 2017).
Menurut (Purwanto, 2018; Marasabessy et al., 2019), faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi seseorang adalah sebagai berikut:
a. Faktor internal: perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka,
keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik,
gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat, dan motivasi.

b. Faktor eksternal: latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh,


pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan,
pengulangan gerak, hal-hal baru dan familiar atau ketidak asingan suatu objek.

Menurut (Alviya, Salminah, Arifanti, et al., 2012; Nurhayati, Dhokhikahb


and Mandala, 2020)dalam proses persepsi, terdapat tiga komponen utama yaitu:
a. Seleksi, yaitu penyampaian oleh indera terhadap rangsangan dari luar,
intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit. Setelah diterima, rangsangan
atau data diseleksi.

b. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai


arti bagi seseorang. Interpretasi dapat dipengaruhi oleh ber-bagai faktor seperti
pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian, dan
kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pa-da kemampuan seseorang untuk
mengadakan pengkategorian informasi yang diterimanya, yaitu proses
mereduksi informasi yang komplek menjadi sederhana.

Pembulatan, yaitu penarikan kesimpulan dan tanggapan terhadap informasi yang


diterima. Persepsi yang diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi yaitu
bertindak sehubungan dengan apa yang telah diserap yang terdiri dari reaksi tersembunyi
sebagai pendapat/ sikap dan reaksi terbuka sebagai tindakan yang nyata sehubungan
dengan tindakan yang tersembunyi (pembentukan kesan) (Comoro, 2016).
10

2.3. Pengelolaan DAS Berbasis Masyarakat

Aktivitas dalam penghidupan berkelanjutan merupakan strategi


penghidupan yang berupa pilihan cara berdasar prioritas dan adanya kesempatan
dalam menggunakan kemampuan atau aset yang tersedia untuk mempertahankan
atau memperbaiki penghidupan (Emilia, Hendrarto and Taruna, 2013). Setiap
individu dapat memiliki strategi penghidupan yang berbeda, tergantung aset
penghidupan yang tersedia dan kerentanan yang dihadapi. Berdasarkan strategi
yang digunakan, beberapa ahli mengelompokkan strategi sebagai berikut:
o Strategi berdasarkan kegiatan untuk meningkatkan pendapatan yaitu
intensifikasi dan ekstensifikasi, diversifikasi, dan migrasi.
o Strategi berdasarkan status sosial ekonomi rumah tangga yaitu survival,
konsolidasi, dan akumulasi.
o Strategi berdasarkan basis aktivitas yaitu berbasis natural resources dan non
natural resources.
o Strategi berdasarkan adaptasi yang dilakukan, yaitu reaktif/responsif dan
proaktif/antisipatif
Strategi penghidupan menggambarkan upaya yang dilakukan masyarakat
dalam mencapai penghidupan yang memadai (Putra, Utama and Mersyah, 2019).
Strategi penghidupan berkaitan dengan bagaimana masyarakat mengelola atau
mengkombinasikan aset penghidupan yang tersedia atau dimiliki, mensikapi
perubahan yang terjadi, dan menentukan prioritas untuk mempertahankan atau
memperbaiki penghidupan. Aset penghidupan merupakan segala sesuatu yang
berharga atau merupakan sekumpulan modal yang digunakan melangsungkan
penghidupan. Aset penghidupan terdiri dari 5 (lima) modal, yaitu modal manusia
(human capital), modal sosial (social capital), modal alam (natural capital),
modal fisik (physical capital), dan modal finansial (financial capital).
Pendekatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan DAS adalah
pengelolaan sumber daya alam berbasis masyarakat atau community based
natural resources management (CBNRM) (Adams and Moore, 2007). Pendekatan
ini mulai berkembang ejak akhir 1990-an seiring bergulirnya era desentralisasi
dan demokrasi. Keberhasilan pendekatan CBNRM dalam mendukung pengelolaan
pada skala yang lebih besar membutuhkan beberapa prasyarat seperti didukung
11

legalitas yang kuat, organisasi yang sudah berkembang, dan pendanaan yang
mendukung infrastruktur (Fikar et al., 2008). Prasyarat tersebut ditegaskan lebih
rinci oleh (Hidayat, Saputra and Haria Aditia Putra, 2020)bahwa keberhasilan
CBNRM dipengaruhi leh faktor eksogenus dan indigenus yaitu: (i) fokus terhadap
tujuan dan arah CBNRM; (ii) kompetensi, keahlian, dan kapasitas teknis lainnya
pada pelaksana dan partisipan CBNRM, terutama organisasi pelaksananya; dan
(iii) pendirian dan komitmen yang sungguh- sungguh terhadap CBNRM.
Pelaksanaan CBNRM tanpa terpenuhinya prasyarat-prasyarat tersebut umumnya
hanya berhasil pada aspek sosial dan ekonomi atau bahkan gagal sama sekali
(Darwis, Resnawaty and Nuriyah, 2020). Kegagalan tersebut justru menyebabkan
kerusakan lingkungan yang lebih parah. Kondisi tersebut akan semakin parah
apabila tidak ada upaya-upaya untuk menyelamatkan daerah hulu. Upaya yang
dilakukan sebaiknya bukan hanya domain pemerintah, melainkan melibatkan
masyarakat setempat sebagai pihak yang paling memahami kondisi wilayahnya.
Salah satu inisiatif penyelamatan DAS skala mikro sudah dilakukan oleh
masyarakat Desa Keseneng melalui pengelolaan sumber daya alam berbasis
masyarakat atau CBNRM.
Masyarakat lokal melalui “uji coba“ telah mengembangkan pemahaman
terhadap sistem ekologi dimana mereka tinggal (Sukwika, 2019). Hal ini
disebabkan telah adanya hubungan yang dekat dengan lingkungan dan
sumberdaya alam. Kenyataannya (Emilia, Hendrarto and Taruna, 2013)
mengungkapkan bahwa pengelolaan lingkungan masih banyak yang berpijak pada
konsep pengelolaan profesional yang meyakini golongan profesional yang harus
membuat keputusan sedangkan publik kurang mempercayai pertimbangan-
pertimbangan mereka. Distribusi kekuasaan dan pengaruh dalam masyarakat
merupakan inti dari banyak tantangan lingkungan dan pembangunan, sehingga
perlu dipertimbangkan pendekatan baru dalam menyelesaikan masalah-masalah
lingkungan, yaitu partisipasi lokal (Kajembe et al., 2005).
Pendekatan partisipatori dalam pengelolaan lingkungan perlu
mempertimbangkan beberapa hal untuk efektifitas dan optimalisasi usaha, yaitu:
alasan, jenis partisipasi dan pelakunya, elemen pendukung, tingkat kesertaan, tipe
stakeholders yang ada, waktu, komponen program, mekanisme, keadilan sosial,
12

serta monitoring dan evaluasi kerja. Salah satu pendekatan dalam mewujudkannya
adalah penggunaan konsep pembangunan berbasis masyarakat (community-based
development). Pembangunan berbasis masyarakat dapat dimaknai sebagai co-
management (pengelolaan bersama), yakni pembangunan yang dilakukan oleh
masyarakat bersama-sama dengan pemerintah setempat, yang bertujuan untuk
melibatkan masyarakat lokal secara aktif dalam kegiatan perencanaan dan
pelaksanaan suatu pembangunan dan pengelolaan (Subaktini, 2006).
Pengembangan masyarakat (community development) adalah suatu upaya
perubahan terencana (planned change) yang dilakukan secara sadar dan sungguh-
sungguh melalui usaha bersama masyarakat untuk memperbaiki keragaan sistem
kemasyarakatan. Arah perubahan akan sesuai dengan kesepakatan yang telah
dirumuskan bersama. Pada intinya instrumen yang digunakan dalam community
development adalah pemberdayaan (empowerment). Partisipasi yang tinggi
terhadap pembangunan akan menimbulkan rasa ikut memiliki dari masyarakat
atas semua sumber daya yang bersifat open acces dan common property di
lingkungannya. Pendekatan ini perlu ditempuh karena masyarakat lokal adalah
orang-orang yang paling tahu kondisi sosial budaya setempat. Setiap kegiatan
pembangunan harus memperhatikan nilai-nilai sosial budaya pembangunan.
Setiap langkah keputusan perencanaan harus mencerminkan keaktifan masyarakat
lokal yang ikut terlibat di dalamnya. Pelibatan masyarakat sejak awal akan lebih
menjamin kesesuaian program pengembangan dengan aspirasi masyarakat karena
adanya rasa memiliki yang kuat. Konsep pendekatan ini dalam jangka panjang
akan memungkinkan tingkat kontinuitas yang tinggi (Intan, Putri and Dharmawan,
2017).
Pengembangan masyarakat lokal perlu didasarkan pada kriteria sebagai
berikut: memajukan tingkat hidup masyarakat sekaligus melestarikan identitas dan
budaya local; meningkatkan pendapatan secara ekonomis sekaligus
mendistribusikan merata pada penduduk local; berorientasi pada pengembangan
usaha berskala kecil dan menengah dengan daya serap tenaga besar dan
berorientasi pada teknologi tepat guna; mengembangkan semangat kompetisi
serta koperasi; dan memanfaatkan pariwisata seoptimal mungkin sebagai agen
13

penyumbang tradisi budaya dengan dampak seminimal mungkin (Alviya,


Salminah, Budi Arifanti, et al., 2012; Eryani and Yujana, 2018).
14

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Negeri Hukurila Kecamatan Leitimur Selatan


Kota Ambon. Penetapan lokasi ini dengan pertimbangan bahwa DAS Wae Rupa
Negeri Hukurila memiliki potensi sumberdaya air yang baik dan masyarakatnya
relatif memiliki ketergantungan dengan air sungai DAS Wae Rupa. Pengambilan
sampel responden secara sengaja (purposive sampling) pada wilayah penelitian.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari s.d Maret 2022. Peta lokasi penelitian
disajikan Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Peta Lokasi penelitian Citra satelit SPOT 7 perekaman 2019 (Sumber:
Balai PSKL Maluku Papua, 2021)

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: tallysheet, GPS, kompas,
meteran, Kamera Digital, dan seperangkat komputer.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta kawasan hutan
Kota Ambon, Peta Administratif lokasi penelitian, peta tutupan lahan, peta
15

vegetasi, peta tanah, dan bahan-bahan yang terkait permasalahan penelitian serta
kuisioner penelitian dan data sosial ekonomi dan budaya masyarakat di lokasi
penelitian.

3.3. Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian adalah (1) Data Primer, adalah data
yang diperoleh secara langsung dari responden kunci dengan menggunakan alat
pengumpulan data berupa wawancara dan kuisioner; (2) Data Sekunder, adalah
data yang diperoleh dari peraturan perundang-undangan dan literature-literatur
yang berhubungan dengan masalah pokok dari penelitian

Untuk memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan penelitian,


maka peneliti bersama-sama dengan komunitas masyarakat melakukan sebuah
analisis bersama melalui wawancara terstruktur adalah sebuah teknik yang
berfungsi sebagai alat bantu setiap tahapan penelitian. Wawancara terstruktur
adalah alat penggalian informasi berupa tanya-jawab yang sistimatis tentang
pokok-pokok permasalahan tertentu. Wawancara ini bersifat semi terbuka, artinya
jawaban tidak ditentukan terlebih dahulu, pembicaraan lebih santai, namun
dibatasi oleh topik yang telah dipersiapkan dan disepakati bersama. Wawancara
akan mendeskripsikan hasil dari beberapa wawancara dengan masyarakat terkait
dengan permasalahan hutan adat di Negeri Hukurila

3.4 Metode Penelitian

Penelitian menggunakan metode survei wawancara secara purposive,


responden yang diambil secara purposive sampling artinya sampel yang diambil
dengan maksud atau tujuan tertentu (Fachrul 2007).

Variabel yang diukur ada dua yaitu faktor strategis internal dan eksternal.
Faktor strategis internal sumber daya manusia, manajemen, fisik, finansial dan
struktur organisasi (Robinson and Pearce 1991). Faktor eksternal yang dapat
mempengaruhi antara lain naik turunnya perekonomian, perubahan iklim sosial
dan politik serta kekuatan hukum, perkembangan teknologi, perubahan kebijakan
pemerintah dan letak geografis (Wahyudi 1996).
16

Data primer didapat dari responden dengan wawancara berdasarkan daftar


kuesioner penelitian. Data sekunder dari dokumen atau arsip pada kantor desa,
serta literature penunjang penelitian berupa buku, jurnal penelitian terkait dengan
penelitian yang dilakukan.

3.5 Analisis Data

Mengolah data hasil kuisioner yang disebarkan kepada masyarakat Negeri


Hukurila dan informan kunci, akan dianalisis lebih lanjut melalui beberapa
tahapan analisis. Tahapan pengolahan data tiga tahap yaitu: editing, coding,
skoring. Format kuisioner meliputi dua, yaitu pernyataan positif dan pernyataan
negatif. Pernyataan positif (+) yakni pernyataan yang jawabannya sesuai dengan
harapan peneliti, dan pernyataan negatif (-) yakni pernyataan yang jawabannya
tidak sesuai dengan harapan peneliti. Tujuan dari penyajian pernyataan positif dan
pernyataan negatif untuk mencegah kecenderungan responden menjawab pada
salah satu ujung skala yang memiliki skor paling besar, sehingga diminimalisir
menggunakan kedua pernyataan tersebut, terdapat lima pilihan skala dengan
format skoring sebagai berikut:
Pernyataan Positif
 Skor 5: Sangat Setuju (SS)
 Skor 4: Setuju (S)
 Skor 3: Kurang Setuju (KS)
 Skor 2: Tidak Setuju (TS)
 Skor 1: Sangat Tidak Setuju (STS)
Pernyataan Negatif
 Skor 5: Sangat Tidak Setuju (STS)
 Skor 4: Tidak Setuju (TS)
 Skor 3: Kurang Setuju (KS)
 Skor 2: Setuju (S)
 Skor 1: Sangat Setuju (SS)
Modifikasi teknis analisis dimaksudkan untuk memperoleh hasil analasis
peranan masyarakat dalam pengelolaan DAS di Negeri Hukurila Kota Ambon.
Modifikasi teknik analisis diuraikan sebagai berikut:

a. Tabulasi
Tabulasi dilakukan dengan menyajikan data tabulasi dalam bentuk tabel
yang berisi kode sesuai dengan analisis yang diperlukan. Ketelitian selama proses
17

tabulasi diperlukan agar dapat meminimalisir kesalahan. Proses tabulasi diawali


dengan menelaah seluruh data yang berasal dari kuisioner maupun wawancara,
kemudian dilakukan analisis secara deskriptif.
b. Persentase Data
Perhitungan ini dipergunakan untuk melihat perbandingan besar kecilnya
jumlah jawaban yang diberikan responden, karena frekuensi jawaban responden
untuk setiap item tidak sama. Deskriptif persentase ini diolah dengan cara
frekuensi dibagi dengan jumlah responden dikali 100 persen, seperti dikemukakan
Sudjana (2001) sebagai berikut :
f
P= x 100 %
n
Keterangan :
P = Persentase (Jumlah persentase yang dicari)
f = Frekuensi jawaban responden
n = Jumlah responden
100 %= Bilangan tetap
Penghitungan deskriptif persentase ini mempunyai langkah-langkah sebagai
berikut :
1) Mengkoreksi jawaban kuesioner dari responden.
2) Menghitung frekuensi jawaban responden.
3) Jumlah responden keseluruhan.
4) Masukkan ke dalam rumus.

Untuk menghitung penelitian kuesioner yang menggunakan skala likert,


maka terlebih dahulu menggunakan rumus Rensis Likert dengan cara menghitung
jumlah responden yang memilih dikalikan dengan skornya.
Rumus : T x Pn
T = Total jumlah responden yang memilih
Pn = Pilihan angka skor likert
18

Analisis Rank Spearman

Untuk menjelaskan korelasi antara tingkat modal sosial dengan performansi


DAS dilakukan dengan menggunakan analisis uji koefisien Peringkat Spearman
(Rs):

6 ∑ni = 1 di2
Rs = 1–
n(n2-1)

Keterangan:
Rs = (Koefisien Rank Spearman)
di = (selisih peringkat X dan Y)
n = (banyaknya sampel).

Jika Rs bernilai nol, maka tidak ada korelasi. Apabila Rs bernilai +1,00 atau -1,00
maka terdapat korelasi sempurna. Dalam uji korelasi ini, hal yang perlu
diperhatikan adalah besarnya koofisien korelasi dam apakah koefisien korelasi itu
nyata atau tidak pada taraf signifikasi 99% ; 95%.
19

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak geografis Negeri Hukurila


Negeri Hukurila secara geografis terletak berbatasan di sebelah Utara
dengan Negeri Soya dan sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Banda, dan di
sebelah Barat Batas Negeri Hukurila secara administratif berbatasan dengan
Negeri Ema dan Negeri Kilang, dan di sebalah Timur berbatasan dengan Negeri
Leahari sebagaimana disajikan pada Gambar 4.1.

Batas-Batas Negeri Hukurila secara geografis

 Sebelah Utara berbatasan dengan : Negeri Soya


 Sebelah Selatan berbatasan dengan : Laut Banda
 Sebelah Barat berbatasan dengan : Negeri Ema dan Negeri Kilang
 Sebelah Timur berbatasan dengan : Negri Leahari

Sumber: Negeri Hukurila, 2020.

Gambar 4.1 Peta Negeri Hukurila Kecamatan Leitimur Selatan Kota Ambon
20

4.2. Aksesibilitas
Jarak yang ditempuh menuju lokasi Negeri Hukurila yaitu + 5,9 km dari
Kecamatan Leitimur Selatan dengan kondisi jalan aspal yang dapat dilalui
transportasi roda 4.

4.3. Topografi
Berdasarkan hasil analisis data Shuttle Radar Topographic Mission
(SRTM) liputan Tahun 2004 dengan Digital Elevation Model (DEM), kelerengan
lapangan Berdasarkan Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1 : 50.000, lokasi
penelitian memiliki fisiografi landai (8-15%) terletak pada ketinggian ± 130 mdpl.

4.4. Hidrologi dan Daerah Aliran Sungai (DAS)

Kondisi topografi kota Ambon yang termasuk pulau kecil, maka sungai
sungai dikota Ambon memiliki karakter khusus yang terdiri dari banyak sungai
kecil dengan DAS yang sempit. Seuai peta sungai di negeri Hukurila sungai-
sungai yang mengalir pada umumnya tidak Panjang.

Gambar 4.2 Peta Daerah Aliran Sungai Negeri Hukurila Kecamatan leitimur Selatan Kota Ambon

4.5. Geologi dan Tanah


21

Menurut Peta Geologi Lembar Ambon (2612-2613) skala 1 : 250.000 yang


diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi tahun 1993, lokasi
Negeri Hukurila didominasi oleh tipe geologi Batuan Gunung Api Ambon (Tpav)
seluas ± 147,08 ha (98%) dan Batu Gamping Koral seluas ± 3,23 ha (2%). Batuan
Gunung Api Ambon (Tpav) yang terdiri dari andesit, desit dan tuf sedangkan Batu
gamping koral (Ql) yang terdiri dari koloni koral, ganggang dan bryozoa.

Menurut Peta Sumber Daya Tanah Maluku skala 1 : 1.000.000 yang


diterbitkan oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat tahun 2000, jenis tanah
pada wilayah Usulan Hutan Adat Hukurila didominasi oleh Hapludults-
Dystrudepts seluas ± 122,06 ha (81%) dan Hapludox-Dystrudepts seluas ± 28,25
ha (19%). Hapludults-Dystrudepts, berbahan induk vulkanik, sub landform
perbukitan volkan dan relief Berbukit. Sedangkan Hapludox-Dystrudepts,
berbahan induk vulkanik, sub landfrom dataran volkan dan relief berombak
bergelombang.

4.6. Penutupan Lahan

Berdasarkan penafsiran Citra Satelit Resolusi Tinggi (Satellite Pour


l'Observtion de la Terre) SPOT 7 Perekaman 2019, kondisi tutupan lahan lokasi
usulan penetapan Negeri Hukurila terdiri dari hutan lahan kering sekunder. Citra
penutupan lahan lokasi penelitian disajikan Gambar 4.2.
22

Gambar 4.3. Peta Citra Satelit Resolusi Tinggi (Satellite Pour l'Observtion de
la Terre) SPOT 7 Perekaman 2019.

4.7. Keanekaragaman Hayati


Jenis flora endemik yang terdapat di Lokasi Usulan Penetapan Hukurila
terdiri dari jenis Samama (Jabon merah), Makila, Eucalyptus, Ketapang, Waru
Laut, Anggrek Hutan, Cengkeh, Pala, Langsat, Durian, Mangga, Manggis,
Kelapa, Bambu dan Pandan Hutan
Jenis satwa yang terdapat di Lokasi Usulan Penetapan Status Hutan Adat
Negeri Hukurila terdiri dari Babi Hutan, Kusu, Ular dan berbagai jenis burung.
Untuk jenis burung yang mendiami hutan antara lain Nuri Merah, Bayan, Perkici
Merah, Tekukur, Merpati Hutan, Bubut Alang-alang, Raja Udang Sungai, Raja
Udang Ekor Pita, serta Kacamata Ambon.
4.8. Sosial, Ekonomi dan Budaya
1. Kependudukan
Jumlah penduduk Negeri Hukurila sebanyak 701 jiwa tediri dari 183 KK,
dengan mayoritas masyarakat bermukim memusat di dekat pantai.
2. Pendidikan
23

Fasilitas pendidikan di Negeri Hukurila terdiri dari 1 unit PAUD, 1 unit


Sekolah Dasar dan 1 unit Sekolah Non Formal.

3. Kesehatan
Negeri Hukurila memiliki fasilitasi Puskesmas Pembantu sebanyak 1 unit
dan Pos Kesehatan Desa sebanyak 1 unit.
4. Perekonomian
Kehidupan sehari-hari masyarakat hukum adat Negeri Hukurila banyak
ditopang dari hasil sumberdaya hutan dan laut. Pemanfaatan sumberdaya hutan
dilakukan dengan berkebun dan memanfaatkan hasil hutan seperti cengkeh, pala,
durian dan pisang. Sedangkan mata pencaharian penduduk sebagian sebagai
petani, nelayan, jasa angkutan umum, buruh bangunan, PNS dan karyawan
swasta..
5. Sarana dan Prasarana

Jaringan Jalan Berdasarkan data yang terdapat pada kantor Negeri


Hukurila, jaringan jalan di Negeri Hukurila merupakan jalan kecamatan sepanjang
± 4 km. Jaringan jalan di dalam negeri terdiri dari jalan aspal sepanjang 800 m
dan jalan belum aspal sepanjang 950 m.

Jaringan listrik di Negeri Hukurila berasal dari PLTD Galala dan sudah
mengaliri mayoritas masyarakat Negeri Hukurila. Dari keseluruhan masyarakat,
terdapat 2 KK yang belum teraliri listrik.

6. Sosial Budaya

Anggota masyarakat di wilayah MHA Negeri Hukurila mayoritas


memeluk agama Kristen. Adapun dalam interaksi sehari-hari, masyarakat
menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Wemale. Bahasa Wemale merupakan
salah satu rumpun bahasa di Provinsi Maluku yang berasal dari rumpun Suku
Wemale.
Kegiatan adat dan budaya di Negeri Hukurila masih terjaga baik sampai
saat ini diantaranya:
1) Terimah Tamu
2) Panas Pela/Gandong
24

3) Pengukuhan Mata Rumah


4) Masohi (Tolong Menolong)
5) Acara Cuci Negeri
6) Acara Pembersihan Kuburan
7) Tradisi Buang Sampah Masing – Masing Soa
8) Acara bersih-bersih Diri setelah prosesi Adat Istiadat
9) Acara Obor Pattimura
10) Pelantikan Kepala-kepala Soa
11) Pelantikan Raja
12) Alifuru
25

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Sosial Ekonomi Responden

Karaktersitik responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang


diplih berdasarkan kedekatan tempat dengan wilayah DAS Wae Rupa mulai dari
Hulu sampai dengan hilir. Hasil analisis frekuensi karakteristik 50 (lima puluh)
responden berdasarkan parameter umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, dan lama berdomisili.
Neira Kabupaten Maluku tengah.
5.1.1. Umur Responden
Umur seseorang biasanya menentukan kemampuannya dalam menentukan
aktivitas serta kematangan (tindakan). Berdasarkan hasil observasi di lapangan
pada negeri hukurila kota ambon bahwa data responden dibagi ke dalam 3
kelompok umur yaitu kelompok Umur produktif < 25 tahun, Kelompok Umur
Produktif 25-50 tahun dan Kelompok Umur Produktif > 50 tahun Untuk lebih
jelas dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Karakteristik responden DAS Wae Rupa Negeri Hukurila
Parameter Kategori Frekuensi Persen
Umur < 25 Tahun Tahun 6 12.0
25-50 Tahun 26 52.0
> 50 Tahun 18 36.0
Total 50 100.0
Jenis Kelamin Laki-laki 26 52.0
Perempuan 24 48.0
Total 50 100.0
Pendidikan Pendidikan Dasar (SD dan SMP
23 46.0
Sederajat)
Pendidikan Menengah (SMA
20 40.0
Sederajat)
Pendidikan Tinggi
7 14.0
(Diploma/Sarja/Pascasarjana)
Total 50 100.0
Pekerjaan Pekerjaan Informal
((Petani/nelayan/Tukang 35 70.0
Bangunan/buruh)
Pekerjaan Swasta (Karyawan swasta) 10 20.0
Pekerjaan ASN (PNS) 5 10.0
Total 50 100.0
26

Parameter Kategori Frekuensi Persen


Pendapatan < 3.000.000 per bulan 43 86.0
3.000 000,- s.d 5.000.000 per bulan 6 12.0
> 5.000.000 per bulan 1 2.0
Total 50 100.0
Tanggungan Keluarga < 3 orang 26 52.0
3-5 Orang 14 28.0
> 5 Orang 10 20.0
Total 50 100.0
Lama Domisili <25 Tahun 6 12.0
26-55 Tahun 26 52.0
> 55 Tahun 18 36.0
Total 50 100.0
Sumber: Olah data primer, 2021

5.1.1. Umur Responden


Umur seseorang biasanya menentukan kemampuannya dalam menentukan
aktivitas serta kematangan (tindakan). Berdasarkan hasil observasi di lapangan
pada negeri hukurila kota ambon bahwa data responden dibagi ke dalam 3
kelompok umur yaitu kelompok Umur produktif < 25 tahun, Kelompok Umur
Produktif 25-50 tahun dan Kelompok Umur Produktif > 50 tahun Untuk lebih
jelas dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Karakteristik responden berdasarkan umur meliputi dalam tiga kategori


yakni umur kurang 25 tahun, kategori umur 25-50 tahun, dan kategori umur lebih
dari 50 tahun. dimana karakteristik responden berdasarkan umur didominasi
kategori umur produktif pada kategori umur 25-50 tahun sebesar 52%, diikuti
kategori umur >50 tahun sebesar 36%, dan kategori umur kurang dari 25 tahun
sebesar 12%.

5.1.2 Jenis Kelamin Responden

Tabel 5.1 menunjukan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin


relatif sama, yakni responden didominasi laki-laki sebesar 52,0% dan perempuan
48,0%.
27

5.1.3 Tingkat Pendidikan


Pendidikan sangat penting untuk dimiliki seseorang. Tingkat pendidikan
yang semakin tinggi akan mempermudah seseorang dalam melakukan aktifitas
yaitu dalam mencari pekerjaan. Dengan adanya pendidikan seseorang akan
memiliki kemampuan berfikir yang baik dan mudah mencari solusi dari masalah-
masalah yang dihadapinya khususnya yang dapat berhubungan dengan
pengelolaan sumber daya alam. Adapun tingkat pendidikan responden di Negeri
Hukurila kota Ambon dapat di lihat pada Tabel.5.1
Tabel 5.1 terlihat karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan
meliputi tiga kategori yakni pendidikan dasar (SD, SMP dan Sederajat),
Pendidikan Menengah (SMA dan Sederajat), dan Pendidikan Tinggi (Diploma,
Sarjana, Pascasarjana magister dan doktoral). Dari 50 responden Karakteristik
pendidikan didominasi Pendidikan Dasar (SD dan SMP Sederajat) sebesar 46,0%,
diikuti pendidikan menengah SMA dan Sederajat sebesar 40,0% dan Pendidikan
tinggi (Diploma/Sarjana/ Pascasarjana) 14,0%
Berdasarkan Tabel 5.1 dapat diketahui juga bahwa kebanyakan responden
yang ada di Negeri Hukurila Kota Ambon yang mengelola sumber daya alam
berada pada klasifikasi Pendidikan Terakhir (SD, SMP dan Sederajat)
5.1.4 Pekerjaan
Pekerjaan sangatlah penting dalam mejalani kehidupan dengan bekerja
seseorang dapat menghasilkan uang sehinga bisa memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari. Penduduk masyarakat di Negeri Hukurila kota Ambon memiliki
beberapa pekerjaan/mata pencaharian untuk lebih jelasnya klasifikasi responden
berdasarkan pekerjaan/mata pencaharian dapat dilihat pada table 5.1
Table 5.1 menunjukan Karakteristik responden berdasarkan jenis
pekerjaan responden meliputi tiga kategori, yakni Pekerjaan Informal
(Petani/nelayan/Tukang Bangunan/buruh), Pekerjaan Swasta (Karyawan swasta),
dan ASN (PNS/TNI/POLRI/Pensiunan). Karakteristik pekerjaan responden
didominasi pekerjaan informal (Petani/nelayan/Tukang Bangunan/buruh) sebesar
70,0%, diikuti pekerjaan di sektor swasta sebesar 20,0%, dan ASN
(PNS/TNI/POLRI/Pensiunan) sebesar 10,0%. Dari 50 responden yang di ambil
Pada negeri hukurilah kota ambon jenis pekjaan masyarakat relative berada pada
28

pekerjan informal (Petani/nelayan/Tukang Bangunan/buruh) dengan persen


terbesar 70,0%,
5.1.5 Tingkat Pendapatan
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendapatan meliputi tiga
kategori yakni pendapatan kurang dari Rp. 3.000.000,- per bulan sebesar 86,0%,
tingkat pendapatan antara Rp.3.000.000,- s.d Rp. 5.000.000,- per bulan sebesar
12,0% dan pendapatan lebih dari Rp. 5.000.000,- per bulan sebanyak 2%.
5.1.6 Jumlah Tanggungan Keluarga
Karakteristik responden berdasarkan kategori jumlah tanggungan
keluarga, yakni responden yang memiliki jumlah tanggung kurang dari 3 orang
sebanyak 20,0%, jumlah tanggung keluarga antara 3-5 orang sebanyak 28,0%, dan
jumlah tanggung lebih dari 5 orang sebanyak 52,0%.
5.1.7 Lama Domisili
Karakteristik responden berdasarkan lama domisili di wilayah DAS Wae
Rupa untuk tiga kategori didominasi pada lama domisili 26-55 tahun sebanyak
52,0%., diikuti dengan lama domisili lebih dari 55 tahun sebanyak 36,0% dan
lama domisili kurang dari 25 tahun sebanyak 12,0 %.

5.2 Persepsi dan perilaku masyarakat Negeri Hukurila Kota Ambon terkait
pengelolaan DAS Wae Rupa

5.2.1 Pengetahuan
Tingkat persepsi masyarakat terkait pengelolaan DAS Wae Rupa dinilai
berdasarkan tujuh indikator penilaian pengetahuan masyarakat. Indikator
penilaian tingkat pengetahuan masyarakat terkait pengelolaan DAS Wae Rupa
berdasarkan tujuh indikator penilaian yaitu pengetahuan warga akan manfaat
DAS, pengetahuan warga akan fungsi aturan formal, pengetahuan warga akan
fungsi aturan tidak tertulis, kepatuhan dan kemampuan warga melestarikan sungai
DAS, pengetahuan warga akan fungsi hubungan sosial, dan kesediaan warga
untuk menguatkan hubungan sosial dalam melestarikan DAS sebagaimana
disajikan pada Tabel 5.2.
29

Tabel 5.2 Pengetahuan masyarakat terkait Pengelolaan DAS Wae Rupa Negeri Hukurila
Tingkat pengetahuan (%)
Indikator Tidak Cukup Sangat
mengetahui mengetahui mengetahui
Pengetahuan Warga akan manfaat DAS 20,0 52,0 28,0
Pengetahuan warga akan fungsi aturan 32,0 48,0 20,0
formal
Pengetahuan warga akan fungsi aturan 8,0 32,0 60,0
tidak tertulis
Pengetahuan warga akan fungsi hubungan
social 28,0 46,0 26,0
Pemahaman Aturan Formal
40,0 50,0 10,0
Pemahaman Aturan Adat
22,0 34,0 44,0
Pemahaman terkait hubungan sosial dalam
melestarikan sungai DAS 18,0 42,0 40,0
Sumber: Olah data primer, 2022

Indikator penilaian pertama mengenai pengetahuan masyarakat tentang


manfaat DAS Wae Rupa menyatakan bahwa masyarakat cukup mengetahui
manfaat DAS sebesar 52%, diikuti sangat mengetahui 28% dan tidak mengetahui
20%. Pengetahuan warga akan fungsi aturan formal terkait pengelolaan DAS Wae
Rupa menyatakan bahwa masyarakat cukup mengetahui sebesar 48%, diikuti
tidak mengetahui 32% dan sangat mengetahui 20%. Pengetahuan warga akan
fungsi aturan tidak tertulis terkait pengelolaan DAS menyatakan bahwa
masyarakat sangat mengetahu sebesar 60,0% diikuti dengan cukup mengetahui
sebesar 32% dan tidak mengetahui 8%. Pemahaman aturan formal terkait
pelestaikan DAS menyatakan bahwa masyarakat cukup mengetahui aturan formal
sebesar 50%, diikuti tidak mengetahuisebesar 40% dan sangat mengetahui sebesar
10%. Pemahaman aturan adat terkait pelestarian DAS menyatakan bahwa
masyarakat cenderung sangat mengetahui aturan adat sebesar 44%, diikuti dengan
cukup mengetahui 34% dan tidak mengetahui sebesar 22%. Terakhir pemahaman
terkait hubungan sosial dalam melestarikan sungai menyatakan bahwa masyarakat
cukup mengetahui sebesar 42%, diikuti sangat mengetahui 40%, dan tidak
mengetahui 18%.

5.2.1 Sikap

Tingkat persepsi masyarakat terkait pengelolaan DAS Wae Rupa dinilai


berdasarkan enam indikator penilaian sikap masyarakat yaitu keterlibatan
30

menolong/membantu tetangga/warga sekitar DAS, keterlibatan dalam


memanfaatkan sumberdaya air DAS secara cuma-cuma warga masyarakat,
keterlibatan menolong/membantu tetangga/warga sekitar dalam kaitannya
program pengelolaan sumberdaya air sungai DAS Wae Rupa, keterlibatan dalam
kerjasama sesama komunitas masyarakat dalam pengelolaan DAS, kegiatan
pelestarian sungai DAS, kepatuhan dan kemampuan warga melestarikan sungai,
dan terakhir kemauan dan kemampuan kerjasama warga dalam kegiatan
pelestarian sungai sebagaimana disajikan pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3 Sikap masyarakat terkait Pengelolaan DAS Wae Rupa Negeri Hukurila
Sikap masyarakat (%)
Indikator Tidak aktif Cukup aktif Sangat aktif
Keterlibatan menolong/membantu 36,0 42,0 22,0
tetangga/warga sekitar DAS
Keterlibatan dalam memanfaatkan 10,0 56,0 34,0
sumberdaya air DAS secara Cuma-Cuma
warga masyarakat
Keterlibatan menolong/membantu 20,0 40,0 40,0
tetangga/warga sekitar dalam kaitannya
program pengelolaan Sumberdaya air
sungai DAS Wae Rupa .
Keterlibatan dalam kerjasama sesama
komunitas masyarakat dalam 28,0 36,0 36,0
Kegiatan Pelestarian Sungai DAS
22,0 46,0 32,0
Kepatuhan dan kemampuan warga
melestarikan sungai DAS 18,0 56,0 26,0
Kemauan dan kemampuan kerjasama
warga dalam kegiatan pelestarian sungai 16,0 52,0 32,0
DAS
Sumber: Olah data primer, 2022

Indikator penilaian pertama mengenai keterlibatan menolong/membantu


tetangga/warga sekitar DAS menyatakan bahwa masyarakat cukup aktif terlibat
sebesar 42%, diikuti tidak aktif sebesar 36% dan sangat aktif 22%. Keterlibatan
masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya air DAS secara cuma-cuma warga
masyarakat menyatakan bahwa masyarakat cukup aktif terlibat sebesar 56%,
diikuti sangat aktif sebesar 34% dan tidak aktif 10%. Keterlibatan
menolong/membantu tetangga/warga sekitar dalam kaitannya program
pengelolaan sumberdaya air sungai DAS Wae Rupa menyatakan bahwa
masyarakat cukup aktif terlibat sebesar 40%, diikuti sangat aktif sebesar 40% dan
tidak aktif 20%. Keterlibatan dalam kerjasama sesama komunitas masyarakat
dalam pengelolaan DAS menyatakan bahwa masyarakat cukup aktif terlibat
31

sebesar 36%, diikuti sangat aktif sebesar 36% dan tidak aktif 28%. Kegiatan
pelestarian sungai pada DAS Wae Rupa menunjukkan bahwa masyarakat cukup
aktif terlibat sebesar 46%, diikuti sangat aktif sebesar 32% dan tidak aktif 22%.
Kepatuhan dan kemampuan warga melestarikan sungai pada DAS Wae Rupa
menunjukkan bahwa masyarakat cukup aktif terlibat sebesar 56%, diikuti sangat
aktif sebesar 26% dan tidak aktif 18%. Terakhir kemauan dan kemampuan
kerjasama warga dalam kegiatan pelestarian sungai menunjukkan bahwa
masyarakat cukup aktif terlibat sebesar 52%, diikuti sangat aktif sebesar 32% dan
tidak aktif 16%.

5.3 Pengelolaan DAS Wae Rupa berbasis masyarakat Negeri Hukurila Kota
Ambon

5.3.1 Hasil analisis frekuensi Pengelolaan DAS Wae Rupa berbasis


masyarakat Negeri Hukurila

Pengelolaan DAS Wae Rupa Negeri Hukurila berbasis masyarakat dalam


penelitian ini dinilai berdasarkan tingkat peran aktif masyarakat berdasarkan enam
indikator penilaian peran aktif masyarakat yaitu Keterbukaan organisasi/lembaga
formal dalam pengelolaan sumberdaya air dan DAS, Intensitas instansi
pengelolaan DAS dalam pengukuran dan pengawasan, Intensitas kunjungan
organisasi/lembaga formal di DAS Wae Rupa, Intesitas pertemuan anggota
komunitas pengelolaan DAS, Peran dalam kerjasama dengan komunitas
pengelolaan DAS Wae Rupa, Negoisasi pengelolaan sumberdaya air DAS Wae
Rupa Keterlibatan dalam paguyuban/organisasi terkait pengelolaan sumberdayaan
air DAS Wae Rupa, sebagaimana disajikan pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4 Peran masyarakat dalam pengelolaan DAS Wae Rupa Negeri Hukurila berbasis
masyarakat
Tingkat peran masyarakat (%)
Indikator Tidak aktif Cukup aktif Sangat aktif
Keterbukaan organisasi/lembaga formal 22,0 50,0 28,0
dalam pengelolaan sumberdaya air dan
DAS
Intensitas instansi pengelolaan DAS dalam 56,0 28,0 16,0
pengukuran dan pengawasan
Intensitas kunjungan organisasi/lembaga 50,0 32,0 18,0
formal di DAS Wae Rupa
Intesitas pertemuan anggota komunitas
pengelolaan DAS 50,0 28,0 22,0
Peran dalam kerjasama dengan komunitas
32

pengelolaan DAS Wae Rupa 58,0 24,0 18,0


Negoisasi pengelolaan sumberdaya air
DAS Wae Rupa 22,0 66,0 12,0
Keterlibatan dalam paguyuban/organisasi
terkait pengelolaan sumberdayaan air 40,0 54,0 6,0
DAS Wae Rupa
Sumber: Olah data primer, 2022
Indikator penilaian pertamaa terkait pengelolaan DAS berbasis masyarakat
adalah keterbukaan organisasi/lembaga formal dalam pengelolaan sumberdaya air
dan DAS menunjukkan bahwa keterbukaan organisasi atau lembaga formal
menurut masyarakat cukup aktif sebesar 50%, diikuti sangat aktif sebesar 28%
dan tidak aktif 22%. Intensitas instansi pengelolaan DAS dalam pengukuran dan
pengawasan menurut masyarakat menunjukkan Instansi pengelolaan DAS tidak
aktif sebesar 50%, diikuti cukup aktif sebesar 32% dan sangat aktif 16%.
Intensitas kunjungan organisasi/lembaga formal di DAS Wae Rupa menunjukkan
bahwa kunjungan organisasi formal relatif tidak aktif sebesar 50%, diikuti cukup
aktif sebesar 32% dan sangat aktif 18%. Intesitas pertemuan anggota komunitas
pengelolaan DAS menunjukkan bahwa intensitas pertemuan relatif cukup aktif
sebesar 50%, diikuti tidak aktif sebesar 28% dan tidak aktif 22%. Peran dalam
kerjasama dengan komunitas pengelolaan DAS Wae Rupa menunjukkan bahwa
kerjasama dengan komunitas masyarakat relatif cukup aktif sebesar 58%, diikuti
sangat aktif sebesar 24% dan tidak aktif 18%. Negoisasi pengelolaan sumberdaya
air DAS Wae Rupa menunjukkan bahwa negosiasi relatif cukup aktif sebesar
66%, diikuti tidak aktif sebesar 22% dan sangat aktif 12%. Keterlibatan dalam
paguyuban/organisasi terkait pengelolaan sumberdayaan air DAS Wae Rupa
menunjukkan bahwa keterlibatan masyarakat dalam payuban atau organisasi
kemasyarakatan relatif cukup aktif sebesar 54%, diikuti tidak aktif sebesar 40%
dan sangat aktif 6%.
Pengelolaan DAS berbasis masyarakat di sepanjang DAS Wae Rupa
sangat penting dalam kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat
dalam memanfaatkan dan mengelola sumberdaya air di sepanjang wilayah DAS
Wae Rupa terutama kesesuaian dengan kearifan lokal yang dipraktekkan secara
turun temurun.
Pengelolaan sumberdaya air DAS Wae Rupa berbasis masyarakat
memiliki tradisi yang masih ada di tengah masyarakat, dimana masyarakat
33

biasanya melakukan aktivitas spiritual dan fisik. Pengelolaan sumberdaya air


secara spiritual dilakukan melalui ritual bersih desa dan bersih-bersih mata air di
sepanjang sungai utama di Negeri Hukurila. Kepercayaan terhadap Penguasa
Mata air dan sungai dilakukan dengan cara meminta restu ketika akan
menyelenggarakan acara cuci desa, hajatan dan mematuhi pantangan-pantangan
dalam memanfaatkan mata air dan sungai. Pengelolaan sumberdaya air secara
fisik juga dilakukan masyarakat dengan memelihara kebersihan mataair di hulu
sungai dan lingkungan sekitarnya serta mempertahankan vegetasi pohon di
sepanjang mataair dan hulu sungai untuk memelihara kualitas dan kuantitas mata
air dan hulu sungai.
Ritual bersih kampung atau bersih desa termasuk ritual pembersihan
mataair-mataair dan hulu sungai di Negeri Hukurila yang berada di wilayah
pegunungan pulau Ambon pada saat masuk bulan Desember secara rutin setiap
tahun. Ritual dipusatkan di mataair-mataair dan hulu sungai yang dipercaya
sebagai pusat atau induk dari sumber mataair-mataair yang ada di sekitar wilayah
sungai DAS Rupa. Ritual diawali dengan ibadah dan berdoa di mataair dan hulu
sungai yang dikeramatkan dan dihadiri oleh tokoh adat dan saniri, tokoh agama
seperti pendeta, dan tokoh pemerintahan negeri.
Pengelolaan mata air dan hulu sungai secara spiritual lainnya adalah
kepercayaan terhadap penguasa mataair dan hulu sungai yakni diyakini roh halus
yang tinggal dan menguasai mataair-mataair di Negeri Hukurila. Masyarakat
percaya keberadaan roh halus penguasa mata air dan sungai yang menjaga dan
melindungi mata air dan sungai sumber kehidupan dan warga masyarakat dari
segala marabahaya dan bencana. Oleh karena itu setiap musim tahun dilakukan
ritual cuci negeri atau bersih desa sekaligus bersih-bersih mataair sebagai bentuk
rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan Penguasa alam semesta di
Negeri Hukurila. Pantangan yang wajib dipatuhi warga untuk melestarikan
mataair berupa larangan untuk menebang pohon-pohon yang berada di sekitar
mataair dan hulu sungai, larangan untuk mengambil kayu bakar di mataair dan
hulu sungai yang diyakini menjadi tempat-tempat keramat. Warga masyarakat
percaya jika pantangan-pantangan dalam pengelolaan air dilanggar akan terjadi
34

marabahaya maupun bencana yang akan menimpa pelaku maupun warga desa
secara keseluruhan.
Pengelolaan fisik yang masih dilakukan warga masyarakat di sepanjang
DAS Wae Rupa sampai saat ini adalah memelihara penutupan vegetasi di
sepanjang wilayah aliran sungai DAS Wae Rupa dengan tidak menebang
sembarangan, sehingga kuantitas dan kualitas mataair dan hulu sungai tetap
terjada dengan baik. Aktivitas membersihkan mataair dan hulu sungai serta
lingkungan sekitarnya masih dilakukan secara bergotong royong setiap tahun.
Kegiatan lain yang dilakukan warga masyarakat dengan penanaman pohon secara
sukarela.
5.3.2 Korelasi Rank Spearman Persepsi masyarakat dengan pengelolaan
DAS Wae Rupa Negeri Hukurila

Hasil analisis korelasi Rank Spearman dilakukan untuk melihat kekuatan


hubungan antara persepsi masyarakat meliputi tingkat pengetahuan dan sikap
terkait dengan pengelolaan sumberdaya air di DAS Wae Rupa Negeri Hukurila
Kecamatan Leitimur Selatan Kota Ambon. Hasil analisis Rank Spearman antara
persepsi masyarakat meliputi tingkat pengetahuan dan sikap terkait dengan
pengelolaan sumberdaya air di DAS Wae Rupa Negeri Hukurila disajikan pada
Tabel 5.5.

Tabel 5.5 Hasil Korelasi Rank Spearman persepsi masyarakat dalam pengelolaan
DAS
Tingkat Tingkat
pengetahua Tingkat pengelolaan
Korelasi Rank Spearman's n sikap DAS berbasis
masyarakat masyarakat masyarakat
Tingkat pengetahuan Correlation
1.000 0.353* .446**
masyarakat Coefficient
Sig. (2-tailed) . 0.012 .001
N 50 50 50
Tingkat sikap masyarakat Correlation
.353* 1.000 .337*
Coefficient
Sig. (2-tailed) .012 . .017
N 50 50 50
Tingkat pengelolaan DAS Correlation
.446** 0.337* 1.000
berbasis masyarakat Coefficient
Sig. (2-tailed) .001 0.017 .
N 50 50 50
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
35

Tabel 5.5 menunjukkan hasil analisis Rank Spearman antara persepsi


masyarakat meliputi tingkat pengetahuan dan sikap terkait dengan pengelolaan
sumberdaya air di DAS Wae Rupa Negeri Hukurila. Korelasi rank Spearman
tingkat pengetahuan masyarat dengan pengelolaan DAS berbasis masyarakat di
Negeri Hukurila memperoleh koefisien Spearman sebesar 0,446 dengan
signifikansi 0,001 pada taraf kepercayaan 99%. Sementara korelasi rank
Spearman sikap aktif masyarakat dengan pengelolaan DAS berbasis masyarakat
memperoleh koefisien Spearman sebesar 0,337 dengan signifikansi 0,017 pada
taraf kepercayaan 95%. Persepsi masyarakat yang meliputi tingkat pengetahuan
dan sikap masyarakat memiliki hubungan positif dan signifikan dengan
pengelolaan DAS Wae Rupa Negeri Hukurila secara berkelanjutan dan lestari.
Pengelolaan sumberdaya air DAS merupakan upaya strategis untuk
menyeimbangkan kinerja DAS sebagai pengumpul, penampung, atau pengaliran
air hujan. Pengelolaan sumberdaya air merupakan upaya pengalokasian
sumberdaya air termasuk pencegahan banjir dan erosi, perlindungan terhadap
sumberdaya alam termasuk dalam pengelolaan DAS yang mengidentifikasi
keterkaitan antara wilayah hulu dan hilir suatu DAS. Kondisi DAS mulai
terganggu jika koefisien air cenderung meningkat dari tahun ke tahun, dan muka
airtanah mengalami fluktuasi secara ekstrim.
36

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan diperoleh kesimpulan penelitian


ini sebagai berikut:

a. Kondisi sosial ekonomi mayarakat yang tinggal di DAS Wae Rupa Negeri
Hukurila kota Ambon terdapat perbedaan social dan ekonominya walaupun
sedikit kesamaan juga dari segi kesehatan dan kebersihan lingkungan, tetapi
dari pola hidup mereka hanya mengandalkan air sungai meskipun sudah ada
air leding yang di buat oleh pemerintah dan juga ada sumur tetapi masyarakat
sekiran DAS kebanyakan lebih suka menggunakan air sungai untuk segala
aktifitas. Karakteristik kondisi social ekonomi masyarakat DAS Wae Rupa
Negeri Hukurila kota Ambon berdasarkan penelitian rata-rata mereka di atas
usia produktif yaitu 25 tahun sampai 50 tahun, jenis kelamin relatif sama,
Pendidikan masyarakat di DAS Wae Rupa Negeri Hukurila kota Ambon rata-
rata mereka hanya lulusan tingkat SD dan SMP sederajat yaitu dengan persen
46,0% walaupun yang lulusan sekolah menengah (SMA sederajat) juga
banyak dengan persen 40,0% sedangkan untuk perguruan tinggi sangatlah
sedikit dengan persen 7,0% karena kebanyakan yang lulusan Pendidikan
tinggi tidak menetap atau berpinda domisili, pekerjaan masyarakat DAS Wae
Rupa Negeri Hukurila rata-rata kebanyakan pekerja informal dengan persen
tertinggi 70,0% pekerja swasta dan pekerja ASN sangatlah sedikit, tingkat
pendapatan masyarakat negeri hukurila tidaklah merata karena latar belakang
pekerjaan yang berbeda-beda di sektor informal dan formal. Rata-rata
pendapatan masyarakat negeri hukurila berkisar antara Rp 1.000.000 – Rp
3.000.000, walaupun terkadang ada masyarakat yang berpendapatan kurang
dari Rp 1.000.000, namun dengan berpendapatan yang berbeda-beda
masyarakat yang berpendapatan rendah tetap memilih tinggal dan metap di
negeri. Tanggungan keluarga masyarakat negeri hukrila rata-rata lebih banyak
kurang dari 3 orang baik yang di rumah maupun yang di luar rumah dan lama
domisili rata-rata yang tinggal menetap kebanyakan berumur 25-55 tahun.
37

2. Hasil analisis penilaian persepsi masyarakat meliputi tingkat pengetahuan dan sikap
terkait pengelolaan DAS Wae Rupa berbasis masyarakat menunjukkan bahwa
Tingkat pengetahuan masyarakat berdasarkan 7 (tujuh) indikator penilaian
termasuk kategori tinggi Sementara hasil penilaian 6 indikator penilaian sikap
termasuk dalam kategori sedang. Hasil ini menunjukan masyarakat Negeri
Hukurila sangat cukup mengetahui pentingnya pengelolaan DAS Wae Rupa
dan cukup paham mengenai sikap yang di ambil dalam pengeloaan DAS.

3. Hasil analisis Rank Spearman antara persepsi masyarakat meliputi tingkat


pengetahuan dan sikap terkait dengan pengelolaan sumberdaya air di DAS
Wae Rupa Negeri Hukurila. Korelasi rank Spearman tingkat pengetahuan
masyarat dengan pengelolaan DAS berbasis masyarakat di Negeri Hukurila
memperoleh koefisien Spearman sebesar 0,446 dengan signifikansi 0,001 pada
taraf kepercayaan 99%. Sementara k orelasi rank Spearman sikap aktif
masyarakat dengan pengelolaan DAS berbasis masyarakat memperoleh
koefisien Spearman sebesar 0,337 dengan signifikansi 0,017 pada taraf
kepercayaan 95%. Persepsi masyarakat yang meliputi tingkat pengetahuan dan
sikap masyarakat memiliki hubungan positif dan signifikan dengan
pengelolaan DAS Wae Rupa Negeri Hukurila secara berkelanjutan dan lestari.

6.2 Saran

1. Preferensi masyarakat terkait pengelolaan DAS Wae Rupa merupakan kajian


yang menarik. Oleh karena itu perlu kajian secara multidisiplin.
2. Kajian korelasi persepsi masyarakat terkait pengelolaan DAS pulau kecil
memiliki tantangan dalam kaitannya dengan perubahan iklim.
3. Perlunya intervensi kebijakan pemerintah dalam pengelolaan DAS Wae Rupa
secara berkelanjutan.
38

DAFTAR PUSTAKA

Adams, M. and Moore, G. (2007) Participatory action research and researcher


safety, Participatory Action Research Approaches and Methods: Connecting
People, Participation and Place. doi: 10.4324/9780203933671-17.
Agustin, A. (2017) ‘Persepsi Masyarakat Terhadap Penggunaan Transportasi
Online (Go-Jek) Di Surabaya’, Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen, 6(9), pp.
42–58.
Alviya, I., Salminah, M., Budi Arifanti, V., et al. (2012) ‘Persepsi Para Pemangku
Kepentingan Terhadap Pengelolaan Lanskap Hutan Di Daerah Aliran Sungai
Tulang Bawang’, Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan, 9(4), pp.
171–184. doi: 10.20886/jsek.2012.9.4.171-184.
Alviya, I., Salminah, M., Arifanti, V. B., et al. (2012) ‘Persepsi Para Pemangku
Kepentingan Terhadap Pengelolaan Lanskap Hutan di Daerah Aliran SUngai
Tulang Bawang (Stakeholders ’ Perception of Forest Landscape Management
of Tulang Bawang Watershed)’, Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi
Kehutanan, 9(4).
Asdak, C. (2002) Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Comoro, D. (2016) ‘Persepsi Masyarakat terhadap Pengelolaan Sampah Padat
Perkotaan di Kecamatan Dom Aleixo Kabupaten Dili-Timor Leste’, Majalah
Geografi Indonesia, 25(2), pp. 162–180. doi: 10.22146/mgi.13398.
Darwis, D. (2017) ‘Dasar-Dasar Teknik Perbaikan Tanah’, Pustaka AQ,
(Agustus), p. 240.
Darwis, R. S., Resnawaty, R. and Nuriyah, E. (2020) ‘PENINGKATAN
SENSITIVITAS KEPEMIMPINAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN
SUNGAI CITARUM MELALUI TEKNIK PARTICIPATORY RURAL
APPRAISAL (PRA) DI DESA RANCAMANYAR’, Kumawula: Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(1). doi: 10.24198/kumawula.v3i1.24820.
Emilia, F., Hendrarto, B. and Taruna, T. (2013) ‘Pengelolaan Sumber Daya Alam
Berbasis Masyarakat Dalam Upaya Konservasi Daerah Aliran Sungai: Studi
Kasus Desa Keseneng, Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang, Jawa
Tengah’, Bonorowo Wetlands, 3(2), pp. 73–100. doi:
10.13057/bonorowo/w030202.
Eryani, I. G. A. P. and Yujana, C. A. (2018) ‘Pengelolaan dan Pengembangan
Sumber Daya Air di Muara Sungai Ayung Provinsi Bali Berbasis Kearifan
Lokal’, Konferensi Nasional Teknik Sipil 12, (September), pp. 18–19.
Fadjarajani, S. (2016) ‘Dinamika Masyarakat Dan Konversi Lahan Pertanian
Serta Pengaruhnya Terhadap Pengetahuan Tentang Lingkungan Di Kawasan
Bandung Utara’, Majalah Geografi Indonesia, 22(2), pp. 102–123. doi:
10.22146/mgi.13319.
39

Fikar, Z. et al. (2008) ‘Sistem Penyediaan Air Bersih Perdesaan Berbasis


Masyarakat Related papers’, Jurnal Seminar Pascasarjana, pp. 1–6.
Gizawi, A. S., Ritohardoyo, S. and Haryono, E. H. (2017) ‘Kajian Ekologi
Bentanglahan dan Persepsi Masyarakat terhadap Rencana Eksplorasi Panas
Bumi’, Majalah Geografi Indonesia, 31(1), p. 1. doi: 10.22146/mgi.24223.
Hidayat, F., Saputra, R. and Haria Aditia Putra, T. (2020) ‘Pengelolaan Lahan
Berbasis Budaya Lokal Di Sub Das Antokan Kabupaten Agam’, Jurnal
Agrium, 17(2). doi: 10.29103/agrium.v17i2.2852.
Intan, E., Putri, K. and Dharmawan, A. H. (2017) ‘Analisis kelembagaan dan
peran’, Intan, E., Putri, K., & Dharmawan, A. H. (2017). Analisis
kelembagaan dan peran. 4(2), 96–111., 4(2), pp. 96–111.
Kadri, T. (2005) ‘Menelaah Strategi Pengelolaan Das Di Indonesia ( Sebuah
Kritik ) Menelaah Strategi Pengelolaan Das Di Indonesia ( Sebuah Kritik )’,
Sipil, 5(January 2005).
Kajembe, G. C. et al. (2005) ‘Impact of indigenous-based interventions on land
conservation: A case study of a soil conservation and agroforestry project,
Arumeru district, Tanzania’, Land Degradation and Development, 16(3), pp.
311–325. doi: 10.1002/ldr.656.
Kodoatie, Robert J. & Syarief, R. (2010) ‘Tata Ruang Air Tanah’, Yogyakarta:
Andi Press, (7).
Latuamury, B. (2020a) Manajemen DAS Pulau-Pulau Kecil. Yogyakarta:
Deepublish.
Latuamury, B. (2020b) Pemodelan perubahan penggunaan lahan dan
Karaketristik Resesi Aliran dasar Sungai. Yogyakarta: Deepublish.
Latuamury, B. et al. (2021) ‘Small island watershed morphometric and
hydrological characteristics in Ambon Region, Maluku Province’, IOP
Conference Series: Earth and Environmental Science, 800(1), pp. 0–15. doi:
10.1088/1755-1315/800/1/012047.
Marasabessy, S. et al. (2019) ‘Persepsi Masyarakat Mengenai Peranan Vegetasi
Kawasan Sabuk Hijau Di Sempadan Sungai DAS Wae Batu Gajah’,
MAKILA, 13(1). doi: 10.30598/makila.v13i1.2317.
Nurhayati, D., Dhokhikahb, Y. and Mandala, M. (2020) ‘Persepsi dan Strategi
Adaptasi Masyarakat Terhadap Perubahan Iklim di Kawasan Asia Tenggara’,
Jurnal Proteksi : Jurnal Lingkungan Berkelanjutan, 1(1).
Pratiwi, R. D., Fatimah, I. S. and Munandar, A. (2019) ‘Persepsi dan Preferensi
Masyarakat terhadap Infrastruktur Hijau Kota Yogyakarta’, Jurnal Lanskap
Indonesia, 11(1), pp. 33–42. doi: 10.29244/jli.v11i1.20563.
Purwanto, N. (2018) ‘Perilaku Sadar Lingkungan Pemukim Bantaran Sungai Jelai,
Kabupaten Sukamara’, Jurnal Pembangunan Wilayah & Kota, 14(1), p. 41.
doi: 10.14710/pwk.v14i1.17348.
Putra, D. A., Utama, S. P. and Mersyah, R. (2019) ‘Pengelolaan Sumberdaya
Alam Berbasis Masyarakat Dalam Upaya Konservasi Daerah Aliran Sungai
40

Lubuk Langkap Desa Suka Maju Kecamatan Air Nipis Kabupaten Bengkulu
Selatan’, Naturalis: Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan, 8(2). doi: 10.31186/naturalis.8.2.9211.
Santikayasa, I. P. (2018) ‘Pengelolaan Sumberdaya Air Pada Berbagai Skenario
Perubahan Iklim Menggunakan WEAP’, Seminar Nasional Geomatika, 2.
doi: 10.24895/sng.2017.2-0.432.
Satriani, Golar and Ihsan.M (2013) ‘Persepsi dan Sikap Masyarakat terhadap
Penerapan Program Pemberdayaan di Sekitar SUB Daerah Aliran Sungai
MIU (Kasus Program SCBFWM di Desa Simoro Kecamatan Gumbasa
Kabupaten Sigi)’, Jurnal Warta Rimba, 1(1), pp. 1–10.
Satriawan, H. (2017) ‘“Strategi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Dalam
Rangka Optimalisasi Kelestarian Sumberdaya Air (Studi Kasus DAS
Peusangan Aceh)”’, Majalah Ilmiah Universitas Almuslim, 9.
Subaktini, D. (2006) ‘Analisis Sosial Ekonomi Masyarakat Di Zona Rehabilitasi
Taman Nasional Meru Betiri, Jember, Jawa Timur’, Forum Geografi,
20(277), pp. 55–67.
Sukwika, T. (2019) ‘Partisipasi Masyarakat Menyediakan Jasa Lingkungan
Hidrologis di Kawasan DAERAH ALIRAN SUNGAI’, Sustainable
Environmental and Optimizing Industry Journal, 1(July), pp. 49–58.
Sutikno, S. (2017) ‘Pengelolaan Sumberdaya Air Terpadu (Integrated Water
Resources Management, IWRM)’, Jurnal Mesa, 1(1).
41

LAMPIRAN
42

Lampiran 1. Analisis Frekuensi Karakteristik Responden

Umur (Tahun)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < 25 Tahun 6 12.0 12.0 12.0
25-50 Tahun 26 52.0 52.0 64.0
> 50 Tahun 18 36.0 36.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Jenis kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 26 52.0 52.0 52.0
Perempuan 24 48.0 48.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Pendidikan terakhir
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pendidikan Dasar (SD dan SMP
23 46.0 46.0 46.0
Sederajat)
Pendidikan Menengah (SMA
20 40.0 40.0 86.0
Sederajat)
Pendidikan Tinggi
7 14.0 14.0 100.0
(Diploma/Sarja/Pascasarjana)
Total 50 100.0 100.0

Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pekerjaan Informal
(Petani/nelayan/Tukang 35 70.0 70.0 70.0
Bangunan/buruh)
Pekerjaan Swasta (Karyawan
10 20.0 20.0 90.0
swasta)
Pekerjaan ASN
5 10.0 10.0 100.0
(PNS/TNI/POLRI)
Total 50 100.0 100.0

Status Nikah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 5 10.0 10.0 10.0
Ya 45 90.0 90.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
43

Jumlah tanggungan kelurga


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < 3 Orang 26 52.0 52.0 52.0
3-5 Orang 14 28.0 28.0 80.0
> 5 Orang 10 20.0 20.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

PendaPatan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < 3.000.000 per bulan 43 86.0 86.0 86.0
3.000.000 s.d 5.000.000 6 12.0 12.0 98.0
> 5.000.000 1 2.0 2.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Lama Domisili
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <25 Tahun 6 12.0 12.0 12.0
26-55 Tahun 26 52.0 52.0 64.0
> 55 Tahun 18 36.0 36.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
44

Lampiran 2. Tingkat Pengetahuan masyarakat terkait pengelolaan DAS Wae


Rupa Negeri Hukurila

Pengetahuan Warga akan manfaat DAS


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak mengetahui 10 20.0 20.0 20.0
Cukup mengetahui 26 52.0 52.0 72.0
Sangat mengetahui 14 28.0 28.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Pengetahuan warga akan fungsi aturan formal


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak mengetahui 16 32.0 32.0 32.0
Cukup mengetahui 24 48.0 48.0 80.0
Sangat mengetahui 10 20.0 20.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Pengetahuan warga akan fungsi aturan tidak tertulis


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak mengetahui 4 8.0 8.0 8.0
Cukup mengetahui 16 32.0 32.0 40.0
Sangat mengetahui 30 60.0 60.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Pengetahuan warga akan fungsi hubungan sosial


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak mengetahui 14 28.0 28.0 28.0
Cukup mengetahui 23 46.0 46.0 74.0
Sangat mengetahui 13 26.0 26.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Pemahaman Aturan Formal


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak paham 20 40.0 40.0 40.0
Cukup paham 25 50.0 50.0 90.0
Sangat paham 5 10.0 10.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
45

Pemahaman Aturan Adat


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak paham 11 22.0 22.0 22.0
Cukup paham 17 34.0 34.0 56.0
Sangat paham 22 44.0 44.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Pemahaman terkait hubungan sosial dalam melestarikan sungai DAS


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak paham 9 18.0 18.0 18.0
Cukup paham 21 42.0 42.0 60.0
Sangat paham 20 40.0 40.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Koding_Persepsi masyarakat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah (14-16) 1 2.0 2.0 2.0
Sedang (17-19) 20 40.0 40.0 42.0
Tinggi (19-21) 29 58.0 58.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
46

Lampiran 3. Sikap masyarakat terkait pengelolaan DAS Wae Rupa Negeri


Hukurila

Keterlibatan menolong/membantu tetangga/warga sekitar DAS


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak aktif 18 36.0 36.0 36.0
Cukup Aktif 21 42.0 42.0 78.0
Sangat aktif 11 22.0 22.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Keterlibatan dalam memanfaatkan sumberdaya air DAS secara Cuma-Cuma warga


masyarakat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak aktif 5 10.0 10.0 10.0
Cukup Aktif 28 56.0 56.0 66.0
Sangat aktif 17 34.0 34.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Keterlibatan menolong/membantu tetangga/warga sekitar dalam kaitannya program


pengelolaan Sumberdaya air sungai DAS Wae Riupa.
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak aktif 10 20.0 20.0 20.0
Cukup Aktif 20 40.0 40.0 60.0
Sangat aktif 20 40.0 40.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Keterlibatan dalam kerjasama sesama komunitas masyarakat dalam


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak aktif 14 28.0 28.0 28.0
Cukup Aktif 18 36.0 36.0 64.0
Sangat aktif 18 36.0 36.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Kegiatan Pelestarian Sungai DAS


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak aktif 11 22.0 22.0 100.0
Cukup Aktif 23 46.0 46.0 46.0
Sangat aktif 16 32.0 32.0 78.0
Total 50 100.0 100.0
47

Kepatuhan dan kemampuan warga melestarikan sungai DAS


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak aktif 9 18.0 18.0 18.0
Cukup Aktif 28 56.0 56.0 74.0
Sangat aktif 13 26.0 26.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Kemauan dan kemampuan kerjasama warga dalam kegiatan pelestarian sungai DAS
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak aktif 8 16.0 16.0 16.0
Cukup Aktif 26 52.0 52.0 68.0
Sangat aktif 16 32.0 32.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Kesediaan warga untuk menguatkan hubungan sosial dalam melestarikan sungai DAS
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak aktif 13 26.0 26.0 26.0
Cukup Aktif 21 42.0 42.0 68.0
Sangat aktif 16 32.0 32.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
48

Lampiran 4. Pengelolaan DAS Wae Rupa berbasis masyarakat Negeri Hukurila

Keterbukaan organisasi/lembaga formal dalam pengelolaan sumberdaya air dan DAS


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak aktif 11 22.0 22.0 22.0
Cukup aktif 25 50.0 50.0 72.0
Sangat aktif 14 28.0 28.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Sikap terkait Intensitas instansi pengelolaan DAS dalam pengukuran dan pengawasan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak aktif 8 16.0 16.0 16.0
Cukup aktif 28 56.0 56.0 72.0
Sangat aktif 14 28.0 28.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Sikap terkait Intensitas kunjungan organisasi/lembaga formal di DAS Wae Rupa


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak aktif 9 18.0 18.0 18.0
Cukup aktif 25 50.0 50.0 68.0
Sangat aktif 16 32.0 32.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Sikap terkait iIntesitas pertemuan anggota komunitas pengelolaan DAS


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak aktif 11 22.0 22.0 22.0
Cukup aktif 25 50.0 50.0 72.0
Sangat aktif 14 28.0 28.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Peran dalam kerjasama dengan komunitas pengelolaan DAS Wae Rupa


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak aktif 9 18.0 18.0 18.0
Cukup aktif 29 58.0 58.0 76.0
Sangat aktif 12 24.0 24.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
49

Negoisasi pengelolaan sumberdaya air DAS Wae Rupa


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak aktif 11 22.0 22.0 22.0
Cukup aktif 33 66.0 66.0 88.0
Sangat aktif 6 12.0 12.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Keterlibatan dalam paguyuban/organisasi terkait pengelolaan sumberdayaan air DAS


Wae Rupa
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak aktif 20 40.0 40.0 40.0
Cukup aktif 27 54.0 54.0 94.0
Sangat aktif 3 6.0 6.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
50

Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian Lapangan di Negeri Hukurila

Aktifitas masyarakat saat meencuci di sungai Air leding masyarakat sekitar

Sumur gali di pinggiran sungai Aktifitas mencuci


51

Gambaran DAS Hukuril Aktifitas warga mencuci sayur

Aktifitas warga mencuci piring dan pakaian

Anda mungkin juga menyukai