Anda di halaman 1dari 28

Laporan Pendahuluan

MASTERPLAN DAN DED KAWASAN DESA BAJO

BAB III

GAMBARAN UMUM

WILAYAH

3.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Kepuluan Sula

3.1.1 Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik Kabupaten Kepulauan Sula

Kabupaten Kepulauan Sula diresmikan pada tanggal 31 Mei 2003 sesuai dengan Undang-undang
Nomor 1 Tahun 2003. Berdasarkan data yang telah dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
Kabupaten Kepulauan Sula memiliki luas sebesar 13.732,70 Km 2 yang terdiri dari 6.647,17 Km2
merupakan wilayah lautan dan 7.085,53 Km 2 berupa wilayah daratan. Struktur wilayah
Kepulauan Sula terdiri atas 3 (tiga) pulau besar yaitu Pulau Sulabesi, Pulau Taliabu dan Pulau
Mangoli dan Pada Tahun 2013 di Pulau Taliabu Menjadi Daerah Otonomi Baru.

Kabupaten Kepulauan Sula terletak pada posisi 010 45’ 00” LS dan 1240 05’ 00” BT – 1260 50’
00” BT dengan batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Maluku

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Banda

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Taliabu

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Seram

Halaman III-1
Laporan Pendahuluan
MASTERPLAN DAN DED KAWASAN DESA BAJO

Wilayah administrasi Kabupaten Kepulauan Sula terdiri dari 19 kecamatan dan 124 Desa, serta
dikelilingi oleh Pulau-pulau kecil yang berjumlah sekitar 58 buah dengan panjang garis pantai
169,85 kilometer. Sejalan dengan reformasi di bidang pemerintahan dan otonomi daerah, dan
pada tahun 2013 di Pulau Taliabu Menjadi Daerah Otonomi Baru, serta memperhatikan aspirasi
masyarakat untuk mendapat pelayanan pemerintahan yang lebih baik, wilayah kecamatan
setelah pemekaran Pulau Taliabu menjadi 12 kecamatan dan 78 Desa. Tujuan pemekaran
adalah memperpendek rentang kendali pemerintahan dan mewujudkan pelaksanaan
pemerintahan yang lebih efektif dan efisien.

Tabel 3.1. Luas Wilayah Kabupaten Kepulaun Sula


Luas Wilayah
Luas Luas
Jumlah Administrasi
No Nama Kecamatan Daratan Lautan
Desa Persentase
(Km2) (Km2) Luas (Km2)
(%)
1 Sanana 11 222,24 270,88 493,12 3,6
2 Sanana Utara 7 269,43 629,35 898,78 6,5
3 Sulabesi Tengah 6 238,55 341,17 579,72 4,2
4 Sulabesi Timur 6 213,72 115,28 329 2,4
5 Sulabesi Barat 6 246,46 699,76 946,22 6,9
6 Sulabesi Selatan 5 285,76 777,89 1063,65 7,7
7 Mangoli Utara Timur 4 765,23 913,25 1678,48 12,2
8 Mangoli Timur 5 899,65 804,69 1704,34 12,4
9 Mangoli Tengah 9 1.207,63 487,21 1694,84 12,3
10 Mangoli Selatan 5 1.017,05 487,21 1504,26 11,0
11 Mangoli Barat 7 1.013,71 323,14 1336,85 10,0
12 Mangoli Utara 7 706,11 767,35 1473,46 10,7
Total 78 7.085,53 6.647,17 13.732,70 100
Sumber : RPJMD Kabupaten Kepulauan Sula, 2016

Halaman III-2
Laporan Pendahuluan
MASTERPLAN DAN DED KAWASAN DESA BAJO

Gambar 3.1. Peta Administrasi Kabupaten Kepulauan Sula

Halaman III-3
Laporan Pendahuluan
MASTERPLAN DAN DED KAWASAN DESA BAJO

3.1.2 Topografi dan Iklim

Wilayah Kabupaten Kepulauan Sula terdiri dari 2 (dua) pulau besar, yaitu Pulau Mangoli dan
Pulau Sulabesi yang menjadi pusat permukiman sebagian besar penduduk. Berdasarkan kelas
ketinggian wilayah Kepulauan Sula berada pada ketinggian 0–100 meter di atas permukaan
laut. Kondisi dan ekosistem hutan relatif masih utuh dengan tipe hutan hujan dataran rendah
dan hutan hujan pegunungan.

Sekitar 150.000 Ha dataran pantai Kepulauan Sula mempunyai jenis tanah Podsolik Merah
Kuning yang cocok untuk lahan perkebunan. Sedangkan lahan dengan kemiringan 15–25
persen seluas hampir 150.000 Ha mempunyai jenis tanah Podsolik dan Aluvial.

3.1.3 Kondisi Hidrologi

Sebagian besar wilayah Kabupaten Kepulauan Sula memiliki pantai yang datar dengan
kedalaman mencapai antara 200-720 meter. Sedangkan di beberapa daerah atau perairan
pantai yang terlindung memiliki topografi yang landai dan kedalamannya tidak lebih dari 200
meter.

Pasang surut yang terjadi di perairan Kepulauan Sula adalah tipe pasut diurnal, yaitu
mengalami 2 kali pasang dan 2 kali surut pada interval waktu yang sama. Pergerakan arus
menurut skala waktu akibat perubahan musim yaitu Barat dan Timur dan arus harian yang
dipengaruhi oleh pergerakan pasang surut. Data DISHIDROS TNI-AL (1992) menunjukkan
bahwa kecepatan arus tertinggi terjadi di selat Capalulu mencapai 90 mil/jam, sedangkan arus
lokal bervariasi pada saat pergerakan dari arah utara menuju Timur laut sampai tenggara dan
dari arah selatan sampai barat dengan variasi antara 1 – 45 cm/detik.

Parameter oceanografi penting lainnya adalah gelombang. Informasi mengenai kondisi


gelombang dapat memprediksi kondisi perairan dan aktivitas di laut termasuk aktivitas
perikanan tangkap. Variasi pergerakan gelombang berdasarkan data DISHIDROS TNI-AL
(1992) dan Lipi Ambon (1994) gelombang besar terjadi pada bulan September – Desember
dengan ketinggian mencspai 1,50 – 2,00 meter.

3.1.4 Kondisi Iklim

Kabupaten Kepulauan Sula beriklim tropis yang umumnya dipengaruhi oleh 2 musim, yaitu
musim Barat atau Utara dan Musim Timur atau Tenggara. Kedua musim ini berawal pada bulan
Mei dan dipengaruhi oleh musim pancaroba yang merupakan transisi musim tersebut. Musim

Halaman III-4
Laporan Pendahuluan
MASTERPLAN DAN DED KAWASAN DESA BAJO

barat atau utara umumnya berlangsung dari bulan Desember sampai bulan Maret. Bulan April
merupakan musim transisi ke musim timur atau tenggara.

Musim timur atau tenggara berawal pada bulan Mei dan berlangsung hingga bulan Oktober.
Bulan Nopember merupakan masa transisi ke musim barat. Kondisi iklim Kabupaten Kepulauan
Sula dipengaruhi oleh iklim tropis dengan curah hujan rata-rata 1000 – 2000 mm per tahun.
Berbagai kondisi geografi tersebut mempengaruhi potensi pertanian, perkebunan dan
perikanan.

Tabel 3.2. Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan menurut Bulan Di Kabupaten
Kepulauan Sula Tahun 2014-2015
Curah Hujan Hari Hujan
Bulan Banyaknya Banyaknya
2014 2015 2014 2015
Januari 72.5 58.9 15 11
Februari 127 110 17 15
Maret 117.3 163.7 14 16
April 205.1 203.6 17 18
Mei 172.3 261.7 21 13
Juni 533 210.1 23 17
Juli 47.1 20.1 13 5
Agustus 67.4 9.9 13 3
September 30 0 13 0
Oktober 0 23.6 3 3
November 408 17 16 3
Desember 174.8 150.7 17 14
Rata-Rata 129.275 102.4 15.2 9.8
Sumber : Badan Pusat statistik Kepulauan Sula ,Tahun 2015

Kelembapan nisbi rata-rata yang tercatat pada stasiun Meterologi dan Geofisikan Kabupaten
Kepulauan Sula (2015) adalah 83 persen (higer) pada bulan April dan 76 persen ( lower) pada
bulan September. Data dan informasi mengenai kondisi tersebut. dapat dilihat sebagaimana
terdapat pada Tabel dibawah ini:

Tabel 3.3. Temperatur Rata - Rata Kelembaban Nisbi, Rata-Rata Penyinaran


Matahari di Kabupaten Kepulauan Sula, 2015
Temperatur
Rata-Rata
Rata- Kelembaban
Bulan RataRata Rata-Rata Penyimpanan
Rata Nisbi
Maksimum Minimum Matahari
Harian
Januari 28,0 31,8 24,6 80 46
Februari 27,4 31,8 24,2 81 63
Maret 27,6 31,8 24,6 82 62
April 27,4 32,0 25,0 83 62
Mei 27,8 31,6 24,8 82 69

Halaman III-5
Laporan Pendahuluan
MASTERPLAN DAN DED KAWASAN DESA BAJO

Temperatur
Rata-Rata
Rata- Kelembaban
Bulan RataRata Rata-Rata Penyimpanan
Rata Nisbi
Maksimum Minimum Matahari
Harian
Juni 27,6 30,6 24,8 81 69
Juli 27,4 31,0 24,2 78 76
Agustus 27,4 31,0 24,4 77 71
September 27,0 31,2 23,8 76 74
Oktober 27,8 32,6 24,0 77 93
November 28,0 32,6 25,2 80 81
Desember 28,0 32,0 25,0 82 69
Rata-Rata 27,6 31,6 24,6 81 69
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Kabupaten Sula, Tahun 2015

3.1.5 Penggunaan Lahan

Pola penggunaan lahan pada suatu wilayah merupakan manifestasi hubungan antara manusia
dengan lingkungan. Polarisasi dan intensitas penggunaan lahan tersebut juga merupakan
indikator yang mencerminkan aktivitas utama dalam tingkat penguasaan teknologi penduduk
dalam mengeksploitasi sumberdaya lahan sekaligus mencerminkan karakteristik potensi
wilayah yang bersangkutan.

Perkembangan sumberdaya lahan dapat dilihat dan kondisi tutupan lahan atau pemanfaatan
lahan yang terbentuk. Pada dasarnya pembentukan pola pemanfaatan lahan dipengaruhi oleh
faktor fisik lahan seperti letak geografis, struktur geologi dan tanah, klimatologi wilayah.dan
sektor kegiatan ekonomi masyarakat. Pemanfaatan lahan yang terbentuk hingga saat ini di
Kabupaten Kepulauan Sula terdiri atas lahan hutan, perkebunan, persawahan, ladang,
pemukiman, lahan terbuka, rawa serta waduk/danau/sungai. Dominasi oleh hutan mencapai
sekitar 233.305.606 Ha dari total luas wilayah Kabupaten Kepulauan Sula sebesar 475.019.766
Ha. Secara lebih rinci penggunaan lahan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.4. Pengunaan lahan di Kabupaten Kepulauan Sula Tahun 2014


No Pengunaan Lahan Luas(Ha) Luas (Km)
1 Hutan Primer 233.305.606 2.333.056
2 Hutan Sekunder 66.577.061 665.771
3 Hutan Gundul 1.119.320 11.193
4 Hutan Mangrove 7.074.578 70.746
5 Perkebunan 22.503.634 225.036
6 Sawah 20.899 0.209
7 Ladang/Tegalan 1.751.374 57.514
8 Perkotaan 433.796 4.338
9 Kampung 3.144702 31.467
10 Belukar/Rumput 95.129.908 951.299
11 Lahan Terbuka 2.794472 27.947

Halaman III-6
Laporan Pendahuluan
MASTERPLAN DAN DED KAWASAN DESA BAJO

No Pengunaan Lahan Luas(Ha) Luas (Km)


12 Rawa 275.538 2.755
13 Waduk/Sungai/Danau 331.296 3.313
14 Tidak ada data 40.555.382 405.554
Jumlah 475.019766 4.750198
Sumber : Peta Informasi Spasial Penutupan /Pengunaan Lahan Indonesia
(Maluku Utara) Tahun 2015

Tabel 3.5. Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Sula


Tahun 2018
Lahan
No Desa 2017
(Km2)
Luas Wilayah 246.46
1 Sulabesi Barat
% 3.48
2 Sulabesi Selatan Luas Wilayah 285.76
% 4,03
3 Sanana Luas Wilayah 222.24
% 3,14
4 Sulabesi Tengah Luas Wilayah 238.55
% 3,37
5 Sulabesi Timur Luas Wilayah 213.72
% 3,02
6 Sanana Utara Luas Wilayah 269.43
% 3,80
7 Mangoli Timur Luas Wilayah 899.65
% 12,70
8 Mangoli Tengah Luas Wilayah 1,207.63
% 17,04
9 Mangoli Utara Timur Luas Wilayah 765.23
% 10,80
10 Mangoli Barat Luas Wilayah 1,013.71
% 14,31
11 Mangoli Utara Luas Wilayah 706.11
% 9,97
12 Mangoli Selatan Luas Wilayah 1,017.05
% 14,35
Sumber: Kabupaten Kepulauan Sula Dalam Angka, 2018 (BPS)

Berdasarkan data luas wilayah di Kabupataen Kepulauan Sula, Kecamatan Mangoli Tengah
memiliki persentase tertinggi sebesar 17.04% dengan luas 1,207.63 Ha. Sedangkan Kecamatan
Sulabesi Timur merupakan kecamatan yang pmemiliki luas terendah sebesar 3.02% dengan
luas 213.72 Ha.

3.1.6 Kependudukan

Penduduk Kabupaten Kepulauan Sula berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2016 sebanyak
97.177 jiwa yang terdiri atas 49.203 jiwa penduduk laki- laki dan 47.947 jiwa penduduk

Halaman III-7
Laporan Pendahuluan
MASTERPLAN DAN DED KAWASAN DESA BAJO

perempuan. Dibandingkan dengan proyeksi jumlah penduduk tahun 2015, penduduk


Kepulauan Sula mengalami pertumbuhan sebesar 1,98 persen. Sementara itu besarnya angka
rasio jenis kelamin tahun 2016 penduduk laki- laki terhadap penduduk perempuan sebesar 103
yang berarti jumlah penduduk laki-laki lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk
perempuan. Rasio jenis kelamin yang tertingi terdapat di kecamatan Sanana Utara yaitu
sebesar 109 dan yang terkecil terdapat di kecamatan Sulabesi Selatan yang mengindikasikan
jumlah penduduk perempuan lebih bnyak dibandingkan penduduk laki-laki.

Kepadatan penduduk di Kabupaten Kepulauan Sula tahun 2016 mencapai 14 jiwa/km 2.


Kepadatan Penduduk di 12 kecamatan cukup beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi
terletak di kecamatan Sanana dengan kepadatan sebesar 134 jiwa/km2 dan terendah di
Kecamatan Mangoli Utara Timur, Mangoli Tengah, dan Mangoli Selatan sebesar 6 jiwa/km 2.

Tabel 3.6. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut


Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Sula Tahun 2010, 2015 - 2016
Laju Pertumbuhan
Jumlah Penduduk (jiwa) Penduduk Per Tahun
No Kecamatan (%)
2010 - 2015 -
2010 2015 2016
2015 2016
1 Sulabesi Barat 4.727 5.185 5.288 9,69 1,99
2 Sulabesi Selatan 4.317 4.654 4.746 7,81 1,98
3 Sanana 25.293 29.139 29.716 15,21 1,98
4 Sulabesi Tengah 5.955 6.711 6.844 12,70 1,98
5 Sulabesi Timur 3.113 3.407 3.475 9,44 2.00
6 Sanana Utara 5.700 6.558 6.688 15,05 1,98
7 Mangoli Timur 4.320 4.716 4.810 9,17 1,99
8 Mangoli Tengah 6.409 6.973 7.112 8,80 1,99
9 Mangoli Utara Timur 3.793 4.165 4.248 9,81 1,99
10 Mangoli Barat 7.115 7.771 7.926 9,22 1,99
11 Mangoli Utara 10.159 10.937 11.154 7,66 1,98
12 Mangoli Selatan 4.685 5.069 5.170 8,20 1,99
Kepulauan Sula 85.586 95.285 97.177 11,33 1,99
Sumber: Kabupaten Kepulauan Sula Dalam Angka, 2017 (BPS)

Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kabupaten Kepulauan Sula didominasi di


bidang perikanan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Halaman III-8
Laporan Pendahuluan
MASTERPLAN DAN DED KAWASAN DESA BAJO

Tabel 3.7. Jumlah Penduduk yang Pekerjaan Utamanya di Bidang Perikanan


Menurut Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Sula Tahun 2014-2018
Tahun
No Desa
2013 2014 2015 2016 2017
1 Sanana 496 496 - - -
2 Sanana Utara 1,301 1,301 - - -
3 Sulabesi Barat 310 310 - - -
4 Sulabesi Tengah 620 620 - - -
5 Sulabesi Timur 135 135 - - -
6 Sulabesi Selatan 233 233 - - -
7 Mangoli Timur 230 230 - - -
8 Mangoli Utara Timur 519 519 - - -
9 Mangoli Tengah 117 117 - - -
10 Mangoli Barat 219 219 - - -
11 Mangoli Selatan 239 239 - - -
12 Mangoli Utara 562 562 - - -
Total 4,981 4,981 - - -
Sumber:https://kepsulkab.bps.go.id
*Data Tahun 2016-2018 Tidak Tersedia

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan Kecamatan Sanana Utara merupakan jumlah
penduduk terbesar bermata pencaharian di bidang perikanan. Sedangkan Mangoli Tengah
termasuk mata pencaharian perikanan terkecil di Kabupaten Kepulauan Sula.

3.1.9.1.1 Perikanan

Kabupaten Kepulauan Sula Kecamatan Sanana Utara kearah agropolitan yang diperkuat oleh
keberadaan komoditi unggulan yaitu perikanan. Kabupaten. Jenis komoditi perikanan pada
tahun 2018 sebagai berikut:

Tabel 3.8. Jumlah Rumah Tangga Perikanan Tangkap Menurut Kecamatan dan
Subsektor Kabupaten Kepulauan Sula 2017
Perikanan Perairan
No Kecamatan Jumlah
Laut Umum
1. Sulabesi Barat 15 0 15
2. Sulabesi Selatan 16 0 16
3. Sanana 20 0 20
4. Sulabesi Tengah 23 0 23
5. Sulabesi Timur 10 0 10
6. Sanana Utara 150 0 150
7. Mangoli Timur 6 0 6
8. Mangoli Tengah 8 0 8
9. Mangoli Utara Timur 42 0 42
10. Mangoli Barat 45 0 45
11. Mangoli Utara 103 0 103
12. Mangoli Selatan 12 0 12

Halaman III-9
Laporan Pendahuluan
MASTERPLAN DAN DED KAWASAN DESA BAJO

Perikanan Perairan
No Kecamatan Jumlah
Laut Umum
Kepulauan Sula 450 0 450
Sumber: Kabupaten Kepulauan Sula Dalam Angka, 2017

Berdasarkan jumlah presentase jumlah rumah tangga perikanan tangkap menurut kecamatan
dan subsektor Kabupaten Kepulauan Sula dominasi terbesar berada di Kecamatan Sanana
Utara pada perikanan laut dengan presentase 33%. Kecamatan yang memiliki jumlah terkecil
berada di Kecamatan Mangoli Timur sebesar 2%.

Tabel 3.9. Tabel 3.31 Produksi Perikanan Tangkap Menurut Kecamatan dan
Subsektor Kabupaten Kepulauan Sula (ton) 2017
Perikanan Perairan
No Kecamatan Jumlah
Laut Umum
1. Sulabesi Barat 167,6 0 167,6
2. Sulabesi Selatan 182,9 0 182,9
3. Sanana 303,5 0 303,5
4. Sulabesi Tengah 470,3 0 470,3
5. Sulabesi Timur 27,8 0 27,8
6. Sanana Utara 921,9 0 921,9
7. Mangoli Timur 29,4 0 29,4
8. Mangoli Tengah 37,9 0 37,9
9. Mangoli Utara Timur 68,9 0 68,9
10. Mangoli Barat 131,6 0 131,6
11. Mangoli Utara 1,102,6 0 1,102,6
12. Mangoli Selatan 46,9 0 46,9
Kepulauan Sula 3,491,2 0 3,491,2
Sumber: Kabupaten Kepulauan Sula Dalam Angka, 2017

Berdasarkan jumlah presentase perikanan tangkap menurut kecamatan dan subsektor


Kabupaten Kepulauan Sula dominasi terbesar berada di Kecamatan Sanana Utara pada
perikanan laut dengan presentase 39%. Kecamatan yang memiliki jumlah terkecil berada di
Kecamatan Mangoli Timur sebesar 1%.

Tabel 3.10. Jumlah Rumah Tangga Usaha Budidaya Ikan Menurut Kecamatan
dan Jenis Ikan di Kabupaten Kepulauan Sula 2017
Budidaya Jaringan
No Kecamatan Tambak Kolam Keramba Sawah Jumlah
Laut Apung
1. Sanana 0 0 0 0 0 0 0
2. Sanana 150 20 0 0 180 0 380
Utara
3. Sulabesi 0 0 0 0 0 0
Tengah

Halaman III-10
Laporan Pendahuluan
MASTERPLAN DAN DED KAWASAN DESA BAJO

Budidaya Jaringan
No Kecamatan Tambak Kolam Keramba Sawah Jumlah
Laut Apung
4. Sulabesi 0 0 0 0 0 0 0
Timur
5. Sulabesi Barat 0 0 0 0 0 0 0
6. Sulabesi 0 0 0 0 0 0 0
Selatan
7. Mangoli 0 0 0 0 0 0 0
Timur
8. Mangoli 8 0 0 0 8 0 16
Tengah
9. Mangoli Utara 22 0 0 0 22 0 44
Timur
10. Mangolu 0 0 0 0 0 0 0
Selatan
11. Mangoli Barat 61 0 0 0 0 0 61
12. Mangoli Utara 25 0 0 0 0 0 25
Kepulauan Sula 296 20 0 0 210 0 526
Sumber: Kabupaten Kepulauan Sula Dalam Angka, 2017

Jumlah Rumah Tangga Usaha Budidaya Ikan Menurut Kecamatan


dan Jenis Ikan di Kabupaten Kepulauan Sula 2017

180
160
140
120
100
80
60
40
20
0

Budidaya Laut Tambak Kolam Keramba Jaringan Apung Sawah

Gambar 3.2. Gambar 3.20 Rumah Tangga Usaha Budidaya Ikan Menurut
Kecamatan dan Jenis Ikan di Kabupaten Kepulauan Sula 2017
Sumber: Analisis, 2019

Berdasarkan jumlah Rumah Tangga Usaha Budidaya Ikan Menurut Kecamatan dan Jenis Ikan
Kabupaten Kepulauan Sula dominasi terbesar berada di Kecamatan Sanana Utara pada
Budidaya Laut dan Jaringan Apung Kecamatan tidak memiliki budidaya ikan dan jenis ikan yaitu
Kecamatan Sanana, Sulabesi Tengah, Sulabesi Timur, Sulabesi Barat, Sulabesi Selatan, Mangoli
Timur, Mangoli Selatan.

Halaman III-11
Laporan Pendahuluan
MASTERPLAN DAN DED KAWASAN DESA BAJO

Tabel 3.11. Perkembangan Produksi Hasil Perikaan menurut Jenis Ikan di


Kabupaten Kepulauan Sula (ton), 2015-2017
No Jenis Ikan 2015 2016 2017
1. Tuna 518,8 889,3 755,9
2. Cakalang 307,5 338,5 321,6
3. Tenggiri 57,2 42,8 40,7
4. Dasar Campuran 724,8 735,0 698,3
5. Layang 472,3 576,1 547,3
6. Debo 78,3 124,5 118,3
7. Julung- Julung 468,7 364,3 346,1
8. Teri 105,2 113,2 107,6
9. Lobster 5,7 4,2 4,0
10. Hiu 0,3 0,4 0,4
11. Cumi-Cumi 0 0 0
12. Rumput Laut 7,963 8,157 7,749
13. Gurita 5,20 7,2 6,5
14. Kembung 23,5 22,5 21,4
15. Terbang 0 65,6 62,3
16. Udang Putih 1,2 4,5 4,3
Jumlah 10,732 11,445 10,784
Sumber: Kabupaten Kepulauan Sula Dalam Angka, 2017

Produksi Hasil Perikaan menurut Jenis Ikan di Kabupaten


Kepulauan Sula (ton), 2015-2017

2500
2000
1500
1000
500
0

2015 2016 2017

Gambar 3.3. Gambar 3.21 Produksi Hasil Perikaan menurut Jenis Ikan di
Kabupaten Kepulauan Sula (ton), 2015-2017
Sumber: Analisis, 2019

Halaman III-12
Laporan Pendahuluan
MASTERPLAN DAN DED KAWASAN DESA BAJO

Berdasarkan Perkembangan Produksi Hasil Perikaan menurut Jenis Ikan di Kabupaten


Kepulauan Sula jumlah tertinggi pada tahun 2015, 2016 dan 2017 pada jenis ikan tuna dan
jumlah yang terkecil dari tahun 2015,2016, dan 2017 yaitu pada jenis ikan hiu, cumi-cumi,
rumput laut, gurita, kembung.

3.2 Gambaran Umum Kecamatan Sanana Utara

3.2.1 Letak dan Luas Wilayah

Sanana Utara adalah salah satu kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Kepulauan Sula,
Provinsi Maluku Utara, Indonesia. Sanana Utara merupakan kecamatan hasil pemekaran dari
kecamatan Sanana berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Sula Nomor 6 Tahun
2007. Kecamatan Sanana Utara berbatasan dengan wilayah sebagai berikut:

 Sebelah Utara: Selat Mongoli

 Sebelah Selatan Kecamatan Sula Besi dan Sanana

 Sebelah Barat: Selat Mongoli

 Sebelah Timur: Selat Mongoli

Dalam pembagian administrasi Kecamatan Sanana Utara dibagi menjadi 7 desa, antara lain:
1. Bajo
2. Fokalik
3. Fukweu
4. Malbufa
5. Man Gega
6. Pohea
7. Wainin
Wilayah Kecamatan Sanan Utara terletak antara 10 56’ 20 05’ Lintang Selatan dan 1250
52’ - 1260 00’ Bujur Timur.

3.2.2 Topografi dan Jenis Tanah

Topografi merupakan bentuk permukaan bumi yang di pandang dari kemiringan lereng dan
beda tinggi dari permukaan laut. Secara

Halaman III-13
Laporan Pendahuluan
MASTERPLAN DAN DED KAWASAN DESA BAJO

Secara umum, Kecamatan Sanana Utara merupakan dataran karena ketinggian di Kecamatan
Sanana Utara berkisar diantara 0 – 2 mdpl. Secara geografis terletak di daerah pesisir dengan
panajng pantai 4.19.

Aspek hidrologi suatu kecamatan sangat diperlukan dalam pengendalian dan pengaturan tata
air wilayah suatu desa. Berdasarkan hidrologinya, aliran – aliran sungai diwilayah Desa Pohea,
Fukweu, Malbufa, Wainin dan Fokalik membentuk pola Daerah Aliran Sungai yaitu DAS Wai
Sabalek, Air Sentosa,Kamia Dak dsb. Tercatat beberapa sungai maupun selokan baik skala
kecil, skala sedang dan skala besar yang terdapat diKecamatan Sanana Utara.

3.2.3 Sarana

Kondisi sarana wilayah terdiri dari sarana pendidikan, srana peribadatan, sarana pemerintahan,
sarana kesehatan, sarana ruang terbuka hijau dan sarana ekonomi. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada sub bab sebagai berikut.

3.2.7.1Sarana Pendidikan

Sarana dan prasarana merupakan suatu alat atau bagian yang memiliki peran sangat penting
bagi keberhasilan dan kelancaran suatu proses, termasuk juga dalam lingkup pendidikan.
Sarana dan prasarana adalah fasilitas yang mutlak dipenuhi untuk memberikan kemudahan
dalam menyelenggarakan suatu kegiatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut.

Tabel 3.12. Banyaknya Fasilitas Pendidikan Menurut Jenjang Pendidikan dan


Desa di Kecamatan Sanana Utara Utara 2018
TK SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK
No Desa
Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta
1 Pohea 0 3 1 1 0 3 1 1
2 Fukweu 0 2 1 0 0 2 1 0
3 Malbufa 0 2 1 0 0 2 1 0
4 Bajo 0 2 1 0 0 2 1 0
5 Man Gega 0 2 1 0 0 2 1 0
6 Wainin 0 1 1 0 0 1 1 0
7 Fokalik 0 0 1 0 0 0 1 0
Sanana Utara 0 12 7 1 0 12 7 1
Sumber:https://kepsulkab.bps.go.id

Halaman III-14
Laporan Pendahuluan
MASTERPLAN DAN DED KAWASAN DESA BAJO

Berdasarkan jumlah fasilitas pendidikan, Kecamatan Sanana Utara didominasi oleh TK/Paud
Swasta dan SMP/MTS Swasta 30%. Jumlah fasilitas TK/Paud dan SMP/MTS Swasta terbanyak
terdapat pada Desa Pohea dengan jumlah masing-masing 3 unit. Sedangkan jumlah fasilitas
pendidikan terendah yaitu pada jenjang SMP/MTs Negeri dengan persentase 0%.

3.2.7.2 Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan merupakan tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya


kesehatan yang meliputi balai pengobatan, puskesmas, rumah sakit, praktek dokter, bidan
praktek, dan sarana kesehatan lainnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.13. Banyaknya Sarana dan Prasrana Kesehatan Menurut Desa di


Kecamatan Sanana Utara Utara 2018
No Desa Dokter Umun Dokter Gigi Bidan Mantri Dukun Bayi
1 Pohea 0 0 1 0 2
2 Fukweu 0 0 1 3 2
3 Malbufa 0 0 1 0 3
4 Bajo 0 0 1 0 3
5 Man Gega 0 0 1 0 2
6 Wainin 0 0 1 1 2
7 Fokalik 0 0 0 2 2
Sanana Utara 0 0 6 6 15
Sumber:https://kepsulkab.bps.go.id

Berdasarkan persentase sarana prasaran kesehatan terbesar yaitu jenis dukun bayi 56%.
Jumlah dukun bayi terbanyak terdapat di Desa Malbufa dan Bajo dengan jumlah masing masing
3 sarana dukun bayi. Sedangkan sarana prasarana kesehatan terendah yaitu jenis dokter umum
dan dokter gigi.

3.3 Gambaran Umum Desa Bajo

3.3.1 Letak dan Luas Wilayah

Desa Bajo secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Sanana Utara, Kabupaten
Kepulauan Sula. Yang terletak di bagian Utara, ibu kota Kecamatan sekitar 40 Menit dengan
kenderaan darat,laut, sedangkan waktu tempuh menuju Ibu Kota Kabupaten kira-kira 30 Menit
perjalanan dengan kendaraan darat dan laut.

Desa Bajo terbagi atas 3 (tiga) Dusun dan 6 (enam) Tetangga (RT). Secara geografis, Luas
Wilayah Desa Bajo adalah 640 Ha dengan batas-batas Desa sebagai berikut :

Halaman III-15
Laporan Pendahuluan
MASTERPLAN DAN DED KAWASAN DESA BAJO

 Sebelah Utara : Laut

 Sebelah Selatan : Desa Pohea

 Sebelah Barat : Laut

 Sebelah Timur : Desa Mangega

Halaman III-16
Laporan Pendahuluan
MASTERPLAN DAN DED KAWASAN DESA BAJO

Gambar 3.4. Gambar 3.44 Peta Adminstrasi Desa Bajo

Halaman III-17
Laporan Pendahuluan
MASTERPLAN DAN DED KAWASAN DESA BAJO

3.3.2 Topografi dan Jenis Tanah


Desa Bajo secara topografi berupa perairan dengan ketinggian antara 0 sd 5 Meter di atas
permukaan laut (DPL), sehingga tergolong dataran perairan. Suhu di daerah ini cukup bervariasi
antara 20 derajat saat paling dingin dan 40 derajat saat paling panas. Jenis tanah yang terdapat
di desa Bajo sebagian besar tanah lumpur.

Tabel 3.14. Kondisi Topografi Desa Bajo di Kecamatan Sanana Utara Tahun
2014-2018
No Desa Topografi 2017
Letak Geografis Pesisir
Panjang Pantai 0.41
1 Bajo Ketinggian Dari 0-2
Permukaan Laut
Topografi Dataran
Sumber:https://kepsulkab.bps.go.id

3.3.3 Iklim

Iklim merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Iklim Desa
Bajo termasuk dalam Daerah dengan tipe iklim D, dengan nilai Q antara 60% - 100%. Nilai Q
adalah perbandingan antara banyaknya bulan basah dibagi dengan bulan kering kali 100%.

3.3.4 Penggunaan Lahan

Luas desa secara keseluruhan sebesar 910 Ha tersebut dapat dilihat dari luas lahan kering untuk
kegiatan pertanian seluas 0 Ha. Sedangkan luas perairan 1200 Ha. Lahan yang digunakan untuk
kuburan, lapangan, jalan dan sungai seluas 20 Ha. Perincian masing-masing penggunaan lahan
di Desa Bajo dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.15. Luas dan Penggunaan Lahan


No Penggunaan Lahan Luas (Ha)
1 Tanah Sawah Ha
2 Tanah kering 0 Ha
3 Tanah Pekarangan Ha
4 Lain-lain 20 Ha
5 Luas Perairan 1200 Ha
Jumlah 1400 Ha
Sumber: Data Monografi Desa Bajo 2017
Selain bekerja sebagai nelayan dan lainya, sebagian penduduk bekerja sebagai PNS dan
Pedagang. Hal ini mengindikasikan bahwa desa Bajo potensial untuk pengembangan di bidang
perikanan tangkap dan budidaya.

Halaman III-18
Laporan Pendahuluan
MASTERPLAN DAN DED KAWASAN DESA BAJO

3.3.5 Sarana dan Prasarana

Kondisi sarana wilayah terdiri dari sarana pendidikan, srana peribadatan, sarana pemerintahan,
sarana kesehatan, sarana ruang terbuka hijau dan sarana ekonomi.

Secara umum sarana prasarana di desa Bajo adalah sebuah gedung sekolah Taman Kanak-
kanak dan setingkat SD/PAUD yang di rehab menggunakan dana desa tahun anggaran 2016,
namun dari segi Sarana dasar jalan, jalannya masih bertanah, sebagianya Rabat Beton
(Setapak) yang menghubungkan RT 01 dan RT 02. Tahun 2015 desa Bajo menerima dana
APBN(DD) melalui Kemendes (P3MD) untuk membiayai kegiatan pembuatan jembatan kayu.
adanya akses jalan menggunakan jembatan kayu yang menhubungkan antar dusun dan RT/RW.
Akses jalan raya yang menghubungan Ibu Kota Kecamatan dan Kabupaten, sehinggga jika ada
keperluan pengurusan yang berkaitan dengan Kecamatan maupun Kabupaten masyarakat
hanya menggunakan Kendaraan darat dan armada laut yang di tumpangi dengan patokan tariff
(tiket) masing-masing yakni Motor darat, Ketinting, terutama Pemerintahan Desa. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada sub bab sebagai berikut.

3.3.5.1 Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar, baik
yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dan berjalan
dengan lancar, teratur, efektif dan efisien. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.16. Jumlah Fasilitas Pendidikan Menurut Jenjang Pendidikan di Desa


Bajo
No Desa Jenjang Pendidikan 2017
Negeri 0
TK/Paud
Swasta 2
Negeri 1
SD
Swasta 0
1 Bajo
Negeri 0
SMP/MTS
Swasta 2
SMA/MA/SMK Negeri 1
Total 6
Sumber:https://kepsulkab.bps.go.id
Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa jumlah fasilitas menurut jenjang
pendidikan tertinggi yaitu TK/Paud Swasta dan SMP/MTS Swasta dengan persentase
masing-masing 33%. Sedangkan jumlah fasilitas terendah yaitu TK/Paud Negeri, SD
Swasta, SMP/MTs Negeri.

Halaman III-19
Laporan Pendahuluan
MASTERPLAN DAN DED KAWASAN DESA BAJO

Gambar 3.46 Kondisi Sarana Pendidikan di Desa Bajo

Sumber: Hasil Observasi, 2018

3.3.5.2 Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan merupakan tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya


kesehatan yang meliputi balai pengobatan, puskesmas, rumah sakit, praktek dokter, bidan
praktek, dan sarana kesehatan lainnya. Desa bajo memiliki Jumlah sarana kesehatan 1 unit
bidan dan 3 sarana dukun bayi.

3.3.5.3 Sarana Kelembagaan

Sarana Kelembagaan yang ada di Kecamatan Sanana Utara terdiri dari jumlah koperasi, jumlah
sarana keamanan dan ketertiban dsb. Jenis koperasi di Desa Bajo hanya terdapat 1 jenis
koperasi simpan pinjam sebanyak 1 unit.

Sedangkan pada sarana keamanan dan ketertiban terdapat I unit pos kamling, 2 unit pos polisi
dan 1 unit babinsa.

3.3.5.4 Sarana Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang


penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara
alamiah maupun yang sengaja ditanam. Sarana ruang terbuka hijau Desa Bajo terbagi menjadi
2 jenis yaitu bola voli dan lapangan bulu tangkis dengan jumlah masing-masing 1.

Halaman III-20
Laporan Pendahuluan
MASTERPLAN DAN DED KAWASAN DESA BAJO

3.3.5.5 Sarana Peribadatan

Sarana peribadatan sangat dibutuhkan sebagai tempat untuk pembinaan rohani yang
merupakan modal sosial yang sangat diperlukan seluruh masyarakat. Tempat ibadah di Desa
Bajo terdapat satu jenis, hal ini dikarenakan jumlah penganut agama muslim 100%.

3.3.6 Jaringan Jalan Akses


Jaringan jalan di Desa Bajo terdapat 2 jenis perkerasan yaitu jaringan jalan dengan jenis
perkerasan tanah atau pasir yang dipadatkan yang terdapat di jalan masuk utama menuju ke
Desa Bajo dan jaringan jalan dengan perkerasan dari kayu atau yang disebut dengan jembatan
oleh masyarakat sekitar. Jalan di Desa Bajo tidak semuanya dapat dilalui oleh kendaraan roda
empat, hanya jalan utama dengan perkerasan tanah yang dapat dilaluli oleh kendaraan roda
empat, sedangkan jalan dengan perkerasan kayu atau yang disebut dengan jembatan oleh
warga Desa Bajo hanya dapat dilaui oleh kendaraan roda dua, bahkan pada beberapa ruas
hanya dapat dilalui oleh pejalan kaki saja. Total Panjang jalan dan jembatan di Desa Bajo adalah
1.759,56 m, dengan rincian jalan dengan perkerasan tanah atau pasir yang dipadatkan
sepanjang 591,59 m dan jembatan atau jalan dari kayu sepanjang 1.167,97 m.

a. Jalan dengan Perkerasan Tanah b. Jembatan atau Jalan dengan Perkerasan Kayu
Gambar 3.5. Gambar 3.56 Kondisi Jaringan Jalan di Desa Bajo

Halaman III-21
Laporan Pendahuluan
MASTERPLAN DAN DED KAWASAN DESA BAJO

3.3.7 Transportasi

Di Desa Bajo terdapat angkutan umum dengan trayek Sanana-Bajo. Angkutan umum ini
digunakan oleh warga yang akan menuju Sanana yang merupakan Ibu Kota Kabupaten
Kepulauan Sula dan juga digunakan oleh masyarakat luar Desa Bajo yang akan berbelanja di
pasar yang ada di Desa Bajo. Selain itu, angkutan umum ini juga digunakan oleh anak-anak
sekolah, baik anak-anak sekolah Desa Bajo yang bersekolah di luar Desa Bajo, maupun anak-
anak sekolah di luar Desa Bajo yang bersekolah di Desa Bajo.

Gambar 3.6. Gambar 3.57 Angkutan Umum dengan Trayek Sanana-Bajo

3.3.8 Jaringan Air Bersih

Air bersih yang digunakan oleh warga untuk kebutuhan sehari-hari didapatkan dari jaringan
perpipaan maupun dari penampungan air yang berada didepan jalan masuk menuju Desa Bajo
yang masih masuk ke dalam wilayah administrasi Desa Pohea. Namun untuk jaringan perpipaan,
baru mencapai rumah warga yang berada di sekitar jalan utama Desa Bajo, sedangkan untuk
rumah warga yang berada di luar jalan utama desa untuk menenuhi kebutuhan air bersih,
masing-masing rumah menampung air yang didapatkan dari penampungan air di depan jalan
masuk desa maupun mengambil dari keran-keran air yang terdapat di sekitar jalan utama.

Halaman III-22
Laporan Pendahuluan
MASTERPLAN DAN DED KAWASAN DESA BAJO

a. Jaringan perpipaan yang menuju ke rumah warga

b. Keran air untuk masyarakat yang belum terjangkau oleh jaringan perpipaan

Gambar 3.58 Kondisi Jaringan Jalan di Desa Bajo

3.3.9 Sanitasi

Di Desa Bajo belum terdapat jaringan sanitasi masyarakat, limbah rumah tangga langsung
dibuang ke laut. Berdasarkan observasi awal di Desa Bajo, kawasan permukiman tradisional ini
Tidak ada separasi antara greywater dan blackwater sesuai tuntutan standar pelayanan minimal
atau SPM. Mayoritas greywater dibuang ke laut, sedangkan untuk blackwater ada yang
membuangnya di tanah dengan cara mengubur dan ada juga yang langsung membuangnya di
laut karena masih terbiasa hidup dengan budaya tradisional mereka. Dimana hal tersebut tanpa
sepengetahuan mereka, dapat mengancam ekosistem laut serta tidak sesuai dengan standar
pelayanan minimal untuk sebuah kawasan permukiman.

Halaman III-23
Laporan Pendahuluan
MASTERPLAN DAN DED KAWASAN DESA BAJO

Gambar 3.7. Gambar 3.59 Kondisi Toilet Umum Warga Desa Bajo

Berdasarkan observasi akhir yang dilakukan didapatkan Desa Bajo memiliki toilet umum tetapi
belum adanya penanggulangan mengenai pembuangan greywater dan masih melakukan
pembuangan ke laut.

3.3.10 Potensi di Bidang Perikanan Tangkap

Potensi sumberdaya alam khususnya dibidang perikanan di Desa Bajo saat ini masih perlu di
kembangkan, dengan adanya Kelompok/masyarakat yang sudah terorganisir maupun kelompok
yang belum terorganisir. Karena itu diperlukan Pembinaan dan pemberdayaan. Selain itu
masyarakat semakin kurang penghasilan, maka diperlukan adanya budidaya pembibitan ikan,
dan memerlukan tempat penampungan ikan-ikan seperti box, karena masyarakat beroperasi
untuk melakukan penangkapan sangat jauh dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Sarana
penangkapan yang tidak layak seperti katinting, seharusnya sudah harus menggunakan armada
yang berkapasitas diatas 4 GT, untuk menunjang peningkatan pendapatan masyarakat
khususnya dibidang perikanan tangkap antara lain hasil penangkapan ikan tuna, ikan cakalang
maupun perikanan ikan pelagis lainnya.

3.3.11 Demografi

Jumlah Penduduk Desa Bajo pada tahun 2015 ada sebanyak 1300 Jiwa, tahun 2016 sebanyak
1325 jiwa dan tahun 2017 sebanyak 1358 jiwa. Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah penduduk
1358 jiwa yang terdiri dari 679 laki-laki dan 679 perempuan. Rata-rata setiap keluarga terdiri
dari lima anggota keluarga. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat dilihat
pada tabel berikut.

Halaman III-24
Laporan Pendahuluan
MASTERPLAN DAN DED KAWASAN DESA BAJO

Tabel 3.17. Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin


Kelompok Umur Perempuan
Laki-laki (jiwa) Jumlah (jiwa)
(th) (jiwa)
0 -4 60 40 100
5–9 20 16 36
10 – 14 70 50 120
15 – 19 22 30 52
20 – 24 25 30 55
25- 29 30 24 54
30- 39 175 200 375
40-49 45 20 65
50 -59 50 30 80
>60 3 4 7
Jumlah 679 679 1358
Sumber: Monografi Desa Bajo 2017

Dari tabel di atas dapat diamati bahwa golongan usia produktif berjumlah 800 jiwa (80%) dan
golongan usia tidak produktif adalah 456 jiwa (20%). Kenyataan ini menunjukan bahwa tenaga
kerja yang tersedia di Desa Bajo, bisa mengisi peluang kerja, sementara itu lapangan kerja yang
tersedia sebagian besar adalah dibidang perikanan. Dan Penduduk Desa Bajo terdiri dari suku
bajo dan Mayoritas Penduduknya Beragama Islam 100%.

Tingkat pendidikan di Desa Bajo tergolong rendah, hal ini disebabkan fasilitas pendidikan kurang
memadai. Fasilitas pendidikan di desa Bajo meliputi 1(satu) buah gedung SMP, TK dan Sekolah
Dasar/PAUD. Sesuai data yang diambil, sebagian besar penduduk desa Bajo adalah belum tamat
Sekolah Dasar yaitu sebanyak 80 orang, dan urutan kedua adalah penduduk yang tamat SLTA
sebanyak 60 orang. Penduduk yang tamat SD sebanyak 30 orang menempati urutan ketiga,
dan urutan keempat adalah penduduk yang tamat SLTP sebanyak 19 orang dan yang tamat
Akademi/Perguruan tinggi sebanyak 10 orang. Jadi total penduduk yang bersekolah adalah 150
orang. Komposisi penduduk Desa Bajo berdasarkan tingkat pendidikannya dapat dilihat pada
tabel berikut.

3.3.12 Keadaan Sosial Ekonomi

Sebagian besar keluarga di Desa Bajo mempunyai mata pencaharian di bidang perikanan
tangkap dan budidaya. Menurut catatan monografi Desa tahun 2017, jumlah kepala keluarga
yang bekerja di bidang perikanan sebanyak 600, sedangkan sisanya bekerja di bidang lain
seperti pengusaha, buruh, pedagang, pengangkutan, dan sebagainya. Untuk jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut.

Halaman III-25
Laporan Pendahuluan
MASTERPLAN DAN DED KAWASAN DESA BAJO

Tabel 3.18. Penduduk Menurut Mata Pencaharian


No Mata Pencaharian Jumlah
1 Petani Sendiri 0 Orang
2 Petani Buruh 0 Orang
3 Nelayan 600 Orang
4 Pengusaha 0 Orang
5 Buruh Industri 0 Orang
6 Buruh Bangunan 10 Orang
7 Pedagang 11 Orang
8 Pengangkutan - Orang
9 Lain-lain - Orang
Jumlah 621 Orang
Sumber: Data Monografi Desa Bajo 2017

3.3.13 Kondisi Rumah Masyarakat

Rumah masyarakat di Desa Bajo mempunyai ciri khas yaitu berada terapung diatas laut dengan
menggunakan konstruksi kayu, namun ada beberapa rumah permanen yang menggunakan
konstruksi batu bata dan beton. Umumnya rumah permanen ini terdapat di jalan utama Desa
Bajo, namun ada beberapa rumah terapung yang sudah menggunakan konstruksi permanen.
Luasan rumah ini dibatasi oleh pemerintah desa seluas 150 m2 saja. Jumlah rumah yang ada di
Desa Bajo pada tahun 2019 yaitu 367 unit. Setiap masyarakat yang akan membangun rumah
di Desa Bajo harus meminta izin ke pemerintah desa untuk selanjutnya ditunjukan lokasi untuk
rumah pemohon. Pemerintah Desa Bajo mebatasi jumlah rumah di Desa Bajo, hal ini dilakukan
untuk mengantisipasi ekspansi rumah warga sampai ke tengah laut.

a. Rumah terapung dengan konstruksi beton b. Rumah terapung dengan konstruksi Kayu

Gambar 3.8. Gambar 3.60 Kondisi Jaringan Jalan di Desa Bajo

Halaman III-26
Laporan Pendahuluan
MASTERPLAN DAN DED KAWASAN DESA BAJO

3.3.17 Potensi Pariwisata

Potensi pariwisata di Kabupaten Kepulauan Sula menurut Rencana Induk Pengembangan


Pariwisata Daerah (RIPPARDA) ditetapkan sebagai pembangunan dengan tema wisata pantai
(beach tourism) yang di kembangkan dengan konsep pembangunan pariwisata bahari yang
menjadi penggerak perekonomian untuk menguatkan daya saing destinasi pariwisata.
Kabupaten Kepulauan Sula Kecamatan Sanana Utara Desa Bajo ditetapkan sebagai pusat
pelayanan primer meliputi Destinasi yaitu Hutan Mangrove dan Desa Nelayan sebagai Wisata
Bahari.

Kabupaten Kepulauan Sula Kecamatan Sanana Utara termasuk kedalam Kawasan Strategis
Pariwisata Kabupaten (KSPK) Sanana – Sambiki – Pagama dan sekitarnya meliputi sebagai
berikut:

 Pengembangan KSPK Sanana-Sambiki-Pagama dan Sekitarnya, sebagai berikut:


a. Kecamatan Sanana sebagai pusat / pintu gerbang masuk dan pusat pelayanan pariwisata
yang nyaman bagi wisatawan
b. Terciptanya sistem transportasi lokal untuk memudahkan aksesibilitas menuju KSPK
Sanana – Sambiki – Pagama dan Sekitarnya
c. Membuka aksesbilitas antar kawasan wisata yang ada di KSPK Sanana – Sambiki –
Pagama dan sekitarnya
d. Pengembangan potensi masyarakat sebagai pihak yang menjalankan dan menerima
manfaat pariwisata
e. Penyertaan aspek mitigasi bencana dalam pengembangan pariwisata.
f. Sasaran pengembangan wisata Desa Nelayan Bajo, Desa Nelayan Waisum, Teluk
Kalimasol
g. Pulang Kucing, Pulau Sambiki, Pulau Pagama, Pulau Lifmatola (Cagar Alam), dan Coral
Pagama.
 KSPK Sanana – Sambiki – Pagama dan sekitarnya sangat erat kaitannya dengan sektor lain
khususnya didalam sektor Perikanan dan kelautan serta Kehutanan, mengingat di KSPK ini
terdapat Cagar Alam Lifmatola
Adapun Kebijakan dan Strategi yang akan dicapai dalam Pembanguna Pariwisata di Kabupaten
Kepulauan Sula, yaitu sebagai berikut:

2.3.17 Potensi dan Masalah

Terdapat keunggulan atau potensi Desa Bajo yaitu sebagai berikut:

1. Hutan Mangrove sebagai potensi wisata

Halaman III-27
Laporan Pendahuluan
MASTERPLAN DAN DED KAWASAN DESA BAJO

2. Desa Nelayan Bajo sebagai wisata bahari


3. Hutan Mangrove sebagai pencegah erosi
4. Dea Bajo termasuk Kawasan Strategis Kabupaten

Permasalahan yang terdapat di Desa Bajo yaitu sebagai berikut:

1. Tidak terdapat sanitasi yang layak sehinga masyarakat membuang limbah ke laut
2. Permukiman kumuh dan tidak tertata
3. Jaringan listrik tidak tertata (dikhawatirkan terjadi kebakaran

Halaman III-28

Anda mungkin juga menyukai