Anda di halaman 1dari 59

BAB II

Evaluasi Hasil Pelaksanaan RKPD Tahun 2012


Dan Capaian Kinerja Penyelenggaraan
Pemerintahan

2.1. Kondisi Umum Daerah

Kondisi Geografis dan Administrasi

Bumi Sriwijaya merupakan sebutan lain untuk Provinsi Sumatera


Selatan, karena dahulu disinilah berdiri Kerajaan Maritim terkuat dan
terbesar di Indonesia. Wilayah provinsi ini secara geografis, terletak antara
1o – 4o Lintang Selatan dan 102o – 106o Bujur Timur dan dengan luas
wilayah yang mencapai 91.806,36 Km dibagi menjadi 11 kabupaten dan 4
kota serta terdiri dari 217 kecamatan (Gambar 2.1). Dan secara hidrologi,
Sumatera Selatan dilalui oleh sembilan sungai besar, atau sering disebut
dengan Batang Hari Sembilan, yaitu Sungai Musi, Ogan, Komering,
Lematang, Lakitan, Kelingi, Rawas, Batanghari Leko, dan Lalan.

Seperti halnya provinsi lain di Indonesia, wilayah Provinsi Sumatera


Selatan berbatasan dengan provinsi lain yang berada mengitari Sumatera
Selatan yaitu di sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Jambi, dengan
Provinsi Lampung di sebelah Selatan, Provinsi Bengkulu di sebelah Barat,
sedangkan di sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung. Peta administrasi wilayah Sumatera Selatan dapat dilihat
pada Gambar 2.2.

Gambar 2.1
Luas dan Jumlah Kecamatan di Provinsi Sumatera Selatan
menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 1
Gambar 2.2
Peta Administrasi Wilayah

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 2
Klimatologi

Provinsi Sumatera Selatan mempunyai iklim tropis dan basah


dengan variasi curah hujan per hari 61,0/17-634,4/22 mm sepanjang tahun
2008. Setiap bulan hujan cenderung turun dan bulan November
merupakan bulan dengan curah hujan paling banyak (Tabel 2.1).

Tabel 2.1
Suhu Rata-Rata, Jumlah Curah Hujan dan Jumlah Hari Hujan
Menurut Bulan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2008

0 3
No Bulan Suhu Udara (C ) Curah Hujan (mm ) Jumlah Hari Hujan

1 Januari 26,5 203,6 23


2 Pebruari 26,4 143,1 20
3 Maret 26,4 371,9 23
4 April 27,3 323,4 22
5 Mei 27,8 48,4 9
6 Juni 27,4 23,9 11
7 Juli 26,7 150,4 12
8 Agustus 26,5 175,3 16
9 September 27,1 61,0 17
10 Oktober 26,8 318,6 23
11 November 27,0 634,4 22
12 Desember 26,6 231,7 26
Sumber : Badan Metereologi dan Geofisika Kenten Palembang

Provinsi Sumatera Selatan memiliki suhu yang cenderung panas


berkisar antara 26,4°C hingga 27,8°C dengan rata-rata suhu udara pada
tahun 2008 sekitar 26,8°C. Suhu terendah/minimum terjadi pada bulan
Pebruari dan Maret, sedangkan suhu tertinggi/maksimum terjadi pada
bulan Mei (Gambar 2.3).

Gambar 2.3
Suhu Udara Menurut Bulan yang Tecatat di Stasiun Klimatologi Kenten
Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2008

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 3
Topografi dan Kemiringan Lereng

Provinsi Sumatera Selatan memiliki topografi yang bervariasi mulai


dari daerah pantai, dataran rendah, dataran tinggi, dan pegunungan.
Wilayah Sumatera Selatan memiliki bentangan wilayah dari Barat ke Timur
dengan ketinggian antara 400 – 1.700 mdpl. Wilayah dengan ketinggian
rata-rata antara 900 – 1200 mdpl berada pada bagian Barat yang
merupakan pegunungan Bukit Barisan. Pegunungan Bukit Barisan ini
memiliki puncak-puncak dengan ketinggian tertinggi berada di Gunung
Dempo dengan ketinggian 3.159 mdpl, kemudian Gunung Bungkuk
dengan ketinggian 2.125 mdpl, Gunung Seminung dengan ketinggian
1.964 mdpl, dan Gunung Patah dengan ketinggian 1.107 mdpl.

Di bagian Timur merupakan daerah pantai, yang tanahnya terdiri


dari rawa dan payau yang dipengaruhi oleh pasang surut. Vegetasinya
merupakan tumbuhan Palmase dan bakau. Sedangkan di bagian tengah
merupakan wilayah dengan dataran rendah yang luas.

Tabel 2.2
Luas Kabupaten/Kota Berdasarkan Kemiringan Lereng

Kabupaten/ Luas (Ha)


No
Kota 0-8% 8 - 15 % 16-25% 26-40% >40%
1 Banyuasin 1.181.610 1.689 - - -
2 Empat Lawang 18.212 62.253 38.531 2.141 104.506
3 Lahat 126.787 142.785 148.751 5.133 107.718
4 Lubuk Linggau 2.863 24.546 5.492 1.569 5.680
5 Muara Enim 710.763 122.335 26.611 25.262 37.418
6 Musi Banyuasin 1.284.134 113.236 20.934 - 8.323
7 Musi Rawas 542.957 267.264 160.457 20.200 244.988
8 OKI 1.832.553 2.293 1.058 - -
9 OKU 236.011 124.065 58.855 41.939 18.836
10 OKU Selatan 124.040 129.222 137.501 95.939 62.693
11 OKU Timur 297.717 39.109 174 - -
12 Pagar Alam 86 26.931 20.005 11.703 4.641
13 Palembang 40.061 - - - -
14 Prabumulih 24.760 15.220 3.470 - -
15 Ogan Ilir 266.607 - - - -
Total 6.422.553 1.070.948 621.840 1.714.422 5.922.802
Sumber : RTRW Provinsi Sumatera Selatan 2005-2019.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 4
Wilayah Pesisir

Wilayah Pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan


laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Panjang Kawasan
Pesisir di Provinsi Sumsel ± 450 Km dari sungai benu (batas Provinsi
Jambi) sampai Sungai Mesuji (batas Provinsi Lampung).

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi


Sumatera Selatan terdapat kawasan strategis antara lain kawasan pantai
timur dengan lokasi pesisir di Kab. Banyuasin dan Kab. OKI.

Pegunungan

Daerah pegunungan terdapat di Bagian Barat Provinsi Sumatera


Selatan dengan puncak tertinggi Gunung Seminung (1.964 m) dan Gunung
Dempo (3.159). Daerah ini tersusun dari bentukan lembah, dataran tinggi
plateau dan kerucut vulkanik. Bagian penting wilayah ini adalah lembahan
yang merupakan lahan budidaya pertanian. Punggungan Sumatera,
deretan bukit barisan merupakan bagian sistem pegunungan dari Sunda
Shield, terbentuk pada zaman tersier, dimana batas Sunda Shield yaitu
Lempeng India yang secara berangsur-angsur menekan dan menunjam di
bawah Paparan Sunda, menghasilkan deretan Pegunungan Bukit Barisan.

Kawasan yang termasuk daerah bahaya Gunung Dempo terdiri dari


Kabupaten Lahat, Empat Lawang dan Kota Pagar Alam dengan luas total
seluas 36.850 Ha atau sekitar 0,40 % dari total luas wilayah Provinsi
Sumatera Selatan. Kabupaten tersebut merupakan daerah rawan bencana
gempa bumi dengan total pesentase terhadap luas wilayah 3,28 % terdiri
dari Kabupaten Empat Lawang persentase terhadap luas wilayah 1,92,
Kabupaten Lahat persentase terhadap luas wilayah 1,16, Kota Pagar Alam
persentase terhadap luas wilayah 0,19.

Hidrologi

Wilayah Provinsi Sumatera Selatan merupakan daerah kaya


sumberdaya air, karena dialiri oleh banyak sungai. Beberapa sungai yang
relatif besar adalah Sungai Musi, Sungai Ogan, Sungai Komering dan
Sungai Lematang. Persediaan air di Wilayah Provinsi Sumatera Selatan
pada dasarnya sangat tergantung dari sungai-sungai utama, yakni Sungai
Musi dan anak-anak sungainya. Kebanyakan sungai-sungai ini bermata air
dari Bukit Barisan, kecuali Sungai Mesuji, Sungai Lalang dan Sungai
Banyuasin. Sungai yang bermata air dari Bukit Barisan dan bermuara ke
Selat Bangka adalah Sungai Musi beserta anak sungainya, seperti Sungai

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 5
Ogan, Sungai Komering, Sungai Lematang, Sungai Kelingi, Sungai Lakitan,
Sungai Rupit dan Sungai Rawas.

Sungai-sungai di provinsi ini pada umumnya airnya tampak keruh


dan membawa endapan lempung (suspensed materials). Hal ini disebabkan
salah satunya oleh aktifitas penebangan pohon-pohon (hutan) yang tak
terkendali, sehingga terjadi erosi yang intensif di daerah hulu. Erosi di
daerah hulu akan selalu diikuti oleh sedimentasi di sepanjang aliran sungai,
yang pada gilirannya berakibat pada pendangkalan aliran sungai, sehingga
pola aliran sungai sering berpindah tempat. Sungai-sungai utama tersebut
merupakan sumber air domestik.

Air permukaan merupakan sumber daya air yang paling strategis


karena dapat dimanfaatkan langsung untuk berbagai keperluan makhluk
hidup. Air permukaan dapat langsung digunakan sebagai sumber bahan
baku keperluan manusia, hewan, industri, dan kebutuhan lainnya.
Keberadaan air permukaan sangat dipengaruhi oleh dimensi ruang dan
waktu.

Keberadaan air permukaan di wilayah WS Musi juga dipengaruhi


keberadaan lebak, embung dan rawa. Sebagian besar wilayah merupakan
dataran aluvial sehingga ketinggian tanahnya relatif seragam.Kondisi yang
datar demikian menyebabkan pengaturan air kurang lancar sehingga timbul
daerah genangan pada wilayah yang ketinggiannya hampir sejajar sungai.
Lebak yang berada di wilayah ini fluktuasi luasannya sangat tinggi bila
dibandingkan antara musim penghujan dan musim kemarau. Musim
penghujan yang mencapai puncaknya genangan lebak sampai 500.000 Ha,
sedang pada musim kemarau yang panjang genangan lebak tinggal 5.000
Ha.

Ketergantungan masyarakat yang tinggal di sepanjang pinggiran


sungai terhadap keberadaan sungai tersebut masih sangat besar terutama
dalam memenuhi kebutuhan air untuk aktivitas sehari-hari. Malahan masih
banyak penduduk yang memanfaatkan air sungai sebagai sumber air bersih.
Mereka mengambil air dari sungai kemudian diendapkan atau ditambahkan
kaporit, kemudian langsung digunakan sebagai air untuk dimasak atau pada
saat musim hujan mereka menampung air hujan untuk dijadikan air minum.
Kebiasaan ini sudah terjadi secara turun menurun sejak dahulu. Hanya saja
dulu air sungai masih belum terlalu tercemar. Saat ini penggunaan air sungai
tanpa pengolahan khusus akan sangat berbahaya bagi kesehatan, karena
pencemaran sungai sudah sangat tinggi.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 6
DAS (Daerah Aliran Sungai)

Daerah Aliran Sungai (catchment area, watershed) adalah suatu


wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-
anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan
mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara
alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut
sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.

Berdasarkan Permen PU No.11A Tahun 2006, Wilayah kerja Balai


Wilayah Sungai Sumatera VIII mencakup 3 (tiga) Wilayah Sungai (WS)
yaitu WS Musi, WS Banyuasin, dan WS Sugihan dan dalam 3 (tiga) Wilayah
Sungai tersebut terdapat DAS (Daerah Aliran Sungai).

Wilayah Sungai Musi dengan nama DAS Musi, Lakitan, Rawas,


Semangus, Batang Hari Leko, Wilayah Sungai Sugihan dengan nama DAS
Burung, Gaja Mati, Pelimbangan, Beberi, Olok, Daras, Medang, Padang,
Banyuasin, Senda, Limau, Ibul,Puntian, Pangkalan Balai, Buluain, Kepa-
yang, Mangsang, Kedawang,Titikan, Mendes, Tungkal, Keluang,Lalan,
Supat, Lilin.

Rawa

Luas rawa di provinsi Sumatera Selatan sekitar 613.795 Ha yang


terbagi menjadi RPS (rawa pasang surut), RL (rawa lebak). Rawa tersebut
terdapat di Kabupaten Banyuasin dengan jumlah RPS 19 dan RL 1, di
Kabupaten Muara Enim dengan jumlah RPS 7 dan RL 1, di Kabupaten Musi
Banyuasin dengan jumlah RPS 3 dan RL 63, di Kabupaten Ogan Komering
Ilir RPS 4 dan RL 14, sedangkan untuk Kabupaten Ogan Ilir dan OKU Timur
Hanya terdapat RL yaitu Kabupaten Ogan Ilir dengan jumlah 53 dan OKU
Timur dengan jumlah 5. Dan untuk Kota Palembang hanya terdapat RPS
dengan jumlah 1.

Kependudukan dan Sumberdaya Manusia

Kependudukan

Pada tahun 2009 jumlah penduduk Provinsi Sumatera Selatan


mencapai 7.222.635 jiwa sehingga tercatat sebagai peringkat kesembilan
dari seluruh provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia.
Sedangkan jumlah penduduk tahun 2010 adalah 7.450.394 jiwa atau
meningkat 3,15 persen dari tahun 2009. Jumlah penduduk Provinsi
Sumatera Selatan terus meningkat 2,93 juta jiwa pada tahun 1971 menjadi

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 7
3,97 juta jiwa pada tahun 1980, 5,49 juta jiwa pada tahun 1990, 6,27 juta
jiwa pada tahun 2000, serta 7,22 juta jiwa pada tahun 2009 (Tabel 2.3).

Dengan jumlah penduduk yang begitu besar, Provinsi Sumatera


Selatan menghadapi masalah kependudukan yang sangat serius terutama
dalam penyediaan pelayanan dasar, perumahan dan permukiman,
penyediaan prasarana dan penyediaan lapangan pekerjaan. Tantangan
yang harus dihadapi adalah pengendalian pertumbuhan penduduk disertai
dengan peningkatan kesejahteraan penduduk secara berkesinambungan
melalui berbagai kebijakan dan program pembangunan. Pengendalian
pertumbuhan penduduk dimaksud mengindikasikan meningkatnya
kembali angka kelahiran, sehingga hal ini perlu mendapat perhatian
pemerintah diantaranya dengan kembali menggalakkan Program KB untuk
pengaturan kelahiran.

Selama periode 1971-1980 laju pertumbuhan penduduk Sumatera


Selatan mencapai 3,45 persen per tahun turun menjadi 3,29 per tahun
pada periode 1980-1990, pada tahun 1990-2000 pertumbuhan penduduk
menjadi 1,28 persen per tahun. Namun demikian, LPP periode 2000-2010
terlihat mengalami kenaikan menjadi 1,85 persen per tahun (Gambar 2.4).

Gambar 2.4
Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi Sumatera Selatan 1971-2010
4 3,45
3,5
3,29
3
2,5 1,85
2 1,28
1,5
1
0,5
0
1971-1980 1980-1990 1990-2000 2000-2010

Sumber: BPS; Supas 2005 dan Proyeksi

Tabel 2.3 menyajikan jumlah penduduk menurut Kabupaten/Kota di


Provinsi Sumatera Selatan. Pada tahun 2010, jumlah penduduk terbesar
berada di Kota Palembang dengan jumlah penduduk 1.455 juta jiwa.
Kabupaten/Kota yang lain umumnya jauh lebih kecil berkisar antara 126,2
ribu jiwa yang terkecil di Kota Pagaralam sampai dengan yang terbesar di
Kabupaten Banyuasin dengan jumlah 750,1 ribu jiwa. Laju pertumbuhan
penduduk antara kabupaten/kota dalam setahun terakhir juga cukup
bervariasi. Kabupaten Ogan Komering Ulu dan Kota Prabumulih

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 8
mempunyai laju pertumbuhan penduduk yang tertinggi yaitu berturut-
turut 21,36 dan 17,56 persen per tahun. Sedangkan pertumbuhan
penduduk terkecil terdapat di Kabupaten Banyuasin, OKU Selatan dan
Ogan Ilir, masing-masing sebesar -8,33, -4,05 dan -0,98 persen.

Tabel 2.3
Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi Sumatera Selatan
Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2005-2010

LPP
Jumlah Penduduk 2009
Kabupaten/Kota
-
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2010
Ogan Komering Ulu 256.245 259.968 262.383 264.743 267.022 324.045 21,36

Ogan Komering Ilir 659.398 674.072 685.296 696.505 707.627 727.376 2,79

Muara Enim 634.696 645.603 653.304 660.906 668.341 716.676 7,23

Lahat 336.730 339.203 339.928 340.556 341.055 369.974 8,48

Musi Rawas 476.287 485.588 492.437 499.238 505.940 525.508 3,87

Musi Banyuasin 471.011 485.507 497.864 510.387 523.025 561.458 7,35

Banyuasin 736.700 759.162 778.627 798.360 818.280 750.110 -8,33

OKU Selatan 318.519 323.185 326.162 329.071 331.879 318.428 -4,05

OKU Timur 558.186 566.297 571.557 576.699 581.665 609.982 4,87

Ogan Ilir 358.380 366.285 372.431 378.570 384.663 380.904 -0,98

Empat Lawang 211.160 212.711 213.165 213.559 213.872 221.176 3,42

Palembang 1.344.032 1.372.802 1.394.954 1.417.047 1.438.938 1.455.284 1,14

Prabumulih 130.850 133.098 134.686 136.253 137.786 161.984 17,56

Pagar Alam 115.010 115.854 116.102 116.316 116.486 126.181 8,32

Lubuk Linggau 175.135 178.539 181.068 183.580 186.056 201.308 8,20

Sumatera Selatan 6.782.339 6.917.881 7.019.964 7.121.790 7.222.635 7.450.394 3,15


Sumber: BPS; Supas 2005 dan Proyeksi

Koperasi dan UKM

Perkembangan koperasi, usaha mikro, kecil, dan menengah menjadi


bagian penting dari pengembangan ekonomi Provinsi Sumatera Selatan.
Kegiatan perkoperasian di Provinsi Sumatera Selatan tumbuh berkembang,
namun relatif lambat. Jumlah koperasi tahun 2008 sebanyak 4.164 koperasi
kemudian menjadi 5,122 koperasi pada tahun 2011. Sementara, jumlah
anggota terus meningkat dari 746.920 orang pada tahun 2008 menjadi
798.588 orang pada tahun 2011, sebagaimana terlihat pada Tabel 2.4.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 9
Tabel 2.4
Perkembangan Koperasi di Sumatera Selatan Tahun 2008–2011

URAIAN SATUAN 2008 % 2009 % 2010 % 2011 %

1 2 7 8 9 10 11 12 13 14
Jumlah
Unit 4.164 2,79% 4.448 6,82% 4.737 6,50% 5.122 8,12%
Koperasi
Jumlah
Orang 746.920 3,03% 766.700 2,65% 782.418 2,05% 798.588 2,07%
Anggota
Pelaksanaan
Unit 1.535 1,52% 1.963 27,88% 2.252 14,72% 2.298 2,04%
RAT
Modal Sendiri Rp. Juta 947.971 0,04% 948.616 0,07% 966.655 1,90% 986.055 2,01%
-
Modal Luar Rp. Juta 641.949 702.454 9,43% 716.433 1,99% 728.433 1,67%
53,86%
Volume
Rp. Juta 2.418.527 2,20% 2.483.341 2,68% 2.535.985 2,12% 2.586.985 2,01%
Usaha
SHU Rp. Juta 111.985 0,93% 112.283 0,27% 114.753 2,20% 117.053 2,00%
Partisipasi
Rp. Juta 3.238 1,35% 3.239 0,03% 3.241 0,06% 3.242 0,03%
Anggota
Penyerapan
Orang 36.255 0,94% 36.741 1,34% 37.163 1,15% 37.463 0,81%
Tenaga Kerja

Sumber : Dinas Koperasi dan UKM Prov. Sumsel. 2011

Peran UKM masih belum optimal sebagai pilar perekonomian


daerah. Hambatan dalam pengembangan UKM antara lain adalah
terbatasnya akses koperasi dan UKM terhadap sumber daya produktif
terutama permodalan, dan lemahnya kualitas SDM pelaku usaha. Selain itu,
faktor penghambat pengembangan UKM adalah terbatasnya penguasaan
teknologi, manajemen, informasi dan pasar. Langkah-langkah yang
dilakukan pemerintah terkait dengan permasalahan tersebut antara lain
melalui program Jaminan Kredit Daerah (Jamkrida) untuk mengatasi
masalah permodalan dalam Kredit Usaha Rakyat (KUR), serta melalui
pelatihan pembinaan dan fasilitasi perkuatan pengembangan
kewirausahaan baru.

Perdagangan

Sektor perdagangan mempunyai peran penting dalam


perekonomian Provinsi Sumatera Selatan. Sumbangan sektor perdagangan
terus meningkat dengan komoditi ekspor utama karet, produk kelapa
sawit, dan batubara. Komoditas unggulan tersebut sesuai dengan
kegiatan ekonomi utama sebagaimana tertuang dalam Master Plan
Percepatan dan Perluasan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Selama periode
2003-2011, neraca perdagangan Provinsi Sumatera Selatan menunjukkan
trend yang terus meningkat, ditunjukkan oleh nilai ekspor yang selalu
tumbuh lebih tinggi dibanding impor (Tabel 2.5). Nilai ekspor Provinsi
Sumatera Selatan rata-rata mengalami peningkatan sebesar 26,03 persen.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 10
Pada tahun 2009, krisis finansial global telah mengakibatkan harga
komoditas menjadi turun sehingga berdampak pada perekonomian
Sumatera Selatan. Nilai ekspor dan impor turun drastis menyebabkan
pertumbuhan ke level negatif. Namun pada tahun 2010 neraca
perdagangan Sumatera Selatan kembali stabil bahkan tumbuh pesat di
tahun 2011.

Tabel 2.5
Nilai Ekspor dan Impor Provinsi Sumatera Selatan
Tahun 2003-2011 (US$ miliar)

Nilai Nilai
Tahun Pertumbuhan Pertumbuhan Surplus Pertumbuhan
Ekspor Impor
2003 1,055 - 0,108 - 0,946 -
2004 1,293 22,52% 0,100 -7,77% 1,193 26,01%
2005 1,457 12,75% 0,192 91,16% 1,266 6,14%
2006 2,091 43,45% 0,283 47,78% 1,807 42,80%
2007 2,714 29,78% 0,178 -37,17% 2,536 40,30%
2008 3,441 26,77% 0,226 26,56% 3,215 26,78%
2009 2,150 -37,51% 0,208 -7,71% 1,942 -39,60%
2010 2,818 31,07% 0,107 -48,70% 2,711 39,63%
2011 5,057 79,45% 0,553 416,8% 4,504 66,13%
Rata-
2,452 26,03% 0,217 60,11% 2,235 26,02%
rata
Sumber : BPS Prov. Sumatera Selatan 2011

Sedangkan jumlah impor Sumatera Selatan relatif stabil dengan


pertumbuhan rata-rata sebesar 60,11 persen. Selisih pertumbuhan antara
nilai ekspor dan impor yang besar ini telah membuat surplus neraca
perdagangan Provinsi Sumatera Selatan terus meningkat dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 26,02 persen.

Kemiskinan

Angka kemiskinan di Provinsi Sumatera Selatan selama periode


2004-2011 menunjukkan kecenderungan menurun. Data BPS menunjukkan
bahwa kemiskinan pada tahun 2004 tercatat sebesar 1.379,30 jiwa (20,92
persen) dan berkurang menjadi 1.061,87 ribu jiwa (13,95 persen) pada
tahun 2011. Kondisi ini menempatkan Provinsi Sumatera Selatan termasuk
kelompok provinsi yang memiliki persentase penduduk miskin di atas rata-
rata nasional (12,49 persen). Jika dianalisis persebarannya menurut wilayah
perkotaan dan perdesaan, hingga tahun 2011 60 persen lebih penduduk
miskin Sumatera Selatan tinggal tersebar di perdesaan, sebagaimana
tergambar dari Tabel 2.6. Namun demikian laju penurunan penduduk

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 11
miskin di perdesaan cenderung lebih cepat daripada di perkotaan dalam
lima tahun terakhir (2005-2010).

Tabel 2.6
Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Sumatera Selatan

Penduduk Miskin
Kota Desa Total
Tahun
Jumlah Jumlah Jumlah
Persen Persen Persen
(Ribu) (Ribu) (Ribu)
2004 455,10 20,13 924,20 21,33 1.379,30 20,92
2005 557,80 21,19 871,20 20,90 1.429,00 21,01
2006 559,50 22,32 847,40 20,14 1.446,90 20,99
2007 545,90 20,30 785,90 18,43 1.331,80 19,15
2008 514,70 18,87 734,90 17,01 1.249,60 17,73
2009 470,03 16,93 697,85 15,87 1.167,87 16,28
2010 471,20 16,73 654,50 14,67 1.125,70 15,47
2011 407,42 14,94 654,45 13,39 1.061,87 13,95
Sumber: BPS Provinsi Sumsel 2012, BPS Pusat

Tabel 2.7 menunjukkan jumlah dan persentase penduduk miskin


menurut Kabupaten/Kota pada kondisi bulan Juli 2008 dan Juli 2010. Jika
dilihat tingkat kemiskinan Sumatera Selatan berdasarkan Kabupaten/Kota,
maka persentase kemiskinan tertinggi adalah Kabupaten Musi Banyuasin
yaitu sebesar 25,45 persen pada tahun 2008 dan menjadi 20,06 persen
pada tahun 2010. Selanjutnya Kabupaten Musi Rawas adalah kabupaten
dengan persentase kemiskinan tertinggi kedua yaitu sebesar 24,27 persen
pada tahun 2008 dan turun menjadi 19,38 persen pada tahun 2010.
Persentase kemiskinan tertinggi ketiga ada di Kabupaten Lahat yaitu
sebesar 23,21 persen pada tahun 2008, dan turun menjadi 19,03 persen
pada tahun 2010.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 12
Tabel 2.7
Jumlah dan Persentase Kemiskinan
Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan
Tahun 2008-2010

Juli 2008 Juli 2009 Juli 2010


Kab/Kota Jumlah Jumlah Jumlah
% % %
(Ribu) (Ribu) (Ribu)
Ogan Komering Ulu 38,60 14,64 35,10 13,17 39,90 12,28
Ogan Komering Ilir 122,70 17,67 114,20 16,17 116,50 15,98
Muara Enim 118,40 17,98 106,40 15,96 104,40 14,51
Lahat 78,70 23,21 71,30 20,98 70,50 19,03
Musi Rawas 120,70 24,27 108,00 21,40 102,00 19,38
Musi Banyuasin 129,50 25,45 118,90 22,76 113,40 20,06
Banyuasin 122,40 15,38 112,10 13,72 93,00 12,39
OKU Selatan 47,70 14,56 42,10 12,73 36,70 11,53
OKU Timur 69,60 12,12 57,70 9,95 59,90 9,81
Ogan Ilir 67,10 17,78 60,10 15,65 53,30 13,98
Empat Lawang 39,10 18,37 33,70 15,80 32,50 14,74
Palembang 235,30 16,66 211,80 14,75 218,50 15,00
Prabumulih 20,90 15,39 19,10 13,93 21,00 12,94
Pagaralam 11,80 10,23 11,20 9,66 12,40 9,81
Lubuklinggau 31,80 17,36 28,10 15,12 30,90 15,30
SUMATERA
1.254,30 17,67 1.130,00 16,28 1.105 14,80
SELATAN
Sumber: Hasil Olah Susenas 2008 dan 2010

Tingkat kemiskinan yang terendah di tahun 2010 yaitu di Kota


Pagaralam, dimana pada tahun 2008 sebesar 10,23 persen menurun pada
tahun 2010 menjadi 9,81 persen. Selain di Kota Pagaralam, di Kabupaten
OKU Timur juga rendah persentase kemiskinannya. Pada tahun 2008,
persentase kemiskinan di Kabupaten OKU Timur sebesar 12,12 persen, dan
mengalami penurunan sampai dibawah 10 persen pada tahun 2010
menjadi 9,81 persen. Kabupaten OKU Selatan adalah Kabupaten yang
memiliki persentase kemiskinan terendah ketiga setelah Kabupaten OKU
Timur. Di OKU Selatan, persentase kemiskinan turun dari 14,56 persen
pada tahun 2008 menjadi 11,53 persen pada tahun 2010.

Ketenagakerjaan

Kondisi ketenagakerjaan di Sumatera Selatan selama setahun


terakhir menunjukkan kondisi yang terjadi secara umum, dimana
peningkatan jumlah penduduk menyebabkan terjadinya peningkatan

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 13
jumlah penduduk usia kerja dan jumlah angkatan kerja. Pada Tabel 2.8
terlihat bahwa jumlah penduduk usia kerja pada tahun 2010 dibandingkan
dengan kondisi tahun 2009 meningkat sebanyak 152.858 orang dengan
laju pertumbuhan sebesar 3,02 persen. Jumlah angkatan kerja selama
setahun terakhir juga mengalami peningkatan sebanyak 204.679 orang
dengan laju pertumbuhan sebesar 5,91 persen.

Tabel 2.8
Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Usia Kerja dan Angkatan Kerja
Menurut Jenis Kelamin di Provinsi Sumatera Selatan, 2009-2010

Laju
Jenis Kelamin 2009 2010
Pertumbuhan
(1) (2) (3) (4)
PENDUDUK USIA KERJA (≥15 TH)
- Laki-laki 2.544.865 2.644.220 3,90
- Perempuan 2.520.877 2.574.380 2,12
- Total 5.065.742 5.218.600 3,02

ANGKATAN KERJA
- Laki-laki 2.152.515 2.238.638 4,00
- Perempuan 1.307.850 1.426.406 9,06
- Total 3.460.365 3.665.044 5,91
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan 2010

Dilihat dari aspek gender selama periode Tahun 2009-2010,


peningkatan laju pertumbuhan penduduk usia kerja laki-laki (3,90 persen)
sejalan dengan peningkatan laju pertumbuhan angkatan kerja laki-laki
(4,00 persen). Begitu pun dengan peningkatan laju pertumbuhan usia kerja
perempuan (2,12 persen) sejalan dengan laju pertumbuhan angkatan kerja
perempuan sebanyak 9,06 persen.

Tabel 2.9 memperlihatkan bahwa pada tahun 2010 dari 3.421.193


orang penduduk yang bekerja di Provinsi Sumatera Selatan, lebih dari
setengahnya yaitu 58,05 persen diantaranya bekerja di sektor pertanian,
perburuan, kehutanan dan perikanan. Sektor kedua terbesar yang mampu
menyerap tenaga kerja adalah sektor perdagangan, rumah makan dan jasa
akomodasi yaitu 14,56 persen dan diikuti oleh sektor jasa kemasyarakatan,
sosial dan perorangan sebanyak 12,25 persen.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 14
Tabel 2.9
Persentase Penduduk yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan dan Jenis Kelamin
Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009-2010

Lapangan 2009 (revisi) 2010


Pekerjaan Lk Pr Total Lk Pr Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Sektor Primer (A)
Pertanian, Perburuan, 61,65 56,25 59,60 58,56 57,22 58,05
Kehutanan dan Perikanan
Pertambangan&Peng 1,17 0,15 0,79 1,22 0,16 0,82
Galian
Sektor Sekunder (M)
Industri 4,57 5,38 4,87 4,96 4,82 4,90
Listik, Gas, Air 0,22 0,02 0,15 0,31 0,04 0,20
Konstruksi 5,83 0,25 3,72 5,99 0,15 3,77
Sektor Tersier (S)
Perdagangan, Rumah Makan 10,50 20,52 14,29 11,03 20,35 14,56
& Jasa Akomodasi
Transportasi, Pergudangan 7,44 1,91 5,35 6,59 1,03 4,48
dan Komunikasi
Keuangan, Freal Estate, 0,62 0,78 0,68 1,09 0,75 0,96
Usaha Persewaan dan Jasa
Perusahaan
Jasa Kemasyarakatan, Sosial 8,00 14,74 10,55 10,26 15,49 12,25
dan Perorangan

% 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00


Jumlah
N 1.987.152 1.209.742 3.196.894 2.122.362 1.298.831 3.421.193
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan 2010

Secara kewilayahan, kontribusi sektoral penyerapan tenaga kerja


dapat dicirikan dengan tipe wilayahnya. Untuk kabupaten maka
penyerapan tenaga kerja didominasi oleh sektor pertanian, sedangkan
kota pada umumnya akan didominasi oleh sektor tersier, sebagaimana
tergambar dari Tabel 2.10.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 15
Tabel 2.10
Persentase Penduduk yang Bekerja menurut Kabupaten/Kota dan Lapangan Usaha
Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010

Lapangan Usaha Total


Kabupaten/Kota
Primer Sekunder Tersier % N
1. Ogan Komering Ulu 61,69 6,00 32,31 100,00 141.625
2. Ogan Komering Ilir 75,81 7,35 16,84 100,00 325.939
3. Muara Enim 72,24 4,31 23,45 100,00 336.450
4. Lahat 66,49 7,66 25,85 100,00 184.233
5. Musi Rawas 76,83 3,43 19,73 100,00 258.071
6. Musi Banyuasin 77,99 3,66 18,35 100,00 245.101
7. Banyuasin 77,14 6,52 16,33 100,00 358.776
8. OKU Selatan 82,69 1,27 16,05 100,00 171.102
9. OKU Timur 69,40 9,05 21,55 100,00 312.052
10. Ogan Ilir 59,70 16,29 24,01 100,00 198.681
11. Empat Lawang 69,08 3,19 27,73 100,00 102.536
12. Palembang 2,35 20,04 77,61 100,00 577.122
13. Prabumulih 43,19 10,09 46,72 100,00 65.974
14. Pagaralam 58,64 4,36 37,01 100,00 63.905
15. Lubuklinggau 26,08 13,02 60,90 100,00 79.626
Sumatera Selatan 58,87 8,88 32,25 100,00 3.421.193
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan 2010

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Sumatera Selatan


pada bulan Agustus tahun 2010 sebesar 6,65 persen. Bila dibandingkan
dengan keadaan setahun sebelumnya (bulan Agustus tahun 2009 sebesar
7,61 persen), tingkat pengangguran pada tahun 2010 mengalami
penurunan sebesar 0,96 poin (percentage point). Dengan angka
pengangguran sebesar itu, secara absolut jumlah penganggur masih
cukup tinggi yaitu mencapai 243,9 ribu jiwa. Tingginya jumlah penganggur
tersebut menunjukkan masih banyaknya pencari kerja yang tidak
tertampung oleh lapangan kerja yang ada. Untuk itu, diperlukan
penciptaan lapangan kerja agar dapat menampung tenaga kerja yang
menganggur tersebut. Selain itu, perkembangan keadaan perekonomian
secara global juga berpengaruh terhadap masih tingginya tingkat
pengangguran di Provinsi Sumatera Selatan.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 16
Tabel 2.11
Jumlah Penduduk yang Menganggur Menurut Daerah Tempat Tinggal dan Jenis
Kelamin, Sumatera Selatan Tahun 2009 dan 2010

2009 2010
Daerah
Laki-laki Perempuan Total Laki-laki Perempuan Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Perkotaan 98.723 55.616 154.339 64.377 73.961 138.338
Pedesaan 66.640 42.492 109.132 51.899 53.614 105.513

Total 165.363 98.108 263.471 116.276 127.575 243.851


Sumber: BPS, diolah dari Sakernas 2009 dan 2010

Tabel 2.11 memperlihatkan bahwa tingkat pengangguran terbuka di


daerah perkotaan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan daerah
pedesaan. Tingginya tingkat pengangguran terbuka di kota selain karena
pengaruh pertumbuhan alamiah penduduk, juga dipengaruhi oleh arus
masuk angkatan kerja dari daerah pedesaan juga banyaknya pencari kerja
pertama kali sebagai konsekuensi dari meningkatnya pendidikan
penduduk di perkotaan. Sementara itu kesempatan kerja sektor-sektor
produktif di perkotaan yang tersedia tidak mampu menampung para
pencari kerja, maka berakibat pada tingginya tingkat pengangguran.
Berbeda dengan daerah pedesaan yang pada umumnya tingkat
pendidikan penduduknya relatif masih rendah sehingga angkatan kerja
yang ada tidak mempunyai banyak tuntutan terhadap jenis pekerjaan yang
diinginkan dan mau menerima pekerjaan-pekerjaan di sektor tradisional.

Permasalahan ketenagakerjaan lainnya yang dihadapi Provinsi


Sumatera Selatan adalah tingginya tingkat pengangguran terdidik
terutama di daerah perkotaan. Tabel 2.12 memberikan gambaran
mengenai hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat
pengangguran.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 17
Tabel 2.12
Tingkat Pengangguran Terdidik Menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin
Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010

Jenjang Jenis Kelamin


Total
Pendidikan Laki-laki Perempuan
< SD 2,27 4,58 3,25

SD 2,19 4,52 3,12

SLTP 4,28 7,38 5,42

SLTA 10,53 20,32 13,63

PT 9,73 13,67 11,87


Total 5,19 8,94 6,65
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan 2010

Tingkat pengangguran terdidik didefinisikan sebagai rasio jumlah


pencari kerja berpendidikan SLTA keatas (sebagai kelompok terdidik)
terhadap angkatan kerja pada kelompok tersebut. Pada tahun 2010 tingkat
pengangguran terdidik di Sumatera Selatan turun cukup significan, dari
sebesar 33,20 persen pada tahun 2009 turun menjadi sebesar 25,50 persen
pada tahun 2010 atau terjadi penurunan sebesar 7,70 persen. Data
tersebut mengindikasikan bahwa dari setiap 100 orang angkatan kerja
berpendidikan SLTA keatas di Sumatera Selatan pada Tahun 2010,
sebanyak 25 sampai 26 orang diantaranya sedang menganggur. Dapat
diduga bahwa mereka yang termasuk dalam kelompok pengangguran
terdidik adalah para pencari kerja usia muda atau pencari kerja pertama
kali yang baru tamat dari pendidikan sekolah.

SOSIAL DAN BUDAYA DAERAH

Pendidikan

Untuk melihat seberapa banyak penduduk usia sekolah yang sudah


memanfaatkan fasilitas pendidikan yang ada dapat dilihat dari persentase
penduduk yang masih bersekolah pada umur tertentu yang lebih dikenal
dengan angka partisipasi sekolah (APS). Meningkatnya angka partisipasi
sekolah berarti menunjukkan adanya keberhasilan di bidang pendidikan,
utamanya yang berkaitan dengan upaya memperluas jangkauan pelayanan
pendidikan. APS mempunyai keunggulan dapat mencerminkan
partisipasi/akses pendidikan sesuai kelompok usia sekolah sehingga jelas
menggambarkan seberapa besar penduduk yang sedang menikmati

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 18
pendidikan. Tetapi kelemahannya, APS tidak dapat melihat di jenjang apa
seseorang tersebut bersekolah/menikmati pendidikan.

Tabel 2.13
Angka Partisipasi Sekolah Menurut Umur 2007-2010

Umur 2007 2008 2009 2010

7 – 12 97,43 97,79 97,80 98,00


13 – 15 83,85 83,21 84,65 85,41
16 – 18 53,49 52,12 54,10 54,79
19 – 24 11,06 9,71 11,55 12,07
Sumber: BPS; Susenas, 2007 – 2010

Tabel 2.13 menunjukkan semakin tinggi umur, angka partispasi


sekolah semakin kecil, mengindikasikan bahwa masih banyak penduduk
yang tidak dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Angka Partisipasi Sekolah anak-anak usia 7-12 tahun (usia SD) pada tahun
2010 telah mencapai 98,00 persen. Pada kelompok umur 13-15 tahun (usia
SLTP), angka partisipasi sekolah lebih kecil (85,41 persen) dan pada
kelompok umur 16-18 tahun, angka partisipasi sekolah hanya sebesar
54,79 persen. Ini berarti bahwa masih ada 14,59 persen penduduk usia 13-
15 yang tidak melanjutkan pendidikan ke SLTP dan 45,21 persen penduduk
usia 16-18 yang tidak melanjutkan pendidikan ke SLTA.

Angka Partisipasi Sekolah menurut kelompok umur per


Kabupaten/Kota disajikan pada Tabel 2.14. Dalam Tabel tersebut dapat
dilihat bahwa Angka Partisipasi Sekolah usia 7-12 tahun yang terendah
dijumpai di kabupaten Banyuasin (95,96 persen) dan Lubuk Linggau (98,01
persen), sedangkan tertinggi di Kota Prabumulih (99,50 persen) dan Kota
Palembang (99,36 persen). Pada usia 13-15 tahun partisipasi sekolah yang
paling rendah ditemui di Kabupaten Musi Rawas (76,72 persen) dan OKI
(80,00 persen), sedangkan yang tertinggi berada di Kota Pagaralam (95,88
persen) dan Kota Palembang (93,82 persen). Untuk kelompok umur 16-18
tahun partisipasi sekolah terendah adalah di Kabupaten Musi Rawas (36,88
persen), Ogan Komering Ilir (37,22 persen) sedangkan tertinggi adalah di
Empat Lawang (74,57 persen).

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 19
Tabel 2.14
Angka Partisipasi Sekolah Menurut Kab/Kota dan Umur Tahun 2010

Kabupaten/Kota Usia 7 - 12 Usia 13 - 15 Usia 16 – 18

Ogan Komering Ulu 99,28 88,59 56,19


Ogan Komering Ilir 98,04 80,00 37,22
Muara Enim 98,23 83,80 49,98
Lahat 99,35 91,81 66,30
Musi Rawas 98,20 76,72 36,88
Musi Banyuasin 98,38 81,34 42,20
Banyuasin 95,96 81,35 51,16
OKU Selatan 97,26 87,53 49,11
OKU Timur 96,83 83,80 61,58
Ogan Ilir 95,57 81,03 51,02
Empat Lawang 98,15 88,31 74,57
Palembang 99,36 93,82 68,27
Prabumulih 99,50 90,42 53,03
Pagar Alam 99,23 95,88 62,69
Lubuk Linggau 98,01 88,34 64,88
Sumatera Selatan 98,00 85,41 54,79
Sumber: BPS; Susenas 2010

Sementara angka rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke


atas di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2010 baru mencapai 7,82
tahun, berarti rata-rata baru sampai taraf pendidikan SMP pada kelas dua.
Untuk tingkat kabupaten/kota rata-rata lama sekolah tertinggi tercatat di
Kota Palembang yang mencapai 9,96 tahun, dengan penduduk laki-laki
rata-rata 10,24 tahun dan perempuan rata-rata 9,68 tahun. Ini berarti
penduduk laki-laki rata-rata sudah mengenyam pendidikan sampai SLTA
kelas dua, sedangkan penduduk perempuan secara rata-rata baru
menamatkan tingkat SLTA kelas satu. Rata-rata lama sekolah terpendek
terdapat di Kabupaten Ogan Komering Ilir yaitu baru 6,74 tahun atau
setara tamat Sekolah Dasar, dimana rata-rata lama sekolah penduduk laki-
laki 6,92 tahun dan perempuan 6,55 tahun.Demikian juga di Kabupaten
Banyuasindan Musi Rawas, di mana rata-rata lama sekolah penduduk laki-
laki setara kelas 1 SLTP dan perempuan hanya setara kelas 6 SD.
Persentase penduduk yang melek huruf pada tahun 2010 mencapai 97,36
persen, sisanya penduduk yang buta huruf sebesar 2,64 persen. Sementara
pada penduduk usia 45 tahun ke atas yang melek huruf tercatat 91,90

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 20
persen. Ini berarti penduduk yang tidak dapat membaca atau buta huruf
lebih banyak dijumpai pada kelompok penduduk usia tua.

Kondisi pendidikan ditentukan oleh ketersediaan sarana dan


prasarana pendidikan, dan tenaga pengajar. Jumlah sekolah dalam empat
tahun terakhir terus meningkat untuk mengimbangi jumlah siswa yang
juga cenderung meningkat baik jenjang SD, SLTP maupun SLTA. Demikian
juga jumlah guru terus meningkat dari tahun ajaran 2006/2007 sampai
tahun ajaran 2009/2010.

Semakin meningkatnya angka partisipasi sekolah, khususnya untuk


jenjang pendidikan SD dan SLTP harus diikuti dengan meningkatnya fasilitas
pendidikan, terutama mengenai daya tampung ruang kelas, sehingga program
wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan oleh pemerintah dapat berhasil. Guna
mengatasi kekurangan daya tampung, pemerintah menyiapkan sarana dan
prasarana pendidikan seperti menambah pembangunan unit gedung baru
dengan prioritas pada daerah yang angka partisipasi sekolahnya masih rendah
dan daerah terpencil, dan merehabilitasi gedung-gedung SD dan SLTP dengan
prioritas gedung yang rusak berat serta mengangkat guru kontrak untuk di
tempatkan pada sekolah yang kekurangan guru.

Perkembangan daya dukung fasilitas pendidikan selama empat


tahun terakhir disajikan pada Tabel 2.15 yang menunjukkan jumlah
sekolah, jumlah guru maupun jumlah siswa. Jumlah sekolah dalam empat
tahun terakhir terus meningkat untuk mengimbangi jumlah siswa yang
juga cenderung meningkat baik jenjang SD, SLTP maupun SLTA. Demikian
juga jumlah guru terus meningkat dari tahun ajaran 2006/2007 sampai
tahun ajaran 2009/2010.

Tingkat kecukupan sarana dan prasarana pendidikan dapat dilihat


melalui rasio siswa terhadap jumlah sekolah dan rasio siswa terhadap
jumlah guru. Dari Tabel 2.15, rasio siswa sekolah secara umum mengalami
penurunan dari tahun ajaran 2006/2007 s.d. 2008/2009 tetapi kemudian
sedikit meningkat pada tahun 2009/2010. Pada tahun ajaran 2009/2010,
rata-rata 1 sekolah setingkat SD menampung sebanyak 206 orang siswa, 1
sekolah setingkat SLTP rata-rata menampung 243 orang siswa dan 1
sekolah setingkat SLTA rata-rata menampung sebanyak 308 orang siswa.

Rasio siswa-guru cenderung menurun sejalan dengan terus


bertambahnya jumlah guru. Pada jenjang SD, pada tahun 2009/2010 satu
orang guru mengawasi secara rata-rata 15 orang siswa, sedangkan pada
jenjang SLTP rata-rata seorang guru mengawasi 12 orang siswa dan pada
jenjang SLTA seoarang guru mengawasi rata-rata 13 orang siswa.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 21
Tabel 2.15
Jumlah Sekolah, Jumlah Guru, Jumlah Siswa, Rasio Siswa-Sekolah
dan Rasio Siswa-Guru Menurut Jenjang Pendidikan,
Tahun 2006/2007 – 2009/2010

Jenjang
2006/2007 2007/2008 2008/2009 2009/2010
Pendidikan
Jumlah Sekolah
SD 4.660 4.770 4.882 5.032
SLTP 1.307 1.395 1.542 1.571
SLTA 682 762 863 901
Jumlah Guru
SD 55.980 60.128 62.280 67.956
SLTP 20.449 22.543 23.687 30.867
SLTA 14.209 13.709 16.109 21.105
Jumlah Siswa
SD 994.583 1.006.583 991.079 1.038.510
SLTP 323.756 344.756 358.202 382.439
SLTA 223.348 235.348 254.348 277.421
Rasio Siswa-
Sekolah
SD 213,43 211,02 203,01 206,38
SLTP 247,71 247,14 232,30 243,44
SLTA 327,49 308,86 294,73 307,90
Rasio Siswa-
Guru
SD 17,77 16,74 15,91 15,28
SLTP 15,83 15,29 15,12 12,39
SLTA 15,72 17,17 15,79 13,14

Sumber: Ikhtisar Data Pokok Pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan
Tahun 2010

Kesehatan

Penyediaan layanan kesehatan yang terjangkau dan bermutu


merupakan salah satu upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia,
mengatasi kemiskinan, dan membangun pondasi pembangunan ekonomi
yang berkelanjutan. Perkembangan kondisi kesehatan di Provinsi Sumatera
Selatan cenderung membaik yang ditunjukkan oleh beberapa indikator
kesehatan. Angka kematian bayi dari 34,80 per 1000 kelahiran hidup pada
tahun 2005 menurun menjadi 31,50 pada tahun 2008, kemudian menurun

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 22
lagi menjadi 24,40 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2009. Angka
kematian ibu melahirkan pada tahun 2002/2003 sebesar 307 per 100.000
kelahiran hidup (SDKI 2003), menurun menjadi 150 per 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 2009.
Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk terjadi penurunan dari 34,4
persen pada tahun 1999 menjadi 28 persen pada tahun 2005, berdasarkan
hasil Riset Kesehatan Daerah (Riskesdas) tahun 2007, secara umum
prevalensi gizi buruk di Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan
adalah 6,5 persen dan gizi kurang 11,7 persen, balita dengan gizi buruk
menurun dari 1,3 persen pada tahun 2003 menjadi 0,04 persen pada tahun
2008, dan persentase kecamatan yang bebas rawan gizi meningkat dari
69,29 persen pada tahun 2004 menjadi 70,3 persen pada tahun 2008.
Berbagai kemajuan tersebut mendorong peningkatan Angka Harapan
Hidup (AHH) dari 67,9 pada tahun 2003 menjadi 69,40 tahun pada tahun
2009, pada tahun 2010 menjadi 69,60 tahun. Hal ini menunjukan perbaikan
mutu sumber daya manusia di Provinsi Sumatera Selatan.
Untuk mewujudkan peningkatan derajat dan status kesehatan
penduduk, ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas dan sarana kesehatan
merupakan salah satu faktor penentu utama. Puskesmas dan puskesmas
pembantu merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan karena dapat
menjangkau penduduk sampai di pelosok. Namun ketersediaannya masih
dirasakan sangat kurang dibandingkan dengan jumlah penduduk saat ini.
Pada Tabel 2.16 jumlah puskesmas yang tersedia selama periode 2006-
2010 mengalami peningkatan, pada tahun 2006 tersedia 250 puskesmas,
sedangkan pada tahun 2010 menjadi 301 puskesmas. Sedangkan untuk
jumlah puskesmas pembantu dan rumah sakit mengalami fluktuasi.
Jumlah puskesmas dari 942 pada tahun 2006, turun menjadi 919 pada
tahun 2007 dan kemudian naik menjadi 920 tahun 2008-2010. Begitu pula
dengan jumlah Rumah Sakit dari 45 pada tahun 2006, turun menjadi 40
pada tahun 2007, lalu naik menjadi 49 pada tahun 2008 dan kembali turun
berturut-turut pada tahun 2009-2010 sebesar 47 dan 44.

Selain ketersediaan sarana dan prasarana, pembangunan kesehatan


harus didukung oleh tenaga kesehatan yang memadai dan berkualitas.
Rasio dokter umum pada tahun 2007 baru mencapai 5,77 per 100.000
penduduk, sama dengan 1 orang dokter melayani 17.333 penduduk masih
dibawah target yaitu 40 per 100.000 penduduk atau 1 per 2.500 penduduk.
Pelayanan kesehatan di Sumatera Selatan cenderung membaik
terutama persentase persalinan oleh tenaga kesehatan yang mencapai
83,93 persen, persentase desa yang terkena kejadian luar biasa yang

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 23
ditangani dibawah 24 jam mencapai semua desa, dan persentase desa
yang mencapai imunisasi 88,16 persen.

Tabel 2.16
Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Jenis Tahun 2006-2010

Sarana Kesehatan 2006 2007 2008 2009 2010

Rumah Sakit 45 40 49 47 44
Puskesmas 250 265 277 291 301
Puskesmas Pembantu 942 919 920 920 920
Tempat Tidur Rumah Sakit 3.863 4.081 4.955 5.303 5.635
Posyandu 5.786 6.231 6.274 6.186 6.168
Sumber: Sumatera Selatan Dalam Angka, 2010

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan ukuran yang umum


digunakan untuk menilai kualitas hidup manusia. IPM Provinsi Sumatera
Selatan meningkat selama lima tahun terakhir. Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) secara khusus mengukur capaian pembangunan manusia
menggunakan komponen dasar kualitas hidup. IPM mengukur pencapaian
keseluruhan dari suatu negara dalam tiga dimensi dasar pembangunan
manusia, yaitu lamanya hidup, diukur dengan harapan hidup pada saat lahir,
pengetahuan/tingkat pendidikan, diukur dengan kombinasi antara angka
melek huruf pada penduduk dewasa (dengan bobot dua per tiga) dan rata-
rata lama sekolah (dengan bobot sepertiga) dan suatu standar hidup yang
layak diukur dengan pengeluaran per kapita yang telah disesuaikan (PPP
Rupiah).

Dengan demikian IPM akan memberikan pengukuran yang


menyeluruh terhadap pembangunan karena mencakup aspek kesehatan
yang dalam hal ini diwakili oleh Angka Harapan Hidup, aspek pendidikan
yang diwakili oleh Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah serta
aspek ekonomi yang diwakili oleh komponen daya beli (PPP).
Perkembangan besaran IPM dari waktu ke waktu akan merupakan
gambaran dari perkembangan kesejahteraan masyarakat suatu wilayah.

Tabel 2.17 di bawah ini menggambarkan perkembangan IPM dan


komponennya di Provinsi Sumatera Selatan selama periode 2004-2010.
Secara umum IPM mengalami trend yang meningkat selama periode
tersebut yang tentu saja merupakan gambaran adanya peningkatan
kesejahteraan masyarakat selama periode tersebut. Peningkatan itu

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 24
ternyata tercermin dari keempat komponen IPM tersebut di atas. Angka
Harapan Hidup meningkat dari 67,7 tahun pada tahun 2004 menjadi 69,60
tahun pada tahun 2010, cerminan meningkatnya derajat kesehatan
masyarakat Sumatera Selatan dalam periode tersebut. Aspek pendidikan
yang diwakili oleh dua komponen yaitu Angka Melek Huruf dan Rata-rata
Lama Sekolah juga menunjukkan trend yang meningkat selama periode
tersebut juga sebagai gambaran meningkatnya pendidikan masyarakat
selama 2004-2010. Aspek yang terakhir merupakan aspek ekonomi yang
memperlihatkan meningkatnya daya beli masyarakat Sumatera Selatan
periode 2004-2010 tersebut.

Tabel 2.17
IPM dan Komponen, Provinsi Sumatera Selatan 2004 - 2010

IPM dan
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Komponen

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)


IPM 69,60 70,20 71,09 71,40 72,05 72,61 72,95
Angka Harapan
67,7 68,3 68,8 69,00 69,20 69,40 69,60
Hidup

Angka Melek Huruf 95,70 95,90 96,59 96,66 97,05 97,21 97,36

Rata-rata Lama
7,40 7,50 7,60 7,60 7,60 7,66 7,82
Sekolah
PPP 608,40 610,30 625,30 617,59 623,49 628,30 629,38
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan 2010

Sekalipun trend IPM menunjukkan peningkatan periode 2004-2010,


nilai IPM Provinsi Sumatera Selatan masih jauh dari nilai IPM maksimum
yaitu 100. Pada tahun 2010, nilai IPM Provinsi Sumatera Selatan baru
mencapai 72,95. Namun demikian, angka ini masih berada di atas nilai IPM
Nasional tahun 2010 yaitu sebesar 72,27. Sedangkan dibandingkan dengan
provinsi yang lain, IPM Sumatera Selatan berada pada posisi menengah
dengan peringkat 10 pada tahun 2010.

IPM tertinggi adalah Kota Palembang dengan nilai IPM sebesar


76,23, disusul oleh Kota Prabumulih dengan nilai IPM sebesar 74,27.
Sedangkan IPM terendah dimiliki oleh Kabupaten Musi Rawas dengan nilai
IPM sebesar 67,64, disusul oleh Kabupaten Empat Lawang dengan nilai
IPM sebesar 68,78 (Tabel 2.18).

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 25
Tabel 2.18
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2002-2010

Kabupaten/Kota 2002 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (8)


Ogan Komering Ulu 66,6 69,3 69,9 70,9 71,40 71,92 72,36 73,14
Ogan Komering Ilir 63,1 68,1 68,8 69,0 69,15 69,64 70,06 70,16
Muara Enim 64,2 68,1 68,7 69,1 69,42 69,91 70,38 70,81
Lahat 65,1 67,2 67,6 68,4 69,35 69,99 70,53 71,30
Musi Rawas 62,0 64,4 65,0 65,6 66,31 66,77 67,33 67,64
Musi Banyuasin 64,6 68,1 68,7 69,0 69,64 70,54 71,13 71,81
Banyuasin 66,7 67,2 68,1 68,60 69,08 69,45 69,78
OKU Selatan 67,9 68,8 70,0 70,28 70,66 71,02 71,42
OKU Timur 65,1 65,4 67,5 68,14 68,88 69,39 69,68
Ogan Ilir 65,6 66,0 67,2 68,17 68,67 69,17 69,51
Empat Lawang 66,59 67,17 67,68 68,15 68,78
Palembang 71,2 73,1 73,6 74,3 74,94 75,49 75,83 76,23
Prabumulih 70,7 71,1 71,7 72,51 73,20 73,69 74,27
Pagaralam 69,5 69,9 71,1 71,70 72,16 72,48 73,19
Lubuklinggau 65,8 66,3 68,0 69,24 69,69 70,18 70,56
Sumatera Selatan 66,0 68,7 69,6 71,1 71,40 72,05 72,61 72,95
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan 2010

2.2. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD Tahun 2011


dan Realisasi RPJMD

Kondisi Ekonomi Makro Tahun 2011

Perkembangan perekonomian di Sumatera Selatan tidak terlepas


dari perkembangan ekonomi nasional dan dunia. Tercatat laju
pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Selatan cenderung meningkat
dari tahun ke tahun. Selama periode 2008-2011 pertumbuhan ekonomi
tanpa migas rata-rata sebesar 6,57 persen per tahun. Sementara
pertumbuhan ekonomi rata-rata dengan migas hanya sebesar 5,27 persen.
Pola pertumbuhan ini memperlihatkan bahwa sektor non migas menjadi
penggerak utama bagi perekonomian Provinsi Sumatera Selatan.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 26
Seluruh sektor ekonomi menunjukkan pertumbuhan positif
terutama sektor sekunder dan tersier yang laju pertumbuhannya
memberikan kontribusi terbesar terhadap perekonomian Provinsi
Sumatera Selatan. Tiga sektor dengan laju pertumbuhan tertinggi di tahun
2011 adalah sektor bangunan, sektor pengangkutan dan komunikasi, serta
sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sementara,
pertumbuhan sektor primer cenderung lambat, terutama di sektor
pertambangan dan penggalian. Pertumbuhan yang melambat ini
diperkirakan karena terlalu bergantungnya perekonomian Sumatera
Selatan pada pertumbuhan sektor pertanian dan pertambangan. Untuk
sektor pertambangan, permasalahannya yaitu belum adanya infrastruktur
railway yang digunakan untuk mengangkut hasil-hasil tambang.

Pada Tabel 2.19 dapat dilihat bahwa dalam periode 2008-2011,


rata-rata pertumbuhan ekonomi sektoral tertinggi adalah sektor
pengangkutan dan komunikasi sebesar 13,16 persen, sektor jasa-jasa 8,87
persen, sektor bangunan 8,75 persen, sektor keuangan, persewaan, dan
jasa perusahaan sebesar 7,76 persen, dan sektor perdagangan, hotel dan
restoran sebesar 6,22 persen per tahun.

Tabel 2.19
Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektoral
Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2008-2011

Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011 Rata-rata


(%) (%) (%) (%) (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pertanian
1 4,09 3,11 4,42 5,2 4,20
Pertambangan
2 & 1,53 1,62 1,21 2,9 1,81
Penggalian
Industri
3 Pengolahan 3,42 2,14 5,7 5,7 4,25
Listrik,4 Gas, & Air Bersih 5,24 5,09 6,31 7,6 6,06
Bangunan
5 6,14 7,34 8,75 12,8 8,75
Perdagangan,
6 Hotel & 6,87 3,13 6,91 8,0 6,22
Restoran
Pengangkutan
7 & 13,92 13,76 12,68 12,3 13,16
Komunikasi
Keuangan,
8 Persewaan & 8,63 6,85 7,39 8,2 7,76
Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
9 11,35 9,36 7,38 7,4 8,87
PDRB DENGAN MIGAS 5,07 4,11 5,43 6,5 5,27
PDRB TANPA MIGAS 6,31 5,06 6,94 8,0 6,57
RATA-RATA 6,79 5,82 6,75 7,78
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan 2011, data diolah

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 27
Perekonomian Sumatera Selatan pada tahun 2011 mengalami
pertumbuhan sebesar 6,5 persen, meningkat dibanding tahun 2010 yang
tumbuh sebesar 5,6 persen. Selama tahun 2011, hampir semua sektor
ekonomi yang membentuk PDRB Sumatera Selatan mengalami
peningkatan pertumbuhan. Peningkatan pertumbuhan ini dipengaruhi
oleh meningkatnya permintaan domestik terhadap barang dan jasa yang
dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi di Sumatera Selatan. Hal ini juga
didukung juga oleh meningkatnya kegiatan perekonomian regional
sebagai dampak sebagai tuan rumah pelaksanaan Sea Games Ke-26 di
Kota Palembang. Peningkatan pertumbuhan tersebut juga dipicu oleh
kenaikan ekspor antar pulau dan luar negeri Sumatera Selatan. Secara
berurut sektor-sektor yang mengalami peningkatan pertumbuhan
ekonomi pada tahun 2011; sektor pertanian tumbuh 5,2 persen meningkat
dibanding tahun sebelumnya yang tumbuh 4,42 persen. Sektor
pertambangan dan penggalian tumbuh 2,9 persen, atau meningkat
dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh 1,21 persen. Sektor listrik,
gas dan air bersih tumbuh 7,6 persen lebih tinggi dibandingkan tahun
sebelumnya yang tumbuh 6,31 persen. Sektor bangunan tumbuh
meningkat cukup tinggi dari 8,75 persen pada tahun 2010 menjadi 12,8
persen. Sektor perdagangan hotel dan restoran juga tumbuh dari 6,91
persen menjadi 8,0 persen. Sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan tumbuh 7,39 persen menjadi 8,2 persen, dan sektor jasa-jasa
tumbuh sedikit lebih cepat dibandingkan tahun 2010 yaitu dari 7,38 persen
menjadi 7,4 persen. Sektor industri pengolahan stabil di angka 5,7 persen.
Sedangkan sektor angkutan dan komunikasi menjadi satu-satunya sektor
yang turun, yaitu tumbuh 12,68 persen pada tahun 2010 menjadi tumbuh
12,3 persen pada tahun 2011.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 28
Tabel 2.20
Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut Penggunaan
Tahun 2010-2011

Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan 2000


Komponen Penggunaan (Triliun Rupiah) Pertumbuhan (Triliun Rupiah) Pertumbuhan
2010 2011 (%) 2010 2011 (%)
Pengeluaran Konsumsi
1 101,55 115,48 13,71 39,04 41,49 6,27
Rumahtangga
Pengeluaran Konsumsi
2 Lembaga Swasta 1,94 2,13 9,79 0,81 0,82 1,23
Nirlaba
Pengeluaran Konsumsi
3 15,76 19,30 22,46 5,58 6,08 8,96
Pemerintah
Pembentukan Modal
4 37,05 44,98 21,40 14,88 16,60 11,55
Tetap Domestik Bruto
Ekspor Barang dan
5 59,60 74,47 24,95 26,61 30,56 14,84
Jasa
Dikurangi Impor
6 57,55 74,39 29,26 22,22 27,44 23,49
barang dan Jasa
PDRB 157,53 181,78 15,39 63,86 68,01 6,49
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan 2011, data diolah

Dari sisi penggunaan PDRB, maka peningkatan pertumbuhan


ekonomi Sumatera Selatan dipengaruhi oleh pertumbuhan semua
komponen PDRB penggunaan, yakni konsumsi rumah tangga sebesar 6,27
persen, konsumsi lembaga swasta nirlaba sebesar 1.23 persen, konsumsi
pemerintah 8,96 persen, pembentukan modal tetap domestik bruto
(PMTDB) 11,55 persen serta ekspor dan impor yang masing-masing
sebesar 14,84 persen dan 23,49 persen (Tabel 2.20). Cukup ekspansifnya
komponen PMTDB pada tahun 2011 merupakan pengaruh dari pesatnya
pembangunan infrastruktur di Sumatera Selatan sebagai tuan rumah
SEAGAMES. Sementara peningkatan pertumbuhan ekspor Sumatera
Selatan sangat dipengaruhi oleh peningkatan ekspor karet dan batubara
seiring cukup baiknya harga komoditi ini.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mencerminkan output


yang dihasilkan masyarakat pada suatu daerah tertentu dan indikator ini
digunakan sebagai indikator pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Oleh
karena itu, membaiknya perekonomian Sumatera Selatan dapat
ditunjukkan oleh pertumbuhan PDRB Provinsi Sumatera Selatan yang
meningkat tajam di tahun 2011. Nilai PDRB atas dasar harga berlaku
dengan migas tercatat sebesar Rp. 181,78 triliun atau meningkat sebesar
24,01 persen dibanding tahun 2010 yang berjumlah Rp. 157,77 triliun.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 29
Sementara nilai PDRB atas harga berlaku tanpa migas tahun 2011 sebesar
Rp.134,20 triliun yang juga mengalami peningkatan sebesar 21,75 persen
dibandingkan jumlah tahun 2010 yang sebesar Rp. 112,45 triliun.

Jika dilihat dari struktur pembentuknya, maka PDRB Sumatera


Selatan tahun 2011 didominasi oleh kontribusi sektor pertambangan dan
penggalian yang nilainya mencapai Rp. 40,55 triliun atau 22,30 persen,
sektor industri pengolahan sebesar Rp. 37,45 triliun atau sebesar 20,60
persen, sektor pertanian sebesar Rp. 31,42 triliun atau 17,28 persen, serta
sektor perdagangan, hotel dan restoran yang nilainya mencapai Rp. 23,75
triliun atau 13,06 persen. Sedangkan sektor yang memberikan kontribusi
terendah adalah sektor listrik, gas dan air bersih yang hanya mencapai Rp.
0,87 triliun atau 0,47 persen saja.

Inflasi

Membaiknya perekonomian yang ditandai dengan meningkatnya


permintaan atas faktor produksi dan membaiknya harga komoditas
mampu membuat tingkat inflasi terkendali di angka 3,78 persen di tahun
2011. Angka ini lebih rendah bila dibandingkan dengan inflasi tahun 2010
sebesar 6,02 persen. Inflasi tahun 2011 dipengaruhi secara signifikan oleh
perbaikan suplai pangan, namun secara bersamaan disertai kenaikan harga
emas secara tajam. Tahun 2011 adalah peralihan dominasi tekanan inflasi
dari kelompok volatile ke kelompok core (inflasi inti).

Tabel 2.21
Laju Inflasi Sumatera Selatan dan Nasional
Tahun 2006-2011

Tahun Inflasi Sumsel Inflasi Nasional


2006 8,44 6,60
2007 8,21 6,59
2008 11,15 11,06
2009 1,85 2,78
2010 6,02 6,96
2011 3,78 3,79
Rata-Rata 6,57 6,29
Sumber : BPS Prov. Sumatera Selatan 2011

Pada tabel 2.21 dapat diketahui bahwa selama periode tahun 2006-
2008, inflasi di Sumatera Selatan cenderung lebih tinggi dibandingkan
inflasi nasional. Tetapi pada 3 tahun terakhir yaitu tahun 2009-2011 kondisi

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 30
tersebut berbalik dimana inflasi Sumatera Selatan menjadi lebih rendah
dibandingkan inflasi nasional. Seimbangnya kondisi penawaran dan
permintaan barang dan jasa turut mempengaruhi fluktuasi harga bahan
pokok di Sumatera Selatan.

Dilihat dari sisi pendapatan perkapita pada Gambar 2.5, pendapatan


perkapita Sumatera Selatan pada tahun 2011 atas harga berlaku dengan
migas adalah sebesar Rp. 20,33 juta lebih tinggi dibanding tahun 2010
sebesar Rp. 17,95 juta Sedangkan pendapatan perkapita tanpa migas
tahun 2011 sebesar Rp. 14,99 juta, juga lebih tinggi dibanding tahun 2010
sebesar Rp. 13,08 juta. Dengan memperhitungkan faktor nilai tukar rupiah
terhadap US dollar (USD), pendapatan perkapita Provinsi Sumatera Selatan
tahun 2011 dengan migas setara dengan US$ 2.315,62 lebih tinggi dari
capaian pandapatan perkapita pada tahun 2010 yang sebesar US$
1.976,87. Pendapatan perkapita tanpa migas tahun 2011 sebesar US$
1.707,38, lebih tinggi dibanding tahun 2010 sebesar US$ 1.440,52.

Gambar 2.5
Pendapatan Perkapita Provinsi Sumatera Selatan
Atas Dasar Harga Berlaku Dengan Migas dan Tanpa Migas

Dalam Rupiah Dalam US Dolar

2.400,00
20.000.000
2.200,00
18.000.000
2.000,00
16.000.000 1.800,00
14.000.000 1.600,00
12.000.000 1.400,00

10.000.000 1.200,00
1.000,00
8.000.000
800,00
6.000.000
600,00
4.000.000
400,00
2.000.000 200,00
0 0,00
2009 2010 2011 2009 2010 2011

Dengan Migas 16.054.151 17.950.000 20.330.000 Dengan Migas 1.543,67 1.976,87 2.315,62
Tanpa Migas 11.492.787 13.080.000 14.990.000 T anpa Migas 1.105,08 1.440,52 1.707,38

Dengan Migas Tanpa Migas Dengan Migas Tanpa Migas

Sumber : BPS Prov. Sumatera Selatan 2011

Secara ringkas perekonomian Sumatera Selatan dapat dilihat dari


catatan capaian positif pembangunan selama kurun waktu 2009-2011,
sebagai berikut :

1. Secara umum pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan kurun waktu


2009-2011 mengalami peningkatan. Laju Pertumbuhan Ekonomi
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009 sebesar 4,1 %. Tahun 2010

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 31
meningkat menjadi 5,4 %, sementara sampai dengan Triwulan III tahun
2011, pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 6,1%. Pertumbuhan
ekonomi Sumsel pada tahun 2010 dan 2011 sudah melampaui target
RPJMD.
2. Pertumbuhan ekonomi Sumsel masih didominasi oleh sektor primer
yaitu pertanian dan pertambangan. Pada kurun waktu 2009-2011,
kontribusi sektor primer sebesar 38% - 40% terhadap pembentuk
PDRB Sumatera Selatan. Sementara sektor sekunder dan tersier rata-
rata berkontribusi sebesar 30%.
3. Stabilitas perekonomian Sumatera Selatan cukup baik, salah satu
indikatornya adalah tingkat inflasi yang masih terkendali. Inflasi
menggambarkan besarnya perubahan harga barang dan jasa yang
beredar di pasaran. Angka inflasi Sumatera Selatan sendiri mengalami
penurunan dari 6,02% pada tahun 2010 menjadi 4,59% pada tahun
2011.
4. Upaya Provinsi Sumatera Selatan untuk mengurangi jumlah
penduduk miskin melalui program-program strategis terbukti cukup
efektif, antara lain melalui program berobat gratis, sekolah gratis dan
bantuan hukum gratis serta perumahan untuk semua (shelter fol all).
Hal ini ditandai dengan berkurangnya persentase penduduk miskin
dari tahun ke tahun. Tahun 2009 jumlah penduduk miskin Sumatera
Selatan sebesar 16,28%, tahun 2010 berkurang menjadi 15,47 dan
tahun 2011 turun menjadi 14,24%.
5. Tingkat pengangguran terbuka di Sumatera Selatan juga mengalami
penurunan yang cukup signifikan. Tingkat pengangguran tahun 2009
sebesar 7,61%, angka ini menurun pada tahun 2010, dimana angka
pengangguran mencapai 6,55%. Pada tahun 2011 turun kembali
menjadi sebesar 5,77%.
6. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sumatera Selatan Tahun 2010
sebesar 72,95 mengalami peningkatan dari Tahun 2009 yang sebesar
72,61. Peningkatan IPM ini mencirikan adanya perkembangan positif
dan adanya peningkatan dimensi Pendidikan (Angka Melek Huruf dan
Rata-rata Lama Sekolah), Kesehatan (Angka Harapan Hidup) serta Daya
Beli Masyarakat (Pengeluaran per Kapita).
7. Tahun 2011 juga, menjadi momentum percepatan pembangunan di
Sumatera Selatan, terutama di bidang infrastrukur olahraga, yang
ditandai dengan pelaksanaan Sea-Games XXVI. Output nyata yang
dihasilkan dari Sea Games ini adalah tersedianya infrastruktur olahraga
berstandar internasional, seperti Aquatic Stadium, stadion atletik,
lapangan menembak, lapangan tenis dan lain-lain. Selain itu
pembangunan yang terpadu dalam satu kawasan, Jakabaring Sport
City (JSC), serta fasilitas pendukung lainnya (wisma atlet dan Sport

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 32
Sciene Center), membuat kawasan ini memiliki nilai kemanfaatan
jangka panjang dan multifungsi. Keberadaan JSC ini memacu pula
percepatan perkembangan Infrastrukur di kawasan Seberang Ulu
Palembang.
Kita patut berbangga hati dengan prestasi yang telah diraih
masyarakat Sumatera Selatan khususnya dan Indonesia pada
umumnya dengan Tri Sukses-nya, yaitu sukes prestasi, sukes
penyelenggaraan, dan sukses pemberdayaan masyarakat. Dampak
pelaksanaan Sea Games telah memberikan multiplier-effect bagi
kesejahteraan masyarakat Sumatera Selatan.

Tahun 2011 merupakan tahun ketiga dari pelaksanaan RPJMD


Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2008-2013. Tema Pembangunan tahun
2011 adalah “Infrastruktur Dan Investasi” dengan menitik beratkan pada
pelaksanaan program-program pro-poor, pro-job dan pro-growth. Untuk
mengimplementasikan tema tersebut, berbagai program kegiatan telah
dilaksanakan untuk meningkatkan efektivitas pembangunan Provinsi
Sumatera Selatan melalui 7 (tujuh) Prioritas Pembangunan yaitu:
Peningkatan Penyediaan Infrastruktur Strategis, Pemantapan
Pengembangan SDM, Penajaman Program Penanggulangan Kemiskinan,
Peningkatan Produksi dan Produktivitas Pertanian, Pengembangan
UMKM-K dan Peningkatan Investasi, Pemantapan Lumbung Energi
Nasional dan Implementasi ICT (Information and Communication
Technology).

Hasil pelaksanaan pembangunan terutama yang mendukung capaian


indikator kinerja dalam RPJMD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2008-2013
untuk masing-masing urusan, sebagai berikut :

Prioritas I: Peningkatan Penyediaan Infrastruktur Strategis

Urusan Pekerjaan Umum

Seperti dimaklumi bersama bahwa, pembangunan di urusan Pekerjaan


Umum diarahkan untuk mempertahankan tingkat pelayanan jasa prasarana
jalan dan jembatan serta pembangunan dan pengembangan pengairan yang
terintegrasi dengan sektor pertanian dengan tetap memperhatikan aspek
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 33
Pencapaian di urusan Pekerjaan Umum dapat dijelaskan sebagai
berikut :

a. Pembangunan Jalan dan Jembatan


Salah satu target rencana Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga adalah
kondisi jalan mantap atau baik. Indikator kondisi jalan mantap pada tahun
2011 mencapai 62,21% mengalami peningkatan bila dibandingkan pada
tahun 2010 sebesar 59,71%.

Pada tahun 2011 target kondisi jembatan mantap dapat dicapai, dimana
target yang ingin dicapai sebesar 70,00% (9.202,48 m) dari panjang
jembatan provinsi sepanjang 13.146,4 m. Capaian kondisi jembatan
mantap pada tahun 2011 sebesar 74,05% (9.734,34m), dan mengalami
peningkatan kinerja menjadi 105,79% bila dibandingkan pada tahun 2010
sebesar 103,07% dengan target 65,00% kondisi jembatan mantap.

b. Pengairan
Untuk mengembangkan dan mempertahankan jaringan irigasi dan rawa
sehingga berfungsi optimal telah dilakukan kegiatan Pengembangan dan
Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan seluas 13.681 ha
melampaui target yang ditetapkan seluas 13.205,76 ha. Luas ini jauh
meningkat dibandingkan capaian tahun 2010 yang seluas 5.566 ha.

Prioritas II: Pemantapan Pengembangan SDM

Urusan Pendidikan

Perkembangan kinerja peningkatan kualitas sumber daya manusia


Sumatera Selatan, terutama sejak diluncurkannya program pendidikan gratis,
telah menggambarkan pencapaian yang menggembirakan.

Adapun capaian yang telah diraih urusan Pendidikan yaitu :

1. Pemberian beasiswa untuk meningkatkan kualifikasi guru ke jenjang


S1/D.IV yang berjumlah 6.999 orang guru dan jenjang S2 berjumlah 210
orang guru. Pada tahun 2011 guru yang berkualifikasi S1 terdiri dari Guru
SD dan MI sebesar 31,60%, Guru SMP dan MTs sebesar 87,61%, Guru
SMA, SMK, dan MA sebesar 87,51%.

2. Meningkatnya Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni


(APM) dan menurunnya Angka Putus Sekolah, yaitu :

a. Meningkatnya APK tingkat TK/PAUD dari 45,03% tahun 2010 menjadi


48,36% pada tahun 2011. APK tingkat SD tahun 2011 mencapai

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 34
101,43%. APK tingkat SMP/MTs dari 96,04% pada tahun 2010 menjadi
96,36% pada tahun 2011. APK SMA, MA, SMK dari 80,04% tahun 2010
menjadi 81,27% tahun 2011.

b. Meningkatnya APM tingkat SD dari 95,14% tahun 2010 menjadi


95,36% tahun 2011. APM tingkat SMP/MTs dari 83,07% pada tahun
2010 menjadi 83,94% pada tahun 2011. APM tingkat SMA, MA, SMK
dari 67,03% pada tahun 2010 menjadi 68,32% pada tahun 2011.

c. Menurunnya Angka Putus Sekolah (APS) tingkat SD dari 0,38% pada


tahun 2010 menjadi 0,31% pada tahun 2011. APS tingkat SMP/MTs
menurun dari 0,76% pada tahun 2010 menjadi 0,63% pada tahun
2011. APS tingkat SMA, MA, SMK menurun dari 1,02% pada tahun
2010 menjadi 0,99% pada tahun 2011.

3. Menurunnya penduduk Buta Aksara usia 15 – 44 tahun dari 2,60% pada


tahun 2010 menjadi 2,42% pada tahun 2011.

4. Melalui Program Sekolah Gratis sejak tahun 2009 di Sumatera Selatan


telah diberikan biaya operasional sekolah mulai jenjang SD/MI, SMP/MTs,
SMA/MA/SMK. Tahun 2011 jumlah sasaran Program Sekolah Gratis di 15
Kabupaten/Kota se Sumatera Selatan adalah 1.625.861 siswa dan 7.841
lembaga.

Salah satu indikasi keberhasilan dari upaya peningkatan kualitas


pendidikan yang telah dilakukan adalah dengan meningkatnya hasil ujian siswa
di berbagai tingkatan. Tahun ajaran 2009/2010 persentase kelulusan (SMA,
MA) mencapai 99,89% dengan rata-rata nilai 7,58. Tahun ajaran 2010/2011
persentase kelulusan sebesar 99,89% dengan rata-rata nilai meningkat menjadi
7,86. Persentase kelulusan (SMK) tahun ajaran 2009/2010 sebesar 99,76%
dengan rata-rata nilai 7,25 meningkat pada tahun ajaran 2010/2011 persentase
kelulusan mencapai 99,97% dengan rata-rata nilai 7,89. Di tingkat SMP/SMP
Terbuka/MTs tahun ajaran 2009/2010 persentase kelulusan mencapai 99,94%
dengan rata-rata nilai 7,56 pada tahun ajaran 2010/2011 meningkat menjadi
99,95% dengan rata-rata nilai 7,87.

Urusan Kesehatan

Untuk mewujudkan masyarakat yang sehat, pembangunan kesehatan


diarahkan kepada penyediaan pelayanan kesehatan yang terjangkau dan
bermutu, yang salah satu bentuk pengejawantahannya melalui program
Jaminan Sosial Kesehatan (Jamsoskes) Sumsel Semesta atau yang lebih dikenal
dengan program “Berobat Gratis”.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 35
Beberapa capaian kinerja di urusan kesehatan diantaranya adalah :

1. Masyarakat yang menggunakan pelayanan kesehatan rumah sakit sudah


mencapai 18,58%, melampaui target yang ditetapkan yaitu 15%.
2. Persentase penduduk yang memanfaatkan Puskesmas mencapai 40%.
Angka ini jauh melampaui target kinerja sebesar 15%. Sementara itu Rasio
Puskesmas terhadap jumlah penduduk yang harus dilayani pada tahun
2011 mencapai 1 : 24.335, sudah jauh di atas target rasio yang ditetapkan
yaitu 1 : 30.000;
3. Persentase Rumah Sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
4 (empat) Spesialis Dasar pada tahun 2011 mencapai 71%.
4. Sampai dengan tahun 2011, cakupan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) pada tatanan keluarga di masyarakat mencapai 58,77%, sudah
melebihi target yaitu 58%. Capaian PHBS pada tahun 2010 baru mencapai
54,03%. Sementara untuk capaian Desa Siaga Aktif pada tahun 2011
adalah sebesar 85,94%. Hasil tersebut telah jauh melampaui target kinerja
yang ditetapkan pada tahun 2011 sebesar 75%. Tercapainya target Desa
Siaga Aktif ini tidak terlepas dari bantuan pelaksanaan Proyek
Decentralized Health Services (DHS) II di Provinsi Sumatera Selatan yang
fokus melaksanakan Model Operasional Desa Siaga (MODS) di 11
Kabupaten/Kota.
5. Jumlah Posyandu Purnama mengalami peningkatan dari 37,52% pada
tahun 2010 menjadi 47,52% pada tahun 2011 dan telah melampaui target
sebesar 35,14%;
6. Peningkatan jumlah juga terjadi pada Posyandu Mandiri yakni dari 6,70%
pada tahun 2010 menjadi 7,62% pada tahun 2011;
7. Pada tahun 2011, kasus gizi buruk yang terhimpun berdasarkan laporan
surveilans gizi buruk dari Kabupaten/Kota berjumlah 115 kasus, mengalami
penurunan dari tahun 2010 yang berjumlah 161 kasus.
8. Persentase kecamatan bebas rawan gizi di Sumatera Selatan untuk tahun
2011 sebesar 83,57% sudah melampaui target yang ditetapkan pada tahun
2011 sebesar 79,04%.
9. Persentase keluarga yang memiliki akses terhadap air bersih pada tahun
2011 mencapai 71,53% melampaui target yang ditetapkan sebesar 70,30%.
Sementara hasil capaian pada tahun 2010 adalah 67,70% dari target
67,60%;
10. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang kompeten
pada tahun 2011 telah mencapai 89,94%, mengalami peningkatan yang
cukup tinggi jika dibandingkan dengan capaian pada tahun 2010 yang
baru mencapai 82,12%.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 36
Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Beberapa capaian di urusan Pemberdayaan Perempuan dan


Perlindungan Anak adalah tersebarluasnya informasi tentang pemberdayaan
perempuan dan perlindungan anak melalui media cetak maupun elektronik.
Selain itu meningkatnya pendapatan perempuan melalui pelatihan
peningkatan produktifitas ekonomi perempuan. Meningkatnya kapasitas
pemberdayaan lembaga masyarakat dan organisasi perempuan serta
tersedianya sistem informasi gender pemberdayaan perempuan dan
perlindungan anak.

Urusan Kepemudaan dan Olahraga

Dalam rangka meningkatkan peran serta dan prestasi pemuda


dalam pembangunan, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan telah
melaksanakan beberapa program dan kegiatan urusan Kepemudaan dan
Olahraga.

a. Urusan Kepemudaan

Sasaran urusan Kepemudaan pada tahun 2011 adalah


meningkatnya peran serta 744 orang Pemuda dalam proses
pembangunan daerah. Sasaran tersebut telah dapat terealisasi
terhadap 703 orang Pemuda (94,47%). Hasil tersebut dapat dilihat
dari kegiatan sebagai berikut:

1. Fasilitasi Pekan Temu Wicara Organisasi Pemuda 2011 sebanyak


30 orang.
2. Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) 2011 sebanyak 5 orang.
3. Pertukaran Pemuda Antar Provinsi (PPAP) 2011 sebanyak 32 orang.
4. Pemilihan Pemuda Pelopor 2011 sebanyak 5 orang.
5. Peserta Lomba Lintas Alam Pemuda sebanyak 500 orang.
6. Paskibraka Provinsi Sumatera Selatan 2011 sebanyak 142 orang.

b. Urusan Olahraga

Sasaran pada urusan olahraga pada tahun 2011 adalah


meningkatnya kemampuan serta pengetahuan dari para pelatih
dengan dilaksanakannya pelatihan bagi 200 orang pelatih dan
pemassalan olahraga pada 20.557 orang dari atlet, pelatih,
masyarakat dan PNS di Provinsi Sumatera Selatan.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 37
Untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan para
pelatih telah dapat direalisasikan kepada 200 orang pelatih dari 200
pelatih yang direncanakan (100%) dengan perincian sebagai berikut :

1. Pengayaan Pelatih Usia Dini dan Pra Unggulan sebanyak 100 orang.
2. Pengayaan Pelatih Club dan PPLP (Pusat Pendidikan dan Latihan
Pelajar) berbasis LTAD (Long Term Athelete Development)
sebanyak 100 orang.

Untuk pemassalan olahraga pada masyarakat telah dapat


direalisasikan kepada 21.534 orang dari 20.557 yang direncanakan
(104%) dengan perincian sebagai berikut :

1. Pemassalan Olahraga bagi Pelajar, Mahasiswa dan Masyarakat


dengan mempertandingkan 2 cabang olahraga yaitu Bola Volley
dan Basket yang diikuti oleh 10.000 orang peserta.
2. Pemberian Penghargaan bagi insan Olahraga yang berdedikasi
dan berprestasi yaitu atlet yang berprestasi Nasional dan
Internasional serta Wasit dan Pembina Olahraga yang
berprestasi sebanyak 21 orang. Juga pemberian penghargaan
bagi atlet dan pelatih yang berprestasi pada pelaksanaan
PORWIL di Provinsi Kepulauan Riau dengan medali 22 Emas, 19
Perak dan 16 Perunggu serta atlet paralimpik yang berprestasi
di Special Olimpic SOINA di Yunani.
3. Lomba lari 10 K yang diikuti oleh 5000 orang peserta.
4. Kompetisi Sepak Bola dibawah 15 tahun guna pembentukan
regu/tim sepak bola Provinsi Sumatera Selatan yang terdiri dari
22 orang atlet Sepak Bola yang berprestasi.
5. Kegiatan Olahraga Peringatan Hari Jadi Provinsi Sumatera Selatan
yang mempertandingkan 4 cabang olahraga diikuti oleh 5000
orang peserta.
6. Pusat Pembinaan Latihan Pelajar (PPLP) Provinsi Sumatera
Selatan yang membina 24 orang atlet yang berasal dari 6 cabang
olahraga yaitu ; Wushu, Atletik, Pencak Silat, Loncat Indah,
Anggar dan Karate.
7. Pemasyarakatan dan Pengembangan Olahraga Dirgantara di
Provinsi Sumatera Selatan dengan mengikuti pelatihan serta
kejuaraan di Provinsi Bali sebanyak 10 orang.
8. Lomba Olahraga Tradisional Provinsi Sumatera Selatan dengan
pelaksanaan lomba olahraga tradisional yang diikuti oleh
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan dan ikuti oleh 75
orang peserta.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 38
9. Kegiatan Olahraga pada HUT RI dengan mempertandingkan/
memperlombakan 4 cabang olahraga dan ikuti oleh 1000 orang
peserta.
10. Dukungan Menuju PON XVIII 2012 (Pembinaan Atlet menuju
PON) dengan membina sebanyak 130 orang atlet/pelatih
11. Seleksi dan TC Atlet POPCANAS Sumsel tahun 2011 dengan
menyeleksi serta memberangkatkan sebanyak 50 orang atlet
mengikuti PORCANAS di Provinsi Riau.
12. Kejuaraan Nasional Catur dengan diikuti oleh sebanyak 100
orang atlet catur.
13. Internasional Musi Golf Tournament II Pro Amatir dengan
diikuti oleh peserta dari Indonesia dan Asean dengan diikuti
sebanyak 102 orang perserta.

Selain capaian urusan olahraga di atas, sebagaimana diketahui


bersama bahwa pada tanggal 11 s/d 20 November 2011 Provinsi
Sumatera Selatan menjadi pusat perhatian dunia karena pada
tanggal tersebut Provinsi ini menjadi salah satu main host atau tuan
rumah SEA Games XXVI bersama dengan DKI Jakarta. SEA Games
XXVI tahun 2011 diikuti oleh 11 negara di ASEAN yaitu Indonesia,
Thailand, Singapura, Malaysia, Myanmar, Philipina, Brunei, Laos,
Kamboja, Vietnam, dan Timor Leste. Dari 44 cabang olahraga SEA
Games XXVI, 20 cabang diantaranya
diperlombakan/dipertandingkan di Provinsi Sumatera Selatan.

Penyelenggaraan SEA Games XXVI memiliki pencapaian dan


dampak yang sangat luas secara makro terhadap pertumbuhan
ekonomi, tidak hanya di urusan olahraga semata tapi juga di urusan
yang lain, seperti urusan infrastruktur dan urusan ekonomi
kerakyatan, urusan perhubungan, urusan penanaman modal dan
urusan pariwisata.

Tiga Sukses yang telah kita canangkan sebelumnya yaitu


Sukses Penyelenggaraan, Sukses Prestasi dan Sukses Ekonomi
Kerakyatan semuanya berhasil kita capai. Sukses yang pertama yaitu
Sukses Penyelenggaraan. Hal ini dapat dilihat dari Opening dan
Closing Ceremony yang dilaksanakan di Kota Palembang Provinsi
Sumatera Selatan. Kita berhasil membangun venues baru dan
merehab venues yang sudah ada dalam waktu yang relatif singkat.
Beberapa di antaranya yaitu Venue Aquatic adalah yang terbaik di
Asia Tenggara. Seluruh venues tersebut yang nilainya tidak kurang
dari 2 (dua) triliun rupiah. Pelaksanaan SEA Games XXVI adalah
tonggak sejarah bagi Sumatera Selatan. Kita berhasil menjadi

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 39
contoh bagi daerah lain, bagaimana satu daerah yang belum
mempunyai dana, pengalaman, dan infrastruktur, berani mengambil
risiko menjadi main host atau tuan rumah utama sekaligus
penyelenggara Opening-Closing Ceremony kegiatan olahraga
berskala internasional.

Syukur Alhamdulillah kita ucapkan, karena kita berhasil


menjawab keraguan banyak pihak melalui kerja keras secara
marathon siang dan malam dan akhirnya kita dapat membuktikan
bahwa Sumatera Selatan Bisa! Sebagaimana yang dinyatakan
Presiden RI pada sambutan beliau saat meresmikan Kawasan
Olahraga Jakabaring Sport City tanggal 11 November 2011,“Banyak
yang skeptis, banyak yang pesimis, banyak yang mengkritik dan
mengecam. Saya ingat ketika saya berkunjung ke sini, Pak Gubernur
berbicara dengan saya ditengah-tengah keletihan beliau bersama-
sama yang lain dalam mengerjakan kompleks ini siang dan malam,
ada liputan berita yang sangat monohok dan menyudutkan begitu
dan saya kira bukan satu-satunya berita, bahkan sampai kemarin
sore masih ada, ada yang dibatalkan karena belum siap dan
sebagainya. Saya berpesan waktu itu, jadikan itu cambuk, jadikan itu
penantang, tidak usah dijawab dengan kata-kata, jawab dengan
karya nyata, hadirnya kompleks Jakabaring ini jawaban
yang cespleng, begitulah”.

Ucapan Bapak Presiden SBY, Pimpinan Negara kita ini


merupakan suatu pernyataan penghargaan atas kerja keras kita
selama ini. Pada kesempatan ini kami juga ucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada pemerintah pusat,
para donatur yang telah membantu, baik hibah, investasi, maupun
BOT, serta pada Saudara Ketua, Wakil-Wakil Ketua, dan para Anggota
Dewan Yang Terhormat atas kerjasama yang baik dalam
penyelenggaraan event internasional tersebut.

Sukses yang kedua adalah sukses prestasi. Setelah 14 tahun


lamanya berusaha untuk menjadi juara umum akhirnya pada SEA
Games XXVI ini Indonesia sukses menjadi juara umum dengan
perolehan medali 182 emas, 152 perak, dan 143 medali perunggu.
Perolehan medali tersebut juga disumbangkan oleh atlet dan pelatih
yang berasal dari Sumatera Selatan yaitu 5 emas, 5 perak dan 7
perunggu.

Sukses yang ketiga yaitu sukses Ekonomi Kerakyatan, dimana


Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Sumatera Selatan ikut

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 40
merasakan dampaknya antara lain penarik becak, Angkutan Kota,
pedagang, anggota masyarakat yang terlibat dalam kepanitaan,
kebersihan dan keamanan. Dalam rangka memeriahkan SEA Games
XXVI tahun 2011 diselenggarakan Sriwijaya International Expo SEA
Games 2011 yang melibatkan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota,
BUMN, Perbankan, Swasta, UKM, pengrajin aneka produk, dan
kuliner. Jumlah pengunjung diperkirakan mencapai rata-rata 4.000
orang per hari dengan transaksi bisnis mencapai Rp. 1,5 milyar/hari,
dan transaksi pesanan mencapai Rp. 20 milyar. Secara makro bukti
sukses SEA Games XXVI ini adalah sebagaimana telah kami
nyatakan di awal bahwa pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan
meningkat menjadi 6,5% pada tahun 2011 dari sebelumnya 5,4%
pada tahun 2010.

Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil

Dalam rangka menertibkan administrasi kependudukan dan catatan


sipil, pada tahun 2011 telah terealisasi beberapa capaian, diantaranya :
Bimtek Peningkatan Pelaporan Catatan Sipil dan Pejabat Registrar
Kabupaten/Kota dan Kecamatan se-Sumatera Selatan yang diikuti oleh 195
orang peserta, buku Renstra 2011 Semua Anak Sumatera Selatan Tercatat
Kelahirannya, dan Laporan Pelaksanaan Perekaman e-KTP
Kabupaten/Kota se-Sumatera Selatan Tahun 2011.

Khusus untuk perekaman e-KTP, pada tanggal 16 April 2012


Sumatera Selatan mendapat penghargaan sebagai daerah yang
berprestasi tercepat dalam perekaman e-KTP se-Indonesia. Untuk itu, saya
ucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada
Bupati/Walikota, Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil serta
Camat se-Sumatera Selatan atas komitmen dan kerja keras dalam
pelaksanaan perekaman e-KTP pagi, siang dan malam.

Urusan Arsip dan Perpustakaan

a. Urusan Kearsipan

Sejalan dengan hasil pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan,


capaian pada tahun 2011 yaitu: tertibnya administrasi kearsipan
dijajaran Pemerintah 15 Kabupaten/Kota, terselamatkannya arsip
statis dan arsip sejarah di depo dalam roll O”pack guna mendukung
dan mengoptimalkan kegiatan pemerintah dan pembangunan di
Sumatera Selatan serta masyarakat, terlatihnya tenaga teknis
kearsipan yang professional Urusan kearsipan, terciptanya dan

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 41
tertatanya tertib arsip in-aktif di depo dalam roll O’pack sekaligus
memudahkan penemuan kembali arsip bila dibutuhkan, terlatihnya
45 orang tenaga teknis bagi Sekretaris Desa (Sekdes/Seklur) yang
professional dalam urusan kearsipan.

b. Urusan Perpustakaan

Pada tahun 2011 terjadi peningkatan jumlah pengunjung


perpustakaan dari 450 orang/hari menjadi 600 orang/hari. Selain itu,
Badan Perpustakaan Daerah Provinsi Sumatera Selatan telah
menambah koleksi buku sebanyak 4.960 eksemplar dengan
berbagai jenis buku, juga disediakan internet gratis yang dapat
diakses oleh pengunjung perpustakaan selama 24 jam dan hotspot
yang tersedia mencapai 512 Kbps.

Prioritas III: Penajaman Program Penanggulangan Kemiskinan

Urusan Perumahan

Perbaikan kualitas pemukiman baik di perkotaan maupun di


perdesaan serta perumahan murah merupakan arahan perencanaan
pembangunan perumahan. Adapun capaian di urusan ini selama tahun
2011 adalah :

a. Cakupan pelayanan air bersih

Realisasi capaian air bersih tahun 2011 adalah 50,82%, jauh


melampaui target yang ditentukan yaitu 37,14%. Pelayanan air
minum penduduk perkotaan tahun 2011 mencapai 70% dan
perdesaan 57%, sehingga rata-rata capaian air bersih mencapai
50,18 %. Pelayanan air bersih didukung oleh Program
Pengembangan kinerja Pengelolaan Air Bersih dan Air Limbah serta
melalui Program pemberdayaan masyarakat yaitu Penyediaan Air
Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS).
Pembangunan pelayanan air bersih diwujudkan dengan
pembangunan intake air bersih, water treatment plant, pipa
jaringan distribusi dan sambungan rumah serta melalui
pembangunan pelayanan air bersih perdesaan seperti sumur bor
dan sumur gali.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 42
b. Cakupan Pelayanan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Cakupan pelayanan penyehatan lingkungan permukiman terdiri dari


pelayanan persampahan, pelayanan drainase, dan air limbah. Untuk
pelayanan penyehatan lingkungan permukiman capaian realisasi sebagai
berikut :

Pelayanan persampahan dengan realisasi sebesar 40% belum


mencapai target yang ditetapkan yaitu sebesar 50%; demikian juga
drainase dengan realisasi sebesar 20% dari target yang ditetapkan
sebesar 25%, serta air limbah dengan realisasi sebesar 20% sesuai
dengan target yang ditetapkan.

c. Penurunan Kawasan Kumuh

Capaian penurunan kawasan kumuh adalah sebesar 33,33%


belum mencapai target di tahun 2011sebesar 30%. Penanganan
kawasan kumuh dilaksanakan dengan pembangunan infrastruktur
pendukung kawasan kumuh sehingga kualitas lingkungan
permukiman meningkat.

d. Kualitas permukiman Perkotaan

Capaian persentase Permukiman Perkotaan tahun adalah


sebesar 20% sesuai dengan target yang ditetapkan. Target
peningkatan kualitas permukiman perkotaan ditentukan oleh
adanya pelayanan air bersih baik perkotaan maupun perdesaan,
pelayanan penyehatan lingkungan permukiman serta ada dukungan
infrastruktur permukiman. Kawasan permukiman yang ditangani
antara lain kawasan permukiman Kota Palembang, Kota Lubuk
Linggau, dan Kota Prabumulih.

Urusan Ketenagakerjaan

Berdasarkan data dari BPS Provinsi Sumatera Selatan, Penduduk


usia kerja (15+) Provinsi Sumatera Selatan 2011 berjumlah 5.299.957 orang
dengan angkatan kerja mencapai 3.770.673 orang atau bertambah
sebanyak 105.629 orang dibandingkan kondisi Agustus 2010 yang sebesar
3.665.044 orang. Jumlah yang bekerja sebesar 3.532.142 orang, terjadi
peningkatan sebesar 131.911 dibanding Agustus 2010 yaitu sebanyak
3.400.231 orang. Pada tahun 2011, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Sumatera Selatan sebesar 5.77%. Sedangkan Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja (TPAK) 71,15% dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Laki-laki
5,09 dan TPT Perempuan 6,85%. *) (angka sementara)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 43
Adapun hasil-hasil yang telah dicapai di Urusan Tenaga Kerja adalah
sebagai berikut: Upah Minimum Provinsi Sumatera Selatan pada tahun
2012 sebesar Rp. 1.195.220 ditetapkan melalui Keputusan Gubernur
Nomor 757/KPTS/Disnakertrans /2011 tanggal 24 Oktober 2011.
Sedangkan untuk Upah Minimum Sektoral Provinsi Sumatera Selatan
Tahun 2011 sesuai Keputusan Gubernur Nomor :
825/KPTS/Disnakertrans/2011 tanggal 2 Desember 2011 dengan perincian
per sektor sebagai berikut : a) Pertanian, peternakan, kehutanan,
perburuan dan perikanan sebesar Rp. 1.256.175,- b) Pertambangan dan
penggalian sebesar Rp. 1.270.000,- c) Industri pengolahan sebesar Rp.
1.254.980,- d) Listrik, gas dan air Rp. 1.320.000,- e) Bangunan sebesar Rp.
1.837.500,- f) Angkutan, pergudangan dan komunikasi sebesar Rp.
1.255.220,- g) Keuangan, asuransi, usaha penyewaan bangunan, tanah dan
jasa perusahaan sebesar Rp. 1.255.520,- h) Kemasyarakatan, sosial dan
perorangan sebesar Rp 1.278.885,-.

Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

Melalui Program Kependudukan Keluarga Berencana (KKB)


Nasional, pertumbuhan penduduk terus mengalami penurunan yang
cukup signifikan dari 3,66 % pada priode 1971 – 1980 turun menjadi 3,15%
pada priode 1980 – 1990 bahkan pada priode 1990 – 2000 pertumbuhan
penduduk hanya 2,15 % dan priode 2000–2010 adalah sama dengan Laju
Pertumbuhan Penduduk (LPP) di Provinsi Sumatera Selatan.

Total angka kelahiran/Total Fertility Rate (TFR) di Provinsi Sumatera


Selatan mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pada tahun 1961 –
1963 TFR Sumsel masih 6,3 pada tahun 1986 – 1989 menurun menjadi 4,2.
Kemudian pada tahun 1994 sebesar 2,87, tahun 1997 menjadi 2,60 dan
berdasarkan SDKI 2002 TFR Sumsel sudah mencapai 2,30 per wanita.
Sementara itu dari hasil SDKI pada tahun 2007 angka TFR Sumsel stagnan
sebesar 2,3 anak per wanita lebih rendah dibandingkan TFR Nasional
sebesar 2,6 anak per wanita.

Selain itu, pencapaian peserta KB Baru selama tahun 2011 tercatat


sebanyak 488.769 peserta atau 160,87% dari sasaran Perkiraan Permintaan
Masyarakat menjadi peserta KB Baru (PPM PB) tahun 2011 sebanyak
303.820 peserta. Pencapaian Kabupaten/Kota yang di atas rata-rata
provinsi sebanyak 8 (delapan) Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Muara
Enim (185,01%), Lahat (162,47%), Musi Rawas (166,80%), Kota Palembang
(165,18%), Banyuasin (162,99%), Pagar Alam (167,32%), OKU Timur
(163,69%), dan Empat Lawang (192,09%). Sedangkan 7 (tujuh)
Kabupaten/Kota lainnya masih berada di bawah rata-rata Provinsi.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 44
Pencapaian KB Baru Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
sampai dengan Desember 2011 di Provinsi Sumatera Selatan sebesar 60.029
peserta atau 129,32 % dari total PPM PB MKJP.

Upaya untuk memperluas jaringan pelayanan KB kepada Pasangan


Usia Subur, serta meningkatkan kemandirian para peserta KB, dilakukan
melalui tempat pelayanan KB Swasta, seperti Klinik KB Swasta, Bidan
Praktek Swasta dan Dokter Praktek Swasta. Tempat pelayanan KB Swasta
tahun 2011 tercatat sebanyak 215 tempat pelayanan KB, yang terdiri dari :

- Klinik KB Swasta : 215 KKB


- Dokter Praktek Swasta : 518 DPS
- Bidan Praktek Swasta : 2.747 BPS

Pelayanan peserta KB Baru melalui jalur pelayanan pemerintah


sampai dengan Desember 2011 sebanyak 351.425 peserta KB Baru atau
71,90% dari seluruh pancapaian peserta KB Baru sebanyak 488.769 peserta.

Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

Peningkatan keberdayaan masyarakat pedesaan dilakukan dengan


kegiatan pemberian bantuan kepada juara lomba desa, pendampingan
keuangan mitra bank dan kegiatan-kegiatan perlombaan seperti lomba
Desa/Kelurahan, lomba Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), lomba
Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) yang dapat memberikan motivasi
masyarakat dalam membangun desa.

Urusan Sosial

Penanganan permasalahan sosial diupayakan melalui program


peningkatan kesejahteraan sosial, rehabilitasi sosial dan bantuan sosial
dengan pola pembinaan manusia, usaha dan lingkungan dengan
pendekatan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) serta pola kemitraan.

Kegiatan penanggulangan kemiskinan dilakukan berupa


pemenuhan gizi dan kesehatan bagi anak dan orang tua lanjut usia di
panti sosial, serta kegiatan lain berupa pelatihan keterampilan bagi wanita
rawan sosial ekonomi, anak nakal, remaja putus sekolah dan para lanjut
usia yang di laksanakan melalui UPTD dengan harapan dapat
meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan keluarga Penyandang
Masalah kesejahteraan Sosial.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 45
Prioritas IV: Peningkatan Produksi dan Produktivitas Pertanian

Urusan Pertanian, Peternakan dan Perkebunan

a. Pertanian

Produktivitas Padi Provinsi Sumatera Selatan mencapai


3.332.799 ton Gabah Kering Giling (GKG). Bila dibandingkan dengan
tahun sebelumnya yaitu sebesar 3.272.451 ton GKG, produksi padi
tahun 2011 terjadi kenaikan sebesar 60.348 ton (1,84 %),
peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan luas panen yaitu
3.326 ha dan peningkatan produktivitas 1,41 ton/ha dan akibat
penggunaan benih bersertifikat baik melalui program Peningkatan
Produksi Beras Nasional (P2BN) tahun 2011 dengan kegiatan
Bantuan Langsung Benih Unggul Sekolah Lapang Pengelolaan
Tanaman Terpadu (BLBU-SLPTT) dan BLBU-Non SLPTT, Cadangan
Benih Nasional (CBN). Tetapi bila dibandingkan dengan target
untuk capaian kinerja sasaran produksi padi pada tahun 2011 baru
mencapai 93,09%.

Komoditi jagung tahun 2011 bila dibandingkan dengan tahun


2010 terjadi kenaikan sebesar 0,12 % dan mengalami peningkatan
produktivitas sebesar 1,55%.

Komoditi kedelai tahun 2011 bila dibandingkan dengan realisasi


tahun 2010 terjadi peningkatan produksi sebesar 19,70%,
peningkatan luas panen sebesar 17,43% atau 1.313 hektar, serta
terjadi peningkatan produktivitas sebesar 1,94%.

Beberapa keberhasilan dan penghargaan di tingkat nasional


yang diperoleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
Provinsi Sumatera Selatan selama tahun 2011, yaitu :

1) Penghargaan dari Presiden Republik Indonesia pada Program


Peningkatan Produksi Beras di atas 5% untuk Gubernur dan 8
Bupati/Walikota :

1. Bupati OKU Selatan (H. Muhtadin Serai)


2. Bupati OKU (Drs. H. Yulius Nawawi)
3. Bupati Empat Lawang (H.Budi Antoni Aljuri,SE. MM)
4. Walikota Lubuk Linggau (H.Riduan Effendi,SH M.Si)
5. Bupati OKU Timur (H. Herman Deru, SH)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 46
6. Walikota Pagar Alam (Drs. H. Djazuli Kuris, MM)
7. Bupati Prabumulih (Drs. Rachman Jalili, MM)
8. Bupati Banyuasin (H. Amiruddin Inoed)

2) Penghargaan Ketahanan Pangan Tingkat Nasional Tahun 2011


Petani/Kelompok Tani dan Kelompok Masyarakat Usaha
Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian (UPJA) Berprestasi
sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor
3651/Kpts/KP.450/11/2010 yaitu : UPJA "Harapan Makmur "
Desa Sumber Asri Kecamatan Buay Madang Timur Kabupaten
Ogan Komering Ulu Timur.

3) Penghargaan Ketahanan Pangan Tingkat Nasional Atas Prakarsa dan


Prestasi dalam Upaya Pengembangan Ketahanan Pangan melalui
Pengembangan Agribisnis Pangan Tahun 2011 pada tanggal 3
Desember 2010 a.n. Nawawi, Produsen/Penangkar Benih Kelompok
Tani Baru, Desa Sako Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin.

b. Urusan Peternakan

Perkembangan produksi hasil ternak pada akhir bulan Desember


2011, berupa daging mencapai 56.779 ton (76,15 % dari sasaran).
Sedangkan produksi telur mencapai 59.582 ton (141,99 % dari
sasaran).

Keberhasilan dan penghargaan di urusan peternakan yang


diperoleh Sumatera Selatan Tahun 2011, antara lain yaitu :

1. Kegiatan PENAS XII KTNA telah dilaksanakan di Tenggarong


Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur tanggal
18 s/d 23 Juni 2011, dengan pencapaian hasil yang diikuti yaitu
Kontes Sumberdaya Genetik (SDG) Plasma Nutfah Kerbau
Pampangan Predikat Juara II dan Pameran Pembangunan
Kategori Agribisnis Peternakan Predikat Juara II.
2. Melalui kegiatan Pembangunan Ternak Integrasi Sapi Sawit,
mulai tahun 2009 s/d 2011 telah disebarkan ternak Sapi
Brahman Cross dan Sapi Bali.
3. Penghargaan Sumatera Selatan ’Bebas Brucellosis selama 3 tahun
terakhir’ yang diberikan oleh Kementerian Pertanian kepada
Gubernur Sumatera Selatan pada rapat Dewan Ketahanan Pangan
di Dining Hall Wisma Atlit Jakabaring Palembang tanggal 3
Pebruari 2011.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 47
c. Urusan Perkebunan

Beberapa capaian yang berhasil diraih di urusan perkebunan


pada tahun 2011 adalah realisasi produksi sudah melebihi dari
target, terutama pada komoditi unggulan karet (109,84 %) dan
kelapa sawit (110,51%).

Pada tahun 2011 Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan


mendapat penghargaan pembangunan perkebunan terbaik se
Indonesia untuk Program Revitalisasi Perkebunan Rakyat melalui
perluasan, peremajaan dan rehabilitasi tanaman perkebunan yang
didukung kredit investasi perbankan dan subsidi bunga oleh
pemerintah dengan atau tanpa melibatkan perusahaan diUrusan
usaha perkebunan sebagai mitra pengembangan dalam
pembangunan kebun, pengolahan dan pemasaran hasil.
Penyerahan penghargaan tersebut diserahkan oleh Menteri
Pertanian (Bapak DR. Ir. Suswono, MMA) pada acara Peringatan Hari
Perkebunan ke 54 Tanggal 10 Desember 2011 di Hotel Aquarius,
Palangkaraya, Kalimantan Tengah.

Urusan Kelautan dan Perikanan

Di urusan kelautan dan perikanan, beberapa capaian yang berhasil


diraih sebagai berikut :

a. Meningkatnya produksi perikanan Sumatera Selatan dari 310.210,30


ton tahun 2010 menjadi 385.643,10 ton tahun 2011. Capaian tahun
2011 ini melebihi dari target yang ditetapkan yaitu sebesar 364.406,97
ton.
b. Meningkatnya konsumsi ikan masyarakat Sumatera Selatan dari
29,21kg/kapita/tahun tahun 2010 menjadi 30,67 kg/kapita/tahun
tahun 2011 atau 106, 83% dari target yang ditetapkan. Peningkatan
dan pencapaian konsumsi ikan masyarakat tahun 2011 didukung oleh
gencarnya pelaksanaan Kampanye Gerakan Memasyarakatkan Makan
Ikan (Gemarikan) yang dilaksanakan oleh Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Sumatera Selatan.

Prestasi yang dicapai oleh pelaku usaha kelautan dan perikanan


Sumatera Selatan di tingkat nasional pada tahun 2011 adalah sebagai
berikut :

1. Juara III Lomba Unit Pelayanan Pengembang (UPP) Perikanan Tingkat


Nasional yang diraih oleh UPP Caram Seguguk Kabupaten Ogan Ilir.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 48
Kelompok ini dinilai telah berhasil melakukan pengembangan dan kegiatan
budidaya perikanan.
2. Juara III Lomba Kelompok Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tingkat
Nasional yang diraih oleh Kelompok Jangkawan Masa Depan Kota Lubuk
Linggau. Kelompok ini dinilai telah berhasil melakukan pengembangan usaha
pengolahan dan pemasaran hasil perikanan.
3. Juara III Lomba Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) yang diraih
oleh Zwesty Apriyanti, SE dari Kabupaten Muara Enim. Beliau dinilai
telah berhasil melaksanakan pengembangan usaha perikanan dengan
memfasilitasi serta membantu kerja sama pelaku usaha perikanan
dengan lembaga keuangan dan bank.
4. Juara Harapan I Lomba Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan)
Tingkat Nasional yang diraih oleh Kelompok Mina Maju Kecamatan
Belitang Kabupaten OKU Timur. Kelompok ini dinilai telah berhasil
melaksanakan kegiatan budidaya perikanan yang produktif dan sesuai
dengan prosedur kegiatan budidaya.

Urusan Kehutanan

Beberapa capaian urusan kehutanan tahun 2011 yang dapat


disampaikan adalah sebagai berikut :

a. Produksi hasil hutan industri pada tahun 2011 dari target 5,6 juta m3,
terealisasi sebanyak 4,59 m3 atau tercapai sebesar 81,96% dari target.

b. Terselesaikannya permasalahan penggunaan kawasan hutan melalui


rekonstruksi batas kawasan hutan di 6 lokasi (dari target 4 lokasi
sasaran) yaitu di kawasan Hutan Produksi Lalan Kabupaten Musi
Banyuasin, Hutan Lindung Bukit Asam Kabupaten Muara Enim, Hutan
Lindung Bukit Garda Kabupaten OKU, Hutan Lindung Pantai Upang
Kabupaten Banyuasin, Hutan Produksi Terbatas Suban Jeriji Kota
Prabumulih, dan Hutan Produksi Talang Abab Kabupaten Muara Enim,
dengan capaian kinerja 150%.

c. Tahun 2011 terdapat peningkatan penerimaan hasil hutan dari hutan


tanaman dibandingkan tahun 2010 sebesar Rp. 30.109.665.004,00,-.
menjadi Rp. 30.843.250.559,50,-.

d. Tahun 2011 terjadi peningkatan rehabilitasi hutan dan lahan kritis


dibandingkan dari tahun 2010 seluas 249.796 Ha menjadi seluas
344.480,135 Ha. Penyelenggaraan rehabilitasi hutan dan lahan
meliputi kegiatan: Pelaksanaan One Billion Indonesian Trees (OBIT),
Pembuatan Tanaman Hutan Rakyat/Pengkayaan Hutan Rakyat

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 49
dalam rangka rehabilitasi hutan dan lahan dengan realisasi
penanaman Tahun 2011 mencapai 158.109.718 batang atau setara
dengan 316.219,43 hektar, Pengadaan Bibit Pohon Penghijauan di
Provinsi dan Penyuluh Kehutanan di 14 Kabupaten/Kota untuk
Peringatan Bulan Bakti Menanam sebanyak 14.000 batang.

Khusus terhadap upaya-upaya yang telah dilakukan Pemerintah


Provinsi Sumatera Selatan dalam menanggulangi masalah kebakaran hutan
dan lahan di seluruh wilayah Sumatera Selatan, Pemerintah pusat melalui
Menteri Kehutanan pada tahun 2011 memberikan penghargaan Gubernur
”Peduli Api” kepada Gubernur Sumatera Selatan.

Urusan Ketahanan Pangan

Produksi pangan tahun 2011 untuk padi (Angka Ramalan III) adalah
3.332.799 ton Gabah Kering Giling (GKG) atau setara 2.110.186 ton beras.
Produksi padi tahun 2011 meningkat sebesar 60.348 ton (1,81 %)
dibandingkan produksi padi tahun 2010 sebesar 3.272.451 ton GKG atau
setara 2.053.135 ton beras. Produksi komoditi pangan strategis lainnya
tahun 2011 antara lain jagung 125.796 ton, kedelai 13.962 ton, produksi
ubi kayu 184.884 ton dan produksi ubi jalar 17.976 ton. Produksi gula
pasir 225.860 ton, minyak goreng 315.423 ton, daging sapi 11.999 ton,
daging ayam 29.254 ton, telur 58.524 ton dan ikan 3.817 ton. Peningkatan
ini terkait dengan upaya peningkatan di urusan pertanian baik secara
intensifikasi maupun ekstensifikasi.

Target RPJMD Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010-2012 untuk


mewujudkan daerah surplus pangan yang berkelanjutan dan komoditas
perdagangan yang berdaya saing tinggi melalui 3 indikator yaitu :

1) Rawan Pangan dan Gizi Berkurang

Pemberdayaan Daerah Rawan Pangan dan Penanganan Daerah


Rawan Pangan di 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota yaitu, Kabupaten
Musi Banyuasin, Banyuasin, Muara Enim, Empat Lawang, Musi Rawas,
OKU Selatan, Ogan Ilir, Kabupaten Lahat OKI dan Kota Lubuk Linggau
dilaksanakan sebagai kontribusi Provinsi Sumatera Selatan dalam
mendukung komitmen nasional (Indonesia) untuk mencapai tujuan
pembangunan millenium (MDG’s) yang antara lain menanggulangi
kemiskinan dan kelaparan 1 % per tahun.

Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Selatan melalui kegiatan


Penanganan Daerah Rawan Pangan Tahun 2011 telah memberikan
bantuan Pemberdayaan Masyarakat. Bantuan tersebut diperuntukan

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 50
bagi masyarakat yang mengalami rawan pangan kronis (masyarakat
miskin), khususnya kepada balita yang Kekurangan Energi Protein
(KEP) beserta keluarganya sebanyak 900 KK di 10 (sepuluh)
Kabupaten/Kota, berupa beras sebanyak 9.000 kg, gula pasir
sebanyak 2.700 kg, minyak goreng sebanyak 1.800 kg, susu sebanyak
1.800 kotak dan biskuit sebanyak 5.400 kotak. Badan Ketahanan
Pangan Provinsi Sumatera Selatan telah memberikan kontribusi
terhadap penanganan rawan pangan dan gizi (masyarakat miskin) di
Provinsi Sumatera Selatan sebesar 1,76 % dari total penduduk miskin,
melampaui target sebesar 1% yang telah ditetapkan.

2) Pola Pangan Harapan

Skor Pola Pangan Harapan (PPH) penduduk Sumatera Selatan tahun


2010 sebesar 88,47 dan tahun 2011 sebesar 90,84 sudah melebihi target
yang telah ditetapkan sebesar 87. Hal ini berarti berbagai program yang
telah dijalankan sudah sangat efektif untuk menuju Pola Pangan
Harapan yang ideal (Skor PPH 100) yang ditargetkan akan tercapai pada
tahun 2015 mendatang.

3) Cadangan Pangan Daerah

Capaian kinerja terhadap pemenuhan cadangan pangan daerah tahun


2011 sebesar 23,11 %, melebihi target yang ditetapkan sebesar 5 %,
dimana cadangan pangan tersebut ada tambahan dari APBN sebesar
145,78 ton sedangkan dari APBD sebesar 120 ton sehingga jumlah
cadangan pangan daerah tahun 2011 sebesar 265,78 ton gabah. Hal
ini dilaksanakan dalam mencapai Standar Pelayanan Minimal Urusan
Ketahanan Pangan di Urusan ketersediaan dan cadangan pangan
khususnya pada indikator penguatan cadangan pangan yang pada
definisi operasionalnya adalah tersedianya cadangan pangan
pemerintah di tingkat Kabupaten/Kota minimal sebesar 100 ton
ekuivalen beras dan di tingkat Provinsi minimal sebesar 200 ton
ekuivalen beras.

Sebagai wujud apresiasi terhadap pembangunan ketahanan pangan


di Provinsi Sumatera Selatan maka Ketua KTNA Nasional telah memberikan
penghargaan kepada :

 H. Alex Noerdin (Gubernur Sumatera Selatan) sebagai Penerima


Penghargaan Lencana Emas Bhakti Tani Nelayan Utama yang
merupakan penghargaan tertinggi dari organisasi KTNA.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 51
 Ir. H. Syamuil Chatib, MM (Kepala Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Sumatera Selatan) sebagai Penerima Penghargaan Lencana
Emas Bhakti Tani Nelayan Madya.

Prioritas V: Pengembangan UMKM-K dan Peningkatan Investasi

Urusan Penanaman Modal

Dalam rangka memberikan kemudahan bagi iklim investasi di


Sumatera Selatan maka diselenggarakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(PTSP). Total perizinan yang diterbitkan oleh PTSP sepanjang tahun 2011
sebanyak 139 izin, termasuk 6 izin khusus khusus di Urusan Penanaman
Modal dengan jumlah investasi sebesar Rp. 349,7 miliar.

Nilai Investasi Penanaman Modal Asing (PMA) pada Tahun 2011


terealisasi sebesar 117,94% atau Rp. 5,53 triliun dari target sebesar
Rp. 4,69 triliun. Nilai Investasi PMA yang dominan melalui sektor primer
atau perusahaan yang berinvestasi di Urusan Pertanian dalam arti luas
yaitu sebesar Rp. 3,17 triliun atau 57,36%. Sedangkan Nilai Investasi
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) terealisasi sebesar 443,87% atau
Rp 11,15 triliun dari target sebesar Rp. 2,51 triliun, yang dominan
didukung oleh sektor sekunder atau perusahaan yang berinvestasi di
Urusan Industri yaitu sebesar Rp. 7,98 triliun atau 71, 57%. Peningkatan
Iklim Investasi terealisasi sebesar 23,2% atau sebesar Rp. 1,67 triliun
melampaui target yang ditetapkan yaitu 10% dari nilai investasi PMA dan
PMDN atau sebesar Rp. 7,20 triliun.

Selain program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh Badan


Promosi dan Perizinan Penanaman Modal Daerah Provinsi Sumatera
Selatan, peningkatan realisasi investasi juga disebabkan pada tahun 2011
ada dua even besar yang diselenggarakan di Provinsi Sumatera Selatan
yaitu Penyelenggaraan Jambore Nasional dan SEA Games ke XXVI.

Peningkatan PMA mengakibatkan meningkatnya penyerapan


tenaga kerja, dimana tahun 2010 sebanyak 16.975 orang meningkat
55,47% menjadi 26.391 orang di Tahun 2011, dengan jumlah perusahaan
sebanyak 53 Perusahaan di Tahun 2010 meningkat 35,85% menjadi 72
perusahaan di Tahun 2011. Sedangkan pada PMDN meningkatkan
penyerapan tenaga kerja pada Tahun 2011 sebanyak 35.237 orang, meningkat
300,33% dibandingkan dengan Tahun 2010 sebanyak 8.802 orang. Jumlah
perusahaan Tahun 2011 sebanyak 42 perusahaan meningkat 10,53%
dibandingkan dengan tahun 2010 sebanyak 38 perusahaan.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 52
Dalam rangka meningkatkan investasi di masa mendatang telah
dirintis beberapa kerjasama dengan dunia usaha antara lain telah
ditandatanganinya beberapa Memorandum of Understanding (MoU)
dengan beberapa negara, yakni sebagai berikut:

1. MoU antara Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dengan Reliance Coal


Resources Private Limited, disepakati pada tanggal 25 Januari 2011.
2. MoU antara Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dengan Supply and
Installation Omega Timing Systems And Scoreboard For Track and Field,
disepakati pada tanggal 7 Februari 2011.
3. MoU Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dengan The Asia Foundation,
disepakati pada tanggal 9 Maret 2011.
4. MoU Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dengan Hitay Investment
Holdings Concerning Technical Cooperation On Geothermal Study,
disepakati pada tanggal 5 Maret 2011.
5. MoU Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dengan Supply and Swiss
Timing LTD., disepakati pada tanggal 14 Juni 2011.

Syukur alhamdulillah kita ucapkan karena Sumatera Selatan mendapat


penghargaan Pin Emas dari Dewan Pengurus Pusat Real Estate Indonesia
(DPP REI) atas keberhasilan daerah kita mempertahankan dan meningkatkan
Sumatera Selatan sebagai daerah pelayanan yang baik dan menjadi daerah
tujuan investasi. Penghargaan ini merupakan penghargaan kita semua baik
pemerintah, masyarakat maupun komponen lainnya di Sumatera Selatan dan
ini akan menjadi motivasi bagi kita semua untuk berbuat lebih baik lagi.

Prioritas VI: Pemantapan Lumbung Energi Nasional

Urusan Energi dan Sumberdaya Mineral

Keberhasilan yang dicapai di urusan Energi dan Sumberdaya Mineral


adalah meningkatnya Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Migas untuk
Provinsi Sumatera Selatan sebesar 8,81% dibandingkan tahun 2010 yaitu
sebesar Rp.780.070.562.188,- (tujuh ratus delapan puluh milyar tujuh puluh
juta lima ratus enam puluh dua ribu seratus delapan puluh delapan rupiah)
menjadi Rp. 848.787.097.600,- (delapan ratus empat puluh delapan milyar tujuh
ratus delapan puluh delapan juta sembilan puluh tujuh ribu enam ratus rupiah)
pada tahun 2011. Meningkatnya PNBP Pertambangan Umum (Landrent dan
Royalty), sebesar 4,74% dibandingkan tahun 2010, yaitu dari
Rp.75.876.000.040,- pada tahun 2010 menjadi Rp.123.286.841.855,- pada tahun
2011. Meningkatnya penerimaan migas disebabkan terjadinya krisis politik di
kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara serta tingginya permintaan minyak

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 53
mentah, secara tidak langsung mempengaruhi harga minyak dan gas di
pasaran dunia, termasuk di Indonesia.

Pada tahun 2011, produksi batubara Sumatera Selatan meningkat


sebesar 30,64% dibandingkan tahun 2010, yaitu dari 15.324.532 ton pada
tahun 2010 menjadi 20.020.669,41 ton pada tahun 2011.

Tahun 2011, rasio elektrifikasi Sumatera Selatan mengalami


peningkatan dibanding tahun 2010 yaitu sebesar 0,71% dimana pada
tahun 2010 rasio elektrifikasi sebesar 60,02% menjadi 60,73% pada tahun
2011. Angka ini belum mencapai target yang ditetapkan yaitu sebesar
62%.

Prioritas VII: Implementasi ICT (Information and Communication


Technology)

Urusan Perhubungan

Secara umum capaian urusan Perhubungan Tahun 2011 telah sesuai


dengan target RPJMD Tahun 2008-2013. Perbandingan capaian dan
realisasi indikator kinerja di atas dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Pertumbuhan Sarana, Prasarana Perhubungan meningkat 10 %,
dikarenakan pelaksanaan Program Lalu lintas angkutan jalan
melakukan beberapa kegiatan yaitu Pembangunan Terminal
Inderalaya, Pembelian Mobil Derek, serta Pengadaan Sarana Lalu
Lintas Jalan, Pembangunan prasarana penunjang didukung dengan
Program Pengembangan Lalu Lintas Angkutan Jalan, Program
Pengembangan Angkutan Sungai dan Program Pengembangan
Angkutan Udara, Program Pengembangan Angkutan Sungai Danau
dan Penyeberangan.

2) Jumlah Produksi Angkutan Penumpang, meliputi :

a. Angkutan Udara pada tahun 2011 meningkat sebanyak 377.614


orang. Hal ini disebabkan beberapa faktor yaitu bertambahnya
jalur penerbangan ke Palembang, banyak kegiatan nasional
dilaksanakan di Palembang serta tempat pembukaan dan
penutupan SEA Games ke 26 dan dilaksanakan program
pengembangan angkutan udara yaitu sosialisasi keselamatan
transportasi.
b. Angkutan Sungai, danau dan penyeberangan naik sebanyak 72.971
orang, disebabkan banyaknya tujuan ke Bangka menggunakan feri dan

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 54
dilaksanakan Program Pengembangan Angkutan Sungai Danau dan
Penyeberangan.
c. Angkutan Laut terjadi kenaikan signifikan sebanyak 486.298
orang, bertambahnya operator kapal cepat melayani tujuan
Bangka dan Batam. Untuk pengembangan angkutan laut Dinas
Perhubungan Komunikasi dan informatika Provinsi Sumatera
Selatan merencanakan pembangunan laut di Tanjung Api Api
guna menampung kelebihan angkutan di Boombaru.
d. Angkutan Darat menurun sebanyak 6.172.506 orang, dikarenakan
kondisi jalan banyak yang rusak serta jauhnya jarak tempuh
sehingga menyebabkan terlalu lama melakukan perjalanan darat
dan menjamurnya airline tujuan Palembang.
e. Angkutan Kereta Api meningkat sebanyak 49.672 orang. Hal ini
disebabkan meningkatnya arus lalu lintas angkutan batubara,
sehingga masyarakat merasa lebih cepat dan aman sampai ke
tempat tujuan menggunakan angkutan kereta api. Dinas
Perhubungan Komunikasi dan Informatika Provinsi Sumatera
Selatan telah melaksanakan Program Peningkatan Angkutan
Kereta Api yaitu peningkatan pengelolaan terminal stasiun kereta
api UNSRI Inderalaya dan Peningkatan Pengawasan dan
pelayanan KRD/Railbus.

3) Jumlah Produksi Angkutan Barang

a. Angkutan Udara meningkat sebanyak 2.663 ton. Hal ini


disebabkan bertambahnya jumlah penerbangan tujuan
Palembang baik itu dari Jakarta, Bangka, Batam, Riau serta
kecendrungan masyarakat memilih angkutan udara untuk
pengiriman barang. Untuk program angkutan udara
dilaksanakan pengawasan dan pembinaan bandara,
pemeliharaan X Ray di ruang VIP bandara.
b. Angkutan Sungai, danau dan penyeberangan menurun
sebanyak 126.823 ton. Hal ini disebabkan tingginya ombak di
muara Sungai Musi sehingga tertunda keberangkatan kapal
feri.
c. Angkutan Laut menurun sebanyak 2.721.372 ton.
d. Angkutan Darat naik sebanyak 1.843.938 ton, dikarenakan
banyak bahan untuk pelengkap SEA Games diangkut melalui
jalur darat.
e. Angkutan Kereta Api naik sebanyak 1.560.673, dikarenakan
tambahan angkutan batubara menggunakan kereta api.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 55
Urusan Komunikasi dan Informatika

Sesuai dengan target RPJMD Tahun 2008-2013 urusan komunikasi


dan informatika yaitu terwujudnya jaringan informasi dan komunikasi yang
merata seluruh wilayah. Secara umum capaian sasaran ini belum tercapai
dengan baik, karena belum secara keseluruhan indikator kinerja sasaran
terealisasi 100 %. Adapun capaian indikator kinerja yang belum mencapai
target yaitu :

a. Indikator Penerapan ICT terhadap pelayanan Publik 41,67%, ini belum


sepenuhnya mencapai sasaran. Adapun program-program yang
dilaksanakan adalah penyebaran jaringan internet di Kabupaten/Kota,
program kerjasama informasi dan media massa, program
pengembangan pos dan telekomunikasi, dan program pengembangan
aplikasi telekomunikasi.

b. Persentase Jumlah Desa yang Dapat Dilayani Jaringan Pos,


Telekomunikasi dan Informatika 80%. Hal ini disebabkan belum
terkoneksinya jaringan IT di Kabupaten/Kota se-Sumsel. Untuk itu
dilaksanakan program kerjasama informasi dan media massa, dan
program pengembangan pos dan telekomunikasi, dilaksanakan
program pengembangan aplikasi telekomunikasi.

c. Penerapan ICT di Provinsi Sumatera Selatan belum terlaksana


dikarenakan dalam proses pengadaan barang/jasa belum
menggunakan e- Procurement.

Strategi yang ditetapkan untuk mencapai sasaran yaitu kebijakan,


program dan kegiatan sudah efektif. Hal ini dapat dilihat pada capaian
indikator sasaran rata-rata 148,33%. Capaian indikator yang mendukung
sasaran ini adalah Penerapan ICT di Provinsi Sumatera Selatan 25%.
Capaian ini telah sesuai dengan target Tahun 2011 melalui program
pengembangan aplikasi telekomunikasi.

Penerapan ICT Provinsi Sumsel melalui Dinas Perhubungan


Komunikasi dan informatika Propinsi Sumsel melaksanakan beberapa
kegiatan untuk menunjang pelayan publik 20% pertahun seperti
pembangunan jaringan IT di Kabupaten/Kota.

Perbandingan capaian dan realisasi indikator kinerja:

1. Penerapan ICT terhadap pelayanan publik naik 20% dan jumlah desa
yang dapat dilayani jaringan pos, telekomunikasi dan informatika naik
10% di karenakan sebagian telah terkoneksinya jaringan IT.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 56
2. Penerapan ICT di Provinsi Sumatera Selatan meningkat 15%,
dikarenakan program yang mendukung indikator kinerja ini baru
dilaksanakan pada tahun 2011.

Beberapa keberhasilan dan prestasi pelaksanaan pembangunan


yang dicapai dalam kurun waktu tahun 2009 hingga saat ini antara lain
adalah:

1. Pemenuhan janji politik tercepat, yakni 83 (delapan pulug tiga) hari


mewujudkan program sekolah gratis dan 89 (delapan puluh sembilan)
hari mewujudkan program berobat gratis.
2. Terpenuhinya wajib belajar 9 (sembilan) tahun secara tuntas paripurna.
3. Pertumbuhan ekonomi yang senantiasa meningkat setiap tahun secara
siginifikan, yakni 4,1% tahun 2009 menjadi 5,4% tahun 2010 dan meningkat
kembali menjadi 6,5% tahun 2011.
4. Pengurangan pengangguran menurun setiap tahun dari 7,61% tahun
2009 menjadi 6,55% tahun 2010 dan menurun lagi menjadi 6,4% tahun
2011.
5. Tingkat kemiskinan yang menurun dari 16,28% tahun 2009 menjadi
15,47% tahun 2010 dan menurun lagi menjadi 14% tahun 2011.
6. Peningkatan anggaran daerah (APBD) secara sangat siginifikan setiap
tahun dari Rp. 2,9 triliun tahun 2009 menjadi Rp. 3,4 triliun tahun 2010
dan meningkat lagi menjadi Rp. 4,1 tahun 2011 dan sebesar Rp. 5,1
triliun pada tahun 2012 saat ini.
7. Provinsi dengan komitmen terbaik dalam kepedulian pengembangan bahan olah karet
(bokar).
8. Prestasi dalam Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Tahun 2010.
9. Penghargaan atas Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah terbaik
tingkat Nasional.
10. Pembinaan PNPM terbaik Nasional.
11. Pelaksanaan Jambore Nasional Pramuka ke IX pada tahun 2011.
12. Pelaksanaan South East Asia (SEA) Games ke XXVI pada tahun 2011.
13. Anugerah Pangripta Nusantara 2011 sebagai daerah dengan
perencanaan pembangunan terbaik tingkat Nasional.
14. Penghargaan sebagai daerah yang berhasil menarik investasi (Regional
Champions).
15. Pengendalian kebakaran hutan terbaik nasional.
16. Anugerah Iptek Pranata Litbang (Prayogasala) untuk daerah dengan
litbang terbaik nasional.
17. Adiupaya Puritama untuk daerah terbaik membangun perumahan
rakyat.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 57
18. Anugerah Prabawa karena berjasa luar biasa dalam pembangunan
sektor energi dan sumber daya mineral.
19. Manggala Karya Bhakti Husada atas kontribusi dan komitmen
meningkatkan sumber daya manusia kesehatan.
20. Distinguished Leadership Sports Award atas jasa dan kegigihan
membangun sarana olahraga bertaraf internasional di atas rawa-rawa
dalam waktu singkat.
21. Wana Lestari atas keberhasilan menjaga konservasi hutan.
22. Transmigration Award sebagai prestasi dalam pembangunan
ketransmigrasian.
23. Penghargaan di bidang pertanian sebagari daerah yang bebas
penyakit Brucellosis.
24. Penghargaan BNPB Award atas komitmen daerah yang tinggi dalam
penanggulangan bencana.

2.3. Permasalahan Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera Selatan

Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh Provinsi Sumatera


Selatan dan menjadi tantangan dalam mewujudkan Visi Pembangunan
Sumatera Selatan 2008-2013 dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Dalam Konteks Ketahanan Pangan, pembangunan di Provinsi


Sumatera Selatan dihadapkan pada permasalahan mengenai dampak
perubahan iklim yang menyebabkan adanya ketidakpastian serta
mengganggu musim tanam dan produksi maupun produktivitas
pertanian. Selain itu, adanya kompetisi antara sumber energi dan
sumber pangan sehingga mengganggu ketersediaan pangan.
2. Dalam Konteks Sosial dan Ekonomi, dengan laju pertumbuhan
ekonomi Provinsi Sumatera Selatan rata-rata 6,43 persen pada tahun
2007-2010 masih belum menyelesaikan permasalahan utama dalam
pembangunan yaitu permasalahan kemiskinan dan pengangguran.
Angka tingkat kemiskinan hingga tahun 2010 masih sebesar 15,47
persen dan angka tingkat pengangguran terbuka sebesar 6,65 persen.
Dengan kondisi tersebut, kebijkan pembangunan yang bersifat
mendukung perluasan lapangan kerja dan pengurangan kemiskinan
harus mendapatkan perhatian yang lebih besar. Hal lain yang menjadi
masalah adalah terbatasnya akses masyarakat miskin terhadap
pelayanan dasar pendidikan dan kesehatan yang merupakan isu utama
yang harus segera diatasi dengan pemerataan pembangunan

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 58
infrastruktur pendidikan dan kesehatan di seluruh wilayah Provinsi
sumatera Selatan.
3. Dalam Konteks Pembangunan Lingkungan Hidup, pembangunan di
Provinsi Sumatera Selatan dihadapkan dengan terjadinya perubahan
tata guna lahan yang berpengaruh terhadap kerusakan lingkungan.
Permasalahan lingkungan hidup terjadi karena adanya faktor manusia
dan aktivitasnya, jumlah penduduk yang tinggi mengakibatkan
meningkatnya kebutuhan akan lahan sedangkan lahan yang tersedia
sangat terbatas. Dengan adanya kebutuhan akan lahan tersebut
memicu terjadinya alih fungsi lahan yang mengakibatkan semakin
luasnya lahan kritis. Selain itu kerusakan lingkungan ini juga berpotensi
mendatangkan bencana alam.
4. Dalam Konteks Pembangunan Prasarana Wilayah, pembangunan di
Provinsi Sumatera Selatan masih diperlukan peningkatan pelayanan
jaringan transportasi antar dan intra wilayah yang masih terbatas yang
dapat diatasi dengan dukungan pembangunan infrastruktur
transportasi (jalur kereta api, jalan dan jembatan) secara merata di
seluruh wilayah. Potensi Sumber Daya Alam Sumatera Selatan yang
tinggi akan dapat dimanfaatkan secara optimal serta dapat
dioptimalkan dalam mendukung pengembangan koridor Sumatera
apabila didukung dengan pembangunan infrastruktur utama
transportasi wilayah yang baik di Sumatera Selatan. Selain
permasalahan transportasi, terbatasnya jaringan irigasi kapasitas dan
ketersediaan sumberdaya energi (listrik dan gas) juga menjadi
permasalahan yang harus segera diatasi oleh Provinsi Sumatera
Selatan.
5. Dalam Konteks Permasalahan Khusus, pola persebaran investasi untuk
PMA dan PMDN Sumatera Selatan belum merata dan menunjukkan
ketimpangan yang cukup tinggi antarwilayah Kabupaten/Kota. Selain
itu adanya disparitas pembangunan wilayah di Sumatera Selatan harus
segera diatasi sehingga tidak ada lagi wilayah Kabupaten/Kota di
Provinsi Sumatera Selatan yang masuk dalam kategori daerah
tertinggal.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 II - 59

Anda mungkin juga menyukai