GAMBARAN UMUM
Wilayah Aceh terletak di ujung utara Pulau Sumatera dan sekaligus merupakan wilayah
paling barat di Indonesia. Selaras dengan penetapan dalam UU No. 26 Tahun 2007 dan
PP No.26 Tahun 2008, bahwa ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut,
ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat
manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan
hidupnya; maka ruang wilayah Aceh dalam konteks RTRWA (Rencana Tata Ruang
Wilayah Aceh) meliputi: wilayah daratan, wilayah laut, wilayah udara, dan dalam bumi.
Wilayah daratan Aceh secara geografis terletak pada 020 00 00 060 00 00 LU dan
950 00 00 980 30 00 BT. Dengan batas-batas wilayah adalah:
Luas wilayah daratan Aceh adalah 56.770,81 Km2 atau 5.677.081,03 Ha, yang meliputi
daratan utama di Pulau Sumatera, pulau-pulau besar dan pulau-pulau kecil.
Berdasarkan penetapan UU 32/2004 Pasal 18 ayat (4), maka selain wilayah daratan
yang akan menjadi lingkup wilayah perencanaan RTRW Aceh juga tercakup wilayah laut
kewenangan pengelolaan (WLK) Provinsi Aceh sejauh 12 (dua belas) mil-laut dari garis
pangkal ke arah laut lepas. Wilayah laut kewenangan tersebut terdapat atau terletak di
Samudera Hindia, Laut Andaman, dan Selatan Malaka, dengan luas Berdasarkan PP no
37 tahun 2008 yang merupakan revisi PP no 38 tahun 2002 tentang titik-titik garis
pangkal kepulauan Indonesia luas laut kewenangan Aceh Adalah 74.788,02 km2 atau
7.478.801,59 Ha bila ditambah dengan kawasan gugusan karang melati seluas
14.249,86 km2 atau 1.424.986,18 Ha, luas laut kewenangan Aceh menjadi 89.047,88
km2 atau 8.904.787,77 Ha.
Bab III - 1
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
Wilayah dalam bumi Aceh adalah ruang dalam bumi yang terletak di bawah wilayah darat
dan wilayah laut tersebut, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Gambar 3.1.1
Peta Wilayah Aceh dan Pembagian Administrasi Pemerintahan
Wilayah Aceh sebagai provinsi secara administrasi pemerintahan terbagi atas 23 (dua
puluh tiga) wilayah kabupaten/kota, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.1.1. Sesuai
dengan penetapan dalam UU No.11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh,
pembagian administrasi pemerintahan kabupaten/kota terdiri berturut-turut atas:
kecamatan, mukim, dan gampong.
Bab III - 2
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
Tabel 3.1.1
TABEL I.2.1
Pembagian Administrasi Pemerintahan
PEMBAGIAN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DI Wilayah Aceh
DI WILAYAH ACEH
Luas Jumlah
KABUPATEN/KOTA IBUKOTA
(Ha) Kec. Mukim Gampong
Jumlah penduduk Aceh pada akhir 2008 adalah 4.293.915 jiwa, dengan total jumlah
kepala keluarga atau rumah tangga adalah 1.073.481 kepala keluarga/rumah tangga.
Perkembangan jumlah penduduk beserta sebarannya menurut masing-masing
kabupaten/kota ditunjukkan pada Tabel 3.1.2.
Bab III - 3
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
Tabel 3.1.2
TABEL I.2.2
Perkembangan Jumlah Penduduk Aceh, 1980 - 2008
PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK ACEH, 1980 - 2008
Jumlah Penduduk Jlh KK/RT
KABUPATEN/KOTA
1980 1990 2000 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2008
1. BANDA ACEH 72.090 184.699 216.121 223.829 239.146 177.881 199.241 219.659 217.918 54.480
2. SABANG 23.521 24.416 23.654 24.498 28.692 28.597 29.098 29.144 29.221 7.305
3. ACEH BESAR 236.374 240.219 285.750 295.957 301.757 296.541 304.303 307.362 310.107 77.527
4. PIDIE 343.558 420.107 499.796 517.697 469.888 474.359 365.813 373.234 380.382 95.096
5. PIDIE JAYA 1) 125.892 128.446 130.906 32.727
6. BIREUEN 349.085 361.528 348.057 351.835 354.027 355.989 357.564 89.391
7. ACEH UTARA 625.296 846.435 667.243 523.717 487.526 493.670 506.002 510.494 517.741 129.435
8. LHOKSEUMAWE 167.362 138.663 154.634 157.635 158.169 158.760 39.690
9. ACEH TIMUR 423.418 585.971 656.086 331.636 312.014 304.643 311.413 313.333 332.915 83.229
10. LANGSA 122.865 135.167 137.586 139.893 140.005 140.267 35.067
11. ACEH TAMIANG 225.011 229.520 235.314 239.260 239.451 239.899 59.975
12. ACEH JAYA 98.796 79.155 60.660 65.996 70.673 75.597 18.899
13. ACEH BARAT 288.422 385.700 422.690 195.000 160.545 150.450 151.552 152.557 153.398 38.350
14. NAGAN RAYA 143.985 110.486 123.743 123.984 124.141 124.340 31.085
15. ACEH BARAT DAYA 115.358 111.100 115.676 119.397 121.302 123.101 30.775
16. ACEH SELATAN 275.260 342.901 302.273 197.719 185.704 191.539 202.080 209.853 210.111 52.528
17. ACEH SINGKIL 120.459 124.758 144.684 148.277 92.605 94.961 100.265 25.066
18. SUBULUSSALAM 2) 61.870 63.444 64.256 16.064
18. ACEH TENGGARA 159.248 185.768 207.721 150.776 168.229 169.053 173.056 174.371 175.501 43.875
20. GAYO LUES 66.448 68.312 72.045 73.752 74.312 74.794 18.699
21. ACEH TENGAH 163.341 199.659 263.070 272.453 285.619 160.549 166.895 170.766 182.533 45.633
22. BENER MERIAH 106.148 109.429 111.040 112.549 28.137
23. SIMEULUE 57.058 59.093 71.517 78.389 80.380 81.127 81.790 20.448
ACEH 2.610.528 3.415.875 4.071.006 4.218.486 4.075.781 4.031.589 4.153.573 4.223.833 4.293.915 1.073.481
Sumber: ACEH DALAM ANGKA 2005, 2006, 2007, 2008, dan 2009.
Catatan:
1) Kabupaten Pidie Jaya pemekaran Kabupaten Pidie, jumlah penduduk sebelum 2006 masih tergabung dengan Kabupaten Pidie.
2) Kota Subulussalam pemekaran Kabupaten Aceh Singkil, jumlah penduduk sebelum 2006 masih tergabung dengan Kabupaten Aceh Singkil.
Kabupaten/kota pada tahun 2008 dengan jumlah penduduk terbesar adalah Kabupaten
Aceh Utara (517.741 jiwa) dan jumlah penduduk terkecil adalah Kota Sabang (29.221
jiwa). Bila sebaran penduduk dilihat menurut masing-masing bagian wilayah Aceh, dapat
ditunjukkan sebagai berikut:
- di pesisir timur, mulai dari Pidie sampai Aceh Tamiang, jumlah penduduk adalah
2.258.434 jiwa atau 52,60% dari penduduk Aceh;
- di sekitar Banda Aceh, yang meliputi Banda Aceh, Aceh Besar, dan Sabang,
jumlah penduduk adalah 557.246 jiwa atau 12,98% dari penduduk Aceh;
- di pesisir barat, mulai dari Aceh Jaya sampai Subulussalam/Aceh Singkil dan
Simeulue, jumlah penduduk adalah 932.858 jiwa atau 21,73% dari jumlah
penduduk Aceh;
- di bagian tengah (pegunungan/dataran tinggi), yang meliputi Aceh Tengah, Bener
Meriah, Gayo Lues, dan Aceh Tenggara, jumlah penduduk adalah 545.377 jiwa
atau 12,70% dari penduduk Aceh.
Bab III - 4
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
Selain itu sebagai gambaran lebih mendalam tentang sebaran penduduk tersebut, dapat
digambarkan kepadatan penduduk berdasarkan permukiman, seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 3.1.2.
Gambar 3.1.2
Gambar 1.2.2Peta
Peta Kepadatan
Kepadatan Penduduk
Penduduk DI Provinsi di Provinsi Aceh
Aceh
Penduduk yang bermukim di Banda Aceh dan sekitarnya dan di pesisir timur memang
mempunyai kecenderungan kepadatan permukiman yang lebih tinggi daripada bagian
wilayah lainnya di Aceh.
Bab III - 5
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
Potensi rawan bencana alam termasuk bencana alam geologi di wilayah Aceh mencakup
bentuk atau jenis bencana dan lokasi/indikasi lokasinya dalam wilayah diuraikan sebagai
berikut ini. Sebagai pendukung untuk menjelaskan sebaran lokasi rawan bencana
tersebut, pada Gambar 3.1.3. untuk lokasi rawan banjir, tanah longsor, erosi, kekeringan,
dan gempa bumi, dan pada Gambar 3.1.4 untuk lokasi gunung berapi di Aceh yang
terkait dengan potensi rawan letusan gunung berapi, dan rawan bahaya gas beracun.
Potensi rawan tanah longsor adalah pada bagian tengah wilayah Aceh atau
pegunungan dan perbukitan, terutama yang dilalui sesar/patahan aktif. Bencana
tanah longsor yang berdampak pada masyarakat secara langsung adalah pada jalur
jalan lintas tengah, yaitu yang terdapat di Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten
Gayo Lues, sekitar Takengon di Kabupaten Aceh Tengah, dan di sekitar Tangse
Geumpang Kabupaten Pidie.
Potensi rawan gelombang pasang ini berkaitan dengan adanya gelombang dengan
ketinggian di atas normal, seperti yang dewasa ini banyak terjadi di perairan sebelah
barat Pulau Sumatera sejak dari Aceh sampai Lampung. Potensi rawan gelombang
pasang di wilayah Aceh adalah di sepanjang pesisir pantai wilayah Aceh baik di
daratan utama Pulau Sumatera maupun di pulau-pulau lainnya di wilayah Aceh.
Pesisir pantai tersebut berhadapan dengan perairan laut yang potensial mengalami
gelombang yang tinggi. Pesisir pantai yang potensial rawan bencana gelombang
pasang tersebut masing-masing berhadapan dengan perairan Samudera Hindia di
sebelah barat (Aceh Jaya, Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, Aceh
Selatan, Aceh Singkil, dan Simeulue), perairan Laut Andaman di sebelah utara
(Banda Aceh, Aceh Besar, dan Sabang), dan perairan Selat Malaka di sebelah utara
dan timur (Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Utara, Lhokseumawe, Aceh Timur,
Langsa, dan Aceh Tamiang).
Kawasan rawan banjir yang peluangnya tinggi dengan hamparan yang relatif luas
terdapat di pesisir timur dan utara yang dilalui sungai-sungai yang relatif besar, yaitu
di Aceh Besar, Banda Aceh, Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Utara, Lhokseumawe,
Aceh Timur, Langsa, dan Aceh Tamiang. Selain itu kawasan rawan banjir yang
peluangnya tinggi adalah pada hamparan yang merupakan flood plain atau limpasan
Bab III - 6
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
banjir sungai-sungai di pesisir barat, yang terletak di Aceh Jaya, Aceh Barat, Nagan
Raya, Aceh Barat Daya, Subulussalam, Aceh Singkil, dan juga di tepi Lawe Alas di
Aceh Tenggara.
Kawasan rawan banjir dengan peluang rendah dan sedang baik di pesisir barat,
pesisir timur dan utara, maupun di dataran tinggi/pegunungan, terdapat di Aceh
Selatan dan Aceh Singkil (Rawa Singkil/Trumon), Aceh Besar, Aceh Utara, Bireuen,
Aceh Timur, Gayo Lues, dan Aceh Tenggara.
Gambar 3.1.3
Peta Sebaran Lokasi Rawan Banjir dan Bencana di Aceh
Pada musim kemarau terdapat lokasi atau kawasan yang rawan kekeringan, yang
terkait juga dengan menurunnya debit sungai yang mengalir di lokasi/kawasan
tersebut, yaitu di pesisir timur dan pesisir barat. Potensi rawan kekeringan di pesisir
timur terdapat di Pidie dan Pidie Jaya. Sementara potensi rawan kekeringan di
pesisir barat terdapat di Aceh Selatan dan Nagan Raya.
Bab III - 7
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
Gambar 3.1.4
Peta Gunung Berapi di Aceh
Potensi rawan angin badai terutama terjadi di pesisir yang berhadapan dengan
perairan laut yang mengalami angin badai. Berdasarkan kejadian yang pernah terjadi
sebelumnya adalah di Aceh Timur, Aceh Utara di pesisir timur, dan di Aceh Barat di
pesisir barat. Bila dihubungkan dengan kenyataan bahwa biasanya angin badai ini
berbarengan dengan naiknya gelombang laut, maka potensi rawan angin badai
tersebut terdapat di semua kabupaten/kota yang berhadapan dengan perairan laut,
seperti dijelaskan pada potensi rawan bencana gelombang pasang di depan.
Potensi rawan erosi terdapat di pesisir barat, yaitu pada bentuk pantai yang agak
curam tanpa berpasir, yaitu di Aceh Barat (di sekitar Meulaboh) dan di Aceh Selatan
(di sekitar Tapaktuan).
Potensi rawan kebakaran hutan adalah pada hutan-hutan yang dilalui jaringan jalan
utama sebagai akibat perilaku manusia, pada kawasan hutan pinus dan lahan
Bab III - 8
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
gambut yang memang potensial mengalami kebakaran pada musim kemarau atau
kekeringan. Indikasi potensi rawan kebakaran hutan tersebut adalah di Aceh Besar,
Pidie, Aceh Jaya, Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan,
Subulussalam, Aceh Singkil, dan Aceh Tengah.
Potensi rawan letusan gunung berapi adalah pada kawasan di sekitar gunung berapi
yang masih aktif dewasa ini dan berhampiran dengan permukiman dan kegiatan
penduduk. Gunung berapi dimaksud adalah: G.Geureudong/Bur Ni Telong di Bener
Meriah, G.Peut Sagoe di Pidie dan Pidie Jaya, G.Seulawah Agam di Aceh Besar,
dan Cot. Simeuregun Jaboi di Sabang. Dengan demikian kawasan potensi rawan
letusan gunung berapi adalah yang terletak di kaki gunung berapi tersebut, yaitu:
Bener Meriah (G.Geureudong/Bur Ni Telong), Pidie Jaya dan Pidie (G.Peut Sagoe),
Aceh Besar (G.Seulawah Agam), dan Sabang (Cot. Simeuregun Jaboi).
Potensi rawan gempa bumi relatif pada seluruh wilayah Aceh, penyebab gempa
bumi di wilayah Aceh disebabkan oleh gempa bumi vulkanik terjadi akibat aktivitas
magma, yang biasanya terjadi sebelum gunung api meletus dan gempa tektonik
disebabkan oleh aktivitas tektonik yaitu pergeseran lempeng-lempeng tektonik
secara mendadak menimbulkan kerusakan. Namun demikian lokasi atau kawasan
gempa tektonik yang akan mengalami dampak yang penting adalah pada lokasi atau
kawasan yang dilalui oleh sesar/patahan aktif, seperti yang dijelaskan pada potensi
rawan zona patahan aktif. Potensi rawan gempa bumi vulkanik akan mengalami
dampak penting adalah pada lokasi sekitar gunung berapi.
Potensi rawan gerakan tanah berupa longsor dan amblas adalah pada lokasi atau
kawasan yang merupakan zona sesar/patahan aktif, seperti yang dijelaskan pada
potensi rawan zona patahan aktif.
Potensi rawan bencana pada zona patahan aktif tersebut memang terkait dengan
beberapa bentuk rawan bencana seperti dikemukakan di depan. Seperti
dikemukakan pada peta hidrogeologi untuk wilayah Aceh, zona patahan aktif
diindikasikan dengan adanya garis sesar atau fault arah barat laut tenggara, yang
merupakan bagian dari Patahan Sumatera atau Patahan Semangko yang membujur
di bagian tengah Pulau Sumatera sejak dari Aceh sampai Lampung. Zona patahan
Bab III - 9
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
aktif yang terdapat di wilayah Aceh adalah di wilayah bagian tengah, yaitu di
Kabupaten Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Aceh Tengah, Gayo Lues, Aceh
Tenggara, Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, dan Aceh Selatan.
Kawasan dengan potensi rawan tsunami selaras dengan kawasan dengan potensi
rawan gelombang pasang di wilayah Aceh, yaitu di sepanjang pesisir pantai wilayah
Aceh baik di daratan utama Pulau Sumatera maupun di pulau-pulau lainnya di
wilayah Aceh. Pesisir pantai tersebut berhadapan dengan perairan laut yang
potensial mengalami tsunami. Pesisir pantai yang potensial rawan tsunami tersebut
masing-masing berhadapan dengan perairan Samudera Hindia di sebelah barat
(Aceh Jaya, Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Aceh Singkil,
dan Simeulue), perairan Laut Andaman di sebelah utara (Banda Aceh, Aceh Besar,
dan Sabang), dan perairan Selat Malaka di sebelah utara dan timur (Pidie, Pidie
Jaya, Bireuen, Aceh Utara, Lhokseumawe, Aceh Timur, Langsa, dan Aceh Tamiang).
Gas beracun diindikasikan pada kawasan yang berdekatan dengan gunung berapi
aktif. Dengan demikian kawasan dengan potensi rawan bahaya gas beracun adalah
relatif sama dengan kawasan rawan letusan gunung berapi. Kawasan potensi rawan
bahatya gas beracun tersebut adalah di Bener Meriah (G.Geureudong dan Bur Ni
Telong), Pidie dan Pidie Jaya (G.Peut Sagoe), Aceh Besar (G.Seulawah Agam), dan
Sabang (Cot. Simeuregun Jaboi).
Bab III - 10
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
Gambar 3.2.1
Peta Administratif Kabupaten Aceh Utara
Luas wilayah administratif kabupaten Aceh Utara sebesar 3.296,86 Km2 dengan batas-
batas sebagai berikut :
a) Air Bersih
Di Kabupaten Aceh Utara sendiri telah lama berdiri Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Tirta Mon Pase yang melayani kebutuhan air bagi 2 (dua) wilayah
pemerintahan, yaitu Kabupaten Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe.
Hingga saat ini PDAM Tita Mon Pase telah mempunyai 1 WTP yang terletak di
Lhoksukon dan beberapa SWTP pembantu yang melayani ke kecamatan-kecamatan
dalam wilayah Kabupaten Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe. Namun kebutuhan
akan air bersih hingga saat ini belum mencakup seluruh kecamatan-kecamatan di
Kabupaten Aceh Utara. Banyak kecamatan-kecamatan yang belum terlayani akan
Bab III - 11
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
kebutuhan air bersih tersebut. Selain belum adanya jaringan-jaringan pipa air yang
memadai, hal ini juga disebabkan kurangnya sumber air yang digunakan oleh PDAM
Tirta Mon Pase serta masih minimnya fasilitas-fasilitas yang dimiliki, sehingga tingkat
kebutuhan yang semakin meningkat tidak diimbangi dengan peningkatan sarana dan
prasarana yang memadai.
b) Persampahan
Kota-kota kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Utara umumnya sudah menjadi
kota-kota yang tidak memiliki daya tarik lingkungan. Hal ini dikarenakan oleh
banyaknya sampah-sampah yang bertebaran yang salah satunya diakibatkan oleh
kurangnya kesadaran masyarakat dan kurangnya daya tampung tempat
pembuangan sementara dan akhir yang dimiliki. Beberapa inisiatif telah dilakukan
oleh sektor pemerintah dan swasta, akan tetapi hasilnya masih belum maksimal.
Sampah berserakan di mana-mana, sepanjang jalan, saluranl, sungai dan pantai
yang menyebabkan terkontaminasinya air dan perairan. Pemeliharaan selokan dan
saluran drainase menurunkan kapasitas drainase dan menyebabkan genangan dan
banjir di tempat-tempat yang rendah. Karena tidak terdapat Instalasi Pengolahan Air
Limbah Domestik, maka kontaminasi akan semakin buruk jika tidak segera diambil
tindakan yang tepat, baik oleh pemerintah maupun oleh penduduk setempat.
d) Drainase
Pada umumnya sistim drainase Kabupaten Aceh Utara berawal dari saluran-saluran
drainase kwarter di perumahan yang mengalir ke saluran tersier drainase jalan, lalu
mengalir ke sungai-sungai tersebut diatas, baik secara langsung, ataupun melalui
Bab III - 12
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
Struktur Kelembagaan di Kabupaten Aceh Utara adalah: Cipta Karya merupakan Dinas
Cipta Karya, sedangkan Air Minum, Kabupaten Aceh Utara memiliki BUMD yang
bernama PDAM Tirta Monpase.
Dokumen Perencanaan Bidang Cipta Karya yang dimiliki oleh Kabupaten Aceh Utara
adalah: (1) RTRW masih dalam proses qanun; (2) RPJP ada sampai tahun 2025; (3)
RPJM ada sampai tahun 2017; (4) RPIJM ada sampai tahun 2019; (5) BK/SSK dan
MPSS ada/selesai tahun 2012 dan 2013.
Indeks Kapasitas Fiskal Kabupaten Aceh Utara sebesar 0,2440 dengan kategori Rendah
(Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan NOMOR 226/PMK.07/2012).
Bab III - 13
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
c. Sektor Persampahan
Reduksi Sampah TPST Pengelolaan Sampah
Kondisi Tahun 2012 Kondisi Tahun 2012
(%) (%)
Volume Timbulan Volume Sampah Kapasitas TPA
Jenis TPA Volume Sampah Volume Sampah
Sampah Direduksi TPST (m3/hari)
Diolah TPA Tertangani TPA
710 80 Open dumping 10.000 80 100
d. Sektor Drainase
Sistem Jaringan Drainase Skala Kawasan Dan Skala Kota
Target 2014
Kondisi
(Rencana Induk Sistem Kondisi Tahun 2012 Kondisi Tahun 2012
2014
Drainase)
Luas Luas Pengurang
Panjang Jumlah Jumlah Panjang Jumlah Jumlah Pengurangan
Daerah Daerah an
Saluran Pompa Polder Saluran Pompa Polder Genangan
Genangan Genangan Genangan
(m) (unit) (unit) (m) (unit) (unit) (%)
2010 (ha) 2012 (ha) (%)
485.700 70 - 453.000 56 - 50 2.675 3.180 15,88
Bab III - 14
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
Gambar 3.3.1
Peta Administratif Kabupaten Bireuen
a) Air Bersih
Dalam hal air bersih, sarana yang digunakan oleh warga Kabupaten Bireuen masih
bervariasi. Ada warga yang telah menggunakan air bersih dari sumber PDAM,
Bab III - 15
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
namun masih ada juga yang memanfaatkan sumur. Bahkan, masih cukup banyak
pula yang menggunakan sumber-sumber lainnya seperti perigi/sungai sebagai
sumber air bersih untuk kebutuhan mereka.
Hingga akhir tahun 2006, penduduk yang menggunakan sumber lainnya untuk
kebutuhan air bersih mencapai 130.709 jiwa (63,64 persen dari jumlah keseluruhan
penduduk). Sementara yang telah menggunakan PDAM sebanyak 45.456 jiwa
(22,13 persen), dan sumur sebanyak 26.697 jiwa (13,00 persen).
b) Persampahan
Sistem pembuangan air limbah di kabupaten Bireuen untuk sementara dikelola oleh
Kantor Kebersihan, Pertamanan dan Ketertiban.
Buangan limbah yang menjadi Pertimbangan utama adalah tinja manusia (Human
waste), terutama pada daerah kecamatan/pemukiman padat penduduk. Penanganan
sistem pembuangan air limbah pada daerah tersebut masih sederhana, yaitu
dilakukan dengan sistem on site sanitation atau pembuangan langsung di dalam
Bab III - 16
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
d) Drainase
Besar intensitas curah hujan ditentukan berdasarkan curah hujan rata-rata di daerah
yang bersangkutan, sehingga di dapat besarnya curah hujan rencana pada periode
ulang tertentu. Perhitungan curah hujan rencana dilakukan curah yang representatif
dengan kawasan perencanaan. sedangkan curah hujan jangka pendek yang dalam
intensitas per jam disebut Intensitas Curah Hujan, di mana besarnya intensitas
curah hujan tersebut berbeda-beda yang disebabkan oleh lamanya curah hujan.
Struktur Kelembagaan di Kabupaten Bireuen adalah: Cipta Karya merupakan unit bidang
di bawah Dinas Pekerjaan Umum, sedangkan Air Minum, Kabupaten Bireuen memiliki
BUMD yang bernama PDAM Tirta Krueng Peusangan.
Dokumen Perencanaan Bidang Cipta Karya yang dimiliki oleh Kabupaten Bireuen
adalah: (1) RTRW ada/selesai tahun 2013; (2) RPJP ada sampai tahun 2025; (3) RPJM
ada sampai tahun 2017; (4) RPIJM ada sampai tahun 2019; (5) Master Plan Minapolitan
ada/selesai tahun 2012; (6) RTBL ada/selesai tahun 2008; (7) RISPK ada/selesai tahun
2011; (8) BK/SSK dan MPSS ada/selesai tahun 2011 dan 2012.
Indeks Kapasitas Fiskal Kabupaten Bireuen sebesar 0,0606 dengan kategori Rendah
(Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan NOMOR 226/PMK.07/2012).
Bab III - 17
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
b) Sektor Persampahan
Gambar 3.4.1
Peta Administratif Kabupaten Aceh Barat Daya
a. Air Bersih
Kebutuhan air bersih Kabupaten Aceh Barat Daya sebagian besar dipenuhi oleh air
sumur dan sebagian memanfaatkan air permukaan seperti air sungai, kolam/rawa,
Bab III - 18
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
dan air tanah. Sumber air baku untuk air bersih sebenarnya melimpah, tetapi belum
dioptimalkan pemanfaatannya. Pada tahun 2012 kapasitas produksi air minum dari
13 sumber Intake, 11 sumber Intake yang masih beroperasi dan 2 sumber Intake
yang tidak beroperasi lagi karena debit air nya sudah berkurang, jumlah kapasitas
produksi air minum di Kabupaten Aceh Barat Daya sebesar 50 liter/detik pada
musim hujan dan 29 liter/detik pada musim kemarau, dengan jumlah total pemakai
air sebanyak 2.167 sambungan rumah, sedangkan kapasitas produksi air minum
ideal untuk tahun 2012 sebesar 135 liter/detik.
b. Persampahan
d. Drainase
Bab III - 19
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
Struktur Kelembagaan di Kabupaten Aceh Barat Daya adalah: Cipta Karya merupakan
unit bidang di bawah Dinas Pekerjaan Umum, sedangkan Air Minum Kabupaten Aceh
Barat Daya merupakan UPTD SPAM di bawah Didas PU dan Persampahan memiliki
Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Aceh Barat Daya.
Dokumen Perencanaan Bidang Cipta Karya yang dimiliki oleh Kabupaten Aceh Barat
Daya adalah: (1) RTRW masih dalam proses qanun; (2) RPJM ada sampai tahun 2017;
(3) RPIJM ada sampai tahun 2019; (4) BK/SSK dan MPSS ada/selesai tahun 2013 dan
2014; (5) RISPAM ada selesai tahun 2013.
Indeks Kapasitas Fiskal Kabupaten Aceh Barat Daya sebesar 0,3636 dengan kategori
Rendah (Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan NOMOR 226/PMK.07/2012).
50 3.631 2.178 27
c) Sektor Persampahan
Reduksi Sampah TPST Pengelolaan Sampah
Kondisi Tahun 2012 Kondisi Tahun 2012
(%) (%)
Volume Timbulan Volume Sampah Kapasitas TPA
Jenis TPA Volume Sampah Volume Sampah
Sampah Direduksi TPST (m3/hari)
Diolah TPA Tertangani TPA
30.000 8.000 Sanitasi Landfill 1.500 28.548 2.928
Bab III - 20
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
Gambar 3.5.1
Peta Administratif Kabupaten Aceh Selatan
a. Air Bersih
Air bersih merupakan sumber kehidupan dan kebersihan untuk berbagai kehidupan
manusia dan makhluk hidup lainnya. Pelayanan air bersih untuk Kabupaten Aceh
Selatan sampai saat ini masih rendah dan baru sebagian kecil yang terlayani.
Penyediaan dan pengelolaan air bersih di Kabupaten Aceh Selatan pada saat ini
terbagi ke dalam 2 (dua) sistem, yaitu sistem jaringan perpipaan yang dikelola oleh
PDAM dan sistem non perpipaan yang dikelola secara mandiri oleh penduduk. Untuk
pelayanan dengan sistem perpipaan meliputi hampir seluruh kecamatan di
Bab III - 21
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
b. Persampahan
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga). Dimana masyarakat bermukim, disanalah
berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan
ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water). Beberapa
faktor yang memengaruhi kualitas limbah adalah volume limbah, kandungan bahan
pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah. Untuk mengatasi limbah ini
diperlukan pengolahan dan penanganan limbah.
d. Drainase
Struktur Kelembagaan di Kabupaten Aceh Selatan adalah: Cipta Karya merupakan unit
bidang di bawah Dinas Pekerjaan Umum, sedangkan Air Minum Kabupaten Aceh
Bab III - 22
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
Selatan merupakan BUMD dengan nama PDAM Tirta Naga, serta Persampahan
merupakan Dinas di bawah Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan Kab.
Aceh Selatan.
Dokumen Perencanaan Bidang Cipta Karya yang dimiliki oleh Kabupaten Aceh Selatan
adalah: (1) RTRW masih dalam proses qanun; (2) RPJM ada sampai tahun 2028; (3)
RPJM ada sampai tahun 2018; (4) RPIJM ada sampai tahun 2019; (5) BK/SSK dan
MPSS ada/selesai tahun 2012 dan 2013; serta (6) RISPAM ada/selesai tahun 2014.
Indeks Kapasitas Fiskal Kabupaten Aceh Selatan sebesar 0,1620 dengan kategori
Rendah (Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan NOMOR 226/PMK.07/2012).
b) Sektor Persampahan
Reduksi Sampah TPST Pengelolaan Sampah
Kondisi Tahun 2012 Kondisi Tahun 2013
(%) (%)
Volume Timbulan Volume Sampah Kapasitas TPA
Jenis TPA Volume Sampah Volume Sampah
Sampah Direduksi TPST (m3/hari)
Diolah TPA Tertangani TPA
- - Sanitar Landfill 60 32 48,35
Bab III - 23
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
Gambar 3.6.1
Peta Administratif Kabupaten Aceh Singkil
a) Air Bersih
Sistem Penyediaan Air Bersih di Kabupaten Aceh Singkil dikelola oleh PDAM Tirta
Singkil, terdiri dari Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) IKK Singkil dan IKK
Simpang Kanan. SPAM IKK Singkil mempunyai 2 (dua) Instalasi Pengolahan Air
(IPA) yaitu IPA Sukamakmur dan IPA Pea Bumbung, pada saat ini IPA Pea
Bumbung yang masih beroperasi melayani pelanggan.
Sumber air baku untuk Instalasi Pengolahan Air (IPA) Pea Bumbung berasal dari
Sungai Singkil yang merupakan sungai terpanjang di Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam (NAD). Hulu sungai tersebut berada di Kab. Aceh Tenggara dan
bermuara di Kab. Aceh Singkil dengan total panjang 754,3km dan mempunyai luas
Daerah Aliran Sungai (DPS) sebesar 14.753,8 Km2 dengan debit pada kondisi
minimum diperkirakan > 1.000 m3/dt dengan lebar bentang sungai + 100 m.
b) Persampahan
Pengelolaan sampah di Kabupaten Aceh Singkil masih belum optimal karena masih
menggunakan system open dumping sehingga bisa menimbulkan persoalan
Bab III - 24
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
Persoalan limbah rumah tangga di Kabupaten Aceh Singkil masih menjadi persoalan
yang sangat besar karena masih banyak masyarakat yang tidak memiliki tempat
pembuangan limbah rumah tangga yang memenuhi persyaratan kesehatan.
Sebagian masyarakat masih menggunakan jamban terbuka di alam sehingga
menimbulkan berbagai penyakit. Ada tujuh kecamatan yang masih menggunakan
jamban terbuka ini yaitu di Kecamatan Singkil, Singkil Utara, Suro, Simpang Kanan,
Kuala Baru, Kuta Baru dan Danau Paris. Persentase masyarakat yang masih
menggunakan jamban terbuka sekitar 50 persen dari jumlah penduduk.
Struktur Kelembagaan di Kabupaten Aceh Singkil adalah: Cipta Karya merupakan unit
bidang di bawah Dinas Pekerjaan Umum, sedangkan Air Minum Kabupaten Aceh Singkil
merupakan BUMD dengan nama PDAM Tirta Singkil.
Dokumen Perencanaan Bidang Cipta Karya yang dimiliki oleh Kabupaten Aceh Singkil
adalah: (1) RTRW masih dalam proses qanun; (2) RPJM ada sampai tahun 2017; (3)
RPIJM ada sampai tahun 2017; (4) BK/SSK dan MPSS ada/selesai tahun 2013 dan
2014.
Indeks Kapasitas Fiskal Kabupaten Aceh Singkil sebesar 0,4202 dengan kategori
Rendah (Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan NOMOR 226/PMK.07/2012).
Bab III - 25
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
b) Sektor Persampahan
Reduksi Sampah TPST Pengelolaan Sampah
Kondisi Tahun 2012 Kondisi Tahun 2013
(%) (%)
Volume Timbulan Volume Sampah Kapasitas TPA
Jenis TPA Volume Sampah Volume Sampah
Sampah Direduksi TPST (m3/hari)
Diolah TPA Tertangani TPA
- - Sanitar Landfill 8 8 30
No. ....................... - - -
Gambar 3.7.1
Peta Administratif Kabupaten Simeulue
Kabupaten Simeulue merupakan gugus kepulauan yang terdiri dari 41 pulau besar dan
kecil. Pulau yang terbesar adalah Pulau Simeulue yang panjangnya + 100,2 km dan
lebarnya 8 28 km. Pulau Simeulue memiliki luas 199.502 Ha atau + 94 % dari 212.512
Ha luas keseluruhan Kabupaten Simeulue. Sedangkan luas sisanya, yakni 14.491 Ha,
merupakan luas pulau-pulau lainnya yaitu P. Siumat, P. Panjang, P. Batu Berlayar, P.
Teupah, P. Mincau, P. Simeulue Cut, P. Pinang, P. Dara, P. Langgeni, P. Linggam, P.
Lekon, P. Selaut Besar, P. Selaut Kecil, P. Tepi, P. Ina, P. Alafulu, P. Penyu, P. Tinggi, P.
Bab III - 26
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
Kecil, P. Khala-khala, P. Asu, P. Babi, P. Lasia dan pulau-pulau kecil lainnya. Kepulauan
ini dikelilingi oleh Samudera Indonesia dan berbatasan langsung dengan peraiaran
internasional.
a) Air Bersih
PDAM Tirta Fulawan adalah perusahaan daerah Kabupaten Simeulue yang bertugas
melayani masyarakat Simeulue dalam pemenuhan kebutuhan air minum. Hingga
saat in kabupaten Simeulue batu memiliki 2 unit instalasi pengolahan air minum yaitu
WTP Sefoyan dan WTP Labuah yang beroperasi secara konitniu dengan jam operasi
yang tergantung dari pasokan aliran listrik PLN dan karena ada kerusakan
komponen pada WTP labuah yang beroperasi kurang optimal. Sumber air baku WTP
Sefoyan berasal dari air permukaan yang dibendung dan dibantu dengan pasokan
dari air terjun Putri Dewi untuk menambah tekanan secara gravitasi ke instalasi
pengolahan. Untuk sistem Labuah menggunakan sumber dari amta air Labuah. Debit
air sungai Kuala Makmur cukup besar, sehingga masih berpotensi bila dijadikan
sumber air baku untuk pengembangan selanjutnya.
Unit sistem lainnya yang berada di wilayah kecamatan Simeulue Timur masih belum
memiliki instalasi pengolahan antara lain: IKK Busung,Kahad, Kota Batu, Lugu dan
Suak Buluh.
b) Persampahan
Terdapat dua sistem pengolahan air limbah di Kabupaten Simeulue yaitu pengolahan
secara individual di masing-masing rumah (on-site system) dan secara kolektif atau
komunal (off-site system).
d) Drainase
Secara umum sistem jaringan drainase yang ada di Kabupaten Simeulue terbagi dua
yaitu : Sistem drainase makro dan sistem drainase mikro. Drainase makro berada
pada kawasan kota Sinabang sebagai ibu kota kabupaten. Sedangkan untuk
drainase mikro berada tersebar di seluruh kawasan permukiman termasuk pada
wilayah kota-kota kecamatan dan kawasan pedesaan.
Bab III - 27
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
Untuk jaringan drainase makro yang ada di kota Sinabang direncanakan pada
lintasan bawah tanah mengikuti jaringan jalur sirkulasi atau pergerakan (jalan dan
pedestrian). Konsep jaringan drainase direncanakan mempunyai hierarki tertentu
dan melayani blok-blok permukiman. Jaringan Utilitas Sinabang direncanakan
melingkupi suatu blok permukiman. Setiap blok permukiman pada batas blok
direncanakan akan dikelilingi oleh jaringan drainase sekunder. Sebuah ruas jaringan
drainase sekunder dapat digunakan oleh beberapa sistem jaringan tersier.
Sistem jaringan drainase direncanakan menjadi tiga jenis. Jenis pertama ialah
drainase Primer yang secara spatial memanjang sejajar pantai dan di dekat kaki
perbukitan di bagian Barat Sinabang. Kedua ialah Jaringan drainase Sekunder yang
tegak lurus Jaringan Drainase Primer ke arah pantai. Ketiga ialah jaringan Drainase
Tersier yang menjamin agar sistem jaringan drainase mengelilingi blok-blok
permukiman. memperlihatkan peta Rencana jaringan drainase kota Sinabang.
Ketiga jenis tipe jaringan direncanakan secara perlahan meresap ke daratan dan
berakhir di laut.
Dokumen Perencanaan Bidang Cipta Karya yang dimiliki oleh Kabupaten Simeulue
adalah: (1) RTRW ada/selesai tahun 2014; (2) RPJP ada sampai tahun 2027; (3) RPJM
ada sampai tahun 2017; (4) RPIJM ada sampai tahun 2019; (5) Perda BG ada/selesai
tahun 2008; (6) BK/SSK dan MPSS ada/selesai tahun 2013 dan 2014.
Indeks Kapasitas Fiskal Kabupaten Simeulue sebesar 0,4610 dengan kategori Rendah
(Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan NOMOR 226/PMK.07/2012).
Bab III - 28
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
Gambar 3.8.1
Peta Administratif Kota Lhokseumawe
a) Air Bersih
Sistem penyediaan air bersih di Kota Lhokseumawe dan Kabupaten Aceh Utara
dikelola oleh operator yang sama yaitu PDAM Tirta Mon Pase dengan sistem IPA
lengkap. Pada sistem IPA lengkap terdapat sumber air baku, sistem transmisi,
pengolahan lengkap, dan distribusi yang sebagian besar sudah dibuat dengan
system zona pada pelayanannya. Sumber air baku yang digunakan berasal dari air
permukaan yaitu sungai Krueng Pase dengan kapasitas debit 100 lt/detik, Kreung
Bab III - 29
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
Mane kapasitas debit 200-300 lt/detik, dan Krueng Keureutau kapasitas debit 100-
300 lt/detik. Total produksi air bersih yang dikelola PDAM Tirta Mon Pase pada saat
ini adalah sebesar 305 lt/detik yang berasal dari 8 IPA dan 1 sumur bor yang masih
beroperasi.
IPA Krueng Pase dengan konstruksi beton yang dibangun tahun 2003 memiliki
kapasitas terpasang 100 lt/detik dan total produksi 95 lt/detik yang beroperasi selama
18 jam sehari. Pendistribusian dari IPA Krueng Pase melayani kota Lhokseumawe.
Jumlah penduduk Kota Lhokseumawe tahun 2010 sekitar 171.163 jiwa, sedangkan
jumlah pelanggan PDAM Tirta Mon Pase untuk tahun 2010 sejumlah 6.746
pelanggan. Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk di Kota Lhokseumawe dan
jumlah penduduk yang mengakses air bersih pada PDAM, maka dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa air bersih yang didistribusikan ke Kota Lhokseumawe
sangat kecil, belum lagi tingginya angka kebocoran air seluruhnya diperkirakan
mencapai 45 %. Selain IPA Krueng Pase, PDAM Tirta Mon Pase juga menyediakan
air bersih di Kota Lhokseumawe dengan sumur bor di Simpang Keramat dengan
kapasitas terpasang 65 lt/detik dan total produksi 30 lt/detik yang beroperasi selama
22 jam sehari.
b) Persampahan
Sampah yang dihasilkan di Kota Lhokseumawe terdiri dari sampah yang berasal dari
domestik dan non domestik. Sampah yang berasal dari domestik ditampung
ditempat penampungan sementara yang berupa bak-bak sampah yang selanjutunya
diangkut oleh truk sampah (dump truck) menuju ke tempat pembuangan akhir yang
berada di Alue Lim dengan sistem open dumping. Saat ini sarana persampahan
yang terdapat di Kota Lhokseumawe masih jauh dari cukup untuk melayani produksi
sampah Kota Lhokseumawe. Kondisi pelayanan sarana persampahan yang ada
hampir sepenuhnya digunakan untuk melayani produksi sampah di kawasan pusat
kota saja.
Penanganan masalah sanitasi dan air limbah di kota Lhokseumawe masih terbatas
pada tahap konsep penanganan dan belum diwujudkan ke dalam pembangunan
fisik. Selain itu, pengelolaan limbah manusia secara sistematik belum dilakukan.
Penanganan limbah pada tingkat rumah tangga dilayani melalui jamban dengan
tangki septik, sedangkan masyarakat yang tidak memiliki jamban menggunakan
tempat pembuangan limbah tradisional seperti sungai, saluran drainase kota, dan
lain-lain.
Bab III - 30
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
d) Drainase
Pembangunan rencana sistem drainase saat ini antara lain belum memadainya
jaringan drainase baik dalam jumlah maupun kapasitas. Sistem drainase eksisting
baru mencakup sebagian kecil dari daerah pelayanan dan sebagian besar berada di
daerah pusat-pusat kegiatan saja. Perencanaan sistem drainase di Kota
Lhokseumawe meliputi pembuatan sistem saluran primer, sekunder, dan tersier
(kawasan permukiman), rehabilitasi saluran yang kondisinya buruk, pemasangan
pompa dan pemasangan pintu-pintu air. Saluran drainase primer mengikuti jalan
utama (arteri primer, arteri sekunder dan kolektor primer), sedangkan saluran
drainase sekunder mengikuti jalan kolektor sekunder dan jalan lokal, sementara
saluran drainase tersier mengikuti jalan lingkungan permukiman penduduk.
Struktur Kelembagaan di Kota Lhokseumawe adalah: Cipta Karya merupakan unit bidang
di bawah Dinas Pekerjaan Umum, sedangkan Air Minum Kota Lhokseumawe merupakan
BUMD dengan nama PDAM Tirta Ie Beusare Beurata dan Drainase merupakan UPTD
(Unit Pelaksana Teknis Drainase & Servoir) Dinas PU Kota Lhokseumawe.
Dokumen Perencanaan Bidang Cipta Karya yang dimiliki oleh Kota Lhokseumawe
adalah: (1) RTRW sedang dalam proses qanun; (2) RPJP ada sampai tahun 2025; (3)
RPJM ada sampai tahun 2017; (4) RPIJM ada sampai tahun 2019; (5) SPPIP ada/selesai
tahun 2011; (6) RKPP ada/selesai tahun 2011; (7) RTBL ada/selesai tahun 2011; (8)
BK/SSK dan MPSS ada/selesai tahun 2010 dan 2011; serta (9) RISPAM ada/selesai
tahun 2013.
Bab III - 31
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
Indeks Kapasitas Fiskal Kota Lhokseumawe sebesar 0,7601 dengan kategori Sedang
(Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan NOMOR 226/PMK.07/2012).
c) Sektor Persampahan
Reduksi Sampah TPST Pengelolaan Sampah
Kondisi Tahun 2012 Kondisi Tahun 2012
(%) (%)
Volume Timbulan Volume Sampah Kapasitas TPA
Jenis TPA Volume Sampah Volume Sampah
Sampah Direduksi TPST (m3/hari)
Diolah TPA Tertangani TPA
11.860 8.030 Sanitar Landfill 500 16,5 67,70
d) Sektor Drainase
Sistem Jaringan Drainase Skala Kawasan Dan Skala Kota
Target 2014
Kondisi
(Rencana Induk Sistem Kondisi Tahun 2012 Kondisi Tahun 2012
2014
Drainase)
Luas Luas Pengurang
Panjang Jumlah Jumlah Panjang Jumlah Jumlah Pengurangan
Daerah Daerah an
Saluran Pompa Polder Saluran Pompa Polder Genangan
Genangan Genangan Genangan
(m) (unit) (unit) (m) (unit) (unit) (%)
2010 (ha) 2012 (ha) (%)
106.000 3 1 93.000 - - 85 3.764 900 76
Bab III - 32
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
Gambar 3.9.1
Peta Administratif Kota Subulussalam
a) Air Bersih
Bab III - 33
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
b) Persampahan
d) Drainase
Kota Subulussalam dialiri oleh beberapa buah krueng (sungai) Lae Kombih, Lae
Soraya, Lae Mate, Lae Sirep rep. Adapun beberapa sungai besar yang melintasi
Kota Subulussalam adalah Sungai Lae Kombih dan sungai Lae Soraya. Keberadaan
sungai-sungai besar ini sangat berpengaruh dan berdampak terhadap drainase yang
ada di kota-kota di Kota Subulussalam. Pada umumnya sistim drainase Kota
Subulussalam berawal dari saluran-saluran drainase kwarter di perumahan yang
mengalir ke saluran tersier drainase jalan, lalu mengalir ke sungai-sungai tersebut
diatas, baik secara langsung, ataupun melalui saluran irigasi yang kemudian menjadi
saluran pembuang persawahan terlebih dahulu.
Bab III - 34
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
Struktur Kelembagaan di Kota Subulussalam adalah: Cipta Karya merupakan unit bidang
di bawah Dinas Pekerjaan Umum, sedangkan Air Minum Kota Subulussalam merupakan
UPTD SPAM di bawah Didas PU dan Persampahan memiliki Badan Lingkungan Hidup,
Kebersihan dan Pertamanan Kota Subulussalam.
Dokumen Perencanaan Bidang Cipta Karya yang dimiliki oleh Kota Subulussalam
adalah: (1) RTRW sedang dalam proses qanun; (2) RPJP ada sampai tahun 2027; (3)
RPJM ada sampai tahun 2017; (4) RPIJM ada sampai tahun 2019; (5) SPPIP ada/selesai
tahun 2010; (6) RKPP ada/selesai tahun 2011; (7) RTBL ada/selesai tahun 2011; (8)
BK/SSK dan MPSS ada/selesai tahun 2013 dan 2014.
Indeks Kapasitas Fiskal Kota Subulussalam sebesar 0,5087 dengan kategori Sedang
(Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan NOMOR 226/PMK.07/2012).
b) Sektor Persampahan
Reduksi Sampah TPST Pengelolaan Sampah
Kondisi Tahun 2012 Kondisi Tahun 2014
(%) (%)
Volume Timbulan Volume Sampah Kapasitas TPA
Jenis TPA Volume Sampah Volume Sampah
Sampah Direduksi TPST (m3/hari)
Diolah TPA Tertangani TPA
11.860 8.030 Sanitar Landfill 14 22 32
Bab III - 35
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
Gambar 3.10.1
Peta Administratif Kabupaten Aceh Barat
Secara administratif kabupaten ini berbatasan Sebelah Utara dengan Kabupaten Aceh
Jaya dan Kabupaten Pidie; Sebelah Selatan dengan Samudra Indonesia dan Kabupaten
Nagan Raya; Sebelah Barat dengan Samudera Indonesia; dan Sebelah Timur dengan
Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Nagan Raya.
a. Air Bersih
Sumber air bersih bagi penduduk Kabupaten Aceh Barat terdiri atas air bersih dengan
sistem perpipaan dan dikelola oleh PDAM Tirta Meulaboh. Sementara sumber air bersih
non perpipaan adalah dengan memanfaatkan air sumur (air tanah), sungai dan air hujan.
Selain itu, terkait dengan potensi air baku dan rencana pengembangan sangat potensial
untuk dikembangkan karena sumber daya air yg cukup besar yang terdapat diwilayah
Kabupaten Aceh Barat seperti Krueng Woyla dan Krueng Meureubo yang memiliki
kapasitas cukup besar >250 L/detik.
b. Persampahan
Bab III - 36
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
Pengelolaan air limbah rumah tangga yang berasal dari kakus (black water) penduduk
Kabupaten Aceh Barat sebelum maupun sesudah tsunami sebagian besar adalah
dengan menggunakan pengolahan setempat (Onsite), yaitu berupa tangki septic dan
system peresapan di halaman rumahnya. Sedangkan untuk air limbah yang berasal dari
mandi, cuci dan dapur (grey water), umumnya dibuang langsung kesaluran drainase
yang ada di depan rumah. Namun sebagian masyarakat juga masih melakukan
pembuangan air limbah langsung ke badan air seperti sungai dan pantai, terutama bagi
masyarakat yang berada di sekitar kawasan tersebut.
d. Drainase
Dengan karakter topografi wilayah dan pola aliran sungai, ada permasalahan dalam
drainase wilayah ini, berupa adanya banjir periodik pada musim penghujan. Banjir
periodik tersebut terjadi sebagai limpasan/luapan air sungai, terutama yang perbedaan
tinggi dengan muara (permukaan laut) tidak terlalu besar, seperti pada sungai-sungai
dibagian tengah dan timur.
Struktur Kelembagaan di Kabupaten Aceh Barat adalah: Cipta Karya merupakan unit
bidang di bawah Dinas Cipta Karya dan Pengairan, sedangkan Air Minum Kabupaten
Aceh Barat merupakan BUMD dengan nama PDAM Tirta Meulaboh dan Persampahan
memiliki Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Aceh Barat.
Dokumen Perencanaan Bidang Cipta Karya yang dimiliki oleh Kabupaten Aceh Barat
adalah: (1) RTRW sudah selesai tahun 2013; (2) RPJP ada sampai tahun 2025; (3)
RPJM ada sampai tahun 2017; (4) RPIJM ada sampai tahun 2017; (5) SPPIP ada/selesai
tahun 2010; (6) RKPP ada/selesai tahun 2012; (7) RTBL ada/selesai tahun 2014; (8)
BK/SSK dan MPSS ada/selesai tahun 2011 dan 2012.
Bab III - 37
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
Indeks Kapasitas Fiskal Kabupaten Aceh Barat sebesar 0,1773 dengan kategori
Rendah (Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan NOMOR 226/PMK.07/2012).
b) Sektor Persampahan
Reduksi Sampah TPST Pengelolaan Sampah
Kondisi Tahun 2012 Kondisi Tahun 2014
(%) (%)
Volume Timbulan Volume Sampah Kapasitas TPA
Jenis TPA Volume Sampah Volume Sampah
Sampah Direduksi TPST (m3/hari)
Diolah TPA Tertangani TPA
- - Open Dumping 1.500 28 29
No.. 5 - 5
Bab III - 38
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
Gambar 3.11.1
Peta Administratif Kabupaten Aceh Besar
Pelayanan air bersih di Kabupaten Aceh Besar di kelola oleh PDAM Tirta Mountala sebagai
Badan Usaha Milik Daerah. Sebagai upaya revitalisasi PDAM Tirta Montala, sampai tahun
2011, ada penyertaan modal pemerintah dalam bentuk investasi peningkatan infrastruktur air
bersih yang mencapai Rp. 12.883.558.330,00, yang asetnya belum ditetapkan statusnya.
Cakupan Pelayanan Air Minum pelayanan penyediaan air bersih bagi masyarakat kabupaten
Aceh Besar adalah sebesar 37,30%.
b. Persampahan
Kondisi topografi Aceh Besar yang relatif bergunung dan berbukit serta sebagian datar,
memberikan kendala dalam penyaluran air limbah karena kemampuan penyaluran air limbah
Bab III - 39
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
hanya dapat dalam jarak pendek, sehingga alternatif pengelolaan air limbah yang digunakan
adalah on site system. Sistem pengelolaan air limbah terpusat (off site system) adalah
sistem penanganan air limbah domestik melalui jaringan pengumpul yang diteruskan ke
Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL). Namun sebagian masyarakat juga masih
melakukan pembuangan air limbah langsung ke badan air seperti sungai dan pantai,
terutama bagi masyarakat yang berada di sekitar kawasan tersebut. Kemudian, untuk
mengatasi limbah perkotaan non domestic, Pemerintah Aceh Besar masih memanfaatkan
sebuah Instalasi pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang berlokasi di Gampong Jawa dan
dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Keindahan (DKK) Kabupaten Aceh Besar. IPLT ini
berfungsi untuk mengatasi limbah perkotaan non domestik, skala perkotaan
d. Drainase
Dokumen Perencanaan Bidang Cipta Karya yang dimiliki oleh Kabupaten Aceh Besar
adalah: (1) RTRW sudah selesai tahun 2013; (2) RPJP ada sampai tahun 2028; (3)
RPJM ada sampai tahun 2017; (4) RPIJM ada sampai tahun 2017; (5) SPPIP belum ada
2010; (6) RKPP belum ada; (7) RTBL belum ada; (8) BK/SSK dan MPSS ada/selesai
tahun 2011 dan 2011.
Bab III - 40
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
b) Sektor Persampahan
Reduksi Sampah TPST Pengelolaan Sampah
Kondisi Tahun 2012 Kondisi Tahun 2014
(%) (%)
Volume Timbulan Volume Sampah Kapasitas TPA
Jenis TPA Volume Sampah Volume Sampah
Sampah Direduksi TPST (m3/hari)
Diolah TPA Tertangani TPA
- - Open Dumping 36 26 32
No.. - - -
Bab III - 41
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
dengan Samudera Indonesia dan Kabupaten Aceh Barat, sebelah Barat berbatasan
dengan Samudera Indonesia dan Kabupaten Aceh Besar dan sebelah Timur berbatasan
dengan Kabupaten Pidie dan Kabupaten Aceh Barat. Kabupaten Aceh Jaya terdiri 9
kecamatan, 22 kemukiman dan 173 desa.
Guna memenuhi kebutuhan dasar rakyat berupa air minum, Kabupaten Aceh Jaya
memiliki sebuah perusahaan air minum yang masih berstatus BLUD SPAM Tirta Mon
Mata yang masih di subsidi oleh pemerintah. Jumlah Pemakaian air minum di tahun 2011
sebanyak 117.074 m3 yang disalurkan pada 2.045 pelanggan rumah tangga.
b. Persampahan
Sumber sampah yang terbesar di Kabupaten Aceh Jaya adalah yang berasal dari
kawasan pemukiman dan industri. Salah satu upaya yang dilakukan adalah
mengembangkan dan mensosialisasikan proses produksi minim limbah. Selain itu,
meningkatkan aktivitas daur ulang sampah dan mendorong kawasan-kawasan industri
dan perumahan untuk secara mandiri membangun dan mengelola instalasi pengolahan
limbah. Kabupaten Aceh Jaya mempunyai 2 buah TPA, yaitu TPA Calang yang
merupakan TPA eksisting dan TPA Jaya.
Kabupaten Aceh Jaya memiliki Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) dan Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk mengelola sebagian limbah domestiknya. Namun
tingkat pelayanan IPLT dan IPAL masih terbatas, belum mampu melayani kebutuhan
pengelolaan urusan penataan ruang.
d. Drainase
Sistem jaringan drainase di Kabupaten Aceh Jaya dibagi menjadi 2 (dua), yaitu sistem
drainase makro atau drainase alam, yaitu sungai yang berfungsi sebagai badan air
penerima dan sistem drainase mikro meliputi saluran primer, sekunder, dan tersier
dengan total panjang saluran sekitar 564.508 m. Sistem drainase makro Kabupaten Aceh
Jaya meliputi 2 (dua) buah sungai yaitu : Sungai krueng Teunom dan saluran
pembuangan banjir di dalam Kota Calang.
Bab III - 42
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
Kabupaten Aceh Jaya merupakan BLUD SPAM Tirta Mon Mata dan Persampahan
memiliki Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Aceh Jaya.
Dokumen Perencanaan Bidang Cipta Karya yang dimiliki oleh Kabupaten Aceh Jaya
adalah: (1) RTRW sedang dalam proses qanun; (2) RPJP sedang dalam prose; (3) RPJM
sedang dalam prose; (4) RPIJM ada sampai tahun 2017; (5) SPPIP belum ada; (6) RKPP
belum ada; (7) RTBL belum ada; (8) BK/SSK dan MPSS ada/selesai tahun 2013 dan
2014.
b) Sektor Persampahan
Reduksi Sampah TPST Pengelolaan Sampah
Kondisi Tahun 2012 Kondisi Tahun 2014
(%) (%)
Volume Timbulan Volume Sampah Kapasitas TPA
Jenis TPA Volume Sampah Volume Sampah
Sampah Direduksi TPST (m3/hari)
Diolah TPA Tertangani TPA
- - Open Dumping - - -
No.. 0 - 0
Bab III - 43
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
Gambar 3.13.1
Peta Administratif Kabupaten Nagan Raya
Di Kabupaten Nagan Raya belum mempunyai perusahaan daerah air minum (PDAM),
tetapi masih berupa Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang berada ditiga lokasi yaitu IKK
Simpang Peut, IKK Jeuram dan IKK Alue Bilie dengan kapasitas masing-masing sebesar
15 ltr/det, dan 10 lit/det yang melayani kebutuhan air bagi 3 (tiga) wilayah pemerintahan,
yaitu kecamatan Seunagan, Kuala dan Darul Makmur. Instlalasi Pengolahan Air (IPA)
Simpang Peut masih dapat melayani masyarakat disebagian kecamatan Kuala dan
sekitarnya, tetapi untuk semua biaya operasional masih ditanggung oleh APBK.
b. Persampahan
Bab III - 44
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
Pembuangan air limbah baik yang bersumber dari kegiatan domestik (rumah tangga)
maupun industri tersebut langsung ke badan air sehingga dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan apabila kualitas air limbah tidak memenuhi baku mutu limbah,
pada daerah-daerah perdesaan dan perkotaan masih ada terlihat letak septic tank,
cubluk (balong), dan pembuangan sampah berdekatan dengan sumber air tanah. Untuk
itu, pengolahan air limbah harus dilakukan dengan cermat, dimulai dari perencanaan
yang teliti, pelaksanaan pembangunan fasilitas instalasi pengolahan air limbah (IPAL)
atau unit pengolahan limbah (UPL) yang benar, serta pengoperasian yang cermat.
d. Drainase
Kabupaten Nagan Raya dialiri oleh dua buah krueng (sungai) dengan pola aliran kurang
lebih dari barat daya ke timur laut, dengan hulu utama di daerah Kecamatan Beutong dan
Darul Makmur. Beberapa wilayah kecamatan di Kabupaten Nagan Raya seperti di
Kecamatan Seunagan Timur, Seunagan, Suka Makmue, Kuala Pesisir dan Tripa Makmur
yang dilalui oleh pesisir sangat rentan terhadap banjir genangan dan erosi daratan oleh
sungai.
Dokumen Perencanaan Bidang Cipta Karya yang dimiliki oleh Kabupaten Nagan Raya
adalah: (1) RTRW sedang dalam proses qanun; (2) RPJP ada sampai tahun 2025; (3)
RPJM ada sampai tahun 2017; (4) RPIJM ada sampai tahun 2017; (5) SPPIP belum ada;
(6) RKPP belum ada; (7) RTBL ada/selesai tahun 2011; (8) BK/SSK dan MPSS
ada/selesai tahun 2013 dan 2014.
Bab III - 45
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
b) Sektor Persampahan
Reduksi Sampah TPST Pengelolaan Sampah
Kondisi Tahun 2012 Kondisi Tahun 2014
(%) (%)
Volume Timbulan Volume Sampah Kapasitas TPA
Jenis TPA Volume Sampah Volume Sampah
Sampah Direduksi TPST (m3/hari)
Diolah TPA Tertangani TPA
- - Open Dumping 50 18 18
No.. - - -
Gambar 3.14.1
Peta Administratif Kabupaten Pidie
Bab III - 46
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
Kabupaten Bireuen dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Besar.
Kabupaten Pidie terdiri 23 kecamatan, 128 kemukiman dan 731 desa.
Berdasarkan data yang diperoleh dari PDAM Tirta Mon Krueng Baro Kabupaten Pidie
Tahun 2011, dari 23 kecamatan yang ada baru 9 kecamatan yang telahterjangkau oleh
PDAM Mon Krueng Baro Kabupaten Pidie. Pemenuhan kebutuhan air bersih di
Kabupaten Pidie didukung oleh 7 WTP yang ada yang berlokasi di Garot, Jabal ghafur,
Mutiar, Muara tiga, Mutiara (IKK), Batee dan Glumpang tiga. Meningkatnya jumlah
penduduk akan berimplikasi terhadap tingginya peningkatan kebutuhan air bersih,
sehingga perlu dilakukan pemeliharaan dan penambahan kapasitas produksi air bersih
(pembangunan intake baru).
b. Persampahan
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah yang ada untuk melayani Kabupaten Pidie
berada di Desa cot Padang Nila, Padang Tiji. TPA ini saat ini digunakan untuk melayani
kota sigli dan sekitarnya dan kawasan semi kota yaitu Beurunuen, Kuta baro serta
Indrajaya. Dengan adanya peningkatan jumlah timbunan sampah maka perlu adanya
perencanaan untuk membangun TPA baru. TPA yang melayani Kota Sigli yaitu TPA di
Cot Padang Lila.
d. Drainase
Secara umum kondisi drainase di Kabupaten Aceh Pidie terutama pada saluran drainase
tertutup, sebagian besar kondisi bangunannya banyak mengalami penurunan kualitas
seperti terjadinya penyumbatan. Selain berfungsi sebagai penyalur air hujan, saluran
drainase di beberapa kawasan permukiman di Kota Sigli juga berfungsi sebagai penyalur
air bekas mandi, mencuci dan masak. Air limbah tersebut disalurkan langsung ke
saluran-saluran drainase di tepi jalan yang umumnya terbuka. Permasalahan yang sering
dijumpai akibat kondisi sistem seperti ini adalah di musim kemarau terjadi aliran yang
lambat dengan kedalaman air di saluran yang kecil sekali, sehingga akan timbul
endapan-endapan dan memberi kesempatan berkembangbiaknya faktor penyakit seperti
nyamuk, lalat dan insekta lainnya. Berdasarkan pengamatan di lapangan, diketahui
Bab III - 47
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
bahwa sistem drainase di Kota Sigli belum terencana dengan baik dan masih mengikuti
pola alamiah, sebagian lagi sistem drainase jalan.
Dokumen Perencanaan Bidang Cipta Karya yang dimiliki oleh Kabupaten Pidie adalah:
(1) RTRW sedang dalam proses qanun; (2) RPJP ada sampai tahun 2026; (3) RPJM ada
sampai tahun 2017; (4) RPIJM ada sampai tahun 2017; (5) SPPIP belum ada; (6) RKPP
belum ada; (7) RTBL belum ada; (8) BK/SSK dan MPSS ada/selesai tahun 2011 dan
2012.
b. Sektor Persampahan
Reduksi Sampah TPST Pengelolaan Sampah
Kondisi Tahun 2012 Kondisi Tahun 2014
(%) (%)
Volume Timbulan Volume Sampah Kapasitas TPA
Jenis TPA Volume Sampah Volume Sampah
Sampah Direduksi TPST (m3/hari)
Diolah TPA Tertangani TPA
11.860 8.030 Open Dumping 14 22 32
Bab III - 48
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
Gambar 3.15.1
Peta Administratif Kabupaten Pidie Jaya
Pelayanan PDAM Tirta Krueng Meureudu di Kabupaten Pidie Jaya terdapat di beberapa
tempat, yaitu di Meureudu, Panteraja, Ulim, serta PDAM Pidie. Penyediaan air bersih
untuk wilayah Kabupaten Pidie Jaya dapat memanfaatkan aliran sungai yang tersebar di
seluruh wilayah perencanaan. Aliran sungai yang dapat dimanfaatakan sebagai air baku
diantaranya Krueng Meuredu dengan debit air dapat melayani air bersih untuk
Kecamatan Meuredu dan sekitarnya termasuk Kecamatan Meurah Dua, Kecamatan
Bab III - 49
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
b. Persampahan
Distribusi sampah di Kabupaten Pidie Jaya pada saat ini masih dikelola sendiri oleh
masing-masing warga dengan cara dibakar maupun ditimbun. Jumlah tempat
penampungan sampah akhir tahun 2008 telah direncanakan 3 lokasi. Sampai saat ini
lokasi yang digunakan berada di Desa Cot Langien Kecamatan Bandar Baru. Selain itu,
untuk mendukung pelayanan penanganan sampah dibantu oleh tempat penampungan
sampah sementara di beberapa lokasi yang dianggap strategis, seperti jalan Iskandar
Meureudu, di beberapa persimpangan seperti Trienggadeng, Ulim, dan pasar-pasar yang
ada. Hanya saja tidak dapat dipungkiri masih banyak warga yang membuang sampah di
sungai atau bawah jembatan seperti jembatan Trienggadeng.
d. Drainase
Dalam pelaksanaan pembangunan sistem drainase wilayah, pada prinsipnya harus ada
efisiensi, sehingga sistem drainase yang dikembangkan adalah sistem kombinasi antara
jaringan drainase tertutup serta jaringan drainase terbuka, yaitu :
Bab III - 50
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
Dokumen Perencanaan Bidang Cipta Karya yang dimiliki oleh Kabupaten Pidie Jaya
adalah: (1) RTRW ada/selesai tahun 2014; (2) RPJP dalam proses; (3) RPJM dalam
proses; (4) RPIJM ada sampai tahun 2017; (5) SPPIP belum ada; (6) RKPP belum ada;
(7) RTBL belum ada; (8) BK/SSK dan MPSS ada/selesai tahun 2012 dan 2013. (9)
RISPAM ada/selesai tahun 2013.
b. Sektor Persampahan
Reduksi Sampah TPST Pengelolaan Sampah
Kondisi Tahun 2012 Kondisi Tahun 2014
(%) (%)
Volume Timbulan Volume Sampah Kapasitas TPA
Jenis TPA Volume Sampah Volume Sampah
Sampah Direduksi TPST (m3/hari)
Diolah TPA Tertangani TPA
11.860 8.030 Sanitar Landfill 14 22 32
Bab III - 51
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
Gambar 3.16.1
Peta Administratif Kota Banda Aceh
Kebutuhan air bersih akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk. Tingginya mobilitas penduduk dengan beragam aktivitasnya juga turut
mempengaruhi kebutuhan akan air bersih. Sebagian wilayah Kota Banda Aceh adalah
bekas rawa, sehingga kualitas air sumur sangat buruk (payau). Untuk memenuhi
kebutuhan air baku, Kota Banda Aceh mempunyai potensi sumber air yang dapat
Bab III - 52
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
dipergunakan, yaitu Sungai Krueng Aceh yang mempunyai debit minimal 10,38 m/ detik
atau 10.000 liter/detik pada musim kemarau panjang. Terdapat dua unit Instalasi
Pengolahan Air Minum yang sampai saat ini beroperasi di Kota Banda Aceh, yaitu IPA
Lambaro dengan kapasitas terpasang 435 liter/detik dan IPA Siron ber-kapasitas 20
liter/detik. Kondisi PDAM Tirta Daroy adalah Sehat, dimana Total penjualan air
(pemasukan) adalah sebesar Rp. 24.305.163.745,- sedangkan biaya produksi yang
dikeluarkan adalah sebesar Rp. 20.514.080.386,- (kondisi bulan Agustus 2012). Tarif
rata-rata yang dikenakan adalah Rp. 2.900 dengan masing-masing kategori tarif adalah
sebesar Rp. 1.600 (untuk Rumah Tangga dan instansi), Rp. 2.285 (untuk niaga dan
industri), Rp. 945 (untuk sosial). Kapasitas produksi PDAM Tirta Daroy meningkat dari
tahun 2010 sebesar 505 lt/dt menjadi 665 lt/dtk pada tahun 2012. Cakupan pelayanan
mengalami peningkatan sebesar 8,3% dari tahun 2010.
b. Persampahan
Penanganan sampah di Kota Banda Aceh oleh Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota
(DK3) berdasarkan Qanun Nomor 2 tahun 2008. Pengelolaan Sampah di Kota Banda
Aceh mengacu pada Masterplan dan Renstra serta sejalan dengan Kebijakan dan
strategi Nasional. Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kota Banda Aceh sebagai
tempat proses pengelolaan dan pembuangan akhir sampah terletak di Desa Gampong
Jawa yang berjarak 3 km dari pusat kota. Hingga saat ini landfill Gampong Jawa telah
memiliki lahan seluas 21 ha, yang telah difungsikan sebagai landfill seluas 12 ha, dan
yang belum difungsikan seluas 9 ha. Rencana lokasi TPA sampah hingga tahun 2029
adalah di Blang Bintang, hal ini mengacu pada hasil penelitian yang tertuang dalam
Dokumen Urgent Rehabilitation and Reconstruction Plan for Banda Aceh City oleh
JICA dan RTRW Metropolitan Banda Aceh JICA (Additional Study), yang menjelaskan
bahwa lokasi TPA Gampong Jawa hanya akan berumur 2 tahun, sehingga diperlukan
alternative pencarian lokasi TPA baru. Dari hasil kesepakatan antar Pemerintah Kota
Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar dan Provinsi Aceh maka alternative lokasi TPA
Baru adalah di Desa Data Makmur, Kecamatan Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar.
TPA baru ini akan digunakan bersama dengan Kabupaten Aceh Besar dan akan dikelola
oleh Tim Sekretariat Bersama (Sekber) Pengelolaan Sampah Terpadu Aceh, TPA ini
akan menempati lahan seluas 200 Ha, yang merupakan eks lahan Inhutani. Sistem
pengelolaan persampahan yang saat ini dilaksanakan di Kota Banda Aceh, meliputi
kegiatan pewadahan sampah, pengumpulan sampah, pemindahan sampah,
pengangkutan sampah, pengolahan sampah dan pembuangan akhir sampah.
Bab III - 53
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
Unit pengolahan limbah domestik dan non domestik di kota Banda Aceh yang telah
terbangun sampai dengan tahun 2012. Untuk mengatasi limbah perkotaan non domestic,
Pemerintah Kota Banda Aceh mempunyai sebuah Instalasi pengolahan Lumpur Tinja
(IPLT) yang dikelola Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Banda Aceh, IPLT tersebut
berlokasi di Gampong Jawa. Pada saat ini Kota Banda Aceh memiliki 6 unit truck tinja
yang digunakan untuk mendukung Instalasi Pengelolaan Lumput Tinja bagi masyarakata
kota Banda Aceh. Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) Gampong Jawa, Banda
Aceh mendapatkan bantuan dari UNICEF dan JICA untuk dua proses pengolahan yang
berbeda, yaitu pengolahan limbah melalui rumah kaca (gambar dua atas) dan
pengolahan limbah melalui kolam-kolam tinja.
d. Drainase
Sistem drainase perkotaan Kota Banda Aceh di bawah kendali Dinas Pekerjaan Umum
(PU). Luas area sistem drainase meliputi 35 km2 dan dibagi dalam 8 zona. Adapun
kedelapan zona tersebut adalah : Zona 1, dibatasi oleh Krueng Neng dan Krueng Doy,
Zona 2, dibatasi oleh Krueng Aceh dan Krueng Doy, Zona 3, dibatasi oleh Krueng
Aceh, Zona 4, dibatasi oleh Krueng Daroy dan Krueng Lueng Paga, Zona 5, dibatasi
oleh Krueng Titi Panjang dan Krueng Cut, Zona 6, dibatasi oleh Krueng Lhueng Paga
dan Krueng Tanjung, Zona 7, dibatasi oleh Krueng Aceh dan Krueng Cut, Zona 8,
dibatasi oleh Darussalam. Kondisi topografi yang relatif datar, menurunnya daya
tampung saluran dan adanya pengaruh aliran balik dari pasang air laut menyebabkan
tidak memungkinkan untuk mengalirkan air dari semua area secara gravitasi dan harus
dibantu dengan pompa pada setiap outlet jaringannya.
Bab III - 54
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
Dokumen Perencanaan Bidang Cipta Karya yang dimiliki oleh Kota Banda Aceh adalah:
(1) RTRW selesai tahun 2009; (2) RPJP ada sampai tahun 2027; (3) RPJM ada sampai
tahun 2017; (4) RPIJM ada sampai tahun 2017; (5) SPPIP ada/selesai tahun 2010; (6)
RKPP ada/selesai tahun 2010; (7) RTBL ada/selesai tahun 2004; (8) BK/SSK dan MPSS
ada/selesai tahun 2010 dan 2011.
b. Sektor Persampahan
Reduksi Sampah TPST Pengelolaan Sampah
Kondisi Tahun 2012 Kondisi Tahun 2014
(%) (%)
Volume Timbulan Volume Sampah Kapasitas TPA
Jenis TPA Volume Sampah Volume Sampah
Sampah Direduksi TPST (m3/hari)
Diolah TPA Tertangani TPA
11.860 8.030 Sanitar Landfill 14 22 32
Bab III - 55
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
Gambar 3.17.1
Peta Administratif Kota Sabang
Kota Sabang
merupakan salah
satu bagian wilayah
dari Provinsi Aceh
terletak paling barat
di Republik
Indonesia yang lebih
dikenal dengan
Pulau Weh. Secara
geografis terletak
pada 05 46 28
0
050 54 28 Lintang
Utara dan 950 13
12 950 22 36 Bujur Timur dengan ketinggian rata-rata + 28 m di atas permukaan laut
(dpl). Kota Sabang sebelah utara dan timur berbatasan dengan Selat Malaka, di sebelah
selatan dan barat dibatasi oleh Samudra Indonesia. Luas Keseluruhan daratan Kota
Sabang adalah 153 km2 dan terbagi dalam 2 (dua) kecamatan yaitu Kecamatan Sukajaya
dan Kecamatan Sukakarya. Kota Sabang terdiri dari 5 (lima) pulau yaitu Pulau Weh,
Pulau Klah, Pulau Rubiah, Pulau Seulako dan Pulau Rondo ditambah gugusan pulau-
pulau batu di Pantee Utara.
Berkaitan dengan jenis air bersih yang paling sering digunakan, sebagai informasi awal
yang didapatkan dari data sekunder dapat digambarkan bahwa sebagian besar
masyarakat di Kota Sabang menggunakan sarana air bersih yang berasal dari danau
aneuk laot dan DAS yang terdapat di Kota Sabang.
b. Persampahan
Rumah tangga di Kota Sabang belum banyak yang melakukan pemilahan sampah,
sebagian besar rumah tangga membuang sampah dengan ditumpuk lalu dibakar atau
dibuang ditempat pembuangan sampah sementara.
Bab III - 56
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
Sebagian besar rumah tangga di Kota Sabang menggunakan jamban siram dan
membangun cubluk sebagai tempat pembuangan akhir tinja di rumah masyarakat.
Ketersediaan fasilitas tempat buang air besar rumah tangga di Kota Sabang sebesar
79,55%, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
d. Drainase
Kota Sabang sebagian besar secara fisik terletak di daerah berombak dan bergelombang
(51%), sedangkan sisanya lembah/daratan (20%), rawa (25%) dan berbukit (4%) dengan
saluran drainase utama adalah sungai. Sistem saluran drainase terbagi menjadi dua,
yaitu sistem drainase makro dan drainase mikro.
Dokumen Perencanaan Bidang Cipta Karya yang dimiliki oleh Kabupaten Kota Sabang
adalah: (1) RTRW selesai tahun 2012; (2) RPJP ada sampai tahun 2027; (3) RPJM ada
sampai tahun 2017; (4) RPIJM ada sampai tahun 2017; (5) SPPIP ada/selesai tahun
2012; (6) RKPP ada/selesai tahun 2013; (7) RTBL dalam proses tahun 2014; (8) BK/SSK
dan MPSS ada/selesai tahun 2012 dan 2012.
Bab III - 57
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
b. Sektor Persampahan
Reduksi Sampah TPST Pengelolaan Sampah
Kondisi Tahun 2012 Kondisi Tahun 2014
(%) (%)
Volume Timbulan Volume Sampah Kapasitas TPA
Jenis TPA Volume Sampah Volume Sampah
Sampah Direduksi TPST (m3/hari)
Diolah TPA Tertangani TPA
- - Sanitar Landfill 32 22 22
No.. - - -
Bab III - 58
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
Kabupaten ini secara geografis terletak pada posisi 03 53 - 04 32' LU sampai 97 44'-
98 18' BT dengan batas-batas sebagai berikut:
PDAM Tirta Tamiang Kabupaten Aceh Tamiang dengan jumlah pelanggan 6.914
pelanggan dengan kapasitas produksi 140 L/d. Sumber air baku dari Sungai
Tamiang dengan sistem pengolahan/pendistribusian air memakai sistem
perpompanisasi yang disalurkan melalui jaringan perpipaan. PDAM Kabupaten Aceh
Tamiang mempunyai jumlah pelanggan yaitu :
- Kantor Pusat Karang Baru : 2.237 pelanggan
- Cabang Kuala Simpang : 2.945 pelanggan
- Ranting Seruway : 421 pelanggan
- Ranting Sei Iyu : 441 pelanggan
- Unit Pelayanan Upah : 287 pelanggan
Bab III - 59
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
Sumber air baku PDAM Tirta Tamiang berasal dari air permukaan di Desa Sukajadi
Kecamatan Karang Baru dengan Kapasitas Produksi 50 liter per detik. Intake berupa
sumuran dengan pipa hisap, pompa yang dipakai adalah pompa submersible dengan
debit 10 lpd dengan head 30 m.
Dengan jumlah penduduk sebanyak 235.314 jiwa (588,21 liter/detik) dan kapasitas
terpasang (288,5 liter/detik) maka untuk pengembangan air minum di Kabupaten
Aceh Tamiang ditargetkan dapat memenuhi kekurangan air bersih yang dibutuhkan
sebanyak 300 liter/detik selama 5 tahun bagi 235.314 jiwa penduduk Kabupaten
Aceh Tamiang dengan sasaran utama adalah bagi penduduk yang belum terlayani
kebutuhan air bersihnya.
2. Persampahan
Sampah yang ada di Kab. Aceh Tamiang bersumber dari masyarakat yaitu limbah
rumah tangga dan Juga dari pasar dengan jumlah timbulan sampah Tahun 2009
sebanyak 627 m3/hari dan jumlah sampah yang terangkut sebesar 451 m3/hari.
Sampah-sampah ini kemudian dibawa ke TPA yang berlokasi di Kampung Durian
Kecamatan Rantau dengan luas 4 Ha. TPA ini diresmikan akhir Tahun 2009 dan
baru mulai dioperasikan pada Tahun 2010 ini.
Di wilayah Kabupaten Aceh Tamiang belum terdapat penanganan air limbah dengan
sistem jaringan. Air limbah masih ditangani secara sporadis, sendiri-sendiri
pemanfaatkan kondisi lingkungan yang ada. Apabila terdapat kemiringan permukaan
tanah, maka air limbah tersebut akan mengalir dari tempat tinggi ke lokasi yang lebih
rendah. Bila permukaan tanah relatif datar, tak jarang terjadi genangan-genangan
lokal. Untuk limbah rumah tangga penanganannya masih bersifat on-site disposal,
dimana sebagian besar penduduk telah memiliki septic tank terutama rumah tangga
yang memiliki sumur gali atau pompa.
Penanganan air limbah rumah tangga di Kabupaten Aceh Tamiang yang masih
menggunakan sistem pengelolaan setempat (on-site system) tersebut sangat besar
Bab III - 60
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
peluang yang mengakibatkan terjadinya pencemaran air tanah karena hampir semua
penduduk Aceh Tamiang menggunakan air tanah, baik sumur bor maupun sumur
terbuka. Dari pemeriksaan yang pernah dilakukan baru 25,96% pengelolaan limbah
rumah tangga memenuhi syarat kesehatan.
4. Drainase
Kondisi Drainase pasca banjir bandang Sungai Tamiang 4 tahun yang lalu belum
sepenuhnya normal, sehingga aliran air terhambat dan apabila hujan turun, air dari
saluran melimpah dan menggenangi rumah-rumah penduduk di perkotaan. Hal ini
diperburuk oleh ketinggian/elevasi saluran drainase yang tidak sesuai dengan kontur
wilayah. Elevasi drainase pada saluran pembuang menuju Sungai Tamiang lebih
tinggi daripada elevasi saluran drainase pada wilayah perkotaan, sehingga air pada
saluran drainase tidak bisa mengalir. Genangan air tidak mampu ditampung oleh
saliran drainase sehingga menyebabkan banjir. Tingkat sanitasi yang buruk tersebut
akan berdampak pada kualitas kesehatan masyarakat, dimana masyarakat
umumnya terutama balita dan orang tua rentan terserang penyakit seperti diare dan
ISPA. Hal ini diperburuk dengan rendahnya kesadaran masyarakat terhadap
kesehatan lingkungan.
Struktur Kelembagaan Kabupaten Aceh Tamiang adalah: Cipta Karya merupakan unit
bidang di bawah Dinas Pekerjaan Umum, sedangkan Air Minum Kabupaten Aceh
Tamiang memiliki BUMD dengan nama PDAM Tirta Tamiang.
Dokumen Perencanaan Bidang Cipta Karya yang dimiliki oleh Kabupaten Aceh Tamiang
adalah: (1) RTRW ada sampai tahun 2013; (2) RPJP ada sampai tahun 2027; (3) RPJM
ada sampai tahun 2017; (4) RPIJM ada sampai tahun 2017; (5) SPPIP dalam proses; (6)
RKPP dalam proses; (7) RTBL dalam proses; (8) BK/SSK ada sampai tahun 2011 dan
MPSS ada/selesai tahun 2012; serta (9) dalam proses.
Indeks Kapasitas Fiskal Kabupaten Aceh Tamiang sebesar 0,1909 dengan kategori
Rendah (Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan NOMOR 226/PMK.07/2012).
Bab III - 61
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
c. Sektor Persampahan
Reduksi Sampah TPST Pengelolaan Sampah
Kondisi Tahun 2012 Kondisi Tahun 2012
(%) (%)
Volume Timbulan Volume Sampah Kapasitas TPA
Jenis TPA Volume Sampah Volume Sampah
Sampah Direduksi TPST (m3/hari)
Diolah TPA Tertangani TPA
TPA Terpadu
Pengolahan
Sanitary
Sampah
Landfill
24.927,00 24.234,00 451,11 Organik 20,63
Pemanfaatan
sebanyak 5
secara Open
ton/hari
dumping
d. Sektor Drainase
Sistem Jaringan Drainase Skala Kawasan Dan Skala Kota
Target 2014
Kondisi
(Rencana Induk Sistem Kondisi Tahun 2012 Kondisi Tahun 2012
2014
Drainase)
Luas Luas Pengurang
Panjang Jumlah Jumlah Panjang Jumlah Jumlah Pengurangan
Daerah Daerah an
Saluran Pompa Polder Saluran Pompa Polder Genangan
Genangan Genangan Genangan
(m) (unit) (unit) (m) (unit) (unit) (%)
2010 (ha) 2012 (ha) (%)
4.000,00 - - 4000,00 - - 85 40,00 30 25,00
- - - -
Bab III - 62
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
Gambar 3.19.1
Peta Administratif Kabupaten Aceh Tengah
Berdasarkan data yang ada, cakupan pelayanan air minum pada daerah perkotaan di
Kabupaten Aceh Tengah baru mencapai 38 % dari keseluruhan penduduk perkotaan,
yang meliputi sistem perpipaan sebanyak 38% dan sistem non perpipaan yang
terlindungi sebanyak 48%. Masih terdapat masyarakat miskin di perkotaan yang belum
terlayani air minum baik dengan sistem perpipaan maupun sistem non perpipaan yang
terlindungi. Cakupan pelayanan air minum pada daerah perdesaan di Kabupaten Aceh
Tengah baru mencapai 30% dari seluruh penduduk perdesaan, yang meliputi sistem
perpipaan 5% dan sistem non perpipaan yang terlindungi 25%.
Bab III - 63
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
Kondisi umum air tanah dangkal, air tanah sedang, dan air tanah dalam di Kabupaten
Aceh Tengah dalam kondisi relative baik. Untuk Potensi air baku di Kabupaten Aceh
Tengah untuk pengembangan SPAM selama 10 tahun ke depan pada umumnya tersedia
dari air tanah dalam dan air permukaan, adapun dari mata air umumnya jika untuk
pemanfaatan kawasan pedesaan.
b. Persampahan
Volume timbulan sampah yang dihasilkan dari setiap aktivitas di Kabupaten Aceh Tengah
didasarkan atas hasil analisis yang telah dilakukan. Berdasarkan data tahun 2007
besarnya timbunan sampah per hari adalah 86m, sedang sampah yang terangkut per
hari adalah 72m.
d. Drainase
Secara umum sistem jaringan drainase yang ada di Kota Takengon terbagi dua yaitu :
Sistem drainase makro dan sistem drainase mikro. Drainase makro berada pada
kawasan kota Takengon sebagai ibu kota kabupaten. Sedangkan untuk drainase mikro
Bab III - 64
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
Untuk jaringan drainase makro yang ada di kota Takengon direncanakan sepanjang
tanggul Bom-Mendale. Konsep jaringan drainase direncanakan mempunyai hierarki
tertentu dan melayani blok-blok permukiman. Jaringan Utilitas Takengon direncanakan
melingkupi suatu blok permukiman. Setiap blok permukiman pada batas blok
direncanakan akan dikelilingi oleh jaringan drainase sekunder. Sebuah ruas jaringan
drainase sekunder dapat digunakan oleh beberapa sistem jaringan tersier.
Sistem jaringan drainase direncanakan menjadi tiga jenis. Jenis pertama ialah drainase
Primer yang secara spasial memanjang sepanjang tanggul Bom-Mendale .Kedua ialah
Jaringan drainase Sekunder yang tegak lurus Jaringan Drainase Primer ke arah tanggul.
Ketiga ialah jaringan Drainase Tersier yang menjamin agar sistem jaringan drainase
mengelilingi blok-blok permukiman. memperlihatkan peta Rencana jaringan drainase
kota Takengon. Ketiga jenis tipe jaringan direncanakan secara perlahan meresap ke
daratan dan berakhir di sungai peusangan.
Struktur Kelembagaan Kabupaten Aceh Tengah adalah: Cipta Karya merupakan unit
bidang di bawah Dinas Pekerjaan Umum, sedangkan Air Minum Kabupaten Aceh
Tengah memiliki BUMD dengan nama PDAM Tirta Tawar.
Dokumen Perencanaan Bidang Cipta Karya yang dimiliki oleh Aceh Tengah adalah: (1)
RTRW Pembahasan Qanun 2013; (2) RPJP ada sampai tahun 2027; (3) RPJM ada
sampai tahun 2017; (4) RPIJM ada sampai tahun 2017; (5) SPPIP dalam proses; (6)
RKPP dalam proses; (7) RTBL dalam proses; (8) BK/SSK ada sampai tahun 2011 dan
MPSS ada/selesai tahun 2014.
Indeks Kapasitas Fiskal Kabupaten Aceh Tengah sebesar 0,2136 dengan kategori
Rendah (Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan NOMOR 226/PMK.07/2012).
Bab III - 65
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
- - - -
c. Sektor Persampahan
Reduksi Sampah TPST Pengelolaan Sampah
Kondisi Tahun 2012 Kondisi Tahun 2012
(%) (%)
Volume Timbulan Volume Sampah Kapasitas TPA
Jenis TPA Volume Sampah Volume Sampah
Sampah Direduksi TPST (m3/hari)
Diolah TPA Tertangani TPA
86.00 65,0 Open dumping 500,00 - 70
d. Sektor Drainase
Sistem Jaringan Drainase Skala Kawasan Dan Skala Kota
Target 2014
Kondisi
(Rencana Induk Sistem Kondisi Tahun 2012 Kondisi Tahun 2012
2014
Drainase)
Luas Luas Pengurang
Panjang Jumlah Jumlah Panjang Jumlah Jumlah Pengurangan
Daerah Daerah an
Saluran Pompa Polder Saluran Pompa Polder Genangan
Genangan Genangan Genangan
(m) (unit) (unit) (m) (unit) (unit) (%)
2010 (ha) 2012 (ha) (%)
- - - - - - - - - -
- - - -
Bab III - 66
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
Gambar 3.20.1
Peta Administratif Kabupaten Aceh Tenggara
Hingga Tahun 2011 PDAM Tirta Agara telah mengoperasikan 10 buah sumur air yang
mendukung daya produksinya yang bersumber dari Sungai Lawe Sikap, Sungai Lawe
Harum Peranginan, Sungai Lawe Bulan Perkison, Mata Air Berandang, Air Terjun Lawe
Bab III - 67
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
Dua, Sungai Sp. Semadam, Sungai Lawe Sigala, Sungai Lawe Desky, Sungai Kp.
Pakpak dan Sungai Lawe Pakam.
Instalasi Pengolahan Air yang ada saat ini hanya dapat difungsikan sebanyak 2(dua) unit
yakni pada IPA Simpang Semadam (dibangun Tahun 2008) & IPA Lawe Harum Perkison
(dibangun Tahun 2010), sedangkan yang lainnya tidak dapat difungsikan akibat
mengalami kerusakan yang cukup berat, sehingga diperlukan perbaikan dan bahkan
penambahan IPA baru dengan Kapasitas yang besar guna memenuhi banyaknya
permintaan penyambungan baru seiring dengan pertambahan jumlah dan kesadaran
penduduk akan air bersih yang sehat.
3.22. Persampahan
Pola penanganan sampah yang diterapkan oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara
adalah dengan membuat Tempat Pemrosesan Akhir dengan sistem terbuka (open
dumping), sampah dibuang begitu saja dalam sebuah tempat pembuangan akhir tanpa
ada perlakuan apapun. Tidak ada penutupan tanah. Tak heran bila sistem ini dinilai
sangat mengganggu lingkungan dan memaksa Kabupaten untuk segera menutup
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah sistem terbuka (open dumping) pada 2013
sesuai amanat undang-undang persampahan. Sarana dan prasarana persampahan yang
dirasakan masih kurang dimana Kabupaten Aceh Tenggara hanya memiliki 2 (Tempat
Pembuangan Akhir) sampah.
Penanganan limbah industri baik berupa limbah gas, cair, dan padat dilakukan oleh
setiap pelaku industri dan pengawasannya dilakukan oleh instansi pemerintah
kabupaten Aceh Tenggara yang berwenang seperti Badan Lingkungan Hidup dan
Kebersihan Kabupaten Aceh Tenggara dan Dinas Perindustrian Perdagangan dan
Pertambangan Kabupaten Aceh Tenggara.
Limbah cair rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian,
limbah bekas industri rumah tangga dan kotoran manusia. Perkiraan total produksi air
limbah domestik rumah tangga untuk black dan grey water di Kabupaten Aceh Tenggara
yaitu 59.884 m/hari. Pengelolaan air limbah domestik yang berasal dari WC (black
water) pada umumnya menggunakan system pengolahan setempat (on site system) dan
bersifat individu. Disamping itu ada WC yang dipakai secara komunal, dimana satu WC
dapat digunakan oleh beberapa keluarga secara bergantian.
Bab III - 68
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
3.24. Drainase
Sistem drainase di Kota Kutacane secara umum terbagi 2 bagian yaitu drainase makro
dan drainase mikro. Saluran pembuangan adalah saluran yang secara alamiah sudah
ada di Kota Kutacane seperti sungai-sungai. Saluran alamiah yang mengalir di wilayah
Kabupaten Aceh Tenggara antara lain : Sungai Lawe Alas, Lawe Buan dan Lawe Kisam,
serta anak-anak sungai lainnya dengan panjang secara keseluruhan yaitu 37.948,5 M.
Secara umum kondisi drainase di Kabupaten Aceh Tenggara terutama pada saluran
drainase tertutup, sebagian besar kondisi bangunannya banyak mengalami penurunan
kualitas seperti terjadinya penyumbatan dan tidak berfungsinya manhole sebagai street
inlet. Selanjutnya pada drainase terbuka dijadikan tempat pembuangan sampah oleh
penduduk sehingga saluran tersumbat dan terjadi penurunan kapasitas saluran sehingga
pada waktu musim hujan saluran tidak mampu menampung debit air, maka sering terjadi
banjir pada lokasi-lokasi dimana saluran penuh dengan sampah.
Struktur Kelembagaan Kabupaten Aceh Tenggara adalah: Cipta Karya merupakan unit
bidang di bawah Dinas Pekerjaan Umum, sedangkan Air Minum Kabupaten Aceh
Tenggara memiliki BUMD dengan nama PDAM Tirta Agara.
Dokumen Perencanaan Bidang Cipta Karya yang dimiliki oleh Aceh Tenggara adalah: (1)
RTRW ada sampai tahun 2012; (2) RPJP ada sampai tahun 2026; (3) RPJM dalam
proses; (4) RPIJM ada sampai tahun 2008; (5) SPPIP dalam proses; (6) RPKPP dalam
proses; (7) RTBL dalam proses; (8) BK/SSK ada sampai tahun 2011 dan MPSS
ada/selesai tahun 2012; serta (9) dalam proses.
Indeks Kapasitas Fiskal Kabupaten Aceh Tenggara sebesar 0,3630 dengan kategori
Rendah (Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan NOMOR 226/PMK.07/2012).
Bab III - 69
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
- - - -
c) Sektor Persampahan
Reduksi Sampah TPST Pengelolaan Sampah
Kondisi Tahun 2012 Kondisi Tahun 2012
(%) (%)
Volume Timbulan Volume Sampah Kapasitas TPA
Jenis TPA Volume Sampah Volume Sampah
Sampah Direduksi TPST (m3/hari)
Diolah TPA Tertangani TPA
55,00 - - 55,00 - -
d) Sektor Drainase
Sistem Jaringan Drainase Skala Kawasan Dan Skala Kota
Target 2014
Kondisi
(Rencana Induk Sistem Kondisi Tahun 2012 Kondisi Tahun 2012
2014
Drainase)
Luas Luas Pengurang
Panjang Jumlah Jumlah Panjang Jumlah Jumlah Pengurangan
Daerah Daerah an
Saluran Pompa Polder Saluran Pompa Polder Genangan
Genangan Genangan Genangan
(m) (unit) (unit) (m) (unit) (unit) (%)
2010 (ha) 2012 (ha) (%)
5.500,00 - - 5.500,00 - - - 4,00 6 10,00
- - - -
Bab III - 70
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
Gambar 3.21.1
Peta Administratif Kabupaten Aceh Timur
Kabupaten Aceh Timur memiliki luas wilayah 6.040,60 Km2 atau 10,53% dari luas
Provinsi Aceh dengan batas wilayahnya sebagai berikut :
Sistem penyediaan dan pengelolahan Air Minum di Kabupaten Aceh Timur di kelola oleh
PDAM Tirta Peusada yang sudah difungsikan :
1) Instalasi Pengolahan Air (IPA) Lhok Nibong Q = 100 l/dtk melayani sebagian Kec.
Pante Bidari, Madat, Simpang Ulim, Julok, Nurussalam, Darul Aman, dan Idi
Rayeuk dengan jumlah 3.874 SR.
2) IPA Peureulak Q=20 l/dtk melayani sebagian Kecamatan Peureulak dan
Peureulak Timur dengan jumlah 1.848 SR.
3) IPA Rantau Peureulak Q=10 l/dtk , melayani 540 SR.
4) IPA Rantau Seulamat melayani 300 SR.
Bab III - 71
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
Kemampuan pelayanan Air Minum di Aceh Timur sekarang hanya 6.562 SR, sehingga
sangat kurang untuk melayani penduduk yang berjumlah 81.576 KK. Sampai tahun
2010, cakupan pelayan air bersih di Kabupaten Aceh Timur mencapai 22,03% dari
jumlah penduduk sebesar 360.475 jiwa.
Penyediaan air bersih untuk wilayah Kabupaten Aceh Timur dapat memanfaatkan aliran
sungai yang tersebar di seluruh wilayah perencanaan. Selain aliran sungai sebagai
sumber air bersih, juga terdapat mata air yang terdapat di kawasan ekosistem Leuser
yaitu di Kecamatan Serbajadi, Kecamatan Peunaron, Kecamatan Simpang jernih,
Kecamatan Banda Alam, Kecamatan Indra Makmur, dan Kecamatan Pante Bidari.
3.23. Persampahan
Dengan luas wilayah 6040,6 Km2, prasarana persampahan seperti TPA, TPS serta
tempat penampungan sampah masyarakat masih kurang di Kabupaten Aceh Timur.
Pada Tahun 2009 telah dibangun TPA di Kecamatan Birem Bayeun, tetapi sampai saat
ini belum sempurna untuk di operasikan. Direncanakan tentang pengelolaan
persampahan Kabupaten Aceh Timur akan ditingkatkan sehingga sampah-sampah yang
dibuang dapat dijadikan pupuk organik dan dapat pula di daur ulang di pabrik-pabrik
sehingga dapat mengurangi jumlah limbah sampah yang ada. Sementara ini sistem
pembuangan sampah masih ada di tiap kecamatan dilaksanakan secara swadaya
masyarakat. Sampah yang dihasilkan rumah tangga rata-rata dibakar, sebahagiannya
lagi di buang ke lahan kosong dan ke saluran atau sungai. Dengan jumlah penduduk
360.475 jiwa, terjadi timbunan sampah rata-rata per bulan 3.761 m3 yang terangkut
3.647 m3.
Bab III - 72
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
3.25. Drainase
Secara umum jaringan drainase di Kabupaten Aceh Timur merupakan sistem drainase
tercampur, drainase limpasan air hujan dan limbah domestik mengandalkan drainase
alam. Pertumbuhan dan kepadatan penduduk pada kawasan terbangun menimbulkan
tekanan dalam lingkungan. Kelebihan air hujan akan membuat ketinggian muka air dan
mengakibatkan daya tampung drainase tidak mencukupi, sehingga terjadi banjir.
Struktur Kelembagaan Kabupaten Aceh Timur adalah: Cipta Karya merupakan unit
bidang di bawah Dinas Pekerjaan Umum, sedangkan Air Minum Kabupaten Aceh Timur
memiliki BUMD dengan nama PDAM Persada.
Dokumen Perencanaan Bidang Cipta Karya yang dimiliki oleh Kabupaten Aceh Timur
adalah: (1) RTRW ada sampai tahun 2013; (2) RPJP ada sampai tahun 2027; (3) RPJM
ada sampai tahun 2017; (4) RPIJM ada sampai tahun 2017; (5) SPPIP dalam proses; (6)
RPKPP dalam proses; (7) RTBL dalam proses; (8) BK/SSK ada sampai tahun 2010 dan
MPSS ada/selesai tahun 2011; serta (9) dalam proses.
Indeks Kapasitas Fiskal Kabupaten Aceh Timur sebesar 0,1638 dengan kategori Rendah
(Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan NOMOR 226/PMK.07/2012).
Bab III - 73
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
- - - -
c) Sektor Persampahan
Reduksi Sampah TPST Pengelolaan Sampah
Kondisi Tahun 2012 Kondisi Tahun 2012
(%) (%)
Volume Timbulan Volume Sampah Kapasitas TPA
Jenis TPA Volume Sampah Volume Sampah
Sampah Direduksi TPST (m3/hari)
Diolah TPA Tertangani TPA
Open dumping
46.464,20 160,00 150,00 - 73,00
Pembakaran
d) Sektor Drainase
Sistem Jaringan Drainase Skala Kawasan Dan Skala Kota
Target 2014
Kondisi
(Rencana Induk Sistem Kondisi Tahun 2012 Kondisi Tahun 2012
2014
Drainase)
Luas Luas Pengurang
Jumlah Jumlah Panjang Jumlah Jumlah Pengurangan
Panjang Daerah Daerah an
Pompa Polder Saluran Pompa Polder Genangan
Saluran (m) Genangan Genangan Genangan
(unit) (unit) (m) (unit) (unit) (%)
2010 (ha) 2012 (ha) (%)
37.000,00 - - 37.000,00 - - - 11,00 8 27,00
- - - -
Bab III - 74
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
Gambar 3.22.1
Peta Administratif Kabupaten Bener Meriah
Pada umumnya penduduk Kabupaten Bener Meriah belum memperoleh pelayanan air
minum (air bersih) yang memadai. Hampir sebagian penduduk menggunakan air sumur
Bab III - 75
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
dan air hujan untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Penyediaan air minum untuk kawasan
ini diperoleh dari permukaan, seperti Krueng Peusangan, Krueng Jambo Aye, dan
sumber mata air lainnya. Untuk pelayanan air bersih dikawasan perkotaan diperoleh dari
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Bengi Janarata (Pondok Baru) dengan
target perencanaan 80 persen wilayah perkotaan akan terlayani. Sedangkan untuk
wilayah kecamatan-kecamatan lainnya diperoleh dari PDAM IKK Cabang PDAM Tirta
Bengi dengan sistem perpipaan yang sumber airnya diperoleh dari air permukaan air
tanah maupun mata air pegunungan dalam skala yang relatif terbatas.
3.24. Persampahan
Kondisi persampahan di Kabupaten Bener Meriah, hingga saat ini memang belum begitu
memperihatinkan. Akan tetapi tidak berarti bahwa persampahan tersebut tidak
menimbulkan pengaruh buruk dimasa depan. Perkembangan ekonomi, pertambahan
penduduk, semua ini dapat merupakan sumber meningkatnya volume persampahan ini.
Kantong kantong bekas, plastic, sisa sisa makanan, dan banyak lagi jenis jenis
sampah yang dapat menimbulkan kerawanan lingkungan dimasa depan.
Air limbah yang terjadi di daerah ini, adalah berupa air limbah rumah tangga penduduk
yang bersumber dari MCK masing-masing. Air limbah yang ada sekarang bukanlah
bersal dari pabrik-pabrik atau industri-industri besar yang menghasilkan berbagai polusi.
Oleh karena hingga saat ini Kabupaten Bener Meriah ini belum memiliki jenis-jenis
industri besar, kecuali beberapa industri kecil/industri rumah tangga.
3.26. Drainase
Kota Redelong adalah kota baru yang merupakan kota pusat pemerintahan Kabupaten
Bener Meriah. Inti dari kota Redelong adalah kota Simpang Tiga. Tata saluran drainase
Kota Redelong masih belum tertata, karena sebagian besar kawasan ini adalah hutan,
sawah, ladang, dan kebun. Elevasi kota Redelong berkisar antara +1300 m dpl sampai
+1400 m dpl. Variasi muka tanah yang cukup besar ini sangat menguntungkan untuk
Bab III - 76
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
drainase, karena air limpasan dapat di buang seketika. Hal yang harus diperhatikan
dalam mendesain saluran drainase di Kota Redelong adalah pengendalian kecepatan air
limpasan agar tidak terjadi erosi, baik pada saluran maupun permukaan tanah yang
dialirinya.
Struktur Kelembagaan Kabupaten Bener Meriah adalah: Cipta Karya merupakan unit
bidang di bawah Dinas Pekerjaan Umum, sedangkan Air Minum Kabupaten Bener
Meriah memiliki BUMD dengan nama PDAM Tirta Bengi.
Dokumen Perencanaan Bidang Cipta Karya yang dimiliki oleh Kabupaten Bener Meriah
adalah: (1) RTRW ada sampai tahun 2013; (2) RPJP dalam proses; (3) RPJM ada
sampai tahun 2017; (4) RPIJM ada sampai tahun 2017; (5) SPPIP dalam proses; (6)
RPKPP dalam proses; (7) RTBL dalam proses; (8) BK/SSK ada sampai tahun 2013 dan
MPSS ada/selesai tahun 2014; serta (9) dalam proses.
Indeks Kapasitas Fiskal Kabupaten Bener Meriah sebesar 0,3488 dengan kategori
Rendah (Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan NOMOR 226/PMK.07/2012).
85,33 - 64 8.645 - - -
- - - -
c) Sektor Persampahan
Reduksi Sampah TPST Pengelolaan Sampah
Kondisi Tahun 2012 Kondisi Tahun 2012
Volume Timbulan Volume Sampah Kapasitas TPA (%) (%)
Jenis TPA
Sampah Direduksi TPST (m3/hari) Volume Sampah Volume Sampah
Bab III - 77
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
- - - - - -
d) Sektor Drainase
Sistem Jaringan Drainase Skala Kawasan Dan Skala Kota
Target 2014
Kondisi
(Rencana Induk Sistem Kondisi Tahun 2012 Kondisi Tahun 2012
2014
Drainase)
Luas Luas Pengurang
Jumlah Jumlah Panjang Jumlah Jumlah Pengurangan
Panjang Daerah Daerah an
Pompa Polder Saluran Pompa Polder Genangan
Saluran (m) Genangan Genangan Genangan
(unit) (unit) (m) (unit) (unit) (%)
2010 (ha) 2012 (ha) (%)
- - - - - - - - - -
- - - -
Gambar 3.23.1
Peta Administratif Kabupaten Gayo Lues
Bab III - 78
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
a) Air Bersih
Penyediaan Air bersih saat ini di Kabupaten Gayo Lues dilakukan oleh Pemerintah
Daerah Kabupaten Gayo Lues. Pelayanan tersebut dilakukan oleh PDAM Tirta Aih Sejuk.
PDAM Tirta Sejuk Blangkejeren belum dapat mencakup seluruh kecamatan. Hal ini
diakui oleh pihak manajemen PDAM Tirta Air Sejuk karena adanya keterbatasan
kemampuan dan produksi. Dalam hal ini pihak Management berupaya dan berencana
untuk meningkatkan produksi air serta membuat tangkapan air baru yaitu intake baru
sebanyak 4 area lokasi. Menurut data yang ada di PDAM Kabupaten Gayo Lues
masyarakat yang telah dilayani sekitar 70 %. Namun masih banyak pula masyarakat
memanfaatkan air tanah maupun air pegunungan sebagai sarana air bersih. Berdasarkan
analisis perhitungan bahwa kapasitas produksi air bersih yang melayani masyarakat
Kabupaten Gayo Lues, bila dikaitkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2014 (18.208
jiwa) membutuhkan 561,6 Liter/det.
b) Persampahan
Bab III - 79
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
c) Drainase
Sebahagian besar kondisi jaringan drainase Kabupaten gayo Lues kondisinya tidak baik
dan cendrung merugikan. Dalam kondisi musim kering saluran draiase terdapat
pendangkalan baik dikarenakan timbunan sampah maupun lumpur (sendimen), namun
dikala musim penghujan saluran drainase tidak dapat menampung debit air hujan yang
mengalir yang menyebabkan (untuk beberapa jaringan jalan jalan) air melimpah dan
meluap sampai menggenangi badan jalan. Disisi lain terdapat pula saluran drainase yang
digunakan langsung sebagai tempat pengaliran limbah rumah tangga. Drainase pada
hakekatnya adalah suatu saluran atau parit,baik terbuka atau tertutup yang dibuat
sedemikian rupa sehingga dapat mengumpulkan dan mengalirkan air hujan yang jatuh
ke bumi menuju badan air penerima. Sistem drainase yang tidak terencana dengan baik
dapat menyebabkan terjadinya genangan-genangan air, erosi lapisan tanah, banjir dan
kemungkinan berjangkitnya berbagai penyakit.
Selain berfungsi sebagai penyalur air hujan, saluran drainase dibeberapa kawasan
pemukiman di Kota Blangkejeren juga berfungsi sebagai penyalur air bekas mandi,
mencuci dan masak. Air limbah tersebut disalurkan langsung kesaluran-saluran drainase
ditepi jalan yang umumnya terbuka. Permasalahan yang sering dijumpai akibat kondisi
sistem seperti ini adalah dimusim kemarau terjadi aliran yang lambat dengan kedalaman
air disaluran yang kecil sekali, sehingga akan timbul endapan-endapan dan memberi
kesempatan berkembang biaknya faktor penyakit seperti nyamuk, lalat dan insekta
lainnya.
Struktur Kelembagaan Kabupaten Gayo Lues adalah: Cipta Karya merupakan unit
bidang di bawah Dinas Pekerjaan Umum, sedangkan Air Minum Kabupaten Gayo Lues
memiliki BUMD dengan nama PDAM Tirta Sejuk.
Dokumen Perencanaan Bidang Cipta Karya yang dimiliki oleh Kabupaten Gayo Lues
adalah: (1) RTRW Pembahasan Qanun; (2) RPJP ada sampai tahun 2025; (3) RPJM ada
Bab III - 80
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
sampai tahun 2017; (4) RPIJM ada sampai tahun 2017; (5) SPPIP dalam proses; (6)
RPKPP dalam proses; (7) RTBL dalam proses; (8) BK/SSK ada sampai tahun 2013 dan
MPSS ada/selesai tahun 2014; serta (9) dalam proses.
Indeks Kapasitas Fiskal Kabupaten Gayo Lues sebesar 1,0389 dengan kategori Tinggi
(Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan NOMOR 226/PMK.07/2012).
- - - -
c) Sektor Persampahan
Reduksi Sampah TPST Pengelolaan Sampah
Kondisi Tahun 2012 Kondisi Tahun 2012
(%) (%)
Volume Timbulan Volume Sampah Kapasitas TPA
Jenis TPA Volume Sampah Volume Sampah
Sampah Direduksi TPST (m3/hari)
Diolah TPA Tertangani TPA
- - Open dumping 60,00 -28.548,00 25,00
d) Sektor Drainase
Sistem Jaringan Drainase Skala Kawasan Dan Skala Kota
Target 2014
Kondisi
(Rencana Induk Sistem Kondisi Tahun 2012 Kondisi Tahun 2012
2014
Drainase)
Luas Luas Pengurang
Jumlah Jumlah Panjang Jumlah Jumlah Pengurangan
Panjang Daerah Daerah an
Pompa Polder Saluran Pompa Polder Genangan
Saluran (m) Genangan Genangan Genangan
(unit) (unit) (m) (unit) (unit) (%)
2010 (ha) 2012 (ha) (%)
- - - - - - - 10,00 8,00 20,00
Bab III - 81
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
SK Penetapan Kawasan Kumuh Luas Kawasan Kumuh Yang Sudah Ditangani Yang Belum Ditangani
(Bupati/Walikota) (Ha) (Ha) (Ha)
- - - -
Gambar 3.24.1
Peta Administratif Kota Langsa
a) Air Bersih
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Keumuneng) Kota Langsa adalah Badan
Usaha Milik Daerah Pemerintah Kota Langsa. Sarana air bersih di Kota Langsa pada
awalnya dibangun oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1928. dengan
memanfaatkan air waduk Alue Gampu dengan kapasitas terpasang 20 liter/detik,
Bab III - 82
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
menggunakan sistem pengolahan saringan pasir cepat yang dipompakan dari Ground
Reservoir berkapasitas 150 m3. Melalui jaringan pipa GIP berdiameter 150 mm dialirkan
ke menara air bersih berkapasitas 250 m3 pada ketinggian 17 m. Dari menara secara
gravitasi dialirkan kepada pelanggan yang berada di Kota Langsa. Kemudian, tahun 1980
bantuan dana IGGI dibangun satu lagi unit WTP konvensional kapasitas terpasang 80
liter/detik. WTP ini menggunakan air baku dari Krueng Langsa yang dipompakan ke
dalam bak pengaliran di atas bukit sebelum dialirkan ke dalam kolam prasedimentasi.
Dari prasedimentasi, air dialirkan ke WTP, dan air yang sudah bersih dipompakan ke
Upper Ground Reservoir kapasitas 1.000 m3 di atas bukit pada ketinggian 47,2 meter
dan kemudian dialirkan ke Kota Langsa secara gravitasi melalui pipa ACP diameter 300
mm sepanjang 7.200 m. Air baku yang diolah pada PDAM Tirta Keumuneng bersumber
dari Krueng Langsa dan Alue Gampu. Pada tahun 2006, jumlah air yang diproduksi oleh
PDAM Tirta Keumuneng mencapai 1.619.274 m3 untuk melayani 7.984 sambungan.
Pada tahun 2007, jumlah produksi air sebanyak 2.115.072 m3 dengan jumlah
sambungan rumah mencapai 8.012 sambungan. Kuantitas dan kualitas air yang
disalurkan saat ini belum memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Langsa. Oleh sebab itu,
masyarakat mencari alternatif lain untuk memenuhi kebutuhan air bersih dengan
membuat sumur dangkal dan sumur bor.
b) Persampahan
Pengelolaan persampahan di Kota Langsa saat ini ditangani sepenuhnya oleh Badan
Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pertamanan. Peranserta perangkat Desa/Gampong
dan masyarakat dalam mendukung pengelolaan sampah masih dirasakan kurang.
Sampai dengan saat ini, pengelolaan persampahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah
Kota Langsa masih menggunakan pendekatan yang menitikberatkan pada penanganaan
sampah ketika sampah itu dihasilkan, yaitu berupa kegiatan pengumpulan,
pengangkutan dan pembuangan sampah ketempat pembuangan akhir (TPA) yang
pengoperasiannya menggunakan metode Open Dumping.
Tempat Pembuangan Akhri (TPA) Kota Langsa terletak di Gampong Pondok Kemuning
Kecamatan Langsa Baro dengan luas areal 7,5 Ha. Lahan TPA berada didalam kawasan
hutan bekas lahan perkebunan sawit dan karet. Adapun Jarak TPA ke pemukiman
penduduk terdekat 1,3 Km serta Jarak TPA ke sungai/pantai terdekat 0,25 Km. Sampah
yang berada di TPA secara berkala dikurangi dengan cara pembakaran dan belum
dilakukan pengolahan lebih lanjut, hal ini dikarenakan belum tersedianya peralatan yang
mendukung pilot projek 3R (Reuse, Reduece, Recycle). TPA Kota Langsa sejak
dibangun oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD dan Nias belum dimanfaatkan
sepenuhnya, hal ini dikarenakan kondisi TPA yang telah rusak kembali sebelum proses
Bab III - 83
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
serah terima aset antara BRR dan Pemko Langsa. Sehingga sampah yang seharusnya
ditempatkan di TPA malah dibuang di luar. Namun demikian sejak tahun 2009 dan 2010,
kegiatan fungsionalisasi TPA telah mendapat perhatian oleh Pemerintah Pusat,
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kota Langsa sendiri. Disamping hal tersebut, akses
menuju TPA Kota Langsa sampai saat ini belum dilakukan pengaspalan, sehingga pada
saat musim hujan, mobil/truk pengangkut sampah sangat sulit untuk sampai di TPA.
d) Drainase
Kondisi sistem drainase makro Kota Langsa saat ini masih belum memadai terutama
untuk menanggulangi genangan air serta pengendalian banjir. Berdasarkan hasil survei
lapangan, terlihat bahwa tingkat pelayanan sistem drainase kota masih rendah. Kondisi
ini dapat dilihat terutama pada kawasan perdagangan dan permukiman penduduk.
Disamping itu masih terdapat beberapa daerah yang masih dalam kategori rawan banjir,
baik itu yang disebabkan oleh air sungai yang meluap maupun air yang disebabkan oleh
hujan. Disamping hal tersebut, terkait dengan kondisi saluran limbah (drainase
lingkungan) masyarakat Kota Langsa, dari hasil studi EHRA yang dilaksanakan, bahwa
ditemui sekitar 60,19% rumah tangga teramati tidak memiliki akses pada saluran air
limbah dan hanya sekitar 39,81% memiliki akses pada saluran air di depan atau di sekitar
rumahnya.
Bab III - 84
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
Struktur Kelembagaan Kota Langsa adalah: Cipta Karya merupakan unit bidang di bawah
Dinas Pekerjaan Umum, sedangkan Air Minum Kota Langsa memiliki BUMD dengan
nama PDAM Tirta Kemuning.
Dokumen Perencanaan Bidang Cipta Karya yang dimiliki oleh Kota Langsa adalah: (1)
RTRW ada sampai tahun 2013; (2) RPJP ada sampai tahun 2027; (3) RPJM ada sampai
tahun 2017; (4) RPIJM ada sampai tahun 2017; (5) SPPIP dalam proses; (6) RKPP
dalam proses; (7) RTBL dalam proses; (8) BK/SSK ada sampai tahun 2011 dan MPSS
ada/selesai tahun 2012; serta (9) dalam proses.
Indeks Kapasitas Fiskal Kota Langsa sebesar 0,2049 dengan kategori Rendah (Sesuai
dengan Peraturan Menteri Keuangan NOMOR 226/PMK.07/2012).
c) Sektor Persampahan
Reduksi Sampah TPST Pengelolaan Sampah
Kondisi Tahun 2012 Kondisi Tahun 2012
(%) (%)
Volume Timbulan Volume Sampah Kapasitas TPA
Jenis TPA Volume Sampah Volume Sampah
Sampah Direduksi TPST (m3/hari)
Diolah TPA Tertangani TPA
466,20 72,00 Control Landfill 72,00 - -
d) Sektor Drainase
Sistem Jaringan Drainase Skala Kawasan Dan Skala Kota
Bab III - 85
Laporan Akhir Konsultan Individual Evaluasi
Satker Randal Provinsi Aceh
Target 2014
Kondisi
(Rencana Induk Sistem Kondisi Tahun 2012 Kondisi Tahun 2012
2014
Drainase)
Luas Luas Pengurang
Jumlah Jumlah Panjang Jumlah Jumlah Pengurangan
Panjang Daerah Daerah an
Pompa Polder Saluran Pompa Polder Genangan
Saluran (m) Genangan Genangan Genangan
(unit) (unit) (m) (unit) (unit) (%)
2010 (ha) 2012 (ha) (%)
523,66 - 6 523,66 - 6 0,77 22,02 17 0,77
- - - -
Bab III - 86