Anda di halaman 1dari 11

KORPS MARINIR Lampiran Ketetapan Karumkitalmar Cilandak

RUMKITAL MARINIR CILANDAK Nomor SK/ / I / 2016


Tanggal Januari 2016

BAB I
DEFINISI

Pekerjaan konstruksi bangunan merupakan kompleksitas kerja yang melibatkan


bahan bangunan, peralatan, tenaga kerja dan penerapan teknologi yang dapat
menimbulkan bahaya yang merugikan bagi pekerja maupun lingkungan.Tahapan
kegiatan konstruksi terdiri dari pekerjaan galian, pekerjaan pondasi, pekerjaan beton,
pekerjaan baja dan pembongkaran/demolition.Pembongkaran adalah Cipta Karya
Kegiatan membongkar atau merobohkan seluruh atau sebagian bangunan gedung,
komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana dan sarananya.
Pekerjaan pembongkaran/demolition adalah pekerjaan yang dilakukan dalam
rangka penghancuran bangunan, sebagian bangunan yang mempengaruhi seluruh
integritas struktur melalui metode perencanaan dan pengendalian serta
prosedurnya.Tahap pembongkaran/demolition dapat menimbulkan dampak terhadap
penurunan kualitas udara, penularan infeksi, peningkatan kebisingan, peningkatan
getaran dan terjadinya kedaruratan.

1
BAB II
RUANG LINGKUP

Semakin meningkatnya Rumah Sakit, dipandang perlu adanya pembuatan


Panduan Keamanan dan Keselamatan Pembongkaran Demolition Pekerjaan Kontruksi
di Rumkital Marinir Cilandak.Pembongkaran/demolition di Rumah Sakit sering
dilakukan, maka untuk Ruang lingkup panduan pekerjaan pembongkaran/demolition
mencakup :
1. Jenis kegiatan pembongkaran/demolition
Kegiatan pembongkaran/demolition di Rumkital Marinir Cilandak terdiri dari :
1. Pembongkaran partisi
2. Pembongkaran dinding
3. Pembongkaran lantai
4. Pembongkaran plafon
5. Pembongkaran atap
2. Standar kualitas udara
Kegiatan pembongkaran/demolition akan berdampak pada penurunan
kualitas udara di lingkungan rumah sakit. Penurunan kualitas udara merupakan
kondisi berbahaya (hazard condition) bagi keselamatan dan kesehatan pasien,
pengunjung, dokter dan anggota rumah sakit. Mengacu pada Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit, standar kualitas udara di Rumkital Marinir Cilandak :
1. Tidak berbau (terutama amoniak dan H2S)
2. Partikel debu ukuran 10 micron, konsentrasi maksimum 150 µg/M3
3. Angka kuman sesuai dengan standart yang ditetapkan Kementrian
Kesehatan.

2
ANGKA KUMAN YANG DITETAPKAN OLEH KEMENTRIAN KESEHATAN
Tabel 1
Standar angka kuman rumah sakit

Konsentrasi maksimum mikroorganisme


No Nama Ruagan
(CFu/M3)
1 Operasi 10

2 Bersalin 200

3 Pemulihan 200-500

4 Observasi bayi 200

5 Perawatan bayi 200

6 Perawatan premature 200

7 ICU 200

8 Jenazah/autopsy 200-500

9 Laboratorium 200-500

10 Radiologi 200-500

11 Sterilisasi 200

12 Dapur 200-500

13 Gawat darurat 200

14 Administrasi 200-500

3
Tabel 2
Kadar gas dan bahan berbahaya

No Parameter Konsentrasi maksimum


mikroorganisme
(CFu/M3)
1 Karbon monosida 10000 µg/M3
2 Karbon dioksida 1 ppm
3 Timbal 0,5 µg/M3
4 Nitrogen dioksida 200 µg/M3
5 Radon 4 PCI/liter
6 Sulfur dioksida 125 µg/M3
7 Formal dehid 100 g/M3
8 Total senyawa organic mudah menguap 1 ppm

3. Potensi bahaya infeksi di rumah sakit.


Bahaya infeksi dapat diartikan bahaya penularan penyakit yang dapat
terjadi di lingkungan rumah sakit. Tingkat resiko penularan penyakit di rumah
sakit diklasifikasikan :
1. Zona resiko rendah (ruang administrasi, pertemuan, perpustakaan,
resepsionis, pendidikkan dan pelatihan)
2. Zona resiko sedang (ruang rawat inap, ruang rawat jalan, ruang tunggu
pasien)
3. Zona resiko tinggi (ruang isolasi, perawatan intensif, laboratorium, jenazah)
4. Zona resiko sangat tinggi ( ruang operasi, bedah mulut, perawatan gigi, gawat
darurat,bersalin dan patologi.
Penularan penyakit di rumah sakit sebagai dampak dari pekerjaan
pembongkaran/demolition terjadi akibat penurunan kualitas udara lingkungan
seperti peningkatan kadar debu, peningkatan kadar gas bahan berbahaya dan
peningkatan angka kuman.

4
4. Persyaratan utlilitas
Utlilitas adalah peralatan pendukung dalam kegiatan
pembongkaran/demolition.Utilitas yang digunakan harus menjamin keamanan
dan keselamatan pasien, pengunjung.dokter dan karyawan

5. Standar kebisingan
Proses pembongkaran/demolition akan berdampak pada peningkatan
intensitas kebisingan. Kebisingan yang ditimbulkan akan mengganggu
kenyamanan pasien, pengunjung, dokter dan karyawan. Bahkan pada kondisi
kebisingan tertentu yang melebihi nilai ambang batas (NAB) akan menimbulkan
ganggguan pendengaran baik tuli sementara sampai tuli permanen. Mengacu
pada Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, standar kebisingan di rumah
sakit disajikan pada tabel 3.

5
Tabel 3
Standar kebisingan di rumah sakit

No Nama Ruagan Kebisingan Maksimal

1 Ruang pasien :
Saat tidak tidur 45
Saat tidur 40

2 Ruang operasi umum 45

3 Anesthesi, pemulihan 45

4 Endoskopi, laboratorium 65

5 Sinar X 40

6 Koridor 40

7 Tangga 45

8 Loby/kantor 45

9 Ruang alat/gudang 45

10 Farmasi 45

11 Dapur 78

12 Ruang cuci 78

13 Isolasi 40

14 Poli gigi 80

6
6. Kedaruratan
Kedaruratan pada tahap pembongkaran/demolition diartikan kejadian
darurat apabila proses demolition tersebut menimbulkan kecelakaan bagi
pekerja/karyawan atau pasien dan pengunjung yang berada pada area lokasi
pekerjaan pembongkaran/demolition. Kecelakan kerja tersebut dapat
menimbulkan cidera, cacat bahkan kematian.

7
BAB III
TATA LAKSANA

Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja dijadikan budaya kerja dalam


pelaksanaan kegiatan pembongkaran/demolition.Untuk memberikan rasa aman kepada
pasien, penunjung, dokter dan karyawan rumah sakit lainnya. Untuk itu dalam mekanisme
tata laksana diatur :
a. Pelaksana pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja adalah Komite K3
rumah sakit.
b. Pelaksana kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja pekerjaan
pembongkaran/demolition adalah setiap instalasi/urusan yang sedang
melaksanakan kegiatan pembongkaran/demolition.
7. Tata laksana pengendalian kualitas udara
Untuk menjamin kualitas udara di lingkungan rumah sakit yang memenuhi
syarat kesehatan sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit, maka pada setiap tahapan kegiatan pembongkaran/demolition dilaksanakan
tata laksana sebagai berikut :
1. Ruangan yangakan dilaksanakan pembongkaran/demolition diisolasi untuk
mencegah penyebaran debu, gas dan partikel lainnya menyebar ke ruangan lain di
lingkungan rumah sakit.
2. Isolasi lokasi pembongkaran/demolition dilakukan dengan membuat penyekat
rapat dan tidak berlubang.
3. Proses pembongkaran/demolition bangunan harus disertai dengan penyiraman
menggunakan air bersih terhadap bangunan yang dibongkar sehingga
meminimalkan debu.
4. Pembuangan debu bongkaran, partikel dan gas lainnya dapat menggunakan
exhausfan.
5. Jika pada lokasi pembongkaran/demolition terdapat jaringan
plumbing/perpipaan air kotor, maka jaringan plumbing/perpipaan air kotor tersebut
agar diamankan agar bahaya gas yang ditimbulkan dapat dihilangkan.
6. Agar dipasang papan informasi/pemberitahuan tentang adanya
pembongkaran/demolition.
7. Pekerja/karyawan yang bekerja di area pembongkaran/demolition diwajibkan
menggunakan masker untuk mencegah paparan debu, gas dan partikel lainnya.
8
8. Alur lalulintas pekerja dan material pembongkaran/demolition menggunakan
jalur khusus yang tidak bersinggungan dengan pasien.
9. Untuk mengevaluasi keberhasilan upaya pengendalian kualitas udara dapat
dilaksanakan sampling pengukuran pasca pembongkaran/demolition oleh
laboratorium yang memenuhi standar komite akreditasi nasional (KAN).
8. Tata laksana pengendalian bahaya infeksi
Untuk menjamin keamanan dan keselamatan pasien, pengunjung, dokter
dan karyawan dari bahaya penularan infeksi dilaksanakan kegiatan :
1. Isolasi ruangan yang dilakukan pembongkaran/demolition.
2. Sterilisasi dan desinfeksi ruangan.
3. Pengawasan penanganan sampah.
4. Pengkuran kualitas udara mencakup debu, angka kuman dan gas berbahaya.
5. Pemeriksaaan jenis kuman untuk mengetahui pola kuman.
9. Tata laksana pengendalian kebisingan
Rumah sakit harus memberikan kenyamanan bagi pasien, pengunjung,
dokter dan karyawan. Untuk mengendalikan kebisingan pada saat dilaksanakan
pembongkaran/demolition dapat dilaksanakan dengan :
1. Isolasi ruangan pembongkaran/demolition dengan penyekat yang rapat, jika
perlu dilapisi dengan peredam.
2. Waktu pekerjaan pembongkaran/demolition dilaksanakan pada kondisi :
a. Didalam jam kerja pada kondisi pasien tidak sedang istirahat
b. Diluar jam kerja, pada kondisi pasien istirahat tidak boleh melakukan
kegiatan yang meningkatkan kebisingan agar tidak mengganggu kenyamanan
pasien.
3. Pelaksanaan pembongkaran/demolition agar direncanakan dan dilaksanakan
dalam waktu yang cepat untuk mencegah paparan kebisingan yang terlalu lama.
4. Penggunaan utilitas/sarana pendukung pada pembongkaran/demolition yang
minimal menimbulkan bising seperti penggunaan mesin cor untuk membuat lubang
pada beton dan hindari pembongkaran manual.
5. Jika memungkinkan, pindahkan kegiatan yang menimbulkan bising ke area luar
lokasi.
10. Tata laksana pengendalian kedaruratan
Untuk mencegah kedaruratan seperti terjadinya kecelakaan kerja pada
proses pembongkaran/demolition dilakukan dengan :
9
a. Isolasi lokasi yang akan dilakukan pembongkaran/demolition
b. Memulai pekerjaan dengan briefing/pengarahan keselamatan kerja untuk
mengingatkan pekerja agar bekerja dengan hati-hati dan mematuhi ketentuan
keselamatan kerja
c. Gunakan alat pelindung diri seperti safety belt, sepatu helm, sarung tangan,
masker, kacamata (google) sesuai dengan bahaya kerja untuk mencegah
cidera/luka jika terjadi kecelakaan kerja
d. Apabila terjadi kecelakaan kerja, maka dilakukan pengobatan di Instalasi Gawat
Darurat

10
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Pencatatan
Sebagai bahan pelaporan, dilakukan pencatatan keselamatan dan
kesehatan kerja yang berhubungan dengan kegiatan
pembongkaran/demolition.Kegiatan pencatatan yang dilakukan dalam rangka
pengendalian bahaya akibat pembongkaran/demolition kegiatan kontruksi meliputi :
1. Laporan pemeriksaan kualitas udara baik pemeriksaan debu, angka kuman dan
gas berbahaya.
2. Laporan pemeriksaan jenis kuman.
3. Materi briefing keselamatan kerja.
4. Check list ketaatan penggunaan alat pelindung diri.
5. Catatan kejadian kecelakaan kerja.
2. Pelaporan
Pelaporan dilaksanakan oleh Komite K3 kepada Kepala Rumkital Marinir
Cilandak setiap 3 bulan.
3. Tindak lanjut
Hal-hal yang perlu penanganan kedaruratan seperti kecelakaan kerja
ditindaklanjuti segera.Sedangkan hal-hal yang tidak memerlukan penanganan
kedaruratan ditindaklanjuti setelah laporan mendapatkan arahan tertulis dari
Kepala Rumkital Marinir Cilandak.

Jakarta, Januari 2016


Kepala Rumkital Marinir Cilandak

dr. Budi Wahjono, Sp N


Kolonel Laut (K) NRP. 9134/P

11

Anda mungkin juga menyukai