Anda di halaman 1dari 21

SISTEM PEMADAM KEBAKARAN PADA

APARTEMEN 20 LANTAI
TUGAS 6 – KELOMPOK 3

Disusun oleh :
Prayoga Pangestu (1914221008)
M. Dimas Baihaqi (1914221005)
Ahmad Andi Bayu Mahendra (1914221024)
Mohammad Bram Syaifullah (1914221007)
Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran
 Sarana Proteksi Kebakaran Aktif
Alat atau instalasi yang dipersiapkan untuk medeteksi dan memadamkan kebakaran.
Contoh : Sistem deteksi dan alarm, APAR, Hydrant, Springkler, house rell, dll.

 Sarana Proteksi kebakaran Pasif


Alat atau sarana atau metode mengendalikan penyebaran asap panas dan gas
berbahaya bila terjadi kebakaran.
Contoh : sistem kompertamentansi, treatment atau cloathing, fire retardant, sarana
pengendalian asap ( smoke control system ), sarana evakuasi, sistem pengendali asap
dan api ( smoke damper, fire damper, fire stopping), alat bantu evakuasi dan rescue
dll.

 Fire Safety Manajeman


A. Sistem deteksi alarm kebakaran
Strategi pertama dalam menghadapi kebakaran adalah berpacu
dengan waktu, karena itu perlu adanya sistem pendetaksian dini
dan sistem tanda bahaya serta sistem kondisi darurat.

Dengan perkembangan teknologi, peran penjagaan tempat dapat


digantikan dengan memasang sistem instalasi deteksi dan alarm
kebakaran otomatik
Klasifikasi sistem alarm
 Manual
 Otomatik ( semi addresable atau fully addresable )
 Otomatik integrated system ( deteksi, alarm, dan pemadam )

Komponen sistem alarm kebakaran


otomatik
 Detektor dan tombol manual ( input signal )
 Panel indicator kebakaran ( system control )
 Aalarm audible atau visible
 Detektor
Alat untuk mendeteksi kebakaran secara otomatik, yang dapat
dipilih tipe yang sesuai dengan karakteristik ruangan, diharapkan
dapat mendeteksi secara cepat, akurat dan tidak memberikan
informasi palsu.

Jenis detektor :
1. Detektor panas (Heat Detector )
2. Detektor asap ( Smoke Detector )
3. Detektor nyala ( Fire Detector )

Detektor dipasang ditempat yang tepat sehingga memiliki jarak


jangkauan pengindraan yang efektif sesuai spesifikasinya
 Tombol manual
Alat yang dapat dioperasikan secara manual yang dilindungi dengan
kaca, yang dapat diaktifkan secara manual dengan memecahkan
kaca terlebih dahulu, apabila ada yang melihat kebakaran tetapi
detektor otomatik belum bekerja.

 Panel kendali
Pusat pengendali sistem deteksi dan alarm, yang dapat mengindikasi
status standby normal, mengindikasi singnal input dan detektor
maupun tombol manual dan mengaktifkan alarm tanda kebakaran.
Dapat diketahui alamat atau lokasi datangnya panggilan detektor
yang aktif atau tombol manual yang diaktifkan.
 Signal Alarm
Indikasi adanya bahaya kebakaran yang dapat didengar ( audible
alarm ) berupa bell berdering, sirene, atau yang dapat dilihat ( visible
alarm )

 Sistem instalasi alarm kebakaran otomatik


Peralatan yang ada di dalam bangunan yang bersankutan antara lain
dengan Lift, AC, pressurized fan, indikator aliran sistem springkler,
dll.
B. ALAT PEMADAM API RINGAN
Direncanakan untuk memadamkan api pada awal kebakaran. Desain konstruksinya dapat dijinjing

dan mudah dioperasikan oleh satu orang.

Syarat Pemasangan alat pemadaman api ringan :


1. Ditempat yang mudah dilihat dan mudah dijangkau, mudah diambil ( tidak diikat mati atau
digembok )
2. Tinggi maksimum 120 cm

3. Jenis media dan ukurannya harus sesuai dengan klasifikasi kebakaran dan beban api

4. Dilakukan pemeriksaan secara verkala

5. Media pemadam harus diisi ulang sesuai batas waktu yang ditentukan

6. Kekuatan konstruksi tabung harus diuji padat dengan air sesuai ketentuan
Hydrant
Instalasi Pemadam kebakaran yang dipasang permanen berupa
jaringan perpipaan berisi air bertekanan terus menerus yang siap untuk
memadamkan kebakaran.

Komponen Utama Sistem Hydrant :


1.Persediaan air yang cukup.
2.Sistem pompa yang handal, pada umumnya terdiri 3 macam pompa,
yaitu : pompa jockey, pompa utama, dan pompa cadangan.
3.System connection, yaitu sambungan untuk mensuplai air dari mobil
kebakaran
4.Jaringan pipa yang cukup
5.Slang dan nozle yang cukup melindungi seluruh bangunan
Klasifikasi sistem hydrant

Kriteria Klas I Klas II Klas III

500 US GPM 500 US GPM 500 US GPM


Debit air
minimal
Tekanan pada 4,5 – 7 kg/Cm2 4.5 – 7 kg/Cm2 4.5 – 7 kg/Cm2
nosel terjauh

Ukuran Slang 1 ½ Inc 2 ½ Inc 1 ½ dan 2 ½ Inc

Persediaan air 45 menit 60 menit 90 menit


Standar persyaratan penempatan titik hydrant adalah didasarkan
klasifikasi resiko bahaya jenis hunian.

Resiko Ringan Luas 1000 – 2000 m2, 2 titik


hidrant, dan tambahan 1 titik
setiap 1000 m2.

Resiko Sedang Luas 800 – 1600 m2, 2 titik


hydrant, dan tambahan 1 titik
setiap 800 m2.

Resiko Berat Luas 600 – 1200 m2, 2 titik


hydrant, dan tambahan 1 titik
600m2
Sprinkler
Instalasi Pemadam kebakaran yang dipasang permanen untuk
melindungi bangunan dari bahaya kebakaran akan bekerja secara
otomatik.

Komponen Utama Sistem Sprinkler :


1.Persediaan air.
2.Pompa.
3.System connection.
4.Jaringan pipa .
5.Kepala Sprinkler
Klasifikasi Kepala Sprinkler
Standar ukuran kepala springkler sesuai klasifikasi hunian :
Ringan : 10 mm – 3/8 in
Sedang : 15 mm – ½ inc
Berat: 20 mm – 17/32 in

Standar kode warna dan suhu kerja kepala springkler :


Jingga : 53° C
Kuning : 79° C
Biru : 141° C
Hitam : 201° - 260° C
Merah : 68° C
Hijau: 93° C
Ungu: 182° C
Syarat teknis perencanaan instalasi springkler berpedoman pada
perhitungan hydrolik kebutuhan tekanan dan debit air ( kepadatan
pancaran ) sesuai klasifikasi bahaya pada bangunan atau objek yang
dilindungi

Tekanan kerja maksimum kepala springkler 10 kg/cm2 dan minimal


2.2 kg/m2
Kapasitas aliran pada kepala springkler seperti pada tabel ….

Tekanan Kapasitas Aliran ( Q : gpm )


(Psi)
3/8 " 1/2 " 17/32 "

10 9 18 25
15 11 22 32
20 13 25.5 36
25 14.5 28.5 40
35 17 34 47
50 20 40 56.5
75 25 49.5 69
100 28.5 57 80
Sarana Evakuasi
Evakuasi

Usaha menyelamatkan diri sendiri dari tempat berbahaya menuju ke


tempat aman

Sarana Evakuasi

Sarana dalam bentuk konstruksi dan bagian bangunan yang dirancang


aman sementara ( minimal 1 jam ) untuk jalan menyelamatkan diri
bila terjadi kebakaran bagi seluruh penghuni didalamnya tanpa dibantu
orang lain.
Ketentuan Hukum
 Setiap tempat kerja harus tersedia jalan selain pintu keluar-masuk utama untuk
menyelamatkan diri bila terjadi kebakaran. Pintu tersebut harus membuka
keluar dan tidak boleh dikunci

 Petunjuk arah evakuasi harus terlihat jelas pada waktu keadaan gelap

 Berapa unit exit yang dibutuhkan untuk mengevakuasi orang sebanyak 450
orang dalam waktu 2 ½ menit.

o Jumlah orang dibagi 40 kali 2 ½ menit

o 350/40 x 2 ½ = 3 ½ unit exit

o Bila hasilnya pecahan harus dibulatkan ke atas, seperti pada contoh diatas
harus dibulatkan menjadi 4 unit exit

 Untuk menjamin keamanan minimal 1 jam maka konstruksinya harus


dirancang tahan api dan dilengkapi sarana pengendalian asap dengan tekanan
udara positif ( pressurized fan )
Kompartementasi
Metode pengaturan tata ruang untuk menghambat penjalaran kebakaran ke
bagian lain. Metode dapat menerapkan jarak tertentu atau dengan dinding
pembatas dan mengatur posisi bukaan tidak saling berhadapan

Daerah untuk menyimpan atau mengolah bahan yang dapat meledak atau
terbakar harus terpisah dengan ruangan yang menggunakan alat yang dapat
menimbulkan sumber panas

Jarak aman harus diperhitungkan agar apabila terjadi kebakaran tidak


mudah merambat ke tempat lain

Bukaan antar bangunan agar tak saling berhadapan

Sistem kompartemenisasi juga dapat dengan cara dibatasi dengan tembok


ysng tahan api
Sistem pengendalian asap dan panas
 Asap dan panas pada waktu kejadian kebakaran adalah salah satu

produk kebakaran yang sangat membahayakan bagi manusia.

Kecenderungan asap dan gas akan menyebar keatas, karena itu

terutama pada gedung bertingkat harus direncanakan sedemikian rupa.

Jalur atau bukaan vertikal merupakan cerobong asap, karena itu harus

ada sistem mekanik yang dapat mengendalikan asap dan gas.

 Pada bangunan gedung apartemen dengan sistem AC sentral, apabila

terjadi kebakaran akan menyebarkan asap keseluruh ruangan. Karena

itu harus ada sistem deteksi asap yang dapat mengontrol mekanik

pentup asap ( smoke damper ) dan atau mematikan AC sentral.


Konsep manajemen penanggulangan
kebakaran
Berdasarkan pendekatan teknik dengan mendermati fenomena kebakaran, adalah mencakup
semua aktifitas dari prakondisi sampai dengan pasca kejadian.

PRE FIRE CONTROL IN CASE FIRE CONTROL

Identifikasi potensi bahaya kebakaran Deteksi alarm

Identifikasi tingkat ancaman bahaya kebakaran Padamkan

Identifikasi scenario Lokalisir

Perencanaan tanggap darurat Evkuasi

Perencanaan system proteksi kebakaran

Pelatihan
 Setiap terjadi kebakaran baik besar maupun kecil, termasuk hampir
terbakar harus dilakukan langkah :

-> INVESTIGASI -> ANALISIS -> REKOMENDASI ->


REHABILITASI

 Untuk menangani masalah K3 penanggulangan kebakaran


diperlukan adanya petugas, atau unit organisasi yang bertanggung
jawab terhadap usaha pencegahan kebakaran, pemeliharaan sistem
proteksi kebakaran dan melakukan usaha pemadaman, pertolongan
koran dan penyelamatan harta berada apabila terjadi kebakaran

 Tempat kerja yang berpotensi bahaya kebakaran tinggi mutlak


diperlukan adanya unit khusus yang mengelola masalah kebakaran
secara manajerial ( Fire Safety Management )

Anda mungkin juga menyukai