No.200 tidak boleh melampaui dua per tiga fraksi bahan yang lolos ayakan
No.40.
Seluruh Lapis Pondasi Agregat harus bebas dari bahan organik dan gumpalan
lempung atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki dan setelah dipadatkan
harus memenuhi ketentuan gradasi (menggunakan pengayakan secara basah)
yang diberikan dalam tabel 1 dan memenuhi sifat-sifat yang diberikan dalam tabel
2 di bawah ini :
Tabel 1 : Gradasi Lapis Pondasi Agregat Klas A
Ukuran Ayakan
ASTM
(mm)
2
50
37,5
100
25,0
79 - 85
3/8
9,50
44 - 58
No.4
4,75
29 - 44
No.10
2,0
17 - 30
No.40
0,425
7 - 17
No.200
0,075
2-8
Klas A
0 - 40 %
0-6
maks. 25
0 - 25
0-5%
min.90 %
Pengujian
Standar
Nilai
Maks. 40 %
SNI 03-2439-1991
Min. 95 %
Indeks Kepipihan
Maks.25 %
19
0-5
0-5
Agregat Pengunci :
1
25
100
100
100
19
95 - 100
95 - 100
95 - 100
3/8
9,5
0-5
0-5
0-5
Agregat Penutup :
12,7
100
100
100
3/8
9,5
85 - 100
85 - 100
85 - 100
No.4
4,75
10 - 30
10 - 30
10 - 30
No.8
2,36
0 - 10
0 - 10
0 - 10
b. Aspal
Bahan aspal haruslah salah satu dari berikut ini :
a) Aspal semen Pen.80/100 atau Pen.60/70 yang memenuhi AASHTO M20.
b) Aspal emulsi CRS1 atau CRS2 yang memenuhi ketentuan SNI 03-4798-1998
atau RS1 atau RS2 yang memenuhi ketentuan AASHTO M140.
c) Aspal cair penguapan cepat (rapid curing) jenis RC250 atau RC800 yang
memenuhi ketentuan SNI 03-4800-1998, atau aspal cair penguapan sedang
(medium curing) jenis MC250 atau MC800 yang memenuhi ketentuan SNI
03-4799-1998.
Jenis aspal lainnya mungkin dapat digunakan dengan persetujuan PPTK.
5. Lapis Resap Pengikat - Aspal Cair
Bahan aspal untuk Lapis Resap Pengikat haruslah salah satu dari berikut ini :
a. Aspal emulsi reaksi sedang (medium setting) atau reaksi lambat (slow setting)
yang memenuhi SNI 03-4798-1998. Umumnya hanya aspal emulsi yang dapat
menunjukkan peresapan yang baik pada lapis pondasi tanpa pengikat yang
disetujui. Aspal emulsi harus mengandung residu hasil penyulingan minyak
bumi (aspal dan pelarut) tidak kurang dari 60 % dan mempunyai penetrasi
aspal tidak kurang dari 80/100. PPTK dapat mengijinkan penggunaan aspal
emulsi yang diencerkan dengan perbandingan 1 bagian air bersih dan 1
bagian aspal emulsi dengan syarat tersedia alat pengaduk mekanik yang
disetujui oleh PPTK.
Kerangka Acuan Kerja Pekerjaan Peningkatan Jalan di Lingkungan Desa Mangkupadi
b.
Agregat Kasar
1)
Fraksi agregat kasar untuk rancangan campuran adalah yang tertahan
ayakan No.8 (2,36 mm) yang dilakukan secara basah dan harus bersih,
keras, awet dan bebas dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki
lainnya dan memenuhi ketentuan yang diberikan dalam Tabel (3).
2)
Fraksi agregat kasar harus dari batu pecah mesin dan disiapkan dalam
ukuran nominal sesuai dengan jenis campuran yang direncanakan
seperti ditunjukan pada Tabel (4).
3)
Agregat kasar harus mempunyai angularitas seperti yang disyaratkan
dalam Tabel (3). Angularitas agregat kasar didefinisikan sebagai persen
terhadap berat agregat yang lebih besar dari 4,75 mm dengan muka
bidang pecah satu atau lebih berdasarkan uji menurut Pennsylvania
DoTs Test Method No.621.
4)
Agregat kasar untuk Latasir kelas A dan B boleh dari kerikil yang bersih.
Kerangka Acuan Kerja Pekerjaan Peningkatan Jalan di Lingkungan Desa Mangkupadi
5)
Standar
Nilai
SNI 3407:2008
Maks.12 %
SNI 2417:2008
Maks. 30%
Maks. 40%
SNI 03-2439-1991
DoTs
Pennsylvania
Test Method,
PTM No.621
ASTM D4791
Perbandingan 1 :5
SNI 03-4142-1996
Min. 95 %
95/90
80/75
Maks. 10 %
Maks. 1 %
Catatan : 95/90 menunjukkan bahwa 95% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu atau
lebih dan 90% agregat kasar mmepunyai muka bidang pecah dua atau lebih.
Tabel 4 : Ukuran Nominal Agregat Kasar Penampung Dingin untuk Campuran Aspal
Jenis Campuran
10 - 14
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
c.
14 - 22
22 - 30
Ya
Agregat Halus
1)
Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari pasir atau
hasil pengayakan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan
No.8 (2,36 mm).
2)
Fraksi agregat halus pecah mesin dan pasir harus ditempatkan terpisah
dari agregat kasar.
3)
4)
5)
6)
Standar
Nilai
SNI 03-4428-1997
SNI 03-4428-1997
SNI 3423 : 2008
d.
AASHTO TP-33
atau
ASTM C1252-93
Min. 45
Min. 40
e.
Metoda Pengujian
Persyaratan
SNI 03-4428-1997
75 %
10
(SS)
Ayakan
(mm)
Gradasi
Senjang3
Kelas A
37,5
25
19
12,5
Kelas
B
100
9,5
4,75
2,36
100
90 - 100
WC
10 - 15
8 13
Base
WC
100
90 100
65 - 90
100
87 100
55 - 88
100
90 100
55 - 70
50
723
35 553
50 62
32 - 44
35 - 60
15 - 35
20 45
15 35
15 - 35
5 - 35
6 - 10
2-9
6 10
4-8
Gradasi Kasar1
Gradasi Halus
Base
100
90 100
75 - 85
75 100
1,18
0,600
0,300
0,150
0,075
Gradasi Semi
Senjang 2
WC
BC
Base
100
90 - 100
100
90 - 100
74 - 90
72 - 90
54 - 69
39,1 - 53
31,6 - 40
23,1 - 30
15,5 - 22
9 - 15
4 - 10
Base
WC
BC
100
90 - 100
73 - 90
61 - 79
100
90 - 100
100
90 - 100
71 - 90
100
90 - 100
73 - 90
55 - 76
64 82
47 - 64
34,6 - 49
47 - 67
39,5 - 50
30,8 - 37
72 - 90
43 - 63
28 - 39,1
58 80
37 - 56
23 - 34,6
45 - 66
28 - 39,5
19 - 26,8
28,3 - 38
20,7- 28
13,7- 20
4 - 13
4-8
24,1 - 28
17,6 - 22
11,4 - 16
4 - 10
3- 6
19 - 25,6
13 - 19,1
9 - 15,5
6 - 13
4 - 10
15 - 22,3
10 - 16,7
7 - 13,7
5 11
4-8
12 - 18,1
7 - 13,6
5 - 11,4
4,5 - 9
3-7
Catatan:
1.
Laston (AC) bergradasi kasar dapat digunakan pada daerah yang mengalami deformasi yang lebih tinggi dari
biasanya seperti pada daerah pengunungan, gerbang tol atau pada dekat lampu lalu lintas.
2.
Lataston (HRS) bergradasi semi senjang sebagai pengganti Lataston bergradasi senjang dapat digunakan pada
daerah dimana pasir halus yang diperlukan untuk membuat gradasi yang benar-benar senjang tidak dapat
diperoleh.
3.
Untuk HRS-WC dan HRS-Base yang benar-benar senjang, paling sedikit 80% agregat lolos ayakan No.8 (2,36
mm) harus lolos ayakan No.30 (0,600 mm). Lihat Tabel 4 sebagai contoh batas-batas Bahan Bergradasi
Senjang di mana bahan yang lolos No. 8 (2,36 mm) dan tertahan pada ayakan No.30 (0,600 mm).
4.
Untuk semua jenis campuran, rujuk Tabel 7 untuk ukuran agregat nominal maksimum pada tumpukan bahan
pemasok dingin.
Alternatif 1
Alternatif 2
% lolos No.8
% lolos No.30
40
paling sedikit
32
8 atau kurang
50
paling sedikit
40
10 atau kurang
% kesenjangan
f.
Alaternatif 3
Alternatif 4
60
70
paling sedikit
paling sedikit
48
56
12 atau kurang 14 atau kurang
No.
Jenis Pengujian
Metoda
Pengujian
Tipe I
Aspal
Pen.
60-70
B
Elastomer
Alam
(Latex)
C
Elastome
r Sintetis
1.
SNI 06-2456-1991
60-70
40-55
50-70
Min.40
2.
SNI 06-6441-2000
385
385 2000
< 2000(5)
< 3000(5)
3.
SNI 06-2434-1991
>48
>54
> -1,0
- 0,5
> 0.0
> 0,4
4.
Indeks Penetrasi
4)
11
No.
Jenis Pengujian
Metoda
Pengujian
Tipe I
Aspal
Pen.
60-70
B
Elastomer
Alam
(Latex)
C
Elastome
r Sintetis
5.
SNI-06-2432-1991
>100
> 100
> 100
> 100
6.
SNI-06-2433-1991
>232
>232
>232
>232
>99
>99
7.
8.
9.
> 90
(1)
ASTM D5546
>99
Berat Jenis
SNI-06-2441-1991
>1,0
>1,0
>1,0
>1,0
Stabilitas Penyimpanan
(C)
<2,2
<2,2
<2,2
< 0.8
3)
< 0.8
3)
SNI 06-2441-1991
< 0.8
11.
SNI 06-2456-1991
> 54
> 54
> 54
54
12.
Indeks Penetrasi
> -1,0
> 0,0
> 0,0
> 0,4
13.
Keelastisan setelah
Pengembalian (%)
AASHTO T 301-98
> 45
> 60
14.
SNI 062432-1991
> 100
> 50
> 50
15.
Min. 95(1)
Min. 95(1)
Min. 95(1)
4)
< 0.8
2)
10.
Catatan :
1.
Hasil pengujian adalah untuk bahan pengikat yang diektraksi dengan menggunakan metoda
SNI 2490:2008. Kecuali untuk pengujian kelarutan dan gradasi mineral dilaksanakan pada
seluruh bahan pengikat termasuk kadar mineral.
2.
Untuk pengujian residu aspal Tipe I, Tipe II A dan Tipe II B residunya didapat dari
pengujian TFOT sesuai dengan SNI 06 -2440 1991.
3.
Untuk pengujian residu aspal Tipe II-C dan Tipe II-D residunya didapat dari pengujian
RTFOT sesuai dengan SNI-03-6835-2002.
4.
Nilai Indeks Penetrasi menggunakan rumus ini :
Indeks Penetrasi = (20-500A) / (50A+1)
A
= [log (Penetrasi pada Temperatur Titik lembek) - log (penetrasi pada 25C)] / (titik lembek - 25C )
5.
Pabrik pembuat bahan pengikat Tipe II dapat mengajukan metoda pengujian alternatif
untuk viskositas bilamana sifat-sifat elastomerik atau lainnya didapati berpengaruh terhadap
akurasi pengujian penetrasi, titik lembek atau standar lainnya. Metoda pengujian viskositas
Brookfield harus digunakan untuk Tipe II D.
Pengujian dilakukan pada aspal dasar dan bukan pada aspal yang telah dimodifikasi.
Viscositas di uji juga pada temperatur 100C dan 160C untuk tipe I, untuk tipe II pada
temperatur 100 C dan 170 C.
6.
7.
2)
3)
Contoh bahan aspal harus diekstraksi dari benda uji sesuai dengan cara
SNI 03-3640-1994 (metoda soklet) atau SNI 03-6894-2002 (metoda
sentrifus) atau AASHTO T 164 - 06 (metoda tungku pengapian). Jika
metoda sentrifitus digunakan, setelah konsentrasi larutan aspal yang
terekstraksi mencapai 200 mm, partikel mineral yang terkandung harus
dipindahkan ke dalam suatu alat sentrifugal. Pemindahan ini dianggap
memenuhi bilamana kadar abu dalam bahan aspal yang diperoleh
kembali tidak melebihi 1 % (dengan pengapian). Jika bahan aspal
diperlukan untuk pengujian lebih lanjut maka bahan aspal itu harus
diperoleh kembali dari larutan sesuai dengan prosedur SNI 03-68942002.
Aspal harus diuji pada setiap kedatangan dan sebelum dituangkan ke tangki
penyimpan AMP untuk penetrasi pada 25oC (SNI 06-2456-1991) dan Titik
Lembek (SNI 06-2434-1991). Aspal yang dimodifikasi juga harus diuji untuk
Kerangka Acuan Kerja Pekerjaan Peningkatan Jalan di Lingkungan Desa Mangkupadi
12
stabilitas penyimpanan sesuai dengan ASTM D5976 part 6.1 dan dapat
ditempatkan dalam tangki sementara sampai hasil pengujian tersebut diketahui.
Tidak ada aspal yang boleh digunakan sampai aspal tersebut telah diuji dan
disetujui.
7. Pasangan Batu
a. Batu harus bersih, keras, tanpa bagian yang tipis atau retak dan harus dari
jenis yang diketahui awet. Bila perlu, batu harus dibentuk untuk
menghilangkan bagian yang tipis atau lemah. Batu harus rata, lancip atau
lonjong bentuknya dan dapat ditempatkan saling mengunci bila dipasang
bersama-sama. Terkecuali diperintahkan lain PPTK, batu harus memiliki
ketebalan yang tidak kurang dari 15 cm, lebar tidak kurang dari satu setengah
kali tebalnya dan panjang yang tidak kurang dari satu setengah kali lebarnya.
b. Adukan haruslah adukan semen yang memenuhi spesifikasi :
1) Bahan
a) Semen harus memenuhi ketentuan dalam SNI 15-2049-2004.
b) Agregat halus harus memenuhi ketentuan dalam AASHTO M45
c) Kapur tohor harus memenuhi ketentuan dalam jumlah residu, letupan
dan lekukan (popping & pitting), dan penahan air sisa untuk kapur
jenis N dalam ASTM C207
d) Air harus memenuhi ketentuan sesuai dengan spesifikasi.
2) Campuran
a) Adukan Semen
Adukan yang digunakan untuk pekerjaan akhir atau perbaikan
kerusakan pada pekerjaan beton, sesuai dengan Pasal yang
bersangkutan dari Spesifikasi ini, harus terdiri dari semen dan pasir
halus yang dicampur dalam proporsi yang sama dalam beton yang
sedang dikerjakan atau diperbaiki. Adukan yang disiapkan harus
memiliki kuat tekan yang memenuhi ketentuan yang disya-ratkan
untuk beton dimana adukan semen dipakai.
b) Adukan Semen untuk Pasangan
Kecuali diperintahkan lain oleh PPTK, adukan semen untuk pasangan
harus mempunyai kuat tekan paling sedikit 50 kg/cm2 pada umur 28
hari. Dalam adukan semen tersebut kapur tohor dapat ditambahkan
sebanyak 10% berat semen.
8. Pondasi Cerucuk Kayu Ulin
Kayu untuk tiang pancang penahan beban merupakan jenis kayu ulin, dapat
diawetkan atau tidak diawetkan, dan dapat dipangkas sampai membentuk
penampang yang tegak lurus terhadap panjangnya atau berupa batang pohon
lurus sesuai bentuk aslinya. Selanjutnya semua kulit kayu harus dibuang. Tiang
pancang kayu harus seluruhnya keras dan bebas dari kerusakan, mata kayu,
bagian yang tidak keras atau akibat serangan serangga. Pengawetan harus sesuai
dengan AASHTO M133 - 04.
9. Baja Tulangan
a. Baja Tulangan
Baja tulangan harus baja polos atau berulir dengan mutu yang sesuai dengan
gambar dan harus memenuhi ketentuan yang diberikan dalam tabel (10). Bila
anyaman baja tulangan diperlukan, seperti untuk tulangan pelat, anyaman
tulangan yang di las yang memenuhi SNI 03-6812-2002 dapat digunakan.
Tabel 10 : Tegangan Leleh Karakteristik Baja Tulangan
Mutu
Sebutan
U24
U32
Baja Lunak
Baja Sedang
13
U39
U48
b.
c.
Baja Keras
Baja Keras
3.900
4.800
10.Pekerjaan Beton
a. Semen
Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus jenis semen Portland tipe
I, II, III, IV, dan V yang memenuhi SNI 15-2049-2004 tentang Semen Portland.
Semen tipe IA (Semen Portland tipe I dengan air-entraining agent ), IIA
(Semen Portland tipe II dengan air-entraining agent), IIIA (Semen Porgtland
tipe III dengan air-entraining agent), PPC (Portland Pozzolan Cement), dan PCC
(Portland Composite Cement) dapat digunakan apabila diizinkan oleh PPTK.
Apabila hal tersebut diizinkan, maka Penyedia Jasa harus mengajukan kembali
rancangan campuran beton sesuai dengan merek semen yang digunakan.
Di dalam satu proyek hanya dapat digunakan satu merek semen, kecuali jika
diizinkan oleh PPTK. Apabila hal tersebut diizinkan, maka Penyedia Jasa harus
mengajukan kembali rancangan campuran beton sesuai dengan merek semen
yang digunakan.
b. A i r
Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian lainnya harus
bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam,
basa, gula atau organik. Air harus diuji sesuai dengan; dan harus memenuhi
ketentuan dalam SNI 03-6817-2002 tentang Metode pengujian mutu air untuk
digunakan dalam beton. Apabila timbul keragu-raguan atas mutu air yang
diusulkan dan karena sesuatu sebab pengujian air seperti di atas tidak dapat
dilakukan, maka harus diadakan perbandingan pengujian kuat tekan mortar
semen dan pasir standar dengan memakai air yang diusulkan dan dengan
memakai air murni hasil sulingan. Air yang diusulkan dapat digunakan apabila
kuat tekan mortar dengan air tersebut pada umur 7 (tujuh) hari dan 28 (dua
puluh delapan) hari mempunyai kuat tekan minimum 90 % dari kuat tekan
mortar dengan air suling untuk periode umur yang sama. Air yang diketahui
dapat diminum dapat digunakan.
b. Ketentuan penggunaan peralatan yang diperlukan
Daftar peralatan utama minimal yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan antara
lain :
1. Dump Truck Kapasitas 3,5 Ton (3 Unit) dengan kondisi baik minimal 70 % yang
dibuktikan dengan status kepemilikan alat.
2. Motor Grader Kapasitas >100 HP (1 Unit) dengan kondisi baik minimal 70 % yang
dibuktikan dengan status kepemilikan alat.
3. Vibratory Roller Kapasitas 5 - 8 Ton (1 Unit) dengan kondisi baik minimal 70 %
yang dibuktikan dengan status kepemilikan alat.
4. Excavator Kapasitas 80 - 140 HP 0,9 M3 (1 Unit) dengan kondisi baik minimal 70 %
yang dibuktikan dengan status kepemilikan alat.
5. Water Tank Truck Kapasitas 3000 - 4500 L (1 Unit) dengan kondisi baik minimal 70
% yang dibuktikan dengan status kepemilikan alat.
6. Asphalt Mixing Plant Kapasitas 60 Ton/Jam (1 Unit) dengan kondisi baik minimal
70 % yang dibuktikan dengan status kepemilikan alat dan Sertifikat Kelaikan
Operasi (SKO) dari Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga.
Kerangka Acuan Kerja Pekerjaan Peningkatan Jalan di Lingkungan Desa Mangkupadi
14
7. Asphalt Finisher Kapasitas 10 Ton (1 Unit) dengan kondisi baik minimal 70 % yang
dibuktikan dengan status kepemilikan alat.
8. Wheel Loader Kapasitas 1,0 1,6 M3 (1 Unit) dengan kondisi baik minimal 70 %
yang dibuktikan dengan status kepemilikan alat.
9. Aspal Distributor/Aspal Sprayer Kapasitas 850 L (1 Unit) dengan kondisi baik
minimal 70 % yang dibuktikan dengan status kepemilikan alat.
10. Pneumatic Tired Roller Kapasitas 8 - 10 Ton (1 Unit) dengan kondisi baik minimal
70 % yang dibuktikan dengan status kepemilikan alat.
c. Ketentuan penggunaan tenaga kerja
Penyedia jasa diwajibkan mengutamakan pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang
dilakukan di Indonesia oleh tenaga Indonesia. Dimungkinkan menggunakan tenaga ahli
yang tidak berasal dari dalam negeri dengan ketentuan penggunaan tenaga ahli asing
dilakukan semata-mata untuk mencukupi kebutuhan jenis keahlian yang belum dapat
diperoleh di Indonesia, disusun berdasarkan keperluan yang nyata, dan diusahakan
secara terencana untuk semaksimal mungkin terjadinya alih pengalaman/keahlian dari
tenaga ahli asing tersebut ke tenaga Indonesia. Adapun kualifikasi keahlian yang
diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan dapat dilihat seperti diuraikan pada point (8).
d. Metode kerja/prosedur pelaksanaan pekerjaan
DIVISI 1. UMUM
1. Pengukuran
Penyedia jasa diharuskan untuk mengadakan pengukuran sebelum pelaksanaan di
lapangan, dan dibuat penggambaran dari hasil pengukuran tersebut dan
dilanjutkan dengan membuat design rencana kerja / shop drawing yang disetujui
oleh PPTK dan pihak terkait. Setelah gambar di atas telah disetujui, maka
pekerjaan dapat dilaksanakan, bilamana dalam pelaksanaan ada perubahanperubahan atau tidak sesuai dengan rencana awal akibat kondisi lapangan, maka
harus dibuat design ulang dan disetujui oleh PPTK dan pihak terkait. Bilamana
pekerjaan selesai dan dapat diserah terimakan, maka hasil pekerjaan ini
dituangkan dalam bentuk Asbuilt drawing yang ditandatangani PPTK dan pihak
terkait.
2. Papan Nama Kegiatan
Pekerjaan ini merupakan pembuatan papan nama kegiatan yang dibuat dari kayu
papan dengan standar yaitu uk. 120 cm x 240 cm. Papan nama kegiatan memuat
data-data kegiatan yang ditentukan oleh PPTK.
3. Mobilisasi dan Demobilisasi
Lingkup kegiatan Mobilisasi dan Demobilisasi yang diperlukan tergantung pada
jenis dan volume pekerjaan yang harus dilaksanakan, secara umum harus
memenuhi berikut :
a) Ketentuan Mobilisasi untuk semua Kontrak
Penyewaan atau pembelian sebidang lahan yang diperlukan untuk base
camp Penyedia Jasa dan kegiatan pelaksanaan.
Mobilisasi semua Personil Penyedia Jasa sesuai dengan struktur organisasi
pelaksana yang telah disetujui oleh PPTK termasuk para pekerja yang
diperlukan dalam pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan.
Mobilisasi dan pemasangan peralatan sesuai dengan daftar peralatan yang
tercantum dalam penawaran, dari suatu lokasi asal ke tempat pekerjaan
dimana peralatan tersebut akan digunakan..
Penyediaan dan pemeliharaan base camp Penyedia Jasa, jika perlu
termasuk kantor lapangan, tempat tinggal, bengkel, gudang, dan
sebagainya.
Perkuatan jembatan lama untuk pengangkutan alat-alat berat.
b) Ketentuan Demobilisasi untuk semua Kontrak
Pembongkaran tempat kerja oleh Penyedia Jasa pada saat akhir Kontrak,
termasuk pemindahan semua instalasi, peralatan dan perlengkapan dari tanah
Kerangka Acuan Kerja Pekerjaan Peningkatan Jalan di Lingkungan Desa Mangkupadi
15
16
pelat, dan tembok kepala gorong-gorong besar dari pasangan batu yang
digunakan untuk menahan beban luar yang cukup besar. Bilamana fungsi
utama suatu pekerjaan sebagai penahan gerusan, bukan sebagai penahan
beban, seperti lapisan selokan, lubang penangkap, lantai gorong-gorong
(spillway apron) atau pekerjaan pelindung lainnya pada lereng atau di sekitar
ujung gorong-gorong, maka kelas pekerjaan di bawah Pasangan Batu (Stone
Masonry) dapat digunakan seperti Pasangan Batu dengan Mortar (Mortared
Stonework) atau pasangan batu kosong yang diisi (grouted rip rap) seperti
yang disyaratkan.
Pasangan batu harus diukur untuk pembayaran dalam meter kubik sebagai volume
pekerjaan yang diselesaikan dan diterima, dihitung sebagai volume teoritis yang
ditentukan oleh garis dan penampang yang disyaratkan dan disetujui. Setiap bahan
yang dipasang sampai melebihi volume teoritis yang disetujui harus tidak diukur
atau dibayar. Landasan rembes air (permeable bedding), penimbunan kembali
dengan bahan porous atau kantung penyaring harus diukur dan dibayar sebagai
Drainase Porous. Tidak ada pengukuran atau pembayaran terpisah yang harus
dilakukan untuk penyediaan atau pemasangan lubang sulingan atau pipa, juga
tidak untuk acuan lainnya atau untuk galian dan penimbunan kembali yang
diperlukan.
e. Ketentuan Gambar Kerja
Gambar Kerja (shop drawing) adalah gambar yang digunakan untuk pelaksanaan suatu
bentuk konstruksi yang akan dikerjakan yang disusun berdasarkan gambar rencana
(design drawing) dan telah disesuaikan ( secara detail termasuk dimensi dan elevasi,
perhitungan dan estimasi ) dengan kondisi lapangan terkini dan akan digunakan
sebagai dasar pelaksanaan rencana mutu kontrak Penyedia Jasa (Contractors Quality
Plan/CQP).
Penyedia jasa harus membuat gambar kerja sebelum pekerjaan dilaksanakan dan
harus mendapatkan persetujuan PPTK baik untuk pelaksanaan pekerjaan permanen
maupun pekerjaan sementara. Penyedia jasa juga harus mengajukan ijin kerja
(Request of Work) sebelum melaksanakan pekerjaan kepada PPTK (Engineer) yang
dilampiri Gambar Kerja (Shop Drawing) yang telah disetujui. PPTK akan memberi
rekomendasi Menyetujui/Menolak/Merevisi request of work paling lambat dalam waktu
48 jam setelah diterima pengajuan ijin kerja. Kontraktor segera melaksanakan
pekerjaan paling lambat 24 jam setelah disetujuinya ijin kerja oleh PPTK dan apabila
melebihi ketentuan akan dilakukan pengecekan ulang oleh PPTK tentang kesiapan
pekerjaan.
f. Jenis Kontrak
Jenis Kontrak Pekerjaan Peningkatan Jalan Di Lingkungan Desa Mangkupadi meliputi :
1. Kontrak berdasarkan cara pembayaran : Kontrak Harga Satuan
2. Kontrak berdasarkan pembebanan Tahun Anggaran : Kontrak Tahun Tunggal
3. Kontrak berdasarkan sumber pendanaan : Kontrak Pengadaan Tunggal
4.Kontrak berdasarkan jenis pekerjaan : Kontrak Pengadaan Pekerjaan Tunggal