KELOMPOK : ……………………………………………………………………
ASISTEN : ……………………………………………………………………
NAMA : ……………………………………………………………………
Tim Penyusun
1. Toni Setiawan (2411161165)
2. M. Fikri AS (2411161181)
3. Adinda Ramadhani (2411161199)
4. Gilang Nugraha Putra (2411171023)
5. Dina Apriliana (2411171030)
6. Silvia Septiani Pratiwi (2411171056)
7. Renti Perianti (2411171057)
8. Rainy Dwi Novianti (2411171060)
9. Delvira Amaliana (2411171071)
10. Ath-Thariq Kautsar (2411171130)
1. Semua praktikan wajib datang untuk mengikuti praktikum sesuai jadwal yang
telah di tentukan.
2. Praktikan Wajib datang 15 menit sebelum praktikum di mulai, terhitung dari
jam yang sudah ditentukan di jadwal. Sebelum praktikum, akan diadakan
absensi dan brifing (penjelasan mengenai prosedur proktikum). Jika praktikan
hadir setelah absensi sebelum brifing, maka praktikan dianggap tidak hadir.
3. Praktikan yang tidak dapat hadir pada saat praktikum dan atau sakit, ijin dan
alasan lainnya wajib mengikuti praktikum di lain kesempatan/ di lain waktu.
4. Berkaitan dengan point 1, 2 dan 3, Jika praktikan berhalangan hadir, wajib izin
kepada Asisten Laboratorium. Apabila 3 kali pertemuan tidak hadir maka
praktikan langsung ditidak-luluskan karena dianggap tidak serius dalam
mengikuti praktikum.
5. Ketika praktikum, tidak diperkenankan untuk membawa barang – barang yang
tidak diperlukan pada saat proses praktikum. Misalnya senjata tajam, obat –
obatan terlarang, dan minuman keras.
6. Praktikan tidak diperkenankan untuk merokok, minum dan atau makan di
dalam laboratorium dan pada saat praktikum berlangsung baik di dalam
maupun di luar laboratorium.
7. Praktikan wajib membawa perlengkapan yang diperlukan pada saat
paraktikum, kalkulator, Buku petunjuk praktikum, formulir – formulir test/
lembar data praktikum, dan juga alat tulis. Jika tidak maka praktikan tidak
dizinkan mengikuti praktikum.
8. Praktikan wajib mengenakan pakaian rapih dan sopan, praktikan tidak
diperkenankan memakai celana pendek, sandal dan atribut lainnya yang tidak
wajar, ketika praktikum.
9. Praktikan wajib menjaga kebersihan Laboratorium, dan membersihkan
kembali laboratorium setelah kegiatan praktikum.
10. Praktikan harus hati-hati dalam mengunakan peralatan praktikum serta wajib
membersihkan dan meletakkan kembali peralatan pada tempat semula.
URAIAN
Beton merupakan suatu campuran antara air, semen, agregat halus dan kasar,
dengan tambahan adanya rongga – rongga udara. Campuran bahan – bahan yang
membentuk beton harus ditetapkan sedemikian rupa, sehingga menghasilkan
beton basah yang mudah dikerjakan, memenuhi kekuatan tekan rencana setelah
menguras dan cukup ekonomis. Secara umum proporsi komposisi unsur
pembentuk beton adalah sebagai berikut :
UNSUR BETON
Yang disebut beton bertulang adalah beton yang mengandung batang tulangan
( baja ) dan bekerja sama dalam memikul gaya – gaya
Agregat :Agregat ( pasir + kerikil ) merupakan bahan pengisi. Untuk beton yang
ekonomis, campuran harus dibuat sebanyak mungki agregatnya. Agregat yang
baik adalah yang TIDAK BEREAKSI KIMIA dengan unsur – unsue semen.
Agregat harus mempunyai distribusi ukuran sedemikian rupa, sehingga ukuran
rongga – rongga antara agregat minimum. Ini berarti dalam pembuatan beton
jumlah pasta semen yang diperlukan mengisi rongga – rongga tersebut minimum
pula. Agregat halus mempunyai ukuran partikel maksimum lebih kurang 4 mm,
sedangkan agregat kasar mempunyai ukuran maksimum 7.5 mm
JENIS SEMEN
Tipe I :Semen biasa (normal cement) digunakan untuk pembuatan beton bagi
kontruksi beton yang tidak dipengaruhi oleh sifat lingkungan yang mengandung
bahan-bahan sulfat, perbedaan temperatur yang ekstrim pemakaian tipe I
umumnya bagi kontruksi beton pada bangunan :
a. Jalan
b. Bangunan beton bertulang
c. Jembatan-jembatan
d. Tangki, waduk, pipa-pipa, batako
Tipe III : Jenis semen dengan waktu perkerasan yang cepat (high-carly-strength
portland cement), umumnya dalam waktu kurang dari seminggu. Digunakan pada
struktur bangunan yang bekistingnya harus cepat dibuka dan akan segera dipakai
Oleh karena itu rumusan dan tabel bagi penentu proporsi unsur-unsur beton
adalah empiris, maka didalam pembuatan beton bagi tingkat kekuatan tertentu,
selalu harus di buat menjadi adukan, atau campuran rencana yang disebut adukan
uji coba atau (trial mix)
Butir-butir 2b, 2c, dan 2e ditentukan dari hasil penelitian di laboratorium yang
merukapan bagian dari pekerjaan praktikum
420 0.44
350 0.53
280 0.62
210 0.73
140 0.89
Untuk hal –hal khusus sesuai dengan jenis konstruksi beton tertentu , rincian
ketentuan , dan ukuran maksimum agregat kasar bisa didapatkan dari
ketentuan yang berlaku
(Beton Indonesia 1971 (PBI’71) halaman 87 sampai dengan halaman 96,
memberikan ketentuan jarak batang tulangan bagi komponen struktur pela,
balok , dinding , kolom bersengkang dan berlilitan spiral. Pemilihan jarak
tulangan dari beberapa kemungkinan yang ditetapkan dalam peraturan ,
umumnya disarankan pada tinjauan kemudian saat dilaksanakan pengecoran
dan terjamin integritas beton dengan tulangan.
10 50 48 46 44
12.5 59 57 55 53
20 66 64 62 59
25 71 69 67 65
37.5 75 73 71 69
50 78 76 74 72
75 83 80 78 76
150 87 85 83 31
√
N
S= ∑ (¿ σ b−σ bm)2
I
¿
N−1
Dimana :
S = Deviasi standar (kg/cm2)
σb = Kekuatan tekan beton yang didapat dari masing-masing benda uji
(kg/cm2)
σ bm = Kekuatan tekan beton rata-rata (kg/cm2)
Menurut rumus :
N
σ bm = ∑ σb
i
N
N = Jumlah seluruh nilai hasil pemeriksaan yang arus diambil minimal 20
buah
AGREGAT HALUS
Berat isi
Analisis Gradasi
Kajian bahan lewat saringan #200
Kajian bahan organic
Kadar air
Specific gravity dan absorbsi
AGREGAT KASAR
Berat Isi
Analisis Gradasi
Kadar Air
Specific gravity dan absorbs
BAGIAN B
BAGIAN C
PERHITUNGAN KOMPOSISI UNSUR BETON
BAGAIAN D
PELAKSANAAN PRAKTIKUM CAMPURAN BETON
- Pembuatan benda uji khusus
- Pengukuran SLUMP
- Pencatatan hal – hal yang menyimpang dari perancangan
BAGIAN E
PERAWATAN BENDA UJI COBA
BAGIAN F
BAGIAN G
ANALISIS KEKUATAN TEKAN BETON KARAKTERISTIK
BAGIAN H
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis semen. Berat jenis
semen adalah perbandingan antara berat volume kering pada suhu kamar denan
berat volume kering pada suhu kamar dengan berat volume air suling pada 4oC,
yang volumenya sama dengan volume semen.
PERALATAN
a. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gr
b. Botol Le Chatelier
Botol Le Chatelier
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Isi botol Le Chatelier dengan kerosin sampai antara skala 0 dan 1, kemudian
bagian dalam botol di atas permukaan cairan dikeringkan
2. Masukkan botol ke dalam bak air dengan suhu yang ditetapkan pada botol
suhu ± 20°C untuk menyamakan suhu cairan dalam botol dengan suhu yang
ditetapkan pada botol
3. Setelah suhu cairan dalam botol sama dengan suhu yang ditetapkan pada
botol, kemudian baca skala pada botol ( V1 )
4. Masukkan semen portland sebanyak 64 gr, sedikit demi sedikit ke dalam
botol, hindarkan penempelan semen pada dinding dalam botol di atas cairan
5. Setelah semua benda uji dimasukkan, putar botol dengan posisi miring secara
perlahan-lahan sampai gelembung udara tidak timbul lagi pada permukaan
cairan.
6. Ulang pekerjaan no. 2 setelah suhu cairan dalam botol sama dengan suhu yang
ditetapkan pada botol, kemudian baca skala pada botol ( V2 )
PERHITUNGAN
Berat Semen
Berat Jenis = / γ air
( V 2−V 1)
Dimana :
V1 = Pembacaan pertama pada skala botol
V2 = Pembacaan kedua pada skala botol
( V1 – V2) = Isi cairan yang dipindahkan oleh semen dengan suhu berat
tertentu.
γ air = Berat isi air pada suhu 4oC (1 g/cm3)
CATATAN
- Berat jenis semen portland antara 3 – 3,2
- Percobaan dibuat 2 kali dengan selisih yang diijinkan 0,01
- Percobaan berat jenis dilaporkan sampai 2 desimal Suhu ruangan yang
diperbolehkan 20˚ - 24˚C
I. Botol Le Chatelier No :
A. Berat semen = gr
B. Volume I zat cair ( VI ) = ml
C. Volume II zat cair ( VII ) = ml
A =
Berat jenis semen : /
C−B
γ air
II. Botol Le Chatelier No :
D. Berat semen = gr
E. Volume I zat cair ( VI ) = ml
F. Volume II zat cair ( VII ) = ml
A =
Berat jenis semen : /
C−B
γ air
Catatan :
γ air : Berat isi air pada suhu 4oC = 1 gr/cm3
Berat jenis semen dalam dua kali percobaan :
Mengetahui
Asisten Laboratorium
( )
TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan konsistensi normal dari semen hidrolis untuk mendapatkan nilai
waktu pengikatan awal yang digunakan untuk menentukan mutu semen portland.
PERALATAN
a. Mesin aduk (mixer) dengan daun-daun pengaduk dari baja, tahan karat serta
mangkok yang dapat dilepas
b. Alat vicat
c. Timbangan dengan tingkat kepekaan 1,0 gram
d. Alat pengorek (scraper) dibuat dari karet yang agak kaku.
e. Gelas ukur dengan kapasitas 150 atau 200 ml
f. Sendok perata (trowel)
g. Sarung tangan karet
BAHAN
a. Semen Portland ± seberat 300 gram
b. Air bersih (dengan temperature kamar)
PROSEDUR PERCOBAAN
PERSIAPAN PASTA
1. Pasang daun pengaduk dan mangkok yang kering pada mesin pengaduk
(mixer)
2. Masukkan bahan-bahan ke dalam mangkok dengan prosedur sebagai berikut :
- Tuangkan air ± 125 – 155 cc.
- Masukkan 300 gram semen kedalam air dan biarkan selama 30 detik agar
terjadi peresapan / campuran
Mengetahui
Asisten Laboratorium
( )
TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan waktu pengikatan permulaan
semen hidrolis (dalam keadaan konsistensi normal) dengan alat Vicat dan alat
Gillmore. Waktu pengikatan permulaan adalah jangka waktu mulainya
pengukuran pasta pada konsistensi normal sampai pasta kehilangan sebagian sifat
plastis.
PERALATAN
a. Mesin aduk (mixer) dengan daun-daun pengaduk dari baja, tahan karat serta
mangkok yang dapat dilepas.
b. Alat Vicat.
c. Alat Gillmore dengan jarum tekanan rendah (diameter 1/12 inch ; berat ¼ lb)
dan jarum tekanan rendah (diameter 1/24 inch ; berat 1 lb)
d. Timbangan dengan tingkat kepekaan 1,0 gram.
e. Alat pengorek (scraper) dibuat dari karet yang agak kaku.
f. Gelas ukur dengan kapasitas 150 atau 200 ml.
g. Kondisi ruang dijaga lembab dengan kelembaban relatif minimum 90 %.
BAHAN
a. Semen Portland
b. Air bersih (dengan temperature kamar)
PROSEDUR PRAKTIKUM
DENGAN ALAT VICAT
1. Persiapkan pasta (seperti pada praktikum modul 2 ; konsistensi normal).
2. Pencetakan benda uji (seperti pada praktikum modul 2 ; konsistensi normal).
3. Penentuan waktu pengikatan :
a. Segera masukkan benda uji kedalam ruang lembab dan biarkan hingga
penentuan waktu pengikatan dilakukan (± 30 menit).
b. Setelah 30 menit di ruang lembab, tempatkan benda uji pada alat Vicat.
Turunkan jarum D sehingga menyentuh permukaan pasta semen. Keraskan
skrup F dan geser jarum penunjuk F pada bagian atas dari skala dan lakukan
percobaan awal.
c. Lepaskan batang B dengan memutar skrup E dan biarkan jarum pada
permukaan pasta selama 30 detik. Adakan pembacaan untuk menetapkan
dalamnya penetrasi. Apabila pasta ternyata terlalu lebek, lambatkan penurun.
d. Jarak antara setiap penetrasi pada pasta tidak boleh lebih dari 6,4 mm, jarak
dari pinggir cincin tidak boleh kurang dari 9,4 mm.
Catatan :
- Konsistensi Normal : _____________
- Suhu Pasta : _____________
- Suhu Udara : _____________
- Waktu Pengikatan Permulaan : _____________
Mengetahui
Asisten Laboratorium
( )
TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan berat isi agregat halus, kasar atau campuran yang didefinisikan
sebagai perbandingan antara berat material kering dengan volume
PERALATAN
a. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram kapasitas 2 kg untuk contoh agregat
halus, dan ketelitian 1 gram kapasitas 20 kg untuk contoh agregat kasar
b. Batang penusuk terbuat dari baja berbentuk batang lurus, berdiamater 16 mm
dan panjang 610 mm clan ujungnya dibuat tumpul setengah bundar
c. Alat penakar berbentuk silinder terbuat dari logam atau bahan kedap air
dengan ujung dan dasar yang benar-benar rata
Tebal Wadah Ukuran Butir
Kapasitas Diameter Tinggi Minimum Maks.
(Liter) (mm) (mm) (mm) Agregat
Dasar Sisi (mm)
2.832 152.4±2.5 154.9±2.5 5.08 2.54 12.70
9.435 203.3±2.5 292.1±2.5 5.08 2.54 24.40
14.158 254.0±2.5 279.4±2.5 5.08 3.00 38.10
28.316 355.6±2.5 284.4±2.5 5.08 3.00 101.60
d. Skop
e. Mistar Perata
BAHAN
a. Agregat kasar
b. Agregat halus
Kondisi Gembur
PERHITUNGAN
W
Berat Isi Agregat = kg/m3
V
Dimana :
V = Volume wadah
LAPORAN
Laporkan hasil pemeriksaan berat isi agregat dalam tabel
CATATAN
Wadah sebelum digunakan harus dikalibrasikan dengan cara
- Isilah wadah dengan air sampai penuh pada suhu kamar, sehingga waktu
ditutup dengan pelat kaca tidak terlihat gelembung udara
- Timbang dan catatlah berat wadah beserta air
- Hitung berat air = (berat wadah + air – berat wadah)
- Timbang dan catatlah berat wadah serta benda uji
Observasi I :
Agregat Halus Agregat Kasar
A. Volume wadah = ltr = ltr
B. Berat wadah = kg = kg
C. Berat wadah + benda uji = kg = kg
D. Berat benda uji (C – B) = kg = kg
Berat volume (D/A) = Kg/ = Kg/ltr
ltr
Observasi II :
Agregat Halus Agregat Kasar
A. Volume wadah = ltr = ltr
B. Berat wadah = kg = kg
C. Berat wadah + benda uji = kg = kg
D. Berat benda uji (C – B) = kg = kg
Berat volume (D/A) = kg/ltr = Kg/ltr
Observasi III :
Agregat Halus Agregat Kasar
A Volume wadah = ltr = ltr
.
B. Berat wadah = kg = kg
C. Berat wadah + benda uji = kg = kg
D Berat benda uji (C – B) = kg = kg
.
Berat volume (D/A) = kg/ltr = Kg/ltr
BERAT VOLUME RATA-RATA
=
( )( )
Agregat Halus D D D
+ +( ) = kg/ltr
A A A
3
=
( )( )
Agregat Kasar D D D
+ +( ) = kg/ltr
A A A
3
Mengetahui
Asisten Laboratorium
( )
MODUL 5
TUJUAN PERCOBAAN
Metode uji ini terutama digunakan untuk menentukan gradasi material berupa agregat.
Data distribusi butiran pada agregat diperlukan dalam perencanaan adukan beton.
Pelaksanaan gradasi ini pada agregat halus dan agregat kasar. Alat yang
digunakan adalah seperangkat saringan dengan ukuran jarring-jaring tertentu.
PERALATAN
a. Timbangan
b. Neraca gantung dengan ketelitian 0.2 % dari berat benda uji
c. Seperangkat saringan dengan ukuran : ½, 3/8, 4, 8, 16, wadah paling bawah
(dasar) sebagai alas terakhir untuk agregat kasar
d. Apparatus / mesin penggetar saringan
e. Talam
f. Seperangkat saringan dengan ukuran : 3/8, 4, 8, 16, 30, 50, 100, 200, wadah
paling bawah (dasar) sebagai alas terakhir untuk agregat halus.
BAHAN
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara penempatan sebanyak :
1. Agregat halus :
- Ukuran maximum saringan No. 4 : berat minimum contoh 500 gram
- Ukuran maximum saringan No. 8 : berat minimum contoh 100 gram
2. Agregat Kasar :
- Ukuran maximum saringan 3,5” : berat minimum contoh 35 kg
- Ukuran maximum saringan 3” : berat minimum contoh 30 kg
- Ukuran maximum saringan 2,5” : berat minimum contoh 25 kg
- Ukuran maximum saringan 2” : berat minimum contoh 20 kg
PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Benda uji (agregat kasar dan halus) dikeringkan didalam oven dengan suhu
(110 ± 5) º C, sampai berat tetap
2. Susun saringan berdasarkan tingkatan dan tempatkan benda uji (agregat kasar
yang telah dioven) di saringan paling atas.
3. Tutup bagian atas saringan kemudian getarkan mesin penggetar selama 15
menit untu menyaring
4. Setelah selesai disaring kemudian timbanglah berat dari benda uji per setiap
nomor saringan
5. Ulangi langkah 2- 4 untuk agregat halus
PERHITUNGAN
Hitung persentase beratbenda uji yang tertahan diatas masing- masing saringan
terhadap berat total benda uji.
Mengetahui
Asisten Laboratorium
( )
TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan jumlah bahan yang trdapat dalam
agregat lewat saringan No. 200 dengan cara pencucian.
PERALATAN
a. Saringan No. 16 dan No. 200.
b. Wadah pencuci benda uji dengan kapasitas cukup besar sehingga pada waktu
diguncang-guncang benda uji / air pencuci tidak tumpah.
c. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 ±
5) º C.
d. Timbangan dengan ketelitian 0.1 % berat contoh.
e. Talam berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan agregat.
f. Skop.
BAHAN
Berat contoh minimum tergantung pada ukuran agregat, dengan batasan sebagai
berikut :
- Ukuran maximum saringan No. 8 : berat minimum contoh 100 gram
- Ukuran maximum saringan No. 4 : berat minimum contoh 500 gram
- Ukuran maximum saringan 3/8” : berat minimum contoh 2000 gram
- Ukuran maximum saringan 3/4” : berat minimum contoh 2500 gram
- Ukuran maximum saringan 1,5” : berat minimum contoh 5000 gram
PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Masukkan contoh agregat yang beratnya 1,25 kali berat minimum benda uji
kedalam talam (1,25 x 500 = 625 gram). Keringkan dalam oven dengan suhu
(110 ± 5)º C sampai mencapai berat tetap.
PERHITUNGAN
W 1−W 4
Jumlah Bahan Lolos Saringan No . 200= × 100 %
W1
W1 = Berat benda uji semula atau setelah dioven pertama kali (gram).
W4 = Berat benda uji tertahan saringan No. 200 kering atau setelah dioven
yang kedua kali (gram).
Mengetahui
Asisten Laboratorium
( )
TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan adanya bahan organic didalam
agregat halus untuk digunkan didalam adukan beton. Kotoran organic adalah
bahan-bahan organic yang terdapat didalam pasir dan menimbulkan efek kerugian
terhadap mutu beton
PERALATAN
a. Botol gelas tidak berwarna, mempunyai tutup dari karet, gabus atau lainnya
yang tidak larut dalam larutan NaOH
b. Standar warna (organic plate)
c. Larutan NaOH (3%)
BAHAN
Pasir 130 ml (kira-kira 1/3 isi botol)
PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Benda uji dimasukan kedalam botol
2. Tambahkan NaOH 3%, setelah dikocok isinya harus mencapai kira-kira ¾ isi
botol
3. Tutuplah botol, kocok lagi kuat-kuat dan biarkan selama 24 jam
4. Setelah 24 jam, bandingkan warna cairan yang terlihat diatas benda uji dengan
warna standar No 3
CATATAN
Larutan NaOH 3% dibuat dengan melarutkan 3 bagian berat NaOH dalam 97
bagian berat air suling
Mengetahui
Asisten Laboratorium
( )
TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan prosentase dari kadar lumpur dalam
agregat halus. Kandungan lumpur < 5 % merupakan ketentuan dalam peraturan
bagi penggunaan agregat halus untuk pembuatan beton (PBI 1971).
PERALATAN
a. Gelas ukur kapasitas 1000 ml
b. Gelas ukur kapasitas 100 ml
BAHAN
Contoh pasir secukupnya dalam kondisi lapangan dengan bahan pearut air biasa
PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Masukkan pasir kedalam gelas ukur hingga 400 ml
2. Tambahkan air kedalam gelas ukur hingga 1060 ml untuk melarutkan lumpur
3. Tutup permukaan gelas ukur dan kocok gelas ukur untuk mencuci pasir dari
lumpur
4. Gelas ukur disimpan di tempat yang datar dan biarkan mengendap selama ±
24 jam.
5. Ukur tinggi pasir (V1) dan lumpur (V2).
PERHITUNGAN
V2
K adar Lumpur Agregat = × 100 %
V 1 +V 2
Tinggi Pasir ml
Tinggi Lumpur ml
Kadar Lumpur %
Mengetahui
Asisten Laboratorium
( )
TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air agregat dengan cara
pengeringan. Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang
dikandung agregat dengan agregat dalam keadaan kering. Nilai kadar air ini
digunakan untuk koreksi takaran air untuk adukan beton yang disesuaikan dengan
kondisi agregat dilapangan.
PERALATAN
a. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh
b. Oven dengan suhu 110 ± 5 º C
c. Talam logam tahan karat berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan benda
uji
BAHAN
Berat contoh minimum tergantung pada ukuran agregat, dengan batasan sebagai
berikut :
- Ukuran maximum saringan 6,3 mm (1/4”) : berat minimum contoh 0,5 kg
- Ukuran maximum saringan 9,5 mm (3/8”) : berat minimum contoh 1,5 kg
- Ukuran maximum saringan 12,7mm (1/2”): berat minimum contoh 2,0 kg
- Ukuran maximum saringan 19,1 mm (3/4”): berat minimum contoh 3,0 kg
- Ukuran maximum saringan 25,4 mm (1,0”): berat minimum contoh 4,0 kg
- Ukuran maximum saringan 38,1 mm (1,5”): berat minimum contoh 6,0 kg
- Ukuran maximum saringan 50,8 mm (2,0”): berat minimum contoh 8,0 kg
- Ukuran maximum saringan 63,5 mm (2,5”): berat minimum contoh 10 kg
- Ukuran maximum saringan 76,2 mm (3,0”): berat minimum contoh 13 kg
- Ukuran maximum saringan 88,9 mm (3,0”): berat minimum contoh 16 kg
- Ukuran maximum saringan 101,6 mm (3,0”): berat minimum contoh 25 kg
PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Siapkan cawan / talam logam untuk agregat kasar dan halus
2. Timbang agregat kasar sebanyak 2.5 kg dan agregat halus sebanyak 0.625 kg
3. Keringkan agregat dengan cara dioven dengan suhu 110 ± 5 º C sampai
beratnya tetap
4. Timbang dan catat beratnya
PERHITUNGAN
W 3−W 5
K adar Air Agregat=
W3
Mengetahui
Asisten Laboratorium
( )
TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan specific gravity dan penyerapan dari agregat kasar menurut prosedur
ASTM C127.Nilai yang sudah didapat digunakan untuk mendapatkan besarnya
komposisi volume agregat dalam adukan beton
PERALATAN
a. Timbangan digital
b. Keranjang besi
c. Tangki Air
d. Neraca
e. Saringan 4.75 mm (No. 4)
f. Timbangan kapasitas 50 kg
BAHAN
Agregat kasar dengan berat 5 kg
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Siapkan keranjang besi kemudian ditimban gmenggunakan alat timbangan
digital, hingga didapat beratnya 0.803 kg ( diameter 210 mm dan tinggi 270
mm )
2. Siapkan agregat kasar sebanyak 5 kg, kemudian dimasukan kedalam
keranjang besi
3. Keranjang besi yang sudah diisi agregat kasar kemudian direndam didalam
bak air selama (24±4) jam
4. Kemudian timbang berat pada saat pertama dicelupkan kedalam air
PERHITUNGAN
Apparent Specific Gravity C
=
(C−B)
Bulk Specific Gravity Kondisi Kering C
=
( A−B)
Bulk Specific Gravity Kondisi SSD A
=
( A−B)
Presentase (%) Penyerapan Air (Absorbtion) A−C
= x 100%
A
Dimana :
A = Berat benda uji SSD (gram)
B = berat benda uji dalam air (gram)
C = berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan di udara (gram)
LAPORAN
Melakukan analisa hasil pengamatan bagi penentuan nilai specific gravity dan
presentasi absorsi bahan dalam berbagai kondisi
I
A Berat benda uji SSD = Gram
B berat benda uji dalam air = Gram
C Berat benda uji kering udara = Gram
C
Apparent Specific Gravity = = Gram
(C−B)
C
Bulk Specific Gravity Kondisi Kering = = Gram
( A−B)
A
Bulk Specific Gravity Kondisi SSD = = gram
( A−B)
A−C
Presentase Absorbtion Air = x 100% = %
A
II
A Berat benda uji SSD = gram
B berat benda uji dalam air = gram
C Berat benda uji kering udara = gram
C
Apparent Specific Gravity = = gram
(C−B)
C
Bulk Specific Gravity Kondisi Kering = = gram
( A−B)
A
Bulk Specific Gravity Kondisi SSD = = gram
( A−B)
A−C
Presentase Absorbtion Air = x 100% = %
A
RATA-RATA
Apparent Specific Gravity = gram
Bulk Specific Gravity Kondisi Kering = gram
Bulk Specific Gravity Kondisi SSD = gram
Presentase Absorbtion Air = %
Mengetahui
Asisten Laboratorium
( )
MODUL 11
TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan specific gravity dan penyerapan dari agregat halus menurut prosedur
ASTM C127.Nilai yang sudah didapat digunakan untuk mendapatkan besarnya
komposisi volume agregat dalam adukan beton
PERALATAN
a. Timbangan digital
b. piknometer dengan kapasitas 500 ml
c. kerucut terpancung
d. batang penumbuk yang mempunyai bidang penumbuk rata
e. Saringan 4.75 mm (No. 4)
f. Oven
g. pengukuran suhu dengan ketelitian pembacaan 1°C
h. talam
i. bejana tempat air
j. desikator
BAHAN
Agregat yang lewat saringan No. 4 (4.75 mm) sebanyak 500 gram
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110±5)oC sampai berat tetap.
Berat tetap ialah keadaan berat benda uji selama 3 kali proses penimbangan
dan pemanasan dalam oven dengan selang waktu 2 jam berturut-turut, tidak
akan mengalami perubahan kadar air lebih besar daripada 0,1 %
2. dinginkan pada suhu ruang, kemudian rendam dalam air selama (24±4) jam
PERHITUNGAN
Apparent Specific Gravity E
=
( E+ D−C)
Bulk Specific Gravity Kondisi Kering E
=
( D+ B−C )
Bulk Specific Gravity Kondisi SSD B
=
( B+ D−C )
Presentase (%) Penyerapan Air (Absorbtion) B−E
= x 100%
E
LAPORAN
Melakukan analisa hasil pengamatan bagi penentuan nilai specific gravity dan
presentasi absorsi bahan dalam berbagai kondisi
CATATAN
Seelah melakukan prktikum untuk bagian A, hasil yang diperoleh merupakan
variable perencanaan adukan beton
Bagian B dan C ini menguraikan prosedur perencanaan campuran beton.
Praktikum menetapkan nilai parameter bagi rencana campuran berdasarkan
ketetuan dalam metode perencanaan
Mengetahui
Asisten Laboratorium
( )
TUJUAN PERCOBAAN
Dapat menentukan % indeks kepipihan dan kelonjongan suatu agregat yang dapat
digunakan dalam campuran beraspal
PERALATAN
a. Saringan 19,5 mm, 12,5 mm, 9,5 mm dan 6,3 mm
b. Timbangan digital
c. Wadah
d. Oven
e. Alat pengukur panjang pipih 1 set
BAHAN
Agregat Kasar
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Siapkan semua peralatan dan bahan yang dibutuhkan
2. Lalu ayak agregat yang lolos saringan 19,5 mm, 12,5 mm, 9,5 mm dan 6,3
mm
3. Ambil agregat yang tertahan saringan masing-masing tersebut (syarat untuk
agregat dengan persentase >5 %)
4. Lalu ukur agregat dengan menggunakan alat pengukur pipih
5. Timbang brat masing-masing agregat yang lolos dari pengukur pipih
6. Lalu uji agregat yang tertahan dengan alat uji kelonjongan
7. Timbang berat agregat yang tertahan dengan alat uji kelonjongan
8. Catat data di dalam form data kemudian lakukanlah perhitungan kepipihan
dan kelonjongan
No Saringan :
Kelonjongan
Berat Tertahan Uji
No Saringan % Tertahan
Tertahan Kelonjongan
1. 20
2. 14
Kepipihan
Berat Lolos
No Saringan % Tertahan
Tertahan Uji Kelonjongan
1. 20
2. 14
3 10
Total M1 = M2E =
M2F =
M3E =
M3F =
Indeks Kepipihan (M3F/M2F)*100%
Indeks Kelonjongan (M3E/M2E)*100%
Ket :
M1 = Total berat sampel
M2E = Total berat sampel untuk pengujian kelonjongan dengan persentase >5%
M2F = Total berat sampel untuk pengujian kepipihan dengan persentase >5%
M3E = Total berat sampel tertahan alat uji kelonjongan
M3F = Total berat sampel tertahan alat uji kepipihan
Mengetahui
Asisten Laboratorium
( )
TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan komposisi komponen/unsur beton basah dengan ketentuan kekuatan
tekan karakteristik dan SLUMP rencana
PERALATAN
a. Timbangan kapasitas 50 kg
b. Cawan
c. Sendok Spesi
d. Gelas Ukur 1000 ml
e. Ember
f. Skop
BAHAN
a. Agragat Halus
b. Agregat Kasar
c. Semen
d. Air
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Lakukan pencampuran dengan ketentuan – ketentuan sebagai berikut :
Kuat tekan yang disyaratkan =25x0,7N/mm2(7hari)
Benda uji berbentuk = Silinder
Jumlah yang mungkin tidak memenuhi syarat = 5%
Semen yang dipakai = Portland Tipe I
Tinggi slump = 7.5 – 15 cm
Ukuran besar butir agregat kasar maksimum = 40 mm
Nilai FAS maksimum = 0.60
Kadar semen minimum = 275 kg/m3
Agregat kasar
Kebutuhan agregat kasar
= (penyerapan air –kadar air) x
100
971.01
= (2.187 – 5.64) x
100
= -27.76 Kg
TUJUAN PERCOBAAN
Penentuan ukuran derajat kemudahan pengecoran adukan beton basah/segar
PERALATAN
a. Cetakan dari logam tebal minimal 1,2 mm berupa kerucut terpancung (cone)
dengan diameter bagian bawah 203 mm, bagian atas 102 mm, dan tinggi 305
mm; bagian bawah dan atas setakan terbuka
b. Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm, panjang 600 mm, ujung dibulatkan
dibuat dari baja yang bersih dan bebas dari karat
c. Pelat logam dengan permukaan yang kokoh, rata dan kedap air
d. mistar ukur
BAHAN
Campuran beton yang sudah direncanakan
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Basahilah cetakan dan pelat dengan kain basah
2. letakan cetakan di atas pelat dengan kokoh
3. Isilah cetakan sampai penuh dengan beton segar dalam 3 lapis; tiap lapis berisi
kira-kira 1/3 isi cetakan; setiap lapis ditususk dengan tongkat pemadat
sebanyak 25 tusukan secara merata; tongkat harus masuk sampai lapisan
bagian bawah tiap-tiap lapisan; pada lapisan pertama penusukan lapisan tepi
tongkat dimiringkan sesuai dengan kemiringan cetakan
4. Segera setelah selesai penusukan, ratakan permukaan benda uji dengan
tongkat dan semua sisa benda uji yang jatuh di sekitar cetakan harus
disingkirkan; kemudian cetakan diangkat perlahan-lahan tegak lurus ke atas;
seluruh pengujian mulai dari pengisian sampai cetakan diangkat harus selesai
dalam jangka waktu 2,5 menit
PERHITUNGAN
Nilai Slump = Tinggi Cetakan – Tinggi Rata-Rata Benda Uji
LAPORAN
Laporan slump dalam satuan cm
CATATAN
Pengukuran slump harus segera dilakukan dengan cara mengukur tegak lurus
antara tepi atas cetakan dengan tinggi rata-rata benda uji; untuk mendapatkan hasi
yng lebih teliti dilakukan dua kali pemeriksaan dengan adukan yang sama dan
dilaporkan hasil rata-rata
Tinggi Cetakan = cm
Tinggi Rata-rata Benda Uji = cm
Nilai Slump = cm
Mengetahui
Asisten Laboratorium
( )
TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan berat isi beton. Berat isi beton adalah berat beton per satuan isi
PERALATAN
a. Timbangan dengan ketelitian 0,3 % dari berat contoh
b. Tongkat pemadat, dengan diameter 16 mm, Panjang 600 mm, ujung
dibulatkan dibuat dari baja yang bersih dan bebas dari karat
c. Alat perata
d. Takaran berbentuk silinder dengan kapasitas dan penggunaan sebagai berikut:
Kapasitas Ukuran Maksimum Agregat
(liter) (mm)
6 25.00
10 37.50
14 50.00
28 75.00
BAHAN
Contoh beton segar sesuai dengan kapasitas takaran
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Timbang dan catat berat takaran (W1)
2. Istilah takaran dengan benda uji dalam 3 lapis
3. Tiap- tiap lapis dipadatkan dengan 25 kali tusukan secara merata. Pada
pemadatan lapis pertama, tongkat tidak boleh mengenai dasar takaran; pada
pemadatan lapisan kedua dan ketiga, tongkat boleh masuk sampai kira-kira
25,4 mm dibawah lapisan sebelumnya
PERHITUNGAN
W
Berat Isi Beton (D) =
V
Dimana :
W = Berat benda uji (kg) = W2 – W1
W1 = Berat takaran (kg)
W2 = Berat takaran + beton (kg)
V = Isi takaran (liter)
LAPORAN
Laporan harus mencantumkan berat isi beton dalam satuan kg/m3
CATATAN
untuk takaran 20 liter dilakukan penusukan 50 kali secara merata pada tiap-tiap
permukaan lapisan
Benda Uji I
Berat takaran (W1) = kg
Berat takaran + beton (W2) = kg
Isi takaran (V) = m3
W
Berat isi beton (D) = = kg/m3
V
Benda Uji II
Berat takaran (W1) = kg
Berat takaran + beton (W2) = kg
Isi takaran (V) = m3
W
Berat isi beton (D) = = kg/m3
V
Benda Uji III
Berat takaran (W1) = kg
Berat takaran + beton (W2) = kg
Isi takaran (V) = m3
W
Berat isi beton (D) = = kg/m3
V
Mengetahui
Asisten Laboratorium
TUJUAN PERCOBAAN
Membuat benda uji untuk pemeriksaan kuat tekan beton
PERALATAN
a. Timbangan dengan kapasitas 50 kg
b. Timbangan digital
c. Mesin agitator
d. Skop
e. 3 Cetakan kubus sample beton
f. 3 Cetakan kubus sample beton
BAHAN
a. Semen
b. Agregat Kasar
c. Agregat Halus
d. Air
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Siapkan alat – alat yang akan digunakan
2. Bersihkan permukaan cetakan sekaligus diberi pelumas/oli
3. Timbang berat masing – masing sample
4. Masukan agregat halus dan agregat kasar, campur hingga merata pada mesin
agitator
5. Masukan semen hingga merata ± 5 menit, kemudian tambahkan air dan aduk
hingga merata juga ( masukan airnya dalam tiga tahapan yaitu 1 liter, 1 liter,
1.43 liter )
6. Karna didapat hasil yang encer, maka perlunya ditambahkan sesuai dengan
perbandingan perhitungan campuran
PERSIAPAN PENGUJIAN
1. Ambil benda uji yang mau ditentukan kekuatan tekannya dari bak perendam.
Dengan kain lembab, bersihkan kotoran yang menempel
2. Tentukan berat dan ukuran benda uji
TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan kuat tekan beton berbentuk kubus ukuran 15 x 15 x 15 cm yang
dibuat dan dirawatdi laboratorium. Kekuatan tekan beton adalah perbandingan
beban terhadap luas penampang beton
PERALATAN
Mesin penguji kuat tekan beton
BAHAN
Beton yang sudah jadi
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Ambil benda uji dari tempat perawatan
2. Letakan benda uji pada mesin uji tekan secara sentries
3. Jalankan mesin tekan. Tekanan harus dinaikan berangsur – angsur dengan
kecepatan berkisar antara 6 s/d 4 kg/cm2 perdetik
4. Lakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan catatlah beban
maksimum hancur yang terjadi selama pemeriksaan benda uji
5. Lakukan proses (1), (2), (3) dan (4) sesuai dengan jumlah benda uji yang akan
ditetapkan kekuatan tekan karakteristiknya
PERHITUNGAN
Kuat Tekan Beton = P/A (Kg/cm2)
Dimana :
P = Beban Maksimum ( Kg )
A = Luas Penampang Benda Uji ( cm2 )
Beban
Luas Bidang Kekuatan
Umur Berat Maksimum
No Tekan (A) Tekan Beton
(hari) (kg) (P)
(cm2) (kg/cm2)
(kg)
Mengetahui
Asisten Laboratorium
( )
Dari hasil pengumpulan data kekuatan hancur tekan beton, dilakukan penentuan
tegangan tekan karakteristik beton. Tegangan tekan beton karakteristik ini
diperoleh dengan menggunakan rumusan statistic sebagai berikut :
a. Penentuan nilai deviasi standar benda uji :
S = √ ∑¿ ¿ ¿
Dimana :
S = Standar Deviasi
σb = Kekuatan tekan yang didapat dari masing-masing benda uji (kg/cm2)
σbm= Kekuatan tekan beton rata-rata (kg/cm2) menurut rumus :
∑σ b
σ bm=
N
σ bk = σ bm - 1.64 S
Dimana :
σbk = Karakteristik tegangan izin
c. Nilai kekuatan tekan beton karakteristik yang diperoleh pada langkah (b)
dibandingkan dengan nilai rencana disebut benda uji memenuhi persyaratan
mutu kekuatan. Bila nilai ada yang lebih besar dari nilai rencana, benda uji
tidak memenuhi syarat. Apabila mutu kekuatan ada yang kurang dari nilai
rencana, untuk hal ini perlu dilakukan koreksi pada perencanaan.
HASIL PERCOBAAN
Umumnya pemeriksaan ditetapkan untuk beton umur 3, 7, 14, atau 28 hari
Mengetahui
Asisten Laboratorium
( )