Anda di halaman 1dari 38

USULAN TUGAS AKHIR

PERENCANAAN SIPHON PIPA PADA SALURAN


INTERBASIN RABABAKA DI KABUPATEN DOMPU
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Mencapai derajat Sarjana S-1 Jurusan Teknik Sipil

Oleh :
IDA BAGUS GERALDY WP
F1A 116 022

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
2020

1
USULAN TUGAS AKHIR
PERENCANAAN SIPHON PIPA PADA SALURAN
INTERBASIN RABABAKA DI KABUPATEN DOMPU
Oleh:

IDA BAGUS GERALDY WP


F1A 116 022

Telah diperiksa dan disetujui oleh Tim Pembimbing:

1. Pembimbing Utama

Dr. I Wayan Yasa ST.,MT Tanggal: 2020


NIP :19680918 199512 1 001

2. Pembimbing Pendamping

L. Wirahman W. ST.,Msc Tanggal: 2020


NIP :19680201 199703 1 002

Mengetahui,
Sekretaris Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Mataram

Haryadi, ST., M.Sc.


NIP. 19731027 199802 1 001

2
DAFTAR ISI

HALAMAM JUDUL...............................................................................................1
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................2
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
DAFTAR TABEL ................................................................................................... 4
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. 5
BAB I ...................................................................................................................... 6
PENDAHULUAN .................................................................................................. 6
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 6
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 7
1.3 Tujuan Perencanaan ................................................................................. 7
1.4 Manfaat Perencanaan................................................................................ 7
1.5 Batasan Masalah ....................................................................................... 8
BAB II ..................................................................................................................... 9
DASAR TEORI ...................................................................................................... 9
2.1 Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 9
2.2 Dasar Teori ............................................................................................. 16
2.2.1 Pengertian Siphon ........................................................................... 16
2.2.2 Bahan Pembuat Siphon ................................................................... 18
2.2.3 Analisis Hidrolika ........................................................................... 21
2.2.4 Stabilitas Pipa .................................................................................. 25
2.2.5 Perencanaan Headpond ................................................................... 26
2.2.6 Rancangan Anggaran Biaya ............................................................ 27
BAB III ................................................................................................................. 29
METODOLOGI PERENCANAAN ..................................................................... 29
3.1 Lokasi Penelitian .................................................................................... 29
3.2 Pengumpulan Data ................................................................................. 32
3.3 Analisa Data Perencanaan Siphon .......................................................... 32
3.4 Bagan Alir Perencanaan ......................................................................... 34
3.5 Jadwal Perencanaan ................................................................................ 35
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 36

3
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Harga Koefisien Strickler ................................................................ 6
Tabel 2.2 Harga – Harga kb untuk siku........................................................... 9
Tabel 2.3 Koefisien Kekasaran penampang .................................................... 18
Tabel 2.4. koefisien k keadaan khusus .............................................................20
Tabel 3.1 Jadwal Perencanaan ..........................................................................36

4
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 koefisien kehilangan tinggi energi untuk peralihan ................... 8
Gambar 2.2 Peralihan aliran pada bagian siku ............................................... 9
Gambar 2.3 Kisi – Kisi Penyaringan .............................................................10
Gambar 2.4 Siphon Berpenampang Lingkaran ............................................ 12
Gambar 2.5 Siphon Berpenampang Trapesium ............................................ 12
Gambar 2.6 Siphon Berpenampang Persegi ..................................................13
Gambar 2.7. kehilangan energi mayor.......................................................... 19
Gambar 2.8. Kehilangan Energi Minor ........................................................ 20

5
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kabupaten Dompu merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Nusa
Tenggara Barat, berada di wilayah sungai Pulau Sumbawa dengan curah hujan rata-
rata tahunan sebesar 1.083,73 mm/tahun. Wilayah kabupaten ini sering di landa
banjir dimusim penghujan dan kekurangan air di musim kemarau. Berdasarkan
kondisi ini, untuk memenuhi kebutuhan air di Kabupaten Dompu khususnya pada
wilayah Kecamatan Woja dan Manggelewa yaitu dengan cara membawa aliran air
berlebih di sungai Rababaka menuju Sungai Tanju.
Sungai Rababaka adalah salah satu sungai yang cukup potensial untuk
pengembangan pertanian beririgasi teknis di wilayah Kabupaten Dompu. Karena
keterbatasan lahan disepanjang aliran sungai, maka potensi air yang relatif besar
tersebut hanya dimanfaatkan untuk mengairi di Rababaka eksisting seluas 1.689 ha,
selebihnya tidak termanfaatkan dan terbuang ke laut. Di sebelah kanan sungai
rababaka terdapat Sungai Tanju dan Sungai Mila yang memiliki aliran (inflow)
kecil namun areal irigasi relatif luas (A> 2.250 ha). Apabila 3 aliran sungai ini
dijadikan satu sistem, maka dapat digunakan untuk mengairi lahan kering diketiga
sistem sungai tersebut.
Pada saat pelaksanaan pekerjaan sering ditemukan hasil perencanaan
terkadang tidak sesuai dengan kondisi pada saat pelaksanaan. Untuk mengatasi hal
tersebut perlu dilakukan justifikasi teknis terhadap penyesuaian desain yang
bertujuan untuk menyesuaikan antara rencana dan pelaksanaan dengan keadaan
pada saat pekerjaan dilaksanakan. Penyesuaian desain ini berdasarkan pengmbilan
data langsung dari kondisi lapangan dengan melakukan survey dan rekayasa
lapangan. Hasil rekayasa lapangan ini nantinya akan merupakan dasar perhitungan
untuk perubahan pekerjaan tambah/kurang, pengalihan volume dan penambahan
item baru pekerjaan.

6
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat disimpulkan permasalahan
yang menjadi dasar dalam penulisan tugas akhir ini, yaitu :
1. Berapa dimensi bangunan siphon dengan pipa?
2. Bagaimana perbandingan biaya konstruksi siphon beton dan siphon pipa?
3. Bagaimana efisiensi rencana anggaran biaya (RAB) menggunakan siphon
pipa dibandingkan dengan siphon beton?
1.3 Tujuan Perencanaan
Adapun tujuan dari di desain ulang bangunan siphon adalah untuk :
1. Untuk mendapatkan dimensi pipa sesuai dengan debit banjir rancangan.
2. Untuk mendapatkan perbandingan biaya kontruksi siphon beton dan siphon
pipa
3. Untuk mendapatkan efisiensi Rencana Anggaran Biaya (RAB) menggunakan
siphon pipa dibandingkan siphon beton.
1.4 Manfaat Perencanaan
Manfaat dilakukannya tinjauan ulang perencanaan Siphon Beton yang di
ganti dengan Siphon Pipa pada saluran interbasin pada bendungan rababaka di
Kabupaten Dompu adalah :
1. Digunakan sebagai bahan masukan efisiensi biaya untuk melakukan
peninjauan ulang perencanaan siphon beton ke siphon pipa bagi pihak –
pihak terkait.
2. Sebagai referensi bagi mahasiswa lain yang ingin melakukan perencanaan
terhadap bangunan air, khususnya dalam perencanaan Siphon.

7
1.5 Batasan Masalah
Agar perencanaan berjalan dengan sistematis dan tidak menyimpang dari
rumusan masalah, maka diperlukan batasan masalah. Adapun lingkup bahasan yang
akan digunakan dalam tugas akhir ini yaitu :
1. Pipa yang digunakan adalah Pipa Steel Carbon ASTM A 252 Grade 2
2. Analisis hanya membahas perencanaan analisa dimensi siphon pipa.
3. Dilakukan analisis rencana anggaran biaya (RAB) antara siphon beton dan
siphon pipa.
4. Tidak membahas tentang perencanaan pintu penguras dan saluran penguras.
5. Tidak membahas tentang kehilangan energi akibat trashrack.

8
2 BAB II
DASAR TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Pengerjaan konstruksi beton bertulang barrel siphon yang memotong sungai
sudah jelas dikerjakan di bawah elevasi dasar sungai. Sementara ketentuan
pelaksanaan tidak diperkenankan menghambat aliran sungai, karena sungai tersebut
adalah saluran transmisi untuk memasok air baku di berbagai kebutuhan. Dan pada
lokasi tersebut sangat rapat dengan pemukiman. Dasar pemikiran untuk menggagas
metode kerja dalam melaksanakan pekerjaan ini selalu dimulai dari bawah elevasi
dasar sungai. Hal ini dilakukan berulang-ulang untuk menemukan metode kerja
yang ideal. Tenyata menemukan kebuntuan. Untuk mengatasi kebuntuan tersebut
maka hal pertama yang harus berubah adalah dasar pemikirannya. Sehingga tidak
lagi memulai pekerjaan ini dari bawah elevasi dasar sungai. Tetapi dari permukaan
air ke elevasi dasar sungai dengan memadukan hukum alam yang dirumuskan
Archimedes. Perubahan ini juga merubah material serta penampang konstruksi
barrel siphon. Tetapi konsekwensinya perubahan penampang tersebut harus dapat
mengalirkan debit rencana Qrencana=13,50 m³/det serta memastikan metode kerja
aman. Debit air yang dapat dialirkan oleh penampang barrel siphon setelah
perubahan Qtotal=14,7779 m³/det. Pengontrolan metode kerja juga aman. Sehingga
peninjauan kembali design awal siphon ke design yang baru layak. Re-design atau
peninjauan kembali design awal siphon ke design yang baru adalah suatu tindakan
yang realistik. Dimana debit air Saluran Tarum Barat tidak boleh terganggu sama
sekali dalam pelaksanaan konstruksi ini. Serta kondisi asli lapangan yang memang
tidak dapat direkayasa (Indra Budi dkk, 2017)
Bangunan siphon juga termasuk bangunan pembawa sama seperti bangunan
talang, siphon juga bagian aliran bangunan pembawa subkritis. Menurut Kriteria
Perencanaan Standar Irigasi KP-04, Bangunan Siphon adalah bangunan yang
membawa air melewati bawah saluran lain (biasanya pembuang) atau jalan. Pada
siphon air mengalir karena tekanan, perencanaan hidrolis siphon harus
mempertimbangkan kecepatan aliran, kehilangan pada peralihan masuk,
kehilangan pada peralihan masuk, kehilangan akibat gesekan, kehilangan pada

9
bagian siku siphon serta kehilangan pada peralihan keluar.(Kriteria Perencanaan
Standar Irigasi KP-04)
Siphon yang panjangnya lebih dari 100 m harus dipasang dengan lubang
periksa (manhole) dan pintu pembuangan, jika situasi memungkinkan khususnya
untuk jembatan siphon dan diameter minimum siphon adalah 0,60 m untuk
memungkinkan pembersihan dan inspeksi. Bangunan siphon ini termasuk
bangunan yang hanya memiliki fleksibiltas yang sedikit dalam mengangkut air
yang lebih banyak dari yang direncanakan. Bangunan siphon ini juga tidak dapat
direkomendasi sebagai bangunan pembuang walaupun debit tidak diatur tetapi
bangunan pembuang akan lebih banyak nantinya membawa benda-benda hanyut
pada saat proses pengaliran terjadi. Untuk itu biasanya siphon mencegah adanya
benda – benda asing masuk, baik makhluk hidup pada mulut atau lubang masuk
aliran akan ditambah penyaring (trashtrack) dan dikombinasikan dengan pelimpah
tepat di bagian atas, agar dapat mencegah air meluap dari atas tanggul saluran
dihulu nantinya. Pada kebutuhan saluran yang besar, siphon akan dibuat menjadi
pipa rangkap (double barrels), hal itu dilakukan agar meminimalisir kehilangan
energi yang besar dan lebih menguntungkan dari segi pemeliharaan dan perawatan
biaya perawatan dan pelaksanaan nantinya, untuk pemasangan sipon (yang
panjangnya lebih dari 100 m) memerlukan seorang ahli mekanik dan hidrolik.
Adanya memperhitungkan kecepatan pada aliran. Bangunan siphon ini, berfungsi
untuk mencegah terjadinya sedimentasi untuk itu kecepatan aliran pada bangunan
siphon harus tinggi. Akan tetapi, kecepatan dengan nilai yang tinggi akan
menghasilkan nilai kehilangan energi yang tinggi, untuk itu keseimbangan antara
kecepatan dan kehilang energi yang terjadi harus tetap dijaga sesuai dengan standar
yang diizinkan. Kecepatan aliran yang terjadi pada bangunan siphon harus dua kali
lebih tinggi dari kecepatan normal aliran yang terjadi pada saluran tersebut, dan
tidak boleh kurang dari 1 m/dtk, alangkah lebih baik jika nilai nya tidak kurang dari
1,5 m/dtk dan kecepatan maksimum yang akan terjadi tidak lebih dari 3 m/dtk.
Adanya titik tertinggi atas pada bagian bangunan siphon akan berada dibawah
nantinya dari permukaan air normal, itu akan mengakibatkan masuknya udara
kedalam bagian bangunan siphon dan mengurangi kemungkinan kapasitas air yang

10
akan masuk pada bangunan siphon, tinggi air yang bergantung dengan adanya hal
yang terjadi pada kemiringan dan ukuran siphon umumnya 1,1 Δhv < air dibagian
atas < 1,5 Δhv (sekitar 0,45 m, minimum 0,15 m) di mana: Δhv = beda tinggi
kecepatan pada pemasukan. Pada bangunan siphon akan terjadi kehilangan –
kehilangan energi, kehilangan energi yang terjadi seperti :
1. Kehilangan Energi Akibat Gesekan
Pada kejadian kehilangan energi akibat gesekan yang terjadi didinding-
dinding saluran, hal ini cukup memiliki pertimbangan dalam menentukan
kebutuhan debit air nantinya, untuk itu perhitungan kehilangan energi akibat
gesekan ini dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
Δ Hf = x (2-1)
Dengan : Δ Hf = kehilangan energi akibat gesekan,m = kecepatan dalam
bangunan, m/dtk
L : panjang bangunan, m R : jari – jari hidrolis, m (A/P) A : luas basah,
m² P : keliling basah, m C : koefisien Chezy (=k R1/6) k : koefisien kekasaran
Strickler, m1/3/dtk (Beton=70) g = percepatan gravitasi. m/dtk2 (9,8). (Kriteria
Perencanaan Standar Irigasi KP-04)
Dengan nilai k dapat ditentukan dari :
Table 2.1 Harga Koefisien Strickler
Harga-harga k
Bahan 1⁄
K(m 3 /dt)

Baja beton 76
Beton,bentuk kayu,tidak selesai 70
Baja 80
Pasangan Batu 60
(Sumber :Kriteria Perencanaan Standar Irigasi KP – 04)
2. Kehilangan Energi Akibat Peralihan
Pada kejadian kehilangan akibat peralihan ini, ada dua bentuk kejadian
yaitu pada pintu masuk dan pintu keluar, untuk kejadian peralihan dalam saluran
terbuka bilang froude yang dilakukan percepatan pada aliran tidak boleh melebihi
0,5. Kehilangan energi yang terjadi pada peralihan dipintu masuk (Δhmasuk) dan

11
dipintu keluar (Δhkeluar) dinyatakan dalam rumusan borda, yaitu : Untuk peralihan
dalam saluran terbuka di mana bilangan Froude aliran yang dipercepat tidak
melebihi 0,5, kehilangan energi pada peralihan masuk dan peralihan keluar
ΔHmasuk atau ΔHkeluar dinyatakan mamakai rumusan Borda :
Δ Hmasuk = ξ masuk (2-2)
Δ Hkeluar = ξ keluar (2-3)
Dengan : ξmasuk’ keluar : faktor kehilangan energi yang bergantung
kepada bentuk hidrolis peralihan dan apakah kehilangan itu pada peralihan masuk
atau keluar va : kecepatan rata – yang dipercepat dalam bangunan pembawa, m/dt
v1’ v2 : kecepatan rata – rata di saluran hulu (v1) atau hilir (v2), m/dt Dalam
menetukan tipe peralihan yang akan digunakan nantinya, sebaiknya dianjurkan atas
didasarin pada kekuatan peralihan, jika bangunan perlaihan terbuat dari pasangan
batu atau beton bertulang, maka akan lebih leluasa dalam memilih tipe yanag akan
dikehendaki nantinya, dan pertimbangan – peertimbangan hidrolik yang akan
terjadi juga mungkin memainkan peranan penting didalam menentukan nantinya.
Jika sebuah gorong – gorong memiliki air yang mengalir dengan penuh akibat
tingginya permukaan air di sebelah hulu pada bangunan gorong – gorong tersebut
maka bangunan gorong – gorong itu bisa dikatakan dengan siphon. Hal ini terjadi
karena bangunan dengan aliran – aliran yang sedemikian itu yang mengalir penuh
diperoleh karena bangunan lebih condong kebawah dibelakang peralihan masuk
dan lebih condong keatas lagi menjelang sampai aliran tersebut menuju peralihan
keluar. Nilai – nilai faktor kehilangan energi pada peralihan ini yang disebut dalam
simbol ξ masuk dan ξ keluar, tidak hanya berlaku untuk siphon akan tetapi berlaku
juga untuk bangunan talang dan saluran flum pembawa lainnya dan dapat
ditentukan dari gambar sebagai berikut :

12
Gambar 2.1 koefisien kehilangan tinggi energi untuk peralihan (Sumber :Kriteria
Perencanaan Standar Irigasi KP – 04)
Kehilangan energi yang terjadi pada peralihan masuk dan peralihan keluar untuk
bangunan siphon atau saluran pipa dan pembawa, pada umumnya termasuk dalam
aliran bebas.
3. Kehilangan Energi Pada Siku dan Tikungan
Pada kejadian kehilangan energi terjadi akibat adanya perubahan aliran,
proses yang terjadi adanya peningkatan tekanan pada sisi bagian siku dan tikungan
dan penurunan tekanan pada bagian dalam aliran. Penurunan yang terjadi
sedemikian itu dapat membuat aliran terpisah dar dinding padat (solid boundary),
dengan demikian menyebabkan proses bertambahnya kehilangan energi akibat
turbulensi/olakan yang terjadi.

13
Gambar 2.2 Peralihan aliran pada bagian siku (Sumber :Kriteria
Perencanaan Standar Irigasi KP – 04)
Pada proses kehilangan energi siku dan tikungan ini dapat dinyatakan sebagai
fungsi tinggi kecepatan didalam aliran, yang jumlah nilai ΔHb lebih besar dari
kehilangan akibat gesekan, seperti :
Δ Hb = kb (2-4)
Dimana untuk menentukan nilai dari kb (koefisien kehilangan energi), dijelaskan
pada tabel berikut ini, dimana harga – harga kb untuk profil persegi nilainya harus
lebih tinggi daripada untuk profil bulat. Hal ini disebabkan karena pembagian
kecepatan yang kurang baik yang terjadi pada proses nantinya dan turbulensi yang
terjadi didalam potongan segi empat seperti yang dijelaskan pada gambar
sebelumnya
Tabel 2.2 Harga – Harga kb untuk siku
POTONGAN SUDUT
5° 10° 15° 22,5° 30° 45° 60° 75° 90°
Bulat 0,02 0,03 0,04 0,05 0,11 0,24 0,47 0,80 1,1
Segi empat 0,02 0,04 0,05 0,06 0,14 0,3 0,6 1,0 1,4
(Sumber :Kriteria Perencanaan Standar Irigasi KP – 04)
4. Kehilangan Energi pada Kisi – Kisi Penyaringan
Pada kejadian kehilang energi yang terjadi dikisi – kisi penyaringan ini
karena adanya hambatan pada air yang akan masuk kedalam bagian aliran siphon
tersebut. Kisi – kisi penyaingan ini diadakan pada lubang masuk bangunan siphon
berfungsi agar menghambat masuknya benda – benda asing, baik benda mati seperti

14
kayu dan kotoran sampah lainnya maupun benda hidup seperti hewan – hewan mati
yang melintas pada aliran disebelah hulu dari bangunan siphon nantinya.

Gambar 2.3 Kisi – Kisi Penyaringan (Sumber :Kriteria Perencanaan


Standar Irigasi KP – 04)
Jikalau suatu bangunan siphon tidak memiliki kisi – kisi penyaringan ini,
benda – benda asing tersebut akan menyumbat dan menghambat aliran air yang
terjadi didalam bangunan siphon tersebut dan menimbulkan masalah – masalah
yang serius nantinya pada bangunan siphon tersebut. Kisi – kisi jeruji dibuat dari
jeruji – jeruji baja yang ditegakkan pada aliran air yang akan masuk guna
mempermudah proses pembersihan dengan penggaruk (rake) nantinya.
Kehilangan energi pada kisi – kisi penyaringan ini dapat dihitung dengan:
Δ Hf = C (2-5)
Dengan:
C = β 4/3 sin δ (2-6)
Dengan : Δ Hf : kehilangan tinggi energi, m v : kecepatan melalui kisi – kisi,
m/dt g : percepatan gravitasi, m/dt² (≈ 9,8) c : koefisien berdasarkan : β : fakor
bentuk (2,4 untuk segi empat, dan 1.8 untuk jeruji bulat) s : tebal jeruji, m b : jarak
bersih antar jeruji, m δ : sudut kemiringan dari bidang horisontal (Sumber :Kriteria
Perencanaan Standar Irigasi KP – 04)
Kemiringan hidrolis Biaya pembuatan terowongan agak mahal dan oleh karena itu,
perlu berhemat dalam membuat diameternya. Kemiringan hidrolis (kemiringan
terowongan dibuat curam jika tinggi energi yang tersedia cukup. Kecepatan rencana
yang dihasilkan tidak boleh melampaui kecepatan maksimum dan tidak boleh di

15
bawah kecepatan kritis dengan 0,75 kali kecepatan kritis sebagai harga praktis.
Konstruksi galian terbuka memperkecil potongan melintang saluran tertutup karena
tanah harus dipindahkan. Bagaimanapun juga luas potongan melintang yang kecil
tetap lebih murah daripada yang besar. Tinggi jagaan Ditinjau dari segi hidrolika
sebuah terowongan 0,2 D dengan ukuran minimum sekitar 0,5 m umumnya dapat
diterima secara internasional. Ini akan memberikan sekitar 10 % kapasitas cadangan
yang dinilai terlalu rendah untuk ketidakpastian perencanaan di Indonesia pada
umumnya. Oleh karena itu dipakai tinggi jagaan 0,25 D yang berarti menambah
kapasitas cadangan sampai kurang lebih 15 persen dari debit rencana untuk
terowongan bentuk tapal kuda.Untuk saluran terhadap segi empat, tinggi jagaan
akan diambil pada 0,2 H. Dimana nilai H adalah tinggi bagian dalam saluran. Agar
benda-benda terapung dapat melewati terowongan dan saluran tertutup, maka tinggi
minimum jagaannya diambil sama dengan tinggi jagaan saluran terbuka. Untuk
menghitung masukkan materi manning dan strickler. Jika menguasai pers.
Bernouli, tambahkan lagi dan ralat penambahan materinya. (Sumber: Kriteria
Perencanaan Standar Irigasi KP – 04)
2.2 Dasar Teori
2.2.1 Pengertian Siphon
Siphon adalah bangunan yang membawa air melewati bawah saluran lain
(biasanya pembuang) atau jalan. Pada sipon air mengalir karena tekanan.
Perencanaan hidrolis sipon harus mempertimbangkan kecepatan aliran, kehilangan
pada peralihan masuk, kehilangan akibat gesekan, kehilangan pada bagian siku
sipon serta kehilangan pada peralihan keluar.
Secara hidrolik, siphon merupakan saluran tertutup yang berdasarkan
bentuknya, dibedakan menjadi 4 macam (Mawardi dkk,2002), yaitu:
2.2.1.1 Siphon Berbentuk Bulat atau Lingkaran
Siphon berbentuk lingkaran seperti gambar 2.1 di bawah ini adalah bentuk
siphon yang paling ideal karena menghasilkan aliran yang sempurna. Penampang
bulat adalah penampang yang paling efisien, hal ini dikarenakan suatu lingkaran
mempunyai keliling basah yang paling kecil untuk suatu luas yang tertentu.

16
d d

Gambar 2.4 Siphon Berpenampang Lingkaran


(Sumber: Mawardi dkk,2002)
2.2.1.2 Siphon Berbentuk Trapesium
Siphon berbentuk trapesium seperti gambar 2.5 di bawah ini adalah bentuk
siphon yang dianjurkan setelah siphon berbentuk bulat. Hal ini dikarenakan
bentuknya yang mendekati ideal. Namun kendala yang dihadapi untuk siphon
berbentuk trapesium

Gambar 2.5 Siphon Berpenampang Trapesium


(Sumber: Mawardi dkk,2002)
2.2.1.3 Siphon Berbentuk Persegi
Siphon berbentuk persegi seperti gambar 2.3 di bawah ini adalah bentuk
siphon yang dianjurkan setelah siphon berbentuk trapesium. Siphon berbentuk
persegi sangat mudah dalam dalam pelaksanaan, karena bentuknya yang sederhana.

17
B=h B=h

Gambar 2.6 Siphon Berpenampang Persegi


(Sumber: Mawardi dkk,2002)
2.2.1.4 Siphon Berbentuk Kombinasi
Siphon berbentuk kombinasi merupakan bentuk siphon yang
dikombinasikan dari bentuk lingkaran, trapesium dan persegi. Siphon berbentuk
kombinasi jarang dibangun karena pelaksanaannya yang sulit dan juga bentuknya
yang sulit, sehingga membutuhkan pengawasan yang lebih teliti.
Siphon ini dapat berbentuk :
1. Bagian atas berbentuk persegi, sedangkan bagian bawah berbentuk lingkaran.
2. Bagian atas berbentuk persegi sedangkan bagian bawah berbentuk trapesium.
3. Dan lain-lain.
2.2.2 Bahan Pembuat Siphon
Konstruksi siphon dapat dibuat dari berbagai jenis bahan. Berdasarkan
bahan pembuat, siphon dapat dibadakan menjadi 4 jenis ( Euro Consult Mott
McDonald & Associates ), yaitu :
2.2.2.1 Siphon Pipa Besi
Besi merupakan bahan yang paling bagus untuk mengalirkan air karena
permukaannya yang licin, sehingga kecepatan aliran di dalam pipa sangat cepat.
Kecepatan aliran yang cepat menyebabkan kehilangan energi yang kecil. Selain
itu, kecepatan aliran yang cepat juga dapat mengurangi terjadinya pengendapan
sedimen di dalam pipa.
Kelebihan penggunaan pipa besi untuk konstruksi siphon adalah :
1. Tahan terhadap temperatur yang tinggi.
2. Tidak mudah lapuk.
3. Tidak mudah mengalami kebocoran karena tidak mudah mengalami keretakan.
4. Baik digunakan pada tanah yang labil.

18
5. Kecepatan aliran tinggi.
Kekurangan penggunaan besi untuk konstruksi siphon adalah :
1. Membutuhkan biaya yang besar.
2. Memerlukan perawatan karena mudah berkarat.
3. Berat sehingga tidak mudah diangkut ke tempat-tempat lain.
2.2.2.2 Siphon Beton
Beton merupakan alternatif kedua setelah besi. Beton adalah bahan
bangunan yang terbuat dari semen (Portland cement atau semen hidrolik lainnya),
pasir atau agregat halus, kerikil atau agregate kasar, air dan dengan atau tanpa bahan
tambahan. Kekuatan tekan beton yang digunakan untuk perencanaan ditentukan
berdasarkan kekuatan tekan beton pada umur 28 hari. (Sumber: Kriteria
Perencanaan Standar Irigasi KP – 04)
Sifat-Sifat Beton :
1. Daya rembesan air ( permeability )
2. Penyusutan beton ( shrinkage )
3. Koefisien perubahan temperatur
4. Berat jenis beton ( unit weight )
5. Perubahan volume beton
Syarat-Syarat Beton Bermutu Baik :
1. Bahan bangunannya baik dan bersih.
2. Peralatan kerja harus baik dan kapasitasnya sesuai dengan yang diperlukan.
3. Bekisting harus kuat menahan beban selama pengecoran berlangsung.
4. Diadakan pemeriksaan slump dan kokoh desak beton ( berbentuk kubus atau
silinder ) sebelum dan selama pengecoran berlangsung.
5. Diadakan perawatan yang cukup sampai dengan batas waktu yang telah
ditentukan.
6. Tempat pengecoran dilindungi terhadap hujan.
Kelebihan dari penggunaan beton untuk konstruksi siphon adalah :
1. Dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi.
2. Kecepatan aliran di dalam siphon cepat namun tidak secepat kecepatan aliran
pada besi.

19
3. Mampu memikul beban yang berat ( tanah penutup pada siphon ).
4. Tahan terhadap temperatur yang tinggi.
5. Biaya pemeliharaan atau perawatan yang rendah karena tahan terhadap
perkaratan atau pembusukan oleh kondisi alam.
6. Tidak mudah lapuk
7. Tidak mudah terbakar.
8. Tidak dimakan serangga atau rayap.
9. Kekuatannya tinggi.
10. Lebih mudah jika dibandingkan dengan baja.
11. Umurnya tahan lama.
Kekurangan penggunaan beton dalam konstruksi siphon adalah :
1. Keretakan setipis rambutpun (disebut retak rambut/hair crack) bisa ditembus
oleh air dan menyebabkan dinding menjadi lembab atau bahkan menyebabkan
kebocoran.
2. Menuntut ketelitian yang tinggi dalam pelaksanaan karena jika terjadi kesalahan,
perbaikannya tidak mudah bahkan kadang-kadang harus dibongkar dan diganti
baru.
3. Mempunyai bobot yang Berat
2.2.2.3 Siphon Pasangan Batu
Pasangan batu merupakan bahan yang sederhana dan ekonomis karena
bahan batu merupakan bahan konstruksi yang paling murah dan mudah didapat.
Siphon pasangan batu dibuat untuk struktur yang permanen dan untuk menahan
beban yang tidak terlalu berat dan besar. (Sumber: Kriteria Perencanaan Standar
Irigasi KP – 04)
Kelebihan penggunaan pasangan batu untuk konstruksi siphon adalah :
1. Mudah dalam pelaksanaan.
2. Tidak membutuhkan biaya yang mahal.
3. Tanah yang dibebaskan lebih kecil.
4. Mencegah gerusan dan erosi.
Kekurangan penggunaan pasangan batu untuk konstruksi siphon adalah :
1. Kehilangan energinya besar.

20
2. Mudah mengalami keretakan pada konstruksi.
3. Jika ada keretakan pada kostruksi, maka aliran dengan kecepatan tinggi masuk
ke dalam retakan pasangan sehingga dapat mengeluarkan bahan-bahan dari
pasangan tersebut.
4. Kecepatan maksimum dibatasi.
2.2.2.4 Siphon Kayu
Siphon kayu adalah siphon yang terbuat dari kayu yang merupakan bahan
darurat yang terdapat di sekitar lokasi. Siphon kayu hanya dipakai untuk keadaan
yang darurat dan bersifat sementara bukan untuk penggunaan yang bersifat
permanen. (Sumber: Kriteria Perencanaan Standar Irigasi KP – 04)
Kelebihan penggunaan bahan kayu untuk konstruksi siphon adalah :
1. Bahan - bahan mudah didapat karena disediakan oleh alam.
2. Tidak membutuhkan biaya yang besar.
3. Pelaksanaanya mudah.
4. Tidak membutuhkan tenaga ahli dalam pembangunan.
Kekurangan penggunaan bahan kayu untuk konstruksi siphon adalah :
1. Tidak tahan lama.
2. Mudak mengalami kerusakan.
3. Tidak kuat menahan beban yang berat.
4. Mudah menyerap air.
5. Mudah mengalami kembang - susut
6. Kurang tahan terhadap pengaruh cuaca.
7. Rentan terhadap rayap.
2.2.3 Analisis Hidrolika
Analisis hidrolika merupakan perhitungan ulang perilaku aliran air dengan
menganalisis berdasarkan hukum kontinuitas dan hukum kekekalan energi. Gaya –
gaya yang bekerja pada aliran disebabkan gaya gravitasi dan gaya tekan serta
dinamika air.

21
2.2.3.1 Dimensi Saluran Pembawa
Saluran pembawa adalah saluran yang membawa air dari bendung
pengalih menuju bangunan siphon, rumus yang di gunakan untuk menghitung
saluran pembawa adalah sebagai berikut (sumber: Balai Wilayah Sungai NT I)
A = (B+mh)h (2-7)
P = (B+2h) √𝑚3 + 1 (2-8)
A
R = (2-9)
P
Q =VxA (2-10)
V = k x 𝑅32 x 𝐼21 (2-11)
Dengan:
A : Luas Penampang (𝑚2 )
P : Keliling Basah (m)
R : Jari-jari Hidrolis (m)
Q : Debit Saluran (𝑚3 /dt)
V : Kecepatan Aliran (m/dt)
B : Lebar Dasar Saluran (m)
H : Tinggi Saluran (m)
I : Kemiringan Dasar Saluran
k : Koefisien Kekasaran Penampang
m : Kemiringan Penampang (𝑚13 /dt)
h : Tinggi Muka Air (m)
Tabel 2.3 Koefisien Kekasaran penampang
Bahan K(𝑚13 /dt)
Baja beton 76
Beton, bentuk kayu, tidak selesai 70
Baja 80
Pasangan batu 60
(sumber: Kriteria Perencanaan – 04 Hal. 89)

22
2.2.3.2 Dimensi Pipa
Untuk menentukan dimensi siphon, di hitung dengan (Balai Wilayah
Sungai Nusa Tenggara I):
v2
H =h+ (2-12)
2g
H
≥ 3,0 (Vicky, 2012) (2-13)
D
Kontrol kecepatan (Sumber: Hidraulika II, Bambang Triatmodjo) :
A = ¼ π D2 (2-14)
P =πD (2-15)
A
R = (2-16)
P
Q
V = (1.50 < V < 3.00 ) (Vicky, 2012) (2-17)
A
2.2.3.3 Kehilangan Energi
Beberapa istilah penting mengenai kehilangan energi:
2.2.3.3.1 Kehilangan Energi Mayor
Kehilangan Energi Mayor adalah kehilangan energi akibat gesekan
dinding pipa. Untuk menentukan kehilangan energi mayor secara optimal harus
memperhatikan tinggi muka air efektif untuk operasi siphon pipa dan koefisien
gesekan dinding pipa. Persamaan yang digunakan untuk menghitung besar
kehilangan energi mayor adalah :
𝐿 𝑣2
he = 𝑓𝑥 𝐷 𝑥 2𝑔 (2-18)
2.𝑔.𝑛2
f = 1 (2-19)
𝑅 ⁄3

Dengan :
he : tinggi tinggi muka air efektif (m).
F : koefisien gesekan dinding pipa.
L : panjang pipa (m).
D : diameter pipa (m).
V : kecepatan aliran dalam pipa (m/dt)

23
R : jari-jari hidraulis (m)

Gambar 2.7. kehilangan energi mayor


(Sumber : Hidraulika 2 , Bambang Triatmodjo)
2.2.3.3.2 Kehilangan energi minor
Kehilangan Energi Minor adalah kehilangan energi akibat gesekan
pembesaran dan pengecilan dimensi penampang dan belokan pipa. Persamaan yang
digunakan untuk menghitung besar kehilangan energi minor adalah :

Gambar 2.8. Kehilangan Energi Minor


(Sumber : Hidraulika 2 , Bambang triatmodjo)
Tabel 2.4. koefisien k keadaan khusus
α 10° 20° 30° 40° 50° 60° 70°

K’ 0,078 0,31 0,49 0,60 0,67 0,72 0,72

(Sumber : Hidraulika 2 , Bambang triatmodjo)

24
2.2.3.3.3 Perencanaan Dimensi Pipa
Dimensi Pipa yang memadai diperlukan agar pipa dapat tahan terhadap
debit air dari feeder . Dalam ASME tersebut, dihalaman 44, tepatnya para 304.1.1
disebutkan (Sumber : ASME, Hal: 44) :
Tm: t + c (2-20)
Dengan :
tm adalah minimum thicknes, termasuk pula mechanical atau corrosion
alowacnce.
C adalah jumlah dari mechanical allowance, misalnya thread (ulir),
kedalaman grove atau coakan. Dapat pula corrosion atau erroseion
allowace.
t adalah thickness berdasarkan pressure design, yang harus dicari
sebelum menentukan tm.
Nilai t ditentukan dengan :
 PD 
tp =   + ε (2-21)
 2   
Masih di halaman yang sama, yaitu para 304.1.2. Untuk notasi dari
yang disebutkan diatas, adalah sebagai berikut :
tp : tebal plat (mm)
H : tinggi tekanan
P : tekanan air dalam pipa pesat (kg/cm2)
σ : tegangan ijin plat
η : efisiensi sambungan las (0.9 untuk pengelasan dengan inspeksi x-
ray dan 0.8 untuk pengelasan biasa)
ε : korosi plat yang diijinkan (1-3 mm)
2.2.4 Stabilitas Pipa
2.2.4.1 Tekanan maksimum akibat water hammer
Tekanan balik akibat tertahannya aliran air oleh penutupan katup akan
berinteraksi dengan tekanan air yang menuju inlet valve sehingga terjadi tekanan
tinggi yang dapat merusak penstock.

25
𝑎𝑥𝑉
P = 2𝑔 𝑥 𝐻 (sumber: : mosonyi, 1991 ) (2-22)
𝑄
V = (1 ) (sumber: mosonyi, 1991 ) (2-23)
𝑝𝐷 2
4

Dengan:
a : kecepatan rambat gelombang tekanan (m?dt)
H : tekanan hidrostatik (m)
V : kecepatan rata-rata dalam air (m/dt)
Rumus pendekatan:
𝑄
V= 𝐷 1 (sumber: mosonyi, 1991 ) (2-24)
(50 + 𝑘 ) ⁄2
𝑡𝑝

2.2.4.2 Tekanan lingkar akibat tekanan hidrostatik


𝑃𝑥𝑅
σ = (𝑡𝑝−𝑒)ℎ (kg/cm2) (2-25)

Dengan :
P : tekanan air dalam pipa pesat (kg/cm2)
H : tinggi terjun desain (m)
R : luas basah
D : diameter dalam pipa (m)
Tp : tebal plat
ϵ : korosi plat yang di izinkan (1=3 mm)
ή : efisiensi menyambung las = 0.85
2.2.5 Perencanaan Headpond
Kriteria desain Bak Penenang (headpond) (soedibyo, 2003):
1. Volume bak 10-20 kali debit yang masuk untuk menjamin aliran steady di
pipa pesat dan mampu meredam tekanan balik pada saat penutupan aliran
pipa pesat.
2. Bak penenang direncanakan dengan menetapkan kecepatan vertikal
partikel pipa pesat.
3. Pipa pesat ditempatkan 15 cm di atas bak penenang untuk menghindarkan
masuknya batu atau benda-benda yang tidak diijinkan terbawa masuk ke
turbin karena berpotensi merusak runner turbin.

26
4. Pipa pesat ditempatkan pada jarak minimum 4 x D (diameter pipa pesat)
dari muka air untuk menjamin tidak terjadi turbulensi dan pusaran yang
memungkinkan masuknya udara bersama aliran air di dalam pipa pesat.
5. Bak penenang dilengkapi pelimpas yang di rencanakan untuk membuang
kelebihan debit pada saat banjir. Bangunan bak penenang dan saluran
pembawa direncanakan terjaga ketinggian permukaan pada saat banjir
sampai maksimum 25% dari debit desain.
6. Dimensi bak penenang (headpond)
a. Lebar dasar head pond sama dengan tiga kali lebar dasar saluran.
b. Panjang head pond sama dengan dua kali lebar dasar head pond.
c. Perencanaan dimensi Headpond.
B = 3 x Bsaluran (2-26)
L = 2 x Bheadpond (2-27)
d. Perencanaan Pelimpah Headpond (soedibyo, 2003):

Q = C x L x 𝐻 3⁄ (2-28)
2
2.2.6 Rancangan Anggaran Biaya
Rencana anggaran biaya adalah perhitungan biaya yang diperlukan untuk
bahan dan upah yang berhubungan dengan pelaksanaan bangunan atau sebuah
proyek. Untuk membuat rencana anggaran biaya diperlukan data antara lain :
1. Gambar Rencana
Untuk menganalisa volume pekerjaan diperlukan gambar rencana yang
dimensi dan skala yang tepat.
2. Perhitungan Volume
Untuk mendapatkan besarnya rencana anggaran biaya proyek yang telah
direncanakan, sebagai langkah awal adalah dengan menghitung volume pekerjaan
yang berkaitan dengan pelaksanaan fisik yang akan dilaksanakan. Untuk
perhitungan kuantitas pekerjaan adalah dilakukan dengan menghitung setiap item
pekerjaan berdasarkan gambar perencanaan dimana secara umum jenis pekerjaan
tersebut adalah :

27
a. Pekerjaan Tanah
Perhitungan volume dilakukan berdasarkan rerata luasan data potongan
penampang desain tanah dikalikan dengan jarak untuk setiap jenis kegiatan ataupun
material yang digunakan dengan satuan kuantitas yaitu m2 ataupun m3.
b. Pekerjaan Bangunan
Perhitungan volume dilakukan berdasarkan rerata luasan data penampang desain
bangunan yang mewakili bentuk dikalikan jarak untuk setiap jenis kegiatan ataupun
material yang digunakan dengan satuan kuantitas yaitu m2 ataupun m3.
c. Pekerjaan Lainnya.
Pekerjaan ini disesuaikan dengan sifatnya yang dihitung dalam bentuk satuan
kuantitas yaitu m3, m2, buah, set ataupun lainnya.
3. Analisa Harga Satuan Pekerjaan
Harga satuan diperlukan dalam menghitung rencana anggaran biaya suatu
konstruksi. Harga satuan yang dimaksud adalah harga satuan bahan, harga satuan
upah, dan harga satuan peralatan. Dalam perencanaan ini menggunakan harga
satuan tahun 2019 di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
a. Harga Satuan Bahan
Harga atau biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan suatu material yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan konstruksi.
b. Harga Satuan Upah
Harga atau biaya satuan yang dibayarkan kepada pekerja sebagai upah atas
pekerjaan yang dilakukannya. Upah langsung adalah upah yang langsung
dibayarkan kepada oekerja berdasarkan tarif hariannya sesuai dengan lamanya
bekerja, sedangkan upah tidak langsung meliputi pajak, asuransi, dan berbagai
macam tunjangan.
(tidak termasuk biaya transportasi untuk mendatangkan dan mengembalikan
peralatan, biaya mobilisasi, dan biaya demobilisasi).

28
3 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi bangunan siphon secara geografis terletak pada koordinat
8°25'53.6"LS dan 118°23'55.1"BT. Sedangkan secara administratif lokasi ini
termasuk dalam wilayah Desa Saneo, Kecamatan Woja, Kabupaten Dompu. Desa
Saneo berjarak sekitar 5 km dari Ibu Kota Kabupaten Dompu ke arah Barat. Batas
– batas wilayah administratif Kecamatan Woja sebagai berikut :

1. Batas Utara: Kecamatan Kilo dan Kabupaten Bima


2. Batas Timur: Kecamatan Dompu dan Teluk Cempi
3. Batas Selatan: Teluk Cempi
4. Batas Barat: Kecamatan Manggalewa dan Kabupaten Sumbawa
Adapun gambaran secara umum lokasi Bangunan Siphon dapat dilihat pada gambar
berikut ini :
LOKASI
BANGUNAN
SIPHON

Gambar 3.1. Lokasi Bangunan Siphon


Sumber : Balai Wilayah Sungai NT I

29
Gambar 3.2. DAS Tarei (Lokasi Bangunan Siphon)
Sumber : Balai Wilayah Sungai NT I

Gambar 3.3. Skema DAS Tarei (Lokasi Bangunan Siphon)


Sumber : Balai Wilayah Sungai NT I

30
Gambar 3.4. Kondisi 0% Bangunan Siphon
Sumber : Balai Wilayah Sungai NT I
Adapun data – data yang digunakan dalam Perencanaan Siphon adalah sebagai
berikut :
1. Data Saluran Pembawa :
➢ Nama sungai utama : Sungai rababaka
➢ Lokasi : Saluran Sekunder RBK 1s
➢ Jenis Material siphon : Pipa Steel Carbon ASTM A 252
Grade.
➢ Panjang total : 259.00 m
➢ Tinggi Jagaan (fb) : 0.60 m
➢ Kemiringan Saluran(1:m) : 0.50
➢ Kemiringan Dasar Saluran(I) : 0.00025
➢ Elevasi Dasar Saluran Hulu : + 132,36 m
➢ Elevasi Dasar Saluran Hilir : + 131,23 m
➢ Elevasi Muka Air Hulu : + 133,72 m
➢ Elevasi Muka Air Hilir : + 132,59 m
➢ Elevasi Garis Energi Hulu : + 134,85 m
➢ Elevasi Garis Energi Hilir : + 133,72 m

31
3.2 Pengumpulan Data
Dalam penyusunan perencanaan ini diperlukan data – data yang mendukung
baik itu data primer maupun data sekunder. Yang dimaksud data sekunder adalah
data yang bersumber dari instansi – instansi yang terkait dan pernah dilakukan
pengukuran sedangkan data primer diperoleh berdasarkan pengukuran langsung di
lokasi studi. Secara umum data yang diperlukan dalam studi ini adalah :
1. Data AWLR
Data duga air yang digunakan untuk suatu perencanaan bangunan air
adalah debit muka air di seluruh daerah yang bersangakutan dalam 10 tahun. Hasil
analisa metode Ambang Batas menunjukkan beberapa pos duga air yang
berpengaruh terhadap bangunan siphon yaitu data AWLR Matua. Data tersebut
dikelola oleh Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I (BWS NT I) Provinsi Nusa
Tenggara Barat (NTB).
2. Data Siphon Beton
Data siphon beton digunakan untuk membandingkan efisiensi biaya antara
siphon beton dan siphon pipa. Data tersebut dikelola oleh Balai Wilayah Sungai
Nusa Tenggara I (BWS NT I) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
3. Data Geologi
Data geologi digunakan untuk menghitung stabilitas pada bangunan
siphon. Data tersebut dikelola oleh Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I (BWS
NT I) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
3.3 Analisa Data Perencanaan Siphon
Berdasarkan data – data yang telah terkumpul diantaranya data topografi, data
awlr dan data geologi dapat dilakukan analisa untuk menyelesaikan tinjauan ulang
perencanaan siphon ini. Analisa yang dimaksud antara lain sebagai berikut:
1. Analisa Saluran Pembawa
Analisa saluran pembawa digunakan untuk mengetahui debit dan kecepatan
aliran dan parameter – parameter lainnya yang diperlukan dalam tinjauan ulang
perencanaan siphon pipa. Pada tahap analisa awal yang dilakukan untuk
mendapatkan dimensi saluran pembawa yang digunakan untuk merencanakan
dimensi pipa.

32
2. Analisa Hidrolika
Analisa hidrolika digunakan untuk menentukan dimensi siphon pipa, tebal
plat pipa dan untuk merencanakan bak penenang (HeadPond) dengan menganalisa
berdasarkan hukum kontinuitas dan hukum kekekalan energi.
3. Analisa Stabilitas
Analisa stabilitas dalam perencanaan siphon pipa perlu dilakukan untuk
memeriksa konstruksi tersebut sudah aman dari pengaruh gaya – gaya luar
maupun beban yang diakibatkan dari konstruksi itu sendiri. Analisa dilakukan
untuk menghindari terjadinya tekanan maksimum akibat water hammer dan
tekanan lingkar akibat tekanan hidrostatik pada konstruksi bangunan siphon pipa.
4. Analisa Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Analisa rencana anggaran biaya dilakukan untuk mengetahui
perbandingan biaya siphon beton dan siphon pipa.

33
3.4 Bagan Alir Perencanaan
Dari penjelasan langkah perencanaan, maka dapat dibuat sebuah bagan alir
perencanaan bangunan siphon sebagai berikut :

Mulai

Pengumpulan data

Data Siphon Data AWLR Data Geologi


beton
`
Analisa Saluran
Pembawa

1. Data Geser
Perencanaan Teknis Siphon : 2. Data 𝛾
Tanah
1. Dimensi Siphon
2. Analisa Kehilangan
Energi
3. Analisa Bak Penenang
(head pond)
Tidak

Ya

Analisa Stabilitas

Gambar Perencanaan

Perbandingan Rencana
Anggaran Biaya

Selesai

34
3.5 Jadwal Perencanaan
Tabel 3.1. Jadwal Perencanaan
Maret April Mei Juni
No. Tahap
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1. Pengumpulan Data
2. Survey Awal
3. Penyusunan Skripsi
4. Seminar Proposal
5. Seminar Hasil
6. Ujian Skripsi

35
4 DAFTAR PUSTAKA
5
Budi, Indra, and Welli Juli Putra Gea, 2017, Tinjauan Kembali Disain Siphon Baru
Cibeet Di Btb 23/Penggantian Barrel Siphon Beton ke Pipa HDPE (Revised
Design For New Cibeet Siphon At Btb. 23/Replacement Of The Reinforced
Concrete Siphon Barrel Structure To HDPE Pipe) Jurnal KaLIBRASI-
Karya Lintas Ilmu Bidang Rekayasa Arsitektur, Sipil, Industri. 12 (2017).

Direktorat Jenderal Departemen Pekerjaan Umum, 1986, Standar Perencanaan


Irigasi Kriteria Perencanaan Standar Irigasi KP – 04, Badan Penerbit
Departemen Pekerjaan Umum,Jakarta.

Mawardi, Erman dan Moch. Memed, 2002. Desain Hidraulik Bendung Tetap
untuk Irigasi Teknis, Alfabeta, Bandung.

Direktorat Jenderal Departemen Pekerjaan Umum, Balai Wilayah Sungai NT I,


2011, Model Test Dan Penyempurnaan Desain Bendungan Tanju Dan
Bendungan Mila Untuk Rababaka Komplek, Balai Wilayah Sungai NT I ,
NTB.

Bambang Triatmojo, 1993, Hidraulika II, Beta Offset, Yogyakarta.

Ven Te Chow, Suyatman, 1985, “Hidrolika Saluran Terbuka (Open Channel


Hydraulics), Penerbit Erlangga, Jakarta.

Soedibyo, 2003, Teknik Bendungan, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

36
37
6 LAMPIRAN

38

Anda mungkin juga menyukai