Oleh:
NIM: 325190044
Penyusun
DAFTAR ISI
KARTU STUDI MAHASISWA..............................................................................i
REKAMAN ASISTENSI........................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi
DAFTAR TABEL.................................................................................................vii
DAFTAR NOTASI...............................................................................................viii
ABSTRAK...............................................................................................................1
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................2
1.1. Latar Belakang.............................................................................................2
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3. Tujuan Praktikum.........................................................................................3
1.4. Hipotesis......................................................................................................3
1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Masalah.........................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
2.1. Beton............................................................................................................4
2.2. Beton Bertulang...........................................................................................5
2.3. Keruntuhan Lentur.......................................................................................6
2.4. Keruntuhan Geser........................................................................................7
2.5. Perilaku Keruntuhan Balok Beton Bertulang..............................................7
2.6. Momen Penampang Saat Kondisi Crack, Yield dan Ultimate.....................8
2.7. Daktilitas......................................................................................................9
BAB 3 METODE PENGUJIAN............................................................................10
3.1. Sistematika Pengerjaan..............................................................................10
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUJIAN..........................................11
4.1. Analisis Momen Crack dan Putaran Sudut Crack.....................................12
4.2. Analisis Momen Yield dan Putaran Sudut Yield.......................................13
4.3. Analisis Momen Nominal, Momen Ultimate dan Putaran Sudut Ultimate ..
............................................................................................................ 14
4.4. Analisis untuk Gaya Geser Nominal (Vn)..................................................15
4.5. Daktilitas....................................................................................................16
4.6. Perbandingan Hasil Teori dan Percobaan..................................................16
4.7. Grafik Momen vs Putaran Sudut...............................................................16
BAB 5 KESIMPULAN..........................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Saat Balok Mengalami Keruntuhan........................................................3
Gambar 2 Distribusi Regangan Ultimit pada Keruntuhan Lentur (Asroni, Balok
dan Pelat Beton Bertulang, 2010)............................................................................7
Gambar 3 Lendutan Balok (Nur, 2009)...................................................................8
Gambar 4 Distribusi Tegangan Pada Beton Bertulang (Rokhman, 2012)...............8
Gambar 5 Flowchart..............................................................................................10
Gambar 6 Penampang Balok Beton Bertulang......................................................11
Gambar 7 Loading Diagram..................................................................................11
Gambar 8 Distribusi Regangan dan Tegangan......................................................11
Gambar 9 Saat Beton Mengalami Keruntuhan Retak............................................12
Gambar 10 Saat Beton Mengalami Keruntuhan Leleh..........................................13
Gambar 11 Saat Beton Mengalami Keruntuhan Nominal dan Ultimate...............14
Gambar 12 Grafik Momen vs Putaran Sudut.........................................................16
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Nilai Momen dan Putaran Sudut pada 3 Kondisi.....................................16
DAFTAR NOTASI
a = tinggi blok tegangan persegi ekuivalen, mm.
As = luas tulangan tarik longitudinal non prategang, mm2
As’ = luas tulangan tekan, mm2
b = lebar penampang, mm
bw = lebar badan/web, mm
c = jarak dari serat tekan terjauh ke sumbu netral, mm.
d = jarak dari serat tekan terjauh ke pusat tulangan tarik longitudinal, mm.
d’ = jarak dari serat tekan terjauh ke pusat tulangan tekan longitudinal, mm.
D = diameter tulangan, mm.
Ec = modulus elastisitas beton, MPa.
Es = modulus elastisitas tulangan dan baja structural, MPa.
fc′ = kekuatan beton yang disyaratkan, MPa.
fyb = kekuatan leleh tulangan tarik, MPa.
fyt = kekuatan leleh tulangan tekan, MPa.
H = tinggi penampang, mm.
Ig = momen inersia penampang beton bruto terhadap sumbu pusat,
yang mengabaikan tulangan, mm4.
k = faktor panjang efektif untuk komponen struktur tekan.
L = panjang bentang, mm.
Jd = jarak tegangan tekan beton dari tulangan tarik, mm.
M = momen, N-mm.
Cc = gaya tekan beton, N.
Mcr = momen retak, N-mm.
Mn = momen nominal, N-mm.
Mu = momen ultimate, N-mm.
My = momen yield, N-mm.
θcr = putaran sudut kondisi crack, /mm.
θy = putaran sudut kondisi yield, /mm.
θu = putaran sudut kondisi ultimate, /mm.
Pcr = gaya beban luar kondisi crack, kN.
Pu = gaya beban luar kondisi yield, kN.
Py = gaya beban luar kondisi ultimate, kN.
yt = jarak dari sumbu pusat penampang bruto, yang mengabaikan tulangan,
ke muka tarik, mm.
β1 = faktor yang menghubungkan tinggi blok tegangan tekan persegi
ekuivalen dengan tinggi sumbu netral.
εs = regangan baja.
εy = regangan beton.
ρ = rasio As terhadap bd.
ρ' = rasio As’ terhadap bd.
ϕ = faktor reduksi.
1
ABSTRAK
Beton adalah bahan yang sangat umum digunakan dalam bidang
konstruksi karena lebih praktis dalam pengerjaan dan mampu menahan beban
yang besar apabila dibuat dan didesain yang baik. Struktur beton tersebut sering
diberikan tulangan untuk memperkuat strukturnya, karena beton memiliki
kelemahan dimana struktur tersebut lemah terhadap gaya tarik, maka digunakan
tulangan untuk menahan gaya tarik tersebut. Laporan ini disusun yang bertujuan
untuk mengetahui kekuatan lentur yang terjadi pada balok beton bertulang yang
terjadi dalam video “Over-Reinforced Concrete Beam Test”. Dalam video tersebut,
balok beton bertulang diberikan 2 beban terpusat di dua titik dengan jarak 1500
mm dari setiap perletakan. Diketahui juga dimensi balok dengan lebar 100 mm
dan tinggi 150 mm dan mutu beton yang digunakan adalah 43,7 MPa. Balok
beton bertulang ini juga menggunakan tulangan baja sebesar 2D20 dan As
sebesar 600 mm2 dengan mutu tulangan baja masing-masing 400 MPa. Pada saat
pemberian gaya, balok mulai berdefleksi dan terjadi keretakan secara vertikal
hingga terjadi kegagalan. Maka, dapat dilihat bahwa tulangan pada balok
tersebut mengalami kelelehan dan menyebabkan balok berdefleksi dan
menghasilkan retakan. Berdasarkan hasil perhitungan, dapat diperoleh bahwa
jenis tulangan tersebut termasuk over reinforced karena fc > fc’ yaitu 75,9077
MPa > 43,7 MPa dimana beton hancur terlebih dahulu sebelum tulangan baja
leleh, sehingga tidak dilakukan analisis momen dan putaran sudut pada kondisi
yield, serta tidak ada daktilitas. Lalu, diperoleh nilai momen crack dan Pcr sebesar
1,537 kNm dan 2,8715 kN, momen ultimate dan Pu sebesar 15,0281 kNm dan
29,8537 kN. Selain itu, diperoleh gaya geser sebesar 12,6428 kN dimana nilai
tersebut lebih kecil daripada besar gaya lintang ultimate (Vu) yaitu sebesar
30,1237 kN sehingga keruntuhan yang terjadi adalah keruntuhan geser.
Kemudian, diperoleh juga P hasil percobaan sebesar 40 kN untuk dibandingkan
dengan Pu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa P hasil percobaan lebih besar 33,9868 %
dari P hasil analisa.
1.4. Hipotesis
2.1. Beton
Secara sederhana, beton dibentuk oleh pengerasan campuran antara
semen, air, agregat halus (pasir), dan agregat kasar (batu pecah atau kerikil).
Kadang-kadang ditambahkan pula campuran bahan lain (admixture) untuk
memperbaiki kulitas beton. Campuran dari bahan susun (semen, pasir,
kerikil, dan air) yang masih plastis ini dicor ke dalam acuan dan dirawat
untuk mempercepat reaksi hidrasi campuran semen air, yang menyebabkan
pengerasan beton. Bahan yang terbentuk ini mempunyai kekuatan tekan
yang tinggi, tetapi ketahanan terhadap tarik rendah (Asroni, Balok dan Pelat
Beton Bertulang, 2010).
Material yang digunakan dalam pembuatan beton antara lain:
a. Semen portland
Semen portland adalah semen hidraulis yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan klinker yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium
yang bersifat hidraulis dengan gips sebagai bahan tambahan (Neville &
Brooks, 1987).
b. Air
Air merupakan bahan penyusun beton yang diperlukan untuk bereaksi
dengan semen, yang juga berfungsi sebagai pelumas antara butiran-
butiran agregat agar dapat dikerjakan dan dipadatkan (Tjokrodimuljo,
1996).
c. Agregat
Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan
pengisi dalam campuran mortar atau beton. Agregat ini kira-kira
menempati sebanyak 70% dari volume mortar atau beton. Pemilihan
agregat merupakan bagian yang sangat penting karena karakteristik
agregat akan sangat mempengaruhi sifat-sifat mortar atau beton
(Tjokrodimuljo, 1996).
d. Bahan tambah
Bahan tambah yaitu bahan selain unsur pokok pada beton (air, semen dan
agregat) yang ditambahkan pada adukan beton, baik sebelum, segera atau
selama pengadukan beton dengan tujuan mengubah satu atau lebih sifat-
sifat beton sewaktu masih dalam keadaaan segar atau setelah mengeras.
Fungsi-fungsi bahan tambah antara lain: mempercepat pengerasan,
menambah kelecakan (workability) beton segar, menambah kuat tekan
beton, meningkatkan daktilitas atau mengurangi sifat getas beton,
mengurangi retak-retak pengerasan dan sebagainya. Bahan tambah
diberikan dalam jumlah yang relatif sedikit dengan pengawasan yang
ketat agar tidak berlebihan yang berakibat memperburuk sifat beton
(Tjokrodimuljo, 1996).
sedangkan besi tulangan belum leleh (s = cu = 0,003 dan fs < fy). Istilah
yang lebih dikenal untuk keruntuhan tekan ini adalah Over Reinforced
(Asroni, Balok dan Pelat Beton Bertulang, 2010).
Keruntuhan seimbang terjadi jika beton dan besi tulangan bersamaan
hancur. Beton mencapai regangan batas dan besi tulangan leleh (s = cu =
0,003 dan fs = fy) (Asroni, Balok dan Pelat Beton Bertulang, 2010).
Keruntuhan tarik terjadi bila besi tulangan leleh lebih dahulu daripada
beton. Besi tulangan leleh dan beton belum mencapai regangan batas (s <
0.003 dan fs = fy). Istilah ini lebih dikenal Under Reinforced (Asroni, Balok
dan Pelat Beton Bertulang, 2010).
Jenis keruntuhan yang diharapkan terjadi adalah Under Reinforced,
karena pada jenis keruntuhan ini ditandai oleh lendutan yang semakin besar
sebelum tercapai keruntuhan fatal (Asroni, Balok dan Pelat Beton Bertulang,
2010).
Lain hal dengan keruntuhan tekan di mana keruntuhan terjadi secara
spontan tanpa adanya tanda-tanda kehancuran. Hal ini sangat berbahaya
bagi keselamatan pemakai dari konstruksi tersebut (Asroni, Balok dan Pelat
Beton Bertulang, 2010).
Gambar 2 Distribusi Regangan Ultimit pada Keruntuhan Lentur (Asroni,
Balok dan Pelat Beton Bertulang, 2010)
Mcr Ig∙fr
= yt
Jika kuat tarik beton (fct) dari hasil uji tarik belah silinder diketahui,
maka besarnya modulus runtuh beton dapat dihitung dengan persamaan
(Badan Standardisasi Nasional, 2019):
fr=0.62λ√fc'
Kelengkungan pada kondisi first crack ( ϕcr ) dihitung dengan
menggunakan persamaan (Rokhman, 2012):
ϕcr
εcr
= 0,5h
2
My=Ts(d-c)+Cc c+Cs(𝑐 − 𝑑′)
3ε
c'y
ϕ y=
c
0,003
ϕu=
c
2.7. Daktilitas
Dalam menambahkan kekuatan dan kemampuan beton, ada yang perlu
dipertimbangkan yaitu daktilitas. Dalam tempat yang membutuhkan desain
pembebanan gempa, daktilitas menjadi hal yang sangat penting untuk
dipertimbangkan. Hal ini disebabkan karena daktilitas diperlukan hanya
untuk desain struktur yang mampu menahan gempa bumi (Park & Paulay,
1975)
BAB 3
METODE PENGUJIAN
3.1. Sistematika Pengerjaan
Mulai
Studi Pustaka
Membuat Kesimpulan
Selesai
Gambar 5 Flowchart
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUJIAN
qc = 0.1 × 0.15 × 24
qc = 0,36 kN/m
Jarak Perletakan ke beban P = 10 Stirrups × 50 mm = 500 mm = 0,5 m
VA = VB= P
1
1,52) 1,537 - ( × 0,36 ×
P =
8
cr 0,5 = 2,8715 kN
= 0,5499
Jd = d- 1 ×k×d = 115- 1 ×0,5499×115 = 93,9218 mm
3 3
s ε ×k×d 0,002×0,5499×115
εc = d×(1-k) = 115×(1-0,6722) = 0,0024
fc = εc×Ec = 0,0024×31069,8085 = 75,9077 MPa > 43,7 MPa
(Over Reinforced)
Karena balok beton termasuk dalam kondisi over reinforced dimana beton
hancur terlebih dahulu sebelum tulangan baja leleh, sehingga tidak
dilakukan analisis momen dan putaran sudut pada kondisi yield.
4.3. Analisis Momen Nominal, Momen Ultimate dan Putaran Sudut Ultimate
Cek leleh
εs = ( c-d' )×εcu = ( 87,5666-35 )×0,003 = 0,0009
c 87,5666
fy 400
εy = = = 0,002
5
Es 2×10
c = 73,67398 mm
Cc = 0,85×43,7×0,7379×73,67398×100 = 201923,4605 N
Mn = C ×(d- a ) = 201923,4605×(115- 73,67398 )
c 2 2
Vn = Vc
Vc = 0,17× λ ×√f'c × b ×d
Vc = 0,17×1×√43,7 × 100 ×150 = 16857,0238 N = 16,8570 kN
ϕVn ≥ Vu
ϕVn = 0,75 ×16,8570 = 12,6428 kN
ϕVn ≤ Vu
12,6428 ≤ 30,1237
Terjadi keruntuhan geser
4.5. Daktilitas
Karena balok beton termasuk dalam jenis kegagalan over reinforced sehigga
balok beton rapuh, maka tidak ada daktilitas.
60
50
40
30
20
10
0
Ultimate
Crack
00.0000050.000010.0000150.000020.0000250.000030.0000350.000040.000045
Putaran Sudut (/mm)
Asroni, A. (2010). Balok dan Pelat Beton Bertulang. Yogjakarta: Graha Ilmu.
Neville & Brooks, A. (1987). Concrete Technology. New York: Longman
Scientific and Technical.
Nur, O. F. (2009). KAJIAN EKSPERIMENTAL PERILAKU BALOK BETON
TULANGAN TUNGGAL BERDASARKAN TIPE KERUNTUHAN
BALOK. Jurnal Rekayasa Sipil Volume 5 No. 2, 44-45.
Park, R., & Paulay, T. (1975). Reinforced Concrete Structures. New Zealand: John
Wiley & Sons, Inc.
Pro, S. (Director). (2016). Over Reinforced Concrete Beam Test [Motion Picture].
Rokhman, A. (2012). PENGARUH TERJADINYA FIRST CRACK TERHADAP
LAJU PENINGKATAN MOMEN NEGATIF TUMPUAN PADA BALOK
BETON. Jurusan Teknik Sipil, Sekolah Tinggi Teknik – PLN, 3.
Tjokrodimuljo, K. (1996). Teknologi Beton. Jurusan Teknik Sipil, 2.
USBR. (1993). Drainage Manual: A Water Resources Technical Publication.
Washington D.C.: U.S. Department of The Interior Bureau of
Reclamation. UU No. 18 tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung. (2002). UU No.
18 tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung Pasal 1. Jakarta: Lembaran Negara
Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 134.
Vis & Kusuma, I. (1993). Jilid 1 Dasar Perencanaan Beton Bertulang. Jakarta.
Wight, J. K., & MacGregor, J. G. (2011). Reinforced Concrete: Mechanics and
Design. New Jersey: Pearson.