Anda di halaman 1dari 10

TEGANGAN TEGANGAN IZIN MAKSIMUM DI BETON DAN TENDON

MENURUT ACI
Perhitungan tegangan pada beton prategang harus memperhitungkan hal-hal sbb. :
1. Kondisi pada saat transfer gaya prategang awal dengan beban terbatas ( dead load
dan beban konstruksi ).
2. Kehilangan gaya prategang. Untuk perhitungan awal kehilangan gaya prategang ini
biasanya ditentukan 25 % untuk sistem pratarik ( pre-tension ) dan 20 % untuk
sistem pascatarik ( post-tension ).
3. Pada kondisi servis dengan gaya prategang efektif ( sudah diperhitungkan kehilangan
gaya prategangnya ) dan beban maksimum ( beban mati, beban hidup dan pengaruhpengaruh lain ).
4. Perlu diperhitungkan pengaruh-pengaruh lain yang mempengaruhi struktur beton
prategang seperti adanya pengaruh sekunder pada struktur statis tak tentu, pengaruh
P delta pada gedung bertingkat tinggi, serta perilaku struktur dari awal sampai waktu
yang ditentukan.
Sebelum mempelajari lebih lanjut perlu mengetahui dahulu definisi dan notasi penting yang
akan digunakan, yaitu sebagai berikut :
fpy

= kuat leleh tendon prategang yang ditetapkan, (psi)

fy

= kuat leleh tulangan nonprategang yang ditetapkan, (psi)

fpu

= kuat tarik tendon prategang yang ditetapkan, (psi)

fc

= kuat tekan beton yang ditetapkan, (psi)

fci

= kuat tekan beton pada saat prategang awal, (psi)

1. Tegangan Beton Yang Mengalami Lentur


Tegangan di beton segera setelah transfer prategang (sebelum terjadinya kehilangan
prategang yang bergantung pada waktu) tidak boleh melebihi seperti yang berikut ini :
(a) Tegangan tekan di serat terluar ...............................................0,6
fci
(b) Tegangan tarik di serat terluar, kecuali yang di tetapkan di (c) 3
fc
(c) Tegangan tarik di serat terluar diujung balok yang
ditumpu sederhana ................................................................. 6
fc

Apabila tegangan tarik yang dihitung melebihi nilai yang tercantum, maka penulangan
lekatan tambahan (nonprategang dan prategang) harus digunakan di daerah tarik untuk
menahan gaya tarik total yang dihitung dengan asumsi penampang tak retak.

Tegangan di beton pada kondisi beban kerja (sesudah semua kehilangan prategang)
tidak boleh melebihi berikut ini :
(a) Tegangan tekan di serat terluar akibat prategang ditambah beban tetap ..............0,45
fci
(b) Tegangan tekan di serat terluar akibat prategang ditambah beban total ..............0,60
fci
(c) Tegangan tekan di serat terluar pada daerah tarik yang semula tekan ...................6
fc
(d) Tegangan terik di serat terluar pada daerah tarik yang semula juga tarik pada
komponen struktur (kecuali sistem slab dua arah), dimana analisis yang di dasarkan
atas penampang retak ter transformasi dan atas hubungan momen defleksi bilinier
menunjukkan bahwa defleksi segera dan jangka panjang memenuhi persyaratan
selimut beton minimum .. 12 fc

Dari uraian-uraian diatas, pada prinsipnya konsep beton prategang dan beton
bertulang biasa adalah sama, yaitu sama-sama dipasangnya tulangan pada daerahdaerah dimana akan terjadi tegangan tarik. Bedanya pada beton bertulang biasa,
tulangan akan memikul tegangan tarik akibat beban, sedangkan pada beton prategang
tulangan yang berupa kabel prategang ( tendon ) ditarik lebih dahulu sebelum
bekerjanya beban luar. Penarikan kabel ini menyebabkan tertekannya beton, sehingga
beton menjadi mampu menahan beban yang lebih tinggi sebelum retak. Pada dasarnya
elemen struktur beton prategang akan mengalami keretakan pada beban yang lebih
tinggi dari beban yang dibutuhkan untuk meretakan elemen struktur dari beton
bertulang biasa. Demikian pula dengan lendutan, untuk beton prategang lendutannya
relatif lebih kecil dibandingkan dengan beton bertulang biasa, oleh karena itu
konstruksi beton prategang itu banyak dipergunakan untuk bentangan-bentangan yang
panjang.

2. Tegangan Baja Prategang


Tegangan tarik di tendon prategang tidak boleh melebihi berikut ini :
(a) Akibat gaya dongkrak pada tendon tetapi tidak boleh lebih besar daripada yang
terkecil di antara 0,80 fpu dan nilai maksimum yang di sarankan oleh pembuat jangkar
atau tendon prategang............................................................................................... 0,94
fpy
(b) Segera setelah transfer prategang tapi tidak lebih besar dari 0,74 fpu
..................0,82fpy
(c) Tendon pascatarik, pada saat pengangkeran dan perangkaian, segera setelah
pengangkerantendon.......................................................................................... 0,70 fpu

TEGANGAN IZIN MAKSIMUM AASHTO DI BETON DAN TENDON

3. Tegangan Beton Sebelum Kehilangan Rangkak dan Susut


Tekan
Komponen struktur pratarik ............................................................................... 0,60
fci
Komponen struktur pascatarik ..................................................................... 0,55 fci

Tarik
Daerah tarik yang semula tertekan .................................................................... tidak
ada
tegangan sementara izin yang di tetapkan
Daerah lainnya
Di daerah tarik tanpa ada penulangan lekatan ............................................. 200 psi atau 3
fci
Apabila tegangan tarik yang dihitung melebihi nilai ini, maka tulangan lekatan harus di
gunakan untuk menahan gaya tarik total di beton yang di hitung dengan menggunakan asumsi
penampang
tak
retak.
Tegangan
tarik
maksimum
tidak
boleh
melebihi ........................................................................ 7,5 fci

4. Tegangan Beton Pada Kondisi Beban Kerja Sesudah Terjadi Kehilangan


Tekan .................................................................................................................. 0,40
fc
Tarik pada daerah tarik yang semula tertekan
(a) Untuk komponen struktur dengan penulangan lekatan ....................... 6
fc
Untuk kondisi ekpos korosif, seperti daerah pantai .............................3
fc
(b) Untuk komponen struktur tanpa penulangan lekatan ............................ 0
Tarik di daerah lain di batasi oleh tegangan sementara izin yang ditetapkan pada (cek :
Tegangan Beton yang Mengalami Lentur)
5. Tegangan Retak : Modulus raptur dari pengujian atau jika tak tersedia :
Untuk beton normal ............................................................................................ 7,5

fc

Untuk beton ringan pasir .................................................................................. 6,3

fc
Untuk semua beto ringan lainnya ........................................................................ 5,5

fc
6. Tegangan Tumpu Penjangkaran
Penjangkaran pascatarik pada kondisi beban kerja ............................................ 3000

psi
(tetapi tidak boleh melebihi 0,9 fci)
7. Tegangan Baja Prategang
(a) Akibat pendongkrakan tendon ......................................... 0,94 fpy 0,80
fpu
(b) Segera sesudah transfer prategang .................................... 0,82 fpy 0,74
fpu
(c) Tendon pascatarik pada penjangkaran, segera sesudah
penjangkaran tendon........................................................................ 0,70
fpu
fpy 0,85 fpy (untuk relaksasi rendah, fpy = 0,90 fpu)

Dengan demikian, untuk tendon 270K yang digunakan pada buku ini (Dr.Edward
G.Nawy, P.E.), fpi pada saat transfer = 0,70 x 270.000 = 189.000 psi (1300 Mpa)
Tegangan yang di-ijinkan pada Tendon Prategang
( Sesuai ACI dan SNI )
Tegangan tarik pada tendon tidak boleh melebihi :
a. Akibat gaya penarikan ( jacking ) :
Tegangan tarik pada tendon tidak boleh melebihi 0,94 fpy dan harus lebih kecil
dari : 0,80 f pu
Nilai maksimum yang direkomendasikan oleh produsen tendon
b. Segera setelah transfer gaya prategang:
Tegangan tarik pada tendon tidak boleh melebihi 0,82 fpy dan tidak boleh lebih
besar dari : 0,74 fpu.
c. Pada beton prategang dengan sistem pasca tarik, pada daerah angkur dan
sambungan segera setelah penyaluran gaya prategang, tegangan tarik pada tendon
tidak boleh melebihi 0,70 fpu.
Dimana : fpy = tegangan leleh baja prategang ( tendon ).
fpu = tegangan ultimate baja prategang ( tendon )
Berdasarkan peraturan perencanaan CSA ( Kanada ), tegangan tarik pada tendon
dibatasi seperti tabel dibawah ini :
Batasan Tegangan Tendon ( dalam fpy )

Pemilihan Penampang
Pada kondisi layan, balok diasumsikan homogen dan elastik, sedangkan pemilihan
penampang biasanya didasarkan pada modulus penampang minimum yang
diperlukan untuk menahan semua pembebanan setelah terjadinya kehilangan
prategang.
Ditinjau balok prategang di bawah ini.

Tegangan beton ditengah-tengah bentang balok secara umum dapat ditulis :

P : Gaya prategang
e : Eksentrisitas gaya prategang terhadap pusat berat penampang
beton.
Ac : Luas penampang beton
Ig : Momen Inersia penampang beton terhadap garis netral
penampang beton ( sumbu x x )
ya : Jarak dari pusat berat penampang beton ke sisi/serat atas
penampang.
yb : Jarak dari pusat berat penampang beton ke sisi/serat bawah
nampang.

M : Momen luar yang harus dipikul balok.


cgc : Garis yang melalui pusat berat penampang.
cgs : Garis lintasan tendon
Tegangan yang terjadi pada saat transfer :

Dimana : Pi = Gaya prategang awal


MD = Momen maksimum akibat beban mati ( dead load )
Sa = Section modulus penampang terhadap sisi atas
Sb = Section modulus penampang terhadap sisi bawah
r = Jari-jari inersia
fci_ = Kuat tekan beton pada saat transfer gaya prategang

Dimana : Pe = Gaya prategang effektif setelah semua kehilangan prategang


diperhitungkan.
MT = Momen total maksimum ( MD + MSD + ML )
MD = Momen akibat beban mati ( dead load )

MSD = Momen akibat beban mati tambahan ( superimpose dead


load ).
ML = Momen akibat beban hidup.
fc_ = Kuat tekan beton umu 28 hari

Daerah Batas Penempatan Tendon


Tegangan tarik pada serat beton terjauh akibat beban layan tidak boleh melebihi
nilai maksimum yang di-ijinkan oleh peraturan yang ada. Oleh karena itu perlu
ditentukan daerah batas pada penampang beton dimana pada daerah tersebut gaya
prategang dapat diterapkan pada penampang tanpa menyebabkan terjadinya terjadinya
tegangan tarik pada penampang beton.

Dengan cara yang sama dapat dihitung pula batas titik inti ( kern ) teratas :

Demikian pula untuk arah mendatar dapat diketahui batas titik inti dati titik berat
penampang :

Daerah Batas Eksentrisitas disepanjang bentang balok


Eksentrisitas rencana tendon disepanjang bentangan balok haruslah sedemikian

rupa sehingga gaya tarik yang timbul pada serat penampang yang dikontrol atau
ditinjau terbatas atau tidak ada sama sekali.
Jika MD adalah momen akibat beban mati ( Mmin ), maka lengan kopel antara garis
pusat tekanan ( C line ) dan garis pusat tendon ( cgs ) adalah amin ( lihat gambar
dibawah ini )

Nilai ini menunjukkan jarak maksimum dibawah batas bawah ( terendah ) daerah
kern ( inti ).
eb = ( amin + kb ) ( 9.5.2 )
Jika MT adalah momen total akibat beban mati, beban mati tambahan dan beban
hidup ( Mmaks ), maka lengan kopel antara garis pusat tekanan ( C line ) dan garis
dan garis pusat tendon ( cgs ) adalah amaks ( lihat gambar dibawah )

Tegangan tarik dengan batasan nilai tertentu biasanya di-ijinkan oleh beberapa
peraturan yang ada, baik pada saat transfer maupun pada saat kondisi layan. Jika
hal ini diperhitugkan, maka cgs dapat ditempatkan sedikit diluar batas eb dan et.
Perencanaan untuk Kekuatan Lentur dan Daktilitas
Berdasarkan SNI 03 2874 2002 pasal 20.7 kekuatan lentur penampang beton
prategang dapat dihitung dengan methode kekuatan batas seperti pada
peremcanaan beton bertulang biasa.
Dalam perhitungan kekuatan dari tendon prategang, fy harus diganti dengan fps
yaitu tegangan pada tendon prategang pada saat tercapainya kekuatan nominal penampang.
Bila tidak dihitung secara lebih teliti berdasarkan konsep kompatibilitas regangan,
nilai fps boleh didekati dengan formula sbb:
Unttuk ttendon dengan lekatan penuh ( bounded )

Dimana : fps = tegangan pada tendon pada saat penampang mencapai kuat
nominalnya ( MPa ).
fpu = kuat tarik tendon prategang yang disyaratkan ( MPa ).
fse = tegangan efektif pada baja prategang ( tendon ) sesudah
memperhitungkan semua kehilangan prategang yg. mungkin
terjadi ( MPa ).
_p = suatu faktor yang memperhitungkan tipe tendon prategang

Anda mungkin juga menyukai