Anda di halaman 1dari 3

Jembatan Tol Sidoharjo

Gambar 1. Lokasi pembangunan Tol dan pembangunan jembatan


Lokasi Jembatan berada pada Jalan Tol yang menghubungkan Solo Ngawi (STA 35
+ 580). Jembatan ini dibangun karena adanya jalan non-tol yang telah ada sebelum
direncanakannya jalan tol ini. Perkerasan yang digunakan pada struktur jembatan
ini menggunakan Perkerasan Kaku (Rigid Pavement). Pada jembatan ini ada bagian
tepi yang berada diluar jalur atau diluar beton sebagai sandaran dengan panjang
sekitar 2m. bagian 2m ini sebenarnya didesain dengan menggunakan perkerasan
lunak, namun dengan adanya perubahan dan beberpa pertimbangan tertentu,
maka semua menggunakan perkerasan kaku. Lantai kendaraan dilakukan dengan
cor in-situ.

Gambar 2. Potongan memanjang jembatan

Gambar 3. Potongan melintang jembatan


Jumlah balok girder yang direncanakan adalah 15 buah dengan panjang 30.8m .
Setiap 1 bentang plat girder dibagi menjadi 5 segmen dengan panjang masing
masing segmen 6m.

Gambar 4. Profil Balok I girder


Struktur jembatan menggunakan beton prategang, dengan profil beton berupa I
girder L.170-30.80 dengan tinggi 170 cm.

Gambar 5. Gambar Abutmen . Abutmen pada jembatan ini adalah tipe T terbalik.

Gambar 6. Bagian Balok I girder yang berfungsi sebagai tempat diafragma

Setiap segmen dari I girder ada bagian untuk penempatan diafragma. Diafragma
terbuat dari beton precast. Tulangan diluruskan dan diatur agar dapat dipasang
beton diafragma.

Gambar 7. Lubang tendon segmen tengah


tendon segmen ujung

Gambar 8. Lubang

Prilaku balok beton prategang pada umumnya dapat melendut kearah atas / lawan
lendut (camber) dalam tahap sesaat pemberian gaya prategang atau dapat pula
melendut kearah bawah (deflection) selama masa layan (setelah seluruh beban
kerja bekerja). Tipe tendon yang digunakan adalah harped. Mutu beton,
penempatan lubang, jumlah lubang, dan tendon yang digunakan, harus sesuai
dengan perencanaan, jika tidak maka barang akan dikembalikan dan akan diganti
baru.

Metode Pelaksanaan

Balok girder yang telah dicetak, disusun di tempat yang datar dan dengan keadaan
tanah yang mampu menahan balok girder tersebut. Balok girder harus disusun
sesuai dengan urutan atau penomoran sesuai dengan susunan ketika dicetak. Lalu
dilakukan stressing pada setiap segmen. Kemudian dilakukan stressing dengan 2
segmen secara bersamaan, berlanjut 3 sampai 5 segmen. Pada saat stressing, efek
camber harus sesuai dengan aturan yang ada. Jika setiap segmen telah memenuhi
syarat, maka dilakukan erection. Dalam pelaksanaan erection semua segmen sudah
disambung menjadi satu kesatuan. Dalam pelaksanaan ini, harus ada surveyor
karena penempatan setiap girder harus tepat pada posisinya. Dalam pemasangan
girder ini menggunakan 2 crane yang masing masing berada dekat abutmen.
Setelah semua beton girder dan diafragma terpasang, perkerasan lantai kendaraan
dapat dilaksanakan.

Anda mungkin juga menyukai