Oleh:
NIM: 325190042
REKAMAN ASISTENSI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
izin dan bantuanNya lah kami dapat menyelesaikan laporan praktikum struktur
beton bertulang ini.
Proses pembuatan laporan ini pun dibantu dan dibimbing oleh beberapa
pihak yang akan kami ucapkan terima kasihnya kepada :
1. Daniel Christianto S.T, M.T. selaku dosen pembimbing yang membantu
kami dalam mengerjakan laporan ini dan juga memberikan ilmu-ilmu yang
dapat berguna jika diimplementasikan di dunia nyata.
2. Ricardo Hendrawan selaku asisten dosen yang turut membimbing kami
dalam menyelesaikan laporan ini dan selalu memberikan arahan terkait
pembuatan laporan.
3. Pihak-pihak lain yang turut membantu dalam proses pembuatan laporan
ini sampai selesai.
Kami sadar bahwa pada dasarnya laporan ini jauh dari kata sempurna dan
masih sangat banyak yang harus diperbaiki. Karena itu kami mengucapkan mohon
maaf sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang menyinggung suatu pihak.
Semoga laporan ini dapat berguna bagi kita semua dan juga kiranya ada kritik dan
saran yang positif dan membangun akan kami terima dengan senang hati.
Penyusun
5
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR NOTASI
b = lebar penampang, mm
bw = lebar badan/web, mm
d = jarak dari serat tekan terjauh ke pusat tulangan tarik longitudinal, mm.
d’ = jarak dari serat tekan terjauh ke pusat tulangan tekan longitudinal, mm.
M = momen, N-mm.
εs = regangan baja.
εy = regangan beton.
Φ = faktor reduksi.
1
ABSTRAK
Beton adalah salah satu material yang sangat baik dan sangat sering ditemui
dalam bidang konstruksi. Beton sering digunakan karena praktis dan memiliki
kemampuan untuk menahan beban yang baik. Struktur beton umumnya diberikan
tulangan karena beton memiliki kelemahan terhadap gaya tarik, sehingga tulangan
mampu menahan gaya tarik. Dengan video berjudul “Over-Reinforced Concrete
Beam Test”, laporan ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui kekuatan lentur
pada balok beton. Balok beton bertulang diberikan 2 beban terpusat di dua titik
dengan jarak 1500 mm dari setiap perletakannya. Dalam video itu didapatkan
informasi bahwa lebar balok adalah 100 mm dan tingginya 150 mm, mutu beton
adalah 43,7 MPa, menggunakan tulangan baja sebesar 2D20, dan mutu tulangan
baja masing-masing 400 MPa. Saat balok diberikan gaya, terjadi keretakan
vertikal hingga menyebabkan kegagalan. Dapat dilihat bahwa tulangan pada balok
tersebut mengalami kelelehan dan menghasilkan retakan. Berdasarkan hasil
perhitungan didapat nilai momen crack (Mcr) sebesar 1,537 kNm dan momen
ultimate (Mu) sebesar 15,0281 kNm.. Jadi didapatkan kesimpulan bahwa nilai P
hasil percobaan lebih besar 33,9868% dari hasil P Analisis.
2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.4. Hipotesis
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Agregat
Agregat merupakan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir atau
mineral lain, baik yang berasal dari alam maupun buatan yang berbentuk
mineral padat berupa ukuran besar maupun kecil atau fragmen-fragmen
(Silvia Sukirman, 2003).
Umumnya agregat dipisahkan menurut ukuran butirannya, yaitu :
1. Ukuran butir > 40 mm, disebut batu,
7
2. Ukuran butir 4,80 – 5,00 mm, disebut agregat kasar atau kerikil,
dan
3. Ukuran butir ≤ 4,8 mm, disebut agregat halus atau pasir.
Agregat yang digunakan sebagai pengisi beton harus mempunyai
bentuk yang baik (bulat atau mendekati kubus), bersih, kuat ,ulet, dan
bergradasi baik.
Syarat mutu agregat untuk beton (menurut SK SNI S – 04 – 1989 –
F):
a. Agregat halus (pasir):
1. Butirannya tajam, kuat dan keras.
2. Bersifat kekal, tidak pecah atau hancur karena
pengaruh cuaca.
3. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur (bagian
yang dapat melewati ayakan 0,060 mm) lebih dari 5%.
Apabila lebih dari 5% maka pasir harus dicuci.
4. Tidak boleh mengandung garam.
5. Tidak boleh mengandung zat organik, karena akan
mempengaruhi mutu beton. Bila direndam dalam
larutan 3 % NaOH, cairan di atas endapan tidak boleh
lebih gelap dari warna larutan pembanding.
6. Harus mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang
baik, sehingga rongganya sedikit. Mempunyai modulus
kehalusan antara 1,5-3,8. Apabila diayak dengan
susunan ayakan yang ditentukan, harus masuk salah
satu daerah susunan butir menurut zone 1, 2, 3 atau 4
dan harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Sisa di atas ayakan 4,8 mm, maks 2% dari berat
b. Sisa di atas ayakan 1,2 mm, maks 10% dari
berat
c. Sisa di atas ayakan 0,30 mm, maks 15% dari
berat
8
2.3. Air
Air digunakan sebagai bahan pencampur dan pengaduk beton untuk
mempermudah pekerjaan. Menurut PBBI 1971 N.I.– 2, pemakaian air
untuk beton tersebut sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) Air harus bersih
b) Tidak mengandung lumpur
c) Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton seperti
asam, zat organic
d) Tidak mengandung minyak dan alkali
e) Tidak mengandung senyawa asam
M.c
σlt = 1 b .h 3
12
Keterangan :
σlt = tegangan lentur pada balok (Mpa)
M = momen yang bekerja pada balok (kg.cm)
c = Jarak serat terluar terhadap garis netral (cm)
I = Momen inersia penampang balok terhadap garis netral (cm4)
w = besar beban (kg)
BAB 3
METODE PENGUJIAN
Mulai
Studi Pustaka
Mencari Rekaman
Praktikum Tentang
Keruntuhan Lentur
Membuat Kesimpulan
Selesai
Gambar 2. Flowchart
14
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUJIAN
1 1
d’ selimut beton + × (tulangan tekan bawah) = 25 + × 20 = 35 mm
2 2
d = 150 – d’ = 150 – 35 = 115 mm
VA = VB = P
1
Mmax = ( × qc × L2) + (P × 0,6)
8
1 2
M max - ( × qc × L )
P= 8
0,5
16
1 3 1 3
Ig = ×b× h = ×100×150 = 28125000 mm4
12 12
fr = 0,62 × λ × √ f c ' = 0,62× 1× √ 43,7 = 4,0986 MPa
h 150
yb = = = 75 mm
2 2
f r × I g 4,0986 × 28125000
Mcr = = = 1536975 Nmm = 1,537 kNm
yb 75
Ec = 4700 × √ f c ' = 4700 × √ 43,7 = 31069,8085 MPa
M cr 1536975
θcr = = = 1,7589 ×10−6 /mm
Ec × I g 31069,8085 × 28125000
1
1,537-( ×0,36×1,5 2 )
8
P cr = = 2,8 715 kN
0,5
17
f y 400
εs = = = 0,002
Es 2× 105
Ec = 4700 × √ f c ' = 4700 × √ 43,7 = 31069,8085 MPa
As = 600 mm 2
As 6 00
ρ= = = 0,0522
b×d 100×115
ρ’ = 0
Es 2× 105
n = = = 6,4371
Ec 31069,8085
1
ρ’×d’
k = [(ρ+ρ’)2 × n2 +2×(ρ+ )×n]2 -( ρ+ρ’)× n
d
=
1
2 2 0×35
[(0,0522 +0) ×6,4371 +2×( 0,0522 + )×6,4371] 2 -(0,0522 +0)×6,4371
115
= 0,5499
1 1
Jd = d- × k×d = 115- × 0, 5499 ×115 = 93,9218 mm
3 3
εs ×k×d 0,002 × 0,5 499 ×115
εc = = = 0,0024
d ×( 1 - k) 115 × (1 - 0,6722)
As = 600 mm2
Cc = T
0,85 × f c ' × b × a = As × f y
As × f y 6 00 ×400
a = = = 64,6117 mm
0,85× f c '×b 0,85×43,7×100
0,05 ×( 43,7-28)
β1 = 0,85- = 0,7379 (28 MPa < f c ' < 55 MPa)
7
a 6 4,6117
c = = = 87,5666 mm
β1 0,7379
Cek leleh
c-d ' 87,5666 -35
εs = ( )× ε cu = ( )×0,003 = 0,0009
c 8 7,5666
f y 400
εy = = = 0,002
Es 2× 105
εs < εy (Tulangan tidak leleh)
Cc = T
0,85× fc' × a × b = As × fs
115-c
0,85× 43,7 × 0,7379c ×100 = 600 × 0,003× 200000 ×( )
c
c = 73,67398 mm
Cc = 0,85× 43,7 × 0,7379× 73,67398× 100 = 201923,4605 mm
a 7 3,67398
Mn = C c ×(d- ) = 2 01923,4605×(115- )
2 2
= 16697893,27 Nmm = 16,6979 kNm
19
1
V u = Pu + ×q c × L
2
1
V u = 29,8537 + × 0,36 × 1,5
2
V u = 30 ,1237 kN
Vn = Vc
V c = 0,17× λ × √ f'c × b ×d
V c = 0,17×1× √ 43,7 × 100 ×150 = 16857,0238 N = 16,8570 kN
ϕ V n ≥ Vu
ϕ V n = 0,75 × 16,8570 = 12,6428 kN
ϕ V n ≤ Vu
12,6428 ≤ 36,0799
Terjadi keruntuhan geser
4.5. Daktilitas
Karena kegagalan balok beton termasuk dalam jenis over reinforced
sehingga balok beton rapuh, maka tidak ada daktilitas.
a. Pcr = 2,8715 kN
b. Pu = 29,8537 kN
Nilai P pada percobaan sebesar 40 kN.
BAB 5
KESIMPULAN
BAB 6
DAFTAR PUSTAKA
Asroni, A. (1997). Struktur Beton I (Balok dan Plat Beton Bertulang), Jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Asroni, A. (2010). Balok dan Pelat Beton Bertulang. Yogyakarta: Graha Ilmu.