Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN ANALISA STRUKTUR GEDUNG

BPTP GORONTALO
STRUCTURE ANALYSIS REPORT OF BPTP GORONTALO
BUILDING

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

DAFTAR ISI ............................................................................................ ii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. iv

DAFTAR TABEL ................................................................................... v

DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL ...................................................... vi

PENDAHULUAN.................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 3

1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan ......................................................................... 3

1.4 Pembatasan Masalah ........................................................................................ 3

1.5 Metode Penulisan ............................................................................................. 4

1.6 Sistematika Penulisan ...................................................................................... 4

BAB II GAMBARAN UMUM DAN METODOLOGI ANALISIS

STRUKTUR ............................................................................................ 6

2.1 Gambaran Umum ................................................................................................... 6

2.2 Metodologi Perencanaan ........................................................................................ 9

ii
BAB III ANALISIS STRUKTUR ....................................................... 10

3.1 Analisis Elemen Struktur ............................................................................... 10

3.2 Pembebanan Struktur ..................................................................................... 12

3.3 Permodelan Struktur ...................................................................................... 19

BAB IV PENUTUP ............................................................................... 28

4.1 Kesimpulan .................................................................................................... 28

4.2 Saran ............................................................................................................ 28

DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Diagram Alir Analisis Struktur Gedung BPTP Gorontalo ...................... 9

Gambar 3. 2 Tekanan Angin Desain untuk Sistem Penahan Beban Angin Utama

(SPBAU) .................................................................................................................... 17

Gambar 3. 3 Input Data Jumlah Lantai dan Ketinggian Lantai ................................. 19

Gambar 3. 4 Penggambaran Elemen Struktur ............................................................ 20

Gambar 3. 5 Input Data Properti Material Baja Ringan............................................. 20

Gambar 3. 6 Input Data Properti Material Beton Bertulang ...................................... 20

Gambar 3. 7 Input Data Properti Material Besi Tulangan ......................................... 21

Gambar 3. 8 Input Data Properti Material Deck G50 ................................................ 21

Gambar 3. 9 Menginput Parameter Beban Gempa (Modify Lateral Load pada Load

Pattern) ....................................................................................................................... 22

Gambar 3. 10 Input Massa Beban Mati tambahan dan Beban Hidup ........................ 23

Gambar 3. 11 Mendefinisikan Nilai Spektrum Gempa.............................................. 25

Gambar 3. 12 Pengecekan Struktur dengan ETABS pada Lantai 1 ............................ 27

Gambar 3. 13 Pengecekan Struktur dengan ETABS pada Lantai Atap ...................... 27

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Beban Mati, D ............................................................................................. 7

Tabel 2. 2 Beban Mati, D (Lanjutan) .......................................................................... 7

Tabel 2. 3 Beban Hidup Minimum, L .......................................................................... 8

Tabel 3. 1 Jenis Profil yang Digunakan Pada Perencanaan ....................................... 10

Tabel 3. 2 Dimensi Balok yang Digunakan pada Perencanaan ................................. 11

Tabel 3. 3 Tebal Pelat yang Digunakan pada Perencanaan ....................................... 12

Tabel 3. 4 Dimensi Kolom yang Digunakan pada Perencanaan ................................ 12

Tabel 3. 5 Beban Hidup yang Bekerja pada Struktur ................................................ 14

Tabel 3. 6 Prosedur Analisis yang Boleh Digunakan ................................................ 16

Tabel 3. 7 Faktor R, Cd, Ω0 untuk Sistem Penahan Gaya Gempa .............................. 16

Tabel 3. 8 Tekanan Velositas ..................................................................................... 17

Tabel 3. 9 Koefisien Tekanan Eksternal Atap pada Sumbu X................................... 18

Tabel 3. 10 Tekanan Eksternal pada Sumbu X .......................................................... 18

Tabel 3. 11 Beban Angin pada Sumbu X.................................................................. 18

Tabel 3. 12 Kombinasi Pembebanan.......................................................................... 23

v
DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL

𝑓′𝑐 Kuat tekan beton



𝜀𝑐𝑢 Regangan maksimal beton
𝑓𝑦 Tegangan leleh
𝑀𝑅 Kuat rencana
∅ Reduksi kekuatan
MN Momen nominal
𝑀𝑢 Momen terfaktor
𝑓𝑝 Tegangan batas proporsional
𝑓𝑒 Tegangan batas elastic
𝑓𝑢 Tegangan putus
𝜀𝑠ℎ Regangan saat mulai terjadi efek strain hardening (penguatan regangan)
𝜀𝑢 Regangan saat tercapainya tegangan putus
𝐸 Modulus elastisitas
𝑎 Tinggi blok tegangan beton tekan persegi ekivalen
𝛽1 Faktor pembentuk tegangan beton tekan persegi ekivalen
c Jarak antara garis netral dan tepi serat beton tekan terluar
b Lebar penampang balok
d Tinggi efektif penampang balok
h Tinggi penampang balok
d’ Jarak antara titik berat tulangan tekan dan tepi serat beton tekan
Cc Gaya tekan beton
Cs Gaya tekan baja tulangan
fs Tegangan tarik baja tulangan
fs’ Tegangan tekan baja tulangan
As’ Luas tulangan tekan
As Luas tulangan tarik
Be Lebar ekivalen
tf Tebal pelat
Bw Lebar badan
𝜌 Rasio tulangan
Vu Gaya geser terfaktor
Vc Gaya geser dukung yang dapat disumbangkan oleh beton sendiri

vi
Vn Gaya geser nominal
s Spasi tulangan
Tu Momen puntir terfaktor
𝐴𝑐𝑝 Luas penampang bruto
𝑝𝑐𝑝 Keliling penampang bruto
𝐴𝑡 Luas sengkang untuk torsi
𝑆 Panjang bentang balok yang dipasang sengkang torsi
𝐴0ℎ Luas batas sengkang luar
𝑓𝑦𝑡 Tegangan leleh tulangan sengkang
𝐴𝑙 Luas tulangan longitudinal torsi
𝑝ℎ Keliling daerah yang dibatasi oleh sengkang tertutup
k Rasio kelangsingan
lu Panjang tak tertumpu kolom
r Jari-jari girasi
𝛿𝑏 Keliling daerah yang dibatasi oleh sengkang tertutup
k Rasio kelangsingan
lu Panjang tak tertumpu kolom
D Beban mati
L Beban hidup
Lr Beban hidup atap
R Beban air hujan
W Beban angin
E Beban gempa
𝑆𝑠 Percepatan batuan dasar pada perioda pendek
𝑆1 Percepatan batuan dasar pada perioda 1 detik
𝐹𝑎 Koefisien situs pada perioda pendek
𝐹𝑣 Koefisien situs pada perioda 1 detik
𝑆𝑀𝑆 Parameter spektrum respons percepatan pada perioda pendek
𝑆𝑀1 Parameter spektrum respons percepatan pada perioda 1 detik
𝑆𝐷𝑆 Parameter percepatan spektral desain pada perioda pendek
𝑆𝐷1 Parameter percepatan spektral desain pada perioda 1 detik
Kd Faktor arah angin
Kzt Faktor topografi
G Faktor efek tiupan angin

vii
GCpi Koefisien tekanan internal
Kz Koefisien eksposur tekanan velositas
𝐼𝑒 Kategori risiko bangunan dan faktor keutamaan
R Koefisien modifikasi respons
Ω0 Faktor kuat-lebih sistem
Cd Faktor pembesaran defleksi
qz Tekanan velositas
SDL Beban mati tambahan
T Perioda fundamental
Cs Koefisien dasar seismik
ed Eksentrisitas rencana

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Seiring perkembangan zaman dan peradaban manusia di berbagai belahan

dunia, pembangunan berjalan tanpa henti untuk menunjang kebutuhan hidup yang

terus meningkat tak terkecuali di Indonesia yang saat ini bergiat memajukan

pertumbuhan ekonominya. Melalui penerapan master plan Percepatan dan

Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (P3EI) 2011-2025, wilayah ini

memiliki enam koridor ekonomi dengan masing-masing tema pembangunan yang

saling menunjang, terbagi berdasarkan keunggulan dan potensinya.

Dengan adanya koridor ekonomi tersebut, pembangunan yang terfokus

pun mulai bergulir dan turut mendorong pertumbuhan akan infrastruktur dan salah

satunya adalah fasilitas gedung. Bangunan gedung merupakan wujud fisik hasil

pekerjaan konstruksi berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya,

baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan agama, kegiatan usaha, kegiatan

sosial dan budaya, maupun kegiatan khusus. Mengingat fungsi dari gedung

tersebut, maka diperlukan perencanaan yang aman dan mengikuti kaidah

perencanaan struktur gedung.

Perencanaan struktur bertujuan untuk menghasilkan suatu struktur yang

stabil, cukup kuat, dan memenuhi tujuan-tujuan lainnya seperti keekonomisan dan

kemudahan dalam pelaksanaan. Suatu struktur disebut stabil bila struktur tersebut

tidak mudah terguling, miring atau tergeser selama umur bangunan yang

1
direncanakan. Suatu struktur disebut cukup kuat dan mampu layan bila

kemungkinan terjadinya kegagalan struktur dan kehilangan kemampuan layan

selama masa yang direncanakan adalah kecil dan dalam batas yang dapat diterima.

Untuk mencapai tujuan perencanaan tersebut, perencanaan struktur harus

mengikuti peraturan perencanaan yang ditetapkan oleh pemerintah berupa Standar

Nasional Indonesia (SNI).

Prinsip dari perencanaan struktur gedung ini adalah menghasilkan suatu

bangunan yang aman, nyaman, kuat, efisien dan ekonomis. Suatu konstruksi

gedung harus mampu menahan beban dan gaya-gaya yang bekerja pada

konstruksi itu sendiri, sehingga struktur gedung aman dalam jangka waktu yang

direncanakan.

Lemahnya struktur akibat perencanaan struktur yang tidak mengacu pada

kaidah perencanaan struktur tahan gempa serta lemahnya pengawasan pada saat

pelaksanaan pekerjaan bangunan dapat mengakibatkan terjadinya kegagalan

struktur.

Gedung BPTP Gorontalo yang berada di Jalan Moch. Van Gobel No.270

Desa Iloheluma, Tilong Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Propinsi Gorontalo

merupakan fasilitas perkantoran. Untuk menghindari kegagalan struktur yang

dapat menimbulkan kerugian jiwa maupun materi, maka diperlukan perencanaan

struktur gedung yang aman dan mengacu pada kaidah perencanaan struktur

gedung tahan gempa.

Berkaitan dengan latar belakang di atas, penulis mencoba membuat suatu

analisa struktur tahan gempa terhadap gedung BPTP Gorontalo, yang kemudian

2
menyusunnya dalam sebuah laporan yang berjudul “Laporan Analisa Struktur

Gedung BPTP Gorontalo”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang

akan ditinjau adalah bagaimana menganalisa struktur bangunan yang berfungsi

sebagai gedung perkantoran.

1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan

1.3.1 Maksud Penulisan

Maksud penulisan Laporan ini adalah menganalisis elemen struktur

berdasarkan peraturan SNI-1726-2002 (Standar Perencanaan Ketahanan Gempa

untuk Struktur Bangunan Gedung).

1.3.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan Laporan ini adalah untuk menganalisis struktur

bangunan yang berfungsi sebagai gedung perkantoran.

1.4 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari pembahasan yang terlampau luas, maka penyusunan

Laporan dengan judul “Analisis Struktur Gedung BPTP Gorontalo” akan

bertolak pada batasan masalah sebagai berikut:

 Analisis fokus pada perencanaan kolom, balok, dan pelat.

3
 Perhitungan momen-momen lentur akibat beban vertikal dan horizontal,

gaya geser, dan gaya aksial baik pada konstruksi baja maupun konstruksi

beton diselesaikan dengan program aplikasi ETABS versi 16.

 Peninjauan gempa dilakukan dengan menggunakan analisa gempa respon

spektrum.

Pedoman-pedoman yang digunakan dalam analisis struktur sebagai berikut:

1. SNI 2847-2013 (Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung)

2. SNI 1726-2012 (Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur

Bangunan Gedung dan Non Gedung)

3. SNI 1727-2013 (Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung

dan Struktur Lain)

1.5 Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan adalah dengan membaca literatur yang

sinergis terhadap penulisan Laporan ini.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Laporan ini dibagi dalam lima bab yaitu

BAB I : Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang apa yang menjadi latar belakang maslah,

maksud penulisan, tujuan penulisan, batasan masalah, metode

penulisan serta sistematika penulisan.

4
BAB II : Gambaran Umum dan Metodologi Perencanaan Struktur

Bab ini menguraikan secara singkat mengenai data yang dibutuhkan

dalam analisis, serta metodologi yang digunakan dalam menganalisis

struktur gedung BPTP Gorontalo.

BAB IV : Analisis Struktur

Bab ini berisi analisis struktur gedung BPTP Gorontalo.

BAB V : Penutup

Bab ini memuat kesimpulan hasil analisis struktur dan saran yang

dibutuhkan guna peningkatan mutu desain.

5
BAB II

GAMBARAN UMUM DAN METODOLOGI ANALISIS

STRUKTUR

2.1 Gambaran Umum

2.1.1 Deskripsi Lokasi

Gedung BPTP Gorontalo terletak pada koordinat 0°33'10.5"LS

123°07'02.9"BT.

2.1.2 Deskripsi Struktur

a) Tipe dan Penggunaan Struktur

Gedung BPTP Gorontalo memiliki jumlah lantai sebesar dua.

Struktur atas gedung ini berupa kolom, balok, dan pelat merupakan

konstruksi beton bertulang, atapnya merupakan konstruksi rangka atap

baja ringan, sedangkan struktur bawah merupakan pondasi poer plat.

Adapun tujuan penggunaan struktur ini adalah sebagai gedung

perkantoran.

b) Data Material

Data-data material yang digunakan dalam perencanaan struktur

gedung sebagai berikut:

1. Baja tulangan dengan tegangan leleh minimum 300 𝑀𝑃𝑎.

2. Kuat tekan karakteristik beton sebesar 𝐾250.

6
3. Jenis baja ringan cold formed yang digunakan adalah G50.

c) Pembebanan Elemen Struktur

Beban yang bekerja pada struktur diperhitungkan dengan mengacu

pada SNI 1727-2013, yaitu:

 Beban Mati, D (Dead Load)

Beban mati yang bekerja pada struktur disajikan pada Tabel 3.1 dan 3.2.

Tabel 2. 1 Beban Mati, D


BAHAN BANGUNAN
Baja 7850 𝑘𝑔/𝑚3
Beton bertulang 2400 𝑘𝑔/𝑚3
Pasir 1600 𝑘𝑔/𝑚3

Tabel 2. 2 Beban Mati, D (Lanjutan)


KOMPONEN GEDUNG
Dinding pasangan bata ringan 117 𝑘𝑔/𝑚2
Curtain wall dan rangka 60 𝑘𝑔/𝑚2
Plafond dan penggantung 20 𝑘𝑔/𝑚2
Keramik dengan tebal 1 cm 22 𝑘𝑔/𝑚2
Spesi dengan tebal 2 cm 44 𝑘𝑔/𝑚2
Instalasi ME 25 𝑘𝑔/𝑚2
Water Proofing 5 𝑘𝑔/𝑚2
 Beban Hidup, L (Live Load)

Beban hidup minimum yang bekerja pada struktur disajikan pada Tabel

2.3 .

7
Tabel 2. 3 Beban Hidup Minimum, L
BEBAN HIDUP MINIMUM
Merata (𝒌𝒈/𝒎𝟐 ) Terpusat (𝒌𝒈)
PADA LANTAI GEDUNG
Ruang pertemuan 479
Ruang makan dan restoran 479
Pelat atap 96 89
Atap 96
479 133
Tangga dan jalan keluar
Gudang penyimpanan barang 600
Pekarangan dan teras, jalur pejalan
479
kaki
(Sumber : SNI 1727-2013)
 Beban Gempa, E (Earthquake)

Pemanfaatan gedung sebagai fasilitas perkantoran merupakan kategori

resiko II dan faktor keutamaan gempa (𝐼𝑒 ) sebesar 1. Berdasarkan

parameter percepatan batuan dasar pada perioda pendek (𝑆𝐷𝑆 ) dan

percepatan batuan dasar pada perioda 1 detik (𝑆𝐷1), gedung termasuk

dalam Kriteria Desain Seismik (KDS) D. Sistem penahan gaya yang

diizinkan adalah Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK). Data

yang digunakan dalam penentuan spektrum respons desain adalah sebagai

berikut:

a. Percepatan batuan dasar pada perioda pendek, 𝑆𝑠 = 1,683 g

Percepatan batuan dasar pada perioda 1 detik, 𝑆1 = 0,667 g

b. Kelas situs tanah sedang (SD)

c. Koefisien situs pada perioda pendek , 𝐹𝑎 = 1,00

Koefisien situs pada perioda 1 detik, 𝐹𝑣 = 1,500

d. Parameter spektrum respons percepatan pada perioda pendek, 𝑆𝑀𝑆 = 1,683

Parameter spektrum respons percepatan pada perioda 1 detik, 𝑆𝑀1 = 1,001

8
e. Parameter percepatan spektral desain pada perioda pendek,
2
𝑆𝐷𝑆 = 3 𝑆𝑀𝑆 = 1,122

Parameter percepatan spektral desain pada perioda 1 detik,


2
𝑆𝐷1 = 3 𝑆𝑀1 = 0,58

2.2 Metodologi Perencanaan

Diagram alir perencanaan struktur gedung hypermarket Giant

Balikpapan ditunjukkan pada Gambar 2.1.

Mulai

Pembatasan Masalah:
 Metode perencanaan struktur beton bertulang

Pengumpulan Data Sekunder:


 Gambar struktur
 Literatur penunjang

Pemilihan Sistem Struktur:


 Rangka atap baja
 Portal
 Struktur tahan gempa

Hasil Perancangan

Dimensi dan Penulangan Tidak

Kontrol

Ya

Selesai
Gambar 3. 1 Diagram Alir Analisis Struktur Gedung BPTP Gorontalo

9
BAB III

ANALISIS STRUKTUR

3.1 Analisis Elemen Struktur

3.1.1 Struktur Atas

Jenis profil sebagai pendekatan awal perencanaan yang disajikan pada

Tabel 3.1.

Tabel 3. 1 Jenis Profil yang Digunakan Pada Perencanaan

Elemen Struktur Atas Kode Jenis Profil


Gording - C 75.45.15.1,6
Reng - HAT 70.30.15.0,6
Batang Atas B.A C 125.50.20.2,3
Batang Bawah B.B C 125.50.20.2,3
Batang Vertikal B.V C 100.50.20.2,3
Batang Diagonal B.D C 100.50.20.2,3

3.1.2 Super Struktur

A. Dimensi Balok

Berdasarkan denah balok, terdapat tiga jenis balok yang digunakan dalam

konstruksi, yaitu balok dengan ujung satu menerus, balok dengan dua ujung

menerus, dan balok dengan dua tumpuan sederhana. Berdasarkan SNI 2847-2013

Pasal 9.5.2.2, tinggi minimum balok dengan mutu baja selain 420 MPa adalah:

 Balok dengan satu ujung menerus

𝑙 𝑓𝑦
ℎ𝑚𝑖𝑛 = (0,4 + )
18,5 700

10
 Balok dengan dua ujung menerus

𝑙
ℎ𝑚𝑖𝑛 = (0,4 + 𝑓𝑦 /700)
21

 Balok dengan dua tumpuan sederhana

𝑙
ℎ𝑚𝑖𝑛 = (0,4 + 𝑓𝑦 /700)
16

Sedangkan lebar balok dapat dihitung sebagai berikut :

𝑏𝑚𝑖𝑛 = 0,6 ℎ𝑚𝑖𝑛

Dimensi balok yang digunakan dalam perencanaan disajikan pada Tabel

3.2.

Tabel 3. 2 Dimensi Balok yang Digunakan pada Perencanaan

Kode Dimensi
Balok
mm2
200 x 300
B1
200 x 300
250 x 500
B2
250 x 500
300 x 600
B3
300 x 600
150 x 200
BA1
300 x 600
200 x 300
BA2
200 x 300
300 x 600
BA3
300 x 600

B. Dimensi Pelat

Pada perencanaan dimensi pelat berdasarkan SNI 2847-2013, terdapat

pelat satu arah dan pelat dua arah. Dari data perencanaan struktur, diperoleh tebal

pelat lantai yang disajikan pada Tabel 3.3.

11
Tabel 3. 3 Tebal Pelat yang Digunakan pada Perencanaan

Kode Pelat Tebal Pelat (mm)


Deck1 120
S1 120

C. Dimensi Kolom

Diperoleh dimensi kolom dari data awal perencanaan yang disajikan pada

Tabel 3.4.

Tabel 3. 4 Dimensi Kolom yang Digunakan pada Perencanaan

Kode Dimensi
Kolom
mm2
K2 300 x 300
K3 300 x 400
K4 300 x 500

3.2 Pembebanan Struktur

3.2.1 Perhitungan Beban Mati

A. Beban Mati pada Pelat Lantai

Beban mati yang bekerja pada pelat lantai gedung meliputi:

- Beban pasir setebal 1 cm, 0,01 . 1600 = 16 kg/m2


- Beban spesi setebal 3 cm, 0,03 . 2200 = 66 kg/m2
- Beban keramik setebal 1 cm, 0,01 . 2200 = 22 kg/m2
- Beban plafond + penggantung, = 20 kg/m2
- Beban instalasi ME = 25 kg/m2
= 149 kg/m2

12
B. Beban Mati pada Pelat Lantai Atap

Beban mati yang bekerja pada pelat lantai atap meliputi:

- Beban plafond + penggantung = 20 kg/m2


- Beban instalasi ME = 25 kg/m2
- Beban Water Proofing = 5 kg/m2
= 50 kg/m2
C. Beban Mati pada Balok

Beban mati yang bekerja pada balok meliputi:

Beban dinding pasangan bata ringan: 4 . 117 = 468 kg/m


Beban dinding
partisi 4 . 20 = 80 kg/m
Beban Curtain Wall dan rangka 4 . 60 = 240 kg/m

D. Beban Mati pada Konstruksi Atap

Beban terpusat akibat gording, Pgording = qgording L1 = 2,2 kg


Beban terpusat akibat penutup atap,
Ppenutup atap = qpenutup atap s L1 = 2,2 kg
Beban terpusat akibat reng, Preng= ϒbaja A (2s) = 2,8 kg
Beban terpusat akibat ME, PDL = 25 kg

3.2.2 Beban Hidup

Beban hidup bergantung pada fungsi ruang yang digunakan. Besarnya

beban hidup yang bekerja pada lantai bangunan disajikan pada Tabel 3.5.

13
Tabel 3. 5 Beban Hidup yang Bekerja pada Struktur
BEBAN HIDUP MINIMUM
Merata (𝒌𝒈/𝒎𝟐 ) Terpusat (𝒌𝒈)
PADA LANTAI GEDUNG
Ruang pertemuan 500
Pelat atap 100
Atap 100
Tangga dan jalan keluar 500
Gudang penyimpanan barang 500

Beban hidup pada Konstruksi Atap


Beban terpusat akibat
pekerja, PLL = 100 kg
Beban terpusat akibat air
hujan, PLL = 40-0,8 sudut atap  16 kg
Dipilih, PLL= 100 kg

3.2.3 Perhitungan Beban Gempa

Analisis beban gempa dilakukan dengan cara spektrum respon.

Perhitungan gempa statik ekivalen dilakukan secara otomatis pada program

ETABS. Langkah-langkah dalam menentukan parameter beban gempa adalah

sebagai berikut:

a. Kategori Risiko Bangunan dan Faktor Keutamaan (𝐼𝑒 )

Pemanfaatan gedung sebagai hypermarket merupakan kategori risiko II

dan faktor keutamaan gempa (𝐼𝑒 ) sebesar 1.

b. Parameter Percepatan Gempa (𝑆𝑠 , 𝑆1)

Percepatan batuan dasar pada perioda pendek, 𝑆𝑠 = 1,683 g

Percepatan batuan dasar pada perioda 1 detik, 𝑆1 = 0,67 g

c. Kelas Situs (SA-SF)

Lokasi diasumsikan berada pada kelas situs tanah sedang (SD).

14
d. Koefisen Situs dan Parameter Respons Spektral Percepatan Gempa

Maksimum yang Dipertimbangkan Risiko-Tertarget (MCER)

Untuk penentuan respons spektral percepatan gempa MCER di permukaan

tanah, diperlukan suatu faktor amplifikasi seismik. Faktor amplifikasi seismik

tersebut adalah sebagai berikut.

 Koefisien situs pada perioda pendek , 𝐹𝑎 = 1,00

 Koefisien situs pada perioda 1 detik, 𝐹𝑣 = 1,50

Parameter spektrum respons percepatan gempa adalah sebagai berikut.

 Parameter spektrum respons percepatan pada perioda pendek,

𝑆𝑀𝑆 = 𝐹𝑎 𝑆𝑠 = 1,683

 Parameter spektrum respons percepatan pada perioda 1 detik,

𝑆𝑀1 = 𝐹𝑉 𝑆1 = 1,001

Parameter percepatan spektral desain adalah sebagai berikut.

 Parameter percepatan spektral desain pada perioda pendek,

2
𝑆𝐷𝑆 = 𝑆𝑀𝑆 = 1,12
3

 Parameter percepatan spektral desain pada perioda 1 detik,

2
𝑆𝐷1 = 𝑆 = 0,667
3 𝑀1
e. Kategori Desain Seismik

Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan pada

perioda pendek, 𝑆𝐷𝑆 dan pada perioda 1 detik, 𝑆𝐷1 adalah kategori D.

f. Prosedur Analisis

15
Prosedur analisis yang boleh digunakan berdasarkan SNI 1726-2012 Pasal

7.7.2 disajikan pada Tabel 3.6.

Tabel 3. 6 Prosedur Analisis yang Boleh Digunakan

Analisis Spektrum

Prosedur Riwayat
Lateral Ekivalen

Respons Seismik
Respons Ragam
Analisis Gaya
Ketegori Desain Seismik Karakteristik Struktur

Rangka beton bertulang


D TI I I
pemikul momen khusus

(Sumber: SNI 1726-2012)


Keterangan :
I = diizinkan TI=tidak diizinkan
g. Pemilihan Sistem Struktur dan Parameter Sistem (R, Cd, Ω0)

Pemilihan sistem struktur dan parameter sistem disajikan pada Tabel 4.7.

Tabel 3. 7 Faktor R, Cd, Ω0 untuk Sistem Penahan Gaya Gempa


Faktor Batasan Sistem
Koefisien Faktor Struktur,
Kuat-
Sistem Penahan Gaya Modifikasi Pembesaran
Lebih Kategori
Seismik Respons, Defleksi,
Sistem, Desain Seismik
R Ω0 Cd D
Rangka beton bertulang 1
8 3 52 Tidak Batasi
pemikul momen khusus
(Sumber: SNI 1726-2012)
3.2.4 Perhitungan Beban Angin

Tekanan angin desain menggunakan Sistem Penahan Beban Angin Utama

(SPBAU) dapat dilihat pada Gambar 3.4.

16
Gambar 3. 2 Tekanan Angin Desain untuk Sistem Penahan Beban Angin Utama
(SPBAU)
Data yang digunakan dalam menentukan beban angin desain adalah

sebagai berikut.

- Rata-rata tinggi atap, h= 9,5 m


- Rata-rata ketinggian lantai atap, h= 6,0 m
- Kategori risiko bangunan, II
- Kecepatan angin dasar, v= 6,9 m/s diambil, v= 43,4 m/s
- Parameter beban angin :
Faktor arah angin, Kd = 0,85
Faktor topografi, Kzt = 1
Kategori eksposur, C
Koefisien tekanan internal, GCpi = 0,18
-0,18
Faktor tiupan angin, G= 0,85

- Tekanan velositas, qz = 0,613 (Kz Kzt Kd) V2

Nilai tekanan velositas disajikan pada Tabel 3.8


Tabel 3. 8 Tekanan Velositas

qz
Lantai h (m) Kz (kg/m2)
Atap 9,50 1,02 99,88
Lantai atap 6,00 0,98 96,63

17
3.2.4.1 Angin pada Sumbu X (Angin dari Arah Kiri ke Kanan)

A. Koefisien Tekanan Eksternal Atap pada Sumbu X

Penentuan koefisien tekanan eksternal atap pada sumbu X disajikan pada Tabel

3.9.

Tabel 3. 9 Koefisien Tekanan Eksternal Atap pada Sumbu X

Permukaan Tekanan h/L Jarak (m) Cp


h/2 = 4,75
Windward
P3 0,66 h= 9,50 -0,4 0
Roof
L= 14,50
h/2 = 4,75
Leeward Roof P4 0,66 h= 9,50 -0,6 -0,6
L= 14,40

B. Tekanan Eksternal pada Sumbu X

Besarnya tekanan ekseternal pada sumbu X disajikan pada Tabel 3.10.

Tabel 3. 10 Tekanan Eksternal pada Sumbu X


q q G Cp
Permukaan Tekanan Cp
(kg/m2) (kg/m2)
Windward
P3 -0,40 -33,96
Roof 99,88
Leeward Roof P4 -0,60 99,88 -50,94
C. Beban Angin pada Sumbu X

Besarnya beban angin yang bekerja pada sumbu X disajikan pada Tabel 3.11.

Tabel 3. 11 Beban Angin pada Sumbu X


Tekanan angin, q (kg/m2)
Permukaan Tekanan Komb Komb Komb Komb qmaks (kg/m2)
1 2 3 4
Windward
P3 -51,94 -51,94 -15,98 -15,98 2,00 tekan
Roof
Leeward Roof P4 -68,92 -68,92 -32,96 -32,96 -14,98 hisap

18
3.3 Permodelan Struktur

Permodelan struktur gedung dilakukan secara tiga dimensi dengan

program ETABS. Langkah-langkah permodelan struktur dengan program ETABS

adalah sebagai berikut.

3.3.1 Memodelkan Geometri


Pembuatan model geometri pada Gambar 3.3 meliputi pemberian nama

file model, penginputan data jumlah lantai, ketinggian, jarak grid bangunan,

pengaturan satuan, dan penggambaran elemen struktur.

Gambar 3. 3 Input Data Jumlah Lantai dan Ketinggian Lantai

19
Gambar 3. 4 Penggambaran Elemen Struktur
Definisi jenis material konstruksi gedung ditunjukkan pada Gambar 3.5

sampai dengan Gambar 3.8.

Gambar 3. 5 Input Data Properti Material Baja Ringan

Gambar 3. 6 Input Data Properti Material Beton Bertulang

20
Gambar 3. 7 Input Data Properti Material Besi Tulangan

Gambar 3. 8 Input Data Properti Material Deck G50

3.3.3 Mendefinisikan Tumpuan

Tumpuan portal diasumsikan sebagai sendi, kemudian tie beam menyatu

dengan kolom maka momen pada kolom akibat beban di atasnya akan masuk ke

tie beam. Tie beam dalam hal ini mempunyai efek memperkaku kolom.

Sedangkan untuk mengetahui besarnya joint reaction pada pondasi, maka tie

beam dihapus, dan tumpuan diasumsikan sebagai jepit, karena kolom dianggap

tidak mengalami rotasi dan translasi.

21
3.3.4 Memasukkan Data Penampang

Data penampang dimasukkan ke ETABS mengacu pada hasil perencanaan


awal.

3.3.5 Mendefinisikan Pembebanan

Mendefinisikan beban mati sendiri elemen struktur (self weight) dihitung

secara otomatis dalam ETABS dengan memberikan faktor pengali berat sendiri

(self weight multiplier) sama dengan 1, sedangkan beban mati tambahan, beban

hidup, beban angin, dan beban gempa diberikan faktor pengali sama dengan 0,

karena beban tersebut diinput secara manual. Input beban gempa ditunjukkan pada

Gambar 3.9.

Gambar 3. 9 Menginput Parameter Beban Gempa (Modify Lateral Load pada


Load Pattern)

22
3.3.6 Mendefinisikan Kombinasi Pembebanan

Kombinasi pembebanan yang digunakan pada permodelan struktur

ditunjukkan pada Tabel 3.12.

Tabel 3. 12 Kombinasi Pembebanan


Nama
Kombinasi Pembebanan Jenis Kombinasi
Kombinasi
Comb 1 U = 1,4D Kombinasi pembebanan
Comb 2 U = 1,2D + 1,6L + 0,5 Lr tetap (akibat beban mati dan
Comb 3 U = 1,2D + 1,6 Lr + 1,0L hidup)
Comb 4 U = 1,2D + 1,6 Lr + 0,5Wkiri Kombinasi pembebanan
Comb 5 U = 1,2D + 1,0Wkiri + 1,0L + 0,5 Lr sementara (akibat beban,
Comb 6 U = 0,9D + 1,0Wkiri hidup, dan angin)
Comb 7 U = 0,8D + 1,0RSPx
Comb 8 U = 0,8D - 1,0RSPx
Comb 9 U = 0,8D +1,0RSPy Kombinasi pembebanan
Comb 10 U = 0,8D -1,0RSPy sementara (akibat beban,
Comb 11 U = 1,4D + 1,0L + 1,0RSPx hidup, dan gempa dinamik
Comb 12 U = 1,4D + 1,0L - 1,0RSPx respons spektrum)
Comb 13 U = 1,4D + 1,0L + 1,0RSPy
Comb 14 U = 1,4D + 1,0L - 1,0RSPy
3.3.7 Mendefinisikan Sumber Massa

Sumber massa pada Gambar 3.10 didefinisikan sebagai berat sendiri

elemen struktur, beban mati tambahan, beban hidup pada atap, dan beban hidup

pada pelat lantai.

Gambar 3. 10 Input Massa Beban Mati tambahan dan Beban Hidup

23
3.3.8 Menetapkan Elemen pada Sistem Struktur

Penetapan elemen struktur mengacu pada hasil perencanaan awal.

Penetapan elemen struktur dengan ETABS dilakukan dengan memilih elemen

struktur - Klik kanan elemen yang akan digunakan pada Tab Model Explorer -

Assign.

3.3.9 Menetapkan Pembebanan Struktur

Agar tegangan yang bekerja pada pelat dapat merata, maka pelat dibagi

menjadi pias-pias kecil dengan Automatic Frame Mesh.

3.3.10 Mendefinisikan Beban Gempa Respon Spektrum

Analis beban gempa dinamik respons spektrum ditentukan oleh percepatan

gempa rencana dan massa total struktur. Massa tambahan yang diinput pada

ETABS meliputi massa akibat beban mati tambahan dan beban hidup.

a. Perioda fundamental, (T)

Berdasarkan SNI 1727:2012 Pasal 7.8.2, perioda fundamental tidak boleh

melebihi hasil koefisien batasan atas pada perioda yang dihitung (Cu) dan

perioda fundamental struktur, diizinkan menggunakan perioda bangunan

pendekatan (Ta) dengan persamaan sebagai berikut.

Ta = T = Ct hnx atau T = 0,1 x jumlah tingkat (IV-2)

Keterangan:

Ct dan x = nilai parameter perioda pendekatan

24
Dari hasil Running program ETABS dengan menggunakan Modal Case Eigen,

diperoleh nilai perioda fundamental struktur (Tc) sebesar 0,2 detik.

b. Nilai Spektrum Gempa

Menginput nilai spektrum gempa ke dalam ETABS dengan cara Define-

Function-Respon Spectrum ditunjukkan pada Gambar 3.11.

Gambar 3. 11 Mendefinisikan Nilai Spektrum Gempa


c. Redaman Struktur Beton (damping)

Merupakan perbandingan redaman struktur beton dengan redaman kritis =

0,05.

d. Kombinasi Modal

CQC (Complete Quadratic Combination) adalah penjumlahan ragam getar

struktur gedung yang memiliki waktu getar alami yang berdekatan.

25
e. Faktor Skala

Faktor keutamaan gempa (Ie) = 1


Faktor reduksi gempa ( R ) = 8
Faktor skala gempa arah X = (G x I) / R = 1,226
Faktor skala gempa arah Y = 30% x 2,453 = 0,367875

3.3.11 Analisis dan Pengecekan Keamanan Struktur

Setelah dilakukan pengecekan struktur terhadap struktur atas dan super

struktur melalui program ETABS, balok induk dan balok anak dinyatakan tidak

aman. Warna merah menunjukkan bahwa rasio tegangan yang terjadi terhadap
𝜎
tegangan kapasitas penampang lebih besar dari satu (𝜎 > 1 ). Pada Gambar 3.12
𝑅

dan Gambar 3.13 tampak bahwa balok induk dan balok anak mengalami

overstress,. Hal ini berarti bahwa kapasitas penampang yang sebelumnya

direncanakan tidak aman terhadap kombinasi pembebanan tetap (beban mati dan

beban hidup), struktur yang direncanakan sebelumnya juga tidak aman terhadap

kombinasi pembebanan sementara (beban mati, beban hidup, dan beban angina)

atau (beban mati, beban hidup, dan beban gempa).

26
Gambar 3. 12 Pengecekan Struktur dengan ETABS pada Lantai 1

Gambar 3. 13 Pengecekan Struktur dengan ETABS pada Lantai Atap

27
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Gedung BPTP Gorontalo yang berada pada kelas situs tanah sedang (SD)

direncanakan sebagai sistem penahan gaya seismik SRPMK. Berdasarkan

perencanaan struktur dengan bantuan program permodelan numerik ETABS,

diperoleh hasil desain masing-masing elemen dan komponen struktur yang tidak

memenuhi syarat kekuatan, kekakuan, dan stabilitas terhadap segala kemungkinan

kombinasi beban yang bekerja.

4.2 Saran

Saran dari penulis yang perlu diperhatikan adalah struktur pada BPTP

Gorontalo tidak direkomendasikan untuk penambahan jumlah lantai.

28
DAFTAR PUSTAKA

Akkas, Abdul Madjid, dkk. (2008). Struktur Beton Bertulang I. Makassar: Jurusan

Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.

ASCE/SEI. (2010). Minimum Design Loads for Buildings and Other Structures

(ASCE/SEI 7-10). United States of America: ASCE/SEI.

Asroni, Ali. (2010). Balok dan Pelat Beton Bertulang. Surakarta: Graha Ilmu.

Asroni, Ali. (2010). Kolom Fondasi dan balok T Beton Bertulang. Surakarta:

Graha Ilmu.

Badan Standarisasi Nasional. (2012). Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa

untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung (SNI 03-1726-2012).

Jakarta: BSN.

Badan Standarisasi Nasional. (2013). Beban Minimum untuk Perancangan

Bangunan Gedung dan Struktur Lain (SNI 03-1727-2013). Jakarta: BSN.

Badan Standarisasi Nasional. (2013). Persyaratan Beton Struktural untuk

Bangunan Gedung (SNI 2847-2013). Jakarta: BSN.

Badan Standarisasi Nasional. (2015). Spesifkasi untuk Bangunan Gedung Baja

Struktural (SNI 03-1729-2015). Jakarta: BSN.

CSI. (2014). Steel Frame Design Manual AISC 360-10 for ETABS 2015.

Berkeley: CSI.
Dewobroto, Wiryanto. (2007). Aplikasi Rekayasa Konstruksi dengan SAP 2000.

Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Imran, Iswandi. (2012). Struktur Beton II. Bandung: ITB.

Indarto, Himawan, dkk. (2013). Aplikasi SNI Gempa 1726:2012. Semarang:

Teknik Sipil UNNES.

Mulia, Rezky. (2011). https://rezkymulia.wordpress.com/2011/07/22/

perencanaan-beban-gempa-sesuai-asce-7-10/. 24 Oktober 2016.

Nasution, Amrinsyah. (2009). Analisis dan Desain Struktur Beton Bertulang.

Bandung: ITB.

Nawy, E, G.,. (2010). Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasa, terjemahan

Bambang Suryoatmono. Bandung: Refitama Aditama.

Pamungkas, Anugrah, dkk. (2013). Gedung Beton Berttulang Tahan Gempa.

Surabaya: ITSPRESS.

Riza, Muhammad Miftakhur. (2013). Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung

dengan ETABS. Yogyakarta: ARSGROUP.

Riza, Muhammad Miftakhur. (2013). Laporan Perhitungan Struktur Kuda-kuda

Lengkung. Yogyakarta: ARSGROUP.

Setiawan, Agus. (2008). Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD.

Jakarta: Erlangga.
Sunggono Kh. (1995). Buku Teknik Sipil. Jakarta: Nova.

Tambusay, Asdam. (2012). Tugas Akhir Tinjauan Perencanaan Super Struktur

Gedung Universitas Partia Artha. Makassar: Jurusan Sipil Fakultas

Teknik Universitas Hasanuddin.

Yudarmawan, Rudi. (2007). Tugas Akhir Perencanaan Struktur Puskesmas

Piyungan Kabupaten bantuul Yogyakarta. Makassar: Jurusan Sipil

Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.

Quimby, T. Bartlett. (2007). Wind Loads.

http://www.bgstructuralengineering.com/BGASCE7/BGASCE7007/

BGASCE7070401.htm. 24 Oktober 2016.

Anda mungkin juga menyukai