HENDRO
1306369131
FAKULTAS TEKNIK
DEPOK
2017
DAFTAR ISI
Spesifikasi elemen pelat yang digunakan dalam struktur yang direncanakan adalah
sebagai berikut:
Tabel 1.4 Spesifikasi elemen pelat
Lantai Kode Tebal (mm) Mutu (MPa)
Spesifikasi elemen dinding geser yang digunakan dalam struktur antara lain sebagai
berikut
Tabel 1.5 Spesifikasi komponen dinding geser
Lantai Kode Tebal (mm) Mutu (MPa)
Penempatan posisi jenis shearwall dapat dilihat lebih jelas pada gambar Gambar
1.1, Gambar 1.2, dan Gambar 1.3
Mutu beton:
Dinding basement; pile cap : fc’ = 30 Mpa
Balok, pelat (Lt BSM ~ Lt.6) : fc’ = 35 Mpa
Balok, pelat (Lt 7 ~ Lt.23) : fc’ = 35 Mpa
Balok, pelat (Lt 24 ~ Lt.atap) : fc’ = 30 Mpa
Kolom, dinding geser (Lt. BSM ~ Lt.6): fc’ = 50 Mpa
Kolom, dinding geser (Lt. 7 ~ Lt.23) : fc’ = 45 Mpa
Kolom, dinding geser (Lt. 24 ~ Lt.atap): fc’ = 40 Mpa
Gambar 2.3 Mutu kolom beton dan dinding geser (lantai 1-6)
Gambar 2.4 Mutu kolom beton dan dinding geser (lantai 7-23)
23
Dalam program ETABS, balok dan kolom termasuk dalam jenis komponen
Frame. Berikut adalah contoh pendefinisian salah satu komponen balok dan kolom
yang digunakan
2.2.2 Pelat
Pelat didefinisikan dalam program ETABS melalui Define Section
Properties Slab Section. Berikut adalah contoh pendefinisian pada salah satu
elemen pelat yang digunakan:
25
2.3 Pembebanan
Tentunya dalam suatu struktur bangunan terdapat pembebanan antara lain
beban mati, beban hidup, beban mati tambahan serta beban gempa yang harus
dimasukkan dalam perhitungan. Perincian beban-beban tersebut adalah sebagai
berikut:
Rangkuman total beban hidup dan beban mati pada lantai tipikal dan lantai atap
untuk jenis beban merata adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Tabel rangkuman total beban hidup dan mati
Ruangan / Total DL + SDL Total LL/Lr
Lantai
daerah (kN/m2) (kN/m2)
Lantai dasar Koridor kantor 1,5 5
Tipikal Kantor 1,5 3,1
Tipikal Ruangan core 1,5 2,4
wall
Tipikal (kecuali Koridor kantor 1,5 4
lantai dasar)
Lantai 23 & atap Chiller 10 0,96
Atap Storage, fan, 2,3 6
panel, machine,
trafo
Atap Gondola 4,1 0,96
- Tangga 1,2 5
28
Tabel 2.2 Kategori Resiko Bangunan Gedung dan Non Gedung untuk
Beban Gempa
Gambar 2.11 Peta Gempa untuk Periode Pendek (Ss) SNI 1726:2012
Gambar 2.12 Peta Gempa untuk Periode Panjang (S1) SNI 1726:2012
Koefisien situs Fa dan Fv dapat ditentukan dari Tabel 4 dan Tabel 5 SNI
1726:2012.
Tabel 2.4 Koefisien Situs Fa
31
Pada dinding geser yang tidak mengalami retak dapat menggunakan koefisien
modifikasi 0,7. Namun, koefisien modifikasi akan berubah menjadi 0,35 apabila kondisi
dibawah terpenuhi:
𝑃𝑢 𝑀𝑢 𝑙𝑤
− + ∗ > 𝑓𝑟
𝐴𝑔 𝐼𝑔 2
𝑓𝑟 = 0,62√𝑓𝑐′
Dengan prinsip tersebut, maka perlu dilakukan modifikasi untuk balok dan
kolom pada program ETABS untuk memastikan bahwa prinsip tersebut digunakan.
Faktor yang harus dimodifikasi adalah nilai zona rigid (rigid zone factor) dimana
nilai faktor untuk balok adalah 0 dan nilai faktor untuk kolom adalah 1. Hal ini
dapat dilakukan melalui Assign Frame End Length Offset.
Terlihat dari tabel tersebut bahwa pada Mode ke 9, partisipasi massa dalam
arah X dan Y sudah mencapai 90%. Hal ini menandakan bahwa analisis modal telah
mencukupi.
Tiga mode shape fundamental dari struktur yang dimodelkan adalah sebagai
berikut
Mode 1 (Translasi X)
40
Mode 2 (Translasi Y)
Tabel 3.2 Koefisien untuk batas atas pada periode yang dihitung
42
pada gempa X masih lebih kecil dari batas minimum 85% gaya geser statik,
sehingga perlu dilakukan scaling sebesar 1,45.
𝐼𝑔 0,85 ∗ 𝑉𝑠𝑡𝑎𝑡𝑖𝑘
𝑆𝑐𝑎𝑙𝑖𝑛𝑔 𝐹𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟 = ∗ = 1,46
𝑅 𝑉 𝑑𝑖𝑛𝑎𝑚𝑖𝑘
Berdasarkan scaling factor tersebut, akan diperoleh nilai gaya geser
dinamik baru dari ETABS yakni sebagai berikut
V EQX baru = 15637,4004 kN
V EQY baru = 19221,3362 kN
Terlihat dari dua tabel diatas bahwa simpangan antar lantai yang terjadi pada
struktur yang direncanakan sudah memenuhi persyaratan simpangan izin sesuai
dengan Pasal 7.12.1 SNI 1726:2012.
Dari Tabel 3.11 dan Tabel 3.12 dapat disimpulkan bahwa setiap lantai pada struktur
yang direncanakan memiliki torsi beraturan.
Tabel 4.1 Tabel perbandingan gaya geser tingkat 100%RSA dengan 25%
Universitas Indonesia
60
180
100-
160 RSA
140
120
100
Elevasi (m)
80
60
40
20
0
0 1000 2000 3000 4000 5000
Gaya geser (kN)
Dari grafik diatas, maka elemen portal harus didesain dengan gaya geser
yang paling besar. Terlihat bahwa struktur dengan elevasi kurang dari 20 m,
didominasi oleh gaya geser dari kasus 25% gaya geser dasar, sementara elemen
struktur dengan elevasi diatas 20 m, didesain menggunakan gaya dinamik 100%
respon spektrum.
Pada Gambar 4.1, terlihat bahwa pada elevasi transisi antara mid – zone
dengan high zone, gaya geser lebih dominan pada dinding geser yang tersedia,
sehingga nantinya perlu dilakukan pengecekan diafragma terhadap penyaluran
geser kepada dinding geser.
Universitas Indonesia
61
4.2 Balok
Komponen struktur balok dan kolom yang didesain adalah balok dan kolom
yang terdapat pada lingkar merah pada gambar dibawah ini beserta sambungan
(joint) pada balok dan kolom tersebut.
4.2.1 Spesifikasi
a. Spesifikasi Umum
Diameter tulangan longitudinal yang tersedia = 25 mm
Diameter tulangan sengkang yang tersedia = 10 mm
Mutu tulangan U40; fy = 400 MPa
Selimut beton = 40 mm
b. Spesifikasi kolom (C14-1)
Dimensi kolom = 1400 mm x 1400 mm
Panjang Kolom = 4000 mm
Mutu kolom = 50 MPa
c. Spesifikasi balok (G71)
Dimensi balok= 1100 mm x 700 mm
Panjang balok = 9,3 meter
Mutu balok = 35 MPa
Universitas Indonesia
62
f. Lebar komponen bw, tidak boleh kurang dari yang lebih kecil dari 0.3 h dan
250 mm
bw > 0.3 h
700 > 0.3(1000) (OK)
bw > 250 mm
450 mm > 250 mm (OK)
g. Lebar kompenen struktur, bw, tidak boleh melebihi lebar komponen struktur
penumpu, C2, ditambah suatu jarak pada masing-masing sisi komponen
struktur penumpu yang sama dengan yang lebih kecil dari (a) dan (b) :
a. Lebar komponen struktur penumpu, C2, dan
b. 0.75 kali dimensi keseluruhan komponen struktur penumpu, C1.
Lebar komponen bw < C2 + 0.75 C1
Universitas Indonesia
63
bw = 700 mm
C2 = C1 = 1400 mm
Maka, 700 mm < 1400 mm +0.75(1400) mm
700 mm < 2450 mm (OKE)
o Tumpuan i
Universitas Indonesia
64
Tulangan maksimum:
Asmax = 0,025 bw.d
Asmax = 0,025.700. 935,5 = 16371,25 mm2
Universitas Indonesia
65
1074 KNm
b. Tulangan lentur positif (tulangan bawah)
SNI beton pasal 21.5.2.2 mensyaratkan bahwa kuat lentur positif komponen
struktur lentur pada muka kolom tidak boleh lebih kecil dari ½ kuat lentur
negatifnya pada muka tersebut.
Mu = ½ x 𝜙𝑀𝑛 = 483,12 KNm > 452,6 KNm
Penyederhaan : tulangan atas diabaikan dalam analisa lentur
Mu 483,12𝑋106
As = = = 1593,92 mm2
𝜙𝐹𝑦.𝑗.𝑑 0,9.𝑥400𝑥0,9𝑥935,5
653,45 KNm
Universitas Indonesia
66
Universitas Indonesia
67
Kondisi 1
Universitas Indonesia
68
𝑎 79,25
𝑀𝑝𝑟−𝑘𝑖𝑟𝑖 = 1.25. 𝐴𝑠. 𝑓𝑦 (𝑑 − ) = 1,25𝑥3300,93 𝑥400 (935,5 − )=
2 2
1478,61 KNm
Mn akibat tulangan tumpuan kanan bawah
1,25.As.fy 1,25x1980,56 x 400
apr = = = 47,55 mm
0,85.𝑓′ 𝑐.𝑏 0,85×35𝑥700
𝑎
𝑀𝑛𝑘𝑎𝑛 = 1,25. 𝐴𝑠. 𝑓𝑦 (𝑑 − ) = 1,25𝑥1980,56 𝑥400 (935,5 −
2
47,55
) = 902,86 KNm
2
Kondisi 2
Dikarenakan jumlah tulangan dan detailing pada kedua ujung balok adalah
identik, maka momen probable yang dihasilkan pada kasus kedua juga sama,
namun arahnya berbeda dari kondisi 1.
Muka kolom
SNI beton pasal 21.5.4.2 mensyaratkan kontribusi beton dalam menahan
geser yaitu (Vc) harus diambil = 0 pada perencanaan sendi plastis apabila :
a. Gaya geser Vsway akibat sendi plastis melebihi ½ atau lebih kuat geser perlu
maksimum Vu disepanjang bentang
− +
𝑀𝑝𝑟,𝐼 +𝑀𝑝𝑟,𝐽 664,56+902,86
𝑉𝑒 = = = 182,3 𝑘𝑁 > 0,5 ∗ 612,37 (tidak
𝑙𝑛 8,6
terpenuhi)
Universitas Indonesia
69
b. Gaya tekan aksial terfaktor, termasuk akibat pembebanan gempa kurang dari
Ag.fc’/20
Ag.fc’/20 = (1000x700)x35/20 = 122,5 KN
Pu = 384,14 > Agfc’/20 (tidak terpenuhi)
1 1
𝑉𝑐 = √𝑓𝑐′𝑏𝑤𝑑 = ∗ √35 ∗ 700 ∗ 935,5 ∗ 10−3 = 645,69 𝑘𝑁
6 6
Vu 612,37
Vs = − 𝑉𝑐 = − 645,69 = 170,8 𝑘𝑁
𝜙 0.75
170,8 𝑘𝑁
Persyaratan tulangan transversal pada zona sendi plastis adalah sebagai berikut
Universitas Indonesia
70
Universitas Indonesia
71
Dari hasil perhitungan diatas, diperoleh kontribusi beton terhadap gaya geser
ultimate telah memenuhi. Namun demikian, digunakan tulangan minimum D10
mm dengan jarak < d/2 (467,75), digunakan D10-350 diluar zona sendi plastis
Universitas Indonesia
Gambar 4.5 Sketsa tulangan geser balok
4.3 Kolom
Letak kolom yang ditinjau adalah sebagai berikut
Kolom yang
didesain yakni
Kolom as T2.D
T2.1, berada pada
tingkat 3
Rasio tulangan, pg dibatasi tidak kurang dari 0.01 dan tidak lebih dari 0.06
38905
Pg= = 0.0198 − OK, 0.01 < Pg <0.06
1400𝑥1400
P-M3
60000
50000
40000
30000
ØP (kN)
20000
10000
0
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000
-10000
-20000
ØM3-3 (kNm)
0,09.𝑏𝑐.𝑓𝑐′ 0,09.(1307).(50)
Ash = = = 14,7 mm2/mm
𝑓𝑦𝑡 400
b. 150 mm
Dengan demikian, spasi tulangan transversal pada bagian ini adalah 150 mm
SNI pasal 21.6.4.1
Tulangan hoop diperlukan sepanjang lo dari ujung-ujung kolom, lo yang
dipilih yang terbesar diantara
1. Tinggi elemen kolom, h = 1400 mm
2. 1/6 tinggi bersih kolom – 1/6 x (4000-150-800) = 508,3 mm
3. 450 mm
Dengan demikian diambil lo = 1400 mm
78
Sementara itu, Ash yang digunakan yakni 17 kaki D13 dengan luas penampang =
2255,3 mm2 > Av,min
25576
Vc = 0.17(1+ ) √50 .1400.1332,5
14(1400𝑥1400)
Vc = 2244 KN
𝑉𝑢
< 𝑉𝑐 ; maka tidak butuh tulangan geser, tetapi hanya untuk keperluan
𝜙
Aj = bxh
Luas efektif hubungan balok kolom = 1000x500 = 500000 mm2
Pada SNI pasal 21.7.2.3 menyaratkan panjang join yang diukur paralel
terhadap tulangan lentur balok yang menyebabkan geser di join sedikitnya 20 kali
db longitudinal terbesar = 20 x29 mm = 580 mm
Pada SNI pasal 21.7.3.1 menyaratkan di dalam join harus ada tulangan
confinement
SNI pasal 21.7.3.2: Untuk join interior, jumlah tulangan confinement yang
dibutuhkan setidaknya setengah tulangan confinement yang dibutuhkan di ujung-
ujung kolom.
Tulangan confinement pada kolom yang diperoleh yakni 14,7 mm2/mm
0,5 x 14,7 mm2/mm = 7,35 mm2/mm
81
Coba spasi vertikal hoop digunakan 150 mm, dengan demikian area
tulangan hoop yang dibutuhkan = 150 mm x 7,35 mm2/mm 1102,5 mm2. Dengan
demikian, digunakan 9D13-150.
Kekakuan kolom atas dan bawah adalah sama, karena panjang dan dimensi
yang sama, sehingga DF= 0.5.
Me = (902,86 +602,95)x0.5 = 752,91 KN
Geser pada kolom atas:
752,91+752,91
Vsway = = 501,94 KN
3
𝐶1 = 𝑇1 = 990,28 𝑘𝑁
Gaya tarik yang bekerja pada tulangan balok di bagian kanan adalah
𝐶2 = 𝑇2 = 660,185 𝑘𝑁
Vuatas = -Vsway+C1+T2= -501,94 + 990,28 + 660,185 = 1148
(resultan ke kanan)
Kuat geser nominal join yang dikekang di keempat sisinya adalah:
Vn = 1,7√𝑓 ′ 𝑐 . 𝐴𝑗
Kasus 2
Mencari momen probable balok lainnya
Dari ETABS, diperoleh luasan tulangan atas = 935 mm2 dan luasan
tulangan bawah = 1053 mm2.
1.25.As.fy 1,25x1320,37 x 400
apr = = = 44,38mm
0.85.𝑓′ 𝑐.𝑏 0,85𝑥35𝑥500
𝑎 44,38
d. 𝑀𝑝𝑟 = 1.25. 𝐴𝑠. 𝑓𝑦 (𝑑 − ) = 1,25𝑥1320,37 𝑥400 (935,5 − )×
2 2
Kekakuan kolom atas dan bawah adalah sama, karena panjang dan dimensi
yang sama, sehingga DF= 0.5.
Me = (1478,61 +602,95)x0.5 = 1040,78 KN
Geser pada kolom atas:
1040,78+1040,78
Vsway = = 693,853 KN
3
𝐶1 = 𝑇1 = 1650,465 kN
Gaya tarik yang bekerja pada tulangan balok di bagian kanan adalah
𝐶2 = 𝑇2 = 660,185 𝑘𝑁
Vuatas = Vsway-C1-T2= (693,853 - 990,28 - 660,185) kN = -956,612
kN (resultan ke kiri)
Kuat geser nominal join yang dikekang di keempat sisinya adalah:
84
Vn = 1,7√𝑓 ′ 𝑐 . 𝐴𝑗
F i
Fpx i x
n
wpx
w
ix
i
Dengan:
Fpx = gaya desain diafragma
Fi = gaya desain yang diterapkan pada lantai i
wi = tributari berat sampai tingkat i
wpx = tributari berat sampai diafragma di tingkat x
ultimit beban gravitasi yang paling besar adalah 1,2 DL + 1,6 LL = 1,2 (1,5) +
1,6(3,6) = 7,56 kN/m2.
𝑓𝑐 ′ 2𝑅𝑛
𝜌 = 0,85 × × [1 − √1 − ]
𝑓𝑦 0,85𝑓𝑐 ′
35 2(1,1)
= 0,85 × × [1 − √1 − ] = 0,004
400 0,85(35)
88
Jumlah tulangan
Diameter tulangan = 10 mm
As 1 tulangan = 0,25*3,14*132 = 78,5 mm2
Jumlah tulangan = 435,4 / 78,5 = 6 buah
Spasi antar tulangan = b/n = 1000/6 = 166,67 mm, digunakan 150 mm
𝑓𝑐 ′ 2𝑅𝑛
𝜌 = 0,85 × × [1 − √1 − ]
𝑓𝑦 0,85𝑓𝑐 ′
35 2(0,7)
= 0,85 × × [1 − √1 − ] = 0,0018
400 0,85(35)
Jumlah tulangan
Diameter tulangan = 10 mm
As 1 tulangan = 0,25*3,14*132 = 78,5 mm2
Jumlah tulangan = 270 / 78,5 = 4 buah
89
𝑓𝑐 ′ 2𝑅𝑛
𝜌 = 0,85 × × [1 − √1 − ]
𝑓𝑦 0,85𝑓𝑐 ′
35 2(2,7)
= 0,85 × × [1 − √1 − ] = 0,0071
400 0,85(35)
Jumlah tulangan
Diameter tulangan = 10 mm
As 1 tulangan = 0,25*3,14*132 = 78,5 mm2
Jumlah tulangan = 784,5 / 78,5 = 10 buah
Spasi antar tulangan = b/n = 1000/10 = 100 mm
106 106
𝑅𝑛 = 𝑀𝑛 × = 16,43 × = 1,4
𝑏𝑑𝑦 2 1000(115)2
Rasio tulangan perlu
𝑓𝑐 ′ 2𝑅𝑛
𝜌 = 0,85 × × [1 − √1 − ]
𝑓𝑦 0,85𝑓𝑐 ′
35 2(1,4)
= 0,85 × × [1 − √1 − ] = 0,0036
400 0,85(35)
Arah X
Tabel 4.10 Tabel rangkuman perhitungan nilai Fpx
Arah Y
92
Sebagai contoh, dalam hal ini diafragma yang akan didesain adalah
diafragma pada lantai 4 dan lantai 24.
2 2
1 1
A
Pada potongan 1-1 (Gambar 4.21), momen yang dipikul oleh diafragma
saja sebesar
𝑀𝑢 = 255,46 𝑘𝑁𝑚
Gaya maksimum tarik dan tekan berada pada zona ¼*46 = 11,5 m. Dengan
demikian diperoleh gaya tarik yang bekerja:
𝑀𝑢 255,46
𝑇𝑢 = = = 7,4 𝑘𝑁
ℎ 46 − 11,5
ℎ−
4
Luasan tulangan tarik yang dibutuhkan adalah sebagai berikut
𝑇𝑢 7,4 ∗ 1000
𝐴𝑠 = = = 20,5 𝑚𝑚2
∅𝑓𝑦 0,9 ∗ 400
Sehingga digunakan tulangan 1D10 mm pada kedua ujung diafragma pada
sepertiga ketinggian slab untuk meminimumkan interferensi dengan tulangan slab
yang ada (telah didesain sebelumnya).
Pada potongan 2-2, akan diperoleh hasil section cut oleh ETABS sebagai
berikut
Terlihat bahwa hasil momen couple yang terjadi lebih kecil dibandingkan
pada potongan 1-1. Dengan demikian, penggunaan tulangan 1D10 mm sudah
memenuhi.
3 3
4 4
Untuk mengecek geser, maka diagram tegangan yang dilihat pada elemen
lantai adalah diagram tegangan F12. Pengecekan geser dilakukan pada potongan 3-
3, akan diperoleh hasil section cut oleh ETABS sebagai berikut
Gaya geser ultimate hasil gaya Fpx,design adalah sebesar 41,11 kN. Kuat geser
in-plane dari slab ditentukan dengan rumus sebagai berikut
∅𝑉𝑛 = ∅𝐴𝑐𝑣 (0,17𝜆√𝑓𝑐 ′ + 𝜌𝑡 𝑓𝑦 ) ≤ 0,66𝐴𝑐𝑣 √𝑓𝑐 ′
Dengan:
Acv = luasan diafragma
= faktor modifikasi properti beton ( =1 untuk beton normal)
fc’ = mutu beton
fy = mutu baja tulangan (digunakan fy=400 MPa)
ρt = rasio tulangan
Pada potongan 4-4, hasil section cut oleh ETABS adalah sebagai berikut
Gaya geser ultimate yang terjadi pada potongan 4-4 sebesar 176,73 kN.
Kapasitas material beton tanpa tulangan
∅𝑉𝑛 = 0,6 × 𝐴𝑐𝑣 × 0,17 × 1 × √35
= 0,6 × 150 × 46062 × 0,17 × 1 × √35 × 10−3 = 4169,35𝑘𝑁
> 176,73𝑘𝑁 (𝑂𝐾)
1
Gambar 4.27 Diagram F11 akibat gaya Fpy pada lantai 4
Pada potongan 1-1, akan diperoleh tegangan yang terjadi pada posisi
potongan tersebut adalah sebagai berikut
𝑀𝑢 = 149,34 𝑘𝑁𝑚
Gaya maksimum tarik dan tekan berada pada zona ¼*46,3278 = 11,6 m.
Dengan demikian diperoleh gaya tarik yang bekerja:
𝑀𝑢 149,34
𝑇𝑢 = = = 4,3 𝑘𝑁
ℎ 46,32 − 11,5
ℎ−
4
Luasan tulangan tarik yang dibutuhkan adalah sebagai berikut
100
𝑇𝑢 4,3 ∗ 1000
𝐴𝑠 = = = 11,94 𝑚𝑚2
∅𝑓𝑦 0,9 ∗ 400
Sehingga digunakan tulangan 1D10 mm pada kedua ujung diafragma pada
sepertiga ketinggian slab untuk meminimumkan interferensi dengan tulangan slab
yang ada (telah didesain sebelumnya).
3 2
3 2
Melalui section cut, akan diperoleh geser ultimate akibat Fpy,desain pada
potongan 2-2 sebesar 70,46 kN dan pada potongan 3-3 sebesar 222,63 kN. Gaya
geser nominal akibat kontribusi beton dapat diperoleh sebagai berikut
∅𝑉𝑛 = ∅𝐴𝑐𝑣 (0,17𝜆√𝑓𝑐 ′ + 𝜌𝑡 𝑓𝑦 ) ≤ 0,66𝐴𝑐𝑣 √𝑓𝑐 ′
Melihat bentuk deformasi akibat diberikan gaya distribusi Fpx dan Fpy
sesuai koefisien distribusi vertikal pada lantai 24, maka terlihat gaya geser antara
lantai diafragma dengan dinding geser tidak terlalu besar, namun deformasi ini akan
menimbulkan tegangan yang besar pada elemen vertikal pada dasar bangunan.
1 1
2
Dinding geser zone B
Untuk mengecek geser, maka diagram tegangan yang dilihat pada elemen
lantai adalah diagram tegangan F12. Pengecekan geser dilakukan pada potongan 1-
1, akan diperoleh hasil section cut oleh ETABS sebagai berikut
Dari Gambar 4.42, gaya geser ultimate hasil gaya Fpx,design adalah sebesar
249,54 kN. Nilai pada posisi potongan 1-1 pada lantai di bawahnya (lantai 23) lebih
kecil, namun dengan kehilangan dinding geser zona A, maka gaya geser beralih
104
pada dinding geser zona B sehingga gaya geser yang bekerja antara dinding geser
dan diafragma meningkat menjadi ±8 kali daripada gaya geser yang terjadi pada
lantai 23. Kuat geser in-plane dari slab ditentukan dengan rumus sebagai berikut
∅𝑉𝑛 = ∅𝐴𝑐𝑣 (0,17𝜆√𝑓𝑐 ′ + 𝜌𝑡 𝑓𝑦 ) ≤ 0,66𝐴𝑐𝑣 √𝑓𝑐 ′
Dengan:
Acv = luasan diafragma
= faktor modifikasi properti beton ( =1 untuk beton normal)
fc’ = mutu beton
fy = mutu baja tulangan (digunakan fy=400 MPa)
ρt = rasio tulangan
2
1
1 2
Gambar 4.34 Diagram tegangan F12 akibat gaya FPy
Melalui section cut, akan diperoleh geser ultimate akibat Fpy,desain pada
potongan 1-1 sebesar 443,3 kN dan pada potongan 2-2 sebesar 443,38 kN. Gaya
geser nominal akibat kontribusi beton dapat diperoleh sebagai berikut
∅𝑉𝑛 = ∅𝐴𝑐𝑣 (0,17𝜆√𝑓𝑐 ′ + 𝜌𝑡 𝑓𝑦 ) ≤ 0,66𝐴𝑐𝑣 √𝑓𝑐 ′
4.6 Kolektor
Untuk perhitungan desain elemen kolektor, perlu menggunakan beban
kombinasi faktor kuat lebih. Balok kolektor yang didesain adalah balok yang berada
di lantai 4. Oleh karena itu, gaya gempa desain diafragma dengan
mempertimbangkan efek faktor kuat lebih adalah sebagai berikut
Dari gaya Fpx,design diatas, maka akan menghasilkan gaya dalam aksial pada
denah lantai 4 sebagai berikut
4.6.1 Gaya Fpx
109
T2.E’
Akibat gaya Fpx, gaya aksial yang bekerja pada balok tersebut sebesar 159,8
kN. Akibat gaya Fpy, gaya aksial yang bekerja pada balok sebesar 46,8 kN. Dengan
demikian, luasan tulangan tarik yang diperoleh oleh balok kolektor adalah
𝑇𝑢 (159,8 + 46,8) × 103
𝐴𝑠 = = = 573,88 𝑚𝑚2
∅𝑓𝑦 0,9 × 400
Dengan demikian, dipasang tulangan 4D19 pada balok kolektor di kedua
sisi, tulangan ditempatkan pada sepertiga ketinggian dari balok. Dari hasil desain
penulangan terhadap sistem ganda, maka akan memperoleh jumlah tulangan atas
dan bawah:
110
1
1
Pada potongan 1-1 diatas, gaya geser ultimate yang terjadi sebesar 107,68
kN. Berdasarkan SNI 2847:2013 Pasal 21.11.9.3, kuat geser nominal dapat
diperoleh dari rumus:
∅𝑉𝑛 = ∅𝐴𝑣𝑓 𝑓𝑦 𝜇
Jika digunakan dowel D10-200, maka jumlah tulangan dowel sebanyak
46062,2/200 = 230. Dengan demikian, Avf = 230*0,25*3,14*102 = 18055 mm2.
1,4
𝑉𝑛 = 18055 ∗ 400 ∗ = 10110,8 𝑘𝑁
1000
𝑉𝑛,𝑚𝑎𝑥 = min(0,2𝑓𝑐 ′ 𝐴𝑐, (3,3 + 0,08𝑓𝑐 ′ )𝐴𝑐, 11𝐴𝑐) = 42146,9 𝑘𝑁
∅𝑉𝑛 = 0,75 ∗ 10110,8 = 7583,1 > 𝑉𝑢 (𝑂𝑘𝑒)
112
Balok perangkai yang akan didesain mempunyai panjang 1,85 m dan tinggi 1,2 m, sehingga
perbandingan ln/h = 1,54 <2 atau 4. Dengan demikian, harus ditulangi dengan kelompok
tulangan yang disusun secara diagonal dalam dua arah berlawanan secara simetris terhadap
midspan. Dalam hal ini, balok perangkai yang didesain adalah balok perangkai yang berada
di tingkat 3.
Dari ETABS, diperoleh pada ujung gaya – gaya yang bekerja pada balok perangkai adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.15 Rangkuman gaya – gaya yang bekerja pada balok perangkai
Momen
Geser
Atas Bawah
Kedua nilai Vu tidak lebih besar dari nilai diatas, maka penulangan diagonal diagonal tidak
harus dilakukan.
113
𝑉𝑢 652,57 ∗ 1000
= = 0,27
𝑏𝑤𝑑√𝑓𝑐′ 350 ∗ (1200 − 40 − 13 − 0,5(29)) ∗ √35
Ln/h = 1,54
Dari hasil perhitungan diatas, maka desain balok perangkai merujuk kepada kebijakan
desiner.
ℎ − 2𝑑 ′ 1200 − 2(67,5)
tan 𝛼 = = = 0,58
𝑙𝑛 1850
𝛼 = 300
𝑉𝑢 652,57
𝑉𝑛 = = = 870,1 𝑘𝑁
∅ 0,75
𝑉𝑛 870,1
𝐶𝑏 = 𝑇𝑏 = = = 870,1 𝑘𝑁
2 sin 𝛼 2 ∗ (0,5)
𝑇𝑏 870,1 ∗ 1000
𝐴𝑣𝑑 = = = 2175,25 𝑚𝑚2
𝑓𝑦 400
(2*2175,25*400*0,5*10-3)<= 0,83*(350*1200)*sqrt(35)*10-3
Dalam hal ini total luasan tulangan diagonal antar kedua silangan dibuat sama yakni
2175,25 𝑚𝑚2 , sehingga digunakan 4D29 pada satu kelompok tulangan diagonal.
Mu = 0,9*2640,74*400*0,866*(1200-2(67,5))*10-6 = 882,55 kN
Setiap kelompok tulangan diagonal harus diperhitungkan dalam menentukan kuat lentur
nominal balok perangkai. Dengan pemasangan kedua tulangan diagonal, maka momen
ultimit harus ditambahkan dengan momen akibat pemasangan tulangan diagonal.
Dikarenakan gempa bersifat bolak balik, maka pada perhitungan ini hanya
mempertimbangkan sifat tarik yang terjadi pada kedua kasus
115
Gambar 4.44 Skema kedua arah momen nominal ketika terjadi gempa dua
arah
Mu 1308,76×106
As = = = 3566,78 mm2
𝜙𝐹𝑦.𝑗.𝑑 0,9𝑥400𝑥0.9𝑥1132,5
Tidak melebihi 350 mm (spasi pengikat silang atau sengkang), diukur tegak
lurus terhadap tulangan diagonal
Dinding as T2.4’ dan T2.F’ (dinding geser kuat gempa arah Y dan X)
Luas penampang dinding geser permeter panjang: 0,4*1= 0,4 m2
Luas minimal kebutuhan tulangan per meter panjang arah longitudinal dan
transversal = 0,4 m2 *106 * 0,0025 =1000 mm2
Salah satu contoh perhitungan batas c secara manual adalah sebagai berikut
Lw = 6375 mm
𝛿𝑠 =144,711 mm
𝛿𝑢 = 0,7𝑅𝛿𝑠 = 709,08 𝑚𝑚
hw = 165000 mm
𝛿𝑢
= 0,0043 < 0,007, maka diambil 0,007
ℎ𝑤
𝑙𝑤 6375
𝛿 = = 1517,85 mm
600( 𝑢 ) 600(0,007)
ℎ𝑤
P-M3
140000
120000
100000
80000
ØP (kN)
60000
40000
20000
0
-50000 -20000 0 50000 100000 150000 200000
-40000
ØM3-3 (kNm)
Sementara gaya – gaya yang bekerja pada kedua bagian dinding geser
adalah sebagai berikut
Hal yang perlu diperhatikan, SNI beton Pasal 21.9.6.2 (b) mengisyaratkan
penulangan di daerah special boundary element harus menerus secara vertikal dari
penampang kritis yang tidak kurang dari yang lebih besar dari:
Lw = 6375 mm
Mu/4Vu = 5800,56/(4*1775,48) = 0,817 m
Diambil sebesar 6,375 m
125
4.9 Pondasi
Pada struktur bawah, terdiri dari dua elemen yang akan didesain yakni
pondasi bore pile dan juga pile cap. Desain pondasi akan dilakukan pada titik A, B,
dan C seperti yang terlihat di bawah ini
kontribusi end bearing dan skin friction. Perhitungan skin friction pada tiap lapisan
tanah menggunakan persamaan berikut
qs 2.8N60 10 kPa
qb K b Nb kPa
Nilai Kb diperoleh dari tabel di bawah ini
Jenis tanah Diplacement piles Non-diplacement piles
Sand 325 165
Sandy silt 205 115
Clayey silt 165 100
Clay 100 80
Tabel 4.16 Tabel perhitungan daya dukung akibat end bearing dan skin
friction
digambarkan pada program ini, kemudian akan diperoleh gaya geser pada puncak
tiang, kemudian dipertimbangkan dengan batasan defleksi yang diijinkan.
DAFTAR PUSTAKA
Imran, Iswandi & Hendrik, Fajar. 2014. Perencanaan Lanjut Struktur Beton
Bertulang. Bandung: ITB Bandung
Standards ASCE/SEI 7-10. Minimum Design Loads for Buildings and Other Structures