Oleh:
NIM: 325190044
KARTU STUDI
MAHASISWA
3
REKAMAN
ASISTENSI
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya, Laporan Praktikum Beton Bertulang ini selesai tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan laporan ini tentunya tidak terlepas dari bimbingan dan
pengarahan dari beberapa pihak. Maka dengan ini, diucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak terkait yang telah membimbing dan memberikan pengarahan untuk
dapat menyelesaikan laporan ini. Pihak-pihak yang terkait diantaranya:
1. Bapak Daniel Christianto S.T., M.T. selaku dosen pengampu yang
memberikan tugas Laporan Praktikum Struktur Beton Bertulang yang
berguna untuk menambah pengetahuan serta telah membimbing hingga
laporan ini dapat terselesaikan.
2. Alvira Nathania Tanika selaku asisten dosen atas bimbingan dan pengarahan
hingga laporan ini dapat selesai dengan baik dan tepat waktu.
3. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah turut
membantu sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik
dalam waktu yang tepat.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka penyusun meminta maaf sebesar-besarnya. Semoga laporan
ini dapat memberikan manfaat bagi penyusun dan juga para pembaca. Kritik dan
saran yang bersifat membangun akan diterima dengan senang hati.
Penyusun
6
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Saat Balok Mengalami Keruntuhan........................................................3
Gambar 2 Distribusi Regangan Ultimit pada Keruntuhan Lentur (Asroni, Balok
dan Pelat Beton Bertulang, 2010)............................................................................7
Gambar 3 Lendutan Balok (Nur, 2009)...................................................................8
Gambar 4 Distribusi Tegangan Pada Beton Bertulang (Rokhman, 2012)...............8
Gambar 5 Flowchart..............................................................................................10
Gambar 6 Penampang Balok Beton Bertulang......................................................11
Gambar 7 Loading Diagram..................................................................................11
Gambar 8 Distribusi Regangan dan Tegangan......................................................11
Gambar 9 Saat Beton Mengalami Keruntuhan Retak............................................12
Gambar 10 Saat Beton Mengalami Keruntuhan Leleh..........................................13
Gambar 11 Saat Beton Mengalami Keruntuhan Nominal dan Ultimate...............14
Gambar 12 Grafik Momen vs Putaran Sudut.........................................................16
9
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Nilai Momen dan Putaran Sudut pada 3 Kondisi.....................................16
10
DAFTAR NOTASI
a = tinggi blok tegangan persegi ekuivalen, mm.
As = luas tulangan tarik longitudinal non prategang, mm2
As’ = luas tulangan tekan, mm2
b = lebar penampang, mm
bw = lebar badan/web, mm
c = jarak dari serat tekan terjauh ke sumbu netral, mm.
d = jarak dari serat tekan terjauh ke pusat tulangan tarik longitudinal, mm.
d’ = jarak dari serat tekan terjauh ke pusat tulangan tekan longitudinal, mm.
D = diameter tulangan, mm.
Ec = modulus elastisitas beton, MPa.
Es = modulus elastisitas tulangan dan baja structural, MPa.
fc' = kekuatan beton yang disyaratkan, MPa.
f yb = kekuatan leleh tulangan tarik, MPa.
f yt = kekuatan leleh tulangan tekan, MPa.
H = tinggi penampang, mm.
Ig = momen inersia penampang beton bruto terhadap sumbu pusat,
yang mengabaikan tulangan, mm4.
k = faktor panjang efektif untuk komponen struktur tekan.
L = panjang bentang, mm.
Jd = jarak tegangan tekan beton dari tulangan tarik, mm.
M = momen, N-mm.
Mcr = momen retak, N-mm.
Mn = momen nominal, N-mm.
Mu = momen ultimate, N-mm.
My = momen yield, N-mm.
θcr = putaran sudut kondisi crack, /mm.
θy = putaran sudut kondisi yield, /mm.
θu = putaran sudut kondisi ultimate, /mm.
Pcr = gaya beban luar kondisi crack, kN.
Pu = gaya beban luar kondisi yield, kN.
Py = gaya beban luar kondisi ultimate, kN.
11
ABSTRAK
Beton adalah bahan yang sangat umum digunakan dalam bidang
konstruksi karena lebih praktis dalam pengerjaan dan mampu menahan beban
yang besar apabila dibuat dan didesain yang baik. Struktur beton tersebut
sering diberikan tulangan untuk memperkuat strukturnya, karena beton
memiliki kelemahan dimana struktur tersebut lemah terhadap gaya tarik, maka
digunakan tulangan untuk menahan gaya tarik tersebut. Laporan ini disusun
yang bertujuan untuk mengetahui kekuatan lentur yang terjadi pada balok beton
bertulang yang terjadi dalam video “Over-Reinforced Concrete Beam Test”.
Dalam video tersebut, balok beton bertulang diberikan 2 beban terpusat di dua
titik dengan jarak 1500 mm dari setiap perletakan. Diketahui juga dimensi balok
dengan lebar 100 mm dan tinggi 150 mm dan mutu beton yang digunakan adalah
43,7 MPa. Balok beton bertulang ini juga menggunakan tulangan baja sebesar
2D20 dan As sebesar 600 mm2 dengan mutu tulangan baja masing-masing 400
MPa. Pada saat pemberian gaya, balok mulai berdefleksi dan terjadi keretakan
secara vertikal hingga terjadi kegagalan. Maka, dapat dilihat bahwa tulangan pada
balok tersebut mengalami kelelehan dan menyebabkan balok berdefleksi dan
menghasilkan retakan. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai momen
crack dan Pcr sebesar 1,537 kNm dan 2,8715 kN, momen yield dan Py sebesar
22,5412 kNm dan 44,8799 kN, momen ultimate dan Pu sebesar 17,8619 kNm dan
35,5213 kN, dan daktilitas sebesar 0,7259. Selain itu, diperoleh gaya geser sebesar
12,6428 kN dimana nilai tersebut lebih kecil daripada besar gaya lintang ultimate
(Vu) yaitu sebesar 35,7913 kN sehingga keruntuhan yang terjadi adalah
keruntuhan geser. Kemudian, diperoleh juga P hasil percobaan sebesar 50 kN
untuk dibandingkan dengan Pu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa P hasil percobaan
lebih besar 40,7606 % dari P hasil analisa.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.4. Hipotesis
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Beton
Secara sederhana, beton dibentuk oleh pengerasan campuran antara
semen, air, agregat halus (pasir), dan agregat kasar (batu pecah atau kerikil).
Kadang-kadang ditambahkan pula campuran bahan lain (admixture) untuk
memperbaiki kulitas beton. Campuran dari bahan susun (semen, pasir,
kerikil, dan air) yang masih plastis ini dicor ke dalam acuan dan dirawat
untuk mempercepat reaksi hidrasi campuran semen air, yang menyebabkan
pengerasan beton. Bahan yang terbentuk ini mempunyai kekuatan tekan
yang tinggi, tetapi ketahanan terhadap tarik rendah [CITATION Asr10 \l
1033 ].
Material yang digunakan dalam pembuatan beton antara lain:
a. Semen portland
Semen portland adalah semen hidraulis yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan klinker yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium
yang bersifat hidraulis dengan gips sebagai bahan tambahan [CITATION
Nev87 \l 1033 ].
b. Air
Air merupakan bahan penyusun beton yang diperlukan untuk bereaksi
dengan semen, yang juga berfungsi sebagai pelumas antara butiran-
butiran agregat agar dapat dikerjakan dan dipadatkan [ CITATION
Tjo96 \l 1033 ].
c. Agregat
Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan
pengisi dalam campuran mortar atau beton. Agregat ini kira-kira
menempati sebanyak 70% dari volume mortar atau beton. Pemilihan
agregat merupakan bagian yang sangat penting karena karakteristik
5
batas, sedangkan besi tulangan belum leleh (s = cu = 0,003 dan fs < fy).
Istilah yang lebih dikenal untuk keruntuhan tekan ini adalah Over
Reinforced [CITATION Asr10 \l 1033 ].
Keruntuhan seimbang terjadi jika beton dan besi tulangan bersamaan
hancur. Beton mencapai regangan batas dan besi tulangan leleh (s = cu =
Keruntuhan tarik terjadi bila besi tulangan leleh lebih dahulu daripada
beton. Besi tulangan leleh dan beton belum mencapai regangan batas (s <
0.003 dan fs = fy). Istilah ini lebih dikenal Under Reinforced [CITATION
Asr10 \l 1033 ].
Jenis keruntuhan yang diharapkan terjadi adalah Under Reinforced,
karena pada jenis keruntuhan ini ditandai oleh lendutan yang semakin besar
sebelum tercapai keruntuhan fatal [CITATION Asr10 \l 1033 ].
Lain hal dengan keruntuhan tekan di mana keruntuhan terjadi secara
spontan tanpa adanya tanda-tanda kehancuran. Hal ini sangat berbahaya
bagi keselamatan pemakai dari konstruksi tersebut [CITATION Asr10 \l
1033 ].
I g ∙f r
M cr =
yt
Jika kuat tarik beton (fct) dari hasil uji tarik belah silinder diketahui,
maka besarnya modulus runtuh beton dapat dihitung dengan persamaan
[CITATION Placeholder1 \l 1033 ]:
f r =0.62λ √ f c '
εcr
ϕ cr =
0,5h
2
M y = T s ( d-c ) + Cc c+ Cs (c−d ' )
3
εc'y
ϕy =
c
0,003
ϕu =
c
2.7. Daktilitas
Dalam menambahkan kekuatan dan kemampuan beton, ada yang perlu
dipertimbangkan yaitu daktilitas. Dalam tempat yang membutuhkan desain
pembebanan gempa, daktilitas menjadi hal yang sangat penting untuk
dipertimbangkan. Hal ini disebabkan karena daktilitas diperlukan hanya
untuk desain struktur yang mampu menahan gempa bumi [ CITATION
Par751 \l 1033 ]
10
11
BAB 3
METODE PENGUJIAN
3.1. Sistematika Pengerjaan
Mulai
Studi Pustaka
Mencari Rekaman
Praktikum Tentang
Keruntuhan Lentur
Membuat Kesimpulan
Selesai
12
Gambar 5 Flowchart
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUJIAN
1
2 2 0×35
[( 0,0522+0) × 6,4371 +2×( 0,0522 + )×6,4371]2 -( 0,0522+0)×6,4371
115
= 0,5499
1 1
Jd = d- × k×d = 115- ×0,5499 ×115 = 93,9218 mm
3 3
εs × k×d 0,002× 0,5499 ×115
εc = = = 0,0024
d×(1-k) 115×(1-0,6722)
fc = εc × Ec = 0,0024×31069,8085 = 75,9077 MPa > 43,7 MPa
(Over Reinforced)
16
1 1
C = × k×d × f c ×b = × 0,5499×115×75,9077×100 = 240000
2 2
1 1
My = C×(d- × k×d ) = 240000×(115- ×0,5499 ×115)
3 3
= 22541222,28 Nmm = 22,5412 kNm
εc 0,00 24
θy = = = 4,7196× 10-5 /mm
d×(1-k) 115×(1- 0,5499 )
1
22,5412 - ( × 0,36 × 1,52 )
8
Py = = 44,8799 kN
0,5
a 64,6117
c = = = 87,5666 mm
β1 0,7379
Cek leleh
c-d ' 87,5666 -35
εs = ( )× ε cu = ( )×0,003 = 0,0009
c 87,5666
f y 400
εy = = = 0,002
Es 2× 105
εs < εy
a 87,5666
Mn = A s × f y ×(d- ) = 600×400×(115- )
2 2
= 19846601,16 Nmm = 19,8466 kNm
Mu = ϕ × Mn = 0,9 × 19,8466 = 17,8619 kNm
εcu 0,003
θu = = = 3,426× 10-5 /mm
c 87,5666
1
17,8619 - ( × 0,36 × 1,52 )
8
Pu = = 35,5213 kN
0,5
Vn = Vc
V c = 0,17× λ × √ f'c × b ×d
Vc = 0,17×1× √ 43,7 × 100 ×150 = 16857,0238 N = 16,8570 kN
ϕ Vn ≥ Vu
ϕ Vn = 0,75 ×16,8570 = 12,6428 kN
ϕ Vn ≤ Vu
18
12,6428 ≤ 35,7913
Terjadi keruntuhan geser
4.5. Daktilitas
θu 3,426× 10-5
μ = = = 0,7259
θy 4,7196×10 -5
Perbandingan = |35,5213-50
35,5213 |×100 % = 40,7606 %
4.7. Grafik Momen vs Putaran Sudut
MOMEN (kNm) Ф (/mm)
CRACK 1,537 1,7589×10-6
YIELD 22,5412 4,7196× 10-4
ULTIMATE 17,8619 3,426×10-5
Tabel 1 Nilai Momen dan Putaran Sudut pada 3 Kondisi
19
60
50
40
30
20
10
0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
BAB 5
KESIMPULAN
a. Pcr = 2,8715 kN
b. Py = 44,8799 kN
c. Pu = 35,5213 kN
5. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh gaya geser sebesar 12,6428 kN
dimana nilai tersebut lebih kecil daripada besar gaya lintang ultimate (Vu)
yaitu sebesar 35,7913 kN sehingga keruntuhan yang terjadi adalah
keruntuhan geser.
BAB 6
21
DAFTAR PUSTAKA
Asroni, A. (2010). Balok dan Pelat Beton Bertulang. Yogjakarta: Graha Ilmu.
Neville & Brooks, A. (1987). Concrete Technology. New York: Longman
Scientific and Technical.
Nur, O. F. (2009). KAJIAN EKSPERIMENTAL PERILAKU BALOK BETON
TULANGAN TUNGGAL BERDASARKAN TIPE KERUNTUHAN
BALOK. Jurnal Rekayasa Sipil Volume 5 No. 2, 44-45.
Park, R., & Paulay, T. (1975). Reinforced Concrete Structures. New Zealand:
John Wiley & Sons, Inc.
Pro, S. (Director). (2016). Over Reinforced Concrete Beam Test [Motion Picture].
Rokhman, A. (2012). PENGARUH TERJADINYA FIRST CRACK TERHADAP
LAJU PENINGKATAN MOMEN NEGATIF TUMPUAN PADA
BALOK BETON. Jurusan Teknik Sipil, Sekolah Tinggi Teknik – PLN, 3.
Tjokrodimuljo, K. (1996). Teknologi Beton. Jurusan Teknik Sipil, 2.
USBR. (1993). Drainage Manual: A Water Resources Technical Publication.
Washington D.C.: U.S. Department of The Interior Bureau of
Reclamation.
UU No. 18 tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung. (2002). UU No. 18 tahun
2002 Tentang Bangunan Gedung Pasal 1. Jakarta: Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134.
Vis & Kusuma, I. (1993). Jilid 1 Dasar Perencanaan Beton Bertulang. Jakarta.
Wight, J. K., & MacGregor, J. G. (2011). Reinforced Concrete: Mechanics and
Design. New Jersey: Pearson.