oleh:
Jenny Kharismawaty (3116100006)
Steffanie Christarindra (3116100007)
Paulus Pati Ricardo T. W (3116100008)
Widya Indriyani Manurung (3116100055)
Abraham Yudha Kartasa Silaban (3116100077)
Victory Hilton Allo Layuk (3116100110)
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Beton mata kuliah Teknologi Beton dan Bahan ini
dengan baik.
Harapan kami dengan adanya praktikum ini, kami sebagai mahasiswa Teknik Sipil ITS
mendapat pengetahuan dan pemahaman yang lebih mendalam tentang proses pembuatan beton.
Pada kesempatan ini pula, kami ingin mengucapkan kepada pihak-pihak yang telah
banyak membantu kami dalam menyelesaikan laporan ini, antara lain:
1. Bapak Ir. Mudji Irawan, MS., sebagai dosen pengajar mata kuliah Teknologi Beton dan Bahan
2. Dr. Eng. Januarti Jaya Eka Putri, ST. MT, sebagai dosen asistensi dalam laporan Praktikum
Beton
3. Segenap petugas laboratorium beton selaku penyedia sarana dan prasarana serta pembimbing
ketika melaksanakan praktikum beton
4. Beserta semua pihak yang turut membantu sehingga tugas mata kuliah ini dapat terselesaikan
Kami menyadari bahwa laporan yang kami buat ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi Mahasiswa Teknik Sipil pada khususnya dan bagi masyarakat pada
umumnya.
Agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batuan atau
berupah batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai
ukuran butir antara 5 mm sampai 40 mm. Agregat yang dipakai dalam
pembuatan beton harus memenuhi syarat-syarat diantaranya, tidak boleh
mengandung bahan organik terlalu banyak, tidak boleh mengandung lumpur
lebih dari 1% berat kering, serta harus terdiri dari butiran yang beraneka ragam
(well gradding)
B. TUJUAN
Tujuan metode ini adalah untuk menentukan jumlah air yang dibutuhkan untuk
mempersiapkan pasta semen hidrolik yang diperlukan untuk tes standar tertentu.
C. PENGERTIAN
Yang dimaksud dengan:
1. Konsistensi normal semen Portland adalah kadar air pasta semen yang apabila jarum vicat
diletakkan di permukaannya dalam interval waktu 30 detik akan terjadi penetrasi sedalam 10
mm.
2. Pasta semen adalah campuran semen Portland dan air dengan komposisi tertentu.
3. Benda uji adalah sejumlah semen Portland dengan berat dan isi tertentu yang dibuat dari contoh-
contoh semen portland.
4. Contoh semen Portland adalah sejumlah semen portland dengan berat dan isi tertentu yang
diambil secara acak dari tempat penyimpanan, serta dianggap mewakili sejumlah semen portland
yang akan digunakan untuk pekerjaan tertentu.
D. ALAT DAN BAHAN
Alat:
1. Seperangkat alat vicat;
2. Timbangan kapasitas 500 gram dengan ketelitian 0,1 gram;
3. Gelas ukur kapasitas 200 ml, ketelitian 1 ml;
4. Sendok perata;
5. Mesin pengaduk yang kecepatan pengaduknya dapat diatur dan dilengkapi dengan mangkuk
pengaduk;
6. Stop watch/pengukur waktu;
7. Cetakan benda uji berbentuk kerucut terpancung;
8. 2 buah pelat kaca ukuran 150 x 150 x 3 mm;
Bahan:
1. Semen Portland type I sebanyak 300 gram;
2. Air suling sebanyak 84 ml, 78 ml, 75 ml, dan 69 ml.
E. CARA PENGUJIAN
1. Menyiapkan lima benda uji semen portland masing-masing beratnya 300 gram serta air suling
sebanyak 84 ml, 78 ml, 75 ml, dan 69 ml.
2. Menuangkan 84 ml air suling ke dalam mangkuk pengaduk, kemudian memasukkan pula secara
perlahan-lahan semen Portland sebanyak 300 gr;
3. Mengaduk kedua bahan tadi selama 1 menit hingga tercampur;
4. Membuat bola dari pasta, dengan menggunakan tangan, lalu melemparkan 6 kali dari tangan kiri
ke tangan kanan dan sebaiknya jarak lemparan adalah 15 cm;
5. Memegang bola pasta yang terbentuk di salah satu tangan sedang tangan lainnya memegang
semen Portland. Melalui lubang dasarnya, memasukkan bola pasta ke dalam cetakan semen
Portland sampai terisi penuh dan meratakan kelebihan pasta pada cincin dengan sekali gerakan
telapak tangan;
6. Meletakkan dasar cincin pada pelat kaca, meratakan permukaan atas pasta dengan sekali gerakan
sendok perata dalam posisi miring dan menghaluskan permukaan pasta dengan ujung sendok
perata, tanpa mengadakan tekanan pada pasta;
7. Meletakkan semen Portland yang berisi pasta pada alat vicat, lalu menyentuhkan ujung batang
vicat pada bagian tengah permukaan pasta dan mengencangkan posisi batang vicat;
8. Meletakkan pembacaan pada skala nol atau catat angka permulaan, dan segera melepaskan
batang vicat sehingga dengan bebas dapat menembus permukaan pasta; setelah 30 detik,
mencatat besarnya penetrasi batang vicat;
9. Mengulangi pekerjaan 2 sampai 8 dengan menggunakan semen Portland baru dan kadar air yang
berlainan (84 ml, 78 ml, 75 ml, dan 69 ml).
10. Menghitung besarnya nilai konsistensi untuk setiap semen Portland, kemudian membuat grafik
yang menyatakan hubungan antara nilai konsistensi dengan penetrasi;
11. Menentukan titik pada sumbu penetrasi yang menyatakan nilai penetrasi 10 mm, lalu menarik
garis horizontal sehingga memotong grafik konsistensi penetrasi; setelah itu, pada titik
perpotongan tesebut menarik garis vertikal ke bawah sejajar sumbu penetrasi sehingga didapat
nilai konsistensi normal.
PERCOBAAN NOMOR 1 2 3 4 5
Berat air (Wa), ml 84 80 78 75 72
30
Berat semen (Ws), gram 300 300 300 300
0
Penetrasi, mm 16 13 10 5 4
KONSISTENSI =
28 26,7 26 25 24
WaWs×100%
Graphic Penetration of Vicat
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
24 25 26 26.7 28
G. PERHITUNGAN
Pada tabel di atas, data yang menunjukkan penitrasi sebesar 10 ml memiliki nilai
konsistensi seberar 25%, maka untuk menemukan jumlah air yang di butuhkan agar dapat
mencapai nilai konsistensi normal tersebut, dapat di hitung:
beratair
×100 %
Konsistensi Normal = beratsemen
Jumlah air = (konsistensi normal × berat semen)100
= (26 ×300)100
= 78 ml
Konsistensi 1 = 72300×100% = 24%
Konsistensi 2 = 75300×100% = 25%
Konsistensi 3 = 78300×100% = 26,7%
Konsistensi 4 = 72300×100% = 27%
Konsistensi 5 = 72300×100% = 28%
H. REFERENSI
Tabel: KONSISTENSI NORMAL SESUAI DENGAN ASTM C 187-86
Berat PC
Konsistensi Normal Semen
(gram)
500 0.35
300 0.30
250 0.25
200 0.20
150 0.15
100 0.10
50 0.05
10 0.04
5 0.03
2
0.02
1
0.01
I. REKOMENDASI
Dari pengujian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan:
1. Konsistensi normal yang diperoleh dari pengujian ini sebesar 26%.
2. Untuk mencapai nilai konsistensi normal tersebut, maka dibutuhkan semen seberat 300
gram dengan air sebanyak 78 ml.
Berdasarkan referensi yang ada menurut ASTM C 187-86 yang menyatakan bahwa untuk
semen sebesar 300 gram mempunyai nilai konsistensi normal sebesar 0,3. Melihat dari hasil
pengujian yang dilakukan didapat nilai konsistensi normalnya sebesar 0.26 dimana mendekati
angka 0.3 oleh karena itu semen yang diujikan sudah sesuai dari syarat yang ada. Namun ada
suatu masalah dimana angka penetrasi tidak berbanding lurus dengan berat air. Hal ini bisa saja
disebabkan karena kesalahan dalam praktik (human error).
J. GAMBAR
2.1.2 METODE PENGUJIAN WAKTU IKAT AWAL SEMEN PORTLAND DENGAN
MENGGUNAKAN ALAT VICAT UNTUK PEKERJAAN SIPIL(ASTM C191-01a/SNI 03-
6827-2002)
A. MAKSUD
Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan untuk melakukan pengujian waktu
ikat awal semen Portland untuk pekerjaan sipil.
B. TUJUAN
Tujuan metode ini adalah untuk mendapatkan waktu ikat awal saat semen kontak dengan
air dan waktu ketika jarum vicat tidak meninggalkan jejak pada permukaan pasta.
Ruang lingkup metode ini meliputi persyaratan pengujian, ketentuan-ketentuan, cara
pengujian serta laporan uji untuk semen Portland.
C. PENGERTIAN
Yang dimaksud dengan:
1. Waktu ikat awal adalah waktu yang diperlukan oleh pasta semen untuk mengubah sifatnya dari
kondisi cair menjadi padat atau menjadi kaku.
2. Waktu ikat akhir adalah waktu dimana penetrasi jarum vicat tidak terlihat secara visual.
Interval Waktu
NO. Penetrasi (mm)
(menit)
1 45 41
2 60 37
3 75 37
4 90 32
5 105 29
6 120 24
7 135 16
8 150 2
9 165 1
10 180 1
11 195 1
12 210 1
13 225 0
b. Sampel 2 : 75 ml
Interval Waktu
NO. Penetrasi (mm)
(menit)
1 45 40
2 60 37
3 75 36
4 90 33
5 105 32
6 120 28
7 135 22
8 150 16
9 165 11
10 180 6
11 195 3
12 210 1
13 225 1
14 240 0
c. Sampel 3 : 78 ml
Interval Waktu
NO. Penetrasi (mm)
(menit)
1 45 41
2 60 41
3 75 41
4 90 40
5 105 40
6 120 33
7 135 24
8 150 16
9 165 8
10 180 4
11 195 2
12 210 2
13 225 1
14 240 0
d. Sampel 4 : air 80 ml
Interval Waktu
NO. Penetrasi (mm)
(menit)
1 45 41
2 60 41
3 75 41
4 90 41
5 105 41
6 120 39
7 135 30
8 150 22
9 165 18
10 180 8
11 195 4
12 210 0
13 225 3
14 240 1
15 255 0
e. Sampel 5 : 82 ml
a. Grafik sampel 1
b. Grafik sampel 2
c. Grafik sampel 3
G. REFERENSI
Berdasarkan ASTM C 150 tentang syarat-syarat semen portland menyatakan bahwa
waktu setting dari pasta semen untuk test vicat adalah minimal 45 menit dan maksimal 375
menit.
H. KESIMPULAN
Pada benda uji 1, didapatkan waktu ikat akhir (penetrasi 0 mm) pada menit ke 225,
sedangkan pada benda uji 2 didapatkan waktu ikat akhir pada menit ke 225, sedangkan pada
benda uji 3 didapatkan waktu ikat akhir pada menit ke 240, sedangkan pada benda uji 4
didapatkan waktu ikat akhir pada menit ke 240, sedangkan pada benda uji 5 didapatkan waktu
ikat akhir pada menit ke 255. Maka waktu ikat rata-rata dari kedua benda uji tersebut adalah 237
menit, hal ini sesuai dengan persyaratn ASTM C 150 yang menyatakan bahwa waktu ikat
semen portland minimal adalah 45 menit dan maksimal adalah 375 menit.
I. GAMBAR
2.1.3 METODE PENGUJIAN BERAT JENIS SEMEN PORTLAND (ASTM C188 -95/SNI 15-
2531-1991)
A. MAKSUD
Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dan acuan untuk melakukan pengujian berat
jenis semen portland.
B. TUJUAN
Tujuan metode ini untuk mendapatkan nilai berat jenis semen portland yang digunakan
untuk pengendalian mutu semen.
C. PENGERTIAN
Yang dimaksud dengan :
1. Berat isi semen portland adalah perbandingan antara berat kering semen pada suhu kamar
dengan satuan isi;
2. Suhu kamar adalah suhu ruangan pada saat dilakukan pengujian;
3. Benda uji adalah sejumlah semen portland dengan berat dan isi tertentu yang dibuat dari contoh-
contoh semen portland;
4. Contoh semen Portland adalah sejumlah semen portland dengan berat dan isi tertentu yang
diambil secara acak dari tempat penyimpanan, serta dianggap mewakili sejumlah semen portland
yang akan digunakan untuk pekerjaan tertentu.
E. CARA PENGUJIAN
1. Menimbang semen sebanyak 250 gr.
2. Menimbang labu takar sebanyak 500 cc yang telah dibersihkan.
3. Memasukkan semen dengan menggunakan corong kedalam labu takar dan menimbang
beratnya (untuk kontrol).
4. Mengisi labu takar dengan minyak tanah hampir penuh dan labu takar diputar-putar agar
gelembung udaranya keluar.
5. Menambahkan minyak hingga batas kapasitas labu takar, kemudian menimbangnya.
6. Semen dan minyak tanah dikeluarkan dan labu takar dibersihkan dengan menggunakan
minyak tanah. Mengisi labu takar dengan menggunakan minyak tanah hingga batas kapasitas dan
ditimbang.
F. DATA HASIL PERCOBAAN
Tabel: PERCOBAAN I BERAT JENIS SEMEN
PERCOBAAN NOMOR 1 SATUAN
Berat semen(w1) 250 Gram
G. KESIMPULAN
Dari data hasil percobaan di atas maka dapat diketahui berat jenis semen adalah 3.0257 gr/cm3.
Hal ini sesuai dengan spesifikasi umum yang ada bahwa berat jenis semen lebih dari 3 gr/cm 3.
Jadi percobaan yang dilakukan berhasil, yaitu menunjukkan semen yang kami gunakan
memenuhi persyaratan. Hal ini sesuai dengan dengan ASTM C 128-01 bahwa tidak ada batasan
untuk berat jenis semen.
H. GAMBAR
B. TUJUAN
Tujuan percobaan adalah untuk memperoleh angka persentase dari kadar air yang
dikandung oleh pasir.
C. PENGERTIAN
Kadar air pasir adalah perbandingan berat air yang dikandung pasir pada kondisi asli
terhadap berat pasir pada kondisi kering oven.
E. CARA PENGUJIAN
1. Menimbang dan mencatat berat talam (W1)
2. Memasukkan benda uji ke dalam talam kemudian menimbang dan mencatat beratnya
(W2)
3. Menghitung berat benda uji (W3 = W2 - W1)
4. Mengeringkan benda uji beserta talam dalam oven dengan temperatur 110+5 derajat
Celcius.
5. Setelah kering,menimbang dan mencatat berat benda uji beserta talam (W4)
6. Menghitung berat benda uji kering (W5 = W4 – W1)
7. Kadar air agregat = (W3 – W5)/W5 x 100%
F. PERHITUNGAN
W 3−W 5
Kadar air agregat = ×100% ……………(1)
W5
= 2.86%
H. REFERENSI
Dari pengujian yang telah dilakukan, maka dapat di ambil kesimpulan kadar air agregat
halus tersebut adalah 2.86 % sehingga tidak memenuhi syarat dari ASTM C 556-97 (2%) karena
agregat halus kadar air asli terkena air hujan sesaat sebelum praktikan melakukan praktikum.
Nilai kadar air tersebut digunakan dalam mencari perbandingan banyaknya pasir dari kondisi ssd
ke dalam kondisi asli.
I. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan didapatkan kadar air agregat halus sebesar 2.86% sehingga data
yang kami tidak memenuhi dari standar ASTM
J. GAMBAR
2.2.2 METODE PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR AGREGAT
HALUS (ASTM C128-01/SNI 03 1970-1990)
A. MAKSUD
Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian untuk menentukan berat
jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh, berat jenis semu, dan angka penyerapan
daripada pasir.
B. TUJUAN
Tujuan percobaan adalah untuk mendapatkan angka untuk berat jenis curah, berat jenis
permukaan jenuh, berat jenis semu, dan penyerapan air pada pasir.
C. PENGERTIAN
Yang dimaksud dengan:
1. Berat jenis curah adalah perbandingan antara berat pasir kering dan berat air suling
yang isinya sama dengan isi pasirdalam keadaan jenuh pada suhu 25ºC.
2. Berat jenuh kering permukaan adalah perbandingan antara berat pasir kering
permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi pasir dalam keadaan jenuh
pada suhu 25ºC.
3. Berat jenis semu adalah perbandingan antara berat pasir kering dan berat air suling
yang isinya sama dengan isi pasir dalam keadaan kering pada suhu 25ºC.
4. Penyerapan adalah perbandingan air yang dapat diserap pori terhadap berat pasir
kering yang dinyatakan dalam persen. Digunakan untuk menghitung perubahan massa dari pasir.
E. CARA PENGUJIAN
1. Penyiapan untuk kondisi pasir SSD
2. Menyaringpasir hingga airnya tidak ada.
3. Mengeringkan dengan hair dryer atau kipas angin sambil dibolak-balik dengan sendok untuk
mencari kondisi SSD
4. Menempatkan kerucut SSD pada bidang datar yang tidak mengisap air, tahan jangan sampai
goyang.
5. Mengisi kerucut SSD 1/3 tingginya dan rojok 8 kali, isi lagi 1/3 tinggi dan rojok 8 kali, isi lagi
1/3 tinggi dan rojok 9 kali. Dirojok tiap bagian masing-masing.
6. Meratakan permukaannya dan mengangkat kerucutnya, bila pasir masih berbentuk kerucut maka
pasir belum SSD. Keringkan lagi dan ulangi lagi pengisian dengan prosedur sebelumnya, bila
kerucut diangkat dan pasir gugur tetapi berpuncak maka pasir sudah dalam keadaan SSD dan
siap untuk digunakan dalam percobaan.
7. Menimbang labu takar 1000 cc
8. Menimbang pasir kondisi SSD sebanyak 500 gram, dan memasukkan pasir ke dalam labu takar
dan menimbangnya.
9. Mengisi labu takar yang berisi pasir dengan air bersih hingga penuh .
10. Memegang labu takar yang sudah terisi air dan pasir dengan posisi miring, memutar kiri dan
kanan hingga gelembung-gelembung udara dalam pasir keluar.
11. Sesudah gelembung-gelembung keluar menambahkan air ke dalam labu takar dengan air sampai
dengan batas kapasitas dan timbang.
F. PERHITUNGAN
Dalam metode ini dilakukan perhitungan sebagai berikut:
Bk
Berat jenis curah = ... (1)
(B+500−Bt )
Bk
Berat jenis jenuh kering permukaan = ... (2)
(B+500−Bt )
Bk
Berat jenis semu = ... (3)
(B+ Bk−Bt )
(500−Bk )
Penyerapan = x 100 % ... (4)
Bk
Keterangan:
Bk = berat benda uji kering oven, dalam gram
B = berat piknometer berisi air, dalam gram
Bt = berat piknometer berisi benda uji dan air, dalam gram
500 = berat benda uji dalam keadaan kering permukaan jenuh, dalam gram
URAIAN A Satuan
Berat benda uji kering permukaan jenuh (SSD) 500 gram
_________________ 500
Berat benda uji kering oven______Bk 487,3 gram
Berat piknometer diisi air (250C)___B 1250 gram
Berat piknometer + benda uji (SSD)+Air (250C) 1565 gram
_________________ Bt
A Satuan
Bk 2,634 t/m3
Berat jenis (Bulk)
(B+500−Bt )
500 2,7 t/m3
Berat jenis kering permukaan jenuh
(B+500−Bt )
Bk 2,83 t/m3
Berat jenis semu
(B+ Bk−Bt )
(500−Bk ) 2,6 %
Penyerapan x 100 %
Bk
H. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan, didapatkan bahwa:
- Berat jenis (BULK) 2,634 t/m3
- Berat jenis kering permukaan jenuh 2,7 t/m3
- Berat jenis semu 2,83 t/m3
- Penyerapan 2,6%
I. GAMBAR
2.2.3 METODE PENGUJIAN BOBOT ISI DAN RONGGA UDARA DALAM AGREGAT
(ASTM C29/29M-97/SNI 03-4804-1998)
A. MAKSUD
Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam melakukan pengujian untuk
menentukan berat volume pasir.
B. TUJUAN
Menentukan berat volume pasir baik dalam keadaan lepas, dengan rojokan maupun
dengan ketukan.
C. PENGERTIAN
Yang dimaksud dengan berat volume pasir adalah massa suatu pasir tiap satuan volume.
E. CARA PENGUJIAN
Pengujian berat isi dan rongga udara dalam pasir dilakukan sebagai berikut :
1. Kondisi Padat
Kondisi padat dapat dilakukan dengan cara rojok dan cara ketuk :
a. Cara rojok
1. Mengisi penakar sepertiga dari volume penuh dan meratakan dengan batang perata;
2. Merojok lapisan pasir dengan 25 kali rojokan batang perojok;
3. Mengisi lagi sampai volume menjadi dua per tiga penuh kemudian meratakan dan merojok
seperti diatas;
4. Mengisi penakar sampai berlebih dan merojok lagi;
5. Meratakan permukaan pasir dengan batang perata;
6. Menentukan berat penakar dan isinya dan berat penakar itu sendiri;
7. Mencatat beratnya sampai ketelitian 0,05 kg;
8. Menghitung berat isi pasir.
9. Menghitung kadar rongga udara.
b. Cara ketuk
1. Mengisi penakar sepertiga dari volume penuh dan meratakan dengan batang perata;
2. Memadatkan untuk setiap lapisan dengan cara mengetuk – ngetukkan alas penakar secara
bergantian sebanyak 50 kali;
3. Mengisi lagi sampai volume menjadi dua per tiga penuh kemudian memadatkan seperti diatas;
4. Mengisi penakar sampai berlebih dan memadatkan lagi;
5. Meratakan permukaan pasir dengan batang perata;
6. Menentukan berat penakar dan isinya dan berat penakar itu sendiri;
7. Mencatat beratnya sampai ketelitian 0,05 kg.
2. Kondisi Gembur
1. Mengisi penakar sampai berlebih dan hindarkan terjadinya pemisahan dari butir pasir;
2. Meratakan permukaan dengan batang perata;
3. Menentukan berat penakar dan isi serta berat penakar itu sendiri;
4. Mencatat beratnya sampai ketelitian 0,5 kg.
F. PERHITUNGAN
Berat isi
Berat isi sebagai berikut :
1. Agregat dalam keadaan kering oven dihitung menurut rumus berikut:
(G−T )
M= atau M = (G-T)×F
V
Keterangan :
M = Berat isi agregat dalamkondisi kering oven, (kg/m)
G = Berat agregat dan penakar (kg)
T = berat penakar (kg)
V= Volume penakar, dalam m3
F = Faktor penakar (m3)
2. Agregat dalam keadaan kering permukaan dihitung menurut rumus berikut:
MSSD = M[1+(A/100)]…………………………….. (2)
Keterangan :
MSSD = berat isi agregatd dalam kondisi kering dalam (kg/m3)
M = berat ini dalam kondisi kering oven dalam (kg/m3)
A = Absorpsi dalam %
H. REFERENSI
METODE BERAT PASIR
Dengan Rojokan 5180 gram
Dengan Ketukan 4930 gram
Dengan Gembur 4710 gram
Menurut ASTM C 29, hasil dari tiga tes yang dilakukan dalam laboratorium yang sama
pada bahan yang sama tidak boleh berbeda dari 0,04 g/ml
I. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, didapat bahwa volume pasir dengan metode
rojokan 1718,42 gram/ml , dengan metode ketukan 163,48 gram/ml, dengan metode gembur
1562,5 gram/ml
J. GAMBAR
B. TUJUAN
Penentuan kadar zat organik di dalam agregat yang digunakan di dalam adukan beton.
Tujuan metode ini adalah untuk memperoleh standar warna terhadap larutan benda uji.
Percobaan ini dilakukan karena bahan organik mempunyai kelemahan, yaitu:
1. Mudah menyerap air
2. Tidak mempunyai kekuatan menempel yang baik.
3. Gaya tekannya jelek.
C. PENGERTIAN
Yang dimaksud dengan kotoran organik adalah bahan-bahan organik yang terdapat di
dalam pasir dan menimbulkan efek yang merugikan terhadap mutu mortar artau beton
E. CARA PENGUJIAN
1. Mengisi botol bening dengan pasir sampai mencapai garis skala ± 130 ml.
2. Menambahkan larutan NaOH 3% sampai 200 ml dan tutup rapat, kemudian kocok
botol selama ± 10 menit.
3. Mendiamkan selama 24 jam.
4. Selanjutnya mengamati warna cairan di atas permukaan pasir yang ada dalam
botol, membandingkan warnanya.
5. Jika warna cairan dalam botol yang berisi pasir lebih tua (coklat) dari
pembanding, berarti dalam pasir berkadar zat organik yang terlalu tinggi. Sebaliknya, jika warna
cairan bening (kuning muda) berarti pasir berkadar zat organik rendah.
G. REFERENSI
WARNA KETERANGAN
Kuning Pekat Mengandung banyak organik
Kuning Sedang
Bening Kurang Organik
H. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan didapatkan warna kuning pekat sehingga pasir yang di uji
kandungan organiknya banyak.
I. GAMBAR
2.2.5 METODE PENGUJIAN JUMLAH BAHAN DALAM AGREGAT YANG LOLOS
SARINGAN NO. 200 (0,075 mm) (ASTM C117-95/SNI 03-4142-1996)
A. MAKSUD
Metode pengujian jumlah bahan dalam agregat yang lolos saringan nomor 200 ( 0,075
mm) dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pelaksanaan pengujian untuk
menentukan jumlah bahan dalam agregat yang lolos saringan nomor 200 ( 0,075 mm) dengan
cara pencucian
B. TUJUAN
Tujuan metode ini adalah untuk memperoleh persentase jumla bahan dalam agregat yang
lolos saringan Nomor 200 (0,075 mm). Sehingga berguna bagi perencana dan pelaksanan
pembangunan jalan.
C. PENGERTIAN
Yang dimaksud dengan:
- Jumlah bahan dalam agregat yang lolos saringan no. 200 atau 0,075 mm adalah banyaknya bahan
yang lolos saringan no. 200 (0,075 mm) sesudah agregat dicuci sampai air cucian sampai
menjadi jernih
- Bahan pembersih adalah suatu bahan pembersih seperti deterjen, atau sabun yang digunakan
untuk mempermudah pemisahan bahan halus yang melekat pada agregat
- Suspensi adalah bahan halus lolos saringan no. 200 (0,075 mm) yang melayang di dalam larutan
air pencuci
E. CARA PENGUJIAN
1. Timbang wadah tanpa benda uji
2. Timbang benda uji dan masukkan ke dalam wadah
3. Masukkan air pencuci yang suda berisi sejumlah bahan pembersih ke dalam wadah, sehingga
benda uji terendam.
4. Aduk benda uji dalam wadah sehingga menghasilkan pemisahan yang sempurna antara butir –
butir kasar dan bahan halus yang lolos saringan Nomor 200 (0,075 mm). Usahakan bahan halus
tersebut menjadi melayang di dalam larutan air pencuci sehingga mempermudah
memisahkannya.
5. Tuangkan air penuci dengan segera di atas saringan nomor 16 (1,18 mm) yang dibawahnya
dipasang saringan nomor 200 (0,075mm) pada waktu menuangkan air pencuci harus hati hati
supaya bahan yang kasar tidak ikut tertuang.
6. Ulangi Pekerjaan butir (3), (4), (5) agar terlihat jernih
7. Kembalikan semua benda uji yang tertahan saringan Nomor 16 (1,18mm) dan Nomor 200
(0,075mm) ke dalam wadah lalu keringkan dalam oven dengan suhu (110+5) celcius. Sampai
mencapai berat tetap, dan timbang sampai ketelitian maksimum 0,1% dari berat contoh
8. Hitung persen bahan yang lolos saringan Nomor 200 (0,075mm) dengan rumus rumus
perhitungan seperti yang diurakain pada bab III, butir 3,4.
F. PERHITUNGAN
Rumus – rumus yang digunakan dalam perhitungan adalah sebagai berikut:
1. Berat kering benda uji awal
W3 = W1 . W2 ............................................................................................(1)
2. Berat kering benda uji sesudah pencucian
W5 = W4 . W2 ............................................................................................(2)
3. Bahan lolos saringan Nomor 200 (0.075 mm)
W 3. W 5
W6 = x 100% ................................................................................(3)
W3
Keterangan :
W1 = berat kering benda uji + wadah (gram)
W2 = Berat wadah (gram)
W3 = Berat kering benda uji awal (gram)
W4 = Berat kering benda uji sesudah pencucian + wadah (gram)
W5 = Berat kering benda uji sesudah pencucian (gram)
W6 = Berat bahan lolos saringan Nomor 200 (0.075 mm)
G. DATA HASIL PERCOBAAN
HASIL I = 97 %
HASIL II = 99,08%
98,04
I + II
RATA-RATA = %
2
H. KESIMPULAN
Dari data percobaan, didapatkan bahwa persentase bahan lolos saringan no. 200 (0,075
mm) adalah 97%
I. GAMBAR
2.3 PENYELIDIKAN AGREGAT KASAR
PENDAHULUAN
Agregat adalah sekumpulan butir- butir batu pecah, kerikil, pasir, atau mineral lainnya
baik berupa hasil alam maupun buatan. Agregat merupakan komponen utama dari struktur
perkerasan, yaitu 90% – 95% agregat berdasarkan persentase berat, atau 75 –85% agregat
berdasarkan persentase volume. Dengan demikian kualitas ditentukan juga dari sifat agregat dan
hasil campuran agregat dengan material lain.
Agregat kasar dapat berupa kerikil hasil desintergrasi alami dari batuan-batuan atau
berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan besar butir lebih dari 5 mm.
2.3.1 METODE PENGUJIAN KADAR AIR AGREGAT KASAR (ASTM C556-97/SNI 03-
1971-1990)
A. MAKSUD
Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian untuk menentukan kadar air agregat
B. TUJUAN
Untuk mengetahui atau menentukan angka presentase dari kadar air yang dikandung oleh
agregat.
C. PENGERTIAN
Kadar air agregat adalah besarnya perbandingan antara berat air yang diagregat dengan
agregat dalam keadaan kering, dinyatakan dalam persen
kandung
D. ALAT DAN BAHAN
Alat:
1. Timbangan analisa 2600 gr, dengan ketelitian 0,1 % berat contoh;
2. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110±5)ºC;
3. Panlogam tahan karat berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan benda uji.
Bahan:
1. Batu pecah dalam kondisi asli.
E. CARA KERJA
1. Timbang dan catatlah berat talam (W1);
2. Masukkan benda uji ke dalam talam kemudian timbang dan catat beratnya (W2);
3. Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 – W1);
4. Keringkan benda uji beserta dalam oven dengan suhu (110±5)ºC sampai beratnya
tetap;
5. Keluarkan batu pecah dari oven, catat berat benda uji beserta talam (W4);
6. Hitunglah berat benda uji kering (W5 = W4 – W1)
F. PERHITUNGAN
W3 W 5
X 100%
Kadar air agregat adalah = W 5 ……….. (1)
Keterangan:
W3 : berat benda uji mula – mula ( gram )
W5 : berat benda uji kering ( gram )
H. KESIMPULAN
Hasil pengujian kadar air pertama dan kedua didapatkan rata-rata kadar air sebesar 0,745%.
Kadar air percobaan memenuhi syarat ASTM C 128-97
I. GAMBAR
2.3.2 METODE PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR AGREGAT
KASAR (ASTM C556-97/SNI 03-1971-1990)
A. MAKSUD
Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian untuk menentukan berat
jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh, berat jenis semu dari agregat kasar, serta angka
penyerapan dari agregat kasar.
B. TUJUAN
Tujuan pengujian ini untuk memperoleh angka berat jenis curah, berat jenis kering
permukaan jenis dan berat jenis semu besarnya angka penyerapan.
C. PENGERTIAN
Yang dimaksud dengan:
1. Berat jenis curah ialah perbandingan antara berat agregat
kering dan berat air saling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenus pada suhu
25oC;
2. Berat jenis kering permukaan jenuh yaitu perbandingan antara
berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat
dalam keadaan jenuh pada suhu 25oC;
3. Berat jenis semu ialah perbandingan antara berat agregat kering
dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keaadan kering pada suhu 25oC;
4. Penyerapan ialah perbandingan antara berat air yang dapat
diserap quarry terhadap berat agregat kering, dinyataan dalam persen.
E. CARA PENGUJIAN
1. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan- bahan lain yang melekat pada permukaan.
2. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu 110±5 ° Celcius sampai berat tetap. Sebagai catatan
bila penyerpan dan harga berat jenis digunakan dalam pekerjaan beton dimana agregatnya
digunakan pada keadaan kadar air aslinya, maka tidak perlu dilakukan pengeringan dengan oven.
3. Dinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1-3 jam, kemudian timbang dengan ketelitian 0,5
gram (Bk).
4. Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama 24±4 jam
5. Keluarkan benda uji dari air, lap dengan kain penyerap sampai selaput air pada permukaan
hilang, untuk butiran yang besar pengeringan halus satu persatu
6. Timbang benda uji kering-permukaan jenuh (Bj)
7. Letakkan benda uji didalam keranjang, goncangkan batunya untuk mengeluarkan udara yang
tersekap dan tentukan beratnya didalam air (Ba), dan ukur suhu air untuk penyesuaian
perhitungan kepada suhu standar (25°C)
8. Banyak jenis bahan campuran yang mempunyai bagian butir – butir berat dan ringan. Bahan
semacam ini memberikan harga – harga berat jenis yang tidak tetap walaupun pemeriksaan
dilakukan dengan sangat hati – hati, dalam hal ini beberapa pemeriksaan ulangan diperlukan
untuk mendapatkan harga rata – rata yang memuaskan.
G. KESIMPULAN
Hasil pengujian berat jenis batu pecah pertama dan kedua didapatkan rata-rata berat jenis sebesar
2,69 t/m3. Berat jenis percobaan memenuhi syarat ASTM C 128-01 / SNI 03-1970-1990.
H. GAMBAR
B. PENGERTIAN
Yang dimaksud dengan:
1. Berat isi agregat adalah berat agregat persatuan isi;
2. Berat adalah gaya gravitasi yang mendesak agregat;
3. Agregat adalah material granular misalnya pasir, batu pecah dan kerak tunggku besi, yang
dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu beton semen
hidrolik atau adukan;
4. Agregat kasar adalah kerikil sebagai desintegrasi alami dari batu atau berupa batu pecah yang
diperoleh dari industry pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 5 mm – 40 mm;
5. Agregat halus adalah pasir alam sebagai desintegrasi secara alami dari batu atau pasir yang
dihasilkan oleh industry pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 5mm;
6. Rongga udara dalam satuan volume agregat adalah ruang diantara butirbutir agregat yang tidak
diisi oleh partikel yang padat
E. PERHITUNGAN
o Berat isi
Berat isi sebagai berikut:
1. Agregat dalam keadaan kering oven dihitung menurut rumus berikut:
G−V
M= atau M = (G-V) x F
V
Keterangan:
M = berat isi agregat dalam kondisi kering oven, dalam kg/m3 ;
G = berat agregat dan penakar, dalam kg;
T = berat penakar, dalam kg;
V = volueme penakar, dalam m3;
F = factor penakar dalam m−3
2. Agregat dalam keadaan kering permukaan dihitung menutut rumus berikut:
MSSD = M [ 1 + ( A/100 ) ]
Keterangan.
MSSD = Berat isi agregat dalam kondisi kering permukaan dalam kg/m3 ;
M = berat isi dalam kondisi kering oven dalam kg/m3 ;
A = Absorpsi dalam %
o Kadar Rongga Udara Kadar rongga udara dalam agregat dihitung menurut rumus berikut:
( ( s x w )−M )
Ronggaudara x 100 %
(s x w)
Keterangan:
M = berat isi agregat dalam kondisi kering oven dalam kg/m3 ;
S = berat jenis agregat dalam kering oven dihitung menurut SNI 1969-1990-F dan SNI 1970-1990-F
w = kerapatan air 998 kg/m3 .
G. KESIMPULAN
Hasil percobaan berat volume batu pecah didapatkan rata-rata sebesar 1,503 gr/cm3 . berat
volume memenuhi syarat ASTM C29/29M-97.
H. GAMBAR
B. TUJUAN
Tujuan metode ini adalah untuk memperoleh persentase jumlah bahan dalam agregat
yang lolos saringan Nomor 200 (0,075 mm), sehingga berguna bagi perencana dan pelaksana
pembangunan jalan.
C. PENGERTIAN
Yang dimaksud dengan:
- Jumlah bahan dalam agregat yang lolos saringan Nomor 200 (0,075 mm) adalah banyaknya
bahan yang lolos saringan Nomor 200 (0,075 mm) sesudah agregat dicuci sampai air cucian
menjadi jernih;
- Bahan pembersih adalah suatu bahan pembersih seperti detergent, atau sabun yang digunakan
untuk mempermudah pemisahan bahan halus yang melekat pada agregat;
- Suspensi adalah bahan halus lolos saringan Nomor 200 (0,075 mm), yang melayang di dalam
larutan air pencuci.
E. CARA PENGUJIAN
1. Timbang wadah tanpa benda uji;
2. Timbang benda uji dan masukkan ke dalam wadah;
3. Masukkan air pencuci yang sudah berisi sejumlah bahan pembersih ke dalam wadah, sehingga
benda uji terendam;
4. Aduk benda uji dalam wadah sehingga menghasilkan pemisahan yang sempurna antara butir-
butir kasar dan bahan halus yang lolos saringan Nomor 200 (0,075 mm). Usahakan bahan halus
tersebut menjadi melayang di dalam larutan air pencuci sehingga mempermudah
memisahkannya;
5. Tuangkan air pencuci dengan segera di atas saringan Nomor 16 (1,18 mm) yang di bawahnya
dipasang saringan Nomor 200 (0,075 mm) pada waktu menuangkan air pencuci harus hati-hati
supata bahan yang kasar tidak ikut tertuang;
6. Ulangi pekerjaan butir (3), (4) dan (5) sehingga tuangkan air pencuci terlihat jernih;
7. Kembalikan semua benda Uji yang tertahan saringan Nomor 16 (1,18 mm) dan Nomor 200
(0,075 mm) ke dalam wadah lalu keringkan dalam oven dengan suhu (110 5) C sampai mencapai
berat tetap dan timbang sampai ketelitian maksimum 0,1% dari berat contoh;
8. Hitung persen bahan yang lolos saringan Nomor 200 (0,075 mm) dengan rumus-rumus
perhitungan seperti yang diuraikan pada butir H
F. PERHITUNGAN
` Rumus-rumus yang digunakan dalam perhitungan adalah sebagai berikut :
1. berat kering benda uji awal
W3 = W1 - W2………………………..(1
2. berat kering benda uji sesudah pencucian
W5 = W4 - W2………………………..(2)
3. bahan lolos saringan Nomor 200 (0,075 mm)
W 3−W 5
W6 = x 100 % ......................(3)
W3
Keterangan
W1 = berat kering benda uji + wadah (gram)
W2 = berat wadah (gram)
W3 = berat kering benda uji awal (gram)
W4 = berat kering benda uji sesudah pencucian + wadah (gram)
W5 = berat kering benda uji sesudah pencucian (gram)
W6 = bahan lolos saringan Nomor 200 (0,075 mm)
H. KESIMPULAN
Hasil percobaan kadar lumpur batu pecah didapatkan rata-rata sebesar 2,575 %.
I. GAMBAR
2.3.5 METODE PENGUJIAN KEAUSAN AGREGAT DENGAN MESIN ABRASI LOS
ANGELES (ASTM C131-03/SNI 03-2417-1991)
A. MAKSUD
Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan untuk menentukan ketahanan agregat kasar
terhadap keausan dengan mempergunakan mesin Abrasi Los Angles
B. TUJUAN
Pengujian ini untuk mengetahui angka keausan tersebut, yang dinyatakan dengan
perbandingan antara berat bahan aus lolos saringan no. 12 (1,7mm) terhadap berat semula, dalam
persen.
E. PERHITUNGAN
a−b
Keausan = x 100 %
a
G. KESIMPULAN
Hasil percobaan keausan batu pecah didapatkan sebesar 20,5 %. Tingkat keausan batu
pecah memenuhi syarat SNI 03-2417-1991.
H. GAMBAR
BAB III CAMPURAN AGREGAT
B. TUJUAN
Tujuan metode ini adalah untuk memperoleh distribusi besaran atau jumlah persentase
butiran batu pecah.
C. PENGERTIAN
Yang dimaksud dengan gradasi adalah hasil dari ayakan pasir yang kemudian diplot ke
dalam grafik.
E. CARA PENGUJIAN
1. Menimbang batu pecah sebanyak 5 kg;
2. Memasukkan batu pecah ke dalam saringan yang telah disusun dari saringan yang
paling besar (di atas) sampai saringan yang paling kecil (paling kecil), kemudian diguncang-
guncang selama kurang lebih 10 menit;
3. Menimbang batu pecah yang tertinggal pada masing–masing saringan;
4. Mengontrol berat total = 5 kg;
5. Menggambar hasil prosentase saringan pada grafik.
F. REFERENSI
ZONA KETERANGAN
1 Lebih Kasar
2 Sedang, Proporsional (komposisi seimbang)
3 Halus
4 Sangat Halus (rapuh)
G. KESIMPULAN
Berdasarkan grafik lengkungan ayakan pasir, gradasi pasir dalam percobaan masuk
dalam grading zona 2. Dimana dalam zona tersebut merupakan zona yang paling baik karena
kompisisi agregat halus dan kasar seimbang.
H. GAMBAR
3.2 PERCOBAAN ANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR (ASTM C 136 –01/SNI
03-1968-1990)
a. MAKSUD
Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam melakukan pengujian untuk
menentukan pembagian butir(gradasi) batu pecah dengan menggunakan saringan.
b. TUJUAN
Tujuan metode ini adalah untuk memperoleh distribusi besaran atau jumlah persentase
butiran batu pecah.
c. PENGERTIAN
Yang dimaksud dengan gradasi adalah hasil dari ayakan pasir yang kemudian diplot ke
dalam grafik.
e. CARA PENGUJIAN
1. Menimbang batu pecah sebanyak 5 kg;
2. Memasukkan batu pecah ke dalam saringan yang telah disusun dari saringan yang paling
besar (di atas) sampai saringan yang paling kecil (paling kecil), kemudian diguncang-
guncang selama kurang lebih 10 menit;
3. Menimbang batu pecah yang tertinggal pada masing–masing saringan;
4. Mengontrol berat total = 5 kg;
5. Menggambar hasil prosentase saringan pada grafik.
f. DATA HASIL PERCOBAAN
Saringan Tinggal pada Saringan % komulatif
Nomor Mm Gram % Tertahan
4 4,76 12,5 1,915 98,08
8 2,38 38,9 5,962 92,12
16 1,19 80 12,261 79,861
30 0,59 161,5 24,752 55,11
50 0,297 152,9 23,434 31,66
100 0,149 164,1 25,150 6,523
Pan 0,00 42,56 6,523 -
236,6275 100 2,366275
Jumlah
Fm pasir = 2.366
g. KESIMPULAN
Berdasarkan data, bisa disimpulkan bahwa ayakan no 4 dengan lubang sebesar 4,76 mm pasir
yang tertinggal pada saringan 12,5 sekitar 1,915 %. Semakin kecil lubang pada saringan,
semakin sedikit pasir yang teringgal dikarenakan pasir yang lebih halus jatuh ke bawah.
h. GAMBAR
BAB IV PERENCANAAN MIX DESIGN
4.1 DESKRIPSI
A. MAKSUD
Perencanaan campuran beton ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan untuk
melakukan pembuatan beton.
B. TUJUAN
Tujuan metode ini adalah untuk memperoleh mutu beton sesuai dengan rencana tanpa
menggunakan bahan tambah.
C. RUANG LINGKUP
Perencanaan campuran mutu beton dilaksanakan dengan menggunakan SNI 03-2847-2013
sebagai pegangan serta acuan persyaratan umum dan persyaratan teknis.
4.2.3 BAHAN
1. Air
Air yang digunakan dalam campuran beton harus bersih dan bebas dari bahan-bahan
merusak seperti bahan organic dan bahan–bahan lainnya yang dapat merugikan terhadap beton
atau tulangan. Air yang digunakan pada campuran beton harus memenuhi ASTM C1602M.
2. Semen
Semen Portland yang digunakan harus memenuhi ASTM C150M.
3. Agregat Halus
4. Agregat Kasar
Agregat harus memenuhi syarat–syarat yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya tentang
pengujian bahan agregat.
Dimana persamaan (1) digunakan jika terdapat data 30 contoh pengujian dalam kurun waktu
maksimal 45 hari kalender. Sedangkan persamaan (2) digunakan jika hanya terdapat 15–29
contoh pengujian dalam kurun waktu maksimal 45 hari kalender. Apabila hanya terdapat kurang
dari 15 data contoh pengujian dalam kurun waktu 45 hari kalender maka menggunakan table
berikut :
Tabel 5.3.2.2 SNI 2847 2013
Kekuatan tekan rata-rata yang hendak dicapai jika data standar deviasi tidak tersedia untuk
menetapkan nilai tambah kuat tekan benda uji
Kekuatan tekan disyaratkan Kekuatan tekan rata-rata yang hendak dicapai
(MPa) (MPa)
f’c < 21 f’cr = f’c + 7.0
21 ≤ f’c ≤ 35 f’cr = f’c + 8.3
f’c > 35 f’cr = 1.10f’c + 5.0
Mix Design
Tabel/Grafik
No Uraian Nilai
Perhitungan
Kuat Tekan 25 N/mm2 pada 28 hari.
1 Ditetapkan
Karakteristik (f’c) Bagian cacat 10%
2 Standar Deviasi Diketahui atau SNI 7 Mpa
Nilai Tambah 1.34 * 5 = 6.7 Mpa
3
(Margin) 1.35 (k=1.34)
Kekuatan Rata-Rata 25 N/mm2 + 6.7 N/mm
4
yang Hendak Dicapai = 31.7 N/mm2
Semen Gresik (semen
5 Jenis Semen Ditetapan
tipe II)
Jenis Agregat :
6 -Kasar Batu pecah alami
-Halus Pasir alami
Faktor Air Semen Tabel 5.2 dan Grafik
7 0.56
bebas 5.2
Faktor Air Semen
8 Ditetapkan atau SNI
Maksimum
9 Slump Ditetapkan atau SNI 60-180 mm
Ukuran Agregat
10 Ditetapkan atau SNI 40 mm
Maksimum
11 Kadar Air Bebas Tabel 2 dan tabel 3 185 kg/m3
185 kg/m3 : 0.56
12 Jumlah Semen 11 : 7 atau 11 : 8
= 330.36kg/m3
Kadar Semen
13 Ditetapkan atau SNI -
Minimum
Kadar Semen
14 Ditetapkan atau SNI -
Maksimum
Faktor Air Semen
15 - -
yang Disesuaikan
Susunan Besar Butir Daerah (Zone)
16 Ditetapkan
Agregat Halus Susunan Butir 2
Ditetapkan
Persentase Bahan
17 Analisacampuran 43%
Lebih Halus dari 4,7
agregat
Berat Jenis Agregat
18 Diketahui 2.7kg/m
(Kering Permukaan)
Grafik 2
19 Berat Jenis Beton 2440 kg/m3
SNI 03-2834-2013
Kadar Agregat (2440-515.36) kg/m3
20 19 – 11 – 12
Gabungan = 1924.64 kg/m3
1924.36kg/m3*0.43
21 Kadar Agregat Halus 20 x 17
= 827.6 kg/m3
(1924.64-827.6) kg/m3
22 Kadar Agregat Kasar
= 1097.04 kg/m3
Ag
Air
Banyaknya Bahan Semen (kg) Ag Halus (kg) Kasar
(kg)
(kg)
3
Tiap m dengan 1097.0
330.36 185 827.6
ketelitian 5 kg 4
Tiap campuran uji 60.337
18.16 10.18 45.516
0.0055 cm3 2
C. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Siapkan semua bahan yang dibutuhkan sesuai dengan hasil perbandingan campuran beton
dalam keadaan asli.
2. Mollen diisi air secukupnya (sekedar membasahi molen tersebut).
3. Masukkan batu pecah dan ¾ bagian dari air, setelah semua batu pecah terbasahi dengan
rata lalu masukkan semen disusul pasir.
4. Masukkan air sisanya tadi dan aduk sampai rata (mollen diputar).
5. Setelah campuran beton homogen (5 menit) campuran tersebut dapat dikeluarkan dari
molen dan ditempatkan di bak.
D. PENCAMPURAN BETON
Kebutuhan bahan untuk membuat 30 benda uji Φ 10 cm dan tinggi 20 cm = 0.0471 m³
Maka banyaknya bahan yang diperlukan dalam kondisi asli :
1. PC = 330.36 * 0.047 = 17.527 kg
2. Air = 185 * 0.047 = 8.67 kg
3. Pasir = 827.6 * 0.047 = 38.90 kg
4. Batu pecah = 1097.04 * 0.047 = 51.560 kg
Setelah bahan-bahan yang dibutuhkan ditimbang berdasarkan komposisi diatas, segera
masukkan ke dalam molen. Langkah–langkah bahan yang dimasukkan molen :
1. Batu pecah + ¾ bagian air.
2. Semen + Pasir.
3. Sisa ¼ air.
B. PENGERTIAN
Slump beton ialah besaran kekentalan (viscocity)/plastisitas dan kohesifdari beton segar.
C. ALAT
Untuk melaksanakan pengujian slump beton diperlukan peralatan sebagai berikut:
a. Cetakan dari logam tebal minimal 1,2 mm berupa kerucut terpancang (cone) dengan diameter
bagian bawah 203 mm,bagian atas 102 mm,dan tinggi 305 mm;bagian bawah dan atas cetakan
terbuka.
b. Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm,panjang 600 mm,ujung dibulatkan dibuat dari baja
yang bersih dan bebas dari karat.
c. Pelat logam dengan permukaan yang kokoh,rata, dan kedap air.
d. Sendok cengkung menyerap air.
e. Mistar ukur.
D. BENDA UJI
Pengambilan benda uji harus dari contoh beton segar yang mewakili campuran beton.
E. CARA PENGUJIAN
Untuk melaksanakan pengujian slump beton,harus diikuti beberapa tahapan sebagai berikut:
a. Basahilah cetakan dan pelat dengan air basah.
b. Letakkan cetakan diatas pelat dengan kokoh.
c. Isilah cetakan sampai penuh dengan beton segar dalam 3 lapis, tiap lapis berisikira-kira 1/3 isi
catakan, setiap lapis dirojok dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali secara merata,tongkat
harus masuk sampai lapisan bagian bawah tiap-tiap lapisan,pada lapisan pertama perojokan
bagian tepi tongkat dimiringkan sesuai dengan kemiringan cetakan.
d. Segera setelah selesai perojokan ratakan permukaan benda uji dengan tongkat dan semua sisi
benda uji yang jatuh disekitar cetakan harus disingkirkan, kemudian cetakan diangkat perlahan-
lahan tegak lurus keatas,seluruh pengujian mulai dari pengisian sampai cetakan diangkat harus
selesai dalam jangka waktu 2,5 menit.
e. Balikkan cetakan dan letakan perlahan-lahan diasamping benda uji ukurlah slump yang terjadi
dengan menentukan perbedaan tinggi cetakan dengan tinggi rata-rata benda uji.
F. PENGUKURAN SLUMP
Pengukuran slump harus dilakukan dengan cara mengukur tegak lurus antara tepi atas cetakan
dengan tinggi rata-rata benda uji.
G. PERHITUNGAN
Dari percobaan yang dilakukan di dapatkan hasil uji slump yaitu 60mm
H. KESIMPULAN
Dari Perhitungan didapatkan harga slump yang terjadi sebesar 60 mm
I. GAMBAR
5.3 PERCOBAAN MENCETAK SILINDER BETON
A. TUJUAN
Membuat silinder benda uji dengan ukuran diameter 10 cm tinggi 20 cm .
C. CARA PENGUJIAN
1. Siapkan cetakan benda uji.
2. Eratkan baut-bautnya dan lapisi dengan sedikit oli sampai merata.
3. Isi silinder 1/3 bagian dengan spesi beton kemudian rojok 25 kali, isi lagi 2/3 bagian kemudian
rojok 25 kali lagi , isi penuh silinder kemudian rojok 25 kali dan ratakan permukaannya.
4. Didiamkan setelah 24 jam, buka cetakannya.
5. Rendam beton dalam air untuk curing.
D. GAMBAR
20 cm
(diameter 10cm)
BAB VI EVALUASI MUTU BETON
B. DASAR TEORI
1. Suatu uji kekuatan tekan harus merupakan nilai kekuatan tekan rata-rata dari
paling sedikit dua silinder 150 kali 300 mm atau paling sedikit tiga silinder 100 kali 200 mm
yang dibuat dari adukan beton yang sma dan diuji pada umur beton 28 hari atau pada umur uji
yang ditetapkan untuk menentukan f’c.
2. Evaluasi dan penerimaan mutu beton
Penerimaan mutu beton pada benda uji yang dirawat di laboratorium :
Rata-rata dari 3 (tiga) nilai kuat tekan uji yang berurutan tidak boleh ada yang kurang dari nilai
fc’
Rata-rata dari 2 (dua) nilai kuat tekan uji yang berurutan tidak boleh kurang dari nilai (fc’ -3,5
MPa)
C. ALAT
1. Timbangan
2. Pemanas / kompor listrik + media untuk memanaskan belerang
3. Alat perata belerang
4. Mesin test hidrolis. (Torsee Universal Testing Machine)
Tokyo Testing Machine MFG CO , LTD
a. Type : RAT – 200
b. CAP : 200 tf
c. MFG no : 20380
d. Date : May 1981
D. BAHAN
1. Belerang
2. Minyak / oli
3. Beton uji berbentuk silinder Ф 10 , tinggi 20 cm sebanyak 30 buah
E. CARA PENGUJIAN
Test kekuatan tekan hancur dilaksanakan saat benda uji berumur 28 hari. Sebelum ditest
diukur dimensinya (tinggi dan diameter) terlebih dahulu diambang beratnya. Siapkan alat perata
belerang kemudian diolesi dengan minyak atau oli agar belerang tidak menempel pada alat
perata tersebut. Tuang belerang cair ke alat perata belerang, setelah itu benda uji beton
diletakkan dalam alat peratadan tekan lalu tunggu sampai kira–kira belerang telah mengeras dan
melekat dengan beton, kemudian angkat. Permukaan yang ditempeli belerang adalah permukaan
beton yang kasar.
Lalu letakkan benda uji pada alat tekan mesin test hidrolis dan pilih permukaan yang rata
(yang terdapat belerangnya) sebagai bidang yang dibebani. Gerakkan tuas yang berwarna merah
keatas dan tekan tombol penggerak ke posisi on. Matikan tombol penggerak pada saat beton
pecah (jarum sudah tidak bergerak lagi). Untuk mengambil kembali benda uji, gerakkan tuas ke
bawah sehingga benda uji terlepas dari jepitan.
Benda uji berbentuk silinder dengan diameter 10 cm dan tinggi 20 cm dihitung luas
permukaan lingkarannya.
Sehingga luas permukaan yang dibebani ialah =
1/4*(3,14 x 10 cm x 10 cm) = 78,571 cm²
Rumus : kuat tekan beton = P/A
Dimana ;
P : Beban ( kg )
A : Luas penampang yang dibebani ( cm 2)
F. GAMBAR
(GAMBAR ALAT TES TEKAN)
PEMBAHASAN:
SNI 5.6.3.3
Dari data di atas dapat di lihat bahwa seluruh dari benda uji silinder beton kita memenuhi syarat
dari SNI 2847:2013 pasal 5.6.3.3
Perbedaan dari harga tes 27 silinder diatas disebakan karena :
Material yang bervariasi
Metode pencampuran
Transportasi
Curing
Placing
Pembuatan
Pengetesan
Dari data 27 silinder diatas dapat dipakai untuk membuat mix design
1. SEMEN
3. BATU PECAH
a. Grading zone batu pecah dalam analisa ayakan tidak masuk pada zona manapun.
a. Kadar pasir : 30 %
b. Kadar batu pecah : 70 %
c. Φ max agregat kasar : 20 mm
7.2 Saran
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan praktikum beton agar
jalannya praktikum dan data hasil praktikum lebih akurat, antara lain :
c) Semua alat sebelum digunakan harus dalam kondisi yang baik dan bersih
d) Pada saat pencampuran, rojokan harus merata sehingga dihasilkan campuran yang
homogen
e) Jika agregat mengandung kadar lumpur yang tidak memenuhi syarat maka harus
dilakukan pencucian dan ditest kembali sampai kadar lumpurnya memenuhi syarat
g) Untuk setiap percobaan sebaiknya dilakukan minimal dua kali agar diperoleh hasil yang
lebih akurat
h) Untuk mendapatkan kualitas beton yang baik, sebaiknya menggunakan semen yang
memiliki kualitas yang baik pula (semen tipe 1)
i) Proses pemadatan beton harus dilakukan dengan baik karena dimensi cetakan pelat beton
ruangnya terbatas, sehingga sulit mendapatkan kepadatan beton yang maksimal
j) Khusus pada saat pembuatan beton sebaiknya alat test slump dan molen dibersihkan dan
dibasahi permukaannya agar kadar air untuk campuran beton tidak berkurang akibat
terserap pada alat test slump atau molen
k) Sewaktu pengetesan dengan cara test tekan hancur, benda uji diletakkan tepat pada
sumbu alat Mesin Tes Hidrolis
l) Sebelum melakukan test tekan hancur, benda uji diukur dimensinya terlebih dahulu
m) Pada saat pengetesan test Hammer, kemungkinan titik pada benda uji yang ditest
terdapat campuran yang tidak homogen, sehingga diusahakan pengetesan pada titik
yang memiliki homogenitas yang sama.
n) Penggunaan alat test Hammer harus tegak lurus terhadap bidang atau permukaan benda
uji, baik secara horizontal maupun vertikal
o) Buku praktikum yang diberikan kepada mahasiswa sebaiknya lebih jelas, terutama pada
tabel dan grafik agar dapat membaca data dengan lebih tepat