Anda di halaman 1dari 27

Tugas : K3 Konstruksi Bangunan dan Perkantoran

Dosen : Silvether Tandi, S.Pd.,M.Pd

MAKALAH
K3 KONSTRUKSI BANGUNAN DAN PERKANTORAN

Oleh :

NAMA : IIN AINSYYAH

NIM : 21702014

KELAS : III.A

AKADEMI HIPERKES MAKASSAR


YAYASAN PENDIDIKAN MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kita semua. Sholawat serta salam tetap kita
curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW sehingga penulis berhasil
menyelesaikan makalah tepat pada waktunya yang berjudul “K3 KONSTRUKSI
BANGUNAN DAN PERKANTORAN” ini.
Ucapan terimakasih yang tak terhingga pun penulis sampaikan kepada
Bapak Silvether Tandi, S.Pd.,M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah ini atas
dukungan dan bimbingannya.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita dan semoga
tugas ini dapat berguna bagi semua pihak.

Makassar, 13 November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…..........................................................................................i
DAFTAR ISI…........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN…....................................................................................1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………...1
1.3 Tujuan…………………………………………………………………….……1
1.4 Manfaat...............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
2.1 Pengertian K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)….....................................3
2.2 Tujuan K3.........................................................................................................3
2.3 Sasaran .............................................................................................................3
2.4 Dasar Hukum....................................................................................................4
2.5 Hambatan dari penerapan K3...........................................................................4
2.6 Jenis-jenis bahaya dalam K3............................................................................4
2.7 Istilah-istilah yang ditemui dalam dunia kerja.................................................5
2.8 Proyek Konstruksi............................................................................................6
2.9 Jaminan sosial tenaga kerja............................................................................19
2.10 Alat pelindung diri........................................................................................20

BAB III PENUTUP…..........................................................................................22


3.1 Kesimpulan.....................................................................................................22
3.2 Saran…............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA…......................................................................................23
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecelakaan kerja hampir setiap hari terjadi dilingkungan kerja atau industri
yang menimbulkan hal-hal yang kita tidak inginkan, seperti kerusakan peralatan
kerja, cidera, lumpuh, bahkan kematian. Kecelakaan di industry biasanya juga
disebabkan oleh ulah manusia.
Kecelakaan biasanya terjadi disebabkan karena adanya potensi-potensi
bahaya ditempat kerja yang dapat menyebabkan insiden maupun accident. Untuk
menganalisis tingkat potensial Hazard dan penilaian Risiko disertai upaya
pengendalian bahaya tersebut ada metode penilaian potensi bahaya yang disebut
dengan HIRARC (Hazard Identification Risk Assesment and Risk Control).
Metode HIRAC adalah salah satu metode teknik identifikasi, analisis
bahaya dan pengendalian risiko serta penerapan pengendalian yang digunakan
untuk meninjau proses atau operasi pada sebuah sistem secara sistematis.
(Husni,L 2005).
Kesehatan dan keselamatan kerja mempunyai banyak pengaruh terhadap
factor kecelakaan, karyawan harus mematuhi standar (K3) agar tidak menjadikan
hal-hal yang negative bagi diri karyawan. Kesehatan dan keselamatan kerja perlu
diperhatikan dalam lingkungan kerja, karena kesehatan merupakan keadaan atau
situasi sehat seseorang baik jasmani maupun rohani sedangkan keselamatan kerja
suatu keadaan dimana para pekerja terjamin keselamatannya saat bekerja baik
menggunakan mesin, pesawat, alat kerja, proses pengolahan juga tempat kerja dan
lingkungannya terjamin.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah apa yang dimaksud
dengan Konstruksi dan Bagaimana penerapan K3 pada proyek konstruksi.
1.3 Tujuan
Dari rumusan permasalahan, maka makalah ini disusun dengan tujuan:
1. Agar setiap pekerja proyek konstruksi mendapat jaminan keselamatan dan
kesehatan kerja baik secara fisik, sosial dan psikologis.
2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya
selektif mungkin.
3. Agar setiap pekerja proyek konstruksi merasa aman dan terlindungin
dalam bekerja.
1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dalam makalah ini adalah:
1. Melatih kreatifitas penulis dalam menuangkan gagasan pemikirannya
tentang suatu kajian atau topik dari ilmu-ilmu yang sudah didapat. Secara
tidak langsung penulis juga dilatih untuk menerapkan kemampuan berpikir
secara logis-sistematis tentang keselamatan dan kesehatan kerja, serta
kemampuan analisis.
2. Makalah ini bukan hanya berguna bagi penulis saja tetapi juga sebagai
bahan refrensi ilmiah dan sumbangan pengetahuan bagi para pembaca
tentang apa yang penulis sumbangkan lewat ide melalui makalah ini.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

Dibagi menjadi 2 pengertian, yaitu:

 Secara Filosofis

Suatu pemikiran atau upaya untuk menjamin keutuhan dan


kesempurnaan baik jasmani maupun rohani, tenaga kerja pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya terhadap hasil karya dan
budayanya menuju masyarakat adl dan makmur.

 Secara Keilmuan

Ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah


kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

2.2 Tujuan K3

Tujuan dari k3:

o Melindungi kesehatan, keamanan dan keselamatan dari tenaga


kerja.
o Meningkatkan efisiensi kerja.
o Mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
2.2.1 Adanya Ilmu Tentang K3
o Mempelajari tentang k3
o Melaksanakan tentang k3
o Memperoleh hasil yang sempurna dalam mencegah terjadinya
kecelakaan kerja
2.3 Sasaran K3
o Menjamin keselamatan pekerja
o Menjamin keamanan alat yang digunakan
o Menjamin proses produksi yang aman dan lancer
2.3.1 Norma-Norma yang Harus Dipahami dalam K3
o Aturan yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja
o Diterapkan untuk melindungi tenaga kerja
o Resiko kecelakaan dan penyakit kerja

Tujuan norma-norma : agar terjadi keseimbangan dari pihak


perusahaan dapat menjamin keselamatan pekerja.

2.4 Dasar hukum k3 :

 UU No.1 tahun 1970


 UU No.21 tahun 2003
 UU No.13 tahun 2003
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. PER-5/MEN/1996
2.5 Hambatan dari Penerapan K3
a) Hambatan dari sisi pekerja/ masyarakat :
- Tuntutan pekerja masih pada kebutuhan dasar
- Banyak pekerja tidak menuntut jaminan k3 karena SDM yang
masih rendah.
b) Hambatan dari sisi perusahaan:
Perusahaan yang biasanya lebih menekankan biaya produksi atau
operasional dan meningkatkan efisiensi pekerja untuk
menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya.
2.6 Jenis-Jenis Bahaya dalam K3
Dibagi menjadi 3, yaitu:
1) Jenis kimia
Terhirupnya atau terjadinya kontak antara manusia dengan bahan
kimia berbahaya.
Contoh: abu sisa pembakaran bahan kimia, uap bahan kimia dan
gas bahan kimia.
2) Jenis fisika
- Suatu temperatur udara yang terlalu panas maupun terlalu
dingin.
- keadaan yang sangat bising.
- keadaan udara yang tidak normal.

Contoh: Kerusakan pendengaran dan Suatu suhu tubuh yang tidak


normal

3) Jenis proyek/ pekerjaan


- Pencahayaan atau penerangan yang kurang.
- Bahaya dari pengangkutan barang.
- Bahaya yang ditimbulkan oleh peralatan.

Contoh:

- Kerusakan penglihatan
- Pemindahan barang yang tidak hati-hat sehingga melukai
pekerja
- Peralatan kurang lengkap dan pengamanan sehngga melukai
pekerja

2.7 Istilah-istilah yang Ditemui dalam Dunia Kerja


a. Harzard adalah suatu keadaan yng dapat menimbulkan kecelakaan,
penyakit dan kerusakan yang menghambat kemampuan pekerja.
b. Danger/ bahaya adalah tingkat bahaya suatu kondisi yang dapat
mengakibatkan peluang bahaya yang mulai tampak sehingga
mengakibatkan memunculkan suatu tindakan.
c. Risk adalah prediksi tingkat keparahan bila terjadi bahaya dalam
siklus tertentu.
d. Incident adalah memunculnya kejadian yang bahaya yang dapat
mengadakan kontak dengan sumber energi yang melebihi ambang
batas normal.
e. Accident adalah kejadan bahaya yang disertai dengan adanya
korban atau kerugian baik manusia maupun peralatan.

2.8 Proyek Konstruksi


Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun
prasarana. Dalam sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah
konstruksi juga dikenal sebagai bangunan atau satuam infrastruktur pada
sebuah area atau pada beberapa area. Kegiatan konstruksi merupakan
penyumbang kecelakaan terbesar dalam dunia kerja yaitu 31,9%.
Konstruksi terbagi menjadi 3 yaitu Konstruksi Baru, Konstruksi Rehab dan
Konstruksi Siap Difungsikan. Pada proyek konstruksi terdapat Owner atau
pemilik konstruksi, Kontraktor atau pelaksana/yang mengerjakan
konstruksi dan konsultan (Perencanaan, pengawasan).
Konstruksi biasanya ditangani oleh Teknik Sipil (Enginering) yang
melakukan quality control, menghitung kekuatan konstruksi, dan
memanajemen waktu proyek konstruksi. Serta arsitek yang mendesain
proyek konstruksi tersebut (kebutuhan ruang dan estetika).

2.8.1 Ruang Lingkup Konstruksi

1. Konstruksi bangunan ( masa pengerjaan)


2. Sarana bangunan
3. Masa konstruksi (pengerjaan, pembersihan) pembiayaan
dilakukan oleh kontraktor.
4. Masa serah terima (pelaksana serahkan ke owner)
5. Masa pemeliharaan
2.8.2 Karakteristik Kegiatan Proyek Konstruksi

o Memiliki masa kerja terbatas

o Melibatkan jumlah tenaga kerja yang besar


o Melibatkan banyak tenaga kerja kasar (labour) yang berpendidikan
relatif rendah

o Memiliki intensitas kerja yang tinggi

o Bersifat multidisiplin dan multi crafts

o Menggunakan peralatan kerja beragam, jenis, teknologi, kapasitas


dan kondisinya

o Memerlukan mobilisasi yang tinggi (peralatan, material dan tenaga


kerja)

2.8.3 Klasifikasi Proyek Konstruksi

1. Proyek Konstruksi Bangunan Gedumg (Building


Construction)

Proyek konstruksi bangunan gedung mencakup bangunan gedung


perkantoran, sekolah, pertokoan, rumah sakit, rumah tinggal dan
sebagainya. Dari segi biaya dan teknologi terdiri dari yg berskala
rendah, menengah, dan tinggi. Biasanya perencanaan untuk proyek
bangunan lebih lengkap dan detail. Untuk proyek-proyek
pemerintah (di Indonesia) proyek bangunan gedung ini dibawah
pengawasan/pengelolaan DPU sub Dina Cipta Karya.

2. Proyek Bangunan Perumahan (Residential Construction/Real


Estate)

Di sini proyek pembangunan perumahan/pemukiman (Real Estate)


dibedakan dengan proyek bangunan gedung secara rinci yang
didasarkan pada klase pembangunannya serempak dengan
penyerahan prasarana-prasarana penunjangnya, jadi memerlukan
perencanaan infrastruktur dari perumahan tersebut (jaringan
tranfusi, jaringan air, dan fasilitas lainnya). Proyek pembangunan ini
dari rumah yang sangat sederhana sampai rumah mewah, dan rumah
susun. Di Indonesia pengawasan di bawah Sub Dinas Cipta Karya.

3. Proyek Konstruksi Teknik Sipil/Proyek

Konstruksi rekayasa berat (Heavy Engineering Construction)


umumnya proyek yang masuk jenis ini adalah proyek-proyek yang
bersifat infrastruktur seperti proyek bendungan, proyek jalan raya,
jembatan, terowongan, jalan kereta api, pelabuhan, dan lain-lain.
Jenis proyek ini umumnya berskala besar dan membutuhkan
teknologi tinggi.

4. Proyek Konstruksi Industri (Insustrial Construction)

Proyek konstruksi yang termasuk dalam jenis ini biasanya proyek


industri yang membutuhkan spesifikasi dari persyaratan khusus
seperti untuk kilang minyak, industri berat, industri dasar,
pertambangan, nuklir dan sebagainya. Perencanaan dan
pelaksanaannya membutuhkan ketelitian dan keahlian atau
teknologi yang spesifik.

2.8.4 Penyelenggaraan K3 pada pekerjaan konstruksi

1. Dimulai pada tahap perencanaan


2. Unsur yang terlibat
3. Komitmen manajemen
4. Pembentukan organisasi K3
5. Kerangka dan penjabaran tugas
6. Pembinaan/sosialisasi awal, rutin dan khusus
7. Aktivitas kegiatan
8. Pengawasan internal dan eksternal
9. Reward dan punishmant
2.8.5 Peraturan tentang K3 Proyek Konstruksi
Pemerintah telah sejak lama mempertimbangkan masalah
perlindungan tenaga kerja, yaitu melalui UU No. 1 Tahun 1970 Tentang
Keselamatan Kerja. Sesuai dengan perkembangan jaman, pada tahun
2003, pemerintah mengeluarkan UU 13/2003 tentang Ketenagakerjaan.
Undang undang ini mencakup berbagai hal dalam perlindungan pekerja
yaitu upah, kesejahteraan, jaminan sosial tenaga kerja, dan termasuk
juga masalah keselamatan dan kesehatan kerja.

Aspek ketenagakerjaan dalam hal K3 pada bidang konstruksi,


diatur melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No.PER-01/MEN/1980 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
pada Konstruksi Bangunan. Peraturan ini mencakup ketentuan-
ketentuan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja secara umum
maupun pada tiap bagian konstruksi bangunan. Peraturan ini lebih
ditujukan untuk konstruksi bangunan, sedangkan untuk jenis konstruksi
lainnya masih banyak aspek yang belum tersentuh. Di samping itu,
besarnya sanksi untuk pelanggaran terhadap peraturan ini sangat minim
yaitu senilai seratus ribu rupiah.

Sebagai tindak lanjut dikeluarkannya Peraturan Menakertrans


tersebut, pemerintah menerbitkan Surat Keputusan Bersama Menteri
Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja No.Kep.174/MEN/1986-
104/KPTS/1986: Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
Tempat Kegiatan Konstruksi. Pedoman yang selanjutnya disingkat
sebagai ”Pedoman K3 Konstruksi” ini merupakan pedoman yang dapat
dianggap sebagai standar K3 untuk konstruksi di Indonesia. Pedoman
K3 Konstruksi ini cukup komprehensif, namun terkadang sulit
dimengerti karena menggunakan istilah-istilah yang tidak umum
digunakan, serta tidak dilengkapi dengan deskripsi/gambar yang
memadai. Kekurangankekurangan tersebut tentunya sangat
menghambat penerapan pedoman di lapangan, serta dapat menimbulkan
perbedaan pendapat dan perselisihan di antara pihak pelaksana dan
pihak pengawas konstruksi.

Pedoman K3 Konstruksi selama hampir dua puluh tahun masih


menjadi pedoman yang berlaku. Baru pada tahun 2004, Departemen
Permukiman dan Prasarana Wilayah, yang kini dikenal sebagai
Departemen Pekerjaan Umum, mulai memperbarui pedoman ini,
dengan dikeluarkannya KepMen Kimpraswil No. 384/KPTS/M/2004
Tentang Pedoman Teknis Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
Tempat Kegiatan Konstruksi Bendungan. ”Pedoman Teknis K3
Bendungan” yang baru ini khusus ditujukan untuk proyek konstruksi
bendungan, sedangkan untuk jenis-jenis proyek konstruksi lainnya
seperti jalan, jembatan, dan bagunan gedung, belum dibuat pedoman
yang lebih baru. Namun, apabila dilihat dari cakupan isinya, Pedoman
Teknis K3 untuk bendungan tersebut sebenarnya dapat digunakan pula
untuk jenis-jenis proyek konstruksi lainnya. ”Pedoman Teknis K3
Bendungan” juga mencakup daftar berbagai penyakit akibat kerja yang
harus dilaporkan.

Bila dibandingkan dengan standar K3 untuk jasa konstruksi di


Amerika Serikat misalnya, (OSHA, 29 CFR Part 1926), Occupational
Safety and Health Administration (OSHA), sebuah badan khusus di
bawah Departemen Tenaga Kerja yang mengeluarkan pedoman K3
termasuk untuk bidang konstrusksi, memperbaharui peraturan K3-nya
secara berkala (setiap tahun). Peraturan atau pedoman teknis tersebut
juga sangat komprehensif dan mendetail. Hal lain yang dapat dicontoh
adalah penerbitan brosur-brosur penjelasan untuk menjawab secara
spesifik berbagai isu utama yang muncul dalam pelaksanaan pedoman
teknis di lapangan. Pedoman yang dibuat dengan tujuan untuk
tercapainya keselamatan dan kesehatan kerja, bukan hanya sekedar
sebagai aturan, selayaknya secara terus menerus disempurnakan dan
mengakomodasi masukan-masukan dari pengalaman pelaku konstruksi
di lapangan. Dengan demikian, pelaku konstruksi akan secara sadar
mengikuti peraturan untuk tujuan keselamatan dan kesehatan kerjanya
sendiri.

Dasar hukum K3 konstruksi:

 PERMENAKER NO.1 Tahun 1980 tentang K3 pada konstruksi


bangunan, didalamnya telah ditetapkan berbagai prosedur K3 yang
harus dilaksanakan disektor kegiatan konstruksi.
 SKB MENAKER dan MENTRI PEKERJAAN UMUM No.174 dan
104 tahun 1986 tentang K3 pada tempat kegiatan konstruksi beserta
pedoman pelaksanaan K3 pada tempat Kegiatan konstruksi Bab 14
pasal 8.
 UU NO 18 Tahun 1999 tentang jasa konstruksi pasal 2, pasal 22
hurul L, pasal 23 ayat 2
 UU NO 28 tahun 2002 tentang bangunan gedung.

2.8.6 Jenis Bahaya Konstruksi

- Terbentur
Kecelakaan ini terjadi pada saat seseorang yang tidak diduga
ditabrak atau ditampar sesuatu yang bergerak. Contohnya: terkena
pukulan palu, ditabrak kendaraan, benda asing material.
- Membentur
Kecelakaan yang selalu timbul akibat pekerja yang bergerak terkena
atau bersentuhan dengan beberapa objek. Contohnya: terkena sudut
atau bagian yang tajam, menabrak pipa-pipa.
- Terperangkap (caught in, caught on, caught between)
Contoh dari caught in adalah kecelakaan yang akan terjadi bila kaki
pekerja tersangkut diantara papan-papan yang patah di lantai.
Contoh dari caught on adalah kecelakaan yang timbul bila baju dari
pekerja terkena pagar kawat. Sedangkan contoh dari caught between
adalah kecelakaan yang terjadi bila lengan atau kaki dari pekerja
tersangkut bagian mesin yang bergerak.
- Jatuh dari ketinggian
Kecelakaan ini banyak terjadi, yaitu jatuh dari tingkat yang lebih
tinggi ke tingkat yang lebih rendah. Contohnya: jatuh dari tangga
atau atap.
- Jatuh dari ketinggian yang sama
Beberapa kecelakaan yang timbul pada tipe ini seringkali berupa
tergelincir, tersandung, jatuh dari lantai yang sama tingkatnya.
- Pekerjaan yang terlalu berat
Kecelakaan ini timbul akibat pekerjaan yang terlalu berat yang
dilakukan pekerja seperti mengangkat, menaikkan, menarik benda
atau material yang dilakukan diluar batas kemampuan.
- Terkena aliran listrik
Luka yang ditimbulkan dari kecelakaan ini terjadi akibat sentuhan
anggota badan dengan alat atau perlengkapan yang mengandung
listrik.
- Terbakar
Kondisi ini terjadi akibat sebuah bagian dari tubuh mengalami
kontak dengan percikan bunga api, atau dengan zat kimia yang
panas.
2.8.7 Sebab Kecelakaan Konstruksi

1. Faktor Manusia
- Sangat dominan dilingkungan konstruksi.
- Pekerja Heterogen, Tingkat skill dan edukasi berbeda.
- Pengetahuan tentang keselamatan rendah.
- Perlu penanganan khusus
Pencegahan :
- Pemilihan Tenaga Kerja
- Pelatihan sebelum mulai kerja
- Pembinaan dan pengawasan selama kegiatan berlangsung
2. Faktor Lingkungan
- Gangguan-gangguan dalam bekerja, misalnya suara bising yang
berlebihan dapat mengakibatkan terganggunya konsentrasi
pekerja.
- Debu dan material beracun, mengganggu kesehatan kerja,
sehingga menurunkan efektivitas kerja.
- Cuaca (panas, hujan)
Pencegahan:
- Dianjurkannya menggunakan penutup telinga dan masker pada
pekerja.
3. Faktor Teknis
- Berkaitan dengan kegiatan kerja Proyek seperti penggunaan
peralatan dan alat berat, penggalian, pembangunan,
pengangkutan dan sebagainya.
- Disebabkan kondisi teknis dan metoda kerja yang tidak
memenuhi standar keselamatan (substandards condition).
Pencegahan:
- Perencanaan Kerja yang baik
- Pemeliharaan dan perawatan peralatan
- Pengawasan dan pengujian peralatan kerja
- Penggunaan metoda dan teknik konstruksi yang aman
- Penerapan Sistim Manajemen Mutu
2.8.8 Strategi Penerapan K3 di Proyek Konstruksi

1. Kebijakan K3
 Merupakan landasan keberhasilan K3 dalam proyek.
 Memuat komitment dan dukungan manajemen puncak terhadap
pelaksanaan K3 dalam proyek.
 Harus disosialisasikan kepada seluruh pekerja dan digunakan
sebagai landasan kebijakan proyek lainnya.
2. Administratif dan Prosedur
 Menetapkan sistim organisasi pengelolaan K3 dalam proyek.
 Menetapkan personal dan petugas yang menangani K3 dalam
proyek.
 Menetapkan prosedur dan sistim kerja K3 selama proyek
berlangsung termasuk tugas dan wewenang semua unsur terkait
Organisasi dan SDM.
 Kontraktor harus memiliki organisasi yang menangani K3 yang
besarnya sesuai dengan kebutuhan dan lingkup kegiatan.
Organisasi K3 harus memiliki asses kepada penanggung jawab
projek.
 Kontraktor harus memiliki personnel yang cukup yang
bertanggung jawab mengelola kegiatan K3 dalam perusahaan
yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan.
 Kontraktor harus memiliki personel atau pekerja yang cakap dan
kompeten dalam menangani setiap jenis pekerjaan serta
mengetahui sistim cara kerja aman untuk masing-masing
kegiatan.
 Kontraktor harus memiliki kelengkapan dokumen kerja dan
perijinan yang berlaku.
 Kontraktor harus memiliki Manual Keselamatan Kerja sebagai
dasar kebijakan K3 dalam perusahaan.
 Kontraktor harus memiliki prosedur kerja aman sesuai dengan
jenis pekerjaan dalam kontrak yang akan dikerjakannya.
3. Identifikasi Bahaya
 Sebelum memulai suatu pekerjaan,harus dilakukan Identifikasi
Bahaya guna mengetahui potensi bahaya dalam setiap pekerjaan.
 Identifikasi Bahaya dilakukan bersama pengawas pekerjaan dan
Safety Departement.
 Identifikasi Bahaya menggunakan teknik yang sudah baku seperti
Check List, What If, Hazops, dan sebagainya.
 Semua hasil identifikasi Bahaya harus didokumentasikan dengan
baik dan dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan setiap
kegiatan.
4. Project Safety Review
 Sesuai perkembangan proyek dilakukan kajian K3 yang
mencakup kehandalan K3 dalam rancangan dan pelaksanaan
pembangunannya.
 Kajian K3 dilaksanakan untuk meyakinkan bahwa proyek
dibangun dengan sstandar keselamatan yang baik sesuai dengan
persyaratan.
 Kontraktor jika diperlukan harus melakukan project safety review
untuk setiap tahapan kegiatan kerja yang dilakukan, terutama bagi
kontraktor EPC (Engineering-Procurement-Construction).
 Project Safety Review bertujuan untuk mengevaluasi potensi
bahaya dalam setiap tahapan project secara sistimatis.
5. Pembinaan dan Pelatihan
 Pembinaan dan Pelatihan K3 untuk semua pekerja dari level
terendah sampai level tertinggi.
 Dilakukan pada saat proyek dimulai dan dilakukan secara
berkala.
Pokok Pembinaan dan Latihan :
Kebijakan K3 proyek:
- Cara melakukan pekerjaan dengan aman
- Cara penyelamatan dan penanggulangan darurat
6. Safety Committee (Panitia Pembina K3)
 Panitia Pembina K3 merupakan salah satu penyangga
keberhasilan K3 dalam perusahaan.
 Panitia Pembina K3 merupakan saluran untuk membina
keterlibatan dan kepedulian semua unsur terhadap K3
 Kontraktor harus membentuk Panitia Pembina K3 atau Komite
K3 (Safety Committee).
 Komite K3 beranggotakan wakil dari masing-masing fungsi yang
ada dalam kegiatan kerja.
 Komite K3 membahas permasalahan K3 dalam perusahaan serta
memberikan masukan dan pertimbangan kepada manajemen
untuk peningkatan K3 dalam perusahaan.
7. Promosi K3
 Selama kegiatan proyek berlangsung diselenggarakan program-
program Promosi K3.
 Bertujuan untuk mengingatkan dan meningkatkan awareness para
pekerja proyek.
 Kegiatan Promosi berupa poster, spanduk, buletin, lomba K3 dan
sebagainya.
 Sebanyak mungkin keterlibatan pekerja.
8. Safe Working Practices
 Harus disusun pedoman keselamatan untuk setiap pekerjaan
berbahaya dilingkungan proyek misalnya :
- Pekerjaan Pengelasan
- Scaffolding
- Bekerja diketinggian
- Penggunaan Bahan Kimia berbahaya
- Bekerja diruangan tertutup
- Bekerja diperalatan mekanis dan sebagainya
9. Sistem Ijin Kerja
 Untuk mencegah kecelakaan dari berbagai kegiatan berbahaya,
perlu dikembangkan sistim ijin kerja.
 Semua pekerjaan berbahaya hanya boleh dimulai jika telah
memiliki ijin kerja yang dikeluarkan oleh fungsi berwenang
(pengawas proyek atau K3).
 Ijin Kerja memuat cara melakukan pekerjaan, safety precaution
dan peralatan keselamatan yang diperlukan.
10. Safety Inspection
 Merupakan program penting dalam phase konstruksi untuk
meyakinkan bahwa tidak ada “unsafe act dan unsafe Condition”
dilingkungan proyek.
 Inspeksi dilakukan secara berkala.
 Dapat dilakukan oleh Petugas K3 atau dibentuk Joint Inspection
semua unsur dan Sub Kontraktor.
11. Equipment Inspection
 Semua peralatan (mekanis,power tools,alat berat dsb) harus
diperiksa oleh ahlinya sebelum diijinkan digunakan dalam
proyek.
 Semua alat yang telah diperiksa harus diberi sertifikat
penggunaan dilengkapi dengan label khusus.
 Pemeriksaan dilakukan secara berkala.
12. Keselamatan Kontraktor (Contractor Safety)
 Harus disusun pedoman Keselamatan Konstraktor/Sub
Kontraktor.
 Sub kontraktor harus memenuhi standar keselamatan yang telah
ditetapkan.
 Setiap sub kontraktor harus memiliki petugas K3.
 Pekerja Sub kontraktor harus dilatih mengenai K3 secara berkala.
 Contractor Safety:
- Kontraktor merupakan unsur penting dalam perusahaan
sebagai mitra yang membantu kegiatan operasi
perusahaan.
- Kontraktor rawan terhadap kecelakaan dalam
menjalankan kegiatannya.
- Tenaga Kontraktor bersifat sementara.
- Kecelakaan yang menimpa kontraktor tinggi.
- Kelalaian yang dilakukan kontraktor dapat menimbulkan
bahaya bagi operasi perusahaan dan berakibat kecelakaan
perusahaan.
- Kecelakaan yang menimpa kontraktor juga berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan.
 Perusahaan harus menerapkan Contractor Safety Management
System (CSMS)
CSMS adalah suatu sistem manajemen untuk mengelola
kontraktor yang bekerja di lingkungan perusahaan. CSMS
merupakan sistim komprehensif dalam pengelolaan kontraktor
sejak tahap perencanaan sampai pelaksanaan pekerjaan.
Tujuan CSMS:
- Untuk meyakinkan bahwa kontraktor yang bekerja
dilingkungan perusahaan telah memenuhi standar dan
kriteria K3 yang ditetapkan perusahaan.
- Sebagai alat untuk menjaga dan meningkatkan kinerja
Keselamatan di lingkungan kontraktor.
- Untuk mencegah dan menghindarkan kerugian yang timbul
akibat aktivitas kerja kontraktor.
Dasar Penerapan CSMS:
- Undang-undang Keselamatan Kerja No 1 Tahun 1970
Perusahaan bertanggung jawab menjamin keselamatan
setiap orang yang berada ditempat kerjanya (termasuk
kontraktor dan pihak lainnya yang berada di tempat kerja).
- Undang undang Perlindungan Konsumen
Perusahaan wajib melindungi keselamatan konsumen
sebagai akibat kegiatan perusahaan API RP 2221.
13. Keselamatan Transportasi
 Kegiatan Proyek melibatkan aktivitas transportasi yang tinggi.
 Pembinaan dan Pengawasan transportasi diluar dan didalamn
lokasi Proyek.
 Semua kendaraan angkutan Proyek harus memenuhi persyaratan
yang ditetapkan.
14. Pengelolaan Lingkungan
 Selama proyek berlangsung harus dilakukan pengelolaan
lingkungan dengan baik mengacu dokumen Amdal/UKL dan
UPL.
 Selama proyek berlangsung dampak negatif harus ditekan
seminimal mungkin untuk menghindarkan kerusakan terhadap
lingkungan.
15. Pengelolaan Limbah dan B3
 Kegiatan proyek menimbulkan limbah dalam jumlah besar,
dalam berbagai bentuk.
 Limbah harus dikelola dengan baik sesuai dengan jenisnya.
Limbah harus segera dikeluarkan dari lokasi proyek.
16. Keadaan Darurat
 Perlu disusun Prosedur keadaan darurat sesuai dengan kondisi
dan sifat bahaya proyek misalnya bahaya kebakaran, kecelakaan,
peledakan dan sebagainya.
 SOP Darurat harus disosialisasikan dan dilatih kepada semua
pekerja.
17. Accident Investigation and Reporting System
 Semua kecelakaan dan kejadian selama proyek harus diselidiki
oleh petugas yang terlatih dengan tujuan untuk mencari penyebab
utama agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
 Semua kecelakaan/kejadian harus dicatat dan dibuat analisa serta
statistik kecelakaan.
 Digunakan sebagai bahan dalam rapat komite K3 Proyek.
18. Audit K3
 Secara berkala dilakukan audit K3 sesuai dengan jangka waktu
proyek.
 Audit K3 berfungsi untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan
pelaksanaan K3 dalam proyek sebagai masukan pelaksanaan
proyek berikutnya.
 Sebagai masukan dalam memberikan penghargaan K3.
2.9 Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Penanganan masalah kecelakaan kerja juga didukung oleh adanya UU
No. 3/1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Berdasarkan UU ini, jaminan
sosial tenaga kerja (jamsostek) adalah perlindungan bagi tenaga kerja dalam
bentuk santunan uang sebagai pengganti sebagian penghasilan yang hilang atau
berkurang dan pelayanan sebagai akibat dari suatu peristiwa atau keadaan yang
dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, tua
dan meninggal dunia. Jamsostek kemudian diatur lebih lanjut melalui PP No.
14/1993 mengenai penyelenggaraan jamsostek di Indonesia. Kemudian, PP ini
diperjelas lagi dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. PER-
05/MEN/1993, yang menunjuk PT. ASTEK (sekarang menjadi PT.
Jamsostek), sebagai sebuah badan (satu-satunya) penyelenggara jamsostek
secara nasional.
Sebagai penyelenggara asuransi jamsostek, PT. Jamsostek juga
merupakan suatu badan yang mencatat kasus-kasus kecelakaan kerja termasuk
pada proyek-proyek konstruksi melalui pelaporan klaim asusransi setiap
kecelakaan kerja terjadi. Melalui Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-
196/MEN/1999, berbagai aspek penyelenggaraan program jamsostek diatur
secara khusus untuk para tenaga kerja harian lepas, borongan, dan perjanjian
kerja waktu tertentu, pada sektor jasa konstruksi. Karena pekerja sektor jasa
konstruksi sebagian besar berstatus harian lepas dan borongan, maka KepMen
ini sangat membantu nasib mereka. Para pengguna jasa wajib
mengikutsertakan pekerja-pekerja lepas ini dalam dua jenis program jamsostek
yaitu jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian. Apabila mereka bekerja
lebih dari 3 bulan, pekerja lepas ini berhak untuk ikut serta dalam dua program
tambahan lainnya yaitu program jaminan hari tua dan jaminan pemeliharaan
kesehatan.
Khusus mengenai aspek kesehatan kerja diatur melalui Keppres
No.22/1993. Dalam Keppres ini, terdapat 31 jenis penyakit yang diakui untuk
mungkin timbul karena hubungan kerja. Setiap tenaga kerja yang menderita
salah satu penyakit ini berhak mendapat jaminan kecelakaan kerja baik pada
saat masih dalam hubungan kerja maupun setelah hubungan kerja berakhir
(sampai maksimal 3 tahun). Pada umumnya, penyakit-penyakit tersebut adalah
sebagai akibat terkena bahan kimia yang beracun yang berasal dari material
konstruksi yang apabila terkena dalam waktu yang cukup lama dapat
mengakibatkan penyakit yang serius. Penyakit yang mungkin timbul juga
termasuk kelainan pendengaran akibat kebisingan kegiatan konstruksi, serta
kelainan otot, tulang dan persendian yang sering terjadi pada pekerja konstruksi
yang terlibat dalam proses pengangkutan material berbobot dan berulang, dan
penggunaan peralatan konstruksi yang kurang ergonomis.
Dengan demikian, perlindungan tenaga kerja dalam bentuk jamsostek
secara legal dapat dikatakan memadai. Namun, besarnya pembayaran jaminan
tersebut sering kali tidak memadai. Sebagai contoh, biaya-biaya transportasi
dan perawatan di rumah sakit akibat kecelakaan kerja yang sudah tidak sesuai
lagi dengan tingginya kenaikan harga yang terjadi pada saat ini.

2.10 Alat Pelindung Diri

Perlengkapan wajib yang digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan resiko
kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiridan orang di sekelilingnya.

Adapun bentuk peralatan dari alat pelindung:

a) Safety helmet : Berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda-benda


yang dapat melukai kepala.
b) Safety belt : Berfungsi sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat
trasportasi.
c) Penutup telinga : Berfungsi sebagai penutu telinga ketika bekerja di
tempat yang bising.
d) Kaca mata pengamanan : Berfungsi sebagai pengamanan mata ketika
bekerja dari percikan.
e) Pelindung wajah : Berfungsi sebagai pelindung wajah ketika bekerja.
f) Masker : Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihisap di tempat
yang kualitas udaranya kurang bagus.
g) Safety Shoes : Berfungsi mengurangi dampak dan menghindarkan
terlukanya jari-jari kaki dari hantaman,tusukan atau timpaan benda
yang berat dan keras pada saat terjadi kecelakaan kerja.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang dilakukan, maka


dapat ditarik kesimpulan :

1. Masih kurangnya pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan


kerja dari para pekerja mengenai keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Dengan adanya sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
para pekerja dapat sedikit terhindar dari kecelakaan dan penyakit
kerja.
3. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang ada dapat
dikatakan belum terealisasikan dengan baik.
4. Menghindarkan setiap kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja
dengan melakukan tindakan pencegahan dan perbaikan, pengawasan
dan inspeksi, untuk memenuhi keselamatan dan kesehatan kerja
3.2 Saran

1. Program K3 harus lebih ditingkatkan lagi supaya para pekerja lebih


merasa aman dan nyaman.
2. Perusahaan harus lebih lagi mensosialisasi- kan program K3 untuk
meningkatkan dukungan pekerja terhadap program K3 yang nantinya
juga meningkatkan komitmen pekerja terhadap perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2013. Modul K3L (Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan) dan
Hukum. Balikpapan: Program Studi Teknik Sipil.
Sekretariat Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan, 2008.
Himpunan Peraturan Perundang – Undangan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Jakarta: Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I

http://haris08.community.undip.ac.id/2012/06/03/k3-konstruksi-bangunan/

http://www.ftsl.itb.ac.id/kk/manajemen_dan_rekayasa_konstruksi/wp-
content/uploads/2007/05/makalah-reini-d-wirahadikusumah.pdf

Anda mungkin juga menyukai