Disusun Oleh:
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Makalah K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja).
Makalah ini berisikan tentang pengertian K3 menurut beberapa ahli, dasar hukum. K3,
penyebab terjadinya kecelakaan, sumber-sumber bahaya di tempat kerja, alat pelindung diri,
kimia api dan dinamika api, cara penanggulangan kebakaran serta alat-alat pemadam
kebakaran.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaan
makalah ini.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan serta wawasan bagi
para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah yang telah ia
buat.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak orang khususnya
pembaca dan semoga Allah SWT. senantiasa meridhai segala urusan kami. Aamin.
2
3
Daftar Isi
Kata Pengantar...................................................................................................................................2
Daftar Isi............................................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN................................................................................................................................6
2.1 K3 6
Daftar Pustaka..................................................................................................................................20
4
BAB I
PENDAHULUAN
Di dalam kegiatan sehari-hari dalam melakukan aktivitas, kita sering tidak menduga akan
mendapatkan resiko kecelakaan pada diri kita sendiri. Banyak sekali masyarakat yang belum
menyadari akan hal ini, termasuk di Indonesia. Baik di lingkungan kerja (perusahaan, pabrik,
atau kantor), di jalan raya, tempat umum maupun di lingkungan rumah.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja,
perusahaan, lingkungan hidup dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja.
Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan juga instansi
pemerintahan. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan menciptakan
sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen,
tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan
mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien dan produktif (Azmi, 2008).
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 K3
2.1.1 Pengertian K3
1. Menurut Mangkunegara (2002, p.163) Keselamatan dan kesehatan kerjaadalah suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah
maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil
karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
2. Menurut Suma’mur (2001, p.104), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha
untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang
bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
3. Menurut Simanjuntak (1994), Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang
bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup
tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi
pekerja.
4. Mathis dan Jackson (2002, p. 245), menyatakan bahwa Keselamatan adalahmerujuk
pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang
terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik,
mental dan stabilitas emosi secara umum.
5. Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000, p.6),
mengartikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam
pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi
masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
6. Jackson (1999, p. 222), menjelaskan bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja
menunjukkan kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja
yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.
Tujuan K3
Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di tempat
7
kerja.
Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.
Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas Nasional. 4 Berdasarkan Undang-
Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Sasaran K3
Menjamin keselamatan pekerja.
Menjamin keamanan alat yang digunakan.
Menjamin proses produksi yang aman dan lancar.
8
untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi
bahaya/kecelakaan kerja. APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi
tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak dapat
dilakukan dengan baik. APD juga merupakan kelengkapan yang wajib digunakan saat
bekerja sesuai kebutuhan untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di
sekelilingnya. Perlengkapan pelindung diri termasuk semua pakaian dan aksesories
pekerjaan lain yang dirancang untuk menciptakan sebuah penghalang terhadap bahaya
tempat kerja. Penggunaan APD harus tetap di kontrol oleh pihak yang bersangkutan,
khususnya di sebuah tempat kerja. Menurut Suma’mur (1992), alat pelindung diri
adalah suatu alat yang dipakai untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-
bahaya kecelakaan kecelakaan kerja. Alat pelindung diri merupakan salah satu cara
untuk mencegah kecelakaan dan secara teknis APD tidaklah sempurna untuk mencegah
kecelakaan yang terjadi.
Sedangkan manfaat dari penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), antara lain :
1. Untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya
potensi bahaya/kecelakaan kerja.
2. Mengurangi resiko penyakit akibat kecelakaan.
Persyaratan APD
Menurut Suma’ur (1992) persyaratan yang harus dipenuhi alat pelindung diri:
a. Nyaman dipakai.
b. Tidak mengganggu kerja.
c. Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya.
9
Kimia Api
Api terjadi karena adanya reaksi kimia yang cepat antara bahan bakar dengan oksigen.
Apabila reaksi tersebut terkendali, tidak merugikan maka sering dikatakan sebagai api
yang bermanfaat untuk suatu kehidupan. Tetapi sebaliknya apabila tidak terkendali
dan merugikan (sifatnya merusak, maka dikatakan sebagai kebakaran.
Berdasarkan teori segitiga api tersebut, maka apabila ketiga unsur di atas bertemu
akan terjadi api. Namun, apabila salah satu unsur tersebuttidak ada atau tidak berada
pada keseimbangan yang cukup, maka api tidak akan terjadi. Prinsip segitiga api ini
dipakai sebagai dasar untuk mencegah kebakaran (mencegah agar api tidak terjadi)
dan penanggulangan api yakni memadamkan api yang tak dapat dicegah (Karla, 2007;
10
Suma’mur, 1989).
Teori tethtrahedron of fireini didasarkan bahwa dalam panas pembakaran yang normal
akan timbul nyala, reaksi kimia yang terjadi menghasilkan beberapa zat hasil
pembakaran seperti CO, CO2, SO2, asap dan gas. Hasil lain dari reaksi ini adalah
adanya radikal bebas dari atom oksigen dan hidrogen dalam bentuk hidroksil (OH).
Bila 2 (dua) gugus OH pecah menjadi H2O dan radikal bebas O. O radikal ini
selanjutnya akan berfungsi lagi sebagai umpan pada proses pembakaran sehingga
disebut reaksi pembakaran berantai.
2.4 Kebakaran
Pengertian Tentang Kebakaran
11
Kebakaran adalah suatu peristiwa dimana suatu material terbakar oleh api ataureaksi
pembakaran yang tidak terkendali dan menimbulkan kerugian materi atau nyawa
manusia atau kebakaran juga dapat diartikan api yang tidak terkendali atautidak
dikehendaki serta merugikan. Jadi dapat disimpulkan juga bahwa suat u reaksi
berantai yang menghasilkan energi panas yang cukup untuk disebarkan kepada bahan
bakar lainnya yang menjadi ikut terbakar. Disini api tidak dilihat dari besar atau
kecilnya api tersebut, jika memang apiitu kecil akan tetapi tidak terkendali serta
merugikan maka itu juga dapat digolongkan kebakaran. Dan semantara itu jika api
tersebut besar namun itu dikehendaki dan dapat dikendalikan maka ini tidak dapat
digolongkan dalam kebakaran (Farha, 2010). Pada proses penyalaan, api mengalami
empat tahapan, mulai dari tahap permulaan hingga menjadi besar, berikut
penjelasannya:
1. Incipien Stage (Tahap Permulaan)
Pada tahap ini tidak terlihat adanya asap, lidah api, atau panas, tetapi terbentuk
partikel pembakaran dalam jumlah yang signifikan selama periode tertentu.
2. Smoldering Stage (Tahap Membara)
Partikel pembakaran telah bertambah, membentuk apa yang kita lihat sebagai
“asap”. Masih belum ada nyala api atau panas yang signifikan.
3. Flame Stage
Tercapai titik nyala, dan mulai terbentuk lidah api. Jumlah asap mulai berkurang,
sedangkan panas meningkat.
4. Heat Stage
Pada tahap ini terbentuk panas, lidah api, asap, dan gas beracun dalam jumlah
besar. Transisi dari flame stage ke heat stage biasanya sangat cepat, seolah-olah
menjadi satu dalam fase sendiri.
2. Konduksi
Api juga dapat menjalar melalui fluida, misalnya air, udara, atau bahan cair
lainnya. Suatu ruangan yang terbakar dapat menyebarkan panas melalui hembusan
angin yang terbawa udara panas ke daerah sekitarnya.
3. Radiasi
Penjalaran panas lainnya melalui proses radiasi yaitu pancaran cahaya atau
gelombang elektro-magnetik yang dikeluarkan oleh nyala api. Dalam proses
radiasi ini, terjadi proses perpindahan panas (heat transfer) dari sumber panas ke
objek penerimanya. Faktor inilah yang sering menjadi penyebab penjalaran api
dari suatu bangunan ke bangunan lain di sebelahnya.
Bahaya Kebakaran
Kebakaran mengandung berbagai potensi bahaya baik bagi manusia, harta benda
maupun lingkungan. Berikut ini dijelaskan bahaya utama suatu kebakaranmenurut
Soehatman Ramli.
1. Terbakar api secara langsung
Karena terjebak dalam api yang sedang berkobar. Panas yang tinggi akan
mengakibatkan luka bakar. Luka bakar merupakan jenis luka, kerusakan
jaringan, atau kehilangan jaringan yang diakibatkan sumber panas ataupun
suhu dingin yang tinggi, sumber listrik, bahan kimiawi, cahaya, dan radiasi.
2. Terjebak asap yang ditimbulkan
Sekitar 50-80% kematian pada saat kebakaran dikarenakan menghirup asap
dari pada luka bakar. Menurut NFPA 92A Tahun 1996, asap adalah gas-gas
serta partikel padat dan cair yang beterbangan akibat dari proses pembakaran
bersama dengan udara yang tercampur di dalamnya. Produksi asap bergantung
pada dua hal yaitu ukuran api dan tinggi plafon ruangan. Semakin kecil
ketinggian ruang di atas api menyebabkan tumpukan lapisan asap yang
semakin cepat menebal, semakin terbuka ruang di atas api, asap akan semakin
13
berkurang. Jenis asap yang dihasilkan berbeda pada setiap kebakaran, begitu
pula dengan gas-gas beracun yang dihasilkan akibat kebakaran, tergantung
dari bahan atau material yang terbakar.
3. Bahaya lain akibat kebakaran Misalnya kejatuhan benda akibat runtuhnya
konstruksi. Bahaya ini banyak sekali terjadi dan mengancam keselamatan
penghuni, bahkan juga petugas pemadam kebakaran yang memasuki bangunan
yang sedang terbakar. Bahaya lainnya dapat bersumber dari ledakan bahan
atau material yang terdapat dalam ruangan yang terbakar. Salah satu bahaya
lain yang sering terjadi adalah ledakan gas yang terkena paparan panas.
4. Trauma akibat kebakaran
Bahaya ini juga banyak mengancam korban kebakaran yang terperangkap,
panik, kehilangan orientasi dan akhirnya dapat berakibat fatal. Hal ini banyak
terjadi dalam kebakaran gedung bertingkat, dimana penghuninya kesulitan
untuk mencari jalan keluar yang sudah dipenuhi asap.
Faktor manusia
Faktor manusia disebabkan kurangnya pengertian terhadap penanggulagan bahaya
kebakaran. Dalam hal ini, orang yang bersangkutan sama sekali belum mengerti
atau hanya sedikit mengetahui tentang cara-cara penanggulangan bahaya
kebakaran, misalnya:
a. Mendekat-dekatkan benda-benda yang mudah terbakar ke sumber api/panas,
seperti: meletakkan kompor yang sedang menyala di dekat dinding yang
mudah terbakar.
b. Memadamkan api (kebakaran) yang sedang terjadi dengan menggunakan
peralatan pemadaman/media pemadaman yang bukan pada
tempatnya/fungsinya, seperti memadamkan api yang berasal dari kebakaran
benda cair (bensin, solar, minyak tanah, dll) dengan menggunakan air.
14
c. Kelalaian, dalam hal ini yang bersangkutan termasuk kepada orang-orang yang
sudah memahami/mengerti tentang cara-cara penanggulangan kebakaran.
Hanya saja ia malas/lalai untuk menjalaninya, misalnya tidak pernah mau
memperhatikan atau mengadakan pengontrolan/pemeriksaan secara rutin
terhadap alat-alat yang akan dan sedang dipakai (kompor, generator, instalasi
listrik, alat-alat listrik, dll). Tidak pernah mengadakan pengamatan terhadap
lingkungan situasi setempat sewaktu akanmeninggalkan ruang kerja dan tempat
tinggal. Membiarkan anak-anak bermain api. Tidak pernah mengadakan
pengontrolan terhadap perlengkapan alat pemadam kebakaran dan tidak
mematuhi larangan-larangan di suatu tempat.
d. Disengaja, yakni suatu kebakaran yang benar-benar sengaja dilakukan oleh
seseorang dengan tujuan untuk maksud-maksud tertentu, misalnya saja mencari
keuntungan pribadi dan untuk balas dendam.
Faktor teknis
Faktor teknis terbagi menjadi tiga yaitu melalui proses mekanis, kimia
danmelalui tenaga listrik antara lain sebagai berikut:
a. Melalui proses mekanis, dimana 2 (dua) faktor penting yang menjadi peranan
dalam proses ini ialah timbulnya panas akibat kenaikan suhu atau timbulnya
bunga api akibat dari pengetesan benda-benda maupun adanya api terbuka.
b. Melalui proses kimia, yaitu terjadi sewaktu pengangkutan bahan-bahan kimia
berbahaya, penyimpanan dan penanganan (handling) tanpa memperhatikan
petunjuk-petunjuk yang ada.
c. Melalui tenaga listrik, pada umumnya terjadi karena hubungan pendek
sehingga menimbulkan panas atau bunga api dan dapat menyalakan atau
membakar komponen yang lain.
Faktor Alam
Berdasarkan faktor alam terbagi menjadi dua yaitu petir dan gunung meletus:
a. Petir adalah salah satu penyebab adanya kebakaran dan peledakan akibat dari
faktor alam.
b. Gunung meletus, bisa menyebabkan kebakaran hutan yang luas, juga
15
perumahan-perumahan yang dilalui oleh lahar panas.
Konsep Pemadaman
Sasaran utama dari upaya pencegahan kebakaran adalah untuk dapat mematikan
dan memadamkan kebakaran jika terjadi. Memadamkan kebakaran bagi setengah
orang mungkin dianggap sulit dan menakutkan, terutama jika api telah berkobar
hebat dan menjulang ke angkasa, dengan asap serta nyala yang hebat. Namun
bagi professional pemadam kebakaran, yang telah memahami teori dan konsep
api, maka upaya tersebut dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Prinsip dari
pemadaman kebakaran adalah memutus mata rantai segi tiga api, misalnya
dengan menghilangkan bahan bakar, membuang panas atau oksigen.
Memadamkan kebakaran atau mematikan api dapat dilakukan dengan beberapa
teknik atau pendekatan.
Pembatasan Oksigen
Untuk proses pembakaran, suatu bahan bakar membutuhkan oksigen yang cukup
misalnya kayu akan mulai menyala pada permukaan bila kadar oksigen ,acetylene
memerlukan oksigen dibawah 5%, sedangkan gas dan uap hidrokarbon biasanya
tidak akan terbakar bila kadar oksigen di bawah 15%. Sesuai dengan teori
segitiga api, kebakaran dapat dihentikan dengan menghilangkan atau mengurangi
suplai oksigen, dengan membatasi atau mengurangi oksigen dalam proses
pembakaran api dapat padam, teknik ini dikenal dengan smothering.
16
Penghilang Bahan Bakar
Api secara alamiah akan mati dengan sendirinya jika bahan yang dapat terbakar
sudah habis. Atas dasar ini, api dapat dikurangi dengan menghilangkan jumlah
bahan yang terbakar. Teknik ini disebut starvation, teknik starvation juga dapat
dilakukan misalnya dengan menyemprotkan bahan yang terbakar dengan busa
sehingga suplai bahan bakar untuk kelangsungan pembakaran terhenti atau
berkurang sehingga api akan mati. Api juga dapat dipadamkan dengan
menjauhkan bahan yang terbakar ke tempat yang aman.
19
BAB III
Penutup
Kesimpulan
4. Keselamatan Kerja merupakan aspek paling penting pada pekerjaan.
5. Penggunaan alat pelindung diri dapat melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya terhadap
kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja, dan mengurangi resiko penyakit akibat
kecelakaan.
6. Pemadaman kebakaran dilakukan sesuai dengan jenis kebakaran yang terjadi.
7. Alat pemadam harus selalu diperiksa secara berkala.(Johanes, 2017)
20
Daftar Pustaka
21