Anda di halaman 1dari 21

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Disusun Oleh:

Erico Adi Putra


035017183220030
Tingkat I (Reguler Pagi)

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA TEKNIK GIGI


POLITEKNIK HANG TUAH JAKARTA
JAKARTA
2022
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Makalah K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja).
Makalah ini berisikan tentang pengertian K3 menurut beberapa ahli, dasar hukum. K3,
penyebab terjadinya kecelakaan, sumber-sumber bahaya di tempat kerja, alat pelindung diri,
kimia api dan dinamika api, cara penanggulangan kebakaran serta alat-alat pemadam
kebakaran.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaan
makalah ini.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan serta wawasan bagi
para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah yang telah ia
buat.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak orang khususnya
pembaca dan semoga Allah SWT. senantiasa meridhai segala urusan kami. Aamin.

Jakarta, 14 September 2022

2
3
Daftar Isi

Kata Pengantar...................................................................................................................................2

Daftar Isi............................................................................................................................................3

BAB I.................................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.............................................................................................................................4

1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................................5

1.4 Manfaat Penulisan............................................................................................................5

BAB II...............................................................................................................................................6

PEMBAHASAN................................................................................................................................6

2.1 K3 6

2.1.1 Pengertian K3............................................................................................................6

BAB III Penutup...............................................................................................................................19

Daftar Pustaka..................................................................................................................................20

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dalam kegiatan sehari-hari dalam melakukan aktivitas, kita sering tidak menduga akan
mendapatkan resiko kecelakaan pada diri kita sendiri. Banyak sekali masyarakat yang belum
menyadari akan hal ini, termasuk di Indonesia. Baik di lingkungan kerja (perusahaan, pabrik,
atau kantor), di jalan raya, tempat umum maupun di lingkungan rumah.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja,
perusahaan, lingkungan hidup dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja.
Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan juga instansi
pemerintahan. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan menciptakan
sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen,
tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan
mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien dan produktif (Azmi, 2008).

Penerapan K3 adalah untuk mengurangi atau mencegah kecelakaan yang mengakibatkan


cidera atau kerugian materi. Karena itu, para ahli K3 berupaya mempelajari fenomena
kecelakaan, faktor penyebab, serta cara efektif untuk mencegahnya. Upaya pencegahan
kecelakaan kerja di Indonesia masih menghadapi berbagai kendala, salah satu diantaranya
adalah pola pikir yang masih tradisional yang menganggap kecelakaan adalah sebagai musibah,
sehingga masyarakat bersifat pasrah terhadap kecelakaan kerja yang menimpa mereka (Ramli,
2010).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud LK3? Apa saja peraturan perundangan LK3?


2. Apa saja penyebab kecelelakaan kerja? Apa saja sumber-sumber bahaya di tempat kerja?
3. Apa yang dimaksud APD seta macam-macamnya?
4. Apa yang dimaksud dengan kimia api dan dinamika api?
5. Bagaimana kebakaran dapat terjadi serta penanggulangannya?
5
6. Apa saja peralatan pemadam kebakaran?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui perundangan-undangan K3
2. Dapat mengetahui sebab-sebab kecelakaan kerja.
3. Dapat mengetahui sumber-sumber bahaya di tempat kerja.
4. Dapat mengetahui APD serta macam-macamnya.
5. Dapat mengetahui makna kimia api dan dinamika api.
6. Dapat mencegah dan menanggulangi kebakaran serta mengetahui arti dari kebakaran.
7. Dapat mengetahui macam-macam alat pemadam kebakaran.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber;


2. Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan;
3. Memperoleh kepuasan intelektual;
4. Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan.
5. Menambah wawasan mahasiswa akan K3.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 K3

2.1.1 Pengertian K3
1. Menurut Mangkunegara (2002, p.163) Keselamatan dan kesehatan kerjaadalah suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah
maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil
karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
2. Menurut Suma’mur (2001, p.104), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha
untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang
bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
3. Menurut Simanjuntak (1994), Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang
bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup
tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi
pekerja.
4. Mathis dan Jackson (2002, p. 245), menyatakan bahwa Keselamatan adalahmerujuk
pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang
terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik,
mental dan stabilitas emosi secara umum.
5. Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000, p.6),
mengartikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam
pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi
masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
6. Jackson (1999, p. 222), menjelaskan bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja
menunjukkan kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja
yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.

Tujuan K3
 Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di tempat

7
kerja.
 Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.
 Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas Nasional. 4 Berdasarkan Undang-
Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

Sasaran K3
 Menjamin keselamatan pekerja.
 Menjamin keamanan alat yang digunakan.
 Menjamin proses produksi yang aman dan lancar.

Norma-Norma yang Harus Dipahami dalam K3


 Aturan yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja
 Diterapkan untuk melindungi tenaga kerja.
 Resiko kecelakaan dan penyakit kerja.

Tujuan norma-norma: agar terjadi keseimbangan dari pihak perusahaan dapat


menjamin keselamatan pekerja.

Hambatan dari Penerapan K3


a. Hambatan dari sisi pekerja/ masyarakat:
- Tuntutan pekerja masih pada kebutuhan dasar.
- Banyak pekerja tidak menuntut jaminan k3 karena SDM yang masih
rendah.
b. Hambatan dari sisi perusahaan:
Perusahaan yang biasanya lebih menekankan biaya produksi atau operasional
dan meningkatkan efisiensi pekerja untuk menghasilkan keuntungan yang
sebesar-besarnya.

2.2 Alat Pelindung Diri (APD)


Definisi Alat Peilindung Diri (APD)
Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja

8
untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi
bahaya/kecelakaan kerja. APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi
tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak dapat
dilakukan dengan baik. APD juga merupakan kelengkapan yang wajib digunakan saat
bekerja sesuai kebutuhan untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di
sekelilingnya. Perlengkapan pelindung diri termasuk semua pakaian dan aksesories
pekerjaan lain yang dirancang untuk menciptakan sebuah penghalang terhadap bahaya
tempat kerja. Penggunaan APD harus tetap di kontrol oleh pihak yang bersangkutan,
khususnya di sebuah tempat kerja. Menurut Suma’mur (1992), alat pelindung diri
adalah suatu alat yang dipakai untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-
bahaya kecelakaan kecelakaan kerja. Alat pelindung diri merupakan salah satu cara
untuk mencegah kecelakaan dan secara teknis APD tidaklah sempurna untuk mencegah
kecelakaan yang terjadi.

Tujuan dan Manfaat Alat Pelindung Diri (APD)


Adapun tujuan dari penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), antara lain:
1. Melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administrative
tidak dapat dilakukan dengan baik.
2. Meningkatkan efektifitas dan produktivitas kerja.
3. Menciptakan lingkungan kerja yang aman.

Sedangkan manfaat dari penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), antara lain :
1. Untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya
potensi bahaya/kecelakaan kerja.
2. Mengurangi resiko penyakit akibat kecelakaan.

Persyaratan APD
Menurut Suma’ur (1992) persyaratan yang harus dipenuhi alat pelindung diri:
a. Nyaman dipakai.
b. Tidak mengganggu kerja.
c. Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya.

9
Kimia Api
Api terjadi karena adanya reaksi kimia yang cepat antara bahan bakar dengan oksigen.
Apabila reaksi tersebut terkendali, tidak merugikan maka sering dikatakan sebagai api
yang bermanfaat untuk suatu kehidupan. Tetapi sebaliknya apabila tidak terkendali
dan merugikan (sifatnya merusak, maka dikatakan sebagai kebakaran.

2.3 Dinamika Api


Teori Segitiga Api (Fire Triangle)
Secara sederhana susunan kimiawi dalam proses kebakaran dapat digambarkan
dengan istilah “Segitiga Api”. Teori segitiga api ini menjelaskan bahwa untuk dapat
berlangsungnya proses nyala api diperlukan adanya 3 unsur pokok, yaitu: bahan yang
dapat terbakar (fuel), oksigen (O2) yang cukup dari udara atau daribahan oksidator,
dan panas yang cukup (materi pengawasan K3 penanggulangan Kebakaran
Depnakertrans, 2008).

Gambar Segitiga Api (Fire Triangle)

Berdasarkan teori segitiga api tersebut, maka apabila ketiga unsur di atas bertemu
akan terjadi api. Namun, apabila salah satu unsur tersebuttidak ada atau tidak berada
pada keseimbangan yang cukup, maka api tidak akan terjadi. Prinsip segitiga api ini
dipakai sebagai dasar untuk mencegah kebakaran (mencegah agar api tidak terjadi)
dan penanggulangan api yakni memadamkan api yang tak dapat dicegah (Karla, 2007;

10
Suma’mur, 1989).

Teori Bidang Empat Api (Tetrahedron of Fire)


Teori segitiga api mengalami perkembangan yaitu dengan ditemukannya unsur
keempat untuk terjadinya api yaitu rantai reaksi kimia. Konsep ini dikenal dengan
teori tetrahedron of fire. Teori ini ditemukan berdasarkan penelitian dan
pengembangan bahan pemadam tepung kimia (dry chemical) dan halon (halogenated
hydrocarbon). Ternyata jenis bahan pemadam ini mempunyai kemampuan memutus
rantai reaksi kontinuitas proses api.

Gambar Bidang Empat Api (Tetrahedron of Fire)

Teori tethtrahedron of fireini didasarkan bahwa dalam panas pembakaran yang normal
akan timbul nyala, reaksi kimia yang terjadi menghasilkan beberapa zat hasil
pembakaran seperti CO, CO2, SO2, asap dan gas. Hasil lain dari reaksi ini adalah
adanya radikal bebas dari atom oksigen dan hidrogen dalam bentuk hidroksil (OH).
Bila 2 (dua) gugus OH pecah menjadi H2O dan radikal bebas O. O radikal ini
selanjutnya akan berfungsi lagi sebagai umpan pada proses pembakaran sehingga
disebut reaksi pembakaran berantai.

2.4 Kebakaran
Pengertian Tentang Kebakaran

11
Kebakaran adalah suatu peristiwa dimana suatu material terbakar oleh api ataureaksi
pembakaran yang tidak terkendali dan menimbulkan kerugian materi atau nyawa
manusia atau kebakaran juga dapat diartikan api yang tidak terkendali atautidak
dikehendaki serta merugikan. Jadi dapat disimpulkan juga bahwa suat u reaksi
berantai yang menghasilkan energi panas yang cukup untuk disebarkan kepada bahan
bakar lainnya yang menjadi ikut terbakar. Disini api tidak dilihat dari besar atau
kecilnya api tersebut, jika memang apiitu kecil akan tetapi tidak terkendali serta
merugikan maka itu juga dapat digolongkan kebakaran. Dan semantara itu jika api
tersebut besar namun itu dikehendaki dan dapat dikendalikan maka ini tidak dapat
digolongkan dalam kebakaran (Farha, 2010). Pada proses penyalaan, api mengalami
empat tahapan, mulai dari tahap permulaan hingga menjadi besar, berikut
penjelasannya:
1. Incipien Stage (Tahap Permulaan)
Pada tahap ini tidak terlihat adanya asap, lidah api, atau panas, tetapi terbentuk
partikel pembakaran dalam jumlah yang signifikan selama periode tertentu.
2. Smoldering Stage (Tahap Membara)
Partikel pembakaran telah bertambah, membentuk apa yang kita lihat sebagai
“asap”. Masih belum ada nyala api atau panas yang signifikan.
3. Flame Stage
Tercapai titik nyala, dan mulai terbentuk lidah api. Jumlah asap mulai berkurang,
sedangkan panas meningkat.
4. Heat Stage
Pada tahap ini terbentuk panas, lidah api, asap, dan gas beracun dalam jumlah
besar. Transisi dari flame stage ke heat stage biasanya sangat cepat, seolah-olah
menjadi satu dalam fase sendiri.

Proses Penjalaran Api


Kebakaran biasanya dimulai dari api yang kecil, kemudian membesar dan menjalar ke
daerah sekitarnya. Penjalaran api menurut Soehatman Ramli, dapat melalui beberapa
cara yaitu:
1. Konveksi
Yaitu penjalaran api melalui benda padat, misalnya merambat melalui besi, beton,
12
kayu, atau dinding. Jika terjadi kebakaran di suatu ruangan, maka panas dapat
merambat melalui dinding sehingga ruangan di sebelah akan mengalami
pemanasan yang menyebabkan api dapat merambat dengan mudah.

2. Konduksi
Api juga dapat menjalar melalui fluida, misalnya air, udara, atau bahan cair
lainnya. Suatu ruangan yang terbakar dapat menyebarkan panas melalui hembusan
angin yang terbawa udara panas ke daerah sekitarnya.
3. Radiasi
Penjalaran panas lainnya melalui proses radiasi yaitu pancaran cahaya atau
gelombang elektro-magnetik yang dikeluarkan oleh nyala api. Dalam proses
radiasi ini, terjadi proses perpindahan panas (heat transfer) dari sumber panas ke
objek penerimanya. Faktor inilah yang sering menjadi penyebab penjalaran api
dari suatu bangunan ke bangunan lain di sebelahnya.

Bahaya Kebakaran
Kebakaran mengandung berbagai potensi bahaya baik bagi manusia, harta benda
maupun lingkungan. Berikut ini dijelaskan bahaya utama suatu kebakaranmenurut
Soehatman Ramli.
1. Terbakar api secara langsung
Karena terjebak dalam api yang sedang berkobar. Panas yang tinggi akan
mengakibatkan luka bakar. Luka bakar merupakan jenis luka, kerusakan
jaringan, atau kehilangan jaringan yang diakibatkan sumber panas ataupun
suhu dingin yang tinggi, sumber listrik, bahan kimiawi, cahaya, dan radiasi.
2. Terjebak asap yang ditimbulkan
Sekitar 50-80% kematian pada saat kebakaran dikarenakan menghirup asap
dari pada luka bakar. Menurut NFPA 92A Tahun 1996, asap adalah gas-gas
serta partikel padat dan cair yang beterbangan akibat dari proses pembakaran
bersama dengan udara yang tercampur di dalamnya. Produksi asap bergantung
pada dua hal yaitu ukuran api dan tinggi plafon ruangan. Semakin kecil
ketinggian ruang di atas api menyebabkan tumpukan lapisan asap yang
semakin cepat menebal, semakin terbuka ruang di atas api, asap akan semakin
13
berkurang. Jenis asap yang dihasilkan berbeda pada setiap kebakaran, begitu
pula dengan gas-gas beracun yang dihasilkan akibat kebakaran, tergantung
dari bahan atau material yang terbakar.
3. Bahaya lain akibat kebakaran Misalnya kejatuhan benda akibat runtuhnya
konstruksi. Bahaya ini banyak sekali terjadi dan mengancam keselamatan
penghuni, bahkan juga petugas pemadam kebakaran yang memasuki bangunan
yang sedang terbakar. Bahaya lainnya dapat bersumber dari ledakan bahan
atau material yang terdapat dalam ruangan yang terbakar. Salah satu bahaya
lain yang sering terjadi adalah ledakan gas yang terkena paparan panas.
4. Trauma akibat kebakaran
Bahaya ini juga banyak mengancam korban kebakaran yang terperangkap,
panik, kehilangan orientasi dan akhirnya dapat berakibat fatal. Hal ini banyak
terjadi dalam kebakaran gedung bertingkat, dimana penghuninya kesulitan
untuk mencari jalan keluar yang sudah dipenuhi asap.

Faktor-Faktor Penyebab Terjadinyan Kebakaran


Berdasarkan pengamatan, pengalaman, penyelidikan dan analisa dari
setiapperistiwa kebakaran dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor
penyebabterjadinya kebakaran dan peledakan bersumber pada 3 (tiga) faktor.

Faktor manusia
Faktor manusia disebabkan kurangnya pengertian terhadap penanggulagan bahaya
kebakaran. Dalam hal ini, orang yang bersangkutan sama sekali belum mengerti
atau hanya sedikit mengetahui tentang cara-cara penanggulangan bahaya
kebakaran, misalnya:
a. Mendekat-dekatkan benda-benda yang mudah terbakar ke sumber api/panas,
seperti: meletakkan kompor yang sedang menyala di dekat dinding yang
mudah terbakar.
b. Memadamkan api (kebakaran) yang sedang terjadi dengan menggunakan
peralatan pemadaman/media pemadaman yang bukan pada
tempatnya/fungsinya, seperti memadamkan api yang berasal dari kebakaran
benda cair (bensin, solar, minyak tanah, dll) dengan menggunakan air.
14
c. Kelalaian, dalam hal ini yang bersangkutan termasuk kepada orang-orang yang
sudah memahami/mengerti tentang cara-cara penanggulangan kebakaran.
Hanya saja ia malas/lalai untuk menjalaninya, misalnya tidak pernah mau
memperhatikan atau mengadakan pengontrolan/pemeriksaan secara rutin
terhadap alat-alat yang akan dan sedang dipakai (kompor, generator, instalasi
listrik, alat-alat listrik, dll). Tidak pernah mengadakan pengamatan terhadap
lingkungan situasi setempat sewaktu akanmeninggalkan ruang kerja dan tempat
tinggal. Membiarkan anak-anak bermain api. Tidak pernah mengadakan
pengontrolan terhadap perlengkapan alat pemadam kebakaran dan tidak
mematuhi larangan-larangan di suatu tempat.
d. Disengaja, yakni suatu kebakaran yang benar-benar sengaja dilakukan oleh
seseorang dengan tujuan untuk maksud-maksud tertentu, misalnya saja mencari
keuntungan pribadi dan untuk balas dendam.

Faktor teknis
Faktor teknis terbagi menjadi tiga yaitu melalui proses mekanis, kimia
danmelalui tenaga listrik antara lain sebagai berikut:
a. Melalui proses mekanis, dimana 2 (dua) faktor penting yang menjadi peranan
dalam proses ini ialah timbulnya panas akibat kenaikan suhu atau timbulnya
bunga api akibat dari pengetesan benda-benda maupun adanya api terbuka.
b. Melalui proses kimia, yaitu terjadi sewaktu pengangkutan bahan-bahan kimia
berbahaya, penyimpanan dan penanganan (handling) tanpa memperhatikan
petunjuk-petunjuk yang ada.
c. Melalui tenaga listrik, pada umumnya terjadi karena hubungan pendek
sehingga menimbulkan panas atau bunga api dan dapat menyalakan atau
membakar komponen yang lain.

Faktor Alam
Berdasarkan faktor alam terbagi menjadi dua yaitu petir dan gunung meletus:
a. Petir adalah salah satu penyebab adanya kebakaran dan peledakan akibat dari
faktor alam.
b. Gunung meletus, bisa menyebabkan kebakaran hutan yang luas, juga
15
perumahan-perumahan yang dilalui oleh lahar panas.

Konsep Pemadaman
Sasaran utama dari upaya pencegahan kebakaran adalah untuk dapat mematikan
dan memadamkan kebakaran jika terjadi. Memadamkan kebakaran bagi setengah
orang mungkin dianggap sulit dan menakutkan, terutama jika api telah berkobar
hebat dan menjulang ke angkasa, dengan asap serta nyala yang hebat. Namun
bagi professional pemadam kebakaran, yang telah memahami teori dan konsep
api, maka upaya tersebut dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Prinsip dari
pemadaman kebakaran adalah memutus mata rantai segi tiga api, misalnya
dengan menghilangkan bahan bakar, membuang panas atau oksigen.
Memadamkan kebakaran atau mematikan api dapat dilakukan dengan beberapa
teknik atau pendekatan.

Pemadaman dengan Pendingin


Teknik pendinginan (cooling) adalah teknik memadamkan kebakaran dengan cara
mendinginkan atau menurunkan temperatur uap atau gas yang terbakar sampai
kebawah temperature nyalanya. Cara ini banyak dilakukan oleh petugas
pemadam kebakaran dengan menggunakan semprotan air ke lokasi atau titik
kebakaran sehingga api secara perlahan dapat berkurang dan mati. Semprotan air
yang disiramkan ke tengah api akan mengakibatkan udara sekitar api mendingin.
Sebagian panas akan diserap oleh air yang kemudian berubah bentuk menjadi uap
air yang akan mendinginkan api.

Pembatasan Oksigen
Untuk proses pembakaran, suatu bahan bakar membutuhkan oksigen yang cukup
misalnya kayu akan mulai menyala pada permukaan bila kadar oksigen ,acetylene
memerlukan oksigen dibawah 5%, sedangkan gas dan uap hidrokarbon biasanya
tidak akan terbakar bila kadar oksigen di bawah 15%. Sesuai dengan teori
segitiga api, kebakaran dapat dihentikan dengan menghilangkan atau mengurangi
suplai oksigen, dengan membatasi atau mengurangi oksigen dalam proses
pembakaran api dapat padam, teknik ini dikenal dengan smothering.
16
Penghilang Bahan Bakar
Api secara alamiah akan mati dengan sendirinya jika bahan yang dapat terbakar
sudah habis. Atas dasar ini, api dapat dikurangi dengan menghilangkan jumlah
bahan yang terbakar. Teknik ini disebut starvation, teknik starvation juga dapat
dilakukan misalnya dengan menyemprotkan bahan yang terbakar dengan busa
sehingga suplai bahan bakar untuk kelangsungan pembakaran terhenti atau
berkurang sehingga api akan mati. Api juga dapat dipadamkan dengan
menjauhkan bahan yang terbakar ke tempat yang aman.

Memutus Reaksi Berantai


Cara yang terakhir untuk memadamkan api adalah dengan mencegah terjadinya
reaksi rantai di dalam proses pembakaran. Para ahli menemukan bahwa reaksi
rantai bisa menhasilkan nyala api. Pada beberapa zat kimia mempunyai sifat
memecah sehingga terjadi reaksi rantai oleh atom-atom yang dibutuhkan oleh
nyala untuk tetap terbakar. CH4 + 2O2 → CO2 + 2H2O + E Dengan tidak
terjadinya reaksi atom ini, maka nyala api akan padam.

2.5 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)


APAR ialah alat yang ringan serta mudah digunakan oleh satu orang untuk
memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran. Berikut ini beberapa media
yangpemadam api yang umum dipakai sebagai APAR:
a. Tepung kimia kering.
APAR dengan serbuk kimia terdiri dari 2 jenis, yaitu:
a. Tabung berisi serbuk kimia dan sebuah tabung kecil (cartridge) yang berisi
gas bertekanan CO2 atau N2 sebagai pendorong serbuk kimia.
b. Tabung berisi serbuk kimia yang gas bertekanan langsung dimasukkan ke
dalam tabung bersama serbuk kimia (tanpa cartridge). Pada bagian luar
tabung terdapat indikator tekanan gas (pressure gauge) untuk mengetahui
apakan kondisi tekanan di dalam tabung masih memenuhi syarat atau tidak.
c. Air
APAR jenis ini membutuhkan gas CO2 atau N2 yang bertekanan yang
17
berfungsi untuk menekan air keluar.
d. Busa (foam)
APAR jenis ini juga membutuhkan gas CO2 atau N2 yang bertekanan untuk
menekan busa keluar.
e. Halon (cairan mudah menguap)
f. CO2
Tabung gas biasanya dilengkapi dengan indikator tekanan pada bagian
luarnya. Khususuntuk tabung yang berisi gas CO2, corong semprotnya
berbentuk melebar, berfungsi untuk merubah CO2 yang keluar menjadi
bentuk kabut bila disemprotkan.
g. Alat pemadam api beroda
Alat pemadam api ini sama dengan APAR, hanya ukurannya lebih besar
dengan berat antara 25 kg sampai dengan 150 kg dengan menggunakan
serbuk kimia atau gas. Untuk memudahkan bergerak, alat ini dilengkapi
dengan roda dan digunakan untuk memadamkan api yang lebih besar.

Indikator keberhasilan APAR dalam memadamkan api sangat tergantung dari


4 faktor, yaitu:
a. Pemilihan jenis APAR yang tepat sesuai dengan klasifikasi kebakaran.
b. Pengetahuan yang benar mengenai teknik penggunaan APAR.
c. Kecukupan jumlah isi bahan pemadam yang ada dalam APAR.
d. Berfungsinya APAR dengan baik.

APAR merupakan pertahanan pertama terhadap kebakaran, dan sangat efektif


bila digunakan saat kebakaran masih berada pada tahap awal. Oleh karena itu
APAR harus disediakan di semua tempat yang mudah dijangkau.

Penggunaan APAR yang memenuhi syarat Permennaker No. Per.


04/Men/1980, sebagai berikut:
a. Setiap jarak 15 meter
b. Di tempat yang mudah dilihat atau dijangkau
c. Pada jalur keluar arah refleks pelarian
18
d. Memperhatikan suhu sekitarnya
e. Tidak terkunci
f. Memperhatikan jenis dan sifat bahan yang dapat terbakar
g. Intensitas kebakaran yang mungkin terjadi seperti jumlah bahan bakar,
ukurannya, dan kecepatan menjalarnya.
h. Orang yang akan menggunakannya
i. Kemungkinan terjadinya reaksi kimia
j. Efek terhadap keselamatan dan kesehatan orang yang menggunakan
APAR

2.6 Program Pemeriksaan dan Pwmwliharaan Sarana Proteksi


Kebakaran
Penyediaan peralatan kebakaran seperti: APAR, instalasi alarm kebakaran
otomatik, sistem sprinkler, dan lain-lainnya di dalam suatu perusahaan adalah
agar kebakaran di tempat kerja tersebut dapat dihindari atau setidak-tidaknya
dikurangi/diperkecil. Agar maksud tersebut dapat tercapai maka peralatan 43
kebakaran yang telah disediakan harus selalu dalam keadaan siap untuk
digunakan atau siap bekerja setiap saat (Bahan Training Keselamatan Kerja
dan Penanggulangan Kebakaran, 1987). Pemerikasaan dan pemeliharaan
dilakukan untuk menjaga suatu peralatan tetap dalam kondisi siap untuk
operasi. Pemeriksaan dapat berupa inspeksi visual ataupun teknis. Inspeksi
visual dilakukan untuk melihat kondisi fisik dan kelengkapannya dan
dilaksanakan secara berkala sesuai kebutuhan. Sedangkan inspeksi teknis
dilakukan untuk mengetahui kualitas dan kehandalan serta dilaksanakan
minimum satu kali setahun atau sesuai peraturan yang berlaku.

19
BAB III
Penutup

Kesimpulan
4. Keselamatan Kerja merupakan aspek paling penting pada pekerjaan.
5. Penggunaan alat pelindung diri dapat melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya terhadap
kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja, dan mengurangi resiko penyakit akibat
kecelakaan.
6. Pemadaman kebakaran dilakukan sesuai dengan jenis kebakaran yang terjadi.
7. Alat pemadam harus selalu diperiksa secara berkala.(Johanes, 2017)

20
Daftar Pustaka

Johanes, S. (2017). Lk3 ( Keselamatan, Lingkungan Dan Kesehatan). 3.

21

Anda mungkin juga menyukai