Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH

“Kesehatan dan Keselamatan Kerja dalam Gawat Darurat”

NAMA KELOMPOK 2:

1. AHMAD ROBANI (18D10114)


2. DWI INDAH KUSUMA (18D10121)
3. KOMANG AYU MAS ARIASIH (18D10135)
4. MADE BUDIARTE (18D10137)
5. NI LUH PUTU INDAH SARI (18D10145)
6. NI LUH PUTU NILA ANGGRENI (18D10146)
7. NI WAYAN SRI INTEN PUTRIANI (18D10155)
8. NOVI NATALIA LATUIHAMALLO (18D10158)

D-IV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


ITEKES BALI
2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa / Ida Sang
Hyang Widhi Wasa, karena berkat rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Kasus K3 yang terjadi pada asuhan
keperawatan gawat darurat”

Makalah ini ditulis untuk mengetahui tentang Kasus K3 yang terjadi pada
asuhan keperawatan gawat darurat. Disamping itu juga untuk memenuhi
kewajiban tugas Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) di ITEKES BALI Tahun
Ajaran 2019/2020.

Kami berharap agar makalah ini dapat dipergunakan dengan baik dan ada
manfaatnya bagi pelajar khususnya mahasiswa .

Kami sadar akan kurang sempurnanya makalah ini, untuk itu kami
harapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, agar menjadi
masukan bagi kami untuk lebih baik kedepannya.

Denpasar, Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar...............................................................................................i

Daftar Isi........................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang.........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah....................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................2
1.4 Manfaat....................................................................................................2

BAB II Pembahasan

2.1 Konsep K3 secara umum.........................................................................3

2.2 K3 pada gawat darurat.............................................................................5

2.3 Masalah K3 yang terjadi pada gawat darurat...........................................10

2.4 Penatalaksanaan ......................................................................................12

BAB III Penutup

3.1 Kesimpulan..............................................................................................15

3.2 Saran........................................................................................................15

Daftar Pustaka................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja
pada khususnya, dan manusia pada umumnya, Keselamatan dan keamanan kerja
mempunyai banyak pengaruh terhadap faktor kecelakaan, karyawan harus mematuhi
standart (K3) agar tidak menjadikan hal-hal yang negative bagi diri karyawan.
Terjadinya kecelakaan banyak dikarenakan oleh penyakit yang diderita karyawan
tanpa sepengetahuan pengawas (K3), seharusnya pengawasan terhadap kondisi fisik
di terapkan saat memasuki ruang kerja agar mendeteksi secara dini kesehatan pekerja
saat akan memulai pekerjaanya. Keselamatan dan kesehatan kerja perlu diperhatikan
dalam lingkungan kerja, karena kesehatan merupakan keadaan atau situasi sehat
seseorang baik jasmani maupun rohani sedangkan keselamatan kerja suatu keadaan
dimana para pekerja terjamin keselamatan pada saat bekerja baik itu dalam
menggunakan mesin, pesawat, alat kerja, proses pengolahan juga tempat kerja dan
lingkungannya juga terjamin. Apabila para pekerja dalam kondisi sehat jasmani
maupun rohani dan didukung oleh sarana dan prasarana yang terjamin
keselamatannya maka produktivitas kerja akan dapat ditingkatkan. Masalah kesehatan
adalah suatu masalah yang kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah
lain di luar kesehatan itu sendiri. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik
kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat, antara lain: keturunan, lingkungan,
perilaku, dan pelayanan kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu pengertian , prinsip, tujuan keselamatan dan kesehatan kerja?
2. Apa itu keselamatan dan kesehatan kerja dalam gawat darurat?
3. Apa masalah keselamatan dan kesehatan kerja dalam gawat darurat?
4. Bagaimana penatalaksanaannya?

1
1.3 Tujuan
1.Untuk mengetahui pengertian , prinsip, tujuan dan pentingnya keselamatan
kerja.
2.Untuk mengetahui keselamatan dan kesehatan kerja dalam gawat darurat
3.Untuk mengetahui masalah keselamatan dan kesehatan kerja dalam gawat
darurat
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan

1.4 Manfaat

Dengan membahas tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang aman ,


maka diharapkan dapat menambah pengetahuan serta pemahaman dari tenaga
kesehatan mengenai keselamatan, kesehatan kerja yang diterapkan di rumah
sakit.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1   Pengertian Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)


Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja
menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan
pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara
menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada
masyarakat luas. Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK)
di kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia
belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit
akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan)
menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor
penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas
serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang
meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman
walaupun sudah tersedia. Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun
1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja
harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan
kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya.

Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan


hidupnya. Dalam bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan
faktor yang sangat penting untuk diperhatikan karena seseorang yang
mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan berdampak pada diri,
keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat meminimalisir
Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan
mempunyai kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja
dan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari

3
pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2003 tentang Kesehatan, Pasal 23 dinyatakan bahwa upaya
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan di semua
tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya
kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling
sedikit 10 orang. Jika memperhatikan isi dari pasal di atas maka jelaslah
bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan
berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak
hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi juga terhadap
pasien maupun pengunjung RS. Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola
RS menerapkan upaya-upaya K3 di RS.

Potensi bahaya di RS, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi


bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu
kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan
instalasi listrik, dan sumber-sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan
kimia yang berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial dan ergonomi.
Semua potensi bahaya tersebut di atas, jelas mengancam jiwa dan kehidupan
bagi para karyawan di RS, para pasien maupun para pengunjung yang ada di
lingkungan RS.

  
 Bahaya Yang Dihadapi Dalam Rumah Sakit Atau Instansi Kesehatan
Dalam pekerjaan sehari-hari petugas keshatan selalu dihadapkan pada
bahaya-bahaya tertentu, misalnya bahaya infeksius, reagensia yang toksik
,peralatan listrik maupun peralatan kesehatan. Secara garis besar bahaya yang
dihadapi dalam rumah sakit atau instansi kesehatan dapat digolongkan dalam

1. Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar atau
meledak

2. Bahan beracun, korosif dan kaustik .

3. Bahaya radiasi .

4. Luka bakar .

5. Syok akibat aliran listrik .

4
6.    Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam .

7.    Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit.

Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan

Manajemen adalah pencapaian tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya,


dengan mempergunakan bantuan orang lain. Hal tersebut diharapkan dapat
mengurangi dampak kelalaian atau kesalahan (malprektek) serta mengurangi
penyebaran langsung dampak dari kesalahan kerja.

Untuk mencapai tujuan tersebut, dimembagi kegiatan atau fungsi


manajemen tesebut menjadi :

a. Planning (perencanaan)

b. Organizing (organisasi)

c. Actuating (pelaksanaan)

d. Controlling (pengawasan)

2.2 Pengertian K3 dalam Gawat Darurat

K3 adalah suatu kondisi pada pekerja dengan tingkat keselamatan kerja dan
kesehatan kerja yang setinggi-tingginya, jauh dari Penyakit Akibat Kerja  (PAK)
dan Kecelakaan Kerja. Agar seorang pekerja tidak mengalami PAK dan
kecelakaan kerja, maka perlu diupayakan beberapa tindakan perbaikan antara lain
padalingkungankerjanya.
Suatu lingkungan kerja nyaman bila lingkungan kerja tersebut, baik secara
fisik, kimia dan biologi tidak menimbulkan gangguan kesehatan pekerja. Faktor
fisik misalnya suhu tempat kerja, bising, getaran/vibrasi, radiasi maupun
pencahayaan baik, aman bagi kesehatan, faktor kimiawi baik untuk proses
produksi maupun hasil produksi suatu tempat kerja tidak mengganggu kesehatan
pekerja, demikian pula unsur biologi yang ada di tempat kerja serta ada penerapan
ergonomi yang baik. Suhu yang tinggi dan kebisingan di tempat kerja benar dapat
menyulut terjadinya suatu kecelakaan kerja maupun PAK.

5
Prosedur tanggap darurat, yaitu tata cara dalam mengantisipasi keadaan darurat,
secara garis besarnya meliputi:
1. Rencana/rancangan dalam menghadapi keadaan darurat.
2. Pendidikan dan Latihan.
3. Penanggulangan keadaan darurat.
4. Pemindahan dan penutupan.

1.Rencana/rancangan dalam menghadapi keadaan darurat.

Rencana/rancangan menghadapi keadaan darurat dimaksudkan untuk


mempersiapkan koordinasi dan petunjuk bagi rencana kegiatan
organisasi/perusahaan, kesiagaan untuk bertindak dan mendeteksi kejanggalan
pada kegiatan organisasi (pada proses pelayanan) dan/atau gejala alam, dimana
diduga kemungkinan akan adanya kecelakaan baik perseorangan, gangguan di
wilayah kerja atau kekacauan lingkungan. Penyusunan rencana/rancangan tersebut
diatas, mengacu pada informasi sebagai berikut:

1. Kemungkinan akan bahaya.


2. System peringatan bahaya.
3. Prosedur pengaturan tugas & bertindak.
4. Manajemen dan control
5. Komunikasi di lapangan.
6. Urutan Kuasa.
7. Tindakan / kegiatan anggota
8. Pusat organisasi keadaan darurat
9. Prosedur pemindahan (evakuasi)
10. Kelompok penolong
11. Modal.

Tanda dan peringatan yang baik dan benar untuk menghadapi keadaan darurat
dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan masing-masing, seperti :

6
a) Deteksi kebakaran
b) Alarm kebakaran
c) System peralatan deteksi
d) Teriakan para pekerja.
e) Peringatan dari luar.

Rencana/rancangan tersebut harus berisikan informasi yang memungkinkan siapa


saja untuk bisa menguasai keadaan darurat, seperti membunyikan alarm dan
memberitahukan kepada atasan mereka secepatnya.

Pendidikan dan latihan

Pendidikan dan latihan dalam menghadapi keadaan darurat, dimaksudkan selain


untuk memastikan perlindungan yang maksimal bagi jiwa dan kekayaan (gedung,
mesin/peralatan, kendaraan dan lain-lain), juga untuk mengurangi timbulnya
situasi dengan akibat yang merugikan. Persyaratan utama yang harus dimengerti
oleh para pekerja adalah mengerti dan memahami kegunaan dari : prosedur
tanggap darurat dan rencana/rancangan dalam menghadapi keadaan darurat serta
memahami segala sesuatu yang berhubungan dengan prosedur
penanggulangannya.

Penggunaan APD dalam Gawat Darurat


APD adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerjadiIGD untuk
melindungi dari beberapa jenis virus k, kuman dan bakteri di seluruh/sebagian tubuhnya
terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja saat gawat darurat. APD dipakai
sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa
(engineering) dan administrative tidak dapat dilakukan dengan baik. Namun pemakaian
APD bukanlah pengganti dari 10 kedua usaha tersebut, namun sebagai usaha akhir.Peralatan
pelindung dirimeliputisarung tangan, masker, tutup kepala/kap, gaun, apron, dan alas kaki
(Tiedjen. 2004)

7
1.Sarung tangan 
Melindungi tangan dari bahan infeksius dan mellindungi pasien dari mikroorganisme pada
tangan petugas. Alat ini merupakan pembatas fisikterpenting untuk mencegah penyebaran
infeksi dan harus selalu diganti untuk mencegah infeksi silang

2. Masker  
Masker harus cukup untuk menutup hidung , muka bagian bawah rahang dan
mulut . masker dipakai untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas
kesehatan atau petugus bedah bicara batuk atau dan juga untuk mencegah cipra
tan darah atau cairan tubuh yang terkontaminasi masuk kedalam hidung atau mulut
petugas kesehatan. Masker jika tidak terbuatdari bahan tahan cairan, bagaimanapun juga tidak
efektif dalam mencegah dengan baik

3. Tutup kepala/kap 
Dipakai untuk menutup rambut dan kepala agar guguran kulit dan rambut tidakmasuk
dalam luka sewaktu pembedahan. Kap harus dapat menutup semua bagian rambut

4. Apron 
Terbuat dari bahan karet atau plastik sebagai suatu pembatas tahan air dibagian depan
dari petugas kesehatan

5. Alas kaki 
Dipakai untuk melindungi kaki dari perlukaan oleh benda tajam atau berat
ataudari cairan yang kebetulan jatuh atau menetes pada kaki (Tiedjen. 2004).

Prinsip Keselamatan Kerja dalam kegawat darurat


Setiap pekerjaan dapat dilakukan dengan aman dan selamat. Suatu
kecelakaan terjadi karena ada penyebabnya antara lain manusianya dan
peralatannya. Penyebab kecelakaan ini harus diantisipasi untuk menghindari
tejadinya kecelakaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan agar pekerjaan dapat
dilakukan dengan aman antara lain :

8
1. Mengenal dan memahami pekerjaan yang akan dilakukan.
2. Mengetahui bahaya-bahaya yang bisa timbul dari pekerjaan yang akan
dilakukan.
Dengan mengetahui kedua hal tersebut di atas, maka akan tercipta lingkungan
kerja yang aman dan tidak akan terjadi kecelakaan baik manusia maupun
peralatannya.

Penanggulangan Keadaan darurat.

Dalam hal menangani/menangulangi keadaan darurat, khususnya dilingkungan


industry baik industry barang maupun industry jasa, diperlukan usaha bersama
dari seluruh tim penyelamat ( Rescue Team). Untuk itu kelompok-kelompok tim
penanggulangan keadaan darurat (Emergency Response Team) harus sudah
dibentuk dengan nama khusus, tindakan-tindakan dan kepada siapa harus
dilaporkan dan koordinasi apa yang ada. Berikut ini adalah kelompok
penanggulangan keadaan darurat yang bisa dibentuk :

a.Pusat Koordinator selaku Pos Komando.


b.Tim Penyelamat yang berpengalaman di bidang Pertolongan Pertama.
c.Tim/Regu Pemadam Kebakaran.
d.Keamanan (Satuan Pengamanan/SATPAM).
e.Anggota staff lain yang terpilih

9
2.3 Masalah K3 yang terjadi pada gawat darurat

Konsep keselamatan dan kesehatan kerja untuk menghindari terjadinya


sebuah kecelakaan kerja tentu saja akan diterapkan pada semua perusahaan,
tanpa memandang jenis industri perusahaan tersebut, termasuk rumah sakit.
Rumah sakit menjadi tempat yang paling sering terjadi kecelakaan kerja terutama
di unit gawat darurat. Terjadinya sebuah kecelakaan kerja tentu saja akan
menjadi masalah yang besar bagi kelangsungan hidup sebuah rumah sakit.
Kerugian yang akan di derita tidak hanya berupa kerugian materi yang cukup
besar tetapi lebih dari itu, misalnya timbul korban jiwa yang tidak sedikit.
kehilangan sumber daya manusia merupakan kerugian yang sangat besar, hal ini
karena manusia merupakan salah satu sumber daya yang tidak bisa digantikan
oleh teknologi apapun.

Kerugian yang langsung yang tampak dari timbualnya sebuah kecelakaan kerja
adalah biaya pengobatan serta kompensasi kecelakaan. Sedangkan biaya tidak
terduga yang tidak tampak adalah kerusakan alat-alat produksi, penghentian alat
produksi, penataan manajemen keselamatan yang lebih baik, dan hilangnya
waktu kerja.

Masalah yang terjadi pada Gawat Darurat yaitu:

a. Perawat tidak menggunakan APD pada saat melakukan tindakan


b. Kurangnya cekatan perwat pada saat melakukan tindakan
c. Kurangnya kepedulin perwat terhadap kesehatan dirinya
d. Pengalaman perawat dalam melakukan suatu tindakan

a.Perawat tidak menggunakan APD pada saat melakukan tindakan perawat


melakukan kesalahan pada saat perawat tidak melakukan APD karena perawat
berfikir dia profesional jadi tidak menggunakan APD dan di situ timbulah
masalah pada perawat saat memeriksa pasien.

b.Kurangnya cekatan perwat pada saat melakukan tindakan karena ada masalah
dengan pasien lainnya perawat menjadi lambat dalam mengambil tindakan di
IGD dan bisa menimbulkn resiko pada pasien.

10
c.Ketidak pedulian perawat terhadap kesehatan diri jika perawat tidak menjaga
dirinya karena lebih memilih menjaga kesehatan pasien dari situlah
menimbulkan masalah yang terjdi perawat menjadi kontak minasi dengan pasien
dan menimbulkan penyakit pada perawat.

d.Pengalaman perawat dalam melakukan suatu tindakan pada saat perawat


mengambil tindakan pasti ada masalah yang ada ketika perawat melakukan
infus.contohnya pada pemasangan infus di IGD perawat tidak melihat cairan
infus habis dan darahnya menjalar ke infus setnya salah satu kesalahan perawat
yang sering terjadi di IGD.

11
2.4 Penatalaksanaan

A. Pemeliharaan Kesehatan Petugas IGD


Pemeliharaan kesehatan petugas instalasi gawat darurat adalah upaya
untuk menjaga petugas instalasi gawat darurat agar tetap dalam kondisi yang
terkontrol kesehatannya. Tujuan dari pelaksanaan pemeliharaan kesehatan ini
agar petugas instalasi gawat darurat dapat bekerja dengan baik.

Kesegaran jasmani dan rohani merupakan faktor penunjang untuk


meningkatkan produktifitas seseorang dalam bekerja. Kesegaran tersebut
dimulai sejak memasuki pekerjaan dan terus dipelihara selama bekerja,
bahkan sampai setelah berhenti bekerja. Kesegaran jasmani dan rohani bukan
saja pencerminan kesehatan fisik dan mental, tetapi merupakan gambaran
adanya keserasian antara seorang pekerja dengan pekerjaannya, yang sangat
dipengaruhi oleh kemampuan, pengalaman, pendidikan dan pengetahuan
yang dimiliki.

B. Pemakaian Alat Pelindung Diri


Alat pelindung diri (APD) adalah seperangkat alat yang digunakan oleh
tenaga kerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya terhadap
kemungkinan adanya potensi bahaya atau kecelakaan kerja yang terjadi. APD
juga dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja
apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak dapat dilakukan
dengan baik.

Pemakaian alat pelindung diri adalah ketentuan yang harus digunakan


sebagai pelindung saat bekerja. Setiap petugas petugas Instalasi Gawat
Darurat diwajibkan mengenakan alat pelindung diri saat melakukan
pekerjaan. Tujuan pemakaian alat pelindung diri adalah untuk melindungi
petugas dari bahaya penularan penyakit dan kontak langsung atau terpapar
dengan pasien yang sedang diperiksa.

Penggunaan alat pelindung diri di Instalasi Gawat Darurat sangatlah


penting, penggunaan alat pelindung diri diwajibkan untuk seluruh petugas
yang bekerja di rumah sakit khususnya di Instalasi Gawat Darurat sebelum

12
memulai melakukan pekerjaan. Alat pelindung diri yang ada di Instalasi
Gawat Darurat seperti masker, kacamata, schout, handscoon, baju kerja,
move easy wajib digunakan pada saat melakukan pemeriksaan terhadap
pasien. Di Instalasi Gawat Darurat penggunaan alat pelindung diri sangat
diharuskan terutama ketika melakukan pemeriksaan yang beresiko seperti
pemeriksaan pasien yang terpapar HIV, sedangkan untuk pemeriksaan yang
ringan tidak digunakan.

C. Pencegahan Bahaya atau Kecelakaan Kerja


Pencegahan bahaya atau kecelakaan kerja adalah upaya perlindungan diri
dari bahaya infeksi dan kecelakaan kerja akibat dari pekerjaan itu sendiri.
Setiap petugas pasti pernah mengalami kecelakaan kerja baik kecelakaan
yang ringan ataupun yang besar. Untuk menghindari kecelakkan kerja
tersebut petugas harus mengikuti prosedur yang ada

Pencegahan bahaya atau kecelakaan kerja juga dilakukan di Instalasi


gawat Darurat agar petugas terhindar dari kecelakaan yang terjadi pada saat
memeriksa pasien. Upaya yang dilakukan sudah semaksimal mungkin, agar
terhindar dari kecelakaan yang mungkin terjadi pada saat melakukan
pekerjaan

Pencegahan bahaya atau kecelakaan kerja adalah keamanan petugas


Instalasi Gawat darurat terhadap bahaya kecelakaan fisik yang terjadi selama
pemeriksaan dan selama melakukan pekerjaan. Semua petugas wajib
mengikuti prosedur atau pedoman yang telah ditetapkan, upaya pencegahan
bahaya atau kecelakaan kerja yang terjadi di Instalasi Gawat Darurat antara
lain :
a. Kotak p3k (first aid kid)
b. Selimut anti api (fire blanked)
c. Tersedianya alat pemadam kebakaran
d. Pelatihan penaggulangan bahaya kebakaran, bencana alam dll.
e. Adanya jalur evakuasi untuk keadaan bahaya
f. Bed-bed pasien dilengkapi dengan pengaman
g. Pemeriksaan kesehatan secara berkala

13
h. Pemantauan aspek-aspek lingungan kerja seperti pengecekan
suhu,kelembaban, pencahayaan ruangan, kebersihan ruangan-ruangan (toilet,
tempat cuci alat-alat dll.)
j. Dll.

D. Pemeriksaan Kesehatan Berkala


Pemeriksaan Kesehatan Berkala adalah pemeriksaan kesehatan rutin yang
dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu terhadap tenaga kesehatan dan
seluruh petugas ruang gawat darurat yang dilakukan oleh dokter.
Pemeriksaan kesehatan pada Instalasi Gawat Darurat dilakukan setahun
sekali oleh TIM K3 dari Rumah Sakit.
Pemeriksaan kesehatan tenaga kesehatan pada waktu-waktu tertentu yang
dilakukan oleh dokter, meliputi pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja,
pemeriksaan kesehatan berkala, pemeriksaan kesehatan khusus dan
pemeriksaan kesehatan penyakit umum. Untuk pemeriksaaan kesehatan
berkala dilaksanakan setahun sekali yang dilakukan oleh TIM K3 Rumah
Sakit, pemeriksaan di Instalasi Gawat Darurat meliputi ronsen paru, rekam
jantung, dan tes darah lengkap.

E. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Program pelatihan K3 dilaksanakan oleh bagian pemeliharaan dan bagian
diklat. Program ini merupakan upaya untuk mengantisipasi setiap kecelakaan
kerja dan bahaya yang sering terjadi di Rumah Sakit khususnya dibagian
Instalasi Gawat Darurat, materi yang disampaikan juga sangat bervariasi dan
disampaikan oleh para ahlinya

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesehatan dan keselamatan kerja perlu di perhatikan dalam lingkungan kerja, Karena
kesehatan merupakan keadaan atau situasi sehat jasmani dan rohani, sedangkan
keselamatan kerja merupakan keadaan dimana para pekerja terjamin keselamatanya saat
bekerja. Apabila para pekerja sehat jasmani dan rohani serta terjamin keselamatanya
makan produktivitas kerja akan meningkat.

K3 (kesehatan dan keselamatan kerja) merupakan upaya untuk menciptakan tempat


kerja yang aman,sehat dan nyaman. Selama ini banyak sekali di temukan kecelakaan dan
penyakit akibat kerja yang terjadi di petugas kesehatan maupun non kesehatan di negara
maju yang menunjukan kecendrungan meningkatnya prevelensi yang di sebabkan kualitas
dan keterampilan kerja yang kurang memadai, banyak pekerja yang meremehkan risiko
kerja sehingga mereka tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia.

3.2 Saran

Kesehatan dan keselamatan kerja sangatlah penting bagi kita semua untuk
menciptakan kondisi yang aman sehat dan nyaman. Dalam pelaksanaan K3 pada ruangan
gawat darurat kita harus memperhatikan 2 hal yaitu pasien dan kita sebagai tenaga kesehatan.
Sebagai tenaga kesehatan harus memiliki ketrampilan yang cekatan dalam melakukan suatu
tindakan karena itu dapat membahayakan pasien jika kita sebagai perawat tidak memiliki
ketrampilan cekatan, bekerja sesuai prosedur sebagai perawat kita tidak boleh mengabaikan
prosedur tindakan, dan selalu ingat memakai APD hal ini sangatlah wajib untuk kita
laksanakan karena APD ini merupakan alat untuk melindungi petugas dari bahaya penularan
penyakit dan kontak langsung atau terpapar dengan pasien yang sedang diperiksa.

15
DAFTAR PUSTAKA

LitaadeLra. (2014, May 03). Makalah Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Rumah Sakit. Retrieved
oktober 10, 2019, from scribd: https://www.scribd.com/document/221743386/Makalah-
Kesehatan-Dan-Keselamatan-Kerja-Di-Rumah-Sakit

Magung, L. (2018, april 01). Makalah K3 UGD.docx. Retrieved oktober 10, 2019, from scribd:
https://www.scribd.com/document/386198216/Makalah-K3-UGD-docx

Puji Winarni Rahayuningsih, W. H. (2011, januari 01). PENERAPAN MANAJEMEN KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA (MK3) DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSU PKU MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA. Retrieved oktober 10, 2019, from academia:
https://www.academia.edu/32972709/PENERAPAN_MANAJEMEN_KESELAMATAN_DAN_KE
SEHATAN_KERJA_MK3_DI_INSTALASI_GAWAT_DARURAT_RSU_PKU_MUHAMMADIYAH_YO
GYAKARTA

Ramdan, I. M. (2018, januari 01). Analisis Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada
Perawat. Retrieved oktober 09, 2019, from researchgate:
https://www.researchgate.net/publication/323633078_Analisis_Risiko_Kesehatan_dan_Kes
elamatan_Kerja_K3_pada_Perawat

WIDYANTI, I. (2016, oktober 24). MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
ASUHAN KEPERAWATAN DI INSTALASI GAWAT DARURAT. Retrieved oktober 10, 2019, from
repository: http://repository.unair.ac.id/33954/

16

Anda mungkin juga menyukai