Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


DOSEN : Dr. A.A Ngr. Oka Suryadinatha Gorda, S.E.,M.M

DI

Disusun oleh :

Indah Rusmianti
118111903
Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Manajemen

UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL


BALI
2019
1|Manajemen Sumber Daya Manusia
Kata Pengantar
Puji syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat - Nya saya bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul “Kesehatan dan Keselamatan Kerja” Makalah ini diajukan
guna memenuhi tugas di mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia.

Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penting bagi saya harapkan demi
sempurnanya makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi teman-teman dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Denpasar, 23 Mei 2019

Penyusun

2|Manajemen Sumber Daya Manusia


Daftar Isi
KATA PENGANTAR……….………………………………………………………………………2

DAFTAR ISI…………...…………………...…………………………………..……………………1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………......…………………………………………….4

1.2 Rumusan Masalah……………………..……………...………………………………...….…….4

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan………………………… ………………………………………..5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja …………….…………………....…………....…6

2.2 Undang- Undang Kesehatan dan Keselamatan Kerja ……….…………………………..………6

2.3 Faktor penyebab terjadinya kecelakaan …………….…………………………………………...7

2.4 Masalah Kesehatan Dan Keselamatan Kerja …………...…………………………….………...9

2.5 Upaya yang dapat Dilakukan untuk Mencegah

Terjadinya Kecelakaan Kerja Konsep Kesehatan Dan Keselamatan


Kerja……………………………………………………………………………………………..9

2.6 Proteksi bagi pekerja ...........................................................................................……… ….…..10

2.7 Resiko Dalam Penganggaran Modal………………………………..…………………………..13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan…….………..……………………………….……………………...…...…………14

3.2 Saran…....……………………………………………….……………...…...……................….14

DAFTAR PUSTAKA……………………………...………………………………...….................15

3|Manajemen Sumber Daya Manusia


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Dengan keselamatan dan kesehatan kerja
maka para pihak diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman. Pekerjaan
dikatakan aman jika apapun yang dilakukan oleh pekerja tersebut, resiko yang mungkin muncul
dapat dihindari. Pekerjaan dikatakan nyaman jika para pekerja yang bersangkutan dapat melakukan
pekerjaan dengan merasa nyaman dan betah, sehingga tidak mudah capek. Setiap tahun di dunia
terjadi 270 juta kecelakaan kerja, 160 juta pekerja menderita penyakit akibatkerja, kematian 2.2 juta
dan kerugian finansial sebesar 1.25 triliun USD. Sedangkan di Indonesia menurut data PT.
Jamsostek (Persero) dalam periode 2002-2005 terjadi lebih dari 300 ribu kecelakaan kerja, 5000
kematian, 500 cacat tetap dan konpensasi lebih dari Rp. 550 milyar. Konpensasi ini adalah sebagian
dari kerugian langsung dan 7.5 juta pekerja sektor formal yang aktif sebagai peserta Jamsostek.
Diperkirakan kerugian tidak langsung dari seluruh sektor formal lebih dari Rp. 2 triliun,dimana
sebagian besar merupakan kerugian dunia usaha.(DK3N,2007). Melihat angka-angka tersebut tentu
saja bukan suatu hal yang membanggakan, akan tetapi hendaklah dapat menjadi pemicu bagi dunia
usaha dan kita semua untuk bersama-sama mencegah dan mengendalikannya Keselamatan dan
kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja yang diatur dalam Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003. Dengan menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan
kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat
kesehatan yang tinggi. Disamping itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat diharapkan untuk
menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi. Jadi, unsur yang ada dalam
kesehatan dan keselamatan kerja tidak terpaku pada faktor fisik, tetapi juga mental, emosional dan
psikologi. Meskipun ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja telah diatur sedemikian
rupa, tetapi dalam praktiknya tidak seperti yang diharapkan. Begitu banyak faktor di lapangan yang
mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja seperti faktor manusia, lingkungan dan psikologis.
Masih banyak perusahaan yang tidak memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja. Begitu
banyak berita kecelakaan kerja yang dapat kita saksikan. Dalam makalah ini kemudian akan
dibahas mengenai permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja serta bagaimana mewujudkannya
dalam keadaan yang nyata.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Kesehatan dan keselamatan Kerja?


2. Apa yang menjadi dasar adanya kesehatan dan keselamatan kerja?
3. Apa yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan kerja?
4. Apa yng menjadi masalah dalam kesehatan dan keselamatan kerja?
5. Upaya apa yang dapat dilakukan dalam mencegah kecelakaan kerja?

4|Manajemen Sumber Daya Manusia


1.3 Tujuan dan Manfaat

1. Mengetahui pengertian Kesehatan dan keselamatan Kerja.


2. Mengetahui dasar adanya kesehatan dan keselamatan kerja.
3. Untuk mengetahui penyebab dan faktor terjadinya kecelakaan kerja.
4. Untuk mengetahui masalah dalam kesehatan dan keselamatan kerja.
5. Untuk mengetahui upaya yang dapat dilakukan untuk mencegahnya.

5|Manajemen Sumber Daya Manusia


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja

1. Menurut Mangkunegara, keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah
tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk
menuju masyarakat adil dan makmur.
2. Menurut Suma’mur (1981: 2), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk
menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di
perusahaan yang bersangkutan.
3. Menurut Simanjuntak (1994), keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas
dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi
bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja
4. Mathis dan Jackson, menyatakan bahwa keselamatan adalah merujuk pada perlindungan
terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cidera yang terkait dengan pekerjaan.
Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara
umum.
5. Menurut Ridley, John (1983), mengartikan kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu
kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan
maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
6. Jackson, menjelaskan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja menunjukkan kepada
kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh
lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.
7. Ditinjau dari sudut keilmuan, kesehatan dan keselamatan kerja adalah ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja di tempat kerja. (Lalu Husni, 2003: 138).

Setelah melihat berbagai pengertian di atas, pada intinya dapat ditarik kesimpulan bahwa kesehatan
dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perindungan dan
keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap
pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi berbicara mengenai kesehatan dan
keselamatan kerja tidak melulu membicarakan masalah keamanan fisik dari para pekerja, tetapi
menyangkut berbagai unsur dan pihak.

2.2 Undang- Undang Kesehatan dan Keselamatan Kerja

UU Keselamatan Kerja yang digunakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, menjamin
suatu proses produksi berjalan teratur dan sesuai rencana, dan mengatur agar proses produksi
berjalan teratur dan sesuai rencana, dan mengatur agar proses produksi tidak merugikan semua
pihak. Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan keselamatan dalam melakukan
pekerjaannya untuk kesejahteraan dan meningkatkan produksi Serta produktifitas nasional.
6|Manajemen Sumber Daya Manusia
UU Keselamatan Kerja yang berlaku di Indonesia sekarang adalah UU Keselamatan Kerja (UUKK)
No. 1 tahun 1970. Undang-undang ini merupakan undang-undang pokok yang memuat aturan-
aturan dasar atau ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja di segala macam tempat
kerja yang berada di wilayah kekuasaan hukum NKRI. Dasar hukum UU No. 1 tahun 1970 adalah
UUD 1945 pasal 27 (2) dan UU No. 14 tahun 1969. Pasal 27 (2) menyatakan bahwa: “Tiap-tiap
warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Ini berarti
setiap warga negara berhak hidup layak dengan pekerjaan yang upahnya cukup dan tidak
menimbulkan kecelakaan/ penyakit. UU No. 14 tahun 1969 menyebutkan bahwa tenaga kerja
merupakan modal utama serta pelaksana dari pembangunan. Ruang lingkup pemberlakuan UUKK
dibatasi oleh adanya 3 unsur yang harus dipenuhi secara kumulatif terhadap tempat kerja. Tiga
unsur yang harus dipenuhi adalah:

a. Tempat kerja di mana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha.


b. Adanya tenaga kerja, dan
c. Ada bahaya di tempat kerja.

UUKK bersifat preventif, artinya dengan berlakunya undang-undang ini, diharapkan kecelakaan
kerja dapat dicegah. Inilah perbedaan prinsipil yang membedakan dengan undang-undang yang
berlaku sebelumnya. UUKK bertujuan untuk mencegah, mengurangi dan menjamin tenaga kerja
dan orang lain ditempat kerja untuk mendapatkan perlindungan, sumber produksi dapat dipakai
dan digunakan secara aefisien, dan proses produksi berjalan lancar.

Kesehatan dan keselamatan kerja juga diatur oleh ILO dalam Konvensi No. 155 Tahun 1981
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Rekomendasi No. 164 Tahun 1981 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dan instrumen lain Organisasi Perburuhan Internasional yang
relevan dengan landasan peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja.

Pedoman dari ILO (International Labour Organization) menerangkan bahawa kesehatan kerja
sangat penting untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Pedoman itu antara lain:

a) Melindungi pekerja dari setiap kecelakaan kerja yang mungkin timbul dari pekerjaan dan
lingkungan kerja.
b) Membantu pekerja menyesuaikan diri dengan pekerjaannya
c) Memelihara atau memperbaiki keadaan fisik, mental, maupun sosial para pekerja.

2.3 Faktor penyebab terjadinya kecelakaan

Kecelakaan tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena tindakan yang salah atau kondisi
yang tidak aman. Kelalaian sebagai sebab kecelakaan merupakan nilai tersendiri dari teknik
keselamatan. Ada pepatah yang mengungkapkan tindakan yang lalai seperti kegagalan dalam
melihat atau berjalan mencapai suatu yang jauh diatas sebuah tangga. Hal tersebut menunjukkan
cara yang lebih baik selamat untuk menghilangkan kondisi kelalaian dan memperbaiki kesadaran
mengenai keselamatan setiap karyawan pabrik.

7|Manajemen Sumber Daya Manusia


Diantara kondisi yang kurang aman salah satunya adalah pencahayaan, ventilasi yang memasukkan
debu dan gas, layout yang berbahaya ditempatkan dekat dengan pekerja, pelindung mesin yang tak
sebanding, peralatan yang rusak, peralatan pelindung yang tak mencukupi, seperti helm dan gudang
yang kurang baik. Diantara tindakan yang kurang aman salah satunya diklasifikasikan seperti
latihan sebagai kegagalan menggunakan peralatan keselamatan, mengoperasikan pelindung mesin
mengoperasikan tanpa izin atasan, memakai kecepatan penuh, menambah daya dan lain-lain. Dari
hasil analisa kebanyakan kecelakaan biasanya terjadi karena mereka lalai ataupun kondisi kerja
yang kurang aman. Keselamatan dapat dilaksanakan sedini mungkin, tetapi untuk tingkat
efektivitas maksimum, pekerja harus dilatih, menggunakan peralatan keselamatan.

Adapun 7 penyebab terjadinya kecelakaan kerja

1. Mengambil jalan pintas: tiap hari kita mengambil keputusan dan berharap akan membuat
pekerjaan lebih cepat dan lebih efisien. Tetapi apakah waktu yang mengamankan tiap resiko
keselamatan Anda? Jalan pintas menurunkan keselamatan anda dalam bekerja dan
meningkatkan kemungkinan Anda cidera. Percaya atau tidak, sebenarnya perilaku yang safe
lah yang paling efisien dan efektif. Berbicara mengenai keefektifan dan keefesienan,
ergonomi atau K3 sangat berperan penting untuk mengeliminasi waste (hal-hal yang
mengganggu keefesienan).
2. Percaya diri yang berlebih: percaya diri itu bagus. Tetapi terlalu percaya diri kadang tidak
terlalu bagus. Perilaku seperti ini dapat menyebabkan prosedur, perkakas atau metode kerja
yang tidak benar dalam pekerjaan Anda. Hal ini dapat menyebabkan Anda cidera.
3. Memulai tugas dengan instruksi yang tidak tuntas: untuk melakukan pekerjaan dengan
aman dan benar pertama kali Anda perlu informasi yang tuntas. Pernahkan Anda melihat
seorang pekerja disuruh melakukan pekerjaan, hanya diberikan sebagian instruksi kerja?
Jangan malu bertanya untuk dijelaskan tentang prosedur kerja dan peringatan keselamatan.
Hal ini tidaklah membuat Anda bodoh bertanya tentang hal ini tetapi Anda salah jika tidak
bertanya.
4. Kerapian yang buruk: ketika klien, manajer, atau petugas keselamatan melewati area
kerja Anda, kerapian adalah indikator yang akurat menilai perilaku seseorang tentang
qualitas, produktifitas dan keselamatan. Kerapihan yang buruk menimbulkan berbagai tipe
bahaya. Area kerja yang rajin, rapih dan dirawat membuat kebanggaan, kenyamanan dan
keselamatan meningkat. Kerapian ini dalam industri sering disebut dengan 5S atau 5R.
5. Tidak memperdulikan prosedur keselamatan: dengan sengaja tidak memperdulikan
prosedur keselamatan dapat membahayakan Anda dan rekan kerja Anda. Anda digaji untuk
mengikuti kebijakan keselamatan perusahaan bukan membuat aturan Anda sendiri.
6. Ganguan mental dari pekerjaan: memiliki hari yang buruk di rumah dan cemas dengan
permasalahan di rumah ketika di tempat kerja adalah kombinasi yang berbahaya. Mental
yang jatuh dapat membuat fokus anda buyar untuk mengikuti prosedur kerja yang aman.
7. Gagal merencanakan pekerjaan: banyak referensi yang mengatakan tentang analisa
bahaya kerja JSA adalah cara yang efektif untuk menemukan cara yang pintar dalam
bekerja dengan aman dan efisien. Bekerja dengan tergesa-gesa saat memulai pekerjaan, atau
tidak berfikir tentang proses kerja dapat menempatkan anda melakukan cara yang
berbahaya. Lebih baik rencanakan pekerjaan anda kemudian bekerjalah sesuai recana
tersebut.

8|Manajemen Sumber Daya Manusia


2.4 Masalah Kesehatan Dan Keselamatan Kerja

Kinerja (performen) setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan resultante dari tiga
komponen kesehatan kerja yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja yang dapat
merupakan beban tambahan pada pekerja. Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai
suatu derajat kesehatan kerja yang optimal dan peningkatan produktivitas. Sebaliknya bila terdapat
ketidak serasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa penyakit ataupun kecelakaan
akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja.

a) Kapasitas Kerja Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya belum
memuaskan. Dari beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa 30-40% masyarakat
pekerja kurang kalori protein, 30% menderita anemia gizi dan 35% kekurangan zat besi
tanpa anemia. Kondisi kesehatan seperti ini tidak memungkinkan bagi para pekerja untuk
bekerja dengan produktivitas yang optimal. Hal ini diperberat lagi dengan kenyataan bahwa
angkatan kerja yang ada sebagian besar masih di isi oleh petugas kesehatan dan non
kesehatan yang mempunyai banyak keterbatasan, sehingga untuk dalam melakukan
tugasnya mungkin sering mendapat kendala terutama menyangkut masalah PAHK dan
kecelakaan kerja.
b) Beban Kerja Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis
beroperasi 8 - 24 jam sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan kesehatan pada
laboratorium menuntut adanya pola kerja bergilirdan tugas/jaga malam. Pola kerja yang
berubahubah dapat menyebabkan kelelahan yang meningkat, akibat terjadinya perubahan
pada bioritmik (irama tubuh). Faktor lain yang turut memperberat beban kerja antara lain
tingkat gaji dan jaminan sosial bagi pekerja yang masih relatif rendah, yang berdampak
pekerja terpaksa melakukan kerja tambahan secara berlebihan. Beban psikis ini dalam
jangka waktu lama dapat menimbulkan stres.
c) Lingkungan Kerja Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi
kesehatan kerja dapat menimbulkan Kecelakaan Kerja (Occupational Accident), Penyakit
Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja (Occupational Disease & Work Related
Diseases).

2.5 Upaya yang dapat Dilakukan untuk Mencegah Terjadinya Kecelakaan Kerja Konsep
Kesehatan Dan Keselamatan Kerja

Upaya mencegah terjadinya kecelakaan kerja :

1. Mengurangi kondisi yang tidak aman Pengusaha menggunakan alat terkomputerisasi untuk
merancang perlatan yang lebih aman. sebagai contoh Designsafe memudahkan analisis
bahaya, penilaian resiko dan identifikasipilihan pengendalian keamanan.
2. Mengurangi tindakan tidak aman dengan menekankan keamanan Hal dapat dilakukan

9|Manajemen Sumber Daya Manusia


seperti : membicarakan keamanan, memastikan pekerja sudah membersihkan tumpahan
bahan berbahaya, melaksanakan peraturan keamanan.
3. Mengurangi Tindakan tidak aman melalui seleksi dan penempatan Hal itu dapat dilakukan
melalui ERI(employee reliability inventoru) atau daftar keandalan karyawan yang dapat
membantu pengusaha mengurangi tindakan yang tidak aman ditempat kerja.
4. Mengurangi Tindakan tidak aman melalui pelatihan
5. Meminimalisir kecelakaan dengan mengadakan pelatihan-pelatihan pekerjaan sehingga
karyawan bekerja dengan mengembangkan perilaku yang menyadari keamanan.
6. Mengurangi tindakan keamanan melalui motivasi Melalui poster, program insentif dan
penguatan positif

2.6 Proteksi bagi pekerja

Proteksi merupakan sistem perlindungan berupa kompensasi yang tidak dalam bentuk imbalan,
baik langsung maupun tidak langsung, yang diterapkan oleh perusahan kepada pekerja. Proteksi ini
dengan memberikan rasa aman, baik dari sisi financial, kesehatan, maupun keselamatan fisik bagai
pekerja sehingga pekerja dapat beraktivitas dengan tenang dan dapat memberikan kontribusi positif
bagi peningaktan nilai tambah perusahaan. Proteksi atau perlindungan pekerja merupakan suatu
keaharusan bagi perusahaan yang diwajibkan oleh pemerintah melalui peraturan perudang –
udangan. Dalam melaksanakan program prteksi, banyak perusahaan bekerja sama dengan
perusahan asuransi yang memberikan peranggungan terhadap kemungkinan timbulnya masalah
kesehatan, financial atau masalah lainnya yang dihadapi atau dialami oleh pekerja dan kelurganya
di kemudian hari. Praktisnya, pemberian proteksi ini kualitasnya tidak sama diantara masing –
masing pekerja, tergantung dari kedudukan dan tangguang jawab mereka masing – masing.

Faktor yang mempengaruhi proteksi

1. Responsibility ( Tanggung Jawab)

Semaikin tinggi jabatan seorang karyawan dalam suatu perusahan, semakin besar pula tanggung
jawab yang diembannya. Seorang CEO, sebagai pimpinan tertinggi dalam perusahaan, mengeban
tanggung jawab paling besar terhadap kelangsugan usaha perusahan. Semakin tinggi tanggung
jawab yang diemban oelh seorang, semakin tinggi pula proteksi yang diberikan oleh perusahaan.
Sebagai contoh, Seorang Manager Treasury atau Branch Manger pada Bank memiliki tanggung
jawab yang lebih tinggi dari pada Dealer yang bertugas di Dealing Room. Oleh karena itu, tingkat
proteksi yang diberikan oleh perusahaan kepada Manager Treasury atau Branch Manager lebih
tinggi dari Dealer, Mislanya dari Kualitas tunjangan kesehatan.

2. Skill (Keahlian)

Untuk kelangsungan usaha perusahaan, perusahaan membutuhkan karyawan yang memiliki


keahlian khusus. Misalny, untuk bidang informasi,

10 | M a n a j e m e n S u m b e r D a y a M a n u s i a
perusahaan membutuhkan tenaga akhli dibidang informasi teckhnologi yang menguasai teknologi
computer. Keahlian mereka sangat spesifik, sehingga untuk mempertahankan agar mereka tetap
bekerja di perusahaan tersebut, perusahaan menerapkan program proteksi yang layak dan bahkan
kadang – kadang diatas rata – rata yang mampuh diberikan pesaing. Program proteksi yang
diterapkan kepada pekerja yang memiliki keahlian khusus akan lebih tinggi dibangingkan dengan
pekerja yang tidak memerlukan keahlian khusus, misalnya pekerja administrasi

3. Mental Effort (kerja Otak / Mental)

Karyawan yanglebih mengandalkan kemapuan kerja otak atu mental, misalnya analis, programmer,
marketer, atau akuntan. Kelas pekerja seperti ini sering disebut dengan “White Collar” kelas
pekerja ini biasanya memeperoleh tingkat proteksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas
pekerja yang lebih mengandalkan kekuatan fisik (Blue Collar)

4. Physical Effort (Kemampuan Fisik)

Karyawan yang lebih mengandalakan kekuatan fisik (Blue Collar), misalnya satuan pengaman
(Satpam), petugas kebersihan atau pekerja bangunan. Biasanya proteksi yang diberikan oleh
perusahaan kepada mereka lebih difokuskan dalam bentuk perlindungan atas keselamatan kerja.

5. Work Condition (Kondisi Kerja)

Kondisi kerja yang diharapkan oleh pekerja untuk satu bidang industri sering kali berbeda. Sebagai
contoh, kondisi kerja bagi pekerja dibidang perminyakan, yang bekerja di lepas pantai akan
berbeda dengan kondisi kerja di darat. Semakin berat kondisi kerja yang dihadapi oleh pekerja,
semakin tinggi program proteksi yang diterapkan.

6. Government Rule (Peraturan Pemerintah)

Pemerintah sebagai regulator biasanya membuat peraturan yang mengharuskan pengusaha atau
perusahaan untuk memberikan perlindungan yang memadai bagi pekerja. Sebagai contoh,
pemerintah mengaharuskan perusahaan memberikan perlindungan bagi pekerja melalui jaminan
asuransi tenaga kerja atu yang dikenal dengan jamsostek. Melalui jaminan asuransi tersebut,
pekerja yang di PHK, pekerja yang mengalami kecelakaan selama bekerja, atau yang sakti akan
memperoleh santunan yang layak dari pihak asuransi. Selain itu, pemerintah juga mewajibkan
perusahaan untuk memberikan hak cuti bagi penyegaran fisik dan mental pekerja.

Santunan Sebagi Proteksi

1. Imbalan tidak langsung adalah imbalan yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan yang
tidak dikatikan dengan kinerja karyawan. Imbalan tidak langsung dapat dikelompokan dalam 2
(dua) bagian, yaitu Imbalan yang disyaratkan oleh ketentuan perundangan – undangan, seperti
jaminan keamana, keselamatan dan kesehatan, dan Santunan. Imbalan tidak langung dapat berperan
dalam

11 | M a n a j e m e n S u m b e r D a y a M a n u s i a
a) Pencarian Tujuan Sosial atau Masyarakat
b) Pencapaian Tujuan Perusahaan
c) Pencapaian Tujuan Karyawan

2. Pemberian Jaminan Asuransi Resiko financial yang dihadapi oleh karyawan dan keluarga
mereka dapat disebar atau dibervarifikasi melalui lembaga asuransi. Apabila resiko yang
ditanggung tersebut benar – benar terjadi, maka perusahan asuransi akan memberikan jaminan atau
pertanggungan kepada pekerja sesuai dengan jumlah polis ang telah disepakati. Jaminan asuransi
yang dapat diberikan kepada karyawan antara lain :

a) Asuransi Kesehatan
Asuransi Keseahtan dapat berbentuk asuransi kesehatan umum, asuransi mata, asuransi gigi,
dan asuransi kesehatan mental. Asuransi akan menanggung biaya – biaya tersebut sampai
dengan jumlah tertentu. Hal ini akan memberikan rasa aman bagai karyawan karena mereka
tidak perlu mengeluarkan dana secara penuh untuk proses penyembuhan. Premi yang
dibayar perusahaan kepada perusahaan asuransi dipotong dari gaji karyawan setiap bulan
dengan persentase tertentu.

b) Asuransi Medis
Asuransi medis membayar berupa biaya untuk pengobatan, kecelakaan, dan biaya rawat
inap di rumah sakit sampai pada batasan atau besarnya polis. Sebagai tambahan,
kebanyakan polis berisi daftar jaminan. Daftar ini menetapkan penyakit, kecelakaan, atau
biaya opname yang ditanggung dan berapa biaya yang akan dibayar. Sebaliknya
penanggung setuju untuk membayar semua atau sebagian biaya yang dikeluarkan
(tergantung kesepakantan antarperusahaan dengan asuransi).
c) Perawatan Yang Diatur
Pemeliharaan kesehatan melalui HMO (Health Maintenance Organization) jika organisasi
ini ada di daerah mereka dan pemberi kerja menawarkan bentuk manfaat pemeliharaan
kesehatan lainnya. HMO adalah oraganisasi yang menyediakan fasilitas dan dokter mereka
sendiri.
d) Asuransi Jiwa Asuransi jiwa berbeda dengan asuransi kesehatan, dimana asuransi jiwa
hanya menganggung diri pribadi karyawan. Pemberian asuransi jiwa akan dapat
memberikan rasa aman bagi pekerja dalam bentuk proteksi polis kepada keluarga karyawan
apabila terjadi kecelakan kerja yang dapat menghilangkan nyawa karyawan atau karyawan
mengalami cacat permanent sehingga tidak dapat bekerja secara permanent
e) Asuransi Karena Ketidak mampuan Fisik atau Mental Karyawan Apabila karyawan
mengalami ketidak mampuan fisik atau mental sehingga tidak dapat bekerja secara penuh,
secara ekonomis perusahaan tidak mungkin membiayai karyawan yang tidak produktif.
Oleh karena itu, perusahan mengikutsertakan karyawan dalam program asuransi
f) Jaminan Asuransi Lain Program kelompok membuat beberapa perusahan untuk
menyediakan berbagai program asuransi yang lain. Asuransi yang sah menurut undang –
undang memberikan kemudahaan kepada karyawan

3. Jaminan Keamanan Karyawan

Disamping mengikutsertakan pekerja dalam program asuransi, terdapat program – program non-
asuransi yang dapat memberikan jaminan keamanan kepada pekerja. Program ini dapat
12 | M a n a j e m e n S u m b e r D a y a M a n u s i a
memberikan keuntungan bagi karyawan, baik sebelum masa pension maupun pada saat pensuin.
Program nonasuransi yang dapat diadopsi oleh perusahaan adalah :

a. Jaminan Terhadap Pendapatan Atas Pekerjaan Kehilangan pekerjaan (baik karena PHK atau
sebab lain) akan memberikan dampak buruk bagi ekonomi rumah tangga karyawan. Dampak buruk
ini dapat diminimalisir dnegan menerapkan program jaminan pendapatan bagi pekerja.

b. Jaminan Pensiun Pensiun diberikan bagi karyawan yang telah bekerja di perusahaan untuk masa
tertentu. pensiun merupakan salah satu program perusahaan dalam rangka memberikan jaminan
keamana financial bagi karyawan yang sudak tidak produktif.

1. Membuat Program Pensiun


2. Pensiun Dini
3. Penasehat Pensiun

4. Tujangan Berupa Istirahat Kerja

1. Cuti sakit
2. Istirahat
3. Cuti liburan

13 | M a n a j e m e n S u m b e r D a y a M a n u s i a
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha,kesehatan dan
keselamatan kerja atau K3 diharapkan dapat menjadi upaya preventif terhadap timbulnya
kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja. Pelaksanaan K3
diawali dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian. Tujuan dari
dibuatnya sistem ini adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja
dan penyakit akibat hubungan kerja.

Keselamatan kerja menunjuk kepada kondisi – kondisi fisiologis-fisikal dan pisiologis tenaga kerja
yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan. Jika sebuah perusahaan
melaksanakan tindakan – tindakan keselamatan yang efektif, maka tidak akan ada lagi kecelakaan
dalam pekerja hal ini akan lebih mempercepat kesejahtraan karyawan yang nantinya juga berimbas
pada hasil – hasil produksi perusahaan ini.

Peranan departemen sumber daya manusia dalam keselamatan kerja merupakan peranan yang
sangat vital dalam perusahaan, departemen inilah yang merencanakan program keselamatan kerja
karyawan sampi dangan pelaksanaannya.

3.2 Saran

Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan makalah ini. Sehingga
makalah ini lebih bermanfaat dalam proses belajar mengajar.

14 | M a n a j e m e n S u m b e r D a y a M a n u s i a
DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/makalahk3-171025090026.pdf

http://hierone1.blogspot.com/2013/04/contoh-makalah-perlindungan-kesehatan.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Kesehatan_dan_keselamatan_kerja

https://gajimu.com/pekerjaan-yanglayak/keselamatan-dan-kesehatan-kerja/pertanyaan-mengenai-
keselamatan-dan-kesehatan-kerja-di-indonesia-1

15 | M a n a j e m e n S u m b e r D a y a M a n u s i a

Anda mungkin juga menyukai