Anda di halaman 1dari 22

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Sumber Daya Alam
Dosen pengampu: Dwi Prastiyo Hadi, S.E., MSi.

Disusun oleh:
Kelompok 3
1. Sinta Arimah 21320023
2. Slamet Satriani 21320012
3. Anisa Rahma 21320023
4. Deka Yuna I 21326001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmatnya sehingga Kami
dapat menyusun makalah tentang “Kesehatan dan Keselamatan Kerja” dengan sebaik-
baiknya. Kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Dwi Prastiyo Hadi, S.E., M.Si. selaku
Dosen Pengampu yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk membuat makalah
ini.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan
mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja Sehingga pembaca dari makalah ini dapat
mengenal dan mengetahui tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih belum sempurna dan
banyak kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat
kami harapkan. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan pada umumnya dan khususnya dalam Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

Semarang, November 2022


Penulis
Kelompok 3
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dunia kerja merupakan dunia yang penuh dengan tantangan. Melalui dunia kerja,
kompetensi seorang karyawan akan diuji dan dipertaruhkan kredibilitasnya. Bagi mereka
yang mampu bertahan merekalah yang nantinya akan tetap bertengger di puncak kejayaan.
Demikian sebaliknya, namun sepandai dan secerdik apapun setrategi yang digunakan untuk
tetap bertengger, pastinya juga akan menuai titik-titik kelemahan.
Titik-titik kelemahan ini erat kaitannya dengan keselamatan dan kesehatan kerja.
Maka dari itu, dalam hal ini perlu dibahas mengenai keselamatan dan kesehatan. Dengan
begitu, akan memudahkan mahasiswa ketika mulai berkecimpung di dunia kerja. Sehingga
nantinya dapat bekerja dengan penuh kehati-hatian mengingat tingginya tingkat kecelakaan
kerja saat ini. Dengan begitu program keselamatan dan kesehatan kerja (KKK) akan
menciptakan terwujudnya pemeliharaan karyawaan yang baik. KKK ini harus ditanamkan
pada diri masing-masing individu karyawan, dengan penyuluhan dan pemeliharaan yang baik
agar mereka menyadari arti keselamatan kerja dirinya maupun untuk perusahaan.
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya,
dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan
makmur. Keselamatan dan keamanan kerja mempunyai banyak pengeruh terhadap faktor
kecelakaan, karyawan harus mematuhi standart (K3) agar tidak menjadikan hal-hal yang
negatif bagi diri karyawan. Terjadinya kecelakaan banyak dikarenakan oleh penyakit yang
diderita karyawan tanpa sepengetahuan pengawas (K3), seharusnya pengawasan terhadap
kondisi fisik di terapkan saat memasuki ruang kerja agar mendeteksi sacera dini kesehatan
pekerja saat akan memulai pekerjaanya.
Keselamatan dan kesehatan kerja perlu diperhatikan dalam lingkungan kerja, karena
kesehatan merupakan keadaan atau situasi sehat seseorang baik jasmani maupun rohani
sedangkan keselamatan kerja suatu keadaan dimana para pekerja terjamin keselamatan pada
saat bekerja baik itu dalam menggunakan mesin, pesawat, alat kerja, proses pengolahan juga
tempat kerja dan lingkungannya juga terjamin. Apabila para pekerja dalam kondisi sehat
jasmani maupun rohani dan didukung oleh sarana dan prasarana yang terjamin
keselamatannya maka produktivitas kerja akan dapat ditingkatkan. Masalah kesehatan adalah
suatu masalah yang kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar
kesehatan itu sendiri. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu
maupun kesehatan masyarakat, antara lain: keturunan, lingkungan, perilaku, dan pelayanan
kesehatan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja?
2. Apa tujuan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja?
3. Bagaimana cara mengurangi kecelakaan kerja?
4. Bagaimana contoh kasus Keselamatan dan Kesehatan kerja?
5. Apa saja faktor yang mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
2. Untuk mengetahui tujuan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
3. Untuk mengetahui cara mengurangi Kecelakaan Kerja.
4. Untuk mengetahui salah satu Contoh Kasus Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja


2.1.1. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja merupakan aktivitas perlindungan karyawan secara
menyeluruh. Artinya perusahaan berusaha untuk menjaga jangan sampai karyawan
mendapat suatu kecelakaan pada saat menjalankan aktivitasnya. Sedangkan
kesehatan kerja adalah upaya untuk menjaga agar karyawan tetap sehat selama
bekerja. Artinya jangan sampai kondisi lingkungan kerja akan membuat karyawan
tidak sehat atau sakit.
Menurut Abdul Hakim keselamatan kerja meliputi perlindungan karyawan dari
kecelakaan ditempat kerja. Sedang yang dimaksud dengan tempat kerja adalah tiap
ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga
kerja tersebut bekerja, atau sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan usaha.
Sedangkan, kesehatan kerja adalah merujuk pada kebebasan karyawan dari penyakit
baik secara fisik maupun mental.
Menurut CoVan (1995) keselamatan kerja dalam konteks yang lebih luas,
mencakup baik aspek keselamatan maupun kesehatan kerja. Pendapat yang sama
dikemukakan oleh Handley (1977) bahwa keselamatan dan kesehatan merupakan
satu gabungan pengertian. Sehingga sebenarnya penggunaan istilah kecelakaan kerja
adalah mengacu kepada masalah-masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Oleh
karena itu, upaya untuk menerapkan prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja
di organisasi industry pada dasarnya adalah upaya untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja.
Adapun pengertian keselamatan kerja menurut Sumakmur dalam Yani (2012)
adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, peralatan alat kerja, bahan serta
proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara
melaksanakan pekerjaan. Sumakmur dalam Yani (2012) berpendapat kesehatan
kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta praktiknya
yangbertujuan agar pekerja/masyarakat memperoleh derajat setinggi-tingginya baik
fisik, mental maupun sosial, dengan usaha preventif dan kuratif, terhadap
penyakitpenyakit atau gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor-
faktor pekerjaan dan lingkungan kerja dan terhadap penyakit-penyakit umum.
Dalam Pasal 86 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 dijelaskan
bahwa setiap pekerja ataupun buruh memiliki hak untuk dapat memperoleh
perlindungan atas Keselamatan dan Kesehatan Kerja, moral serta Kesusilaan bahkan
harus melindungi dan memperlakukan pekerja/buruh sesuai dengan harkat martabat
manusia yang sewajarnya. Sebagai upaya untuk melindungi Keselamatan
pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang maksimal perlu
diselenggarakan adanya upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Dan perlindungan
tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang
berlaku di Indonesia.
Dalam Pasal 86 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 dijelaskan
bahwa setiap pekerja ataupun buruh memiliki hak untuk dapat memperoleh
perlindungan atas Keselamatan dan Kesehatan Kerja, moral serta Kesusilaan bahkan
harus melindungi dan memperlakukan pekerja/buruh sesuai dengan harkat martabat
manusia yang sewajarnya. Sebagai upaya untuk melindungi Keselamatan
pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang maksimal perlu
diselenggarakan adanya upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Dan perlindungan
tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang
berlaku di Indonesia.
Dalam Pasal 86 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 dijelaskan
bahwa setiap pekerja ataupun buruh memiliki hak untuk dapat memperoleh
perlindungan atas Keselamatan dan Kesehatan Kerja, moral serta Kesusilaan bahkan
harus melindungi dan memperlakukan pekerja/buruh sesuai dengan harkat martabat
manusia yang sewajarnya. Sebagai upaya untuk melindungi Keselamatan
pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang maksimal perlu
diselenggarakan adanya upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Dan perlindungan
tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang
berlaku di Indonesia.
Asas Keselamatan Kerja tercantum dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata dengan memuat ketentuan yang didalamnya mewajibkan majikan untuk
mengatur dan yuruh memelihara ruangan, alat dan peralatan dimana ia menyuruh
melakukan pekerjaan dengan mengadakan aturan-aturan serta memberi petunjuk
sedemikian rupa hingga setiap pekerja/buruh terlindungi dari bahaya yang dapat
mengancam keselamatannya. Strategi untuk mengatasi beban kerugian terhadap
kecelakaan kerja maka pihak asuransi seperti jaminan sosial tenaga kerja atau Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan merupakan badan hukum publik yang
bertanggungjawab kepada Presiden serta memiliki fungsi menyelenggarakan
program jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia termasuk orang asing
yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia. Adanya penyelenggaraan
program jaminan sosial merupakan salahsatu tanggung jawab negara untuk
memberikan perlindungan sosial maupun ekonomi terhadap tenaga kerja Indonesia.
2.1.2. Kesehatan Kerja
Menurut Imam Soepomo yang dimaksud dengan Kesehatan Kerja adalah
aturan-aturan dan usaha-usaha untuk menjaga buruh dari kejadian atau dari keadaan
perburuhan yang dapat merugikan kesehatan atau kesusilaan karena seseorang itu
telah melakukan atau karena ia melakukan pekerjaan dalam suatu hubungan kerja.
Kesehatan kerja meliputi segala upaya dalam hal mencegah terjadinya penyakit yang
disebabkan oleh akibat bekerja serta penyakit lainnya pada tenaga kerja.
Tujuan Kesehatan Kerja adalah agar tenaga kerja ditempatkan pada pekerjaan
yang sesuai dengan kemampuan fisik dan mentalnya, sehingga setiap tenaga kerja
berada dalam keadaan sehat sejahtera dimulai pada saat ia bekerja sampai dengan
selesai bekerja. Upaya kesehatan kerja memiliki tujuan untuk melindungi pekerja
atau buruh agar terciptanya produktivitas kerja yang maksimal, melalui cara
pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat
kerja, pengobatan dan rehabilitasi. Maka berdasarkan uraian tersebut tujuan
kesehatan keselamatan kerja adalah, sebagai berikut:
1. Melindungi pekerja atau buruh dari risiko kecelakaan kerja.
2. Meningkatkan derajat kesehatan para pekerja atau buruh.
3. Agar pekerja atau buruh terjamin keselamatan dan kesehatan kerjanya.
Kesehatan kerja merupakan cara atau metode agar buruh ataupun pekerja
melakukan pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan yang tidak hanya ditujukan
kepada majikan yang hendak menggunakan tenaga atas jasa buruh tetapi juga
ditujukan untuk pihak buruh tersebut.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja mengatur
secara jelas tentang kewajiban perusahaan untuk menyediakan tempat kerja dan
pekerja dalam melaksanakan pekerjaan terlindungi dalam keselamatan kerjanya.
Dalam peraturan perusahaan berupa suatu Perjanjian Kerja Bersama (PKB) diatur
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Namun, seringkali kita jumpai pada
pelaksanaannya di lapangan diketahui masih saja beberapa pekerja tidak
menggunakan alat pelindung diri, misalnya seperti helm pengaman, rompi, sepatu
pelindung, dan lain-lain diluar sepengetahuan atasannya. Seringnya tenaga kerja atau
pekerja yang melanggar peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, disebabkan
karena kurangnya kehati-hatian dalam melakukan pekerjaan dan tidak memakai
peralatan pelindung diri. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa perlu adanya
pengetahuan serta pembinaan mengenai Keselamatan dan Kesehatan Tenaga Kerja.
Untuk menjaga agar keselamatan kerja karyawan terjaga dan terjamin ada
beberapa komponen yang perlu dilakukan yaitu:
 Tersedianya peralatan kerja yang memadai.
 Perawatan peralatan secara terus menerus.
 Kepatuhan karyawan.
 Prosedur kerja.
 Petunjuk kerja di setiap lokasi kerja
Sedangkan dalam hal kesehatan kerja, komponen yang perlu dilakukan adalah:
 Kondisi udara di ruangan.
 Ventilasi ruangan.
 Kebisingan.
 Penerangan atau cahaya.
 Tersedianya pembuangan kotoran limbah.
Menurut pendapat Sedarmayanti (2014) terdapat dua program kesehatan, yaitu:
 Kesehatan kerja
 Kesehatan mental. Dalam rangka menyelenggarakan kesehatan mental, hal yang
perlu dilaksanakan adalah:
a. Menyediakan psikiatris untuk konsultasi.
b. Bekerja sama dengan psikiatris di luarperusahaan atau di lembaga
konsultasi.
c. Mendidik pegawai mengenai arti pentingnyakesehatan mental.
d. Mengembangkan dan melihara program human relation yang baik dll.
2.2. Peraturan Perundang-Undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2.2.1. Pentingnya Peraturan Perundang-Undangan Tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Pembangunan nasional dapat berjalan dengan baik jika kualitas, kompetensi
dan profesionalisme sumber daya manusianya juga baik, termasuk di dalamnya
sumber daya manusia keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Data menunjukkan
bahwa di dunia terjadi 270 juta kecelakaan kerja, 160 juta pekerja menderita
penyakit akibat kerja, 2,2 juta pekerja meninggal dunia dan kerugian yang dialami
sebesar ,25 triliun USD. Sementara itu, data PT. Jamsostek (Persero) menunjukkan
bahwa dlam periode 2002-2005 telah terjadi lebih dari 300 ribu kecelakaan kerja,
5.000 kematian, 500 cacat tetap dan kompensasi lebih dari Rp. 550 milyar (DK 3N,
2007).
Tenaga kerja merupaan aset penting perusahaan. Oleh karena itu tenaga kerja
harus diberikan perlindungan dalam hal K3, karena terdapat ancaman dan potensi
bahaya yang berhubungan dengan kerja. Memngingat hal tersebut, pemerintah telah
membuat kebijakan perlindungan tenaga kerja terhadap aspek K3 melalui peraturan
perundang-undangan K3. Peraturan perundang-undangan K3 merupakan salah satu
usaha dalam pencegahan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran,
peledakan dan pencemaran lingkungan kerja yang penerapannya menurut jenis dan
sifat pekerjaan serta kondisi lingkungan kerja.
Peraturan perundang-undangan K3 perlu disosialisasikan baik kepada tenaga
kerja dan pengusaha agar semua memahami aturan tersebut terutama mengetahui hal
dan kewajibannya. Sosialisasi penting juga bagi mahasiswa Pendidikan Teknik
Mesin karena mahasiswa Pendidikan Teknik Mesin merupakan calon profesional
produktif bidang mesin yang akan mempunyai tenaga kerja sehingga ketika terjun di
lapangan kerja mereka dapat memenuhi hak dan kewajiban para tenaga kerjanya. Di
samping itu mahasiswa Pendidikan Pendidikan Teknik Teknik Mesin merupakan
calon guru profesional mesin di SMK. SMK merupakan lembaga pendidikan yang
meluluskan tenaga- tenaga profesional yang siap kerja di industri. Karena bekerja di
industri maka mereka harus mengetahui hak dan kewajibannya sebagai tenaga kerja.
Oleh karena itu tugas guru dan mahasiswa Pendidikan Teknik Mesin merupakan
calon guru profesional mesin untuk mempelajari dan menyosialisasikan
kepada siswa SMK.
2.2.2. Landasan Hukum Peraturan Perundang-undangan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
Sumber hukum peraturan perundang-undangan tentang K3 adalah UUD 1945
Pasal 27 ayat (2) yang menyatakan bahwa, “tiap warga negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Maka pasal trsebut sangatlah luas.
Di samping menjelaskan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pekerjaan
yang layak, juga berhak mendapatkan perlindungan terhadap K3 agar dalam.
melaksanakan pekerjaan tercipta kondisi kerja yang kondusif, nyaman, sehat, dan
aman serta dapat mengembangkan ketrampilan dan kemampuannya agar dapat hidup
layak sesuai dengan harkat dan martabat manusia.
Berdasarkan UUD 1945 Pasal 27 ayat (2) tersebut, kemudian ditetapkan UU
RI No. 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Ketenagakerjaan. Dalam
UU Pokok Ketenagakerjaan tersebut diatur perlindungan keselamatan dan kesehatan
kerja, yaitu:
1. Pasal 9 yang menyatakan bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapatkan
perlindungan atas keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moril kerja serta
perlakuan sesuai dengan harkat dan martabat serta moral agama.
2. Pasal 10 yang menyatakan bahwa pemerintah membina perlindungan kerja
yang mencakup:
1) Norma keselamatan kerja,
2) Norma kesehatan kerja dan kebersihan perusahaan,
3) Norma kerja, dan
4) Pemberian ganti kerugian, perawatan, dan rehabilitas dalam hal
kecelakaan kerja.
Seiring berjalannya waktu, UU RI No. 14 Tahun 1969 tidak lagi sesuai dengan
perkembangan dan tuntutan zaman sehingga diganti dengan UU RI No 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. UU tersebut mempertegas perlindungan
tenaga kerja terhadap aspek K3 sebagaimana termaktup dalam Pasal 86 dan 87 UU
RI No. 13 Tahun 2003.
a. Pasal 86
1. Ayat (1): Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja; moral dan kesusilaan;
dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta
nilai-nilai agama.
2. Ayat (2): Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan
kesehatan kerja.
b. Pasal 87 Ayat (1): Setiap perusahaan wajib menerapkan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang terintegrasi dengan sistem
manajemen perusahaan.
2.2.3. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Aturan keselamatan kerja secara khusus sudah ada sejak masa colonial
Belanda. Aturan tersebut dikenal dengan Veiligheids Reglement (VR) Tahun 1910
(diundangkan dalam Lembaran Negara No. 406 Tahun 1910). Undang-Undang
tersebut kemudian diganti dengan Undang-Undang (UU) No. 1 Tahun 197 tentang
Keselamatan Kerja (Safety Act) mengingat VR sudah tidak mampu menghadapi
perkembangan industri yang tidak lepas dengan penggunaan mesin, peralatan,
pesawat, instalasi dan bahan baku dalam rangka mekanisme, elektrifikasi, dan
modernisasi untuk meningkatkan intensitas dan produktivitas kerja. Di samping itu,
pengawasan VR bersifat represif yang kurang sesuai dan tidak mendukung
perkembangan eonomi, penggunaan sumber-sumber produksi, dan penanggulangan
kecelakaan kerja serta alam negara Indonesia yang merdeka. Penetapam UU No. 1
Tahun 1970 berdasarkan pada UU No. 14 Tahun 1969 Pasal 9 dan 10 dimana
pengawasannya yang bersifat preventif dan cangupan materinya termasuk aspek
kesehatan kerja. Dengan demikian UU No. 1 Tahun 1970 merupakan induk dari
peraturan perundang-undangan K3.
2.2.4. Tujuan dan Ruang Lingkup UU RI No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja
UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatn Kerja mempunyai tujuan
memberikan perlindungan atas keselamatan pekerja, orang lain yang memasuki area
kerja, dan sumber-sumber produksi dapat digunakan dengan aman, efektif, dan
efisien. Sedangkan ruang lingkup UU Keselamatan Kerja ini meliputi tempat kerja
di darat, dalam tanah, permukaan air, dalam air, dan di udara dengan terdapat unsur
dilakukan usaha, tenaga kerja yang bekerja, dan sumber bahaya.
2.3. Tujuan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dalam praktiknya berikut ini tujuan dari program keselamatan dan kesehatan
kerja, yaitu:
1. Membuat karyawan merasa nyaman.
Dengan dimilikinya prosedur kerja dan adanya peralatan kerja yang
memadaimaka akan membuat karyawan merasa lebih aman dan nyaman dalam
bekerja. Membuat karyawan merasa nyaman akan dapat meningkatkan
produktivitas kerja karyawan.
2. Memperlancar proses kerja.
Dengan adanya program keselamatan dan kesehatan kerja, maka
kecelakaan kerja dapat diminimalkan. Kemudian dengan kesehatan kerja
karyawan yang terjamin baik secara fisik maupun mental, maka karyawan
dapat beraktivitas secara normal.
3. Agar karyawan berhati-hati dalam bekerja.
Karyawan dalam hal ini setiap melakukan pekerjaannya sudah dengan
paham danmengerti akan aturan kerja yang telah ditetapkan, sehingga karyawan
akan lebihwaspada dan berhati-hati dalam melakukan aktivitasnya.
4. Mematuhi aturan dan rambu-rambu kerja
Perusahaan akan memasang ramubu-rambu kerja yang telah ada dan di
pasang diberbagai tempat sebagai tanda dan peringatan. Penempatan rambu-
rambu kerja harus mudah dilihat dan jelas tanpa ada hambatan atau halangan.
5. Tidak mengganggu proses kerja
Dengan adanya program keselamatan dan kesehatan kerja diharapkan
tindakankaryawan tidak akan mengganggu aktivitas karyawannya.
6. Menekan biaya
Dengan adanya program keselamatan dan kesehatan kerja, maka
kecelakaan kerja dapat diminimalkan. Oleh karena itu, karyawan harus
menggunakan peralatan dan keamanan kerja. Imbasnya biaya kecelakaan kerja,
menjadi relatif kecil dan dapat diminimalkan, sehingga karyawan mengurangi
biaya pengobatan dan kesempatan kerja karyawan yang hilang.
7. Menghindari kecelakaan kerja
Kepatuhan karyawan kepada aturan kerja termasuk memerhatikan rambu-r
ambu kerja yang telah dipasang. Kemudian karyawan harus menggunakan
peralatan kerja dengan sebaik-baiknya sesuai aturan yang telah ditetapkan,
sehingga kecelakaan kerja dapat diminimalkan.
8. Menghindari tuntutan pihak-pihak tertentu
Dengan adanya program keselamatan dan kesehatan kerja ini
maka tuntutan karyawan akan keselamatan dan kesehatan kerja dapat
diminimalkan, karena karyawan sudah menyetujui terhadap aturan yang berlaku
di perusahaan tersebut, sehingga sudah tahu resiko yangakan dihadapinya.

2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja


2.4.1. faktor yang mempengaruhi keselamatan kerja
1. Kelengkapan peralatan kerja
Peralatan keselamatan kerja yang lengkap sangat diperlukan. Artinya
makin lengkap peralatan keselamatan kerja yang dimiliki, maka
keselamatan kerja makin baik.
2. Kualitas peralatan kerja
Di samping lengkap peralatan kerja yang dimiliki juga harus
diperhatikan kualitas dari perlengkapan keselamatan kerja. Kualitas
dari peralatan keselamatan kerja akan memengaruhi keselamatan
kerja itu sendiri. Guna meningkatkan kualitas perlengkapan kerja,
maka diperlukan pemeliharaan perlengkapan secara terus-menerus.
3. Kedisiplinan karyawan
Hal yang berkaitan dengan perilaku karyawan dalam menggunakan
peralatan keselamatan kerja. Karyawan yang kurang disiplin dalam
menggunakan perlengkapan keselematan kerja, maka keselamatan
kerjanya makin tak terjamin. Penggunaan perlengkapan kerja sebaiknya
dilakukan pengawasan untuk menghindari, lupa dan kelalaian karyawan.
4. Ketegasan pemimpin
Dalam hal ini ketegasan pimpinan dalam menerapkan aturan
penggunaan peralatan keselamatan kerja. Di mana pimpinan yang tegas
akan memengaruhi karyawan untuk menggunakan perlengkapan
keselamatan kerja, demikian pula sebaliknya jika pimpinannya tidak
tegas, maka karyawan banyak yang bertindak masa bodoh, akibatnya
keselamatan kerjanya menjadi tidak terjamin.
5. Semangat kerja
Dengan peralatan keselamatan kerja yang lengkap, baik dan sempurna
maka akan memberikan semangat kerja yang tinggi. Demikian pula
sebaliknya jika peralatan keselamatan kerja tidak lengkap, tidak baik dan
tidak sempurna maka semangat kerja karyawan juga akan turun.
6. Motivasi kerja
Motivasi karyawan untuk bekerja juga akan kuat jika peralatan
keselamatan kerja yang lengkap, baik dan sempurna.
7. Pengawasan
Setiap karyawan harus diawasi dalam menggunakan peralatan
keselamatan kerja.Pengawasan dapat dilakukan oleh pimpinan atau
menggunakan peralatan seperti CCTV di tempat-tempat tertentu.
8. Umur alat kerja
Umur dari peralatan kerja juga akan memengaruhi keselamatan
kerja karyawan. Peralatan kerja yang sudah melewati umur ekonomisnya
maka akan membahayakan keselamatan kerja karyawan,
demikian pula sebaliknya.

2.5. Usaha-Usaha Meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


1. Buat aturan tentang keselamatan, artinya perusahaan harus membuat suatu
peraturan tentang keselamatan kerja. Biasanya dalam bentuk buku uang
diberi judul pedoman keselamatan kerja, baik kondisi untuk didarat, air,
maupun diudara. Pedoman ini disosialisasikan dan dibagikan kepada seluruh
karyawan untuk dilaksanakan.
2. Buatkan rambu-rambu yang mudah dibaca, artinya setelah adanya pedoman
keselamatan kerja, pihak perusahaan juga harus memasang rambu-rambu
disetiap sudut yang dianggap penting. Tujuannya agar karyawan dapat
mengetahui, sekaligus mengingatkan mereka akan keselamatan kerja. Letak
rambu-rambu tersebut selain strategis juga harus mencolok, sehingga
mudahdilihat dan dibaca.
3. Sediakan alat pengaman kerja, artinya dalam bekerja sudah disediakan berbagai
alat pengamanan tergantung dimana lokasi bekerja. Misalnya penutup
kepala berupa helm, atau masker untuk penutup mulut, penutup telinga,
kacamata, sepatu khusus kerja atau baju kerja. Peralatan keselamatan kerja
iniharus digunakan pada tempat dimana karyawan bekerja sesuai dengan
fungsinya masing-masing.
4. Selalu melakukan pemeliharaan alat secara terus-menerus, artinya peralatan
keselamatan kerja harus suatu waktu secara terus-menerus harus dijaga dan
dipelihara. Tujuan agar fungsi dari peralatan tersebut tetap terjaga
kualitasnya. Apabila fungsi alat-alat peralatan kecelakaan kerja sudah dianggap
tidak layak, maka sebaliknya jangan digunakan lagi dan digantikan dengan
peralatan yang baru.
5. Melakukan pengawasan secara ketat, artinya rtinya karyawan yang
menggunakan peralatan keselamatan kerja harus diawasi secara ketat.
Mengapa demikian? Karena kebanyakan karyawan lupa atau lalai tidak
menggunakan peralatan kerja atau tidak menggunakan secara benar. Bahkan
terkadang ada unsur kesengajaan untuk tidak menggunakan dengan
berbagai alasan, misalnya denganalasan merepotkan.
6. Memberikan sanksi bagi yang melanggar, artinya ada semacam sanksi atau
tindakan bagi mereka yang tidak menggunakan peralatan bekerja selama
bekerja. Sanksi ini bertujuan agar yang bersangkutan selalu ingat untuk
menggunakan peralatan kerja. Lebih dari itu sanksi juga dapat memberikan efek
pelajaran bagi karyawan bila melakukan hal yang sama.
7. Mengatur suhu, kelembapan, kebersihan udara, penggunaan warna ruang kerja,
penerangan yang cukup, menyejukkan, dan mencegah kebisingan.
8. Memelihara kebersihan dan juga ketertiban.
9. Menciptakan suasana kerja yang menggairahkan semangat kerja pegawai.
2.6. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Undang-undang keselamatan kerja UU no. 1 Tahun 1997 yang dikeluarkan
oleh pemerintah RI pada tanggal 12 Januari 1970 mengatur masalah-masalah
keselamatan kerja di dalam tempat kerja. Tujuan undang-undang ini ialah perubahan
pengawasan yang bersifat preventif. Pasal 3 Undang-undang tersebut antara lain
mencakup syarat-syarat keselamatan kerja.
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
2. Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran.
3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
6. Memberi alat-alat perlindungan diri kepada para pekerja.
7. Mencegah dan mengendalikan timbulnya atau menyebarluaskan suhu,
kelembapan, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar laut,
atau radiasi, suara, dan getaran.
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja fisik maupun
psikis, keracunan, infeksi, dan penularan.
9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
10. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
12. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban.
13. Memperoleh keserasian antara proses kerja
14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman,
datau barang.
15. Mengamankan dan memelihara semua segala jenis bangunan.
16. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar maut, perlakuan, dan
penyimpanan barang.
17. Mencegah terkena aliran listrik.
18. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamatan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi berbahaya tinggi.
Program- program keselamatan kerja di bagi menjadi dua bentuk. Pertama,
membuat kondisi kerja aman (safety condition), antara lain dengan mempergunakan
mesin-mesin yang dilengkapi dengan alat-alat pengaman (safety defice);
menggunakan alat-alat yang lebih baik; mengatur lay out pabrik, dan penerangan
sebaik mungkin; lantai, tangga, dijaga agar bebas dari air, minyak, dan gemuk;
melakukan pemeliharaan fasilitas pabrik secara baik; dan menggunakan petunjuk-
petunjuk dan peralatan keamanan. Kedua, melakukan kegiatan pencegahan
kecelakaan dengan mengandalikan praktik-praktik manusia agar bertindak aman
(safety act). Pencegahan ini dapat dilakukan dengan cara mendidik para karyawan
dalam hal keamanan; memberlakukan larangan-larangan secara keras; memasang
poster-poster dan kartun untuk selalu mengingatkan tentang keamanan; menunjukan
gambar-gambar karyawan yang cidera, dan data statistik kecelakaan, dan sebagainya.
Kesehatan kerja menyangkut kesehatan fisik maupun kesehatan mental.
Kesehatan para karyawan (employee health) bisa terganggu karena stres, penyakit,
maupun kecelakaan. Kesehatan karyawan yang buruk akan mengakibatkan
kecenderungan tingkat absensi yang tinggi dan produksi yang rendah.
1. Kesehatan Fisik
Program kesehatan fisik berkaitan erat dengan lingkungan. karena program
kesehatan dapat dilakukan dengan penciptaan lingkungan kerja yang sehat. Hal ini
menjaga kesehatan karyawan dari gangguan-gangguan penglihatan, pendengaran,
kelelahan, dan lain-lain. Penciptaan lingkungan yang sehat secara tidak langsung
akan mempertahankan atau meningkatkan produktivitas. Kegiatan-kegiatan
pengaturan lingkungan ini mencakup pengendalian suara, pelayanan kebutuhan
karyawan, pemeliharaan kebersihan lingkungan dan penyediaan berbagai fasilitas
yang dibutuhkan karyawan seperti kamar mandi, ruang ganti pakaian, dan
sebagainya.
2. Kesehatan Mental
Kesehatan mental karyawan perlu dilakukan dan diperlukan pula tenaga-tenaga ahli
di bidang psikiatri. kondisi mental seseorang juga sangat mempengaruhi prestasi
kerjanya. Kondisi mental yang buruk nampak pada gejala-gejala tingkat tingginya
kecelakaan, seringnya tidak masuk kerja, dan datang terlambat. Perubahan sosial-
ekonomi membawa pengaruh pada masyarakat. Karyawan sebagai anggota
masyarakat ikut pula terpengaruh. dengan demikian banyak masalah yang harus
dihadapi dan ini membawa pengaruh pula pada kondisi mental karyawan. Untuk itu
program kesehatan mental perlu dilakukan salah satu atau keseluruhan cara berikut:
a. Menyediakan psikiaters untuk konsultasi.
b. Bekerja sama dengan psikiaters di luar perusahaan atau di lembaga konsultasi.
c. Mendidik para karyawan akan arti pentingnya kesehtan mental.
d. Mengembangkan diri dan memelihara program-program human
relation yang baik.

2.7. P3K
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) adalah pertolongan dan
perawatan sementara yang dilakukan kepada korban kecelakaan di tempat kerja
menggunakan peralatan sederhana sebelum korban mendapatkan pertolongan yang
sempurna. Meski hanya menggunakan peralatan sederhana, P3K bisa menjadi salah
satu solusi untuk memberi pertolongan secara cepat dan tepat.
Meski pertolongan pertama bukanlah penanganan yang sempurna, tapi dengan
adanya P3K di tempat kerja akan memiliki banyak manfaat dalam mencegah
keparahan cidera, mengurangi penderitaan dan bahkan menyelamatkan nyawa korban.
Jika tindakan P3K tidak dilakukan saat terjadi kecelakaan di tempat kerja, akibatnya
dapat memperburuk keadaan korban bahkan menimbulkan kematian.
Kecelakaan dalam pekerjaan memang bukan sesuatu yang diinginkan oleh
siapapun, termasuk pekerja. Meski demikian, perusahaan wajib menyediakan
berbagai sarana prasarana untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan di tempat kerja.
Bagi perusahaan yang peduli dengan keselamatan dan kesehatan pekerjanya,
menyediakan fasilitas dan petugas P3K merupakan kewajiban yang pasti ada. Dengan
adanya fasilitas dan petugas P3K maka perusahaan dapat mengurangi berbagai
konsekuensi yang ditimbulkan akibat kecelakaan kerja.
Fasilitas Pertolongan Pertama Pada Kecelekaan di Tempat Kerja:
1. Ruang P3K
Ruang P3K merupakan ruangan yang disediakan dan dirancang khusus oleh
perusahaan untuk penanganan pertama tenaga kerja yang mengalami kecelakaan
maupun tempat merawat pekerja yang sedang sakit saat bekerja. Perusahaan
yang mempekerjakan 100 orang atau lebih dan perusahaan yang mempekerjakan
kurang dari 100 orang namun memiliki potensi bahaya tinggi WAJIB memiliki
ruang P3K. Lokasi yang ideal untuk ruang P3K adalah ruangan yang dekat
dengan toilet/kamar mandi, dekat jalan keluar, mudah dijangkau dari area kerja,
dan dekat dengan tempat parkir kendaraan. Syarat utama ruang P3K adalah
bersih/steril dan memiliki luas yang cukup untuk menampung tempat tidur,
lemari/kotak obat P3K, timbangan badan, tempat menyimpan tandu dan kursi
roda, tempat sampah, air minum, penyejuk ruangan, meja dan kursi. Selain itu,
ruang P3K yang baik juga terdapat petugas kesehatan yang telah terlatih P3K.
2. Lemari atau Kotak P3K dan isinya
Lemari atau kotak P3K adalah tempat yang digunakan untuk menyimpan
berbagai peralatan dan obat pertolongan pertama pada kecelakaan. Selain
dipasang di ruang P3K, kotak ini biasanya juga dipasang di beberapa tempat
yang mudah dilihat dan dijangkau oleh pekerja. Kotak P3K yang baik harus
kuat dan mudah diangkat/dipindah. Biasanya kotak ini terbuat dari bahan kayu
atau logam, berwarna putih, diberi lambang palang merah dan tulisan “P3K”
atau “First Aid” dibagian kaca pintu kotak K3 sebagai penanda. Kotak P3K
memiliki ukuran yang beragam, penggunaannyapun juga tergantung kebutuhan.
Semakin besar jumlah tenaga kerja yang ada di perusahaan maka akan semakin
besar pula kotak obat yang dibutuhkan. Bahkan bagi perusahaan dengan
karyawan yang banyak, kotak P3K bisa dibuat lebih banyak dan ditempatkan di
berbagai tempat yang rawan terjadi kecelakaan. Beberapa isi perlengkapan di
kotak K3 terdiri dari: Kasa steril terbungkus, Perban, Plester, Kapas, Kain
mittela, Gunting, Peniti, Sarung tangan, Masker, Pinset, Lampu senter, Gelas
untuk cuci mata, Kantong plastik, Aquades, Povidon Iodin, Alkohol 70%, Buku
panduan P3K, Buku catatan, Tensimeter, Stetoskop, Daftar isi kotak, dan obat-
obatan.
3. Alat Evakuasi dan Transportasi
Alat Evakuasi adalah peralatan yang digunakan untuk memindahkan korban
kecelakaan kerja dari lokasi kecelakaan ke tempat lain yang lebih aman dengan
cara-cara yang sederhana. Dalam melakukan evakuasi, penolong bisa
menggunakan alat transportasi seadanya, dan saat korban dievakuasi maka
penolong juga wajib melakukan perawatan darurat selama perjalanan. Beberapa
alat evakuasi dan transportasi yang bisa digunakan pertolongan pertama adalah
tandu, alat bantu pernafasan, kursi roda, dan jika memungkinkan bisa
menggunakan mobil ambulan atau kendaraan lain yang dapat digunakan untuk
mengangkut korban.
4. Petugas P3K
Petugas P3K yang mimiliki pengetahuan dan keterampilan penanganan korban
kecelakaan kerja sangat dibutuhkan di perusahaan. Petugas yang cekatan dan
mampu mengatasi berbagai situasi kecelakaan kerja, akan dapat mengurangi
resiko akibat kecelakaan.
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor:
Per.15/Men/VIII/2008 Tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Kerja;
Idealnya rasio jumlah petugas P3K untuk perusahaan yang memiliki resiko
rendah terhadap kecelakaan, setidaknya memiliki satu petugas P3K untuk
menangani 150 tenaga kerja. Sedangkan untuk perusahaan yang memiliki resiko
kecelakaan kerja yang tinggi, setidaknya memiliki satu petugas untuk setiap 100
orang atau kurang.
Petugas P3K di tempat kerja mempunyai tugas:
1) Melaksanakan tindakan P3K di tempat kerja;
2) Merawat fasilitas P3K di tempat kerja;
3) Mencatat setiap kegiatan P3K dalam buku kegiatan; dan
4) Melaporkan kegiatan P3K kepada pengurus.
5. Fasilitas Tambahan
Selain berbagai fasilitas P3K yang telah disebutkan diatas, perusahaan tertentu
juga membutuhkan berbagai fasilitas tambahan untuk menjamin kegiatan P3K
dapat berjalan dengan baik. Fasilitas tambahan tersebut bisa berupa alat
pelindung diri atau peralatan khusus yang digunakan di tempat kerja yang
menangani potensi bahaya yang membutuhkan penanganan khusus.
Alat pelindung diri ini khusus disediakan untuk perlindungan petugas K3
maupun korban kecelakaan. Hal ini disesuaikan dengan potensi bahaya di
tempat kerja, misalnya alat pencuci mata, seragam anti api, alat pembasahan
tubuh cepat, dan lain sebagainya.

2.8. Kasus Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Berdasarkan informasi yang didapatkan dari situs web Merdeka.com Sabtu,
(12/1/2021) Kementrian Ketenagakerjaan mencatat kecelakaan kerja pada tahun 2020
mengalami peningkatan menjadi 177.000 kasus. Menteri Ketenagakerjaan Ida
Fauziyah mengatakan, berdasarkan data BPJS ketenagakerjaan kasus kecelakaan kerja
di Indonesia mengalami peningkatan. Dari sebelumnya sebanyak 114.000 kasus
kecelakaan kerja pada tahun 2019 menjadi 177.000 kasus pada 2020. Dia menjelaskan
bahwa angka tersebut dihitung berdasarkan jumlah klaim yang diajukan oleh pekerja
yang mengalami kecelakaan kerja, artinya angka kecelakaan kerja sesungguhnya jauh
lebih besar karena belum semua tenaga kerja menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.
Sehingga berdasarkan data tersebut semua dituntut untuk lebih serius dalam
menerapkan budaya K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja), karena kecelakaan kerja
ini tidak hanya menyebabkan kematian, kerugian materi moril yaitu kerugian yang
tidak bisa dinilai dalam jumlah yang pasti, dan kerusakan lingkungan namun juga
akan mempengaruhi produktivitas, dan kesejahteraan masyarakat. Adapun contoh
kasus kecelakaan kerjanya yaitu kecelakaan kerja yang terjadi di PT Enero Mojokerto.
Berdasarkan informasi pada situs web Surya.co.id Sabtu, (11/4/2020) memberitakan
bahwa tiga orang pekerja meninggal dunia dan dua orang mengalami luka-luka dalam
kecelakaan kerja yang terjadi akibat bocornya tabung presetling di PT Energi Argo
Nusantara (ENERO) Jalan Raya Suko Sewu, Desa Gempolkerep, Kecamatan Gedeg,
Kabupaten Mojokerto. Ketiga korban tersebut meninggal dunia diduga karena
keracunan gas dengan bau menyengat yang berasal dari kebocoran tabung preselting.
Informasi dari kepolisian, kronologi kejadian kecelakaan kerja ini bermula pada saat
para pekerja membersihkan kolam tabung gas preselting PT ENERO, Sabtu
(11/4/2020) pukul 08.00 WIB. Mereka mengalami keracunan saat menghirup gas
tabung preselting yang berbaumenyengat. Korban sempat terpental akibat terkena
semburan gas tersebut. Para korban tersebut dievakuasi ke RSUD RA Basoeni untuk
mendapatkan perawatan medis pukul 08.30 WIB.
Kapolres Kota Mojokerto, AKBP Bogiek Sugiyarto mengatakan tiga korban
meninggal dunia dilakukan proses autopsi di kamar jenazah RSUD RA Basoeni.
Sedangkan dua pekerja yang mengalami luka-luka masih dirawat intensif di ruang
perawatan rumah sakit tersebut saat itu, dan anggota Sat Reskrim Polres Mojokerto
Kota bersama Tim Labfor melakukan identifikasi olah TKP di lokasi terjadinya
kecelakaan kerja tersebut. Kemudian berdasarkan informasi pada situs web
Sindonews.com pada Rabu, (3/6/2020) memberitakan bahwa polisi tetapkan satu
tersangka atas kecelakaan kerja di PT Enero Mojokerto tersebut. Kasat Reskrim
Polres Kota (Polresta) Mojokerto, AKP Sodik Sodik Efendi mengungkapkan, satu
orang yang menyandang status tersangka saat itu, yang mana tersangka tersebut
merupakan pegawai PT Enero. Ia menjabat sebagai supervisor di Divisi Bio Gas
bagian kolam pabrik pengolahan biotanol tersebut. AKP Sodik mengatakan pada saat
dikonfirmasi sejumlah awak media, Rabu (3/6/2020): “Sementara masih satu orang
yang kita tetapkan sebagai tersangka. Dia ditetapkan hari ini setelah kami melakukan
gelar perkara. Inisialnya M, 36, warga Mojokerto”. Penetapan sebagai tersangka
tersebut setelah petugas melakukan serangkaian penyelidikan pasca insiden
kecelakaan kerja di PT Enero, pada Sabtu (11/4). Sebanyak lima orang pekerja
mengalami kecelakaan saat membersihkan kolam pengendapan di PT Enero, anak
perusahaan BUMN PTPN X. Dalam perkembangannya, penyidik kepolisian
menemukan adanya standard operasional prosedur (SOP) yang dilanggar oleh
tersangka. Akibat kelalaian tersebut, tiga orang pekerja yang membersihkan area bak
penampungan bioetanol meninggal dunia dan dua orang lainnya harus menjalani
perawatan medis. Diterangkan juga bahwa petugas telah mengumpulkan barang bukti
yang kuat dalam menetapkan adanya tersangka. Diantaranya ada hasil visum, dan
hasil uji labolatorium. Kemudian juga berdasarkan para saksi mulai dari saksi ahli,
pekerja maupun pihak perusahaan. Tak hanya barang bukti berupa surat terkait SOP
pelaksanaan kerja di perusahaan PT Enero, petugas juga mengamankan beberapa alat
bukti lain. Seperti alat pelindung diri, berupa masker, baju yang digunakan para
korban yang meninggal dunia saat insiden tersebut terjadi. Tersangka dikenakan pasal
359 KUHP tentang Kelalaian yang menyebabkan orang lain meninggal dunia, dengan
ancaman hukuman 5 tahun penjara. Untuk diketahui, sebanyak 16 saksi diperiksa
pihak kepolisian dalam kasus tersebut. Mereka merupakan rekan kerja korban, hingga
pihak manajemen PT Enero. Kecelakaan kerja itu diduga lantaran para pekerja
tersebut terlalu banyak menghirup gas H2S saat berada di kolam pengendapan PT
Enero, hingga membuat ketiga pekerja tersebut pingsan dan terjatuh ke dalam lumpur.
Hal itu berdasarkan kondisi jasad ketiganya saat dievakuasi ke RSUD RA Basoeni
Gedek, pada Sabtu (11/4) pagi. Kala itu, tubuh ketiganya penuh dengan lumpur.
Bahkan berdasarkan informasi yang didapat, ditemukan lumpur dengan kandungan
gas di dalam tubuh korban.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk
menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik
fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan
lingkungan. Jadi kesehatan dan keselamatan kerja tidak melulu berkaitan dengan
masalah fisik pekerja, tetapi juga mental, psikologis dan emosional.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang penting
dalam ketenagakerjaan. Oleh karena itulah sangat banyak berbagai peraturan
perundang-undangan yang dibuat untuk mengatur nmasalah kesehatan dan
keselamatan kerja. Meskipun banyak ketentuan yang mengatur mengenai kesehatan
dan keselamatan kerja, tetapi masih banyak faktor di lapangan yang mempengaruhi
kesehatan dan keselamatan kerja yang disebut sebagai bahaya kerja dan bahaya nyata.
Masih banyak pula perusahaan yang tidak memenuhi standar keselamatan dan
kesehatan kerja sehingga banyak terjadi kecelakaan kerja.
Tujuan diadakannya manajemen keselamatan dan kesehatan erja diantarannya
ialah agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik
secara fisik, sosial, serta psikologis dengan begitu para pekerja dapat melaksanakan
aktivitas kerja dengan penuh kegairahan disamping itu juga akan mampu
meminimalirsir adanya kerugian-kerugian dari dampak yang diakibatkan oleh
kecelakaan kerja.
Urgensi Kesehatan dan keselamatan kerja sudah tertera dalam Undang-undang
nomer 13 tahun 2003 pasal 86 ayat 1 mengatur bahwa setiap pekerja/buruh
mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas Keselamatan kerja, Moral dan
Kesusilaan, perlakuan yang sesuai dengan harkat, martabat, manusia serta nilai-nilai
Agama.
Penyebab timbulnya kecelakaan kerja ada tiga yaitu akena prilaku karyawan
itu sendiri, kondisi yang tidak aman, dan tindakan tidak aman. Sering terjadi
perlakuan karyawan seoerti melakukan tindakan dengan cerobah, tidak mematuhi
peraturan kerja, tidak menggunakan alat perlindungan diri.
Program-program keselamatan kerja di bagi menjadi dua bentuk. Pertama,
membuat kondisi kerja aman (safety condition), antara lain dengan mempergunakan
mesin-mesin yang dilengkapi dengan alat-alat pengaman (safety defice);
menggunakan alat-alat yang lebih baik; mengatur lay out pabrik, dan penerangan
sebaik mungkin; lantai, tangga, dijaga agar bebas dari air, minyak, dan gemuk;
melakukan pemeliharaan fasilitas pabrik secara baik; dan menggunakan petunjuk-
petunjuk dan peralatan keamanan. Kedua, melakukan kegiatan pencegahan
kecelakaan dengan mengandalikan praktik-praktik manusia agar bertindak aman
(safety act).
DAFTAR PUSTAKA

Diakses dari lama https://www.studocu.com/id/document/universitas-lambung-mangkurat/


manajemen/makalah-msdm-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-kel/28596997 tanggal 23
november 2022 pukul 20.53 WIB
Diakses dari lama https://adindafitrianuraini.wordpress.com/makalah-kti/makalahms/ tanggal
23 nov 2022 pukul 21.00 WIB
https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=0uZjDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR6&dq=keselamatan+dan+kesehatan+kerja
&ots=l30zE9YOSv&sig=O5aFoFOOmw2bEqTX2ijC7s7yJlY&redir_esc=y#v=onepage&q&
f=false tanggal 23 nov 2022 pukul 21.05 WIB
Merdeka. (2021, Januari Sabtu). Retrieved Februari Kamis, 2021, from merdeka.com:
https://www.merdeka.com/uang/kemenaker-catat-kecelakaan-kerja-di-2020-naik-menjadi-
177000-kasus.html
http://www.srssafetyndo.com/artikel/pertolongan-pertama-pada-kecelakaan-p3k-di-tempat-
kerja Diakses 23 November 2022
SURYA.co.id. (2020, April Sabtu). Retrieved Februari Kamis, 2021, from SURYA.co.id:
https://surabaya.tribunnews.com/2020/04/11/kronologi-kecelakaan-kerja-di-pt-enero-
mojokerto-yang-renggut-3-nyawa-ini-identitas-korban

Anda mungkin juga menyukai