Anda di halaman 1dari 28

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah


Manajemen Sumber Daya Manusia Bank Syariah

Disusun oleh :
Kelompok 8
1. Hayu Rikki Arista (210817021)
2. Wantri Suciati (210817028)

Dosen Pengampu : Abdul Kholiq

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PONOROGO
2019
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr wb.
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikiran.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Wassalamu’alaikum wr wb.
Ponorogo, 20 April 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR ……………………..………………………………… ii
DAFTAR ISI ………….………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………….………………… 1
A. Latar Belakang Masalah …………….…………………………… 1
B. Rumusan Masalah …………….…………….…………………… 1
C. Tujuan …………….……………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN ……………………………..……….…………...…. 3
A. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja …...……………… 3
B. Tujuan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja …...…….…….… 6
C. Risiko yang Dihadapi ……………...……………….…..……...… 7
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keselamatan Kerja …….....… 9
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Kerja …...……..… 11
F. Ruang Lingkup dan Syarat Keselamatan Kerja …...…….…….… 14
G. Larangan dan Kewajiban untuk Bekerja …………….....……...… 17
H. Cara Mengurangi Kecelakaan Kerja …………………….….....… 21
BAB III PENUTUP ……………………………..……….………………...…. 23
A. Kesimpulan …………….……………………...………………… 23
B. Saran …………….…………………………………….………… 24
DAFTAR PUSTAKA ……………………………….………………………. 25

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Selama bekerja banyak risiko yang dihadapi karyawan, yang
bahkan terkadang dapat mengancam keselamatan jiwa dan raganya.
Perusahaan wajib untuk melindungi karyawan selama jam kerja, bahkan
karyawan juga harus dilindungi keselamatannya selama menuju dan
pulang dari tempat kerja. Keselamatan kerja yang dilakoni karyawan
biasanya tergantung lingkungan dimana dia bekerja. Risiko yang dihadapi
masing-masing lingkungan kerja juga bervariasi satu sama lainnya,
tergantung dari jenis pekerjaan yang dikerjakan.
Keselamatan kerja yang tidak atau kurang terjamin akan membuat
karyawan kurang bersemangat untuk bekerja. Keselamatan kerja perlu
dibudayakan agar mampu meminimalkan kecelakaan kerja. Banyak faktor
yang menyebabkan kecelakaan kerja dan bukan hanya karena disebabkan
perusahaan kurang memedulikan program keselamatan kerja. Kecelakaan
kerja sering kali terjadi akibat dari karyawan tidak memedulikan atau
memerhatikan petunjuk keselamatan kerja. Kesehatan karyawan juga perlu
diperhatikan dengan kondisi kerja yang ada, jangan sampai lingkungan
kerja akan memengaruhi kesehatan karyawan.
Oleh karena itu, keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah
satu cara untuk memberikan perlindungan kepada karyawan. Pemberian
perlindungan dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Dalam hal ini diperlukan rasa tanggung jawab perusahaan,
karena bagaimanapun karyawan adalah aset perusahaan yang harus
dilindungi hak-haknya, terutama dalam hal keselamatan dan kesehatan
kerja.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari keselamatan dan kesehatan kerja?
2. Apa tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja?
3. Risiko apa yang akan dihadapi?

1
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keselamatan kerja?
5. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesehatan kerja?
6. Apa saja ruang lingkup dan syarat keselamatan kerja?
7. Apa saja larangan dan kewajiban untuk bekerja?
8. Bagaimana cara mengurangi kecelakaan kerja?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Untuk mengetahui tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Untuk mengetahui risiko yang akan dihadapi.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan
kerja.
5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan kerja.
6. Untuk mengetahui ruang lingkup dan syarat keselamatan kerja.
7. Untuk mengetahui larangan dan kewajiban untuk bekerja.
8. Untuk mengetahui cara mengurangi kecelakaan kerja.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan
kesehatan kerja. Perlindungan dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, ketentuan mengenai penerapan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Keselamatan kerja sendiri merupakan aktivitas perlindungan
karyawan secara menyeluruh. Artinya perusahaan berusaha untuk menjaga
jangan sampai karyawan mendapat suatu kecelakaan pada saat
menjalankan aktivitasnya. Sedangkan kesehatan kerja adalah upaya untuk
menjaga agar karyawan tetap sehat selama bekerja. Artinya jangan sampai
kondisi lingkungan kerja akan membuat karyawan tidak sehat atau sakit.1
Menurut Abdul Hakim keselamatan kerja meliputi perlindungan
karyawan dari kecelakaan ditempat kerja. Sedang yang dimaksud dengan
tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja tersebut bekerja, atau sering
dimasuki tenaga kerja untuk keperluan usaha. Sedangkan, kesehatan kerja
adalah merujuk pada kebebasan karyawan dari penyakit baik secara fisik
maupun mental.2
Menurut CoVan (1995) keselamatan kerja dalam konteks yang
lebih luas, mencakup baik aspek keselamatan maupun kesehatan kerja.
Pendapat yang sama dikemukakan oleh Handley (1977) bahwa
keselamatan dan kesehatan merupakan satu gabungan pengertian.
Sehingga sebenarnya penggunaan istilah kecelakaan kerja adalah mengacu

1
Kasmir, Manajemen Sumber Daya Manusia (Teori dan Praktik), (Depok: Rajawali Pers,
2018), 266.
2
Abdul Hakim, Dinamika Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi
(Pendekatan Konvensional dan Nilai-Nilai Islami), (Semarang: EF Press Digimedia, 2014), 146-
147.

3
kepada masalah-masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Oleh karena itu,
upaya untuk menerapkan prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja
di organisasi industry pada dasarnya adalah upaya untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja.3
Untuk menjaga agar keselamatan kerja karyawan terjaga dan
terjamin ada beberapa komponen yang perlu dilakukan yaitu:
1. Tersedianya peralatan kerja yang memadai
Perusahaan harus menyediakan peralatan kerja yang disesuaikan
dengan jenis pekerjaan.
2. Perawatan peralatan secara terus menerus
Peralatan kerja harus selalu digunakan pada saatnya bekerja atau
berada di ruangan tertentu. Peralatan kerja ini harus selalu dipelihara
agar dapat digunakan setiap saat. Jangan sampai pada saat hendak
digunakan terjadi kemacetan, sehingga membahayakan karyawan.
3. Kepatuhan karyawan
Setiap karyawan atau yang terlibat baik langsung maupun tidak
langsung dengan pekerjaan atau di sekitar lokasi kerja wajib mematuhi
aturan tentang keselamatan kerja yang telah ditetapkan.
4. Prosedur kerja
Karyawan harus mengikuti prosedur kerja yang telah ditetapkan.
Pelanggaran terhadap prosedur kerja akan berakibat kepada
kemungkinan terjadi kecelakaan kerja.
5. Petunjuk kerja di setiap lokasi kerja
Perusahaan harus membuat petunjuk atau rambu-rambu kerja di
setiap lokasi tertentu. Penepatan petunjuk atau rambu kerja harus di
tempat atau lokasi yang strategis, serta mudah dilihat.

3
Tulus Winarsunu, Psikologi Keselamatan Kerja, (Malang: UUM Press, 2008), 14.

4
Sedangkan dalam hal kesehatan kerja, komponen yang perlu dilakukan
adalah:
1. Kondisi udara di ruangan
Kondisi udara di dalam ruangan haruslah disesuaikan dengan
kondisi yang seharusnya. Hal ini penting guna menjaga kesehatan
karyawan, baik suhu badan, hidung, mata ataupun lainnya. Kondisi
udara ruangan yang tidak sesuai akan mengakibatkan karyawan jatuh
sakit.
2. Ventilasi ruangan
Adanya alat untuk menjaga sirkulasi udara dalam suatu ruangan.
Ruangan yang tidak memiliki ventilasi udara akan menyebabkan
sumpek dan menimbulkan berbagai penyakit.
3. Kebisingan
Untuk ruangan tertentu yang menggunakan mesin yang memiliki
suara yang keras dan menyebabkan kebisingan maka diperlukan alat
peredam suara yang mengatasinya. Kebisingan akan mengakibatkan
telinga atau pendengaran karyawan menjadi terganggu.
4. Penerangan atau cahaya
Setiap ruangan harus memiliki penerangan yang cukup sehingga
tidak mengganggu pekerjaan. Kekurangan penerangan atau cahaya
akan mengganggu kesehatan karyawan.
5. Tersedianya pembuangan kotoran limbah
Perusahaan harus menyediakan pembuangan baik air, atau udara
sehingga tidak mengganggu kesehatan karyawan, termasuk kesehatan
warga. Dalam hal ini perusahaan harus menyediakan peralatan
pengolahan limbah, terutama limbah yang berbahaya bagi kesehatan.
Oleh karena itu, perlu kesiapan terhadap komponen-komponen yang
memengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja harus diperhatikan dengan
sebaik-baiknya. Termasuk faktor kelalaian karyawan yang dapat
mengakibatkan keselamatan kerjanya tidak terjamin. Jadi, dalam hal ini
faktor kepatuhan karyawan untuk mematuhi segala aturan yang telah

5
dibuat, serta sanksi yang perlu diberikan agar karyawan tetap patuh kepada
perintah dan aturan perusahaan.
B. Tujuan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dalam praktiknya berikut ini tujuan dari program keselamatan dan
kesehatan kerja yaitu:
1. Membuat karyawan merasa nyaman
Dengan dimilikinya prosedur kerja dan adanya peralatan kerja
yang memadai maka akan membuat karyawan merasa lebih aman dan
nyaman dalam bekerja. Membuat karyawan merasa nyaman akan dapat
meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
2. Memperlancar proses kerja
Dengan adanya program keselamatan dan kesehatan kerja, maka
kecelakaan kerja dapat diminimalkan. Kemudian dengan kesehatan
kerja karyawan yang terjamin baik secara fisik maupun mental, maka
karyawan dapat beraktivitas secara normal.
3. Agar karyawan berhati-hati dalam bekerja
Karyawan dalam hal ini setiap melakukan pekerjaannya sudah
dengan paham dan mengerti akan aturan kerja yang telah ditetapkan,
sehingga karyawan akan lebih waspada dan berhati-hati dalam
melakukan aktivitasnya.
4. Mematuhi aturan dan rambu-rambu kerja
Perusahaan akan memasang ramubu-rambu kerja yang telah ada
dan di pasang di berbagai tempat sebagai tanda dan peringatan.
Penempatan rambu-rambu kerja harus mudah dilihat dan jelas tanpa
ada hambatan atau halangan.
5. Tidak mengganggu proses kerja
Dengan adanya program keselamatan dan kesehatan kerja
diharapkan tindakan karyawan tidak akan mengganggu aktivitas
karyawannya.

6
6. Menekan biaya
Dengan adanya program keselamatan dan kesehatan kerja, maka
kecelakaan kerja dapat diminimalkan. Oleh karena itu, karyawan harus
menggunakan peralatan dan keamanan kerja. Imbasnya biaya
kecelakaan kerja, menjadi relatif kecil dan dapat diminimalkan,
sehingga karyawan mengurangi biaya pengobatan dan kesempatan
kerja karyawan yang hilang.
7. Menghindari kecelakaan kerja
Kepatuhan karyawan kepada aturan kerja termasuk memerhatikan
rambu-rambu kerja yang telah dipasang. Kemudian karyawan harus
menggunakan peralatan kerja dengan sebaik-baiknya sesuai aturan
yang telah ditetapkan, sehingga kecelakaan kerja dapat diminimalkan.
8. Menghindari tuntutan pihak-pihak tertentu
Dengan adanya program keselamatan dan kesehatan kerja ini maka
tuntutan karyawan akan keselamatan dan kesehatan kerja dapat
diminimalkan, karena karyawan sudah menyetujui terhadap aturan
yang berlaku di perusahaan tersebut, sehingga sudah tahu resiko yang
akan dihadapinya.
C. Risiko yang Dihadapi
Dalam praktiknya risiko yang dihadapi pekerja beraneka ragam.
Dalam praktiknya paling tidak terdapat dua hal penyebab risiko
kecelakaan kerja yaitu:
1. Unsur sengaja
Artinya karyawan sengaja melakukan kesalahan pada saat bekerja.
Unsur sengaja ini memang agak sulit untuk dibuktikan, akan tetapi
perusahaan perlu mencegah dengan cara melihat gejala-gejala yang
ada di setiap perusahaan sedini mungkin, sehingga dapat dicegah.
2. Unsur tidak sengaja
Kerjadian yang menimpa karyawan pada saat bekerja dilakukan
secara tidak sengaja.

7
Akibat dari kecelakaan kerja baik yang disengaja maupun tidak
disengaja, maka akan menimbulkan berbagai risiko. Secara umum risiko-
risiko yang terjadi seperti:
1. Cacat fisik
Karyawan mengalami kerusakan atau cacat pada bagian atau
seluruh anggota tubuhnya, seperti patah tangan, patah kaki,
pendengaran rusak atau mata rusak, kelumpuhan atau cacat fisik
lainnya.
2. Cacat mental
Karyawan tersebut mentalnya atau jiwanya yang rusak seperti,
stres atau gila akibat tekanan dari pekerjaan.
3. Cacat seumur hidup
Akibat dari pekerjaan menyebabkan karyawan cacat seumur hidup,
sehingga tidak dapat lagi melakukan aktivitas kerja.
4. Meninggal dunia
Akibat dari kecelakaan yang parah, baik disengaja ataupun tidak
disengaja. Untuk karyawan yang meninggal dunia juga mendapat
santunan dan uang pension atau uang penghargaan atas jasa-jasanya.
Oleh karena itu, sedapat mungkin segala risiko tersebut dapat dihindari
atau diminimalkan. Dalam hal ini perusahaan juga harus menyediakan
fasilitas kerja yang memadai serta memberikan jaminan atas terjadinya
kecelakaan karyawan. Dengan jaminan tersebut akan membuat karyawan
merasa aman dan nyaman dalam bekerja. Karyawan juga merasa
dilindungi baik jiwa dan raganya, sehingga tidak ada keragu-raguan dalam
bekerja. Dengan demikian, keuntungan yang diperoleh adalah
meningkatnya kinerja karyawan.

8
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keselamatan Kerja
Berikut ini akan diuraikan faktor-faktor yang memengaruhi
keselamatan kerja karyawan, yaitu:
1. Kelengkapan peralatan kerja
Peralatan keselamatan kerja yang lengkap sangat diperlukan.
Artinya makin lengkap peralatan keselamatan kerja yang dimiliki,
maka keselamatan kerja makin baik.
2. Kualitas peralatan kerja
Di samping lengkap peralatan kerja yang dimiliki juga harus
diperhatikan kualitas dari perlengkapan keselamatan kerja. Kualitas
dari peralatan keselamatan kerja akan memengaruhi keselamatan kerja
itu sendiri. Guna meningkatkan kualitas perlengkapan kerja, maka
diperlukan pemeliharaan perlengkapan secara terus-menerus.
3. Kedisiplinan karyawan
Hal yang berkaitan dengan perilaku karyawan dalam menggunakan
peralatan keselamatan kerja. Karyawan yang kurang disiplin dalam
menggunakan perlengkapan keselematan kerja, maka keselamatan
kerjanya makin tak terjamin. Penggunaan perlengkapan kerja
sebaiknya dilakukan pengawasan untuk menghindari, lupa dan
kelalaian karyawan.
4. Ketegasan pemimpin
Dalam hal ini ketegasan pimpinan dalam menerapkan aturan
penggunaan peralatan keselamatan kerja. Di mana pimpinan yang
tegas akan memengaruhi karyawan untuk menggunakan perlengkapan
keselamatan kerja, demikian pula sebaliknya jika pimpinannya tidak
tegas, maka karyawan banyak yang bertindak masa bodoh, akibatnya
keselamatan kerjanya menjadi tidak terjamin.
5. Semangat kerja
Dengan peralatan keselamatan kerja yang lengkap, baik dan
sempurna maka akan memberikan semangat kerja yang tinggi.
Demikian pula sebaliknya jika peralatan keselamatan kerja tidak

9
lengkap, tidak baik dan tidak sempurna maka semangat kerja karyawan
juga akan turun.
6. Motivasi kerja
Motivasi karyawan untuk bekerja juga akan kuat jika peralatan
keselamatan kerja yang lengkap, baik dan sempurna.
7. Pengawasan
Setiap karyawan harus diawasi dalam menggunakan peralatan
keselamatan kerja. Pengawasan dapat dilakukan oleh pimpinan atau
menggunakan peralatan seperti CCTV di tempat-tempat tertentu.
8. Umur alat kerja
Umur dari peralatan kerja juga akan memengaruhi keselamatan
kerja karyawan. Peralatan kerja yang sudah melewati umur
ekonomisnya maka akan membahayakan keselamatan kerja karyawan,
demikian pula sebaliknya.
Adapun faktor-faktor yang memengaruhi program keselamatan kerja
adalah sebagai berikut:
1. Keamanan kerja
Jika peralatan keselamatan kerja yang lengkap, baik dan sempurna,
maka akan memengaruhi keamanan kerja, sehingga risiko kecelakaan
dapat diminimalkan.
2. Motivasi kerja
Dengan adanya program keselamatan kerja yang baik tentu akan
memotivasi karyawan untuk bekerja lebih baik.
3. Kinerja
Keselamatan kerja akan memengaruhi peningkatan ataupun
penurunan kinerja karyawan.
4. Semangat kerja
Dengan adanya program keselamatan kerja yang baik, akan ikut
mendongkrak semangat kerja karyawan.

10
5. Dan faktor lainnya
Untuk menjaga agar program keselamatan kerja terus berjalan
dengan baik, maka perusahaan juga harus memelihara faktor-faktor
baik yang memengaruhi maupun dipengaruhi oleh keselamatan kerja. 4
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Kerja
Karyawan yang selalu sehat merupakan idaman seluruh karyawan.
Demikian juga perusahaan akan merasa senang jika perusahaannya sehat
semua, karena akan memberikan banyak manfaat bagi perusahaan seperti
yang sudah dijelaskan sebelumnya.
Kesehatan kerja karyawan dapat dipengaruhi berbagai faktor.
Perusahaan juga harus mengelola faktor-faktor penyebab tersebut,
sehingga kesehatan karyawan tetap terjaga.
Berikut ini faktor-faktor yang sering mempengaruhi kesehatan
kerja karyawan, yaitu:
1. Udara
Maksudnya adalah kondisi udara di ruangan tempat bekerja harus
membuat karyawan tenang dan nyaman. Misalnya didalam ruangan
tertutup tentu perlu diberikan pendingin ruangan yang cukup.
Demikian pula di ruangan yang terbuka seperti pabrik juga kualitas
udara harus dikelola secara baik. Kualitas udara di ruangan sangat
memengaruhi kesehatan karyawan seperti panas atau berdebu. Solusi
yang perlu diberikan kepada karyawan adalah misalnya penutup mulut
untuk kondisi udara yang berdebu. Demikian pula untuk udara yang
terlalu panas harus diberikan pendingin yang cukup. Dengan kualitas
udara yang baik maka karyawan akan selalu sehat, demikian pula
sebaliknya jika kualitas udara kurang baik akan mengakibatkan
kesehatan karyawan menjadi terganggu.
2. Cahaya
Kualitas cahaya di ruangan juga akan sangat memengaruhi
kesehatan karyawan. Pada ruangan yang terlalu gelap atau cahayanya

4
Kasmir, Manajemen Sumber Daya Manusia (Teori dan Praktik), 266-277.

11
kurang tentu akan merusak kesehatan karyawan, terutama kesehatan
mata. Demikian pula jika terlalu banyak cahaya (membuat silau) yang
membahayakan kesehatan harus segera diatasi. Oleh karena faktor
pencahayaan perlu diperhatikan agar kesehatan karyawan juga terjamin,
terutama mata.
3. Kebisingan
Artinya suara yang ada didalam suatu ruangan atau lokasi bekerja.
Ruangan yang terlalu berisik atau bising tentu akan memengaruhi
kualitas pendengaran. Untuk itu perlu dibuatkan ruangan yang kedap
suara, atau disediakan penutup telinga sehingga pendengaran karyawan
tidak terganggu.
4. Aroma berbau
Maksudnya untuk ruangan yang memiliki aroma yang kurang
sedap maka kesehatan akan sangat terganggu. Aroma yang dikeluarkan
dari zat-zat tertentu yang membahayakan, misalnya zat kimia, akan
memengaruhi kesehatan karyawan. Oleh karena itu, perlu dipersiapkan
masker agar terhindar dari bau yang kurang sedap atau membahayakan
tersebut.
5. Layout ruangan
Tata letak ruangan sangat memengaruhi kesehatan karyawan,
misalnya tata letak kursi, meja serta peralatan lainnya. Oleh karena itu,
agar karyawan tetap sehat faktor layout ruangan perlu diperhatikan,
misalnya penempatan tempat pembuangan limbah atau sampah.
Sebaliknya kesehatan karyawan memengaruhi karyawan dalam
menjalankan aktivitasnya. Berikut ini pengaruh dari kesehatan karyawan
terhadap:
1. Kemampuan kerja
Artinya karyawan yang sehat tentu akan sanggup dan mampu
untuk bekerja. Karyawan yang sehat secara fisik dan jiwanya, maka
dipastikan akan mampu untuk bekerja dengan sebaik-baiknya.

12
Demikian pula sebaliknya jika karyawan tidak sehat maka pasti tidak
akan mampu menjalankan kegiatannya.
2. Semangat kerja
Artinya karyawan yang sehat akan bersemangat untuk bekerja, baik
berangkat kerja maupun melakukan pekerjaan yang diberikan
kepadanya. Setiap pekerjaan yang diberikan akan dikerjakan dengan
penuh semangat. Demikian pula sebaliknya dengan karyawan tidak
sehat tentu tidak akan semangat untuk bekerja.
3. Motivasi bekerja
Artinya karyawan yang sehat akan terdorong kuat untuk
melakukan aktivitas kerjanya. Demikian pula sebaliknya jika karyawan
tidak sehat tentu tidak akan termotivasi untuk melakukan pekerjaannya
atau motivasinya menjadi lemah. Jadi motivasi kerja karyawan perlu
terus dipupuk dan ditumbuhkan melalui peningkatan kesehatan secara
terus-menerus.
4. Kinerja
Kesehatan pada akhirnya akan memengaruhi kinerja seseorang.
Karyawan yang sehat tentu secara tidak langsung akan memengaruhi
kinerjanya. Dengan tubuh yang sehat tentu karyawan akan mampu
melakukan pekerjaannya. Atau karyawan akan bersemangat serta
termotivasi untuk bekerja. Pada akhirnya kesehatan kerja akan
memengaruhi kinerja. Demikian pula sebaliknya bagi mereka yang
tidak sehat atau kurang sehat sudah barang tentu kinerjanya akan ikut
turun.
Dengan begitu banyak faktor-faktor yang memengaruhi kesehatan
karyawan, maka perusahaan sudah seharusnya memperhatikan kesehatan
kerja karyawan. Perusahaan harus menyediakan berbagai fasilitas yang
dibutuhkan sehingga mampu menjamin kesehatan kerja seluruh
karyawannya.5

5
Ibid, 277-279.

13
F. Ruang Lingkup dan Syarat Keselamatan Kerja
Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 ruang lingkup
keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik didarat, didalam tanah,
dipermukaan air, didalam air maupun di udara, yang berada dalam wilayah
kekuasaan hukum Republik Indonesia.
Ketentuan-ketentuan menurut undang-undang ini berlaku dalam
tempat kerja dimana :
1. Dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat,
perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat
menimbulkan kecelakaan atau peledakan.
2. Dibuat, diolah, dipakai dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau
disimpan atau bahan yang dapat meledak, mudah terbakar , menggigit,
beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi.
3. Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau
pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk
bangunan perairan, saluran atau terowongan dibawah tanah dan
sebagaiannya atau dimana dilakukan pekerjaan persiapan.
4. Dilakukan usaha: pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan
hutan, pengolahan kayu, atau hasil hutan lainnya, peternakan,
perikanan, dan lapangan kesehatan.
5. Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan: emas, perak, logam,
atau bijih logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak atau mineral
lainnya, baik dipermukaan atau di dalam bumi, maupun di dasar
perairan.
6. Dilakukan pengangkutan barang, binatang, atau manusia, baik di darat,
melalui terowongan, dipermukaan air, dalam air maupun di udara.
7. Dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga,
dok, stasiun atau gudang.
8. Dilakukan penyelamatan, pengambilan benda dan pekerjaan lain di
dalam air.

14
9. Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian diatas permukaan tanah atau
perairan.
10. Dilakukan pekerjaan dibawah tekanan udara tau suhu yang tinggi atau
rendah.
11. Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah,
kejatuhan, terkena pelanting benda, terjatuh atau terperosok, hanyut
atau terpelanting.
12. Dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lubang.
13. Terdapat atau menyebar suhu, kelembapan, suhu, kotoran, api, asap,
uap, gas, hembusan angina, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran.
14. Dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah.
15. Dilakukan pemancaran, penyinaran atau penerimaan radio, radar,
televisi, atau telepon.
16. Dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan, atau riset
(penelitian) yang menggunakan alat teknis.
17. Dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau
disalurkan listrik, gas, minyak, atau air.
18. Diputar film, pertunjukkan sandiwara atau diselenggarakan reaksi
lainnya yang memakai peralatan, instalasi listrik atau mekanik.
Dengan peraturan perundangan dapat ditunjuk sebagai tempat kerja,
ruang-ruangan atau lapangan-lapangan lainnya yang dapat membahayakan
keselamatan atau kesehatan yang bekerja atau yang berada di ruangan atau
lapangan itu dan dapat diubah perincian tersebut.
Kemudian hal lain juga diatur yang berkaitan dengan syarat-syarat
keselamatan kerja. Dalam praktiknya keselamatan kerja yang ditetapkan
oleh setiap perusahaan adalah mencegah, atau memberi pertolongan,
keselamatan kerja yang dimiliki harus memiliki syarat-syarat seperti yang
telah ditetapkan pemerintah melalui undang-undang.

15
Adapun syarat-syarat keselamatan kerja menurut Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1970 adalah untuk :
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
2. Mencegah, mengurangi dan memdamkan kebakaran.
3. Mencegah dan mengurangi bahan peledakan.
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
6. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu,
kelembapan, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angina, cuaca,
sinar radiasi, suara dan getaran.
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik
fisik maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan.
9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
10. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
12. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan,
cara dan proses kerjanya.
14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang
tanaman atau barang.
15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
16. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan
dan penyimpan barang.
17. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
18. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan
yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

16
Dengan peraturan perundangan dapat diubah perincian seperti diatas
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi serta
pendapatan-pendapatan baru dikemudian hari.
1. Dengan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja dalam
perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan,
pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan, dan penyimpan
bahan, barang, produk teknis dan aparat produksi yang mengandung
dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.
2. Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-prinsip teknis ilmiah menjadi
suatu kumpulan ketentuan yang disusun secara teratur, jelas dan
praktis yang mencakup bidang kontruksi, bahan, pengolahan dan
pembuatan, perlengkapan dan alat-alat perlindungan, pengujian dan
pengesahan, pengepakan atau pembungkusan, pemberian tanda-tanda
pengenal atas bahan, barang, produk teknis dan aparat produk guna
menjamin keselamatan barang-barang itu sendiri, keselamatan tenaga
kerja yang melakukannya dan keselamatan umum.
Dengan peraturan perundangan dapat diubah perincian seperti tersebut
diatas dengan peraturan perundangan ditetapkan siapa yang
berkewajiban memenuhi dan mentaati syarat-syarat keselamatan
tersebut.6
G. Larangan dan Kewajiban untuk Bekerja
Demi menjalankan keselamatan kerja secara bersamaan, dalam
praktiknya terdapat beberapa jenis tipe karyawan dan kondisi-kondisi kerja
yang mendapat larangan atau perlakuan khusus untuk bekerja. Kalaupun
tetap dipekerjakan, maka ada kewajiban untuk melindunginya. Misalnya
anak-anak dibawah umur, penyandang cacat, perempuan dengan kondisi
tertentu misalnya hamil, haid, dan waktu bekerja.
Untuk menjaga keselamatan dan kesehatan kerja karyawan, maka
menurut undang-undang, siapa pun dilarang memperkerjakan dan
melibatkan anak pada pekerjaan-pekerjaan yang terburuk.

6
Ibid, 280-283.

17
Adapun pekerjaan-pekerjaan yang terburuk yang dimaksud meliputi:
1. Segala pekerjaan dalam bentuk perbudakan atau sejenisnya.
2. Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau menawarkan
anak untuk pelacuran, produksi pornografi, pertunjukkan porno, atau
perjudian.
3. Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau melibatkan
anak untuk produksi dan perdagangan minuman keras, narkotika,
psikotropika, dan zat adiktif lainnya, dan atau;
4. Semua pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan, atau
moral anak.
Disamping larangan diatas, ada larangan lainnya yang tidak boleh
dilanggar menurut undang-undang, yaitu :
1. Pekerja/buruh perempuan yang berumur kurang dari 18(delapan belas)
tahun dilarang dipekerjakan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul
07.00.
2. Pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan hamil
yang menurut keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan
keselamatan kandungannya maupun dirinya apabila bekerja antara
pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00.
Kemudian bagi pengusaha yang memperkerjakan pekerja/ buruh
perempuan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00 wajib untuk :
1. Memberikan makanan untuk dan minuman bergizi.
2. Menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja.
Selanjutnya menurut undang-undang pengusaha harus melindungi
karyawan dalam kategori sebagai berikut :
1. Pengusaha yang memperkerjakan tenaga kerja penyandang cacat wajib
memberikan perlindungan sesuai dengan jenis dan derajat
kecacatannya.
2. Pengusaha wajib menyediakan angkutan umum antar jemput bagi
pekerja/ buruh perempuan yang berangkat dan pulang bekerja antara
pukul 23.00 sampai dengan pukul 05.00.

18
3. Setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja yang
meliputi :
a. Tujuh (7) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu)
minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu, atau;
b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu)
minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.
Begitu pula bagi pengusaha yang mempekerjakan pekerja/ buruh
melebihi waktu kerja harus memenuhi syarat :
1. Ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan dan;
2. Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam
dalam 1 (satu0 minggu.
3. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja
wajib membayar upah kerja lembur.
Disamping itu, pengusaha wajib memberi waktu istirahat dan cuti
kepada pekerja/buruh. Adapun waktu istirahat dan cuti meliputi:
1. Istirahat antara jam kerja, sekurang-kurangnya setengah jam setelah
bekerja selama 4 (empat) jam terus-menerus dan waktu istirahat
tersebut tidak termasuk jam kerja.
2. Istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1
(satu) minggu atau 2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu)
minggu.
3. Cuti tahunan, sekurang-kurangnya 12 (dua belas) hari kerja setelah
pekerja/buruh yang bersangkutan bekerja selama 12 (dua belas) bulan
secara terus-menerus, dan
4. Istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan dan dilaksanakan
pada tahun ketujuh dan kedelapan masing-masing 1 (satu) bulan bagi
pekerja/buruh yang telah bekerja selama 6 (enam) tahun secara terus-
menerus pada perusahaan yang sama dengan ketentuan pekerja/buruh
tersebut tidak berhak lagi atas istirahat tahunannya dalam 2 (dua) tahun
berjalan dan selanjutnya berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja 6
(enam) tahun.

19
Masalah lainnya yang diatur dalam undang-undang ketenagakerjaan
adalah :
1. Pengusaha wajib memberikan kesempatan yang secukupnya kepada
pekerja/buruh untuk melaksanakan ibadah yang diwajibkan oleh
agamanya.
2. Pekerja/buruh perempuan yang dalam masa haid merasakan sakit dan
memberitahu kepada pengusaha, tidak wajib bekerja pada hari pertama
dan kedua pada waktu haid.
3. Pekerja/buruh perempuan berhak memperoleh istirahat selama 1,5
(satu setengah) bulan sebelumnya saatnya melahirkan anak dan 1,5
(satu setengah) bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter
kandungan atau bidan.
4. Pekerja/buruh perempuan yang mengalami keguguran kandungan
berhak memperoleh istirahat 1,5 (satu setengah) bulan atau dengan
sesuai surat keterangan dokter kandungan atau bidan.
5. Pekerja/buruh perempuan yang anaknya masih menyusu harus diberi
kesempatan sepatutnya menyusui anaknya jika hal itu harus dilakukan
selama waktu bekerja.
6. Setiap buruh/pekerja yang menggunakan hak waktu istirahat berhak
mendapat upah penuh.
7. Pekerja/buruh tidak wajib bekerja pada hari-hari libur resmi.
8. Pengusaha dapat mempekerjakan pekerja/buruh untuk bekerja pada
hari-hari libur resmi apabila jenis dan sifat pekerjaan tersebut harus
dilaksanakan atau dijalankan secara terus menerus atau pada keadaan
lain berdasarkan kesepakatan antara pekerja/buruh dengan pengusaha.
9. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh yang melakukan
pekerjaan pada hari libur resmi wajib membayar upah kerja lembur.
Semua aturan atau kewajiban yang tertera dalam undnag-undang
tersebut harus dipenuhi sepenuhnya oleh perusahaan. Artinya wajib bagi
perusahaan untuk mematuhi dan melaksanakan, sehingga akan
memberikan keuntungan bagi perusahaan.

20
Bagi karyawan yang terkena sesuai dengan bunyi undang-undang
tersebut adalah merupakan hak mereka untuk menerima dan harus diambil
serta dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Dengan melaksanakan bunyi undang-undang tentang larangan tersebut
berarti perusahaan sudah memenuhi kewajibannya dan memenuhi hak
karyawan, sehingga terlepas dari sanksi. Sebaliknya bagi perusahaan yang
melanggar tentu akan diberikan sanksi sesuai dengan peraturan yang
berlaku.7
H. Cara Mengurangi Kecelakaan Kerja
Kecelakaan sering kali terjadi sekalipun telah disediakan program
kerja yang baik. Penyebabnya seperti telah dijelaskan sebelumnya adalah
adanya unsur sengaja dan tidak sengaja. Oleh karena itu, kecelakaan kerja
harus dapat diminimalkan dengan cara mengurangi kecelakaan kerja itu
sendiri.
Banyak cara yang dilakukan agar kecelakaan kerja dapat dikurangi.
Berikut ini cara-cara untuk mengurangi kecelakaan kerja dapat dilakukan
melalui langkah-langkah sebagai berikut :
1. Buat aturan tentang keselamatan
Artinya perusahaan harus membuat suatu peraturan tentang
keselamatan kerja. Biasanya dalam bentuk buku uang diberi judul
pedoman keselamatan kerja, baik kondisi untuk didarat, air, maupun di
udara. Pedoman ini disosialisasikan dan dibagikan kepada seluruh
karyawan untuk dilaksanakan.
2. Buatkan rambu-rambu yang mudah dibaca
Artinya setelah adanya pedoman keselamatan kerja, pihak
perusahaan juga harus memasang rambu-rambu disetiap sudut yang
dianggap penting. Tujuannya agar karyawan dapat mengetahui,
sekaligus mengingatkan mereka akan keselamatan kerja. Letak rambu-
rambu tersebut selain strategis juga harus mencolok, sehingga mudah
dilihat dan dibaca.

7
Ibid, 283-286.

21
3. Sediakan alat pengaman kerja
Artinya dalam bekerja sudah disediakan berbagai alat pengamanan
tergantung dimana lokasi bekerja. Misalnya penutup kepala berupa
helm, atau masker untuk penutup mulut, penutup telinga, kacamata,
sepatu khusus kerja atau baju kerja. Peralatan keselamatan kerja ini
harus digunakan pada tempat dimana karyawan bekerja sesuai dengan
fungsinya masing-masing.
4. Selalu melakukan pemeliharaan alat secara terus-menerus
Artinya peralatan keselamatan kerja harus suatu waktu secara
terus-menerus harus dijaga dan dipelihara. Tujuan agar fungsi dari
peralatan tersebut tetap terjaga kualitasnya. Apabila fungsi alat-alat
peralatan kecelakaan kerja sudah dianggap tidak layak, maka
sebaliknya jangan digunakan lagi dan digantikan dengan peralatan
yang baru.
5. Melakukan pengawasan secara ketat
Artinya karyawan yang menggunakan peralatan keselamatan kerja
harus diawasi secara ketat. Mengapa demikian? Karena kebanyakan
karyawan lupa atau lalai tidak menggunakan peralatan kerja atau tidak
menggunakan secara benar. Bahkan terkadang ada unsur kesengajaan
untuk tidak menggunakan dengan berbagai alasan, misalnya dengan
alasan merepotkan.
6. Memberikan sanksi bagi yang melanggar
Artinya ada semacam sanksi atau tindakan bagi mereka yang tidak
menggunakan peralatan bekerja selama bekerja. Sanksi ini bertujuan
agar yang bersangkutan selalu ingat untuk menggunakan peralatan
kerja. Lebih dari itu sanksi juga dapat memberikan efek pelajaran bagi
karyawan bila melakukan hal yang sama.8

8
Ibid, 286-287.

22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja
diatas, sehingga kiranya diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Keselamatan kerja merupakan aktivitas perlindungan karyawan secara
menyeluruh. Sedangkan kesehatan kerja adalah upaya untuk menjaga
agar karyawan tetap sehat selama berkerja.
2. Tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja antara lain; membuat
karyawan merasa aman, memperlancar proses kerja, agar karyawan
berhati-hati dalam bekerja, mematuhi aturan dan rambu-rambu kerja,
tidak mengganggu proses kerja, menekan biaya, menghindari
kecelakaan kerja, serta menghindari tuntutan pihak-pihak tertentu.
3. Risiko yang dihadapi antara lain; cacat fisik, cacat mental, cacat
seumur hidup, dan meninggal dunia.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan kerja antara lain;
kelengkapan dan kualitas peralatan kerja, kedisiplinan karyawan,
ketegasan pimpinan, semangat dan motivasi kerja, pengawasan, serta
umur alat kerja.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan kerja antara lain; udara,
cahaya, kebisingan, aroma berbau, dan layout ruangan.
6. Ruang lingkupnya meliputi ketentuan-ketentuan menurut UU No.13
Tahun 2013 sedangkan syarat-syarat keselamatan kerja ada pada UU
No. 1 Tahun 1970.
7. Untuk menjaga keselamatan dan kesehatan kerja karyawan, maka
menurut undang-undang, siapa pun dilarang memperkerjakan dan
melibatkan anak pada pekerjaan-pekerjaan yang terburuk serta
berkewajiban mematuhi dan melaksanakan apa yang tertera dalam
undang-undang tersebut.

23
8. Cara mengurangi kecelakaan kerja diantaranya, membuat peraturan
tentang keselamatan, membuat rambu-rambu yang mudah dibaca,
menyediakan alat pengaman kerja, selalu melakukan pemeliharaan alat
secara terus-menerus, melakukan pengawasan secara ketat, serta
memberikan sanksi bagi yang melanggar.
B. Saran
Sebagai seorang pemula, kami sadar bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun. Karena saran dan kritik itu akan bermanfaat bagi
kami untuk memperbaiki atau memperdalam kajian ini.

24
DAFTAR PUSTAKA
Hakim, Abdul. Dinamika Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam
Organisasi (Pendekatan Konvensional dan Nilai-Nilai Islami).
Semarang: EF Press Digimedia, 2014.
Kasmir. Manajemen Sumber Daya Manusia (Teori dan Praktik). Depok: PT
Rajawali Pers, 2018.
Winarsunu, Tulus. Psikologi Keselamatan Kerja. Malang: UUM Press, 2008.

25

Anda mungkin juga menyukai