Anda di halaman 1dari 16

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)

2.1.1 Pengertian Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)


Menurut Mangkunegara (dalam Rizkya, 2014) Keselamatan kerja
adalah kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau
kerugian ditempat kerja. Kondisi aman tersebut bisa berasal dari
internal maupun eksternal. Dari lingkungan internal adalah kemampuan
seseorang dalam menjaga dirinya dan lingkungan ekternal adalah
bahaya yang terjadi dari luar. Sedangkan menurut Mondy dan Noe
(dalam Sinyo, 2015) Keselamatan kerja adalah perlindungan karyawan
dari luka-luka yang disebabkan oleh kecelakaan yang terkait dengan
pekerjaan. Menurut Husni (dalam Indra, 2013) Kesehatan kerja adalah
Bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja
memperoleh keadaan kesehatan yang sempurna baik fisik, mental
maupun sosial beserta prakteknya, agar masyarakat pekerja
memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik atau mental
maupun sosial dengan usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap
penyakit-penyakit/gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan
faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit-
penyakit umum. Sebab terjadinya kecelakaan kerja perlu diketahui
dengan jelas agar usaha keselamatan dan pencegahan dapat di ambil,
sehingga kecelakaan tidak terulang kembali dan kerugian akibat
kecelakaan dapat dihindarkan.kecelakaan ini terjadi karena kondisi
yang tidak aman. Kelalaian sebagai penyebab kecelakaan merupakan
nilai tersendiri dari teknik keselamatan. Menurut Rivai (dalam Riyan
2014) Keselamatan dan kesehatan kerja merujuk kepada kondisi-
kondisi fisiologis-fiskal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan
oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan. Resiko

13
14

keselamatan kerja merupakan aspek-aspek dari dari lingkungan kerja


yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong,
luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan dan
pendengaran.
Dari defenisi diatas jelas bahwa pengertian kecelakaan kerja tidak
hanya terbatas pada insiden-insiden yang menyangkut terjadinya luka-
luka saja, tetapi juga meliputi kerugian fisik dan material sebab-sebab
terjadi kecelakaan tersebut. Kecelakaan akan selalu disertai kerugian
material maupun penderitaan dari yang paling rigan sampai yang paling
berat dan bahkan ada yang tewas, oleh karena itu sebelum terjadi
kecelakaan, perlu dilakukan tindakan-tindakan pencegahan atau
keselamatan.

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Kecelakaan Kerja


A. Perbuatan manusia yang tidak aman
1) Melaksanakan pekerjaan wewenang atau yang berwenang gagal
mengamankan atau memperingatkan seseorang
2) Menjalankan alat-alat mesin diluar batas aman
3) Menyebabkan alat-alat keselamatan kerja tidak bekerja
4) Cara angkat, angkut menempatkan barang dan menyimpan yang
kurang baik dan tidak aman
5) Memakai sikap/posisi tubuh yang kurang baik dan tidak aman
6) Bekerja dengan alat/mesin bergerak atau berbahaya
7) Melakukan tindakan mengacau, menyalahgunakan, melampui batas

B. Kondisi fisik dan mekanis yang tidak aman


1) Alat pengaman yang kurang/ tidak bekerja
2) Tidak ada pengaman
3) Adanya kondisi tidak aman
4) Design yang kurang baik
15

5) Pengaturan proses kerja yag berbahaya atau mengandung


resiko seperti : badan terlali berat, jalan yang sempit/tidak teratur
6) Penerangan,ventilasi kurang baik
7) Perencanaan proses kerja kurang/tidak aman

Berdasarkan analisis sebab kecelakaan yang terjadi pada umumnya


disebabkan oleh perbuatan yang membahayakan. Adapun perbuatan
yang membahayakan itu bersumber dari :
a. Tidak memakai alat-alat pelindung diri
b. Tidak memperhatikan posisi saat sedang bekerja
c. Cara menggunakan perkakas yang salah
d. Tata cara kerja dan ketertiban yang tidak dipatuhi

2.1.3 Indikator Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)


Menurut Sama’mur (2001, p.109), ada 5 indikator yang
mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), dimana
indikator-indikator tersebut harus dapat menjadi perhatian perusahaan
dalam mempekerjakan karyawannya. Adapun indikator-indikator
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Alat-alat perlindung kerja
b. Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya
c. Penggunaan peralatan kerja
d. Kebersihan dan ketertiban yang ditempat kerja
e. Kemampuan karyawan dalam melaksanakan pekerjaan

2.1.4 Tujuan Program Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)


Menurut Wilson Bangun (2012, p.378) terdapat tiga alasan mengapa
program keselamatan kerja merupakan keharusan bagi setiap
perusahaan untuk melaksanakannya antara lain :
16

a) Moral
Manusia memiliki hak untuk memperoleh perlindungan atas
keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan, serta perlakuan
yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia dan nilai-nilai agama
(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2003). Para
pemberi kerja melaksanakan perlindungan atas pekerjaannya atas dasar
kemanusiaan.
b) Hukum
Undang-undang tentang ketenagakerjaan merupakan jaminan bagi
setiap pekerja untuk menghadapi resiko kerja yang dihadapinya yang
ditimbulkan pekerjaan. Para pemberi tenaga kerja yang lalai atas
tanggung jawabnya dalam melindungi pekerja yang mengakibatkan
kecelakaan kerja akan mendapatkan hukuman sesuai dengan undang-
undang.
c) Ekonomi
Alasan ekonomi akan dialami oleh banyak perusahaan karena
mengeluarkan biaya-biaya yang tidak sedikit jumlahnya akibat
kecelakaan kerja yang dialami pekerja.

Program keselamatan dan kesehatan kerja yang baik juga


akan menunjukan manajemen dan kepemimpinan yang baik
diperusahaan, karena keselamatan dan kesehatan kerja dapat
menurunkan kerugian yang timbul akibat kecelakaan dan karyawan
akan terlatih dalam menghadapi resiko kerja.

Sasaran dari program keselamatan kerja adalah untuk memenuhi


kepentingan bersama, antara lain adalah :

a. Mencegah dan mengurangi adanya bahaya kecelakaan yag mungkin


timbul pada setiap tempat kerja
b. Membimbing dan menanamkan rasa disiplin serta kesadaran bagi
karyawan
17

c. Perusahaan senantiasa dapat menghasilkan produksi sebaik mungkin,


alat-alat kerja dipelihara dan bertanggung jawab.

Adapun tujuan dari program pencegahan kecelakaan ini adalah


mewujudkan suasana kerja yang mengembirakan, salah satu faktor yag
sangat penting dalam memberikan rasa tentram,semangat kerja
karyawan sehingga dapat mempertinggi mutu pekerjaan, meningkatkan
prodiksi dan produktivitas kerja.

2.2 Lingkungan Kerja Non Fisik


2.2.1 Pengertian Lingkungan Kerja Non Fisik
Menurut Sedarmayanti (dalam Nela, 2014) Lingkungan kerja non fisik
adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan
kerja, baik hubungan dengan atasan maupun hubungan sesama rekan
kerja, ataupun hubungan dengan bawahan. Sementara itu, Wursanto
(2009, p.265) menyebutnya sebagai lingkungan kerja psikis yang
didefinisikan sebagai sesuatu yang menyangkut segi psikis dari
lingkungan kerja. Berdasarkan pengertianpengertian tersebut, dapat
dikatakan bahwa lingkungan kerja non fisik disebut juga lingkungan
kerja psikis, yaitu keadaan di sekitar tempat kerja yang bersifat non
fisik. Lingkungan kerja semacam ini tidak dapat ditangkap secara
langsung dengan pancaindera manusia, namun dapat dirasakan
keberadaannya. Jadi, lingkungan kerja non fisik merupakan lingkungan
kerja yang hanya dapat dirasakan oleh perasaan. Berdasarkan pendapat
dan uraian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa lingkungan kerja non
fisik adalah lingkungan kerja yang tidak dapat ditangkap dengan panca
indera manusia. Akan tetapi, lingkungan kerja non fisik ini dapat
dirasakan oleh para pekerja melalui hubungan-hubungan sesama
pekerja maupun dengan atasan.
18

2.2.2 Jenis - Jenis Lingkungan Kerja Non Fisik

Lingkungan kerja non fisik merupakan lingkungan kerja yang tidak


dapat terdeteksi oleh panca indera manusia, namun dapat dirasakan.
Beberapa macam lingkungan kerja yang bersifat non fisik. menurut
Wursanto (2009, p.266) disebutkan yaitu: 1) adanya perasaan aman dari
para karyawan dalam menjalankan tugasnya, 2) adanya loyalitas yang
bersifat dua dimensi, 3) adanya perasaan puas di kalangan karyawan”.
Dari ketiga jenis lingkungan kerja non fisik yang disebutkan tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Perasaan aman karyawan


Perasaan aman merupakan rasa aman dari berbagai bahaya yang dapat
mengancam keadaan diri karyawan. Wursanto (2009, p.269), perasaan
aman tersebut terdiri dari sebagai berikut :
a. Rasa aman dari bahaya yang mungkin timbul pada saat menjalankan
tugasnya.
b. Rasa aman dari pemutusan hubungan kerja yang dapat mengancam
penghidupan diri dan keluarganya.
c. Rasa aman dari bentuk intimidasi ataupun tuduhan dari adanya
kecurigaan antar karyawan.

2) Loyalitas karyawan

Loyalitas merupakan sikap karyawan untuk setia terhadap perusahaan


atau organisasi maupun terhadap pekerjaan yang menjadi tanggung
jawabnya. Loyalitas ini terdiri dari dua macam, yaitu loyalitas yang
bersifat vertikal dan horizontal. Loyalitas yang bersifat vertikal yaitu
loyalitas antara bawahan dengan atasan atau sebaliknya antara atasan
dengan bawahan. Loyalitas yang bersifat horisontal merupakan loyalitas
antar bawahan atau antar pimpinan. Loyalitas horisontal ini dapat
diwujudkan dengan kegiatan seperti kunjung mengunjungi sesama
karyawan atau kegiatan-kegiatan lainnya.
19

3) Kepuasan karyawan
Kepuasan karyawan merupakan perasaan puas yang muncul dalam diri
karyawan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan. Perasaan puas
ini meliputi kepuasan karena kebutuhannya terpenuhi, kebutuhan
sosialnya juga dapat berjalan dengan baik, serta kebutuhan yang bersifat
psikologis juga terpenuhi. Lingkungan kerja non fisik tersebut
merupakan lingkungan kerja yang hanya dapat dirasakan oleh
karyawan. Karena itu, lingkungan kerja yang dapat memberikan
perasaan-perasaan aman dan puas dapat mempengaruhi perilaku
karyawan ke arah yang positif sebagaimana yang diharapkan oleh
organisasi.

2.2.3 Indikator Lingkungan Kerja Non Fisik

Sehubungan dengan masalah pembentukan dan pengusahan sikap,


Wursanto (2009, p.270) mengemukakan bahwa unsur penting dalam
pembentukan dan pengubahan sikap dan perilaku, yaitu adalah sebagai
berikut :
1. Pengawasan yang dilakukan secara kontinyu dengan menggunakan
sistem pengawasan yang ketat.
2. Suasana kerja yang dapat memberikan dorongan dan semangat kerja
yang tinggi.
3. Sistem pemberian imbalan yang menarik.
4. Perlakuan dengan baik, manusiawi, tidak disamakan dengan robot
atau mesin, kesempatan untuk mengembangkan karir semaksimal
mungkin sesuai dengan batas kemampuan masing-masing anggota.
5. Ada rasa aman dari para anggota, baik di dalam dinas maupun di luar
dinas.
6. Hubungan berlangsung secara serasi, lebih bersifat informal, penuh
kekeluargaan.
7. Para anggota mendapat perlakuan secara adil dan objektif.
20

Pendapat lain dikemukakan oleh Herman (2008) bahwa faktor-faktor


yang mempengaruhi lingkungan internal karyawan atau sumber daya
manusia meliputi serikat kerja, sistem informasi, karakter/budaya
organisasi, dan konflik-konflik internal. Pendapat Herman tersebut jika
disimak cenderung mengarah ke lingkungan kerja non fisik. Jadi dapat
dikatakan bahwa faktor-faktor yang tersebut merupakan faktor yang
mempengaruhi lingkungan kerja non fisik. Sehubungan dengan
pendapat tersebut, maka untuk dapat mengetahui lingkungan kerja non
fisik dapat dilihat dari pelaksanaan pengawasan, suasana kerja (konflik-
konflik), sistem pemberian imbalan, perlakuan, perasaan aman (serikat
kerja), hubungan antar individu (sistem informasi), dan perlakuan adil
dan objektif. Beberapa hal tersebut kemudian digunakan sebagai
indikator untuk mengetahui keadaan lingkungan kerja non fisik

2.3 Produktivitas Kerja

2.3.1 Pengertian Produktivitas Kerja


Menurut Teguh dan Rosidah (dalam Busyairi, 2014) produktivitas dapat
diartikan sebagai kemampuan seperangkat sumber-sumber ekonomi
untuk menghasilkan sesuatu atau perbandingan antara pengorbanan
(Input) dengan penghasilan (Output) yang tidak terlepas dengan efisiensi
dan efektivitas. Menurut Paul Mali (dalam Anggalia, 2013)
produktivitas adalah bagaimana menghasilkan atau meningkatkan hasil
barang atau jasa setinggi mungkin dengan memanfaatkan sumber daya
yang efisien, oleh karena itu produktivitas sering diartikan sebagai rasio
antara keluaran dan masukan dalam satuan waktu tertentu. Menurut
Umar dalam Triton PB (2009, p.80) bahwa produktivitas memiliki dua
dimensi , dimensi pertama adalah efektivitas yang mengarah kepada
pencapaian unjuk kerja yang maksimal yaitu pencapaian target yang
berkaitan dengan kualitas, kuantitas, dan waktu, dan yang kedua yaitu
efisiensi yang berkaitan dengan upaya membandingkan input dengan
21

relisasi penggunanya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan.


Perbedaan produktivitas dengan efektivitas dan efisiensi adalah bahwa
produktivitas merupakan ukuran tingkat efisiensi dan efektivitas dari
setiap sumber yang digunakan selama produksi berlangsung dengan
membandingkan antara jumlah yang dihasilkan(output) dengan masukan
dari setiap sumber yang dipergunakan atau seluruh sumber (input).

Menurut Edy Sutrisno (2011, p.99) produktivitas secara umum diartikan


sebagai hubungan antara keluaran (barang – barang/jasa) dengan
masukan (tenaga kerja, bahan, uang). Produktivitas adalah ukuran
efisiensi produk. Suatu perbandingan antara hasil keluaran dan masukan.
Masukan sering kali dibatasi dengan tenaga kerja, sedangkan keluaran
diukur dalam kesatuan fisik, bentuk, dan nilai. Menurut Tohardi dalam
Edy Sutrisno (2011, p.100) mengemukakan bahwa produktivitas kerja
merupakan sikap mental. Sikap mental yang selalu mencari perbaikan
terhadap apa yang telah ada. Suau keyakinan bahwa seseorang dapat
melakukan perkerjaan lebih baik hari ini dari pada hari kemarin dan hari
esok lebih baik hari ini. Ada tiga aspek utama yang perlu ditinjau dalam
menjamin produktivitas yang tinggi, yaitu : (a) aspek kemampuan
manajemen tenaga kerja; (b) aspek efisiensi tenaga kerja; (c) aspek
kondisi lingkungan tenaga kerja. Ketiga aspek tersebut saling terkait dan
terpadu dalam suatu siste dan dapat diukur dengan berbagai ukuran yang
relative sederhana.

Dari definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa produktivitas


merupakan perbandingan antara hasil kerja yang secara nyata dengan
standar kerja yang ditetapkan.

2.3.2 Indikator Produktivitas Kerja

Menurut Edi Sutrisno (2009, p.104), Produktivitas merupakan hal yang


sangat penting bagi para karyawan yang ada di perusahaan. Dengan
22

adanya produktivitas kerja diharapkan pekerjaan akan terlaksana secara


efisin dan efektif, sehingga ini semua akhirnya sangat diperlukan dalam
pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan. Untuk mengatur
produktivitas kerja diperlukan suatu indikator, sebagai berikut :
1. Kemampuan
Mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugas. Kemampuan
seorang karyawan sangat bergantung pada keterampilan yang
dimiliki secara profesionalisme mereka dalam bekerja. Hal ini
memberikan daya untuk menyelesaikan tugas-tugas yang
diembankan kepada mereka.
2. Meningkatkan hasil yang dicapai
Berusaha meningkatkan hasil yang dicapai. Hasil merupakan salah
satu yang dapat dirasakan baik yang mengerjakan maupun yang
menikmati hasil pekerjaan tersebut. Jadi, upaya untuk
memanfaatkan produktivitas kerja bagi masing-masing yang terlibat
dalam suatu pekerjaan.
3. Semangat Kerja
Ini merupakan usaha untk lebih baik dari hari kemarin. Indikator ini
dapat dilihat dari etos kerja hasil yang dicapai dalam suatu hari
kemudian dibandingkan dengan hari sebelumnya.
4. Pengembangan Diri
Senantiasa mengembangkan diri untuk meningkatkan kemampuan
kerja. Pengembangan diri dapat dilakukan dengan melihat tantangan
dan harapan dengan apa yang akan dihadapi. Sebab semakin kuat
tantangannya, pengembangan diri mutlak dilakukan. Begitu juga
harapan untuk menjadi lebih baik pada gilirannya akan semnagat
berdampak pada keinginan karyawan untuk meningkatkan
kemampuan.
5. Mutu
Selalu beruhaha untuk meningkatkan mutu lebih baik dari
sebelumnya. Mutu merupakan hasil pekerjaan yang dapat
23

menunjukan kualitas kerja seorang karyawan. Jadi, meningkatkan


mutu untuk memberikan hasil yang terbaik
6. Efisiensi
Perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber
daya yang digunakan. Masukan dan keluaran merupakan aspek
produktivitas yang memberikan pengaruh yang cukup signifikan
bagi karyawan.

2.3.3 Upaya Peningkatan Produktivitas Kerja


Bahwa peningkatan produktivitas kerja dapat dilihat sebagai masalah
perilaku, tetpi juga dapat mengandung aspek-aspek teknis. Untuk
mengatasi hal itu perlu pemahaman yang tepat tentang factor-faktor
penentu keberhasilan meningkatkan produktivitas kerja, sebagian
diantaranya etos kerja yang harus dipegang teguh oleh semua karyawan
dalam organisai.

a. Perbaikan terus menerus


Dalam meningkatkan produktivitas kerja, salah satu implikasinya
adlah bahwa seluruh komponen organisasi harus melakukan upaya
perbaikan secara terus menerus. Pandangan ini bukan hanya
merupakan salah satu etos kerja yang penting sebgai bagian dari
filsafat manajemen mutakhir.
b. Peningkatan mutu hasil pekerjaan
Berkaitan erat dengan upaya melakukan perbaikan secara terus
menerus ialah peningkatan mutu hasil pekerjaan oleh semua orang
dan komponen organisasi. Mutu menyangkut semua jenis kegiatan
yang diselenggarakan oleh semua satuan kerja, baik pelaksana tugas
pokok maupun pelaksana tugas penunjang, dalam organisasi.
c. Pemberdayaan SDM
Bahwa SDM merupakan unsur yang paling strategis dalam organisasi.
Karena itu, memberdayakan SDM merupakan etos kerja yang sangat
24

mendasar yang harus dipegang teguh oleh semua eselon manajemen


dalam hierarki organisasi. Memberdayakan SDM mengandung berbagai
kiat seperti mengakui harkat dan martabat manusia, kekayaan dan
penerapan gaya manjemen yang partisipatif melalui proses
demokratisasi dalam kehidupan berorganisasi.

2.4 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1
Ringkasan Hasil Riset Penelitian Terdahulu
No Nama Judul Kesimpulan
1 Muhammad Pengaruh Keselamatan dan Berdasarkan analisis regresi
Busyairi, La Ode kesehatan kerja terhadap berganda menunjukkan bahwa
Ahmad Safar Produktivitas kerja variable keselamatan kerja (X1)
Tosungku, Ayu karyawan (2014) dan (X2) yang diukur dari
Oktaviani 2014 variabel produktivitas kerja (Y),
memiliki kontribusi yang positif
dan signifikan terhadap tinggi
rendahnya produktivitas kerja
2 I Wayan Senata, I Pengaruh lingkungan kerja Lingkungan kerja berpengaruh
Made Nuridja, terhadap produktivitas positif terhadap produktivitas
Kadek Rai kerja karyawan UD. kerja karyawan, hal ini
Suwena (2014) Kembang sari Kabupaten ditunjukkan dari signifikansi
Badung lingkungan kerja terhadap
produktivitas kerja karyawan
0,000 < 0,05 yang artinya
hipotesis penelitian ini diterima,
di mana persentase pengaruhnya
sebesar 27,7%.
3 Gusti Komang Pengaruh pelaksanaan Pelaksanaan keselamatan dan
Ardika (2015) keselamatan dan kesehatan kesehatan kerja (K3)
Kerja (k3) terhadap berpengaruh positif dan
produktivitas kerja di UD. signifikan terhadap produktivitas
Sinar kerja di UD Sinar Abadi
25

Abadi singaraja Singaraja


4 Yacinda Pengaruh lingkungan kerja Hasil penelitian menunjukkan
Chresstela fisik dan non fisik terhadap bahwa lingkungan kerja fisik
Prasidya kinerja karyawan (Studi dan lingkungan kerja non fisik
Norianggono, Pada Karyawan PT. secara simultan berpengaruh
Djamhur hamid, Telkomsel Area III Jawa- terhadap kinerja karyawan pada
Ika Ruhana Bali kinerja karyawan
(2014) Nusra di Surabaya)

Terdapat perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang


dilakukan oleh peneliti dengan judul Pengaruh Keselamatan Kesehatan Kerja
(K3) dan Lingkungan kerja non fisik terhadap Produktivitas kerja karyawan
pada CV. Kencana Sakti Way Kanan yaitu 1) Subjek dalam penelitian ini
adalah CV. Kencana Sakti di Way Kanan 2) Metode analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis linier berganda 3) Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara variabel
independen yaitu Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) (X1) dan Lingkungan
Kerja Non Fisik (X2) terhadap variabel dependen yaitu Produktivitas Kerja
Karyawan (Y) yang digunakan dalam penelitian ini.
26

2.5 Kerangka Pemikiran

Pemasalahan : Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) (X1) : 1. Bagaimana pengaruh Keselamatan

1. Alat-alat perlindung kerja Kesehatan Kerja (K3) terhadap


1. Minimnya
2. Penyusunan dan penyimpanan barang- produktivitas kerja karyawan pada CV.
Keselamatan Kesehatan
barang yang berbahaya Kencana Sakti Way Kanan ?
Kerja (K3) pada CV.
3. Penggunaan peralatan kerja 2. Bagaimana pengaruh lingkungan
Kencana Sakti.
4. Kebersihan dan ketertiban yang kerja non fisik terhadap produktivitas
2. Lingkungan kerja non ditempat kerja kerja karyawan pada CV. Kencana
fisik yang kurang baik 5. Kemampuan karyawan Sakti Way Kanan?
karena hubungan antar Lingkungan Kerja Non Fisik (X2) :
karyawan yang tidak 3. Bagaimana pengaruh Keselamatan
1. Pengawasan
harmonis Kesehatan Kerja (K3) dan lingkungan
2. Sistem pemberian imbalan
kera non fisik terhadap produktivitas
3. Terjadi penurunan 3. Perlakuan dengan baik kerja karyawan pada CV. Kencana
produktivitas kerja
4. Hubungan antar individu Sakti Way Kanan ?
karyawan.
5. Adil dan objektif
Pengujian Hipotesis :
Produktivitas kerja karyawan (Y) :
Uji t
1. 1. Kemampuan
2. Meningkatkan hasil yang dicapai Uji F
3. Semangat kerja
4. Pengembangan diri 1. Kesehatan keselamatan kerja (k3)
5. Mutu memengaruhi pada produktivitas kerja
6. Efisiensi
karyawan

2. Lingkungan kerja non fisik


memengaruhi pada produktivitas kerja
karyawan.

3 . Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) dan


lingkungan kerja non fisik
memengaruhi pada produktivitas kerja
karyawan
Feed Back

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir


27

2.6 Pengembangan Hipotesis


Hipotesis merupakan dugaan sementara yang mungkin benar mungkin salah,
sehingga dapat dianggap atau dipandang sebagai konskulsi atau kesimpulan
yang sifatnya sementara, Sedangkan penolakan atau penerimaan suatu
Hipotesis tersebut tergantung dari hasil penelitian terhadap faktor-faktor yang
dikumpulkan. Kemudian di ambil suatu kesimpulan.

1. Pengaruh Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) pada produktivitas kerja


karyawan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat
pekerja maupun pengusaha sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan
dan penyakit akibat kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta tindakan antisipatif
apabila terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Menurut T. Lestari dan
Erlin (2016) Beberapa telaah empirik yang telah dilakukan, ditemukan
adanya hubungan yang positif antara Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) dan
produktivitas kerja karyawan. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh
Busyairi dan Ayu (2014) juga menyatakan bahwa Keselamatan Kesehatan
Kerja (K3) berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan.
Berdasarkan temuan dari penelitian-penelitian tersebut dapat dikemukakan
bahwa Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) memiliki korelasi yang erat
dengan produktivitas kerja karyawan. Oleh karena itu perlu di uji apakah
Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) memberikan pengaruh terhadap
produktivitas kerja karyawan, dengan merumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Kesehatan keselamatan kerja (k3) memengaruhi pada


produktivitas kerja karyawan

2. Pengaruh lingkungan kerja non fisik pada produktivitas kerja karyawan

Hubungan positif antara lingkungan kerja non fisik terhadap produktivitas


kerja karyawan telah dibuktikan dengan adanya beberapa penelitian I Wayan
Senata1 (2014) Berdasarkan temuan dari penelitian tersebut dapat
28

dikemukakan bahwa lingkungan kerja non fisik memiliki korelasi yang erat
dengan produktivitas kerja karyawan Oleh karena itu perlu di uji apakah
lingkungan kerja non fisik memberikan pengaruh terhadap produktivitas kerja
karyawan, dengan merumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2 : Lingkungan kerja non fisik memengaruhi pada produktivitas kerja


karyawan

3. Pengaruh Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) dan lingkungan non


fisik pada produktivitas kerja karyawan

Hubungan antara Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) dan lingkungan kerja


non fisik telah banyak dilakukan. Muhammad Sudwiyatmoko (2015)
menyatakan bahwa Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) dan lingkungan kerja
non fisik berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja
karyawan. Berdasarkan temuan dari penelitian-penelitian tersebut dapat
dikemukakan bahwa Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) dan lingkungan
kerja non fisik memiliki korelasi yang erat dengan produktivitas kerja
karyawan Oleh karena itu perlu di uji apakah Keselamatan Kesehatan Kerja
(K3) lingkungan kerja non fisik memberikan pengaruh terhadap produktivitas
kerja karyawan, dengan merumuskan hipotesis sebagai berikut:

H3 : Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) dan lingkungan kerja non fisik


memengaruhi pada produktivitas kerja karyawan

Anda mungkin juga menyukai