Anda di halaman 1dari 19

Mengenal Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Perkantoran

1. Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Seperti diketahui bahwa dalarn KBBI sarana kantor didefinisikan sebagai segala sesuatu
yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan; alat; media. Priansa dan
Garnida (2013) membagi sarana kantor menjadi dua yakni:
a. Pengertian Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah pengawasan terhadap orang, mesin, material dan metode yang
mencakup lingkungan kerja agar supaya pekerja tidak mengalami cedera (Sayuti, 2013).
b. Pengertian Kesehatan Kerja
Definisi mengenai kesehatan kerja dapat kita temui pada Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2016 tentang Standar Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Perkantoran, dimana Kesehatan Kerja didefinisikan sebagai upaya peningkatan dan
pemeliharaan derajat kesehatan yang setinggi.-tingginya bagi karyawan di semua jabatan,
pencegahan penyimpangan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi karyawan,
perlindungan karyawan dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan, penempatan
dan -pemeliharaan karyawan dalam suatu lingkungan kerja yang mengadaptasi antara
karyawan dengan manusia dan manusia

Lantas apakah pengertian keselamatan dan kesehatan kerja? Berikut beberapa pendapat
mengenai pengertian keselamatan dan kesehatan kerja:
pengertian keselamatan dan kesehatan kerja
a. Farida, dkk (2009)
Keselamatan dan kesehatan kerja dapat diartikan sebagai segala upaya atau pemikiran
yang ditujukan untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan, baik jasmaniah maupun
rohaniah setiap tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya
dan budayanya, untuk meningkatkan kesejahteraan menuju cita-cita bangsa Indonesia,
yaitu masyarakat adil dan makmur. Lebih lanjut dijelaskan bahwa keselamatan dan
kesehatan kerja adalah aturan-aturan yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan
kerja yang ditujukan untuk mencegah dan melindungi tenaga kerja dari resiko kecelakaan
dan penyakit akibat kerja.
b. Sumaryati (2010)
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah menciptakan suasana dan lingkungan kerja
yang menjamin kesehatan dan keselamatan karyawan, agar tugas dan pekerjaan
karyawan di wilayah kerja perusahaan dapat berjalan dengan lancar.
c. Anoraga (2005)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi keselamatan dan kesehatan karyawan melalui upaya pencegahan kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja.
Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perkantoran sendiri dapat merujuk dari
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2016 Tentang Stand -
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran, yang berbunyi "Keselamatan dan Kesehatan
Kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi
keselamatan dan kesehatan karyawan melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja".

2. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran


Tujuan utama dan keselamatan dan kesehatan kerja perkantoran tidak lain adalah untuk
mewujudkan kantor yang sehat, aman, dan nyaman demi terwujudnya karyawan sehat,
selamat, bugar, berkinerja, dan produktif. Jika kita meminjau dari segi keselamatan kerja,
tujuan keselamatan kerja berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
keselamatan kerja yakni:
a. Agar tenaga kerja dan setiap orang lainnya yang berada dalam tempat kerja selalu
dalam keadaan selamat dan sehat.
b. Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
c. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan apapun.
Secara Iebih luas, tujuan K3 menurut Mangkunegara yang dikutip Sayuti (2013) meliputi:
a. Karyawan mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan, baik secara fisik, sosial,
dan psikologis.
b. Perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya dan seefektif mungkin.
c. Semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan gizi pegawai.
e. Meningkatkan keserasian, kegairahan, dan partisipasi kerja karyawan
f. Terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi
kerja
g. Setiap karyawan merasa aman dan terlindungi dalam bekerja

3. Perlunya Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran


Perlunya K3 perkantoran didasari pada tiga alasan berikut ini:
a. Alasan Moral, alasan moral ini berkaitan dengan kemanusiaan, maksudnya setiap
karyawan apapun latar belakangnya merupakan makhluk sosial yang harus dijaga
kemanan dan keselamatannya karena ikatan moral.
b. Alasan Hukum, alasan tentang keharusan perusahaan untuk mematuhi atau tunduk
terhadap peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Perusahaan harus
mengadakan program K3 karena apabila perusahaan abai terhadap K3 dan apabila
terjadi kecelakaan atau gangguan yang merugikan karyawan maka perusahaan akan
mendapat sanksi atau hukuman sesuai dengan peraturan atau perundangan yang
berlaku.
c. Alasan Ekonomi, adanya program K3 yang dilaksanakan perusahaan akan memberikan
keuntungan secara ekonomi bagi perusahaan, maksudnya apabila perusahaan abai
terhadap K3 maka potensi gangguan keamanan dan kecelakaan kerja akan semakin
tinggi, hal ini berarti perusahaan akan mengeluarkan biaya yang tinggi untuk
menanggulangi gangguan keamanan dan kecelakaan kerja tersebut.

4. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran


Berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja perkantoran ini, suatu kantor atau
perusahaan dapat membuat kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja seperti:
a. Menyediakan tempat dan suasana kerja yang aman dan nyaman untuk pekerja.
b. Mengupayakan pengurangan terjadinya kecelakaan, korban manusia, dan menghindari
penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan serta kondisi kerja.
c. Mengembangkan rasa tanggung jawab pada setiap karyawan terhadap keselamatan
sendiri maupun teman kerja.
d. Menyediakan prosedur dasar yang mencakup semua aspek keselamatan kerja,
khususnya yang berhubungan dengan cara-cara produksi dan penggunaan alat-alat
produksi.
e. Melatih karyawan agar terampil melaksanakan pekerjaannya secara aman.
f. Menyediakan tenaga bantuan medis bila terdapat korban manusia untuk mengurangi
penderitaan, mempercepat penyembuhan, dan mengusahakan rehabilitasi
selanjutnya.
g. Menyelidiki penyebab kecelakaan, baik kecelakaan yang membawa korban maupun
tidak, untuk selanjutnya mengambil langkah-langkah pencegahan guna menghindari
terulangnya kejadian yang sama.

Mengenal Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Perkantoran


Pada pembahasan sebelumnya kamu telah mempelajari apa yang dimaksud dengan
keselamatan dan kesehatan kerja. Seperti diketahui bahwa diadakannya program keselamatan
dan kesehatan salah satu tujuannya adalah memberi jaminan atas keselamatan karyawan agar
terhindar dari kecelakaan kerja. Meskipun begitu, terkadang kecelakaan kerja masih saja
terjadi. Oleh sebab itu, kamu perlu memahami tentang kecelakaan kerja, agar dapat
menghindarinya.
1. Pengertian Kecelakaan Kerja
Apa yang ada di pikiranmu mendengar istilah kecelakaan kerja? Tentu kamu akan
beranggapan bahwa kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang menimpa pekerja saat bekerja,
anggapan tersebut tidaklah salah, namun untuk lebih jeiasnya berikut beberapa definisi
kecelakaan kerja menurut pendapat ahli :
a. Gempur (2004)
Kecelakan kerja merupakan suatu kejadian yang tidak terduga dan tidak dikehendaki, yang
mengacukan proses suatu aktivitas yang telah teratur, dan terdapat empat faktor yang
bergerak dalam satu kesatuan yaitu: lingkungan kerja, bahan, peralatan, dan manusia.
b. Sumaryati (2010)
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang menimpa manusia disebabkan oleh faktor
produksi mesin, bahan baku, tenaga kerja, lingkungan, dan faktor-faktor lainnya.
c. OHSAS 18001 (2007)
Kecelakaan kerja merupakan kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat
menyebabkan cidera atau kesakitan (tergantung dari keparahannya), kejadian kematian,
atau kejadian yang dapat menyebabkan kematian.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat kita simpulkan bahwa kecelakaan kerja
adalah kejadian tak terduga, tak diharapkan dan tidak terencana yang mengakibatkan
cidera/kesakitan atau kematian pada manusia, serta kerugian terhadap barang maupun
lingkungan.

2. Klasifikasi Kecelakaan Kerja


Klasifikasi kecelakaan kerja menurut International Labour Organization (ILO)
meliputi:
a. Menurut Jenis Kecelakaannya
Berdasarkan jenis kecelakaannya, kecelakaan kerja dibedakan menjadi:
1) Terjatuh,
2) Tertimpa benda jatuh,
3) Tertumbuk atau terkena benda, terkecuali benda jatuh,
4) Terjepit oleh benda,
5) Gerakan yang melebihi kemampuan,
6) Pengaruh suhu tinggi,
7) Terkena arus listrik,
8) Kontak dengan bahan berbahaya atau radiasi,
9) Jenis lain termasuk kecelakaan yang datanya tidak cukup atau kecelakaan lain yang
belum masuk klasifikasi tersebut
b. Menurut Penyebab
Berdasarkan penyebabnya, kecelakaan kerja digolongkan ke dalam beberapa kategori
yakni:
1) Kecelakaan kerja disebabkan mesin.
Mesin yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja diantaranya: pembangkit tenaga
terkecuali motor listrik, mesin penyalur (transmisi), mesin-mesin untuk
mengerjakan logam, mesin pengolah kayu, mesin pertanian, mesin pertambangan,
mesin lain yang tak terkelompokkan.
2) Kecelakaan kerja disebabkan alat angkutan dan peralatan terkelompokkan.
Peralatan ini meliputi: mesin pengangkat dan peralatannya, alat angkutan yang
menggunakan rel, alat angkutan lain yang beroda, alat angkutan udara, alat
angkutan air, alat angkutan lain.
3) Kecelakaan kerja akibat peralatan lain.
Kecelakaan akibat peralatan lain diklasifikasikan menjadi:
a) Alat bertekanan tinggi,
b) tanur (tungku dan kilang),
c) alat pendingin,
d) instalasi listrik; termasuk motor listrik tetapi dikecualikan alat listrik (tangan),
e) perkakas tangan bertenaga listrik,
f) Perkakas; instrumen dan peralatan, di luar peralatan tangan bertenaga listrik,
tangga;
g) tangga berjalan, perancah (scaffolding),
h) peralatan lain yang tidak terklasifikasikan.
4) Kecelakaan akibat material; bahan-bahan dan radiasi.
Material, Bahan-bahan dan radiasi yang dapat menjadi penyebab kecelakaan;
diklasifikasikan menjadi:
a) bahan peledak,
b) debu;
c) gas;
d) cairan; dan zat kimia; di luar peledak,
e) kepingan terbang,
f) radiasi,
g) material dan
h) bahan lainnya yang tak terkelompokkan.
5) Kecelakaan akibat lingkungan kerja.
Faktor lingkungan kerja ini meliputi: Faktor lingkungan dibagi lagi menjadi 4 faktor,
yaitu kebisingan, suhu udara, penerangan, dan lantai licin
a) di luar bangunan,
b) di dalam bangunan,
c) di bawah tanah,
6) Kecelakaan kerja akibat perantara yang tidak terklasifikan karena kurangnya data.
Kurangnya data penunjang dari penyebab kecelakaan, dapat diklasifikasikan tersendiri
dalam satu kelompok.

c. Menurut Sifat Luka


Berdasarkan sifat lukanya, kecelakaan kerja diklasifikasikan menjadi:
1) Patah tulang,
2) Dislokasi atau keseleo,
3) Regang otot atau urat,
4) Memar dan luka yang lain,
5) Amputasi,
6) Luka lain-lain,
7) Luka di permukaan,
8) Gegar dan remuk,
9) Luka bakar,
10) Keracunan-keracunan mendadak,
11) Akibat cuaca dan lain-lain,
12) Mati lemas,
13) Pengaruh arus listrik,
14) Pengaruh radiasi,
15) Luka yang banyak dan berlainan sifatnya.

d. Menurut Letak Kelainan


Berdasarkan letak kelainannya, kecelakaan kerja meliputi kecelakaan pada :
1) Kepala,
2) Leher,
3) Badan,
4) Anggota.atas,
5) Anggota bawah,
6) Banyak tempat,
7) Kelainan umum,
8) Letak lain yang tidak dapat dimasukkan klasifikasi tersebut.

3. Penyebab Kecelakaan Kerja


Penyebab kecelakaan kerja dapat ditinjau clan tiga faktor utama yakni:
a. Faktor Manusia
Kecelakaan yang disebabkan oleh faktor manusia sendiri (human eror). Keadaan ini
mencakup sifat, sikap, pengetahuan dan keterampilan manusia.
1) Sifat fisik dan mental manusia yang kurang balk. Misalnya manusia yang memiliki
sifat fisik yang kurang seperti penglihatannya rabun, maka hal ini berpotensi
menyebabkan kecelakaan kerja. Begitupun dengan sifat mental, misalnya apabila
manusia memiliki emosi yang cukup tinggi, hal ini juga dapat mengakibatkan gangguan
kerja.
2) Sikap karyawan, maksudnya sikap karyawan yang kurang balk seperti kurang
perhatian, malas, kurang teliti, ceroboh, abai terhadap peraturan, melakukan tindakan
yang berbahaya, sombong merasa tahu sendiri, dapat mengakibatkan kecelakaan dan
gangguan kerja.
3) Pengetahuan dan keterampilan, maksudnya pengetahuan dan keterampilan pegawai
yang kurang dapat berakibat pada tindakan yang tidak sesuai dengan metode kerja,
kebiasaan kerja yang salah, serta kurangnya pengalaman. Hal tersebut tentu
berpotensi mengakibatkan kecelakaan dan gangguan kerja.

b. Faktor Mesin dan Alat Kerja


Penggunaan mesin dan alat kerja dapat menjadi penyebab kecelakaan kerja.
Penggunaan peralatan dan mesin yang tidak standar,
mesin dan alat yang rusak, serta
tata letak mesin dan alat yang salah
dapat mengakibatkan kecelakaan dan gangguan kerja. Misalnya saat pegawai
menggunakan mesin namun tidak dilengkapi dengan perlengkapan pengaman, tentu
akan sangat membahayakan bagi pegawai tersebut.
c. Faktor Lingkungan kerja
Faktor lingkungan kerja adalah tempat dimana pekerja melakukan pekerjaan yang tidak
aman dan membahayakan. Faktor lingkungan meliputi faktor fisik dan faktor rohani.
Faktor lingkungan fisik yang dapat membahayakan pegawai diantaranya:
1) Ketidakteraturan peralatan dan perlengkapan kerja.
1) Gedung dan ruang kerja yang tidak standar.
2) Pencahayaan yang kurang balk.
3) Sirkulasi udara yang kurang balk.
4) Pemeliharaan lingkungan seperti kebersihan yang kurang balk.

4. Kerugian Kecelakaan Kerja


Akibat kecelakaan kerja tentu akan memberikan kerugian baik bagi perusahaan maupun bagi
karyawan atau pegawai yang tertimpa kecelakaan kerja tersebut. Secara umum kerugian
akibat kecelakaan kerja meliputi kerugian terhadap manusia, properti, proses, dan
lingkungan, dan kualitas. Secara lebih terperinci, kerugian akibat kecelakaan kerja dapat
dijabarkan sebagai berikut:
a. Hilangnya waktu karyawan yang terluka.
b. Hilangnya waktu karyawan lain yang terhenti bekerja karena rasa ingin tahu, rasa
simpati, membantu menolong karyawan yang terluka.
c. Hilangnya waktu bagi para mandor, penyelia atau para pimpinan karena membantu
karyawan yang terluka, menyelidiki penyebab kecelakaan, mengatur agar proses kerja di
tempat karyawan yang terluka tetap dapat dilanjutkan oleh karyawan lainnya dengan
memilih dan melatih ataupun menerima karyawan baru.
d. Penggunaan waktu dari petugas pemberi pertolongan pertama dan staf departemen
rumah sakit.
e. Rusaknya mesin, perkakas, atau peralatan lainnya atau oleh karena tercemarnya bahan-
bahan baku.
f. Kerugian insidental akibat terganggunya produksi, kegagalan memenuhi pesanan pada
waktunya, kehilangan bonus, pembayaran denda ataupun akibat-akibat lain yang serupa.
g. Kerugian akibat pelaksanaan sistem kesejahteraan dan maslahat bagi karyawan.
h. Keharusan untuk meneruskan pembayaran upah penuh bagi karyawan yang dulu terluka
setelah mereka kembali bekerja, walaupun mereka (mungkin belum penuh sepenuhnya)
hanya menghasilkan separuh dari kemampuan normal.
i. Hilangnya kesempatan memperoleh laba dari produktivitas karyawan yang luka dan
akibat dari mesin yang menganggur.
j. Kerugian yang timbul akibat ketegangan ataupun rnenurunnya moral kerja karena
kecelakaan tersebut.
k. Kerugian biaya umum (overhead) per-karyawan yang luka.
(dikutip dari http://lib.unnes. ac.id/2372/1/4600.pdf).
Resiko dan Bahaya di Tempat Kerja
1. Kategori A
Kategori A adalah bahaya yang menyebabkan risiko dampak jangka panjang pada kesehatan.
Berikut ini adalah bahaya dan risiko yang dapat diklasifikasikan dalam kategori A.
a. Bahaya Faktor Kimia
Penggunaan bahan-bahan kimia yang berbahaya dan bersifat racun dapat
membahayakan para karyawan. Karena dapat masuk ke dalam aliran darah sehingga
merusak organ-organ dalam tubuh karyawan itu. Bahan-bahan kimia yang bersifat racun
dan berbahaya tersebut dapat berbentuk gas, debu, zat padat, zat cair, asap, maupun
kabut. Bahan-bahan ini dapat masuk ke daiam tubuh rnelalui tiga cara, yaitu menghirup,
mencerna, dan penyerapan melalui kulit.
b. Bahaya Faktor Biologi
Faktor biologi yang menyebabkan ganguan kesehatan pada karyawan dapat disebabkan
oleh virus, penyakit, binatang; bakteri, din lain sebagainya. Misalnya penyakit paru yang
disebabkan oleh jamur yang berasal dari debu debu organik pada pekerja di pabrik gula
dan gandum.
c. Bahaya Faktor Fisik
Faktor-faktor fisik yang menyebabkan bahaya bagi karyawan antara lain kebisingan,
penerangan, getaran, iklim kerja,, gelombang mikro, dan sinar ultra ungu.
1) Kebisingan di tempat kerja bersumber dari peralatan-peralatan yang digunakan
menyebabkan gangguan pendengaran.
2) Penerangan yang kurang balk daiam sebuah ruangan kerja akan menyebabkan
karyawan membungkuk agar fokus dalam bekerja. Hal ini menyebabkan sakit
pada punggung dan gangguan kesehatan mata.
3) Memegang peralatan yang sering bergetar saat bekerja akan menyebabkan
terjadinya kerusakan pada pembuluh darah dan sirkulasi di tangan. Sedangkan
bagi orang yang tidak memakainya secara langsung dan hanya merasakan
getarannya dapat mengalami nyeri dan kram otot.
4) lklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembapan, kecepatan, gerakan
udara, dan panas radiasi dengan tingkat panas dari tubuh pekerja sebagai akibat
dari pekerjaannya. lklim kerja yang tidak baik akan memperlambat pekerjaan.
5) Gelombang mikro digunakan untuk gelombang radio., televisi, radar, dan
telepon. Gelombang ini memiliki frekuensi 30 kilo hertz — 300 giga hertz dan
panjang gelombang 1 mm — 300 cm. Gelombang mikro yang pendek <1 cm yang
diserap oleh permukaan kulit dapat menyebabkan kulit terasa terbakar.
Gelombang mikro yang panjangnya > 1 cm dapat menembus jaringan yang lebih
dalam.
6) Radiasi sinar ultra ungu yang berasal dari sinar matahari, las listrik, dan lampu
laboratorium penghasil sinar ultra violet. Sinar ultra violet memiliki panjang
gelombang berkisar 1-40 nm. Radiasi dari sinar ini dapat berdampak pada kulit
dan mata.

d. Bahaya Faktor Ergonomi dan Pengaturan Kerja


Prinsip ergonomi adalah mencocokan pekerjaan untuk pekerja. Hal ini berarti
mengatur pekerjaan dan tempat kerja disesuaikan dengan kebutuhan pekerja. Ini
akan menciptakan lingkungan Kerja yang sehat sehingga menghilangkan potensi
bahaya. Selain mengatur ergonomi, pengaturan Kerja juga harus diatur agar tidak
menimbulkan ketegangan otot, kelelahan yang berlebihan ataupun gangguan
kesehatan lainnya.

2. Kategori B
Risiko dan bahaya yang termasuk dalam kategori B adalah potensi bahaya yang
menimbulkan -isiko langsung pada keselamatan. Berikut bahaya dan risiko yang dapat
dikelompokkan dalam kategori B.
a. Keselamatan listrik
Listrik adalah energi yang digunakan oleh semua perusahaan untuk menghidupkan
lampu atau deralatan-peralatan elektronik lainnya. Listrik harus dialirkan ke
peralatan atau lampu dengan aman, misalnya penggunaan kabel yang telah dilapisi
dengan bahan yang berperan sebagai isolator. Potensi bahaya listrik meliputi
bahaya kejut listrik, panas yang ditimbulkan oleh energi listrik, medan listrik.
Kecelakaan listrik sendiri dapat disebabkan oleh kombinasi tiga faktor, yaitu :
peralatan/instalasi yang tidak aman, tempat kerja berada di lingkungan yang tidak
aman, dan praktik kerja yang tidak aman.

b. Kebakaran
Potensi bahaya kebakaran bersumber dari nyala api dan pemanasan. Kebakaran
merupakan kejadian yang dapat menimbulkan kerugian pada jiwa, peralatan produksi,
proses produksi dan pencemaran lirigkungan kerja. Potensi kebakaran dapat terjadi di
mana saja, maka dari itu diperlukan tindakan pengendalian meliputi penyimpanan
yang aman dari sumber panas, dan dilengkapi sarana proteksi kebakaran. Pencegahan
kebakaran dapat dilakukan dengan:
1) Pengendalian setiap bentuk energi.
2) Penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan sarana evakuasi.
3) Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas.
4) Pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja.
5) Penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara berkala.
6) Memiliki buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran.

c. Keselamatan Kerja pada Peralatan / Permesinan Produksi


Peralatan seperti palu, gerinda, gergaji tangan, obeng dan lain-lain merupakan
peralatan yang memiliki potensi bahaya apabila pemakaiannya tidak sesuai dengan
prosedurnya. Selain peralatan, mesin-mesin pabrik juga harus digunakan sesuai
dengan prosedurnya agar tidak menyebabkan kecelakaan pada penggunanya.

d. Pemeliharaan Tempat Kerja


Tempat kerja yang terpelihara dan bebas dari kotoran, debu, dan asap akan
meningkatkan kualitas, produktifitas, mengurangi resiko kesalahan mesin dan
kebakaran, serta membuat tempat kerja lebih aman dan sehat.

3. Kategori C
Risiko terhadap kesejahteraan dan kesehatan sehari-hari dikategorikan dalam kategori C
adalah risikio yang disebabkan karena diabaikannya fasilitas di tempat kerja yang memadai
seperti air minum yang bersih, toilet, sabun dan air untuk mencuci dan tempat untuk makan
dan istirahat. Apabila tempat kerja tidak memiliki fasilitas tersebut maka produktivitas dapat
memburuk, begitu pun semangat dan kenyamanan pekerja.
a. Air Minum
Air minum sangat dibutuhkan bagi pekerja untuk mengganti cairan tubuh yang hilang
karena bekerja. Kemudahan untuk mendapatkan air minum penting untuk semua jenis
pekerjaan. Karena kekurangan air minum dapat menyebabkan dehidrasi pada pekerja
yang mengakibatan gangguan kesehatan seperti kram, lelah, pingsan, bahkan dapat
menyebabkan gangguan kesehatan dalam jangka panjang.
b. Toilet dan Fasilitas Mencuci
Toilet dan fasilitas .mencuci harus disediakan di tempat kerja. Sebuah tempat kerja yang
memiliki banyak karyawan membutuhkan toilet lebih dari satu dan terpisah bagi laki-laki
dan wanita. Fasilitas seharusnya ditempatkan di bagian yang tidak membuat orang
berjalan jauh, tidak menunggu lama, dan tidak berhubungan langsung dengan tempat
kerja. Toilet adalah tempat yang berisiko menularkan penyakit menular. Oleh karena itu
toilet harus selalu terjaga kebersihannya, memiliki penerangan dan ventilasi udara yang
cukup.
c. Ruang Makan atau Kantin
Tersedianya ruang makan atau kantin di tempat kerja akan menunjang gizi kerja
sehingga kapasitas kerja juga akan tercapai. Ruang makan atau kantin harus terletak
jauh dari ruang kerja, hal ini untuk menghindari kontak dengan kotoran, debu, dan zat
berbahaya yang ada selama proses kerja. Penyediaan makanan di kantin juga harus
dijaga kebersihannya sehingga tidak menyebabkan timbulnya penyakit.
d. Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) dan Pelayanan Kesehatan di Tempat
Kerja
Di semua tempat kerja terdapat sumber bahaya yang dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan dan timbulnya penyakit. Sebenarnya para pekerja telah mengetahui bahwa
sumber bahaya tersebut dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan timbulnya
penyakit, namun mereka tidak mengetahui cara untuk mencegahnya. Oleh karena itu
dibutuhkanlah pelayanan P3K untuk menangani kecelakaan yang sering terjadi di
tempat kerja, Fasilitas P3K di tempat kerja terdiri dari ruang P3K, kotak P3K dan isinya,
alat evakuasi dan alat transportasi, alat pelindung diri dan atau peralatan khusus di
tempat kerja yang memiliki bahaya potensi bahaya yang sifatnya khusus, serta petugas
P3K.
e. Fasilitas Tambahan untuk Kesehatan Tenaga Kerja
Fasilitas tambahan untuk kesehatan tenaga kerja adalah sebagai berikut.
1) Pakaian kerja, pakaian kerja yang diberikan harus sesuai dengan jenis pekerjaannya
seperti pertambangan dan mereka yang bekerja di suhu yang ekstrem. Pakaian-
pakaian tersebut haruslah sesuai dengan standar nasional dan standar internasional
serta sopan.
2) Fasilitas rekreasi dan ruang istirahat, sangat dibutuhkan oleh para pekerja agar
pikiran jernih dan fokus dalam menyelesaikan pekerjaan.
3) Transportasi ke dan dari tempat kerja, bagi pekerja la.ki-laki dan wanita berisiko jika
harus menunggu transportasi di tempat dan waktu yang tidak aman. Hal ini harus
diwaspadai oleh pihak manajemen. Apabila transportasi publik tidak dapat
diandalkan maka ada baiknya pihak manajemen menyediakan transportasi.

4. Kategori D
Bahaya dan risiko yang dikategorikan dalam kategori D adalah risiko dan bahaya yang
mengancam keselamatan fisik dan termasuk melindungi kesejahteraan diri, martabat dan
mental pekerja. Contohnya pelecehan, narkoba, dan lain-lain. Apabila perusahaan ingin
memaksimalkan produktifitas maka perlu menciptakan tempat kerja di mana pekerja merasa
aman dan dihormati.

Hal – Hal Berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Perkantoran
Pada subbab sebelumnya, kamu telah mempelajari macam-macam risiko serta bahaya yang
mengancam pekerja. Risiko dan bahaya tersebut harus segera diatasi dengan penerapan K3
Perkantoran. Dalam tugas a khir Maintaining Safety Office Program at She Division PT Toyota
Motor maunfacturing Indonesia Sunter 1 Plant Jakarta Utara (Mustika, 2011), disebutkan hal-
hal yang berhubungan dengan pelaksanaan K3 perkantoran terdiri dari 10 hal, yaitu konstruksi
gedung, jaringan listrik dan komunikasi, kualitas pencahayaan, kualitas udara, kebisingan, tats
ruang dan alat, higienitas dan sanitasi, psikososial, pemeliharaan, dan penggunaan komputer.
1. Konstruksi Gedung
Hal yang perlu diperhatikan saat membuat konstruksi gedung yakni:
a. Desain arsitektur yang memperhatikan aspek K3.
b. Menggunakan material-material yang aman bagi pekerja.
c. Dekorasi disesuaikan dengan asas tujuannya, misalnya penggunaan warna yang
disesuaikan dengan kebutuhan.
a. Tanda khusus dengan pewarnaan kontras atau kode khusus untuk objek penting
seperti perlengkapan alat pemadam kebakaran, tangga, pintu darurat, peta petunjuk
pada setiap ruangan atau unit kerja atau tempat yang strategis, misalnya dekat lift dan
lain-lain lampu darurat menuju exit door.

2. Jaringan listrik dan Komunikasi


Jaringan listrik dan komunikasi harus sesuai dengan rekomendasi K3 berikut ini.
a. Penggunaan central stabilizer untuk menghindari over/under voltage.
b. Penggunaan stop kontak yang sesuai dengan kebutuhan. Hal ini untuk menghindari
terjadinya hubungan pendek dan kelebihan beban.
c. Pengaturan tata letak jaringan instalasi listrik termasuk kabel yang sesuai dengan
syarat kesehatan dan keselamatan kerja.
d. Perlindungan terhadap kabel dengan menggunakan pipa pelindung.
3. Kualitas Cahaya
Kualitas cahaya yang baik akan meningkatkan kinerja seorang karyawan Kualitas cahaya
yang baik bagi suatu perkantoran adalah yang memenuhi beberapa hal berikut ini.
a. Menggunakan sistem pencahayaan yang sesuai dengan jenis pekerjaan untuk
membantu menyediakan lingkungan kerja yang sehat dan aman.
b. Membantu penampilan visual melalui kesesuaian warna, dekorasi, dan lain-lain.
c. Mengembangkan lingkungan visual yang tepat untuk kerja dengan kombinasi
cahaya, agar mata tidak cepat lelah.
d. Perencanaan jendela sehubungan dengan pencahayaan dalam ruang.
e. Penggunaan tirai untuk pengaturan cahaya dengan memperhatikan warna yang
digunakan.
f. Penggunaan emergency lamp di setiap tangga.
4. Kebisingan
Suara-suara yang gaduh dapat menyebabkan wnsentrasi seorang karyawan terganggu,
apalagi, saat rapat berlangsung. Untuk mengatasi suara-suara tersebut sebaiknya ruang
kantor atau ruang rapat memenuhi, beberapa hal berikut ini.
a. Ruang rapat dilengkapi dengan dinding kedap suara.
b. Di depan pintu ruang rapat diberi tanda "harap tenang, ada rapat".
c. Dinding isolator khusus untuk ruang genset.
d. Hal-hal lainnya sudah termasuk dalam perencanaan konstruksi gedung dan tata
ruang.
5. Tata Ruang dan Alat
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tata ruang dan peralatan kantor adalah
sebagai berikut.
a. Petunjuk desain interior supaya dapat bekerja fleksibel, fit, luas untuk perubahan
posisi, pemeliharaan dan adaptasi.
b. Konsep desain dan letak furniture dengan memberi ruang bagi 1 orang pekerja
seluas 2 m2
c. Ratio ruang pekerja dan alat kerja mulai dari tahaRperencanaan.
d. Memperhatikan adanya bahaya radiasi, daerah gelombang elektromagnetik.
e. Ergonomik aspek antara manusia dengan lingkungan kerjanya.
f. Menyediakan tempat untuk istirahat dan shalat.
g. Melengkapi pantry dengan lemari dapur.
h. Menyediakan ruang penampungan arsip sementara.
6. Kualitas Udara
Kualitas udara yang balk dapat meminimalisir para pekerja terkena penyakit. Cara untuk
menjaga agar kualitas udara di dalam kantor tetap terjaga adalah sebagai berikut.
a. Mengontrol temperatur ruang dengan memasang termometer ruangan.
b. Mengontrol polusi.
c. Memasang "Exhaust Fan" (perlindungan terhadap kelembaban udara).
d. Memasang stiker, poster "dilarang merokok".
e. Memperhatikan sistem ventilasi dan pengaturan suhu udara dalam ruang, seperti
lokasi udara masuk, ekstraksi udara dan filtrasi,
f. pembersihan dan pemeliharaan secara berkala filter AC minimal setahun sekali,
mengontrol mikrobiologi serta pendistribusian udara untuk pencegahan penyakit
"Legionairre Diseases".
g. Mengontrol udara di dalam dan di luar kantor.
h. Merencanakan pembuatan jendela sehubungan dengan pergantian udara jika AC
mati.
i. Memasang fan di dalam lift.
7. Higienitas dan Sanitasi
Pada sub-sub bab 1 yang lalu, telah kamu pelajari bahwa toilet dan kantin harus selalu
terjaga kebersihannya agar tidak menyebabkan timbulnya penyakit bagi para pekerja.
Selain kebersihan juga diperlukan sanitasi yang baik. Berikut ini akan dijelaskan bagaimana
menjaga kebersihan dan sanitasi dari toilet, kantin, serta ruang kerja.
a. Ruang Kerja
Cara menjaga kebersihan di ruang kantor adalah dengan memelihara kebersihan
ruangan, alat kerja, dan alat penunjang kerja, serta meng-up grade peralatan kerja
secara periodik.
b. Toilet
Cara menjaga toilet agar tetap bersih dan aman, sehingga tidak menimbulkan penyakit
dan terjadinya kecelakaan adalah sebagai berikut.
1) Disediakan tempat cuci tangan dan sabun cair.
2) Membuat petunjuk-petunjuk mengenai penggunaan kloset duduk, larangan
berupa gambar, dan lain-lain.
3) Bak sampah yang tertutup.
4) Kamar mandi diusahakan tidak licin.
c. Kantin
Berikut ini cara menjaga kebersihan untuk kantin.
1) Memperhatikan personal hygiene bagi pramusaji (penggunaan tutup kepala,
celemek, sarung tangan, dan lain-lain).
2) Penyediaan air mengalir dan sabun cair.
3) Lantai tetap terpelihara.
4) menyediaan makanan yang sehat dan bergizi seimbang. Pengolahannya tidak
menggunakan rninyak goreng secara berulang.
5) Penyediaan bak sampah yang tertutup.
6) Secara umum di setiap unit kerja dihuat poster yang berhubungan dengan
pemeiiharaan kebersihan lingkungan kerja.
8. Psikososial
Risiko bahaya kategori D menjelaskan tentang macam - macam bahaya yang berasal dari
dalam diri pribadi pekerja dan psikologisnya. Risiko tersebuat dapat diatasi dengan
mengadakan beberapa hal berikut ini.
a. Menyediakan petugas keamanan di tiap lantai.
b. Melakukan reporting system (komunikasi) ke satuan pengamanan.
c. Mencegah budaya kekerasan di tempat kerja yang disebabkan oleh:
1) Budaya narimo.
2) Sistem pelaporai macet.
3) Ketakutan melaporkan.
4) Tidak tertarik atau cuek dengan lingkungan sekitar.
d. Pembinaan mental dan spiritual secara berkala minimal sebulan sekali.
e. Penegakan disiplin di tempat kerja.
f. Olahraga di tempat kerja, sebelum memulai kerja.
g. Menggalakkan olahraga setiap jumat.
9. Pemeliharaan Pelaksanaan K3
Pelaksanaan K3 di perkantoran harus dipelihara agar sesuai dengan kondisi-kondisi yang
cepat berubah-ubah. Cara melakukan pemeliharaan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Melakukan survei setiap bulan atau triwulan atau semester, dengan memperhitungkan
risiko berdasarkan faktor-faktor konsekuensi dan kemungkinan terjadinya.
b. Melakukan perbaikan apabila ada hal-hal yang tidak sesuai dengan ketentuan.
c. Pelatihan tanggap darurat secara periodik bagi pegawai.
d. Pelatihan investigasi terhadap kemungkinan bahaya bom, kebakaran, bencana alam,
serta pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) bagi satuan pengaman.
10. K3 Perkantoran Penggunaan Komputer
Bagi perkantoran yang menggunakan komputer, harus memperhatikan beberapa aspek
berikut ini :
a. Mempergunakan komputer secara sehat, benar, dan nyaman.
b. Memanfaatkan kesepuluh jari.
c. Mengistirahatkan mata.
d. Mengistirahatkan tubuh
e. Melakukan peregangan.
f. Memperhatikan sudut lampu
g. Menghindari cahaya yang menyilaukan.
h. Memperhatikan sudut pandang dan jarak pandang.
i. Kursi yang ergonomis.
j. Jarak meja dengan paha.
k. Senam waktu istirahat.

Prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Perkantoran


Pada pembahasan sebelumnya kamu telah mempelajari berbagai hal mengenai K3
perkantoran. Pada pembelajaran kali ini kamu Akan mempelajari tentang Prosedur K3
Perkantoran. Sebelum membahas mengenai prosedur K3 perkantoran, apakah kamu tahu apa
yang dimaksud dengan prosedur? Dalam KBBI dijelaskan bahwa prosedur adalah tahap
kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas; metode langkah demi langkah secara pasti dalam
memecahkan suatu masalah. Sehingga prosedur K3 perkantoran dapat diartikan sebagai
kegiatan, langkah, aturan, atau cara kerja dalam melaksanakan keselamatan dan kesehatan
kerja.
Mengenai standar K3 perkantoran sendiri, kita dapat merujuk pada Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2016 tentang Standar Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Perkantoran. Dalam Peraturan tersebut standar K3 perkantoran diuraikan
menjadi standar keselamatan keselamatan kerja perkantoran, standar kesehatan kerja
perkantoran, standar kesehatan lingkungan kerja perkantoran, standar ergonomi perkantoran.
1. Standar Keselamatan Kerja Perkantoran
Keselamatan kerja perkantoran adalah usaha untuk mencegah cidera karyawan saat
bekerja. Syarat keselamatan kerja perkantoran ini meliputi:
a. Pemeliharaan dan perawatan ruang kantor yang bebas licin, cekungan, miring dan
berlubang yang dapat menyebabkan cidera.
b. Desain alat dan tempat kerja dimana peletakan filing cabinet tidak mengganggu
aktifitas kerja, serta penyusunan dan pengisian filing cabinet yang berat berada di
bagian bawah.
c. Penempatan dan penggunaan alat perkantoran dimana diusahakan bebas dari
benda tajam dan siku-sikulemari yang dapat menyebabkan cidera.
d. Pengelolaan listrik dan sumber api yang harus terbebas dari penyebab elektrikal
syok.
Untuk melaksanakan prasyarat keselamatan kerja di atas, maka prosedur kerjanya adalah
sebagai berikut:
a. Dilarang berlari di kantor.
b. Permukaan lantai harus tidak licin atau tidak menyebabkan pekerja
terpleset/tergelincir.
c. Semua yang berjalan di lorong kantor dan di tangga diatur berada sebelah kiri.
d. Karyawan yang membawa tumpukan barang yang cukup tinggi atau berat harus
menggunakan troli dan tidak boleh naik melalui tangga tapi menggunakan lift barang
bila tersedia.
e. Tangga tidak boleh menjadi area untuk menyimpan barang, berkumpul, dan segala
aktivitas yang dapat menghambat lalu lalang.
f. Bahaya jatuh dapatdicegah melalui kerumahtanggaan kantor yang balk, cairan
tumpah harus segera dibersihkan dan potongan benda yang terlepas dan pecahan
kaca harus segera diambil.
g. Bahaya tersandung dapat dirninimalkan dengan segera mengganti ubin rusak dan
karpet usang.
h. Lemari arsip bisa menjadi penyebab utama kecelakaan dan harus digunakan dengan
benar.
i. Kenakan pelindung jari untuk mengnindar pemotongan kertas.
j. Hindarkan kebiasaan yang tidak aman termasuk:
1) Menyimpan pensil dengan ujung runcingnya ke atas.
2) Menempatkan gunting atau pisau dengan ujung runcing ke arah pengguna.
3) Menggunakan pemotong kertas tanpa penjaga yang tepat.
4) Menempatkan objek kaca di meja atau tepi meja.
k. Menggunakan listrik dengan aman.

2. Standar Kesehatan Kerja Perkantoran


Standar kesehatan kerja perkantoran meliputi peningkatan kesehatan lerja di perkantoran,
pencegahan penyakit di perkantoran, penanganan penyakit di perkantoran, dan pemulihan
kesehatan karyawan di perkantoran.
a. Peningkatan Kesehatan Kerja di Perkantoran
Peningkatan kesehatan kerja yang minimal dilakukan di perkantoran meliputi:
1) Meningkatkan pengetahuan kesehatan kerja melalui promosi kesehatan meliputi
penyuluhan dan penggerakan pekerja untuk melaksanakan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) dan pencegahan penyakit tidak menular seperti hipertensi,
diabetes melitus, jantung koroner, dan tidak merokok serta penyakit menular.
2) Membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di tenpat kerja,
diantaranya:
a. Cuci tangan dengan air .bersih dan sabun.
b. Membuang sampah pada tempatnya.
c. Menjaga kebersihan dan kerapihan tempat dan fasilitas kerja.
d. Penerapan kawasan bebas rokok.
e. Melaksanakan aktivitas fisik dan peningkatan kebugaran jasmani di kantor.
f. Larangan penggunaan obat-obatan terlarang dan minuman beralkohol.
g. Mengonsumsi keanekaragaman makanan dan gizi seimbang.
3) Aktivitas fisik meliputi aktivitas fisik harian karyawan dan peregangan di tempat
kerja yang dilakukan setiap dua jam sekali selama 10-15 menit. Program aktivitas
fisik di kantor yang direkomendasikan senam kebugaran jasmani seminggu sekali
dam peningkatan kebugaran jasmani karyawan dengan melakukan latihan tisik
yang baik, benar, terukur dan teratur.
4) Penyediaan ruang menyusui, peralatan penyimpanan ASI, peralatan pendukung
seperti lemari pendingin, meja dan kursi, wastafel dengan air mengalir untuk cuci
tangan clan mencuci peralatan; serta memberi kesempatan memberikan ASI
kepada bayi atau memerah ASI selarna waktu kerja di tempat kerja.
b. Pencegahan Penyakit di Perkantoran
Standar pencegahan penyakit di perkantoran meliputi:
1) Pengendalian faktor resiko, yakni program jika suatu risiko tidak dapat diterima
maka harus dilakukan penanganan risiko. Setelah evaluasi bahaya dan risiko
kesehatan menentukan metode pengendalian yang dipilih atau
direkomendasikan, agar tidak menimbulkan gangguan kesehatan, penyakit
akibat kerja, penyakit terkait kerja, dan cidera akibat kerja.
2) Penemuan dini kasus penyakit dan penilaian status kesehatan, yang dilakukan
melalui:
a. Pemeriksaan pra penempatan atau sebelum bekerja.
b. Pemeriksaan berkala.
c. Pemeriksaan khusus.
d. Pemeriksaan pra pensiun.
c. Penanganan Penyakit di Perkantoran
Wujud penanganan penyakit di perkantoran adalah pertolongan pertarna di bawah
tenaga kesehatan atau karyawan terlatih berdasarkan standar penanganan penyakit
sesuai peraturan perundang-undangan. Bagi kantor yang memiliki fasilitas
pelayanan kesehatan maka dilakukan mekanisme rujukan ke fasilitas pelayanan
kesehatan lanjutan, sedang bagi kantor yang tidak punya maka Iangsung membawa
karyawan yang sakit ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
d. Pemulihan Kesehatan Karyawan di Perkantoran
Pemulihan kesehatan diberikan kepada semua karyawan yang mengalami sakit,
apabila karyawan mengalami sakit parah atau kecelakaan kerja dengan kondisi tidak
dapat melakukan tugas semula, pengkondisian pekerja untuk dapat bekerja kembali
sesuai dengan kemampuannya melalui program kembali kerja (return to work).

3. Standar Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran


Standar kesehatan lingkungan kerja perkantoran meliputi:
a. Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Perkantoran
Standar dan persyaratan kesehatan lingkungan perkantoran diantaranya:
1) Sarana bangunan harus memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan dapat
mencegah penularan penyakit antar pengguna, penghuni dan masyarakat
sekitarnya serta harus memenuhi persyaratan dalam pencegahan terjadinya
kecelakaan. Sehingga sarana bangunan harus memenuhi syarat fungsional, estetika,
keamanan dan keselamatan, serta aksesibilitas.
2) Penyediaan air yakni air bersih harus memenuhi syarat kesehatan dalam jumlah
yang memadai untuk air minum, pembersihan ruangan, higienitas sehingga
mendukung kenyamanan. Kualitas air harus memenuhi syarat kesehatan meliputi
persyaratan mikrobiologi, fisika, kimia, dan radioaktif.
3) Toilet, harus memenuhi syarat berikut:
a. Toilet karyawan wanita terpisah dengan pria.
b. Lantai toilet selalu bersih dan tidak ada genangan.
c. Tersedia air bersih dan sabun.
d. Toilet harus dibersihkan secara teratur.
e. Memiliki penanggung jawab khusus.
f. Tidak ada kotoran, serangga, kecoa dan tikus.
g. Bila ada kerusakan segera diperbaiki.
h. Merencanakan desain toilet yang mudah perawatannya.
i. Menyediakan akses ventilasi yang cukup untuk memberikan penerangan
alami.
j. Memiliki program General Cleaning dan Deep Cleaning secara rutin mingguan.
k. Bila menjalin kerja sama dengan pihak ketiga pilih supplier yang mempunyai
reputasi dalam hal higiene dan sanitasi toilet.
l. Mengunjungi supplier untuk menyakinkan bahwa mereka memiliki prosedur
yang baik.
m. Memiliki media kampanye dan kegiatan sosialisasi untuk penggunaan toilet.
n. Rasio jumlah toilet dan peturasan dengan jumlah tenaga kerja, untuk pria
40:1, untuk wanita 25:1
4) Pengelolaan limbah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
5) Cuci tangan pakai sabun (CTPS).
6) Pengamanan pangan bagi karyawan harus dikelola dengan baik, aman dan sehat
agar tidak menyebabkan gangguan kesehatan dan bermanfaat bagi tubuh.
7) Pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit, melalui: pengendalian
secara hayati atau biologis pengendalian secara genetik, pengendalian rekayasa dan
modifikasi lingkungan, pengendalian secara kimia.

b. Standar Lingkungan Kerja Perkantoran


Standar lingkungan kerja perkantoran harus memenuhi persyaratan fisik, kimia, dan
biologi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Prasyarat minimun
lingkungan kerja

Anda mungkin juga menyukai