Anda di halaman 1dari 12

BAHAN AJAR

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)


MATA PELAJARAN OTOMATISASI TATA KELOLA SARANA DAN PRASARANA

Oleh: Nur Aliyah, S.Pd.I

SMK YASMI GEBANG


Jl. Soekarno-Hatta Desa Melakasari Gebang-Cirebon
2022
LKPD 3
Apa yang akan di pelajari hari ini ???

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Perkantoran

Amatilah gambar di atas!! Gambar di atas adalah gambar contoh prosedur keselamatan kerja

Apa itu Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Perkantoran??

Sebagaimana kita tahu bahwa salah satu tujuan adanya regulasi sarana dan prasarana adalah
menciptakan keselamatan, keamanan, kesehatan dan kenyamanan kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja
pegawai mutlak harus diperhatikan guna memberikan perlindungan bagi pegawai untuk tepat sehat dan
selamat serta terhindari dari kecelakaan.

Dalam melaksanakan kerja sehari-hari pegawai kantor akan berhadapan dengan berbagai resiko
atau bahaya ditemapt kerjanya. Resiko tersebut mulai dari resiko ringan hingga berat sesuai dengan jenis
pekerjaannya. Padahal setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam
melakukan pekerjaan. Oleh sebab itu, suatu kantor perlu merancang prosedur keselamatan dan kesehatan
kerja guna melindungi pekerjaannya. Dengan meningkatnya keselamatan dan kesehatan kerja diharapkan
mampu menekan kemungkinan risiko kecelakaan serta penyakit yang timbul akibat hubungn kerja
serendah mungkin, serta meningkatkan produktivitas dan efesiensi.

Tujuan Pembelajaran

1. Peserta didik dapat menjelaskan K3 Perkantoran.


2. Peserta didik dapat mencontohkan kegiatan penerapan K3 Perkantoran..

Petunjuk
1. Pelajari materi dalam Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) menjelaskan K3 Perkantoran.
2. Pelajari materi dalam Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) tentang membandingkan berbagai regulasi
mengenai sarana dan prasarana kantor.

Materi

A. Mengenal Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Perkantoran


1. Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
a. Pengertian Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah pengawasan terhadap orang, mesin, material dan metode yang
mencakup lingkungan kerja agar supaya pekerja tidak mengalami cedera.
b. Pengertian Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja didefinisikan sebagai upaya peningkatan dan pemeliharaan derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya bagi karyawan disemua jabatan, pencegahan
penyimpangan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi karyawan, perlindungan karyawan
dan resiko akibat factor yang merugikan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi
karyawan dan resiko akibat factor yang merugikan kesehatan, penempatan dan
pemeliharaan karyawan dalam suatu lingkungan kerja yang mengadaptasi antara karyawan
dengan manusia dan manusia.
c. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Menurut Farida, dkk (2009) K3 dapat diartikan sebagai segala upaya atau pemikiran yang
ditujukan untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan, baik jasmaniah maupun rohaniah
setiap tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya.

2. Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


Tujuan utama dari K3 tidak lain adalah untuk mewujudkan kantor yang sehat, aman dan
nyaman demi terwujudnya karyawan sehat, selamat, bugar, berkinerja, dan produktif.
Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) berdasarkan Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yakni:
a. Agar tenaga kerja dan setiap orang lainnya yang berada alam tempat kerja selalu
dalam keadaan selamat dan sehat.
b. Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara efesien.
c. Agar proses produksi dapat berjalan lancar tanpa hambatan apapun.

3. Perlunya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


Perlunya K3 Perkantoran didasari pada tiga alasan berikut ini:
a. Alasan moral
b. Alasan hokum
c. Alasan ekonomi

4. Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


Berkaitan dengan K3 ini,suatu kantor atau perusahaan dapat membuat kebijakan
K3seperti:
a. Menyediakan tempat dan suasana kerja yang aman dan nyaman untuk pekerja.
b. Mengupayakan pengurangan terjadinya kecelakaan, korban manusia, dan
menghindari penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan serta kondisi kerja.
c. Mengembangkan rasa tanggung jawab pada setiap karyawan terhadap keselamatan
sendiri maupun teman kerja.
d. Menyediakan prosedur dasar yang mencakup semua aspek keselamatan kerja,
khususnya yang berhubungan dengan cara-cara produksi dan penggunaan alat-alat
produksi.
e. Melatih karyawan agar terampil melaksanakan pekerjaannya secara aman.
f. Menyediakan tenaga bantuan medis bila terdapat korban manusia untuk mengurangi
penderitaan, mempercepat penyembuhan, dan mengusahkan rehabilitasi selanjutnya.
g. Menyelidiki penyebab kecelakaan, baik kecelakaan yang membaca maupun korban
maupun tidak, untuk selanjutnya mengambil langkah-langkah pencegahan guna
menghindari terulang kejadian yang sama.

B. Mengenal Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Perkantoran


1. Pengertian Kecelakaan Kerja
a. Menurut Gempur (2004)
Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang tidak terduga dan tidak dapat
dikehendaki, yang mengacukan suatu proses aktivitas yang telah teratur, dan terdapat
empat factor yang bergerak dalam satu kejadian yaitu: lingkngan kerja, bahan, peralatan
dan manusia.

b. Sumiyati (2010)
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang menimpa manusia disebabkan oleh factor
produksi mesin, bahan baku, tenaga kerja, lingkungan, dan factor-
c. OHSAS 18001 (2007)
Kecelakaan kerja merupakan kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat
menyebabkan cidera atau kesakitan (tergantung dari keparahannya), kejadian kematian
atau kejadian yang dapat menyebabkan kematian.

2. Klasifikasi Kecelakaan Kerja


Klasifikasi kerja menurut International Labour Organization (ILO) meliputi:
a. Menurut jenis kecelakaannya
b. Menurut penyebab
c. Menurut sifat luka
d. Menurut letak kelainan

3. Penyebab Kecelakaan Kerja


Penyebab kecelakaan kerja dapat ditinjau dari tiga factor utama yakni:
a. Factor manusia
b. Factor mesin dan alat kerja
c. Factor lingkungan kerja

4. Kerugian Kecelakaan Kerja


Akibat kecelakaan kerja tentu akan memberikan kerugian baik bagi perusahaan maupun bagi
karyawan atau pagawai yang tertimpa kecelakaan kerja tersebut. Secara umum kerugian
akibat kecelakaan kerja meliputi: kerugian terhadap manusia, property, proses, lingkungan,
dan kualitas.

C. Risiko dan Bahaya di Tempat Kerja


Menurut modul Keselamatan dan Kesehatan kerja di tempat kerja (ILO, 2013) risiko dan bahaya
di tempat kerja dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu kategori A, B, C dan D.
1. Kategori A
Kategori A adalah bahaya yang menyebabkan risiko dampak jangka panjang pada kesehatan,
seperti:
a. Bahaya factor kimia
b. Bahaya factor biologi
c. Bahaya factor fisik
d. Bahaya factor ergonomic dan pengaturan kerja
2. Kategori B
Risiko dan bahaya yang termasuk dalam kategori B adalah potensi bahaya yang
menimbulkan risiko langsung pada keselamatan seperti:
a. Keselamatan listrik
b. Kebakaran
c. Keselamatan kerja pada pesawat/peralatan/permesinan produksi
d. Pemeliharaan tempat kerja
3. Kategori C
Risiko terhadap kesejahteraan dan kesehatan sehari-hari dikategorikan dalam kategori C
adalah risiko yang disebabkan karena diabaikannya fasilitas di tempa kerja yang memadai
seeprti air minum yang bersih, toilet, sabun, dan air untuk mencuci dan tempat untuk makan
dan istirahat. Apabila tempat kerja tidak memiliki fasilitas tersebut maka produktivitas dapat
memburuk, begitupun semangat dan kenyamanan pekerja.
a. Air minum
b. Toilet dan fasilitas mencuci
c. Ruang makan atau kantin
d. Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K dan pelayanan kesehatan di tempat kerja)
e. Fasilitas tambahan untuk kesehatan tenaga kerja
4. Kategori D
Bahaya dan risiko yang dikategorikan dalam kategori D adalah risiko dan bahaya yang
mengancam keselamatan fisik dan termasuk melindungi kesejahteraan diri, martabat dan
mental pekerja. Contohnya pelecehan, narkoba dan lain-lain. Apabila perusahaan ingin
memaksimalkan produktivitas maka perlu menciptakan tempat kerja dimana pekerja merasa
aman dan di hormati.

D. Hal-Hal Berkaitan dengan Keselamatan dan kesehatan (K3) Perkantoran


Dalam tugas akhir maintaining safety office program at she Division PT Toyota Motor
manufacturing Indonesia Sunter1 Paint Jakarta Utara (Mustika, 2011), disebutkan hal-hal yang
berhubungan dengan pelaksanaan K3 Perkantoran terdiri dari 10 hal, yaitu konstruksi gedung,
jaringan listrik dan komunikasi, kualitas pencahayaan, kualitas udara, kebisingan, tata ruang dan
alat, higienitas dan sanitasi, psikososial, pemeliharaan dan penggunaan computer.
1. Konstruksi gedung
Hal yang perlu diperhatikan saat membuat konstruksi gedung yakni:
a. Desain arsitektur yang memperhatikan aspek K3
b. Menggunakan material-material yang aman bagi pekerja.
c. Dekorasi disesuaikan dengan asas tujuannya, misalnya penggunaan warna yang
disesuaikan dengan kebutuhan.
d. Tanda khusus dengan pewarnaan kontras atau dengan kode khusus untuk objek penting
seperti perlengkapan alat pemadam kebakaran, tangga, pintu darurat, peta perunjuk pada
setiap ruangan atau unit kerja atau tempat yang strategis, misalnya dekat lift dan lain-lain,
lampu darurat menuju exit door.

2. Jaringan listrik dan komunikasi


Jaringan listrik dan komunikasi harus sesuai dengan rekomendasi K3 berikut ini.
a. Penggunaan central stabilizer untuk menghindari over/under voltage.
b. Penggunaan stop kontak yang sesuai dengan kebutuhan .
c. Pemgaturan tata letak jaringan instalasi listrik termasuk kabel yang sesuai dengan syarat
kesehatan dan keselamatan kerja.
d. Perlindungan terhadap kabel dengan menggunakan pipa pelindung.
3. Kualitas cahaya
Kualitas cahaya yang baik akan meningkatkan kinerja seorang karyawan . kualitas cahaya
yang baik bagi suatu perkantoran adalah yang memenuhi hal berikut ini.
a. Menggunakan system pencahayaan yang sesuai dengan jenis pekerjaan untuk membantu
menyediakan lingkungan kerja yang sehat dan aman.
b. Membantu penampilan visual melalui kesesuaian warna, dekorasi dan lain-lain.
c. Mengembangkan lingkungan visual yang tepat untuk kerja dengan kombinasi cahaya,
agar mata tidak cepat lelah.
d. Perencanaan jendela sehubungan dengan pencahayaan dalam ruang.
e. Penggunaan tirai untuk pengaturan cahaya dengan memperhatikan warna yang
digunakan.
f. Penggunaan emergency lamp di setiap tangga.
4. Kebisingan
Suara-suara yang gaduh dapat menyebabkan konsentrasi seorang karyawan terganggu,
apalagi saat rapat berlangsung. Untuk mengatasi suara-suara tersebut sebaiknya ruang kantor
atau ruang rapat memenuhi beberapa hal berikut ini.
a. Ruang dapat dilengkapi dengan dinding kedap suara.
b. Di depan pintu ruang rapat diberi tanda “ harap tenang ada rapat”.
c. Dinding isolator khusus untuk ruang genset.
d. Hak-hak lainnya sudah termasuk dalam perencanaan konstruksi gedung dan tata ruang.
5. Tata ruang dan alat
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tata ruang dan peralatan kantor adalah sebagai
berikut.
a. Petunjuk desain interior supaya dapat bekerja fleksibel, fit, luas untuk perubahan posisi,
pemeliharaan dan adaptasi.
b. Konsep desain dan letak furniture dengan memberi ruang bagi 1 orang pekerja seluas 2
m2
c. Ratio ruang pekerja dan alat kerja mulai dari tahap perencanaan.
d. Memperhatikan adanya bahaya radiasi, daerah gelombang elektromagnetik.
e. Ergonomic aspek antara manusia dengan lingkungan kerjanya.
f. Menyediakan tempat untuk isitarahat dan shalat.
g. Melengkapi pantry dengan lemari dapur.
h. Menyediakan ruang penampungan arsip sementara.

6. Kualitas udara
Kualitas udara yang baik dapat meminimalisir para pekerja terkena penyakit. Cara untuk
menjaga kualitas udara di dalam kantor tetap terjaga adalah sebagai berikut.
a. Mengontrol temperature ruang dengan memasang thermometer.
b. Mengontrol polusi
c. Memasang “exhaust fan” (perlindungan terhadap kelembaban udara)
d. Memasang stiker, poster “dilarang merokok”
e. Memperhatikan system ventilasi dan pengaturan suhu udara dalam ruang , seperti lokasi
udara masuk, ekstrasi udara, filtrasi, pemebersihan dan pemeliharaan secara berkala filter
AC minimal setahun sekali, mengontrol mikrobiologi serta pendistribusian udara untuk
pencegahan penyakit “Legionairre Diases”.
f. Mengontrol udara di dalam dan di luar kota.
7. Higienitas dan sanitasi
Toilet dan kantin harus selalu terjaga kebersihannya agar tidak menyebabkan timbulnya
penyakit bagi para pekerja. Selain kebersihan juga diperlukan sanitasi yang baik.
8. Psikososial
Risiko bahaya kategori D menjelaskan tentang macam-macam bahaya yang berasal dari
dalam diri pribadi pekerja dan psikologisnya.
9. Pemeliharaan
Pelaksanaan K3 diperkantoran harsu dipelihara agar sesuai dengan kondisi-kondisi yang
cepat berubah-berubah.
10. K3 perkantoran penggunaan computer
Bagi perkantoran yang menggunakan computer, harus memperhatikan beberapa aspek
berikut ini.
Bagi perkantoran yang menggunakan computer, harus memperhatikan beberapa aspek
berikut ini.
a. Mempergunakan computer secara sehat, benar, dan nyaman.
b. Memanfaatkan sepuluh jari.
c. Mengistirahatkan mata.
d. Mengistirahatkan tubuh.
e. Melakukan peregangan.
f. Memperhatikan sudut lampu.
g. Menghindari cahaya yang menyilaukan.
h. Memperhatikan sudut pandang dan jarak pandang.
i. Kursi yang ergonomis.
j. Jarak meja dan paha.
k. Senam waktu istirahat.

E. Prosedur Keselamatan dan Ksehatan (K3) Perkantoran


Prosedur K3 Perkantoan ialah kegiatan, langkah, aturan, atau cara kerja dalam
melaksanakan keselamatam dan kesehatan kerja.
Menganai standar K3 Perkantoran sendiri, kita dapat merujuk pada Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indoensia Nomor 48 Tahun 2016 tentang Standar K3 Perkantoran diuraikan
menjadi standar keselamatan kerja perkantoran, standar kesehatan kerja perkantoran, standar
kesehatan lingkungan kerja perkantoran, satndar ergonomic perkantoran.
1. Standar Keselamatan Kerja Perkantoran
Keselamatan kerja perkantoran adalah usaha untuk mencegah cidera karyawan saat
bekerja . syarat keselamatan kerja perkantoran ini meliputi:
a. Pemeliharaan dan perawatan ruang kantor yang bebas licin, cekungan, miring dan
berlubang yang dapat menyebabkan cidera.
b. Desain alat dan tempat kerja dimana peletakan filling cabinet tidak mengganggu aktivitas
kerja, serta penyusunan dan pengisian filling cabinet yang berat berada di bagian bawah.
c. Penempatan dan penggunaan alat perkantoran diaman diusahakan bebas dari benda tajam
dan siku-siku lemari yang dapat menyebabkan cidera.
d. Pengelolaan listrik dan sumber api yang harus terbebas dari penyebab elektrika syok.
Untuk melaksanakan prasayarat diatas , maka prosedur kerjanya adalah sebagai berikut.
a. Dilarang berlari dikantor
b. Permukaan lantai harus tidak licin atau tidak menyebabkan pekerja terpeleset/tergelincir
c. Semua yang berjalan di lorong kantor dan di tangga diatur berada sebelah kiri.
d. Karyawan yang membawa tumpukan barang yang cukup tinggi atau berat harus
menggunakan troli dan tidak boleh naik melalui tangga tapi menggunakan lift barang bila
tersedia.
e. Tangga tidak boleh menjadi area untuk menyimpan barang, berkumpul dan segala
aktivitas yang dapat menghambat lalu lalang.
f. Bahaya jatuh dapat dicegah melalui kerumahtanggaan kantor yang baik, cairan tumpah
harus segera dibersihkan dan potongan benda yang terlepas dan pecahan kaca harus
segera diambil.
g. Bahaya tersandung dapat diminimalkan dengan segera mengganti ubin rusak dan karpet
usang.
h. Lemari arsip bisa menjadi penyebab utama kecelakaan dan harus digunakan dengan
benar.
i. Kenakan pelindung jari untuk menghindar pemotong kertas.
j. Hindarkan kebiasaan yang tidak aman tertusuk:
1) Menyimpan pensil dengan ujung runcingnya ke atas.
2) Menempatkan gunting atau pisau dengan ujung runcing kea rah penggunaa.
3) Menggunakan pemotong kertas tanpa penjaga yang tepat.
4) Menempatkan objek kaca atau meja atau tepi meja.
k. Menggunakan listrik dengan aman.
2. Standar Kesehatan Kerja Perkantoran
Standar kesehatan kerja perkantoran meliputi peningkatan keshatan kerja di perkantoran,
pencegahan penyakit di perkantoran, penanganan penyakit di perkantoran, dan pemulihan
kesehatan karyawan di perkantoran.
a. Peningkatan kesehatan kerja di perkantoran
Pengingkatan ksehatan kerja yang minimal dilakukan di perkantoran meliputi:
1) Meningkatkan pengetahuan kesehatan kerja melalui promosi kesehatan meliputi
penyuluhan dan pergerakan pekerja untuk melaksanakan perilaku hidup bersih dan
sehat dan pencegahan penyakit tidak menular.
2) Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja.
3) Aktivitas fisik meliputi aktivitas harian karyawan dan peregangan di tempat kerja
yang dilakukan setiap dua jam sekali selama 10-15 menit.
4) Penyediaan ruang menyusui.
b. Pencegahan penyakit diperkantoran.
c. Penanganan penyakit diperkantoran
d. Pemulihan kesehatan karyawan di perkantoran.

F. Ergonomi Perkantoran
1. Pengertian Ergonomi
Ergonomic berasal dari dua kata, yaitu ergo yang berarti gerak dan nomos yang berarti
alamiah. Dari dua kata tersebut ergonomic berarti gerakan yang efektif, efesien, nyaman,
aman, dan tidak menimbulkan kelelahan kecelakaan sesuai dengan kemampuan tubuh,
nanum mendapatkan hasil kerja yang optimal.
Menurut The International Ergonomic Assosiation (IEA) dalam buku IT Ergonomics
(Sulianta, 2010), menjelaskan bahwa ergonomic memiliki pengertian bahwa ergonomic
merupakan interaksi kompleks antara aspek pekerjaan yang meliputi peralatan kerja, tata cara
kerja, proses atau system kerja dan lingkungan kerja dengan kondisi fisik, fisiologis dan
psikis manusia karyawan untuk menyesuaikan aspek pekerjaan dengan kondisi karyawan
dapat bekerja aman, nyaman, efesien dan lebih produktif.
2. Manfaat Ergonomi
Banyak manfaat yang didapatkan dengan menerapkan ergonomic secara optimal. Berikut ini
beberapa manfaat yang didapatkan jika menerapkan ergonomic secara optimal.
a. Meningkatkan unjuk kerja
b. Meningkatkan efesiensi
c. Mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya manusia
d. Meminimalisasi kerusakan peralatan yang disebabkan kesalahan manusia
e. Meningkatkan kenyamanan karyawan saat bekerja
f. Meningkatkan keamanan dan keselamatan kerja

3. Standar Ergonomi Perkantoran


Standar ergonomic perkantoran berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 48 Tahun 2016 tentang standar keselamatan dan kesehatan kerja
perkantoran yakni:
a. Luas tempat kerja
Luas ruang kerja minimal 10 m2 sebaiknya 15 m2, sedangkan luas tempat kerja staf paling
seidkit 2,2 m2.
b. Tata letak peralatan kantor
Tata letak peralatan dalam hal ini computer yang baik harus memenuhi syarat berikut:
1) Sesuaikan tinggi temapt duduk dengan tinggi monitor sehingga jarak antara mata
dengan monitor 20-40 inchi dan sudut 15-20 derajat dibawah horizontal.
2) Sesuaikan tinggi sandaran punggung dan tangan agar tersangga dengan baik.
3) Sesuaikan meja dengan posisi keyboard dan mouse yang sejajar.
c. Kursi
Kursi kerja yang baik yakni:
1) Ukuran kursi harus sesuai dengan ukuran pengguna.
2) Pilih kursi kerja sesuai dengan jenis tugas pekerjaan.
3) Kursi harus stabil, memiliki lima kaki, baik beroda maupun tidak beroda.
4) Sandaran kursi harus menyangga lengkungan pinggang (kemiringan fleksibel).
d. Meja kerja
Dimensi meja kerja yang sesuai dengan standar ialah: tinggi 58-68 cm untuk yang
dapat disesuaikan sedangkan 72 cm untuk yang tidak dapat disesuaikan, luas meja
minimal 90-120 cm, tidak memantulkan cahaya, cukup untuk menempatkan barang,
memiliki ruang untuk kaki minimal lebar 51 cm dan panjang kedalaman 60 cm.
Cara mengatur meja dapat dibagi menjadi tiga zona yakni:
1) Zona pertama: tempatkan barang yang sering digunakan paling dekat sehingga
dengan mudah dijangkau dan digunakan.
2) Zona kedua: tempatkan barang yang lebih jarang digunakan setelah barang zona
pertama. Pastikan tangan dapat menjangkau dalam postur yang terjulur ke depan.
3) Zona ketiga: tempatkan barang yang sesekali dijangkau, misalnya map dokumen tidal
aktif.
e. Postur kerja
Postur kerja utamanya bagi pegawai yang bekerja dengan menggunakan computer adalah
dengan duduk. Hal yang perlu diperhatikan dalam hal ini diantaranya:
1) Posisi siku sama tinggi dengan meja kerja, lengan bawah horizontal dan lengan atas
menggantung bebas.
2) Mata sama tinggi dengan bagian paling atas monitor.
3) Atur tinggi kursi agar kaki dapat diletakkan diatas lantai dengan posisi datar, jika
diperlukan gunakan footrest.
4) Sesuaikan sandaran kursi agar punggung bawah tertopang dengan baik.
5) Letakkan layar monitor kurang lebih sepanjang lengan, serta pastikan letak monitor
dan keyboard berada ditengah-tengah sumbu tubuh.
6) Aturn meja dan layar monitor untuk menghindari silau, misalnya dengan tidak
menghadapkan layar ke jendela atau lampu yang terang.
7) Pastikan ruang cukup di bawah meja untuk pergerakan kaki.
8) Hindari tekanan berlebihan dari ujung tempat duduk pada bagian belakang kaki dan
lutut.
9) Letakkan semua dokumen dan alat yang diperlukan dalam jangkaun.
10) Gunakan mouse yang sesuai dengan ukuran genggaman tangan dan letakkan
disamping keyboard.
Posisi kerja yang dilakukan dengan cara berdiri dapat dilakukan dengan:
1) Membagi rata beban tubuh pada kedua kaki. Supaya pembagiannya lebih mudah,
buka kaki selebar bahu.
2) Biarkan lutut menekuk secara alami.
3) Kedua tangan bergerak secara rileks
4) Berdiri tegak sesuai kurva alami; leher dan pinggang belakang sedikit melengkung ke
luar.
5) Bahu tegak namun rileks, dapat juga ditarik sedikit kebelakang.
6) Sedikit mengencangkan otot perut untuk menjaga postur tegak.
f. Koridor
Antar meja kerja sebaiknya memiliki koridor berupa lorong-lorong untuk keperluan lalu
lintas dengan minimum jarak 120 cm, jarak antara satu meja dengan meja yang dimuka/di
belakang selebar 80 cm.
g. Durasi kerja
Durasi kerja disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
h. Penanganan beban manual
Pengangkat beban saat bekerja merupakan hal yang harus diperhatikan, karena
mengangkat beban yang salah dapat menyebabkan cidera pada tulang, otot, dan
persendian. Metode mengangkat beban harus didasarkan pada dua prinsip, yakni otot
lengan lebih banyak digunakan daripda otot punggung dan untuk memulai gerakan
horizontal maka digunakan momentum berat badan. Berat objek yang boleh diangkat
secara manual antara pria dan wanita tentu berbeda.

Anda mungkin juga menyukai