Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN KERJA


DI KELOMPOK KERJA PEUYEUM RW 03 RT 05
KECAMATAN CIMENYAN
KOTA BANDUNG

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akhir


Mata Kuliah Keperawatan Komunitas

Di Susun Oleh :

Kelompok II

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMA HUSADA BANDUNG
2019

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah
satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang
aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga
dapat melindungi dan bebas dari kecelakaan kerja pada
akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas
kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban
jiwa tetapi juga kerugian materi bagi pekerja dan
pengusaha, tetapi dapat mengganggu proses produksi
secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada
akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas (Depkes
RI, 2010).
Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di
Indonesia masih sering terabaikan. Hal ini ditunjukkan
dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja. Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan
mencatat bahwa kasus kecelakaan kerja tahun 2015
berjumlah 50.089 kasus. Data dari International Labour
Organization (ILO) juga turut mencatat, setiap hari terjadi
sekitar 6.000 kecelakaan kerja fatal di dunia. Tentunya ini
sangat memprihatinkan. Tingkat kepedulian dunia usaha
terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) masih
rendah. Padahal karyawan adalah aset penting suatu
perusahaan.
Selalu ada resiko kegagalan pada setiap aktifitas
pekerjaan. Ketika terjadi kecelakaan kerja, seberapapun
kecilnya, akan mengakibatkan efek kerugian. Disamping

1
dapat mengakibatkan korban jiwa, terdapat juga biaya-
biaya lainnya selain pengobatan, kompensasi yang harus
diberikan kepada pekerja, premi asuransi, dan perbaikan
fasilitas kerja. Oleh karena itu, sebisa mungkin dan sedini
mungkin, potensi kecelakaan kerja harus dicegah atau
setidak-tidaknya dikurangi dampaknya. Penanganan
masalah keselamatan kerja di dalam sebuah perusahaan
harus dilakukan secara serius oleh seluruh komponen
pelaku usaha, tidak bisa secara sebagian dan diperlakukan
sebagai bahasan penting dalam sebuah perusahaan.
Industri merupakan salah satu sektor yang berperan
penting dalam pembangunan ekonomi karena sebagai
penggerak perekonomian nasional. Beberapa kota/
kabupaten di Indonesia telah berpartisipasi aktif dalam
mengembangkan sektor industri, salah satunya industri
pembuatan baju di RW 23 Antapani Tengah. Industri
pembuatan baju di RW 23 Antapani Tengah. Layaknya
sebuah industri, penerapan K3 juga harus diperhatikan.
Oleh karena itu, latar belakang diatas mendorong untuk
mengetahui lebih lanjut mengenai sejauh mana penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di RW 23 Antapani
Tengah.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan proses asuhan
keperawatan kesehatan kerja dalam mengotimalkan
pelayanan kesehatan yang meliputi : peningkatan
kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pencegahan
penyakit, dan pengobatan penyakit dengan

2
memanajemen masalah kesehatan yang ada dalam
individu maupun kelompok pekerja.
2. Tujuan Khusus
Melaksanakan pengkajian kebutuhan dan masalah
keperawatan pada pekerja yang meliputi :
a. Mengidentifikasi data yang diperlukan baik individu
maupun kelompok.
b. Mengumpulkan data dengan menggunakan metode
atau strategi yang sesuai.
c. Menganalisa data yang telah diperoleh.
d. Menentukan masalah keperawatan yang telah
diprioritaskan
e. Merencanakan asuhan keperawatan kesehatan kerja
f. Melaksanakan rencana keperawatan kesehatan kerja
yang meliputi

C. Manfaat
1. Memberikan saran bagi pengusaha dan pekerja tentang
kesadaran kebiasaan penggunaan APD sebagai upaya
meningkatkan kesehatan kerja di lingkungan kerja
2. Memberikan saran / informasi Pengertian Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3)

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar
1. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
a. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah
salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat
kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat melindungi dan bebas
dari kecelakaan kerja pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban

4
jiwa tetapi juga kerugian materi bagi pekerja dan
pengusaha, tetapi dapat mengganggu proses
produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan
yang pada akhirnya akan berdampak pada
masyarakat luas (Depkes RI, 2002).
Keselamatan dan kesehatan kerja
menunjukkan kondisi-kondisi fisiologis dan
psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh
lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.
Kondisi fisiologis meliputi penyakit kecelakaan kerja
seperti cidera, kehilangan nyawa atau anggota
badan. Sedangkan kondisi psikologis diakibatkan
oleh stres pekerjaan dan kehidupan kerja dengan
kualitas rendah. Hal ini meliputi ketidakpuasan,
sikap menarik diri, kurang perhatian, mudah marah
dan selalu menunda pekerjaan (Rivai 2006).
Keselamatan kerja merupakan sarana utama
untuk pencegahankecelakaan seperti cacat dan
kematian akibat kecelakaan kerja. Keselamatan
kerjahubungannya dengan perlindungan tenaga
kerja adalah salah satu segipenting dari
perlindungan tenaga kerja.

b. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Menurut Mangkunegara (2001), tujuan
keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai
berikut :
1) Setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan
dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial dan
psikologis.

5
2) Setiap perlengkapan dan peralatan kerja
digunakan sebaikbaiknya dan seefektif mungkin.
3) Semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
4) Adanya jaminan atas pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan gizi pegawai.
5) Meningkatkan kegairahan, keserasian kerja dan
partisipasi kerja.
6) Terhindar dari gangguan kesehatan yang
disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja.
7) Setiap pegawai merasa aman dan terlindungi
dalam bekerja
Perusahaan yang dapat menurunkan tingkat
dan beratnya kecelakaan-kecelakaan kerja, penyakit
dan hal-hal yang berkaitan dengan stres serta
mampu meningkatkan kualitas kehidupan kerja para
pekerjanya, maka perusahaan tersebut akan
semakin efektif.
c. Usaha Meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3)
Usaha-usaha yang diperlukan dalam
meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja
menurut Mangkunegara (2001) adalah sebagai berikut
:
1) Mencegah dan mengurangi kecelakaan
kebakaran dan peledakan.
2) Memberikan peralatan perlindungan diri untuk
pegawai yang bekerja pada lingkungan yang
berbahaya.

6
3) Mengatur suhu, kelembaban, kebersihan udara,
penerangan yang cukup dan menyejukkan serta
mencegah kebisingan.
4) Mencegah dan memberikan perawatan terhadap
timbulnya penyakit.
5) Memelihara kebersihan, ketertiban dan
keserasian lingkungan kerja.
6) Menciptakan suasana kerja yang menggairahkan
semangat kerja pegawai.
2. ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
a. Pengertian APD
Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat
alat keselamatan yang digunakan oleh pekerja
untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya
dari kemungkinan adanya pemaparan potensi
bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan
penyakit akibat kerja. Alat Pelindung Diri (APD) perlu
sebelumnya dipilih secara hati-hati agar dapat
memenuhi beberapa ketentuan yang diperlukan,
(Tarwaka, 2008 ) yaitu :
1) Alat Pelindung Diri (APD) harus dapat
memberikan perlindungan yang adekuat
terhadap bahaya yang spesifik atau bahaya-
bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja.
2) Berat alatnya hendaknya seringan mungkin, dan
alat tersebut tidak menyebabkan rasa
ketidaknyamanan yang berlebihan.
3) Alat harus dapat dipakai secara fleksibel.
4) Bentuknya harus cukup menarik.

7
5) Alat pelindung tahan untuk pemakaian yang
lama.
6) Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya
tambahan bagi pemakainya, yang dikarenakan
bentuknya yang tidak tepat atau karena salah
dalam penggunaanya.
7) Alat pelindung harus memenuhi standar yang
telah ada.
8) Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan
presepsi sensoris pemakainya.
9) Suku cadangnya mudah didapat guna
mempermudah pemeliharaannya.

Pemakaian APD yang tidak tepat dapat


mencelakakan tenaga kerja yang memakainya,
bahkan mungkin lebih membahayakan
dibandingkan tanpa memakaiAPD. Oleh karena itu
agar dapat memilih APD yang tepat, maka
perusahaan harusmampu mengidentifikasi bahaya
potensial yang ada, khususnya yang tidak
dapatdihilangkan ataupun dikendalikan.
b. Macam-macam APD
Alat Pelindung Diri (APD) ada berbagai macam
yang berguna untuk melindungi seseorang dalam
melakukan pekerjaan yang fungsinya untuk
mengisolasi tubuh tenaga kerja dari potensi bahaya
di tempat kerja. Berdasarkan fungsinya, ada
beberapa macam APD yang digunakan oleh tenaga
kerja, antara lain (Tarwaka, 2008):
1) Pelindung kepala

8
Alat pelindung kepala ini digunakan
untuk mencegah dan melindungi rambut terjerat
oleh mesin yang berputar dan untuk melindungi
kepala dari bahaya terbentur benda tajam atau
keras, bahaya kejatuhan benda atau terpukul
benda yang melayang, melindungi jatuhnya
mikroorganisme, percikan bahan kimia korosif,
panas sinar matahari dll.
2) Alat pelindung mata
Alat pelindung mata digunakan untuk
melindungi mata dari percikan bahan kimia
korosif, debu dan partikel-partikel kecil yang
melayang di udara, gas atau uap yang dapat
menyebabkan iritasi mata, radiasi gelombang
elegtromagnetik, panas radiasi sinar matahari,
pukulan atau benturan benda keras, dll
3) Alat pelindung pernafasan
Alat pelindung pernafasan digunakan
untuk melindungi pernafasan dari resiko
paparan gas, uap, debu, atau udara
terkontaminasi atau beracun, korosi atau yang
bersifat rangsangan. Sebelum melakukan
pemilihan terhadap suatu alat pelindung
pernafasan yang tepat, maka perlu mengetahui
informasi tentang potensi bahaya atau kadar
kontaminan yang ada di lingkungan kerja.
4) Alat pelindung tangan
Alat pelindung tangan digunakan untuk
melindungi tangan dan bagian lainnya dari

9
benda tajam atau goresan, bahan kimia, benda
panas dan dingin, kontak dengan arus listrik
5) Alat pelindung badan
Baju pelindung digunakan untuk
melindungi seluruh atau sebagiantubuh dari
percikan api, suhu panas atau dingin, cairan
bahan kimia, dll. Contohnya celemek, apron dan
pakaian kerja.
6) Alat pelindung kaki
Alat pelindung kaki digunakan untuk
melindungi kaki dan bagian lainnya dari benda-
benda keras, benda tajam, logam/kaca, larutan
kimia, benda panas, kontak dengan arus listrik.
Contohnya : sepatu.
3. INDUSTRI RUMAH TANGGA
Istilah industri sering diidentikkan dengan
semua kegiatan ekonomi manusia yang mengolah
barang mentah atau bahan baku menjadi barang
setengah jadi atau barang jadi. Dari definisi tersebut,
istilah industri sering disebut sebagai kegiatan
manufaktur (manufacturing). Industri pengolahan
memiliki peran dalam pertumbuhan perekonomian
wilayah melalui pemenuhan kebutuhan pasar dalam
negeri maupun luar negeri. Beberapa dampak positif
muncul diantaranya adalah peningkatan penyerapan
angkatan kerja, peningkatan nilai investasi wilayah,
pemerataan usaha, peningkatan nilai tambah bahan
mentah serta peningkatan pendapatan perkapita suatu
wilayah (Rejekiningsih, 2004; Stanny, 2009; Eriyatno,
2011).

10
Industri rumah tangga atau biasa disebut
dengan industri kecil merupakan industri yang tenaga
kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19 orang, Ciri
industri kecil adalah memiliki modal yang relatif kecil,
tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau
masih ada hubungan saudara dan tekhnologi yang
digunakan sederhana. Industrialisasi sebenarnya
merupakan satu jalur kegiatan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat yang lebih maju
maupun taraf hidup yang lebih bermutu. Dengan kata
lain, pembangunan industri itu merupakan suatu fungsi
dari tujuan pokok kesejahteraan rakyat, bukan
merupakan kegiatan yang mandiri untuk hanya sekedar
mencapai fisik saja.
Industrialisasi juga tidak terlepas dari usaha
untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia dan
kemampuannya memanfaatkan secara optimal sumber
daya alam dan sumber daya lainya. Hal ini berarti pula
sebagai suatu usaha untuk meningkatkan produktivitas
tenaga manusia disertai usaha untuk meluaskan ruang
lingkup kegiatan manusia. Dengan demikian dapat
diusahakan secara “vertikal” semakin besarnya nilai
tambah pada kegiatan ekonomi dan sekaligus secara
“horizontal” semakin luasnya lapangan kerja produktif
bagi penduduk yang semakin bertambah.
B. Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja
Keperawatan kesehatan kerja merupakan cabang
dari perawatan kesehatan komunitas yang memberikan
pelayanan pada tenaga kerja atau kelompok tenaga kerja.
Pelayanan berfokus pada promosi kesehatan, proteksi dan

11
pemulihan kesehatan tenaga kerja dalam hubungannya
dengan keselamatan dan lingkungan kerja sehat (AAOHN).
1. Pengkajian
Pengkajian dalam kesehatan kerja meliputi:
a. Biologi manusia, meliputi: karakteristik usia dan
jenis kelamin, masalah-masalah kesehatan yang
bersifat genetik dari pekerja, fungsi fisik dengan
mengidentifkasi berbagai sistem tubuh.
b. Lingkungan
Aspek lingkungan meliputi berbagai potensial
hazard yang bisa menyebabkan gangguan
kesehatan akibat kerja yang meliputi hazard fisik,
biologi, kimia, psikososial, ergonomic.
c. Gaya hidup
Pengkajian tentang gaya hidup meliputi pola
konsumsi makanan, aktifitas dan istirahat,
penampilan pada saat kerja, penggunaan alat
pelindung diri.
d. Sistem kesehatan
Pengkajian sistem kesehatan meliputi sistem
pelayanan kesehatan baik yang terdapat
diperusahaan maupun di luar perusahaan (rujukan),
program pengawasan (monitoring) terkait dengan
keselamatan kerja, kebijakan dan program promosi
kesehatan yang ada diperusahaan, keterbatasan
dalam upaya promosi dan proteksi, sistem
pelayanan kesehatan pada keluarga pekerja.

A. Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja


1. Pengkajian

12
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data
secara lengkap dan sistematis terhadap mesyarakat
untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan
yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga
atau kelompok yang menyangkut permasalah pada
fisiologis, psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual
dapat ditentukan.
a. Pengumpulan Data
1) Hal yang perlu dikaji pada komunitas atau
kelompok antara lain : Inti (Core) meliputi : Data
demografi kelompok atau komunitas yang terdiri
atas usia yang beresiko, pendidikan, jenis
kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan,
serta riwayat timbulnya kelompok atau
komunitas.
2) Mengkaji 8 subsistem yang mempengaruhi
komunitas, antara lain: Perumahan, bagaimana
penerangannya, sirkulasi, bagaimana
kepadatannya karena dapat menjadi stresor bagi
penduduk, Pendidikan komunitas, apakah ada
sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat,
Keamanan dan keselamatan, bagaimana
keselamatan dan keamanan tempat tinggal,
apakah masyarakat merasa nyaman atau tidak,
apakag sering mengalami stres akibat keamanan
dan keselamatan yang tidak terjamin, Kualitas
dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan,
apakah cukup menunjang, sehingga
memudahkan masyarakat mendapatkan

13
pelayanan di berbagai bidang termasuk
kesehatan, Pelayanan kesehatan yang tersedia,
untuk melakukan deteksi dini dan merawat atau
memantau gangguan yang terjadi, Sistem
komunikasi, serta komunikasi apa saja yang
dapat dimanfaatkan masyarakat untuk
meningkatkan pengetahuan yang terkait dengan
gangguan penyakit, Sistem ekonomi, tingkat
sosial ekonomi masyarakat secara keseluruhan,
apakah pendapatan yang terima sesuai dengan
Upah Minimum Registrasi (UMR) atau sebaliknya,
Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan
saja dibuka, apakah biayanya dapat dijangkau
masyarakat
b. Jenis Data
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data
subjektif dan data objektif (Mubarak, 2009):
1) Data Subjektif : Yaitu data yang diperoleh dari
keluhan atau masalah yang dirasakan oleh
individu, keluarga, kelompok, dan komunitas,
yang diungkapkan secara langsung melalui lisan.
2) Data Objektif : Data yang diperoleh melalui suatu
pemeriksaan, pengamatan dan pengukuran
3) Sumber Data : Data primer ; Data yang
dikumpulkan oleh pengkaji dari individu,keluarga,
kelompok, masyarakat berdasarkan hasil
pemeriksaan atau pengkajian. Data sekunder ;
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat
dipercaya, misalnya:kelurahan, catatan
riwayatkesehatan pasien atau medical record

14
4) Cara Pengumpulan Data: Wawancara,
Pengamatan, Pemeriksaan fisik.
5) Pengelolaan Data : Klasifikasi data atau
kategorisasi data, Perhitungan presentase
cakupan, Tabulasi data,Interpretasi data
6) Analisa Data : Kemampuan untuk mengkaitkan
data dan menghubungkan data dengan
kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat
diketahui tentang kesenjangan atau masalah
yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu
masalah kesehatan atau masalah keperawatan.
7) Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah
Kesehatan : Berdasarkan analisa data dapat
diketahui masalah kesehatan dan masalah
keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat
sehingga dapat dirumuskan masalah kesehatan.
8) Prioritas Masalah Prioritas masalah dapat
ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan
Abraham H Maslow: Keadaan yang mengancam
kehidupan, Keadaan yang mengancam
kesehatan, dan Persepsi tentang kesehatan dan
keperawatan
2. Diagnosa Keperawatan
Kesehatan Diagnosis keperawatan ialah respon
individu pada masalah kesehatan baik yang aktual
maupun potensial. Diagnosa keperawatan komunitas akan
memeberikan gambaran tentang masalah dan status
kesehatan masyarakat baik yang nyata dan yang mungkin
terjadi. Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat rekreasi
komunitas terhadap stresor yang ada. Selanjutnya

15
dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu problem/masalah
(P), etiology atau penyebab (E), dan symptom atau
manifestasi/data penunjang (S) (Mubarak, 2005).
a. Problem : merupakan kesenjangan atau
penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya
terjadi.
b. Etiologi : penyebab masalah kesehatan atau
keperawatan yang dapat memeberikan arah
terhadap intervensi keperawatan.
c. Symptom : tanda atau gejala yang tampak
menunjang masalah yang terjadi.
3. Perencanaan/ Intervensi
Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan
rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis
keprawatan yang sudah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan pasien. Perencanaan intervensi
yang dapat dilakukan berkaitan dengan diagnosa
keperawatan komunitas yang muncul diatas adalah
(Mubarak, 2009):
a. Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit
b. Lakukan demonstrasi keterampilan cara menangani
penyakit
c. Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit
d. Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat
setempat untuk memperbaiki lingkungan komunitas
4. Pelaksanaan/Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana
asuhan keperawatan yang telah disusun. Dalam
pelaksanaannya tindakan asuhen keperawatan harus

16
bekerjasama dengan angoota tim kesehatan lain dalam
hal melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan
anggota masyarakat (Mubarak, 2009). Perawat
bertanggung jawab dalam melaksanakan tindakan yang
telah direncanakan yang bersifat (Efendi, 2009), yaitu:
a. Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan
penyakit
b. Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal
ini perilaku hidup sehat dan melaksanakan upaya
peningkatan kesehatan
c. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk
mencegah gangguan penyakit
d. Advokat komunitas yang sekaligus memfasilitasi
terpenuhinya kebutuhan komunitas
5. Penilaian/Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan
tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat
dengan membandingkan antara proses dengan dengan
pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan
keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
membandingkan tingkat kemandirian masyarakat dalam
perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan
masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah
ditentukan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak,
2005).
Adapun tindakan dalam melakukan evaluasi adalah:
a. Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas
setelah dilakukan intervensi
b. Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan
intervensi keperawatan

17
c. Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah
sakit

18
BAB III
LAPORAN PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan kelompok pekerja
Pengkajian
Nama perusahaan / jenis pekerjaan : Pembuatan Peuyeum
Jenis produk yang dihasilkan : Peuyeum
Alamat : Wilayah Rw 03 RT 05 desa cimenyan
Tanggal pengkajian : 18 juli 2019
BEBAN KERJA
1. Umur : 34 – 41 Tahun
2. Jenis kelamin : Perempuan & lai-laki
3. Berapa jam dalam sehari bekerja : ± 9 jam/ hari
4. Berapa jam Istirahat : ±1 jam
5. Pengaturan kerja : tidak menentu
6. Ergononi kerja :
a. Kekuatan otot : baik
b. Bentuk dan ukuran tubuh : bentuk dan ukuran tubuh
dari masing-masing, beragam ada yang kecil dan ada
yang sedang
c. Sikap tubuh selama bekerja : selama bekerja kadang-
kadang merasa cape, sakit pinggang karena duduk
d. Kejadian selama dan setelah bekerja : pekerja
mengatakan belum pernah terjadi kejadian yang tidak
diinginkan selama bekerja

KAPASITAS KERJA
1. Pendidikan pekerja : SD
2. Pelatihan dalam bidang bekerja : tidak pernah mengikuti
pelatihan kerja
3. Kejadian selama dan setelah bekerja : tidak ada

19
4. Penyakit yang dialami ( 3 bulam terakhir ) : sakit kepala

LINGKUNGAN KERJA
1. Lingkungan fisik :
a. Kebersihan ruangan kerja : ruang kerja terlihat kurang
bersih karena banyak sisa – sisa kulit singkong
b. Kebisingan ruangan kerja : tidak ada
c. Penerangan : terdapat penerangan yang cukup
diruangan kerja dengan 2 buah lampu berwarna putih
didalam ruangan kerja
d. Kelembaban : cukup
e. Vibbrasi / getaran : -
f. Bahan kimia : -
g. Gas : -
h. Uap : terdapat uap jika memulai proses pengukusan
i. Debu : -
j. Binatang / Vektor : -
k. Kamar mandi / toilet ( kebersihan , penerangan ,
kelembababan dll ) : tersedia dengan kebersihan cukup
dan penerangan yang baik
l. Pembuangan limbah : sampah kulit-kulit di buang di
tempat yang di sediakan
2. Lingkungan psikologis :
a. Suasana tempat kerja : suasanan tempat kerja
dirasakan cukup nyaman
b. Hubungan antar pekerja : pekerja mengatakan mereka
memiliki hubungan yang cukup baik antara sesama
pekerja

20
c. Hubungan pekerja dengan majikan : pekerja
mengatakan terdapat hubungan baik dengan majikan
mereka
3. Alat pelindung kerja :
a. Jenis APD yang ada : sarung tangan
b. Penggunaannya : sarung tangan di pakai saat proses
pengupasan kulit singkong
Rencana program pembinaan perusahaan :
 Melakukan penyuluhan keselamatan dan kesehatan kerja

Analisa Data
No. Data Subjektif Data objektif Masalah
kesehatan
1. Pekerja - Terlihatan Perilaku
mengatakan pekerja cinderung
jarang sesekkali bersiko pada
mengunakan menepuk pekerja
APD pinggang nya peuyeum dir w
(sarungan 03 rt 05
tangan) cimenyan
dalam bekerja

Diagnosa keperawatan
1. Perilaku cinderung bersiko pada pekerja peuyeum dir w 03
rt 05 cimenyan berhubungan dengan kurangnya kesadaran
tentang pentingnya K3 bagi kesehatan dan keselamatan
kerja.

21
Rencana Keperawatan
Diagnosis
Hari, Evaluasi
N keperawata Sasara Rencana Temp
Tujuan Strategi tangga
o n n kegiatan at
l Kriteria Standar
komunitas
1 Perilaku Setelah Pekerja Bina 1.Berikan selasa, RW 03 Verbal , 1.Definisi k3
. cinderung tindakan di Rw suasana penyuluhan 30 juli rt 05 afektif dan 2.Tujuan k3
bersiko pada keperawatan 03 rt 05 dan tentang 2019 psikomoto 3.Manfaat k3
pekerja selama 1 cimeny Advokasi keselamatan r 4.Dampak k3
peuyeum dir w minggu an dan 5.Penting
03 rt 05 diharapkan. kesehatan informasi
cimenyan Para pekerja kerja tentang k3
berhubungan mengetahui
pentingnya
dengan
tentang APD
kurangnya
,keselamata
kesadaran
n dan
tentang kesehatan
pentingnya K3 dala pekerja
bagi kesehatan
dan
keselamatan
kerja.

22
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN

Setelah dilakukan pengkajian keperawatan komunitas di


area kerja RW 03 Desa cimenyan ditemukan beberapa masalah
sebagai berikut:
1. Resiko kecelakaan saat kerja
Hal ini didapatkan karena Perilaku cinderung bersiko pada
pekerja peuyeum dir w 03 rt 05 cimenyan berhubungan
dengan kurangnya kesadaran tentang pentingnya K3 bagi
kesehatan dan keselamatan kerja.
Sehingga bisa meningkatkan kecelakaan saat kerja

23
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
2. Konsep dasar dari upaya kesehatan kerja ini adalah
mengidentifikasi permasalahan, mengevaluasi, dan
dilanjutkan dengan tindakan pengendalian. Sasaran
kesehatan kerja adalah manusia dan meliputi aspek
kesehatan dari pekerja itu sendiri. (Efendi & Makhfudli,
2009). Masalah yang teridentifikasi dari pekerja peuyeum
dir w 03 desa cimenyan yaitu Perilaku cinderung bersiko
pada pekerja peuyeum dir w 03 rt 05 cimenyan
berhubungan dengan kurangnya kesadaran tentang
pentingnya K3 bagi kesehatan dan keselamatan kerja.

B. Saran
1. Bagi Pemilik usaha
a. Diharapkan pemilik usaha tetap mempertahankan /
meningkatkan perilaku yang menunjang kesehatan
2. Bagi petugas kesehatan
a. Mampu Melakukan pengkajian terhadap kelompok
pekerja
b. Mampu Melakukan pengolahan data dari pengkajian
yang didapat
c. Mampu Menyusun perencanaan tindakan terhadap
kelompok kerja yang bermasalah.

24
DAFTAR PUSTAKA

Efendi, Ferry dan Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori


dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Iqbal Mubarak, Wahit (2008). Pengantar Keperawatan Komunitas. Jakata :
Penerbit Sagung Seto
Sugeng, B. 2009. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Haji
Masagung
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Penerbit
PT Rineka Cipta. Jakarta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2009. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Penerbit
Rineka Cipta. Jakarta

25

Anda mungkin juga menyukai