Disusun Oleh:
Dinda Anindita Salsabilla
S021902013
PROGRAM PASCASARJANA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap hari manusia makan sebanyak tiga kali, dalam setiap makan manusia
mempunyai banyak pilihan jenis dan menu makanan. Tujuan manusia makan
bukan hanya sekedar untuk mengatasi rasa lapar namun juga untuk memenuhi
kebutuhan zat gizi yang terkandung dalam makanan tersebut. Jadi untuk menjaga
zat gizi dalam makanan tidak hilang perlu diperhatikan pada saat mengolah bahan
makanan menjadi suatu makanan yang sehat. Pengolahan bahan makanan dimulai
mempunyai peranan penting agar dapat tersaji makanan yang enak dan sehat
hingga siap untuk disajikan. Dapur memiliki fungsi mengelola makanan yaitu
dengan hubungan tenaga kerja dengan peralatan kerja, bahan dan proses
ini terdapat banyak peralatan yang digunakan untuk membuat bahan makanan
menjadi matang. Pejamah makanan yang melakukan pengolahan makanan bekerja
mungkin. Banyak terjadi kecelakaan ditempat kerja karena tenaga kerja tidak
tempat kerja tersebut. Terutama bekerja didapur sangatlah banyak resiko yang
akan muncul, karena didapur terdapat api dan minyak panas yang dapat menjadi
penyebab kecelakaan.
terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di dapur adalah dengan cara
terakhir apabila upaya rekayasa (engineering) dan cara kerja yang aman (work
tentu tidak mudah dilakukan oleh suatu lembaga organisasi, perlu banyak
diinginkan, dalam penerapan perlu campur tangan semua pihak mulai dari
karyawan tingkat bawah sampai dengan pimpinan harus mengerti akan pentingnya
sumber bahaya tertentu baik yang berasal dari pekerjaan maupun lingkungan kerja
dan berguna dalam usaha untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan cidera
atau cacat (Syukri, 1982). Alat pelindung diri terdiri dari sarung tangan, masker,
sumber bahaya tertentu baik yang berasal dari pekerjaan maupun lingkungan kerja
dan berguna dalam usaha untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan cidera
atau cacat (Syukri, 1982). Alat pelindung diri terdiri dari sarung tangan, masker,
diri adalah UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3, 9, 12, 14
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk memberikan Alat Pelindung Diri
kerja baru tentang Alat Pelindung Diri (APD), dengan peraturan perundangan
diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk memakai Alat Pelindung Diri
menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) yang diwajibkan secara cuma-cuma. Jika
Pelindung Diri (APD) dibutuhkan di setiap tempat kerja seperti dapur katering PT.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja antisipasi yang dilakukan dalam mengurangi risiko kecelakaan kerja
petugas dapur katering PT. CSV Asrama Haji Donohudan Boyolali tahun
2018 ?
2. Bagaimana rekognisi yang diperlukan untuk mengurangi risiko kecelakaan
kerja petugas dapur katering PT. CSV Asrama Haji Donohudan Boyolali tahun
2018 ?
kecelakaan kerja petugas dapur katering PT. CSV Asrama Haji Donohudan
kerja petugas dapur katering PT. CSV Asrama Haji Donohudan Boyolali tahun
2018 ?
.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Antisipasi
dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun
rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya
a. Keselamatan Kerja
alat kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan
2) Bersifat teknik.
yang hanya disingkat K3, dan dalam istilah asing dikenal Occupational Safety
and Health.
b. Kesehatan Kerja
kondisi fisik, mental dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau
mengupayakan agar yang sehat tetap sehat dan bukan sekadar mengobati,
ditentukan oleh
rehabilitasi.
atau mental, maupun sosial dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap
kesehatan kerja dewasa ini semakin berubah, bukan sekadar “kesehatan pada
sektor industri” saja melainkan juga mengarah kepada upaya kesehatan untuk
2) Bersifat medis.
Situasi dan kondisi suatu pekerjaan, baik tata letak tempat kerja atau
Ridley (2008) menjabarkan ada beberapa jalur untuk substansi berbahaya dapat
1) Asupan makanan
2) Hirupan pernafasan
tertentu.
3) Penyerapan
4) Masukkan langsung
Dalam tubuh terdapat berbagai organ tubuh seperti hati, usus, ginjal, dan lain-lain.
tersebut sangat rentan apabila organ diserang oleh substansi kimia tertentu.
2. Pengertian Kecelakaan Kerja
kejadian tak terduga yang dapat menyebabkan cedera atau kerusakan. Kecelakaan
dapat terjadi akibat kelalaian dari perusahaan, pekerja, maupun keduanya, dan
akibat yang ditimbulkan dapat memunculkan trauma bagi kedua pihak. Bagi
kehidupan keluarga, dan kualitas hidup pekerja tersebut. Bagi perusahaan, terjadi
kerugian produksi akibat waktu yang terbuang pada saat melakukan penyelidikan
atas kecelakaan tersebut serta biaya untuk melakukan proses hukum atas
cedera atau kerusakan dan hanya memiliki selang perbedaan waktu yang sangat
a. Situasi kerja
b. Kesalahan orang
d. Kecelakaan
3) Terjatuh.
1) Nyaris
2) Identifikasi Bahaya
3) Pengeliminasian bahaya
b) Mengubah material.
c) Mengubah proses.
d) Mengubah pabrik baik dari segi tata letak mesin maupun kondisi kerja di
pabrik.
4) Pengurangan bahaya
baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan
lainnya.
dari alat ini sangatlah besar Karena dapat mencegah penyakit akibat kerja
kecelakaan atau luka – luka dan juga mencegah penyakit akibat kerja yang
akan diderita beberapa tahun kemudian. APD tidak secara sempurna dapat
tanpa memakai APD. Oleh karena itu agar dapat memilih APD yang tepat,
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh APD agar dalam
(1989) dari beberapa kriteria dasar yang harus dipenuhi oleh semua jenis
b. Peralatan atau pakaian harus ringan dipakainya dan awet dan membuat
Alat Pelindung Diri (APD) ada berbagai macam yang berguna untuk
mengisolasi tubuh tenaga kerja dari potensi bahaya di tempat kerja. Alat
pelindung diri yang wajib ada di dapur menurut Colleer (1990) dan Gisslen
jatuh. Alat pelindung kepala yang harus ada adalah tudung kepala. Tudung
kepala wajib dipakai oleh tenaga kerja pada saat pengolahan agar dapat
terkontaminasi oleh bakteri yang jatuh dengan rambut dan kotoran yang ada
pada rambut.
resiko paparan gas, uap, debu, atau udara terkontaminasi atau beracun,
terhadap suatu alat pelindung pernafasan yang tepat, maka perlu mengetahui
dari masakan yang di masak yang dapat menyebabkan bersin. Saat bersin
diolah.
lainnya dari benda tajam atau goresan, selain itu juga digunakan pada saat
terkontaminasi. Jenis alat pelindung tangan yang harus ada adalah Sarung
tangan rumah tangga (gloves). Sarung tangan jenis ini bergantung pada
1) Sarung tangan yang terbuat dari bahan asbes, katun, wool untuk
dari percikan api, suhu panas atau dingin, cairan bahan kimia, dll. Jenis baju
1) Pakaian kerja Pakaian kerja adalah pakaian yang disediakan oleh pihak
dibedakan dengan pakaian yang dipakai sehari – hari. Pakaian kerja yang
pekerja harus bersih dan tidak boleh digunakan sebagai lap tangan.
kebersihan.
Alat pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dan bagian lainnya
dari benda-benda keras, benda tajam, logam/kaca, benda panas. Selain itu
juga dapat menghindarkan dari bahaya terpeleset. Jenis alat pelindung kaki
1) Sepatu boot Sepatu ini lebih disarankan untuk dipakai karena sepatu ini
tidak terbuka pada bagian jari – jari kakinya. Sepatu boot juga lebih dapat
menghindarkan pekerja dari bahaya terpeleset di dapur. Akan tetapi
menyediakan sepatu boot. Akan lebih baiknya dipilih sepatu yang tidak
diri dalam pekerjaan mereka. Menciptakan budaya kerja yang aman di mana
oleh semua karyawan untuk memastikan keselamatan pribadi mereka juga sebagai
keselamatan karyawan lain. Selalu mungkin bahwa di mana ada lebih banyak
pekerjaan yang harus disampaikan, jumlah insiden akan selalu berada di sisi yang
lebih tinggi meskipun setiap sistem sudah ada. Dapur layanan makanan katering
asrama haji adalah salah satu dapur tersibuk, menyiapkan makanan yang sehat,
aman, dan higienis. Cedera paling umum yang ditemukan di dapur katering adalah
c. Cidera yang disebabkan saat berjalan di lantai yang licin seperti tergelincir
Haji
kerja tangan
1 27-07-18 25 orang 25 org 100% 10 org 40% 25 org 100% 6 org 24% 20 org 80%
2 31-07-18 20 orang 20 org 100% 4 org 16% 20 org 100% 3 org 15% 12 org 60%
3 01-08-18 20 orang 20 org 100% 4 org 16% 20 org 100% 4 org 16% 12 org 60%
4 10-08-18 20 orang 20 org 100% 0 org 0% 20 org 100% 5 org 25% 12 org 60%
alat pelindung diri. Hal ini sudah sesuai dengan Undang-undang No. 1 tahun
penggunaan Alat pelindung diri (APD) antara lain: Pasal 3 ayat 1 sub f,
dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang, alat–alat pelindung diri
”Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja
untuk, memakai alat-alat pelindung diri yang diwajibkan”. Pasal 14 sub c,
semua alat pelindung diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada
kerja.
kerja harus memakai alat- alat perlindungan diri yang diwajibkan untuk
tangan, celemek dan sepatu. Namun tidak semua pekerja menggunakan APD
yang lengkap. Hal ini merupakan potensi bahaya baik dari fisik maupun
yaitu potensi bahaya yang bisa berasal dari atau bersumber dari tenaga
Sedangkan dari segi fisik, potensi bahaya akibat kurangnya penggunaan APD
berakibat pada makanan makanan yaitu adanya rambut, dan bagi pengelola
makanan di dapur bahayanya seperti tersayat pisau, luka bakar karena percikan
api saat memasak, terpeleset, bahaya panas dari uap kompor, dan lain-lain.
Jenis Alat pelindung diri (APD) yang wajib ada di dapur adalah,
celemek, tudung kepala, masker, sarung tangan dari plastik dan sandal jepit.
pengendalian akhir adanya bahaya di dapur. Hal ini sudah sesuai dengan
mengalami cedera berupa luka sayat, luka potong, laserasi, luka bakar dan
diri sendiri dari pajanan penyakit akibat kerja, juga mencegah terpaparnya
C. Evaluasi
Sehingga menyebabkan sebagian tenaga kerja tidak memakai alat pelindung diri
(APD) yang telah di sediakan oleh pengelola katering PT. CSV dengan baik dan
benar. Pada bagian pemotong daging yang bersentuhan langsung dengan bahaya
biologis dan fisik juga ditemui tidak menggunakan sarung tangan, dan pada
tenaga pengolah jus juga tidak menggunakan sarung tangan dan masker. Terlebih
lagi tenaga pengolah nasi yang bersentuhan dengan panas juga tidak
menggunakan sarung tangan dan masker. Pada inspeksi sanitasi dapur sejak
hanya di leher saja. Ditemui pada tanggal 10 Agustus, saat pihak KKP Semarang
kurangnya pengawasan serta kedisiplinan baik dari pihak pengelola katering PT.
CSV maupun tenaga pengolah makanan untuk memakai APD yang sesuai.
untuk mengalami batuk sebesar 2,3 kali dibandingkan pekerjaan lain dan pada
pada pria berpeluang 9.9 x lebih besar menderita wheezing. Penelitian tersebut
pernapasan akut sehingga peneliti menekankan pada pentingnya tempat kerja yang
sehat dan penggunaan APD yang baik dan benar pada pekerja pengolah makanan.
D. Pengendalian
penggunaan APD pada tenaga pengolah makanan PT. CSV di Asrama Haji
Keselamatan Kerja. Maka dari itu perlu beberapa upaya tambahan lain, yaitu:
1. Perlu penyediaan alat pelindung diri yang lebih lengkap yang dibutuhkan
di dapur diantaranya pakaian kerja yang sesuai, celemek yang bersih dan
penggunaan APD.
pekerja pengolah makanan oleh pihak pengelola katering PT. CSV yang
Arifin (2012) pada pekerja bagian cool yard, dan Adhyan (2015) pada
pada pekerja.
4. Perlu diadakan sosialisasi tentang faktor bahaya dan potensi bahaya yang
dapur. Karena masih banyak tenaga kerja yang tidak mamatuhi prosedur
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penggunaan APD pada tenaga pengolah makanan PT. CSV di Asrama Haji
Donohudan Solo belum sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Akibat Kerja yang menjelaskan bahwa setiap tenaga kerja harus memakai alat-
alat perlindungan diri yang diwajibkan untuk pencegahan penyakit akibat kerja.
di dapur.
B. Saran
Departemen Kesehatan RI. 2003. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Dirjen
Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta.
Gleeson. D. (2001). Health and Safety in the Catering Industry. Ireland : Cork
University Hospital. Occup. Med. Vol. 51, 2001.
Redjeki, Sri. 2016. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Pusdik SDM Kesehatan.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.