1. Pengertian HACCP
HACCP untuk Pepes tahu kuning kemangi adalah suatu sistem yang
mengidentifikasi bahaya spesifik yang mungkin timbul dan cara pencegahannya
untuk mengendalikan bahaya tersebut pada pengolahan Pepes tahu kemangi.
2. Pengertian Titik Kendali Kritis (TTK) atau Critical Control Points (CCP)
Titik Kendali Kritis (TTK) atau Critical Control Points (CCP) untuk Pepes tahu
kuning kemangi, merupakan titik, prosedur atau tahap operasional yang dapat
dikendalikan untuk menghilangkan atau mengurangi kemungkinan terjadinya
bahaya pada Pepes tahu kemangi.
A. Pengembangan suatu rencana HACCP terdiri dari 2 (dua) proses yaitu:
a) Analisa Hazard
Analisa Hazard tidak boleh dilakukan oleh satu orang saja tetapi harus satu tim
HACCP, oleh karena itu perlu dibentuk tim HACCP. Selain dari pada itu analisa
Hazard harus jelas, definisi produk harus jelas, penggunaan produk dan
konsumennya, karakteristik-karateristik negatif yang dikendalikan, dan untuk
melakukan identifikasi hazard harus benar berdasarkan penggunaan akhir suatu
produk dan penentuan hazardnya harus pada setiap CCP (Mangunsong, 1995).
Lebih lanjut dikatakan, hazard dari setiap hasil perikanan ada 3 (tiga) kelompok,
yaitu hazard yang berkaitan dengan:
a. Food Safety : yaitu aspek dari suatu produk yang dapat
menimbulkan penyakit atau kematian yang disebabkan melalui
kriteria biologis, kimia atau fisik.
b. Whole someness : yaitu kearteristik dari suatu produk atau proses
yang berhubungan dengan kontaminasi produk atau sanitasi.
c. Economic Fraud : yaitu tindakan-tindakan yang tidak legal atau
menyesatan, tindakan tersebut termasuk penggunaan bahan tambahan
yang salah, kekurangan timbangan dan lain-lain.
b. Identifikasi CCP
Yaitu penentuan CCP pada tahapan proses pengolahan, kemungkinan-
kemungkinan CCP: penerimaan, perendaman, penyimpanan, pengepakan, dan
lain-lain.
c. Penetapan Batas Kritis
Yaitu suatu titik yang telah ditentukan yang tidak boleh dilampaui jika suatu
hazard harus dikendalikan pada suatu CCP. Kriteria yang sering digunakan untuk
batas kritis yaitu: suhu, bahan pengawet, kandungan air.
d. Penentuan Prosedur Pemantaun
Yaitu suatu tindakan pengukuran atau pemantauan yang tetap dicatat oleh
perusahaan untuk pelaporan temuan-temuan pada setiap CCP. Kegiatan ini
memerlukan tindakan manajemen dan harus jelas siapa, dimana, kenapa,
bagaimana, dan kapan.
e. Penetuan Tindakan koreksi.
Yaitu prosedur yang harus dilakukan ketika suatu penyimpanan serius atau
kritikal ditemukan atau ketika suatu batas kritis dilampaui. Pada umumnya
tindakan koreksi bisa meliputi : hasil pemantauan, kesulitan jangka pendek,
penentuan penyebab, melakukan perbaikan.
B. Prinsip HACCP
HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) merupakan suatu sistem yang
dilakukan untuk mengidentifikasi bahaya tertentu dan tindakan pencegahan yang
perlu dilakukan untuk pengendaliannya. Sistem ini terdiri dari 7 prinsip:
1) Analisa bahaya (hazard), identifikasi, dan tindakan pencegahan
Hazard adalah suatu kondisi atau faktor baik biologis, kimiawi, maupun fisika,
yang dapat menyebabkan makanan tidak aman untuk dikonsumsi atau merugikan
konsumen. Proses identifikasi atas bahaya kerugian di dalam suatu proses atau
produk yang meliputi 3 (tiga) aspek yaitu kesehatan, keamanan, dan ekonomi.
2) Identifikasi pengendalian titik-titik kritis (CCP)
CP (Control Point) adalah suatu titik, tahap atau prosedur dimana faktor-faktor
biologis, kimiawi, maupun fisikawi dapat dikendalikan. CCP (Critical Control
Point) adalah suatu titik, tahap atau prosedur dimana pengendalian dapat
ditetapkan dan bahaya dapat dicegah, dihilangkan atau dikurangi sampai batas
yang diterima. Selain itu juga CCP adalah titik kritis dimana bila gagal
melakukan tindakan-tindakan pengawasan/pengontrolan akan menyebabkan
resiko penolakan terhadap konsumen
3) Penetapan batas-batas kritis (Critical Limit)
Batas kritis adalah suatu kriteria yang harus dipenuhi oleh setiap tindakan
pencegahan pada suatu CCP. Untuk setiap CCP harus ditentukan batas-batas
kritisnya. Batas-batas kritis tersebut meliputi: persyaratan teknis/administrasi,
definisi batasan penolakan, toleransi atas persyaratan penolakan.
4) Penetapan prosedur pemantauan (Monitoring)
Pemantauan adalah tindakan yang terencana dan berurut dari suatu observasi atau
pengukuran untuk mengetahui apakah CCP berada dalam control, dan untuk
menghasilkan catatan yang akurat untuk keperluan verifikasi. Tujuan pemantauan
adalah untuk menelusuri operasi dari suatu proses, untuk mengetahui apakah
suatu proses harus dirubah/disesuaikan, untuk mengidentifikasi penyimpangan
yang terjadi pada suatu CCP, untuk menyediakan dokumen tertulis dari sistem
pengendalian proses.
5) Penetapan tindakan koreksi (Corective action)
Tindakan koreksi adalah prosedur yang harus diikuti ketika suatu penyimpangan
atau kesalahan untuk memenuhi batas kritis terjadi. Tujuan penetapan tindakan
koreksi adlah untuk mengoreksi dan menghilangkan penyebab penyimpangan dan
mengembalikan kontrol proses, untuk mengidentifikasi produk yang dihasilkan
selama proses yang menyimpang dan menentukan disposisinya.
6) Penetapan sistem pencatatan (Record keeping)
Catatan yang harus disimpan sebagai bagian dalamm sistem HACCP. Semua yang
dipantau harus dicatat, semua tindakan koreksi harus dicatat, agar lebih sistematis
pencatatan dilakukan menggunakan formulir yang distandarkan, pedoman dalam
membuat formulir yaitu memuat tentang semua informasi yang dipantau/koreksi,
mencantumkan data penunjang untuk memudahkan pelacakan seperti (waktu,
tanggal, jenis, lot, nama/tandatangan yang melakukan pencatatan, dan lain-lain),
akan lebih baik bila semua data yang dikumpulkan dapat dikompilasikan di dalam
suatu program komputer sehingga dengan mudah dapat dievaluasi.
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasi, yaitu untuk mengetahui gambaran
penerapan HACCP pada Pepes tahu kemangi di RSUD X
No Proses Hasil
1 Menghancurkan tahu CP
2 Menambahkantelur CP
3 Memasukkan daun kemangi CP
4 Memasak di daun pisang CP
5 Penyimpanan Sementara CCP
6 Pemorsian CCP
7 Distribusi CP
8 Konsumsi CCP
Jumlah CCP 3
Jumlah CP 5
Diagram alir Pepes Tahu Kemangi
Penerimaan
Persiapan
Pencampuran
Pembungkusan
Pengolahan/
pemasakan
Penyimpanan
Sementara
Pemorisan
Pemorisan
Pendistribusian
Konsumsi
c. Tabel Pengendalian Bahaya
Tabel Pengendalian Bahaya
CCP Bahaya Cara Pengendalian Parameter CCP Batas Kritis Pemantauan Tindakan
Koreksi
Pendinginan Mikrobiologi Pendinginan masakan Berbau busuk Pendiaman Siapa? Melakukan
Pepes Tahu Fisik sebelum pemorsian Berlendir diruang terbuka Tenaga pengolah thawing dengan
kemangi Kimia Terdapat formalin Apa? kemasan yang
setelah salmonella sp., Proses mendiamkan masih tertutup
dimasak pepes tahu
Bagaimana?
Ditutup rapat
Dimana?
Tempat pengolahan
Kapan?
Saat persiapan
bahan makanan
Pemorsian Mikrobiologi Mencuci tangan Hygiene dan Waktu Pengecekan alat Jarak tunggu
Fisik sebelum memorsikan sanitasi pemorsian tidak pemorsian tidak
Kimia makanan Jarak waktu terlalu lama terlalu lama
Menggunakan APD pemorsian dengan Setelah proses Pramusaji
lengkap waktu pemorsian menggunakan
Alat yang digunakan pendistribusian ditutup dengan APD lengkap
untuk penyajian plastik wrap Menggunakan
sebaiknya dalam alat yang bersih
keadaan bersih
Makanan ditutup
sebelum makanan
dibagikan ke dalam
piring pasien
Konsumsi Mikrobiologi Disediakan antiseptik Terdapat bakteri Makanan terlalu Mencuci tangan Sebelum
Fisik ditempat tidur lama terbuka mengkonsumsi
Kimia cuci tangan
d. SOP
1) Pendinginan Pepes Tahu Kemangi
Distribusi
2) Pemorsian
Pemorsian
3) Konsumsi
Pemorsian
Uji Organoleptik
Statistics
Warna tekstur Bumbu aroma suhu
Valid 5 5 5 5 5
N
Missing 0 0 0 0 0
Mean 2,60 1,20 2,40 2,40 1,40
Mode 3 1 2 2 1
Keterangan :
1 = Menarik, sesuai, enak, harum
2 = Kurang menarik, kurang sesuai, kurang enak, kurang harum
3 = Tidak menarik, tidak sesuai, tidak enak, tidak harum
Berdasarkan tabel di atas, maka pepes tahu kemangi yang diberikan kepada panelis
menunjukkan nilai rata-rata :
Warna : 2,60 : kurang menarik
Tekstur : 1,20 : menarik
Bumbu : 2,40 : kurang enak
Aroma : 2,40 : kurang harum
Suhu : 1,40 : sesuai
Warna
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
kurang 2 40,0 40,0 40,0
menarik
Valid
tidak menarik 3 60,0 60,0 100,0
Total 5 100,0 100,0
Berdasarkan tabel diatasdidapat bahwa warna pada pepes tahu kemangi paling banyak panelis
memilih warna “tidak menarik” yaitu sebanyak 3 panelis(60,0%) dan paling sedikit panelis
memilih warna”kurang menarik” yaitu sebanyak 2 panelis(40,0%).
Tekstur
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
sesuai dengan jenis 4 80,0 80,0 80,0
makanan
Valid kurang sesuai dengan 1 20,0 20,0 100,0
jenis makanan
Total 5 100,0 100,0
Berdasarkan tabel diatasdidapat bahwa teksturpada pepes tahu kemangi paling banyak panelis
memilih “sesuai dengan jenis makanan” yaitu sebanyak 4 panelis(80,0%) dan paling sedikit
panelis memilih warna”kurang sesuai dengan jenis makanan” yaitu sebanyak 1
panelis(20,0%).
Bumbu
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
kurang enak 3 60,0 60,0 60,0
Valid tidak enak 2 40,0 40,0 100,0
Total 5 100,0 100,0
Berdasarkan tabel diatasdidapat bahwa bumbu pada pepes tahu kemangi paling banyak
panelis memilih “kurang enak” yaitu sebanyak 3 panelis(60,0%) dan paling sedikit panelis
memilih ”tidak enak” yaitu sebanyak 2 panelis(40,0%).
Aroma
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
kurang harum 3 60,0 60,0 60,0
Valid tidak harum 2 40,0 40,0 100,0
Total 5 100,0 100,0
Berdasarkan tabel diatasdidapat bahwa aroma pada pepes tahu kemangi paling banyak
panelis memilih “kurang harum” yaitu sebanyak 3 panelis(60,0%) dan paling sedikit panelis
memilih ”tidak harum” yaitu sebanyak 2 panelis(40,0%).
Suhu
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Sesuai 3 60,0 60,0 60,0
Valid kurang sesuai 2 40,0 40,0 100,0
Total 5 100,0 100,0
Berdasarkan tabel diatasdidapat bahwa suhu pada pepes tahu kemangi paling banyak panelis
memilih “sesuai” yaitu sebanyak 3 panelis(60,0%) dan paling sedikit panelis memilih
”kurang sesuai” yaitu sebanyak 2 panelis(40,0%).