Anda di halaman 1dari 8

335 Jurnal Prodi Biologi Vol 6 No 6 Tahun 2017

ANALISIS HACCP DAN UJI BAKTERI PRODUKSI BAKSO DAGING SAPI DI SLEMAN,
YOGYAKARTA

Analyze Of HACCP And Bacteria Test Meatballs Production In Sleman, Yogyakarta

Oleh: Anggun Yunia Maharani1, Biologi, FMIPA, UNY


anggunyuniamaharany@gmail.com
Tutiek Rahayu2, Anna Rakhmawati3
1
mahasiswa Biologi UNY
23
dosen Pendidikan Biologi UNY

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui HACCP produksi bakso daging sapi dan mengetahui
sanitasi produksi bakso produsen A, B, dan C serta mengetahui kualitas bakso dilihat dari cemaran
mikrobiologis, fisik dan kimia. Jenis penelitian yaitu penelitian deskriptif dengan metode observasi dan
uji laboratorium. Variabel bebas yaitu bahan baku daging, proses, alat dan lingkungan produksi bakso.
Variabel terikat yang diteliti yaitu kualitas bakso sapi dilihat dari indikator uji organoleptik, uji kemis, uji
mikrobiologis. Analisis data dengan statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sanitasi
produksi bakso dan penerapan HACCP bakso daging sapi dari yang tertinggi ke terendah berturut-turut
yaitu bakso A > C > B. Kualitas produk bakso A, B, C dari segi fisik memenuhi standar baku BPOM,
hasil uji kemis semua bakso tidak mengandung boraks dan formalin, dari segi mikrobiologis bakso A, B
dan C tidak memenuhi standar mutu pangan karena jumlah Escherichia coli melebihi ambang batas yaitu
< 3 /gr.

Kata Kunci : HACCP, bakso daging sapi, uji bakteri, mutu

Abstract
This research aim to know about HACCP beef meatballs products and sanitation of meatballs production
on producer A, B, and C. To find out the meatballs quality seen from microbiological contamination,
physic and chemic. The kind of this research is descriptive research with observation method and
laboratorium test. Independent variables are raw materials of meat, process, tools, and the meatballs
production area. Dependent variable is meatballs quality seen from organoleptic test, chemical test,
microbiology test. Data analyze with statistic descriptive. Research results show that sanitation and
HACCP implementation from descendant is A>C>B. The quality of meatballs producer A, B and C in
term of organoleptic test BPOM standart, chemic result test to show that all sample does not contain
borax and formaline, in term of microbiology test to show that all sample does not meet food quality
standart because of Escherichia coli number exceeds from quality standart that <3/gr.

Keywords: HACCP, beef meatballs, bacteria test, quality

PENDAHULUAN Pengolahan makanan biasanya diusahakan


Bakso daging adalah produk makanan untuk menghasilkan produk makanan yang
berbentuk bulat atau lainnya yang diperoleh dari disukai dan berkualitas baik. Makanan yang
campuran daging ternak (kadar daging tidak tersaji harus tersedia dalam bentuk dan aroma
kurang dari 50%) dan pati atau serealia dengan lebih menarik, rasa enak, warna dan
atau tanpa penambahan bahan tambahan konsistensinya baik serta awet. Berbagai bahaya
makanan yang diizinkan (BSN, 2014 : 8). Bakso dapat terjadi berhubungan dengan makanan.
mengandung nutrisi dan asam amino esensial Bahaya ini mungkin terjadi karena proses-proses
yang cukup lengkap, pH mendekati 7, dan aw yang terjadi pada makanan itu atau merupakan
tinggi. sifat yang sudah terdapat dari asal, atau karena
Analisis HACCP dan ( Anggun Yunia Maharani)336

zat-zat berbahaya dari luar, masuk atau menempel bakso adalah daging yang segar, yaitu
mengotori makanan. yang diperoleh segera setelah pemotongan
Pasal 9 PP No. 28 Tahun 2004 dijelaskan hewan tanpa mengalami proses
bahwa cara produksi pangan siap saji yang baik penyimpanan atau pelayuan. Protein
harus memperhatikan aspek keamanan pangan daging berperan dalam pengikatan
dengan cara mencegah tercemarnya pangan siap hancuran daging selama pemasakan dan
saji oleh cemaran biologis yang mengganggu, pengemulsi lemak sehingga produk
merugikan dan membahayakan kesehatan. menjadi empuk, kompak dan kenyal
Standarisasi bakso sangat diperlukan (Anonim, 2006a : 76).
mengingat banyaknya konsumen bakso sehingga 2. Bahan Pengisi
perlu adanya jaminan keamanan pangan untuk Bahan pengisi berfungsi memperbaiki
dikonsumsi. Keamanan pangan diartikan sebagai atau menstabilkan emulsi, meningkatkan
kondisi dan upaya yang diperlukan untuk daya mengikat air, memperkecil
mencegah pangan dari kemungkinan cemaran penyusutan, menambah berat produk, dan
biologis, kemis dan benda lain yang dapat dapat menekan biaya produksi. Bahan
mengganggu, merugikan dan membahayakan pengisi yang umum digunakan adalah
kesehatan manusia (Saparinto dan Hidayati, tepung pati, misalnya tepung tapioka dan
2006). tepung pati aren.
Bakso yang mengandung zat gizi lengkap 3. Es/ air es
dapat membahayakan konsumen apabila proses Penambahan es/air es dapat
pengolahan dan penyajiannya tidak higienis. mempengaruhi tekstur bakso.
Sanitasi yang kurang baik dan penggunaan Penambahan es/air es bertujuan: 1)
bahan-bahan kimia juga dapat berdampak buruk melarutkan garam dan
bagi kesehatan. Cara mengetahui kelayakan dan mendistribusikannya secara merata ke
kualitas suatu pangan khususnya bakso, dapat seluruh bagian daging; 2) memudahkan
dicermati melalui analisis Hazard Analysis ekstraksi protein serabut otot; 3)
Critical Control Point (HACCP) yang dapat membantu pembentukan emulsi; dan 4)
dikaji dari aspek Good Manufacturing Practice mempertahankan suhu adonan tetap
(GMP) dan aspek dalam Standard Sanitation rendah akibat pemanasan selama proses
Operating Prosedure (SSOP). pembuatan bakso tinggi (Litbang, 2009 :
Menurut Sutrisna (2009a: 3) kunci utama 14).
HACCP adalah antisipasi bahaya dan identifikasi 4. Bumbu
titik pengawasan yang mengutamakan kepada Bumbu berfungsi meningkatkan cita rasa
tindakan pencegahan dan tidak mengandalkan dan mengawetkan bakso. Garam berfungsi
kepada pengujian produk akhir. Sistem HACCP mengekstraksi protein miofibril daging
bukan merupakan sistem jaminan keamanan dan meningkatkan daya simpan karena
pangan yang tanpa resiko atau zero-risk akan dapat menghambat pertumbuhan
tetapi, HACCP dirancang untuk meminimumkan mikroba pembusuk. Garam juga
risiko bahaya keamanan pangan dalam suatu menentukan tekstur bakso karena dapat
proses produksi pangan. HACCP memiliki 7 meningkatkan kelarutan protein daging.
prinsip utama yaitu 1) analisis bahaya, 2) Rempah-rempah berfungsi sebagai
penentuan titik kendali kritis, 3) penetapan batas antioksidan yang dapat mengurangi
kritis, 4) penetapan prosedur monitoring, 5) ketengikan dan sebagai antimikroba yang
penetapan tindakan koreksi, 6) Verifikasi, dan 7) dapat memperpanjang umur simpan
dokumentasi / rekaman. bakso.
Bahan yang diperlukan dalam membuat
bakso terdiri atas bahan utama (daging), bahan Berikut ini alur pembuatan bakso:
pendukung (bahan pengisi, air es/es), serta bumbu
atau penyedap (garam, merica).
1. Daging Sapi
Jenis daging yang sering digunakan antara
lain daging penutup, pendasar gandik,
lamusir, paha depan dan iga. Umumnya
daging yang digunakan untuk membuat
337 Jurnal Prodi Biologi Vol 6 No 6 Tahun 2017

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 4


Januari 2017 sampai 29 Maret 2017. Pengujian
sampel dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi
FMIPA UNY dan Balai Laboratorium Kesehatan
Yogyakarta.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan yaitu autoklaf,
bunsen, cawan petri, cawan porselen, erlenmeyer,
gelas ukur, inkubator, kaki tiga, kawat kasa,
Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Bakso korek api, labu erlenmeyer, mikropipet, mortar,
neraca digital, pipet tetes, penjepit, stirer,
Syarat mutu bakso secara organoleptik stomacher, tip pipet, tabung reaksi. Alkohol 70%,
dan batas cemaran mikroba dapat dilihat pada Aquadest, Asam sulfat pekat, Bakso daging sapi,
tabel 1 dan tabel 2. Egg Yolk Tellurite Emulsion, Kertas saring,
KMnO4, Larutan Lactose Broth (LB), Larutan
Tabel 1. Parameter Sensoris Bakso Daging Butterfield’s Phosphate Buffered, Media Baird
Parame Keterangan Parker Agar (BPA), Media Buffer Pepton Water
ter (BPW), Media EC broth, Media Nutrient Agar
Warna Cokelat muda cerah atau sedikit (NA), Metanol, Spiritus.
kemerahan atau cokelat muda agak
keputihan atau abu-abu. Warna tersebut
merata tanpa warna lainnya yang Variabel Penelitian
mengganggu. Variabel bebas penelitian ini yaitu bahan
Bau Bau khas daging segar. Bau bumbu cukup baku daging, proses pembuatan bakso, alat yang
tajam. digunakan dan lingkungan produksi bakso daging
Rasa Rasa lezat, enak, rasa daging dominan dan
rasa bumbu cukup menonjol tetapi tidak
sapi. Variabel terikat yang diteliti yaitu kualitas
berlebihan. bakso sapi dilihat dari indikator uji sensoris/
Tekstur Tekstur kompak, elastis, kenyal tetapi organoleptik (warna, rasa, tekstur, bau), uji kemis
tidak liat atau membal. (boraks dan formaldehida), uji mikrobiologis
(Sumber : Diana, 2011: 24). (Angka Lempeng Total, Uji E.coli dan S. aureus)

Tabel 2. Batas Cemaran Mikroba Pada Bakso Teknik Sampling


Persyaratan Teknik sampling yang digunakan dalam
Bakso Bakso penelitian ini yaitu Insidental sampling.
Kriteria Uji Satuan
daging daging
kombinasi
ALT Koloni/g Maks Maks. Cara Kerja
1x10-5 1x10-5 1. Uji Organoleptik
Koliform APM/g Maks. 10 Maks. 10 Sampel bakso yang digunakan dalam
E. coli APM/g <3 <3 penelitian disiapkan pada wadah yang
Salmonella sp - Negatif/25 Negatif/25 bersih dan kering kemudian disimpan
g g
S. aureus Koloni/g Maks. Maks.
pada suhu ruang. Bakso kemudian
1x10-2 1x10-2 diamati secara visual dan dilakukan
C. perfringens Koloni/g Maks. Maks. penilaian secara subyektif yang meliputi
1x10-2 1x10-2 warna, tekstur, bau dan rasa.
(Sumber : SNI 3818. 2014 : 3) 2. Uji Kemis
a. Uji Kualitatif Formaldehida
METODE PENELITIAN Sebanyak 5 g sampel bakso
dihaluskan, dimasukan dalam tabung
Jenis Penelitian reaksi yang berisi 10 ml aquadest.
Jenis penelitian yang dilakukan yaitu Dihomogenkan dengan stirer dan
penelitian deskriptif. saring. Filtrat dimasukkan dalam
tabung reaksi yang berisi aquadest 2
B. Waktu dan Tempat ml dan KMnO4 (1 N) 1 tetes jika
cairannya berubah warna menjadi
Analisis HACCP dan ( Anggun Yunia Maharani)338

bening berarti sampel bakso positif yang menghasilkan gas dipisahkan.


mengandung formalin (Mima, 2016: Tabung positif ditandai dengan
32). kekeruhan dan gas dalam tabung
b. Uji Kualitatif Boraks durham. Jumlah tabung yang positif
Sebanyak 5 g sampel bakso ditentukan berdasarkan Angka Paling
dihaluskan dan diletakkan dalam Memungkinkan (APM) (SNI 01-2332,
cawan porselen kemudian dibakar atau 2006).
dimasukkan dalam tanur sampai c. Uji Kuantitatif S. aureus
menjadi arang kemudian diteteskan 2 Sampel ditimbang 10 g dalam
ml metanol dan 10 tetes H2SO4. kantong plastik, tambahkan 90 mL
Disulutkan api, jika muncul api warna larutan BPB sehingga diperoleh
hijau muda berarti sampel positif pengenceran 10-1 kemudian
mengandung boraks (Balitbio, 1999). dimasukkan kedalam stomacher
3. Uji Mikrobiologis kecepatan 250 rpm selama 15 detik.
a. Uji Angka Lempeng Total Larutan sampel dari pengenceran 10-1
Sampel ditimbang 1 g kemudian dipipet 1 ml ke dalam tabung reaksi
dihaluskan. BPW dimasukan kedalam berisi 9 ml BPB sehingga memperoleh
empat tabung reaksi, yang masing- pengenceran 10-2. Larutan sampel dari
masing diisi 9 ml. Bakso yang telah masing-masing pengenceran dipipet 1
halus dimasukkan kedalam BPW ml ke cawan petri steril. Media Baird
tabung reaksi pertama sebagai Parker Agar (BPA) dituangkan ke
pengenceran 10-1 selanjutnya masing-masing cawan petri dan
dilakukan pengenceran hingga 10-4. diratakan. Cawan petri diinkubasi
Setiap pengenceran dipipet sebanyak 1 secara terbalik pada suhu 40 oC
ml dan dituangkan ke cawan petri selama 48 jam. Cawan petri yang
steril kemudian dituangkan media NA. ditumbuhi 25-250 koloni
Cawan petri diinkubasi selama 24 jam Staphylococcus aureus dihitung.
pada suhu 37 oC setelah itu dihitung Koloni Staphylococcus aureus
jumlah koloni (Anitsa, 2016: 43). berwarna abu-abu sampai hitam
b. Uji Kuantitatif E. Coli mengkilat dengan lingkaran cerah di
Sebanyak 10 gr sampel dihaluskan sekelilingnya dan seringkali lingkaran
kemudian dimasuk-kan ke dalam jernih, koloni mempunyai getah kental
wadah plastik steril dan ketika disentuh dengan jarum ose
ditambahkan 90 ml larutan (Lutfi, 2014: 74).
Butterfield’s Phosphate Buffered dan
dihomogenkan selama 2 menit dengan Pengambilan Data Observasi
stomacher (pengenceran 10-1) Pengambilan data lapangan menggunakan
selanjutnya dilakukan pengenceran check list yang telah dimodifikasi dari Dinas
berseri hingga 10-3 Perindustrian dan Perdagangan (2015) yang
Sampel dipipet sebanyak 1 ml dari mengacu pada Peraturan Pemerintah RI/
setiap pengenceran ke dalam masing- No.23/MENKES/SK/1978 dan US FDA. Aspek
masing 3 seri tabung LB yang berisi GMP yang diamati sebanyak 11 kriteria dan
tabung durham. Diinkubasi selama 24 aspek SSOP ada 7 kriteria. Memberi tanda (√)
jam pada suhu 35 °C. Gas yang pada setiap penyataan yang sesuai, kemudian
terbentuk (positif) dipisah, selanjutnya dihitung skor kriteria yang memenuhi syarat dan
tabung-tabung yang negatif (tidak yang tidak memenuhi syarat.
adanya gas) diinkubasikan kembali
selama 24 jam. Tabung positif Teknik Analisis Data
ditandai dengan kekeruhan dan gas Data dianalisis dengan statistik deskriptif.
dalam tabung durham.
Tabung LB positif diinokulasikan HASIL DAN PEMBAHASAN
kedalam media EC broth yang berisi Observasi pertama yang dilakukan yaitu
tabung durham. Diinkubasi selama membandingkan proses pengolahan bakso di
24 jam pada suhu 40 °C. Tabung
339 Jurnal Prodi Biologi Vol 6 No 6 Tahun 2017

lapangan dengan standar prosedur dari sumber Standar penirisan dan penyimpanan bakso
pustaka. ada 3 yaitu 1) wadah penirisan bersih dan terbuat
dari bahan yang aman ( Food grade), 2)
penyimpanan bakso dalam plastik yang tebal/
wadah tertutup, 3) penyimpanan pada suhu -14oC.

A. Analisis Pembuatan Bakso Sapi A, B, dan C


B. Analisis Penerapan GMP dan SSOP
Tabel 3. Pemilihan Bahan Baku Daging Produksi Bakso Sapi
Aktual (yang
Sampel
memenuhi standar) Standar
Bakso
Point Persentase
A 4 100 % 4 point
B 2 50 %
C 4 100 %
Standar pemilihan bahan baku daging
untuk bakso ada 4 yaitu daging yang 1) bersih, 2)
segar, 3) daging tebal ( misalnya topside), dan 4)
reparasi daging atau membuang lemak pada
daging.
Gambar 2. Grafik Penerapan GMP dan SSOP
Tabel 4. Penggilingan dan Pencampuran Bumbu Produsen Bakso A, B, dan C
Aktual (yang
Sampel Penerapan GMP dan SSOP terendah yaitu
memenuhi standar) Standar
Bakso pada proses produksi produsen bakso B yang
Point Persentase
A 4 100 % 4 point artinya banyak aspek GMP dan SSOP yang tidak
B 4 100 % memenuhi standar produksi. Aspek GMP yang
C 4 100 % tidak memenuhi syarat paling banyak yaitu pada
Standar penggilingan daging sekaligus aspek bangunan. Banyaknya aspek GMP yang
pencampuran bumbu ada 4, yaitu 1) mesin tidak memenuhi syarat juga berkaitan dengan
penggiling dan alat harus bersih, 2) penambahan SSOP, yaitu aspek perlindungan dari bahan-
es selama penggilingan, 3) daging harus bahan kontaminasi.
dicincang kasar terlebih dahulu, 4) bebas dari Ketiga tempat produksi bakso A, B, dan C
bahan daging babi. semua pekerjanya tidak menggunakan alat
pelindung diri (APD) lengkap selama bekerja.
Tabel 5. Pencetakan dan Perebusan Bakso Kesadaran pekerja untuk tidak bercakap-cakap
Aktual (yang selama bekerja masih kurang, khususnya saat
Sampel memenuhi standar)
Bakso Total Persentase
Standar pencetakan bakso. Pengawasan kesehatan pekerja
Point juga tidak dilakukan oleh pemilik usaha, sehingga
A 2 66,7 % 3 point kemungkinan pekerja yang sakit tetap bekerja,
B 1 33,3 % yang dapat menyebabkan kontaminasi atau
C 2 66,7 % penularan penyebab penyakit ke bahan makanan.
Standar pencetakan dan perebusan bakso Ketiga produsen juga tidak memiliki mekanisme
ada 3 yaitu 1) pencetakan menggunakan plastik penanganan dan pencegahan serangga dan hewan
dan sarung tangan, 2) perebusan pertama pada pengerat yang dapat menjadi vektor penyakit
suhu 60-80 oC, 3) perebusan kedua pada suhu 100 bawaan makanan. Produk akhir bakso tidak
o
C selama 15 menit. dilakukan pemeriksaan fisik, kemis dan
mikrobiologi.
Tabel 6. Penirisan dan Penyimpanan Bakso
Aktual (yang C. Analisis Bahaya, Titik Kendali Kritis dan
Sampel memenuhi standar)
Bakso Total Persentase
Standar Batas Kritis Pada Proses Pembuatan Bakso
Point Titik kendali kritis ditentukan setelah
A 2 66,7 % 3 point proses produksi yang sudah teridentifikasi potensi
B 1 33,3 % bahaya pada setiap tahap produksi. Penentuan
C 2 66,7 % titik kendali kritis dilakukan dengan
menggunakan pohon keputusan (decission tree).
Analisis HACCP dan ( Anggun Yunia Maharani)340

Tiga dari tujuh tahapan proses produksi bakso A, apabila dikaitkan dengan presentase
ditetapkan sebagai CCP, yaitu tahap perebusan, penerapan SSOP dan GMP bakso A sebesar
penirisan, dan penyimpanan. Ketiga proses akhir 71,54 % maka dapat dikatakan penerapan SSOP
ini dianggap sebagai titik kendali kritis karena dan GMP yang baik berpengaruh terhadap mutu
tidak ada tahapan proses lain yang mampu pangan dilihat dari aspek mikrobiologis yaitu
menghilangkan bahaya (hazard). jumlah ALT yang paling rendah. Abel 7
menunjukkan seluruh sampel memenuhi baku
mutu bakso untuk kriteria pengujian Angka
D. Uji Mikrobiologis Bakso Sapi A, B dan C Lempeng Total.
E. Uji Kemis Bakso Daging Sapi A, B dan C
Tabel 7. Hasil Uji Bakteriologis Bakso
Sampel Ulg Uji Tabel 8. Hasil Uji Boraks dan Formalin
E.coli S.aureus ALT Uji Sampel A Sampel B Sampel C
(APM/ (koloni /gr) (cfu/gr) 1 2 1 2 1 2
gr) Boraks - - - - - -
A 1 460 < 10 1,26 x 104 Formalin - - - - - -
2 240 < 10 1,11 x 104
B 1 >1100 < 10 1,25 x 104
2 >1100 < 10 1,36 x 104
Hasil uji kandungan formalin pada semua
C 1 >1100 < 10 1,05 x 104 sampel negatif yaitu ditandai dengan tidak terjadi
2 460 < 10 1,26 x 104 perubahan warna KMnO4 (tetap warna violet).
Baku mutu <3 1 x 102 1 x 105 Menurut Cahyadi (2006: 46) perubahan
bakso warna tersebut disebabkan gugus fungsi yang
dimiliki oleh aldehid dan keton adalah karbonil.
Uji E.coli menggunakan media LB dan Posisi gugus karbonil ini menyebabkan
EC broth mengandung laktosa, dimana jika ada kereaktifan aldehid lebih tinggi dibandingkan
E.coli maka bakteri ini akan memfermentasi keton. Gugus aldehid akan dengan mudah
laktosa sehingga menghasilkan gelembung gas. dioksidasi menjadi gugus karboksilat dengan
EC broth juga mengandung bile salts yang oksidator seperti KMnO4 tetapi jika tidak terjadi
berfungsi sebagai penghambat bakteri gram perubahan pada sampel berarti makanan tersebut
positif dan gram negatif selain coliform tidak mengandung formalin.
(Novianti, 2015: 3). Tabung positif Escherichia Hasil uji boraks pada ketiga sampel
coli ditandai dengan adanya gelembung gas pada menunjukkan hasil negatif ditandai dengan tidak
tabung durham dan kekeruhan pada tabung reaksi munculnya nyala api dengan pinggiran hijau.
total tabung yang positif dicocokkan dengan tabel Semua sampel menunjukkan nyala api berwarna
MPN seri 3 tabung. Tabel 7 menunjukkan jumlah merah.
E.coli melebihi batas aman baku mutu bakso. Warna hijau pada nyala api disebabkan
Uji S.aureus menggunakan media BPA adanya reaksi antara api dan tembaga barium
yang dapat menghambat bakteri selain yang terbentuk karena reaksi metanol dan boraks
Staphylococcus karena media BPA mengandung (Svehla, 1985: 44).
glycine, lithium chlorida, dan potassium tellurite
yang berperan sebagai agen selektif koloni F. Uji Sensoris/Organoleptik Bakso Sapi
S.aureus (Sylvia, 2015: 8). Warna koloni Rasa bakso yang sangat menentukan
S.aureus hitam disebabkan oleh reduksi tellurite, penerimaan konsumen ada 3 macam yaitu
clear zone disebabkan adanya produksi kegurihan, keasinan, dan rasa daging (Siska,
lecitihinase yang memecah egg yolk sehingga 2013: 7).
menyebabkan clear zone disekitar koloni
sedangkan zona opak muncul karena adanya Tabel 9. Hasil Uji Organoleptik
aktivitas lipase yang dihasilkan oleh S.aureus Parameter
(Patricia, 2014: 45). Tabel 7 menunjukkan Sampel Warna Bau Tekstur Rasa Daya
Terima
seluruh sampel aman / memenuhi standar baku A Putih Cukup Kurang Cukup Suka
mutu. keabu- khas kenyal gurih
Uji ALT menggunakan media Buffer abuan daging
B Putih Kuran Tidak Kurang Tidak
Pepton Water (BPW) sebagai media pengencer, keabu- g khas kenyal gurih suka
dan media Nutrient Agar (NA) sebagai media abuan daging
tumbuh. Angka Lempeng total terendah pada C Putih Kuran Cukup Cukup Suka
341 Jurnal Prodi Biologi Vol 6 No 6 Tahun 2017

keabu- g khas kenyal gurih Merang yang Berbeda. Artikel Publikasi


abuan daging
Ilmiah UMS. Surakarta: UMS.
Menurut Agung (2013: 8) kekenyalan Anitsa Asrining Puri. (2016). Uji Bakteriologis
bakso sapi dipengaruhi oleh tepung tapioka, air, Dan Organoleptik Ikan Tongkol
dan jenis daging. Bakso B bertekstur paling (Euthynnus Affinis) Di Pasar Tradisional,
lembek atau tidak kenyal, dikarenakan bakso B Modern Dan Gudang Lelang Kota Bandar
terbuat dari daging mayang yang berlemak, dan Lampung. Skripsi. Universitas Lampung
lemaknya tidak dibuang. Lemak pada bakso dapat
membuat citarasa gurih, tetapi apabila terlalu Anonim. (2006a). Bakso Daging, Minuman Sari
benyak membuat bakso menjadi lembek, mudah Lidah Buaya, Roti Manis, Menu Sehat
pecah. Bagi Manusia, Sari Buah. Jurnal
Bau khas daging lebih menonjol pada Teknologi Pangan & Agroindustri. 1 (6):
bakso A dikarenakan jumlah daging yang 5-79.
digunakan ada 3 macam khususnya menggunakan
daging sapi topside yang berkualitas baik. _____. (2006b). Panduan Penyusunan Rencana
HACCP (Hazard Analysis Critical
SIMPULAN DAN SARAN Control Point) Bagi Industri Pangan.
Diakses dari
Simpulan http://dinus.ac.id/repository/docs/ar
1. Penerapan HACCP bakso daging sapi dari ar/PEDOMAN-PENYUSUNAN-
yang tertinggi ke terendah berturut-turut RENCANA-HACCP-BAGI-INDUSTRI-
yaitu bakso A > C > B. Penerapan SSOP PANGAN.pdf Pada tanggal 11 Oktober
dan GMP produsen bakso A mencapai 2016, jam 21.00 WIB.
71,54%; bakso B 42,31% dan produsen
bakso C 63,08%. Sanitasi produksi bakso Badan Standarisasi Nasional. (2006). SNI 01-
daging sapi A, B dan C dari yang tinggi 2332.1-2006. Penentuan Coliform dan
ke rendah berturut-turut yaitu produsen A E.coli Pada Produk Perikanan. Jakarta.
> C > B.
2. Kualitas produk bakso A, B, C dari segi _______________________. (2014). SNI 3818-
fisik memenuhi standar baku BPOM, dari 2014. Bakso Daging. Jakarta.
uji kemis bakso A, B, dan C tidak
mengandung boraks dan formalin, dari Cahyadi Widodo. (2006). Analisis Dan Aspek
segi mikrobiologis bakso A, B dan C tidak Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
memenuhi standar mutu pangan karena Jakarta: Bumi Aksara.
jumlah Escherichia coli melebihi ambang
batas yaitu < 3 /gr. Lutfi Amanati. (2014). Uji Bakteri
Saran Staphylococcus Aureus Dan Bacillus
1. Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya juga Cereus Pada Produk Mi Instan Yang
melakukan uji bakteri Salmonella sp, Beredar Di Pasaran. Jurnal Berita Litbang
Bacilus cereus dan Clostridium Industri. 3 (2). Hlm. 73 – 80
perfringens yang termasuk kriteria uji
pada syarat mutu bakso daging. Mima dan La Karimuna. (2016). Analisis
2. Bagi produsen bakso daging sapi perlu Formalin Pada Ikan Asin di Beberapa
melakukan pengawasan terhadap Pasar Tradisional Kota Kendari. Jurnal
penggunaan APD oleh pekerja dan Sains dan Teknologi Pangan. 1 (1). Hlm.
pemeriksaan peralatan masak. 31-36.
DAFTAR PUSTAKA Patricia Romintan A,.et al. (2014). Jumlah
Staphylococcus aureus dan kandungan
Agung Cahyono. (2013). Kadar Protein Dan Uji nutrien susu akibat dipping puting
Organoleptik Bakso Berbahan Dasar menggunakan ekstrak daun belimbing
Komposisi Daging Sapi dan Jamur wuluh pada sapi perah penderita mastitis
Analisis HACCP dan ( Anggun Yunia Maharani)342

subklinis. Jurnal Ilmu Peternakan. 26(1).


Hlm. 43-51.

Saparinto dan Hidayati, D. (2006). Bahan


Tambahan Pangan. Yogyakarta: Kanisius

Siska Montolalu. et al. (2013). Sifat Fisiko Kimia


Dan Mutu Organoleptik Bakso Broiler
Dengan Menggunakan Tepung Ubi Jalar
(Ipomoea Batatas L). Jurnal Zootek
Vol.32 No.5. Hlm. 1-13.

Sutrisna Koswara. (2009a). HACCP dan


Penerapannya Pada Produk
Bakery. Diakses dari
(eBookPangan.com)
http://tekpan.unimus.ac.id/wp
content/uploads/2013/07/HACCP-
DAN-PENERAPANNYA-
DALAM-INDUSTRI-BAKERY.pdf

Anda mungkin juga menyukai