Kata kunci: FSSC 22000 versi 4.1, sistem manajemen keamanan pangan, ISO 22000:
2009, ISO/TS 22002-1:2009, persyaratan tambahan.
ABSTRACT
ANDINI KESUMA DEWI. The Evaluation of Food Safety Management System
FSSC 22000 Version 4.1 Implementation at Sterilized Milk Processing Industry.
Supervised by ELVIRA SYAMSIR and AZIS BOING SITANGGANG.
Keywords: FSSC 22000 versi 4.1, food safety management system, ISO 22000: 2009,
ISO/TS 22002-1:2009, additional requirements.
EVALUASI PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN
KEAMANAN PANGAN FSSC 22000 VERSI 4.1 DI INDUSTRI
PENGOLAHAN SUSU STERIL
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2018 ini ialah sistem jaminan
mutu dengan Evaluasi Penerapan Sistem Manajemen Keamanan Pangan FSSC
22000 Versi 4.1 di Industri Pengolahan Susu Steril.
Skripsi ini dapat tersusun atas bantuan dari berbagai pihak, maka penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Orang tua dan seluruh keluarga tercinta atas doa dan dukungannya.
2. Dr. Elvira Syamsir, STP, M.Si selaku dosen pembimbing utama tugas
akhir
3. Dr.-Ing. Azis Boing Sitanggang, S.TP, MSc selaku dosen pembimbing
kedua tugas akhir
4. Dr. Ir. Feri Kusnandar, M.Sc selaku dosen penguji
5. Mbak Nur Fitriana Dewi selaku pembimbing lapang yang sudah
memberikan banyak ilmu, baik yang bersifat akademik maupun non
akademik
6. Kak Dini Puteri Khairani selaku staf dari departemen Quality Assurance
yang sudah mendukung penulis dalam mengerjakan tugas akhir ini
7. Mas Fajar Gilang, Mas Imal, Mas Herman, Iskandar, Mbak Dina, Mbak
Lilis, Mbak Kintan, Mbak Puput, Mbak Echa, Mbak Maya, Mas Wahyu,
Mas Rakhmat, Mba Gloria, Pak Yus, Mbak Putri, Mbak Kiki, Mas
Adlan, Kak Erik, dan Mas Daska selaku staff, supervisor dan manager di
industri yang telah membantu penulis dalam melaksanakan magang.
8. Theresia, Diori Hizkia, Andi Rizal, Andre Yosua, Jeje, Irfan, Rara,
Kyput, Daniel, Andyho, Abi, David, Aldo selaku sahabat selama kuliah.
9. BPH, Kadiv, dan Staff Kominfo Himitepa Kabinet Genggam atas
pengalaman berharganya.
10. Ilham Billy dan Eka Rizky selaku teman magang di industri
11. Teman-teman ITP 51 atas doa dan dukungannya
12. Mohammad Athif Virtino atas dukungan dan semangatnya kepada
penulis
13. Seluruh pihak yang sudah membantu penulis dan tidak bisa disebutkan
satu-persatu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
Oleh sebab itu, kritik dan saran untuk penerapan FSSC 22000 versi 4.1 di industri
ini dapat dilanjutkan dan semoga bermanfaat untuk seluruh pihak.
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan dan Manfaat Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Sistem Manajemen Keamanan Pangan FSSC 22000 versi 4.1 2
ISO 22000 : 2009 - Persyaratan untuk organisasi dalam rantai pangan 3
ISO/TS 22002-1 : 2009 sebagai Pre-Requisite Program (PRP) 4
Persyaratan Tambahan 4
METODE 5
Waktu dan Tempat 5
Tahapan Penelitian 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
Sistem Penerapan FSSC 22000 Tahun 2015 Versi 4.1 di Industri 8
Hasil Analisis Kesenjangan Penerapan FSSC 22000 Tahun 2015
versi 4.1 di Industri 11
Identifikasi Penyebab Temuan Ketidaksesuaian 16
Identifikasi Rekomendasi dan Tindakan Perbaikan untuk Temuan
Ketidaksesuaian 20
Uji Tindakan Perbaikan 23
SIMPULAN DAN SARAN 27
Simpulan 27
Saran 27
DAFTAR PUSTAKA 28
LAMPIRAN 13
RIWAYAT HIDUP 15
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
TINJAUAN PUSTAKA
Persyaratan Tambahan
METODE
Tahapan Penelitian
Studi Pustaka
Analisis Kesenjangan
(Σ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎𝑎𝑛)
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝐾𝑒𝑠𝑒𝑠𝑢𝑎𝑖𝑎𝑛 𝐾𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 =
(Σ 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑙𝑎𝑢𝑠𝑢𝑙)
Hasil dari penelitian yang diperoleh meliputi, sistem penerapan FSSC 22000
versi 4.1 di industri, hasil analisis kesenjangan penerapan FSSC 22000 versi 4.1 di
industri, identifikasi penyebab temuan ketidaksesuaian, identifikasi rekomendasi
dan tindakan perbaikan, dan uji tindakan perbaikan.
Industri XYZ ini menerapkan FSSC 22000 tahun 2015 versi 4.1 sebagai
acuan sistem manajemen keamanan pangan (SMKP) karena di dalamnya sudah
mencakup beberapa komponen penting dalam menjaga dan meningkatkan mutu
keamanan pangan, antara lain Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP),
Program Persyaratan Dasar (PPD), dan beberapa persyaratan tambahan yang
sudah disesuaikan dengan regulasi keamanan pangan yang berlaku di seluruh
dunia. HACCP merupakan suatu sistem yang digunakan untuk menilai bahaya
dan menetapkan sistem pengendalian yang memfokuskan pada pencegahan
(Muhandri dan Kadarisman 2012). HACCP dan PPD dibahas secara rinci pada
klausul 7 tentang perencanaan dan realisasi produk yang aman dalam komponen
ISO 22000: 2009 tentang Sistem Manajemen Keamanan Pangan sebagai
Persyaratan untuk Organisasi atau Industri Pangan (BSN 2009). PPD yang
digunakan untuk perusahaan ini merupakan ISO/TS 22002-1: 2009. Pemilihan
PPD ini telah disesuaikan berdasarkan kategori produk yang dihasilkan oleh
industri ini. Terdapat beberapa kategori yang dijadikan acuan dalam memilih PPD
yang akan digunakan seperti pada Tabel 6. Produk yang dihasilkan oleh
perusahaan ini merupakan susu sterilisasi berperisa yang memiliki karakteristik
mudah rusak dan penyimpanannya berada di suhu ruang. Selain itu, produk ini
merupakan produk turunan dari hewan dan juga tumbuhan. Menurut kategori
produk yang terdapat pada FSSC 22000 (2017), produk susu sterilisasi berperisa
di industri ini termasuk dalam kategori C yang direkomendasikan menggunakan
PPD berupa ISO/TS 22002-1: 2009.
Persyaratan tambahan yang ditetapkan dalam FSSC 22000 disesuaikan
dengan kategori produk. Terdapat beberapa persyaratan tambahan yang
dipersyaratkan seperti pada Tabel 7. Persyaratan tambahan yang harus dipenuhi
oleh industri ini, meliputi spesifikasi jasa pihak ketiga yang terlibat langsung
dalam operasional perusahaan, label produk, food defense, food fraud prevention,
penggunaan logo, alergen manajemen, dan pengawasan lingkungan untuk
menciptakan lingkungan yang aman dan bersih di sekitar area produksi (FSSC
22000 2017). Tetapi, dari persyaratan yang telah disebutkan terdapat beberapa
persyaratan yang tidak dilakukan, seperti: product labelling, food fraud
prevention, dan logo use. Hal ini dikarenakan industri ini merupakan perusahaan
jasa maklon sehingga persyaratan-persyaratan tersebut sudah terpenuhi oleh
perusahaan induk (principal).
9
Tabel 9 Hasil analisis kesenjangan penerapan FSSC 22000 versi 4.1 di industri
Persyaratan Tambahan
Sistem Manajemen
Keamanan Pangan 100%
Pergudangan 80.00%
0% 50% 100%
Analisis kesenjangan menghasilkan 2 hal, yaitu akibat yang akan timbul dan
rencana tindakan perbaikan yang akan dilakukan. Analisa akibat yang akan timbul
dilakukan dengan mencantumkannya pada scorecheet. Akibat tersebut dianalisa
berdasarkan arahan dari perusahaan dan hasil wawancara dengan pihak terkait.
Berdasarkan tabulasi data pada Gambar 7, akibat yang ditimbulkan oleh
ketidaksesuaian dalam penerapan SMKP dengan jumlah tertinggi merupakan potensi
terbentuknya kontaminasi silang. Hal ini dapat menganggu tujuan dari penerapan
SMKP itu sendiri, yaitu meningkat mutu keamanan produk. Berdasarkan data dan hasil
diskusi dengan pihak industri, terpilihlah 5 temuan ketidaksesuaian untuk diberikan
rekomendasi tindakan perbaikan dalam penerapan SMKP FSSC 22000 versi 4.1 di
industri.
Potensi Meningkatnya Keluhan
Konsumen 1.54% Persentase Kontribusi
Potensi Ancaman Keselamatan Kerja 3.08%
Potensi Kesalahan dalam Proses
Produksi 4.62%
Kesulitan dalam Menerapkan SMKP
yang Baik dan Benar 6.15%
Potensi Terjadinya Sabotase 7.69%
Ketidakakuratan Hasil Analisa 7.69%
Kesulitan dalam Penelusuran,
Menentukan Tindakan Perbaikan dan… 12.31%
Potensi Terjadinya Kontaminasi Silang 56.92%
Gambar 7 Persentase akibat yang ditimbulkan dari analisis kesenjangan FSSC 22000
versi 4.1 di industri
PIC dan departemen yang memberikan tag menjadi hal yang sangat penting dalam alur
pengendalian ketidaksesuaian. Hal tersebut menyebabkan status produk reject menjadi
kurang jelas dan membuat komunikasi antar pihak yang terkait menjadi kurang efisien.
Produk atau material reject dengan pemberian status yang kurang jelas menyebabkan
tindakan disposisi menjadi terhambat. Selain itu, pencantuman expired date dari produk
pada form Non-Conformity Report (NCR) belum dilakukan. Hal tersebut juga
menyebabkan terhambatnya dilakukan penanganan yang lebih lanjut karena kurangnya
data expired date yang diberikan kepada pihak principal untuk dilakukan verifikasi
ketidaksesuaian dan tindakan disposisi. Selain itu, ketidaksesuaian yang ditemukan
yaitu belum dicantumkan dengan jelas di dalam prosedur untuk departemen yang
melakukan analisa verifikasi ketidaksesuaian. Hal ini menyebabkan ketidakjelasan dari
deskripsi kerja departemen yang terkait. Skor untuk klausul ini bernilai 0.5 karena
memiliki frekuensi ditemukan sebanyak lebih dari 3 temuan dan dikategorikan sebagai
temuan mayor. Temuan ketidaksesuaian ini disebabkan oleh prosedur yang berlaku
tidak memuat alur yang mendukung penanganan ketidaksesuaian dan ketidaksesuaian
ini juga mengakibatkan timbulnya potensi kesulitan dalam penelusuran untuk produk
yang berpotensi tidak aman dan menghambat proses disposisi sehingga temuan ini
dikategorikan temuan mayor karena berpengaruh secara signifikan dalam penerapan
SMKP.
Klausul Food Defense memuat standar bahwa perusahaan harus memiliki tabulasi
identifikasi potensi ancaman tehadap mutu keamanan produk, mengembangkan cara
dan menyusun rencana untuk meminimalisir potensi-potensi yang dapat terjadi (FSSC
22000 2017). Ketidaksesuaian yang ditemukan pada klausul ini, yaitu rencana
perusahaan untuk meminimalisir potensi ancaman dalam bentuk analisis risiko food
defense atau food defense risk assesment. Analisis risiko yang sudah ada masih
dianggap sulit untuk diterapkan karena masih ditemukan beberapa penerapan secara
aktual yang tidak sesuai dengan analisis risiko yang sudah ada, antara lain security
masih tidak memeriksa kendaraan yang keluar atau masuk ke area pabrik. Hal ini dapat
memperbesar kemungkinan adanya sumber bahaya berupa sabotase yang dapat
menganggu penerapan SMKP FSSC 22000 versi 4.1 dan keamanan proses produksi.
Selain itu, masih ditemukannya ketidaksesuaian pihak yang melakukan monitoring.
Pada analisis risiko disebutkan bahwa pihak yang berwenang untuk melakukan
monitoring dengan cara memeriksa matriks akses kontrol fingerprint dan monitoring
lewat CCTV di area produksi merupakan leader produksi. Dalam penerapannya, leader
produksi tidak memiliki matriks akses kontrol dan tidak adanya akses CCTV. Hal ini
meyebabkan tidak terlaksananya proses monitoring seperti yang telah dicantumkan
pada analisis risiko. Skor untuk klausul ini bernilai 0.5 karena memiliki frekuensi
ditemukan sebanyak lebih dari 3 temuan dan dikategorikan sebagai temuan mayor.
Temuan ketidaksesuaian ini disebabkan oleh kurangnya konsistensi dari pihak
perusahaan dalam penerapan food defense seperti yang sudah dicantumkan di analisis
risiko dan mengakibatkan timbulnya potensi terjadinya sabotase yang membahayakan
proses produksi dan penerapan SMKP.
18
Tabel 10 Tabulasi hasil temuan ketidaksesuaian dalam penerapan FSSC 22000 versi 4.1 di industri
No Klausul - Komponen Deskripsi Temuan Frekuensi Kategori Skor Tindakan Perbaikan
1. 7.10 Penanganan Ketidaksesuaian a. Belum dicantumkan dengan jelas Person In >3 Mayor 0.5 Melakukan revisi atau perubahan
(Non-Conformity) – ISO 22000 : Charge (PIC) pemberian tag ketidaksesuaian pada dokumen terkait
2009 – acuan tentang pengendalian b. Belum dicantumkan penambahan info expired
produk atau material yang tidak date untuk produk atau material yang tidak sesuai ke
sesuai dalam form penanganan ketidaksesuaian.
c. Belum dicantumkan dengan jelas di dalam
prosedur untuk departemen yang melakukan analisa
verifikasi ketidaksesuaian
2. Food Defense – Persyaratan a. Security masih tidak memeriksa kendaraan yang >3 Mayor 0.5 Melakukan revisi atau perubahan
Tambahan – acuan tentang keluar/masuk ke dalam area pabrik. pada dokumen terkait
penanggulangan dan pengawasan b. Monitoring untuk beberapa area produksi tidak
terhadap bahaya yang disengaja dilakukan oleh leader produksi.
dalam rantai industri
3. 13.7 Kebersihan Personal dan 13.8 a. Ditemukan beberapa pekerja tidak melaksanakan >3 Mayor 0.5 Menunjuk satu orang yang
Perilaku Personal – ISO/TS seluruh tahap mencuci tangan sebelum masuk ke berwenang untuk menjadi
22002-1:2009 - acuan tentang area produksi pengawas dan memberikan sanksi
kebersihan dan perilaku pekerja b. Ditemukan beberapa pekerja masih memiliki kuku yang tegas bagi pekerja yang
yang kontak dengan produk panjang dan tidak bersih masuk ke dalam area melanggar
produksi
c. Ditemukan beberapa pekerja masih menggunakan
jilbab dengan jarum pentul
4. Spesifikasi jasa dengan pihak a. Seragam penyaji katering masih tidak sesuai >3 Minor 1 Membuat ketentuan seragam
ketiga – Persyaratan Tambahan – dengan ketentuan Permenkes penyaji katering berdasarkan
acuan tentang mengenai pihak ketiga No.1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang Higiene ketentuan Permenkes
agar bisa menjaga penerapan SMKP Jasa Boga No.1096/MENKES/PER/VI/2011
tetap berjalan dengan baik. b. Tempat sampah yang digunakan masih belum
tertutup
5. 13.4 Seragam Kerja dan alat Masih ditemukan pekerja yang berpakaian kotor dan 2 Mayor 1.5 Membuat ketentuan pemakaian
pelindung diri – acuan tentang benang mencuat seragam berdasarkan hasil analisa
seragam kerja dan APD pekerja swab
19
2. Belum dicantumkan PIC untuk pemberian tag Sudah dicantumkan PIC untuk
status pada produk/material yang mengalami pemberian tag status pada
ketidaksesuaian produk/material yang mengalami
ketidaksesuaian oleh departemen
Quality Control
3. Belum dicantumkan bahwa departemen QC akan Sudah dicantumkan departemen
melakukan analisis dan memberikan status untuk QC melakukan analisis dan
produk (release/reject) memberikan status untuk produk
Klausul 13.7 tentang personal cleanliness dan 13.8 tentang personal behavior
dalam ISO/TS 22002-1:2009
Kebersihan diri dan juga perilaku dari pekerja yang melakukan kontak
langsung dengan proses produksi harus dijaga kebersihan agar mutu keamanan
dari produk tetap terjaga. Penerapan klausul ini cukup sulit untuk dilakukan secara
merata untuk seluruh pekerja karena beberapa penyebab yang sudah dijelaskan
sebelumnya. Rekomendasi tindakan perbaikan yang dapat diberikan untuk klausul
ini, antara lain menunjuk salah satu pekerja yang cukup berwenang untuk
dijadikan pengawas untuk menerapkan klausul ini secara baik. Pengawas tersebut
melakukan pengawasan tanpa sepengetahuan dari para pekerja agar mendapatkan
hasil yang sebenarnya. Selain itu, sanksi atau peringatan mengenai penerapan
klausul ini lebih diperketat dari sebelumnya agar menimbulkan kesadaran diri dari
masing-masing pekerja.
Klausul 13.4 tentang pakaian dan alat pelindung diri (APD) dalam ISO/TS
22002-1 : 2009
Pakaian dan alat pelindung diri (APD) merupakan salah satu hal yang cukup
penting dalam menjaga mutu keamanan pangan dan juga keamanan dari pekerja
itu sendiri. Pakaian yang bersih dan terbebas dari potensi kontaminasi merupakan
syarat pakaian yang seharusnya diterapkan. Rekomendasi tindakan perbaikan
yang dapat diberikan untuk perbaikan implementasi klausul ini, antara lain
pembuatan ketentuan mengenai jadwal pergantian seragam kerja berdasarkan hasil
analisa swab dari laboratorium dan menyediakan pakaian kerja darurat untuk
pekerja jika terjadi ketidaksesuaian pakaian secara mendadak yang sesuai syarat
yang ditentukan. Saat ini pihak industri sudah melakukan analisa swab pada baju
pekerja yang dilakukan pergantian 3 hari dan 2 hari. Hasil analisa tersebut akan
dijadikan dasar dalam membuat ketentuan pergantian seragam pekerja.
Dari 5 temuan tersebut, dipilih 3 temuan yang dilakukan tindakan perbaikan.
Temuan tersebut meliputi klausul 7.10 dalam ISO 22000:2009 tentang
pengendalian ketidaksesuaian dan klausul management of services dalam
persyaratan tambahan. Sedangkan, 3 temuan yang tidak dilakukan tindakan
perbaikan karena keterbatasan waktu untuk dilakukan monitoring dan keadaan
dari pihak perusahaan yang tidak memungkinkan.
Uji tindakan perbaikan akan diterapkan dalam jangka waktu tertentu yang
disesuaikan dengan pihak perusahaan. Temuan yang dilakukan uji tindakan
perbaikan, antara lain klausul 7.10 dalam ISO 22000:2009 tentang pengendalian
ketidaksesuaian dan klausul management of services dalam persyaratan tambahan.
24
secara langsung perubahan dari alur pada dokumen. Hal ini disebabkan perubahan
yang dilakukan tidak bersinggungan langsung dengan alur yang terkait dengan
divisi QMS.
Tabel 8 Hasil wawancara efektivitas penerapan revisi prosedur klausul 7.10 ISO
22000:2009 tentang pengendalian ketidaksesuaian
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2016a. Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2016
Tentang Kategori Pangan. Jakarta (ID) : BPOM
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2016b. Peraturan Kepala BPOM
RI Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi dalam Pangan Olahan.
Jakarta (ID): BPOM
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2009. SNI ISO 22000:2009 tentang Sistem
Manajemen Keamanan Pangan. Jakarta (ID): BSN
[FSSC] Food Safety System Certification. 2017. Food Safety System Certification
22000 Part I: Scheme Overview. Gorinchem (NE) : Food Safety System
Certification
[GFSI] Global Food Safety Initiative. 2018. GFSI-recognised certification
programmes. [Internet]. [diunduh 2018 may 24]. Tersedia pada :
http://www.mygfsi.com
[ISO] International Standardization Organtization. 2009. Technical Specification-
Prerequisite programmes on food safety part 1 : food manufacturing. Geneva
(SW) : ISO
[Kemenkes RI] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Profil
Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta(ID) : Kemenkes RI
[Kemenkes RI] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1096/Menkes/Per/Vi/2011
Tentang
Higiene Sanitasi Jasaboga. Jakarta (ID) : Kemenkes RI
[WHO] World Health Organization. 2015. WHO Estimates of The Global Burden
of Foodborne Diseases. Geneva (SW) : World Health Organization
Arafat W. 2005. The Real Power of Marketing Audit. Jakarta (ID): PT Elex Media
Komputindo.
Bakhtiar A, Purwanggono B. 2009. Analisis implementasi sistem manajemen
kualitas ISO 9001:2000 dengan menggunakan gap analysis tools. Jurnal Teknik
Industri Universitas Diponegoro. 4(3): 185-193.
Mccabe-Sellers BJ dan Samuel EB 2004. Food safety: Emerging trends in
foodborne illness surveillance and prevention. J. Am. Diet. Assoc. 104: 1708-
1717.
Muhandari T dan Kadarisman D. 2012. Sistem Jaminan Mutu Industri Pangan.
Bogor (ID) : IPB Press
Muscham Y, Falahah, Galih IS.2011. Penerapan gap analysis pada pengembangan
sistem pendukung keputusan penilaian kinerja karyawan (studi kasus
INDUSTRI INI). Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi
2011(SNATI 2011). 2 (1) ISSN: 1907-5022
Oktari RT. 2017. Evaluasi PRP untuk perbaikan implementasi sistem manajemen
keamanan pangan FSSC 22000:2013 di PT Dairy Indonesia [skripsi] Bogor
(ID) : Institut Pertanian Bogor
29
LAMPIRAN
30
Karyawan Penemu
Form NCR
Distributor Principal
HOLD Proses
Proses RMPM
B C
Karyawan Penemu
Form NCR
QC
Analisis ketidaksesuaian dengan Menginformasikan NCR kepada Form NCR dan Foto/Bukti
standar yang diterapkan QC
Departemen Terkait
QA Principal
Menganalisis penyebab dan
Ya melakukan tindakan perbaikan
QC Principal akan
menginformasikan surex Release
release Form NCR
Melaporkan ketidaksesuaian
Selesai kepada principal
Ya Produk sudah
masuk inventori?
Form NCR dan Foto/Bukti
QA Principal Tidak
QMS
Selesai
31
Karyawan Penemu
Karyawan Penemu
QC Karyawan Penemu
Karywana Penemu, QC
QC
Melaksanakan tindakan perbaikan
Memberikan tag reject sesuai
dengan nomor NCR yang telah
dibuat
Form NCR dan Bukti/Foto
QMS
QA Principal Produksi
Verifikasi ketidakesuaian yang Memberikan informasi data reject (inventory transfer form)
dilaporkan H+3 kepada WHS,
Principal
Produksi
CAPA Supplier dan melaporkan ketidakesuaian ke supplier, (10HK Mengembalikan material ke WHS RM/PM dan memberikan rekap
lokal,30HK import) material reject ke WHS (setiap minggu)
Supplier WHS
Selesai
32
B B C
Principal Principal
PPIC
BAP
Form NCR
PPIC
Departemen Terkait
Melakukan verifikasi
Melakukan Tindakan ketidaksesuaian (H+1)
Pencegahan
Form NCR
BAP
QMS
Form NCR
Selesai
QC
Produksi/WHS
Melakukan verifikasi rework
Menginformasikan CAPA
kepada QMS
Form NCR
QMS
Menginformasikan hasil
tindakan kepada principal
Selesai
33
Nama Penyaji
Ketentuan Hari ke-
Nunita Sari Skor M. Sutisna Skor Bayu Skor
1 no no no
Menggunakan apron 0 0 0
2 no no no
1 no no Yes
Tidak memakai
2 1 2
aksesoris
2 Yes Yes Yes
1 no Yes no
Menggunakan sepatu
0 0 0
kedap air
2 no Yes no
1 no no no
Menggunakan apron 1 1 1
2 yes Yes Yes
1 no no no
Menggunakan penutup
1 1 1
kepala
2 yes yes yes
RIWAYAT HIDUP