5. Mengapa hewan coba harus dipegang dengan benar pada saat penyondean?
Pada saat penyondean, hewan coba harus dipegang dengan benar. Hal ini
dikarenakan agar hewan coba tidak stress. Apabila hewan coba tidak dipegang dengan
benar, maka hewan coba akan berontak dan melawan sehingga dapat menimbulkan
stress. Selain itu, hewan coba juga harus diperlakukan dengan layak dengan tujuan untuk
memperhatikan kesejahteraan, kenyamanan, kesehatan, dan menghindari rasa sakit pada
hewan coba sehingga metabolism hewan berjalan normal dan memberikan hasil
penelitian yang valid.
1. Pembersihan Kandang
Keterangan:
Analisis Hasil:
Tahapan pembersihan kandang yang telah dilakukan sudah sesuai dengan literatur
yang menyatakan bahwa untuk membersihkan kandang hewan coba diawali dengan
memindahkan hewan coba ke box yang lain, lalu sekam kotor dibuang. Setelah itu kandang
mencit dicuci terlebih dahulu menggunakan air bersih, kemudian dikeringkan dan dilap
menggunakan tisu yang sudah diberi alkohol dengan kadar 70% sebagai desinfektan
hingga bersih dan merata. Pembersihan kandang bertujuan untuk menghilangkan kotoran
yang terdapat pada kandang mencit. Kandang hewan coba harus dijaga kebersihannya
untuk menghindari kontaminasi. Sanitasi kandang, luas kandang, hingga asupan nutrisi pada
mencit sangat mempengaruhi kondisi kesehatan mencit yang akan digunakan dalam
percobaan (Zuroida & Azizah, 2018).
Keterangan:
Dalam pemberian pakan dan minum untuk hewan coba, mula - mula tempat pakan
hewan tersebut harus dibersihkan terlebih dahulu. Pembersihan dilakukan dengan cara
membuang sisa makanan sebelumnya dan kemudian tempat makan tersebut perlu
dibersihkan dengan alkohol 70% dan tisu hingga bersih. Kemudian untuk pemberian pakan
hewan tersebut harus diketahui berat dari hewan coba terlebih dahulu karena berat dari
pakan yang diberikan adalah 10% dari berat hewan. Diketahui berat hewan tersebut
adalah 21 gram sehingga berat pakannya adalah 2,1 gram. Lalu, untuk pemberian minum
bisa dengan cara mengganti air yang lama dengan air yang baru. Pemberian makan dan
minum ini dilakukan untuk memenuhi salah satu dari etika pembedahan 5 freedom yaitu
freedom from hunger and thirst yang berarti hewan coba harus terhindar dari rasa lapar
dan haus sehingga tidak menyebabkan ketidaknyamanan dan membuat hewan menjadi
sakit.
Analisis Hasil:
Setelah kandang dibersihkan dan dipindahkan ke kandang yang bersih, tahap
selanjutnya yaitu pemberian pakan dan minum hewan coba. Berat pakan yang diberikan
adalah 10% dari bobot hewan coba. Pada praktikum ini pakan yang diberikan adalah 2,1
gram karena berat mencit 21 gram. Pakan yang diberikan adalah pakan standar yang
berupa susu PAP, sedangkan untuk minumnya dapat digunakan air mineral biasa atau air
bersih. Hal tersebut sudah sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa hewan coba
diberi pakan dalam wadah bersih. Sisa dari pakan sebelumnya ditimbang untuk mengetahui
seberapa banyak pakan yang dikonsumsi. Pemberian pakan dan minum pada hewan coba
merupakan tahapan yang penting agar didapatkan hewan coba dengan kondisi yang
sehat. Adapun tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu
jenis kelamin, ukuran tubuh, tingkat produksi, temperatur lingkungan, kecepatan
pertumbuhan, keseimbangan zat-zat makanan dalam ransum dan cekaman yang dialami
ternak tersebut (Mutiarahmi dkk, 2021).
3. Penimbangan Berat Badan Hewan Coba
Keterangan:
Selain penimbangan berat badan hewan coba, juga harus dilakukan penimbangan
berat box atau kandang hewan coba. Box atau kandang hewan coba ditimbang terlebih
dahulu dan didapatkan hasil berat box yaitu 166 gram lalu dicatat hasilnya. Kemudian
dapat dilakukan penimbangan berat terhadap mencit dengan memasukkan mencit kedalam
box tersebut. Agar mencit tidak kabur dan berlarian, maka dapat ditutup dan diberi
pemberat diatasnya. Hasil total berat box dan mencit adalah 186 gram, dan catat
hasilnya. Kemudian dapat dihitung berat mencit dengan cara mengurangi hasil total
penimbangan box dan mencit dengan berat box. Jadi, berat mencit adalah 20 gram.
Analisis Hasil:
Pada tahapan penimbangan bobot hewan coba, dilakukan pula penimbangan
terhadap kandangnya. Berat badan hewan coba diperoleh dari hasil pengurangan total
berat kandang dan hewan coba dengan berat kandang. Hal ini sudah sesuai dengan
literatur yang menyatakan bahwa tujuan dari penimbangan berat badan hewan coba
secara berkala ini adalah untuk mengetahui kondisi hewan coba dalam keadaan sehat atau
sakit. Kondisi dari lingkungan dapat mempengaruhi pola makan dari hewan coba tersebut.
Apabila berat hewan coba menurun, maka dapat dikatakan hewan coba tersebut
mengalami stress. Sedangkan kenaikan berat badan hewan coba sangat dipengaruhi oleh
nutrisi yang ada dalam makanan. Apabila seekor hewan kekurangan nutrisi atau mengalami
defisiensi suatu zat makanan, maka laju pertumbuhan hewan tersebut akan terhambat
(Handayani dkk, 2015).
a. Data Penimbangan Berat badan
Box ke- Berat Box (g) Berat badan tikus + Box Berat tikus (g)
(g)
1 349 369 20
2 340 321 19
3 330 349 19
4 166 186 20
Perhitungan
a. Box 1 :
b. Box 2 :
c. Box 3 :
d. Box 4 :
Keterangan:
Penyondean hewan coba dilakukan dengan tahapan awal mengunci mencit hingga
telentang untuk bisa memasukkan alat sonde ke dalam kerongkongan mencit. Badan mencit
dikunci dengan menggunakan tangan kiri dengan posisi jari tengah dan jari telunjuk
berada pada bagian belakang leher. Kemudian, mencit diposisikan telentang dan ekornya
ditahan menggunakan jari kelingking. Selanjutnya, sepanjang 3/4 alat sonde dimasukkan
ke dalam kerongkongan mencit melalui mulutnya secara vertikal dan diputar perlahan
(bagian kanan mencit atau bagian kiri yang melakukan penyondean). Alat sonde yang
berisikan akuades sudah dapat dimasukkan ke dalam kerongkongan mencit.
Analisis Hasil:
Pada saat penyondean hewan coba, disiapkan terlebih dahulu alat sonde dan
senyawa yang akan diujikan pada hewan coba. Senyawa uji kemudian dimasukkan ke
dalam alat sonde dan dipastikan tidak ada gelembung udara didalamnya, jika terdapat
gelembung udara maka dapat dilakukan penyentilan pada alat sonde atau dipukul
perlahan hingga udara keluar. Setelah itu, hewan coba dipegang dengan erat dan
diposisikan dalam keadaan telentang dengan kepala mendongak. Alat sonde kemudian
dimasukkan ke dalam kerongkongan hewan coba secara perlahan sambil diputar-putar
hingga jarum sonde masuk tiga per empat bagian ke dalam kerongkongan hewan coba.
Tujuan dilakukannya penyondean adalah untuk memasukkan senyawa atau zat coba dalam
bentuk larutan ke dalam tubuh hewan coba dan memastikan hewan coba telah
mengkonsumsi senyawa tersebut. Hal ini sudah sesuai dengan literatur yang menyatakan
bahwa penyondean merupakan proses memasukkan senyawa uji dalam bentuk larutan atau
ekstrak ke dalam lambung hewan coba menggunakan jarum sonde. Efisiensi metode in vivo
guna memastikan hewan coba telah mengkonsumsi senyawa sesuai dengan dosis yang harus
diberikan. Penyondean harus dilakukan dengan benar dan hewan coba juga harus
dipegang dengan benar. Pergerakan hewan coba saat dilakukan penyondean dapat
menyebabkan kesalahan karena senyawa uji salah masuk sehingga dapat menyebabkan
kematian pada hewan coba tersebut (Gente dkk, 2015).
5. Pembedahan Hewan Coba
Keterangan:
Sebelum proses pembedahan, mula - mula hewan coba harus dibuat tidak sadar
dengan cara anestesi dengan cara memasukkan hewan coba ke dalam toples kedap udara
yang berisi tisu yang sudah diberi kloroform sebelumnya. Setelah hewan tersebut pingsan,
lalu hewan tersebut bisa diambil dan ditelentangkan pada papan bedah atau pada
praktikum kali ini menggunakan papan styrofoam. Kemudian, tangan dan kaki hewan coba
ditusuk menggunakan jarum agar memudahkan dalam proses pembedahan. Setelah itu,
pembedahan bisa dilakukan. Pembedahan dilakukan mulai dari memotong bagian kulit dari
bagian bawah perut hingga rongga dada secara hati - hati.
Analisis Hasil:
Pada tahap pembedahan hewan coba, langkah-langkah yang telah dilakukan sudah
sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa dalam pembedahan terdapat 4 step yaitu
persiapan, anestesi, pembedahan, dan sanitasi. Proses pembedahan dapat diawali dengan
mempersiapkan alat dan hewan coba (mencit) yang akan digunakan. Kemudian hewan coba
dibuat pingsan dengan cara memasukkan hewan coba ke dalam toples kedap udara yang
telah diberi tissue/kapas dengan tetesan kloroform. Setelah itu, tunggu hewan coba hingga
pingsan yang ditandai dengan tidak adanya pergerakan dari hewan coba. Lalu siapkan
papan bedah (styrofoam) yang telah disterilkan dengan alkohol, kemudian letakkan hewan
coba dengan posisi telentang, dan paku kedua pasang alat gerak hewan coba
menggunakan jarum pentul. Setelah itu, dapat dilakukan pembedahan untuk mengetahui
efek dari perlakuan yang telah diberikan sebelumnya. Pembedahan dimulai dari inguinal
menuju arterior mengikuti garis medan badan, dilanjutkan dengan menyusuri diafragma
sehingga otot daerah abdomen dapat dibuka dan organ daerah abdomen dapat terlihat.
Lalu dilakukan pembedahan pada kulit dan dinding abdomen untuk membuka rongga
peritroneum. Diafragma dan tulang-tulang iga pada kedua sisi rongga dada diputus.
Kemudian diambil bagian sekum hati mencit dan dibersihkan dengan menggunakan
aquades lalu diletakkan dalam suatu wadah atau toples kecil yang berisi formalin (Putri,
2018).
6. Penanganan dan Penyimpanan Organ
Keterangan:
Analisis Hasil:
Setelah dilakukan tahap pembedahan hewan coba, kemudian dilakukan pengambilan
organ dan darah hewan coba, dimana organ yang diambil adalah organ yang menjadi
interest untuk diteliti lebih lanjut. Kemudian organ dimasukkan ke dalam wadah yang berisi
formalin dan ditutup. Formalin berfungsi sebagai larutan untuk pengawetkan organ-organ
interest hewan coba yang telah diambil sehingga organ tersebut tidak akan rusak dan
busuk. Setelah itu, organ disimpan pada suhu ruang. Hal ini sudah sesuai dengan literatur
yang menyatakan bahwa organ hewan yang telah diambil disimpan dalam toples atau
wadah berisi formalin dengan keadaan tertutup dengan rapat karena formalin memiliki
sifat yang mudah menguap dan disimpan di suhu ruang (Nida dkk, 2022). Organ yang
biasanya diambil pada hewan coba (mencit) yaitu usus, hati, ginjal, dan sekum tergantung
pada parameter uji. Untuk hati dan ginjal digunakan untuk meneliti atau uji toksisitas, hati
digunakan untuk meneliti aktivitas enzim alanine aminotransferase dan kadar bilirubin,
organ usus digunakan pada uji mikroba, sekum digunakan untuk uji mikroba pencernaan,
dan pancreas biasanya diambil untuk uji penurunan kadar kolesterol (Wahyuni dkk, 2017).
PERTANYAAN LKP PENANGANAN DAN PEMBEDAHAN HEWAN COBA
1. Jelaskan cara pembersihan kandang hewan coba!
Pembersihan kandang hewan coba dilakukan dengan cara mula-mula kandang dicuci
dengan air mengalir dan menggunakan sabun, kemudian dibilas dengan air bersih dan
dikeringkan. Setelah itu, dilakukan pengelapan menggunakan tisu yang telah diberi alkohol
70% sebagai desinfektan. Pemberian alkohol 70% sebagai desinfektan ini bertujuan agar
mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran oleh jasad renik atau obat serta untuk
membasmi kuman penyakit yang terdapat dalam kendang tersebut. Perlakuan sanitasi
kandang sangat mempengaruhi kondisi kesehatan hewan coba yang akan digunakan dalam
percobaan. Kandang juga perlu diganti untuk menjaga kebersihannya. Kandang hewan coba
diisi dengan sekam hingga ketinggian 2 cm sebagai alas dan menutupi seluruh dasar
kandang. Sekam digunakan sebagai alas karena kemampuannya dalam menyerap urin dan
amoniak karena mempunyai pori-pori yang bersifat mengikat. Hal tersebut dilakukan agar
memenuhi prinsip lima kebebasan hewan coba yang meliputi bebas dari rasa lapar dan
haus, bebas dari rasa tidak nyaman, bebas dari rasa nyeri, luka dan penyakit, bebas dari
rasa takut dan stres, dan bebas untuk mengekspresikan tingkah laku alamiah. Kemudian
kandang ditutup menggunakan penutup kawat dengan rapat agar hewan coba tidak
berlarian dan kabur. Kandang harus memenuhi kebutuhan fisiologis dasar dan perilaku
termasuk makan, minum, buang air, eksplorasi, bermain, memanjat dan lain sebagainya
(Zuroida & Azizah, 2018).
Aprira., Lies W., & Helmiyetti. 2022. Penggunaan Ekstrak Buah Kecubung Sebagai Bahan
Pembunuh Hewan Percobaan Pengganti Chloroform. BIOEDUSAINS: Jurnal Pendidikan
Biologi dan Sains. Vol. 5. No. 2. Hal: 342-349.
Handajani, Fitri. 2021. Metode Pemilihan dan Pembuatan Hewan Model Beberapa Penyakit Pada
Penelitian Eksperimental. Sidoarjo: Zifatama Jawara.
Husna, F., Franciscus D., Wawaimuli A., dkk. 2019. Model Hewan Coba Pada Penelitian
Diabetes. Pharmaceutical Sciences and Research (PSR). Vol. 6. No. 3. Hal: 131-141.
Indahsari, Noer K. 2017. Histopatologi Hepar Tikus Putih (Rattus novergicus) Yang Diinduksi
Dengan Parasetamol Dosis Toksik Pasca Pemberian Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa
oleifera). Jurnal Kimia Riset. Vol. 2. No. 2. Hal: 123-130.
Novita, Risqa. 2015. Pemilihan Hewan Coba pada Penelitian Pengembangan Vaksin
Tuberculosis. Jurnal Biotek Medisiana Indonesia. Vol. 4. No. 1. Hal: 15-23.
Novita, Risqa. 2020. Syria Golden Hamster Sebagai Hewan Model Untuk Penelitian
SARS-CoV-2. Prosiding Seminar Nasional Biologi di Era Pandemi COVID-19. Makassar:
UIN Alauddin Makassar.
Yusuf, M., M. Rafliansyah A., & Yahdiel Y. 2022. Teknik Manajemen dan Pengelolaan Hewan
Percobaan. Makassar: Penerbit Jurusan Biologi FMIPA UNM.
DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN
Gente, M., Michael, A. L., & P. S. Anindita. 2015. Uji Efek Analgesia Ekstrak Daun Kecubung
(Datura metel L.) Pada Tikus Wistar (Rattus norvegicus) Jantan. Jurnal e-GIGI. Vol. 3. No.
2. Hal: 470-475
Handayani, dkk. 2015. Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Gambir (Uncaria gambir Roxb.) Terhadap
Penyembuhan Luka Bakar Pada Kulit Punggung Mencit Putih Jantan (Mus musculus).
Jurnal Ilmiah Manuntung. Vol. 1. No. 2. Hal: 133-139.
Mutiarahmi, Citra N., Tyagita H., & Ronny L. 2021. Kajian Pustaka: Penggunaan Mencit
Sebagai Hewan Coba di Laboratorium yang Mengacu pada Prinsip Kesejahteraan
Hewan. Indonesia Medicus Veterinus. Vol. 10. No. 1. Hal: 134-145.
Nida, dkk. 2022. Uji Toksisitas Subkronik 28 Hari Ekstrak Metanolik Kombinasi Daun Benalu eh
dan Benalu Mangga Terhadap Fungsi Hepar Pada Tikus (Rattus novergicus) Betina.
Jurnal Ilmiah Biosaintropis. Vol. 7. No. 2. Hal: 1-8.
Putri. 2018. Urgensi Etika Medis Dalam Penanganan Mencit Pada Penelitian Farmakologi.
Jurnal Kesehatan Madani Medika. Vol 9. No. 2. Hal: 51-61.
Wahyuni, Fatma S., Intan N. P., & Dessy A. 2017. Uji Toksisitas Subkronis Fraksi Etil Asetat Kulit
Buah Asam Kandis (Garcina cowa Roxb.) Terhadap Fungsi Hati dan Ginjal Mencit Putih
Betina. Jurnal Sains Farmasi & Klinis. Vol. 3. No. 2. Hal: 202-212.
Zuroida, R., & ., Azizah. 2018. Sanitasi Kandang dan Keluhan Kesehatan Pada Peternak Sapi
Perah di Desa Murukan Kabupaten Jombang. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Vol. 10. No.
4. Hal: 434-440.
BUKTI LITERATUR
(Handajani, 2021).