VISKOELASTIK • Produk pangan atau produk antara dalam proses pengolahan memiliki bentuk dan tekstur yang bermacam-macam. • Ada produk pangan yang berbentuk cair, padat, semi padat, dan juga yang memiliki sifat elastik dan kental. • Produk pangan yang berbeda-beda tekstur tersebut memiliki respon yang berbeda apabila dikenakan gaya. • Suatu jenis produk pangan dapat berubah sifat reologinya setelah diolah kembali. • Dengan perubahan sifat tersebut maka pengukuran mutu tekstur pun akan berbeda • Parameter penting mutu pada produk pangan diantaranya • kekenyalan, kelengketan, dan elastisitas • Perubahan bentuk (deformasi) suatu benda padat, semi padat, plastis atau cair dapat terjadi apabila ada gaya yang mengenainya. • Gaya yang diberikan dapat berupa gaya tekan • (compression), gaya tarik (tensile) atau gaya geser (shearing) • Gaya tekan dapat menyebabkan ukuran benda tersebut menjadi lebih menyusut, • gaya tarik dapat menyebabkan ukuran benda lebih panjang, • sedangkan gaya geser menyebabkan benda bergerak atau bergeser dari posisinya semula sehingga memiliki sifat mengalir dan memiliki bentuk yang berbeda dari bentuk aslinya. • Setiap produk pangan akan memberikan respon yang berbeda-beda terhadap gaya-gaya tersebut.
• produk pangan mempunyai sifat reologi yang spesifik,
sehingga analisis sifat reologi ini sering dilakukan untuk mengkarakterisasi produk pangan ataupun produk antaranya di dalam tahap proses pengolahannya.
Suatu benda pada prisnsipnya dapat berprilaku dalam tiga cara
dalam merespon gaya yang mengenainya, yaitu dapat bersifat elastik, plastik atau mengalir.
Hal ini diikuti dengan tiga parameter reologi yang banyak
digunakan yaitu, elastisitas, plastistas, dan fluditas.
Ketiga parameter reologi tersebut banyak dipakai sebagai dasar
untuk memahami reologi benda padat atau semi padat beserta teknik pengukurannya. • Perilaku elastik suatu benda dapat dihitung dari seberapa besar perubahan panjang yang terjadi setelah gaya di berikan. • Perilaku elastik terjadi apabila tekanan (stress, τ) pada suatu benda berbanding lurus dengan strain (γ). • Tekanan adalah gaya yang diberikan (F) persatuan luas (A), • sedangkan strain adalah akibat yang ditimbulkan dari stress dan dinyatakan sebagai perubahan panjang (ΔL) per satuan panjang awal (L). • Ekspresi hubungan keduanya dikenal dengan elastisitas modulus atau modulus Young (E). • Persamaan tersebut hanya dapat diterapkan jika benda berada di bawah tekanan. • Apabila gaya yang diberikan adalah dalam bentuk gesekan atau hidrostatik maka koefisien yang digunakan adalah modulus shear (G) dan modulus curah atau bulk (K • Perilaku Plastik
• Benda yang bersifat plastis akan mengalami perubahan
bentuk yang kontinu apabila dikenakan gaya. • Walaupun dapat kembali ke bentuk semula tetapi bentuk benda tersebut idak dapat kembali ke bentuk yang sesempurna sebagaimana benda elastis. Perilaku plastik ideal dapat dijelaskan dengan membayangkan suatu benda diletakkan di atas permukaan yang rata. • Apabila gaya mengenainya, maka benda tersebut tidak akan bergerak hingga suatu tingkat stress tertentu tercapai atau sering disebut dengan yield stress. • Setelah yield stress ini tercapai, maka aliran atau gerakan benda tersebut akan berlangsung seterusnya. • Perilaku Mengalir • Perilaku sifat mengalir (fluiditas) yang ideal terjadi dalam benda yang mengalir, dimana perubahan bentuk (daya alir) berbanding lurus dengan gaya yang diberikan. • Sifat mengalir ini biasanya tidak dimiliki oleh benda yang berbentuk padat • Sifat Makanan Padat
• Benda yang bersifat pada ideal (solid) tidak mengalami perubahan
bentuk apabila diberikan gaya.
• Benda yang bersifat pada ideal biasa disebut Hooke Solid.
• Produk pangan pada umumnya tidak menunjukan sifat padat yang ideal, karena seringkali mengalami perubahan bentuk oleh adanya gaya.
• Namun dibandingkan dengan produk yang bersifat elastis, perubahan
bentuk produk yang bersifat padat kecil.
• produk tersebut akan mengalami patah, rapuh atau hancur bila ada gaya yang mengenainya melebihi batas daya tahannya.
• apabila gaya tekan tersebut masih di bawah batas daya tahannya
maka produk tersebut tidak mengalami perubahan bentuk sama sekali. • Sifat Makanan Viskoelastik • Produk pangan dan produk antaranya dalam pengolahan mempunya sifat sebagai kombinasi dari bahan elastik dan kental. • Bahan seperti ini disebut bahan viskoelastik. • Benda yang mempunyai sifat viskoelastik dapat mengalami perubahan bentuk (deformasi) dan bersifat mengalir bila dikenakan gaya. • Uji reologi adonan dapat diukur dengan viscograph (terutama untuk mengetahui karakteristik tepungnya). • Parameter Reologi • 1. Kekerasan • Kekerasan adalah sifat produk pangan yang menunjukan daya tahan untuk pecah akibat gaya tekan yang diberikan. • Sifat derajat mudah patah dari suatu benda dapat dinyatakan sebaga nilai kekerasan (hardness) yang dapat diukur dengan alat instron. • Dalam cara mengukur kekerasan, gaya tekan akan memecahkan produk padat dan pecahnya langsung dari bentuk aslinya tanpa didahului perubahan bentuk. Caranya adalah benda tersebut ditekan hingga pecah dan besarnya gaya tekan untuk memecah produk padat ini disebut nilai kekerasan. • 2. Kekenyalan • Sifat kenyal adalah sifat reologi yang menggambarkan daya tahan produk untuk lepas atau pecah oleh adanya gaya tekan. • Bedanya kekerasan untuk menyatakan sifat benda atau produk pangan padat yang tidak bersifat deformasi, • sedangkan sifat kenyal adalah sifat reologi pada produk pangan elastis yang bersifat deformasi. • Dalam pengukuran kekerasan, gaya yang diberikan untuk mengukur kekenyalan adalah gaya tekan. • Pada pengukuran kekenyalan, gaya yang diberikan mula-mula menyebabkan perubahan bentuk produk, baru kemudian memecahkan produk setelah gaya yang diberikan melewati daya tahannya. • Besarnya gaya tarik pada pengukurkekenyalan disebut nilai kekenyalan. • Elastisitas • Elastisitas adalah sifat reologi yang menggambarkan daya tahan untuk putus akibat gaya tarik. • Pada pengukuran elastisitas produk, gaya yang dipakai ialah gaya tarik, yaitu gaya yang bekerja pada arah putusnya produk. • Besarnya gaya tarik yang memutuskan benda itu disebut nilai elastisitas • Kelengketan • Sifat lengket adalah sifat reologi yang menggambarkan sifat perubahan benuk benda yang dipengaruhi oleh gaya kohesi dan adhesi. • Pada dasarnya produk pangan yang lengket mempunyai kedua gaya kohesi dan adhesi yang sama-sama tinggi. • Gaya kohesi yang tinggi menyebabkan produk pangan menjadi kompak atau tidak mudah pisah satu sama lain. • Sifat demikian diinginkan pada banyak produk pangan agar produk itu tetap kompak dan tidak mudah hancur. • Namun pada jenis pangan tertentu, produk yang terlalu kompak tidak dikehendaki. • Sifat yang menyatakan mudah pisah pada produk pangan tertentu disebut masir. • Gaya adhesi yang terlalu tinggi menyebabkan produk pangan menjadi lengket pada bahan pembungkus atau wadahnya. • Banyak produk pangan yang tidak menghendaki sifat lengket tersebut. Untuk menghindari sifat lngket ini ditambahkan zat anti lengket pada bagian luar produk. • 5. Kerapuhan • Kerapuhan menunjukan seberapa kuat suatu produk menahan gaya tekan. • Kerapuhan biasanya berkorelasi erat dengan nilai kekerasan, dimana pada umumnya produk yang rapuh memiliki nilai kekerasan yang rendah. • Kerapuhan juga sering dihubungkan dengan sifat sensori kerenyahan • PENGUKURAN SIFAT REOLOGI PANGAN PADAT • Pengukuran Kekerasan • Pengukuran kekerasan dapat dilakukan dengan memberikan gaya tekan pada contoh hingga contoh patah atau hancur. • Nilai kekerasan ditentukan dari gaya maksimum yang dicapai hingga contoh patah. • Untuk produk yang tidak hancur selama pengukuran, biasanya hanya memiliki satu nilai maksimum, sedangkan untuk produk yang hancur akan memiliki beberapa puncak • Nilai daya hancur ditentukan dari nilai puncak yang pertama yang terukur pada saat contoh ditekan. • Dengan cara yang sama, dapat pula dilakukan pengukuran kekenyalan yang biasanya dilakukan untuk produk yang bersifat elastis. • Dengan cara yang sama, prosedur ini dapat digunakan untuk mengukur kekuatan gel. • 2. Elastisitas • Elastisitas contoh dapat ditentukan dengan cara memberikan gaya tarik. • Contoh diikatkan pada sisi diam dari instron dan sisi yang bergerak. Kemudian secara perlahan- lahan instron digerakkan sehingga contoh meregang. • Nilai gaya maksimum hingga contoh putus setelah proses peregangan tersebut menyatakan nilai elastisitasnya. • Pengukuran Kelengketan • Pengukuran kelengketan disamping dapat ditentukan dengan indera manusia, dapat juga dilakukan dengan menggunakan instrumen instron. • Bila probe ditekankan pada contoh yang lengket maka sebagian dari contoh tersebut akan menempel pada probe pada saat diangkat. • Dengan adanya contoh yang menempel tersebut, maka detektor akan mendeteksi nilai gaya negatif. • Nilai kelengketan dapat ditentukan dari luasan kurva di daerah negatif • 4. Cutting Stress • Cutting stress atau tekanan memotong dapat dilakukan un tuk mengetahui seberapa kuat contoh bila dilakukan prose s pemotongan. • Cutting stress dapat dilakukan dengan probe berbentuk pi sau atau blade. • Caranya contoh ditekan hingga contoh putus. • Nilai cutting stress ditentukan dari besarnya gaya maksimu m yang diperlukan untuk memotong contoh tersebut. • Analisis Profil Tekstur • Analisis profil tekstur dikembangkan untuk menstimulasikan sifat te kstur oleh indera manusia, yaitu pada saat pengunyahan oleh gigi. • Mutu tekstur disimulasikan seperti kekerasan, kerapuhan, daya koh esif, elastisitas, kelengketan, dan daya kunyah. • Berbeda dengan metode mengukur kekerasan yang dilakukan hany a satu kali pemberian daya tekan, dalam analisis profil tekstur dilakukan dua kali pemberian daya tekan. Dengan demikian, hasil dari analisis profil tekstur adalah dua buah kurva hasil tekanan pertama dan kedua. • Dari kurva tersebut dapat ditentukan nilai kerapuhan, kekerasan, el astisitas, kelengketan, dan daya kunyah. PENGUKURAN BAHAN DAN PRODUK PANGAN BERSIFAT VISKOELASTIK • Pengukuran Sifat Gelatinisasi Pati • Granula pati bila disuspensikan dalam air dan dipanaskan akan mengalami proses g elatinisasi, yaitu dapat mengental selama proses pemanasan dan membentuk gel s etelah didinginkan. • Adanya sifat gelatinisasi pati ini menyebabkan pati banyak digunakan sebagai bahan pengental atau pembentuk gel dalam proses pengolahan pangan. • Ditinjau dari sifat reologinya, pati yang telah tergelatinisasi memiliki sifat mengalir s ehingga yang diukur adalah nilai kekentalannya. • Tetapi setelah proses gelatinisasi selesai, maka sifatnya dapat berubah menjadi ber sifat elastis dan yang dapat diukur adalah nilai kekuatan gelnya. Dalam beberapa ko ndisi, pati yang tergelatinisasi juga dapat bersifat viscoelastik. • Salah satu metode untuk mengukur sifat gelati nisasi pati adalah dengan menggunakan instru men Brabender Viscograph dan juga Rapid Vis co Analyzer (RVA). • RVA memiliki prinsip pengukuran yang sama d engan Brabender Viscograph, hanya waktu pe ngukurannya lebih singkat • Data yg diperoleh : • a. Waktu gelatinisasi (menit), waktu yg diperlukan untuk terjadinya ge latinisasi pati, dialat waktu pada saat alat mulai mencatat awal pe mbacaan nilai viscositas. • b. Suhu Gelatinisasi (°C), suhu pada saat terjadi gelatinisasi pati d i alat suhu pada saat alat mulai mencatat awal pembacaan nilai visco sitas • c. Waktu granula pecah (menit), waktu yang diperlukan granula pec ah Waktu pada saat alat ( viscograph )membaca nilai maksimum viscositas pada tahap proses pemanasan • d. Viskositas maksimum (BU), adalah niali viskositas puncak Titik p uncak dari pasta pati maksimum yang terbaca oleh viscograph selama tahap pemanasan. • e. Suhu granula pecah, suhu pada saat nilai viskositas max Suhu pada saat viscograph pada tahap proses pemanasan mencatat nilai v iscositas maksimum • f. Viscositas pada suhu 95°C (BU) Nilai viscositas dari pasta pada tahap pemanasan setelah mencapai 95°C. • g. Viscositas pada suhu 95°C setelah holding (BU) Viskositas dar i pasta setelah suhu dari viscograph dipertahankan pada 95C selama waktu (20-30m • h. Viscositas breakdown (BU) Nilai selisih Viskositas maksimum (B U) dengan Viscositas pada suhu 95C (BU). • i. Viscositas pada suhu 50C (BU) Nilai viskositas pasta setelah tah ap pendinginan suhu 50C. k. • j.Viscositas setback (BU) Nilai selisih Viskositas pada suhu 50C (B U) dengan Viscositas maksimum (BU). • i. Viscositas pada suhu 50C (BU) • j. Viscositas pada suhu 50C setelah holding (B U) • k. Viscositas setback (BU • l. Kestabilan viscositas pasta terhadap proses p engadukan (BU) • UJI SIFAT FISIK ADONAN • Didalam proses pembuatan roti, pembuatan adonan yang b aik sangat menentukan mutu dari produk akhir. • Mutu Adonan sendiri sangat ditentukan oleh kualitas dari t epung yang digunakan. pengujian kualitas adonan sering dilakukan untuk mengetahui mutu dari tepung. • Salah satu yang sering digunakan adalah Brabender Farinog raph dan Brabender Ekstensograph. • Brabender Farinograph digunakan untuk mengukur kemam puan tepung untuk membentuk adonan, • sedangkan Brabender Ekstensograph digunakan untuk ekst enstabilitas dan resistensi adonan. • Dari farinograph tersebut, dapat diperoleh data-data sebag ai berikut: • a. Daya Serap Air (DSA) DSA adalah kemampuan penyera pan air maksimum dari tepung untuk menghasilkan • b. Peak time Peak time adalah waktu yang dibutuhkan ol eh kurva untuk mencapai konsistensi maksimum. • c. Departure TimeDeparture time adalah waktu sejak Pe nambahan air sampai pada saat kurva meninggalkan garis 5 00 BU. • d. Stabilitas adonanStabilitas adonan adalah Perbedaan waktu pada saat garis farinogram menyentuh garis 500 BU. • e. Indeks toleransi adonanIndeks toleransi adonan menu njukkan besar kecilnya toleransi adonan terhadap gaya-gay a mekanik selama pengadonan. • Dari Ekstensograph tersebut, dapat diperoleh data -data sebagai berikut: • a. Kemampuan Rentang • b. Ekstensibilitas • c. Luasan dibawah kurva • d. Nilai rasio Berdasarkan perhitungan daya tah an rentangan dibandingkan dengan ekstensibilitas. Nilai rasio ini untuk menghindarkan kerancuan y ang mungkin terjadi.