Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PRE-LAB
1. Apa yang dimaksud dengan daya cerna pati?
Daya cerna pati adalah tingkat kemudahan suatu jenis pati untuk dapat dihidrolisis
oleh enzim pemecah pati menjadi unit-unit yang lebih sederhana. Daya cerna pati dihitung
sebagai persentase relatif terhadap pati murni. Pati murni diasumsikan dapat dicerna
dengan sempurna dalam saluran pencernaan. Pati modifikasi memiliki daya cerna yang
lebih rendah karena kemungkinan mengandung pati resisten yang lebih tinggi (Meilaty,
2011).
Karbohidrat yang masuk melalui mulut harus dipecah terlebih dulu menjadi
persenyawaan yang lebih sederhana sebelum dapat melewati dinding usus dan masuk ke
sirkulasi darah. Monosakarida adalah karbohidrat sederhana yang secara normal bisa
melewati dinding usus. Proses pemecahan karbohidrat ini disebut pencernaan karbohidrat
yang dibantu dengan enzim amilase. Dalam mulut, makanan bercampur dengan amilase
yang akan mengubah pati menjadi dekstrin. Umumnya hanya sebagian kecil saja yang
dapat dicerna. Sebelum makanan bereaksi asam dengan adanya HCl yang diproduksi
asam lambung, pati akan diubah sebisa mungkin menjadi disakarida (Meilaty, 2011).
Meilaty, I. 2011. Evaluasi Nilai Gizi: Daya Cerna Pat. Fakultas Ekologi Manusia. Institut
Pertanian Bogor. Bogor
Tanggal Nilai
2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Reagen DNS
Reagen DNS (Dinitrosalicylic acid) merupakan reagen campuran dari Dinitrosalicylic
acid dengan NaOH dan sodium potassium tartarat. Umunya digunakan sebagai sebagai
pereaksi pada reaksi untuk menghasilkan gula pereduksi seperti glukosa dan fruktosa.
Fungsi dari penambahan DNS diantaranya adalah untuk menghentikan kerja enzim,
sehingga enzim tidak memecah pati (Suarni, 2011).
Saat ditambahkan reagen DNS, akan terjadi reaksi redoks pada gugus aldehid gula
dan teroksidasi menjadi gugus karboksil. Sementara itu, DNS sebagai oksidator akan
tereduksi membentuk 3-amino dan 5-nitrosalicylic acid. Reaksi tersebut akan terjadi
dalam suasana basa dan akan menyebabkan perubahan warna larutan DNS dari kuning
menjadi jingga kemerahan (Suarni, 2011).
2. Enzim Amilase
Enzim amilase merupakan enzim yang berfungsi untuk menghidrolisis pati atau
polisakarida menjadi unit disakarida yang lebih kecil dan merubahnya menjadi monosakarida
seperti glukosa, fruktosa, galaktosa (Sacher, 2006). Proses hidrolisa pati tersebut dilakukan
melalui tiga tahapan, yakni gelatinisasi, likuifikasi dan sakarifikasi. Ketiga tahapan
tersebut memerlukan energi yang relative tinggi sehingga meningkatkan biaya produksi
pada produk berbasis pati (Nangin, 2015). Adapun enzim amylase terbagi menjadi 3
jenis yaitu α-amilase, β- amylase, glukoamilase penjelasan menurut Juwita (2013)
sebagai berikut:
α-amilase
α-amilase memotong karbohidrat rantai panjang pada lokasi acak di
sepanjang rantai pati, yang pada akhirnya menghasilkan maltotriosa dan maltosa dari
amilosa, atau maltosa, glukosa dan "limit-dextrin "dari amilopektin.
β-amilase
β-amilase adalah bentuk lain dari amilase disintesis oleh bakteri, jamur, dan
tanaman. β- amilase mengkatalisis hidrolisis ikatan glikosidik kedua α-(1,4).
γ-Amilase / glukoamilase
γ-amilase/ glukoamilase memecah ikatan glikosidik α-(1,6), selain itu juga
memecah ikatan glikosidik α(1,4) terakhir pada ujung non-reducing dari amilosa dan
amilopektin, sehingga menghasilkan glukosa.
Enzim amylase dapat ditemukan dari berbagai sumber, diantaranya adalah biji-
bijian yang sedang berkecambah seperti pada acing hijau, pada manusia juga dapat
ditemukan adanya enzim amylase yakni adanya α-amilase yang berada dalam air liur
yang akan menghidrolisis pati dan glikogen menjadi maltose dan oligosakarida.
Pengujian aktivitas enzim amylase dapat dilakukan secara kualitatif maupunsecara
kuantitatif. Dalam pengujian secara kualitatif dapat digunakan larutan pati atau amilum
sebagai substratnya. Pati akan menghasilkan warna ungu jika direaksikan dengan iodine,
sehingga aktivitas enzim amylase dapat diamati. Sedangkan pada pengujian secara
kuantitatif dilakukan berdasarkan jumlah substrat yang berubah sesuai perubahan waktu
(Nangin, 2015).
3
3. Maltosa
4. Tepung Gaplek (+ kadar patinya)
5. Tepung Jagung (+ kadar patinya)
4
10. STPP
11. H2O2
12. Buffer Phospat
5
Kadar maltosa standar
Absorbansi Absorbansi-Blanko
(mg/100 ml)
3. Tuliskan data hasil pengujian kadar maltosa sampel hasil hidrolisis enzim!
Jenis Sampel Absorbansi Kadar Maltosa Hasil Daya Cerna (%)
Hidrolisis Enzim
6
Tepung singkong
Pati singkong
Pasta tapioka
Tapioka modifikasi oksidasi
dalam bentuk pasta
Tapioka modifikasi pengikatan
silang dalam bentuk pasta
Pati murni
Tepung singkong
Perhitungan:
4. Apakah terdapat perbedaan daya cerna tapioka dan tepung singkong? Mengapa?
7
5. Apakah terdapat perbedaan daya cerna pati mentah dengan pati tergelatinisasi (pasta)?
Mengapa?
6. Apakah terdapat perbedaan daya cerna pati alami dan pati modifikasi? Mengapa?
8
7. Apakah terdapat perbedaan daya cerna pati modifikasi oksidasi dan pengikatan silang?
Mengapa?
Kesimpulan
Daftar Pustaka
9
10