Disusun Oleh :
2018
1. Flavor (Citarasa)
2. Odor (Bau)
Bau-bauan baru dapat dikenali bila berbentuk uap dan molekul- molekul
komponen tersebut menyentuh silia sel olfaktori dan diteruskan ke otak dalam
bentuk impuls listrik. Kadar yang ditangkap ternyata sangat rendah, misalnya
vanillin konsentrasi 2 x 10-10 mLg per liter udara.Manusia mampu mendeteksi dan
membedakan lebih kurang 16 juta jenis bau dan ini lebih kecil bila dibandingkan
dengan indera penciuman hewan. Bau tidak tergantung pada penglihatan,
pendengaran dan sentuhan.
Pada umumnya bau yang diterima oleh hidung dan otak lebih banyak
merupakan berbagai ramuan atau campuran 4 (empat) bau utama yaitu : harum,
asam, tengik dan hangus.Indera penciuman sangat sensitif terhadap bau, kecepatan
timbulnya bau lebih kurang 0,18 detik. Kepekaan indera penciuman diperkirakan
berkurang 1% setiap bertambahnya umur satu tahun.Kelelahan daya penciuman
terhadap bau dapat terjadi dengan cepat, misalnya orang yang belum terbiasa
menghirup gas H2S akan segera mengenalnya sebaliknya seseorang yang setiap
hari bekerja di laboratorium tidak akan segera mengenalnya meskipun konsentrasi
H2S di cukup tinggi udara.
3. Taste (Rasa)
manis, pahit, asam dan asin. Ada tambahan respon yang terjadi bila dilakukan
modifikasi antara lain : rasa kecut, pedas, panas, dingin dan sebagainya.
Bayi lahir denga mulut yang penuh kuncup cecapan, setelah dewasa
kebanyakan lenyap tinggal yang terpusat pada lidah dengan pasukan pemandu
yang kurang. Otak kerap kali memerlukan bukti penunjang dari : penciuman,
penglihatan dan sentuhan untuk mengetahui apa yang dikecap oleh mulut.
Misalnya orang sakit dengan mata tertutup tidak dapat membedakan antara sari
dengan sel yang baru setiap 7 hari. Jumlah kuncup perasa pada manusia sekitar 9
yaitu disebabkan antara lain oleh : usia, jenis kelamin dan perokok
berat (lebih dari 20 batang/hari) maka akan memberikan respon yang buruk.
Selain “rasa” dan “bau” ada hal lain yang mempengaruhi kualitas untuk
reseptor olfaktori dan kelenjar air liur.Semakin kental suatu bahan maka
asam sitrat, rasa pahit kafein ataupun rasa manis sukrosa sebaliknya akan
Sifat kimia dari makanan dan minuman merupakan sistem yang dinamis
dan terus menerus berubah. Perubahan flavor dalam makanan, bahan mentah
3. Faktor fisik
5. Irradiasi
7. Oksidasi udara
asam dan alkohol dari wine untuk membentuk ester fruity yang menghasilkan bau
yang diinginkan sehingga dapat membantu kita dalam mengevaluasi kualitas dari
wine
a. Esterifikasi
Contoh :
Keju biasanya mengandung sejumlah besar asam lemak rantai pendek, jika
alkohol ada didalam formula ini maka akan membentuk bau fruity didalam flavor.
b. Kondensasi Aldol
membentuk aldehid tidak jenuh. Reaksi ini terjadi dengan segera pada pH tinggi.
c. Pembentukan Asetal
Asetal dapat terbentuk dari reaksi antara aldehid dan alkohol, dimana
asetal stabil pada pH netral dan akan terdekomposisi pada media asam.
d. Oksidasi Terpen
karena itu bila ada oksigen dapat menyebabkan terjadinya “pemecahan” atau
rearrangement.
penambahan antioksidan.
e. Oksidasi Merkaptan
membentuk asetal. Merkaptal stabil pada pH tinggi dan akan terhidrolisa dengan
g. Pencoklatan
senyawa flavor dan beberapa proses makanan. Reaksi yang terjadi adalah “Reaksi
Mailard” yaitu reaksi antara asam amino (protein) dan gula yang melibatkan
Susu adalah medium yang terbaik untuk tipe reaksi ini, pencoklatan
mailard didalam susu dapat menyebabkan “flavor apak” dan “rasa pahit”.
a. Pemanasan
selama pemrosesan dan mengalami perubahan kimia. Perubahan kimia ini dapat
berikatan silang dan dapat merubah flavor dan teksturnya . Demikian juga dengan
pemanasan lipid dapat merubah lipid tak jenuh menjadi aldehid, keton, dimmer
dan polimer yang dapat mempengaruhi flavor, tekstur dan nilai nutrisi dari
makanan.
b. Pengeringan
c. Pembekuan
penghilangan air. Didalam proses pembekuan air yang terkandung dalam makanan
Faktor Fisik
volatile dapat bebas dari produk makanan dibawah suhu ringan yang biasanya
c. Pengepakan
Variasi pengepakan baik dalam kontainer plastik, logam atau gelas dapat
makanannya yaitu proses pengepakan harus dapat melindungi makanan dan flavor
lain : (1). Migrasi komponen kemasan ke dalam pangan; (2). Permeabilitas gas
dan uap air melaui kemasan; (3). Penyerapan uap organik dari pangan ke bahan
kemasan; (4) Transfer interaktif akibat dari transmisi cahaya; dan (5). Flavor
scalping ( sorbtion ) yaitu proses penyerapan rasa, aroma atau zat pewarna dari
bahan pangan ke bahan kemasan. Migrasi senyawa-senyawa kimia dari bahan
.
b. Interaksi Penyusun-Penyusun Pengemas Logam dengan Pangan yang
Dikemasnya
Interaksi antara penyusun kemasan dengan bahan pangan yang dikemas dapat
mengakibatkan kerusakan pada makanan kaleng. Kerusakan yang dapat terjadi pada
bahan pangan yang dikemas dengan kemasan kaleng terutama dalah kerusakan
kimia, meski demikian kerusakan biologis juga dapat terjadi. Kerusakan kimia yang
paling banyak terjadi pada makanan yang dikemas dengan kemasan kaleng adalah
hydrogen swell . Kerusakan lainnya adalah interaksi antara bahan pembuat kaleng
yaitu Sn dan Fe dengan makanan yang dapat menyebabkan perubahan yang tidak
diinginkan, kerusakan mikrobiologis dan perkaratan (korosi).
a. Cahaya
Contohnya oksidasi vitamin A dalam susu yang memberi flavor seperti rumput
b. Sedikit Logam
inisiasi dari reaksi lipid, asam lemak tak jenuh yang dengan adanya oksigen dapat
membentuk hidroperoksida.
c. Medium Asam
Degradasi dari minyak lemon akan dipercepat dalam larutan aqua pada pH
rendah.
d. Proses Thermal
bahan mentah akan menghasilkan produk samping baik yang diinginkan atau yang
tidak diinginkan. Akibat dari proses thermal yaitu reaksi mailard, pemanasan dari
makanan yang mengandung protein atau asam amino dan gula akan mempercepat
reaksi mailard.
Irradiasi
Efek irradiasi pada makanan tergantung pada kondisi dimana proses ini
dilakukan. Pemberian dosis yang tidak layak dapat menyebabkan perubahan kimia
banyak tipe reaksi. Seperti oksidasi-reduksi dan dimerisasi, hasil reaksi dapat
Rasa “masam” pada susu disebabkan oleh bakteri tipe streptococcus yang
disebut “tengik”.
a. Perubahan Enzimatik
Pencoklatan enzimatik terjadi pada buah-buahan dan sayur- sayuran,
reaksi ini dapat merusak sensory makanan dan menurunkan nilai nutrisi dari
makanan.
pada udara terbuka. Dapat juga terjadi dengan cepat apabila makanan dicairkan
setelah pendinginan.
proses pemucatan atau penyimpanan buah-buahan dan sayur- sayuran dalam air
yang mengandung asam askorbat dan natrium sulfite. Jus buah-buhan dicegah dari
b. Perubahan Mikrobial
tinggi. Penyiapan emulsi untuk minuman ringan yang tidak dilakukan dibawah
penicilium, absido, mucor dan rhizopus. Bau yang dihasilkan adalah bau
Oksidasi Udara
dekstruktif (perusak).
a. Oksidasi Lipid
Ketengikan dihasilkan oleh autooksidasi asam lemak tak jenuh yang menimbulkan
bau dan flavor yang tidak menyenangkan dan membuat makanan menjadi tidak
enak.
1. Inisiasi
Inisiasi dapat terjadi dengan adanya panas, cahaya atau sedikit logam yang
RH → R• + H•
→ ROO• + H•
2. Propagasi
RO• + O2 → ROO•
RO• + RH → ROH + R•
3. Terminasi
R• + ROO• → ROOR
jenuh yang merupakan konstributor terbesar dalam memberi bau yang tidak enak
b. Oksidasi Protein
“gamut” sebagai produk samping seperti thiol-disulfida dan ditirosin dan bentuk
c. Oksidasi Aldehid
isovalerad.