240210160073
4.1 Pendinginan
Pendinginan adalah penyimpanan pada suhu rendah dimana suhunya di
atas titik beku yaitu antara -2 oC dan 16oC. suhu dalam lemari es umumnya
Dzil Arsyi Sabila
240210160073
Oranye Khas
Kukus Lunak Segar ++++ 61 gram
+++ wortel ++
0
Oranye Khas
Rebus Lunak Segar ++++ 66 gram
++++ wortel ++
Orange Khas
Kukus Lunak Segar +++ 61 gram
+++ wortel ++
1
Orange Khas
Rebus Lunak Segar +++ 66 gram
++++ wortel ++
Orange Khas
Kukus Lunak Segar + 65 gram
++ wortel
Wortel
2
Orange Khas
Rebus Lunak Segar + 60 gram
++++ wortel
5 Kukus 103.5
gram
Rebus 113.1
Kesega-
Sampel Hari Warna Aroma Tekstur Berat Gambar
ran
Pisang
Pisang dengan
Pisang
dengan kemasan
dengan Pisang
kemasan Pisang Pisang berlubang
kemasan dengan
berlubang dengan dengan :
berlubang : kemasan
: Khas kemasan kemasan
kuning cerah berlubang
pisang berlubang berlubang
++ : 144
segar +++ : Lunak + : Segar
gram
++
1 Pisang
Pisang Pisang Pisang
dengan Pisang
dengan dengan Pisang dengan
kemasan dengan
kemasan kemasan dengan kemasan
tanpa kemasan
tanpa tanpa tanpa tanpa
lubang : tanpa
lubang: lubang: lubang: lubang:
kuning dan lubang:
Khas Lunak ++ Segar
ada bagian 152 gram
pisang
hitam
segar ++
Pisang
dengan
kemasan
berlubang
Pisang Pisang Pisang Pisang :
Pisang
dengan dengan dengan dengan
dengan
kemasan kemasan kemasan kemasan
kemasan
berlubang berlubang berlubang berlubang
berlubang:
: Khas : Lunak : tidak : 140,91
40% hitam
pisang + ++ segar gram
60% kuning
2
Pisang Pisang Pisang Pisang Pisang
Pisang
dengan dengan dengan dengan dengan
dengan
kemasan kemasan kemasan kemasan kemasan
kemasan
tanpa tanpa tanpa tanpa tanpa
tanpa lubang:
lubang: lubang: lubang: lubang: lubang:
50% kuning
Khas Lunak tidak 151,12
50% hitam
pisang ++ +++ segar gram
Kesega-
Sampel Hari Warna Aroma Tekstur Berat Gambar
ran
Coklat + : Khas : Lunak :tidak : 142,98 :
pisang +++ segar + gram
Pisang manis +
dengan Pisang Pisang Pisang
kemasan Pisang dengan dengan dengan
tanpa lubang: dengan kemasan kemasan kemasan
Coklat ++ kemasan tanpa tanpa tanpa Pisang
dan ada tanpa lubang :L lubang : lubang : dengan
bagian hitam lubang unak tidak 151,79 tanpa
Khas ++++ segar ++ gram lubang
pisang
manis
Pisang
dengan
kemasan
Pisang
berlubang
dengan Pisang Pisang Pisang
:
kemasan dengan dengan dengan
Pisang
berlubang kemasan kemasan kemasan
dengan
: Khas berlubang berlubang berlubang
kemasan
pisang : Lunak : tidak : 140,51
berlubang:
matang + ++++ segar ++ gram
Hitam +
7
Pisang Pisang Pisang Pisang
Pisang Pisang
dengan dengan dengan dengan
dengan dengan
kemasan kemasan kemasan kemasan
kemasan kemasan
tanpa tanpa tanpa tanpa
tanpa lubang: tanpa
lubang: lubang: lubang: lubang:
Hitam ++ lubang:
Khas Lunak tidak 151,45
pisang +++++ segar +++ gram
matang +
yang mengandung nitrogen sebesar 1,7% atau berkisar 1 – 2% dan juga substansi
yang bukan protein seperti mineral, vitamin, dan sebagainya rata-rata sebesar
0,85 % (Brewer, 2010).
Daging putih berasal dari kelompok unggas, seperti ayam, bebek, itik, dan
unggas lainnya. Warna daging putih berasal dari sedikitnya pigmen mioglobin
pada daging, dan lebih bertipe pada metabolisme glikolitik. Sementara daging
intermediate merupakan daging yang komposisi kimianya berada di tengah-
tengah antara daging merah dengan daging putih (Bell & Weaver, 2002).
Ikan merupakan komoditas yang mudah dan cepat membusuk, sehingga
ikan memerlukan penanganan yang cepat dan cermat dalam upaya
mempertahankan mutunya sejak ikan diangkat dari air. Pendinginan merupakan
perlakuan yang paling umum dalam mempertahankan mutu hasil perikanan
terutama dalam tahap penanganan. Dalam penanganan ikan segar diupayakan
suhu selalu rendah mendekati 0o C dan dijaga pula jangan sampai suhu naik akibat
terkena sinar matahari atau kekurangan es. Penanganan ikan harus dilakukan
secepat mungkin untuk menghindari kemunduran mutu ikan sehingga diperlukan
bahan dan media pendinginan yang sangat cepat dalam menurunkan suhu ikan
pada pusat thermal ikan. Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
tingkat kesegaran ikan. Tingkat kesegaran ikan akan semakin cepat menurun atau
ikan akan mudah menjadi busuk pada suhu tinggi dan sebaliknya pembusukan
dapat dihambat pada suhu rendah (Suparno et al.1993 dalam Sulastri, 2011) Hasil
pengamatan disajikan pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Hasil Pengamatan Pendinginan Daging Ayam dan Ikan
Keseg
Sampel Hari Warna Aroma Tekstur Berat Gambar
aran
Merah muda Kenyal Segar 137,89
0 Amis +
pucat ++ ++++ gram
Badan:
Abu-abu 60%
Kenyal
Putih 10% Amis Segar 203
0 agak
Hitam 30% ++ ++++ gram
keras
Insang: merah
segar
Badan:
Abu-abu 50%
Putih 10% Segar 200
1 Amis Keras
Hitam 40% ++++ gram
Insang: merah
segar
Badan:
Abu-abu 50%
Ikan Segar 195
2 Putih 20% Amis Keras +
++ gram
Hitam 30%
Insang: merah
Badan:
Abu-abu 40%
Putih 30% Agak 182
5 Amis Keras
Hitam 30% segar gram
Insang: merah
segar
Badan:
Putih 40%
Lembek Tidak 210
7 Hitam 60% Amis
+ segar gram
Insang: merah
pucat
hidrofobik menjadi kecil. Sehingga air bereaksi dengan molekul air lainnya dan
membentuk ikatan hidrogen dan asam-asam amino pada protein daging yang
tergolong hidrofobik akan menjauh dari air dan mengubah struktur asli dari
protein itu sendiri (Rauf, 2015). Tak hanya merubah atau menurunkan massa saja,
denaturasi protein juga membuat daging hewan tersebut menjadi kenyal/lembek
sehingga sangat tidak layak konsumsi karena tekstur bahan mentahnya yang sudah
sangat tidak memenuhi standar. Tidak semua data per harinya mengalami
penurunan, terkadang pada pengamatan akan massa bahan di setiap metodenya,
terjadi kenaikan massa. Hal tersebut dipengaruhi oleh adanya kesalahan saat
penimbangan dimana neraca tidak dinetralkan/dikalibrasikan (dibuat angka 0) saat
proses penimbangan.
Adapun pada daging ayam, tidak mengalami perubahan warna yang
signifikan. Hal itu dikarenakan pigmen mioglobin pada ayam lebih rendah
daripada daging sapi sehingga untuk mengetahui daging ayam tergolong segar
atau tidaknya melalui perubahan warna sangatlah sulit (Bell & Weaver, 2002).
Aroma pada daging ayam yang disimpan suhu dingin dihasilkan oleh bakteri-
bakteri yang tergolong mesofil, seperti Micrococcus, Enterococcus,
Staphylococcus, Bacillus, Clostridium, Lactobacillus, bakteri koliform, dan
bakteri lainnya yang bersifat enterik. Sementara pada daging yang disimpan pada
suhu beku, Pseudomonas sp. merupakan bakteri paling dominan selain
Aeromonas, Brochotrix thermospacta, Alcaligenes dan bakteri-bakteri lainnya.
Jumlah mikroba pada daging mentah sangatlah bervariasi dan didominasi oleh
bakteri, dimana jumlah mikroorganisme pada daging sendiri sebesar 104 sel
/g dan
jenis Salmonella 1sel/25 g daging. Daging ayam pada dasarnya mengandung bakteri
Salmonella yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan kadar pH daging ayam lebih
tinggi sebesar 6,0, berprotein tinggi, dan rendah karbohidrat (Sopandi & Wardah,
2014).
Adapun berdasarkan Tabel 5, ikan yang disimpan selama seminggu dalam
pendingin juga mengalami beberapa perubahan diantaranya warna ikan semakin
pucat, aroma amis pada ikan pun semakin berkurang, tekstur ikan pun berkurang
kekerasannya, begitupun dengan kesegaran dan bobot ikan yang berkurang.
Dzil Arsyi Sabila
240210160073
4.2 Pembekuan
Pembekuan bahan pangan adalah penyimpanan pada suhu dibawah titik
beku bahan pangan tersebut atau penyimpanan bahan pangan dalam keadaan
beku. Pembekuan yang baik biasanya dilakukan pada suhu -2oC sampai -24oC.
Pembekuan cepat dilakukan pada suhu -24oC sampai -40oC, dengan kecepatan
pembekuan 3-l0 m/detik. Bahan pangan yang telah dibekukan dapat disimpan di
ruang penyimpanan pada suhu -l8oC sampai -25oC. Fluktuasi suhu dalam ruang
penyimpanan dapat mempengaruhi mutu produk. Penurunan mutu bahan pangan
selama penyimpanan beku terutama disebabkan oleh adanya perubahan-
perubahan kimia dan fisik, bukan oleh aktivitas mikroba. Sampel yang digunakan
adalah wortel, jagung, buncis, kentang, daging dan sosis. Pengamatan dilakukan
sebanyak 4 kali selama 1 minggu. Pengamatan mencakup aspek-aspek
organoleptik yaitu warna, aroma, tekstur, dan kesegaran. Selain itu berat juga
menjadi salah satu aspek yang diamati.
yang dapat menyebabkan perubahan flavor dan rasa serta warna dalam
penyimpanan atau menonaktifkan enzim peroksidase, katalase oksidase,
fenolase dan enzim pembuat warna cokelat lainnya, mengurangi kadar
oksigen dalam sel, mengurangi jumlah mikroba dan memperbaiki warna
(Buckle, 1987), mengerutkan dan melemaskan bahan pangan, sehingga
memudahkan pengolahan selanjutnya, menurunkan kontaminasi mikroba awal,
menghilangkan kotoran-kotoran pada permukaan bahan dan mengusir udara atau
mengurangi kadar oksigen dari jaringan bahan pangan. Hasil pengamatan
disajikan pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Hasil Pengamatan Pembekuan Wortel
Kesega-
Sampel Hari Perlakuan Warna Aroma Tekstur Berat Gambar
ran
Khas 68
Kukus Oranye Lunak + Segar +
wortel gram
khas
Oranye Kurang 60
Kukus wortel Lunak+
++ segar gram
berkurang
2
Khas
Oranye Kurang 74
Rebus wortel Lunak
+ segar gram
berkurang
Khas
Orange Kurang 57,4
5 Kukus wortel Lunak +
+ Segar gram
berkurang
Dzil Arsyi Sabila
240210160073
Kesega-
Sampel Hari Perlakuan Warna Aroma Tekstur Berat Gambar
ran
Rebus - - - - - -
Khas
Oranye Lunak Kurang 58.54
Kukus wortel
++ ++ segar gram
berkurang
7
Lunak
Oranye Berbau +++, Kurang 67.9
Rebus
+++ asam Berlendi segar gram
r ++
Sumber : (Dokumentasi Pribadi, 2018)
Hasil pengamatan menunjukkan wortel pada hari ketujuh telah mengalami
kerusakan ditandai dengan teksturnya yang lunak dan berlendir serta aroma yang
berbau asam menyengat. Seharusnya wortel yang didiamkan pada suhu beku lebih
tahan lama daripada yang disimpan dalam suhu dingin karena proses respirasi dan
aktivitas biokimia dalam wortel tersebut terhambat oleh pembekuan sehingga
pembusukan tertahan cukup lama dibandingkan dengan pendinginan. Pada
pembekuan akan terjadi beberapa proses. Mula-mula terjadi pembentukan kristal
es yang biasanya berlangsung cepat pada suhu dibawah 0oC. Kemudian diikuti
proses pembesaran dari kristal-kristal es yang berlangsung cepat pada suhu -2oC
sampai -7oC. Pada suhu yang lebih rendah lagi, maka pembesaran kristal-kristal es
dihambat karena kecepatan pembentukan kristal es meningkat. Secara normal,
pembesaran kristal-kristal es dimulai di ruang ekstraseluler, karena viskositas
cairannya relatif lebih rendah. Bila pembekuan berlangsung secara lambat, maka
volume ekstra seluler lebih besar sehingga terjadi pembentukan kristal-kristal es
yang besar di tempat itu. Kristal es yang besar akan menyebabkan kerusakan pada
dinding sel. Kadar air bahan makin rendah, maka akan terjadi koagulasi protein
terutama pada bahan nabati. Proses ini bersifat irreversible.
Berdasarkan hasil pengamatan pada proses pembekuan, sampel yang
diberi perlakuan mengalami perubahan organoleptik seperti perubahan pada
warna, aroma, tekstur, kesegaran dan berat atau bobot. Tabel hasil pengamatan
menunjukkan wortel pada suhu beku mengalami perubahan warna tapi sangat
sedikit. Meskipun demikian, warna dan kenampakan merupakan atribut mutu
Dzil Arsyi Sabila
240210160073
yang sangat penting bagi hasil pertanian yang berasal dari pohon yang tidak
mengalami pemucatan, yang dibekukan, dan yang dipotong-potong, sebab hasil
pertanian itu akan menjadi perang oleh pengaruh enzim bila tidak dibekukan lagi
(Pantastico, 1986). Selama penyimpanan beku, konsentrasi bahan-bahan dalam sel
termasuk enzim dan substratnya meningkat, jadi kecepatan aktivitas enzim dalam
jaringan beku cukup nyata, walaupun pada suhu rendah. Melindungi produk
terhadap udara dengan pengemasan dan penyimpanan pada suhu yang lebih
rendah, akan sangat mengurangi laju oksidasi dan perubahan warna.
Selama proses pembekuan, terjadi pula perubahan aroma dan tekstur.
Karena tekstur yang sudah berubah maka akan berubah pula aroma yang
dikeluarkan. Salah satu contoh aroma yang khas yaitu pada irisan wortel yang
menunjukkan bahwa kandungan komponen volatil yang terkandung di dalam
irisan wortel lebih banyak. Aroma tersebut terbentuk dari komponen prekusor
ketika bereaksi dengan enzim pembentuk flavor (Alabran dan Mubrouk, 1973).
Semakin lama waktu penyimpanan maka aroma produk terbaik cenderung
semakin sedikit disukai oleh panelis. Selama penyimpanan beku terbentuk kristal-
kristal es pada irisan wortel beku. Pada saat produk di thawing (dilelehkan)
kristal-kristal es itu mencair dan melarutkan komponen-komponen pembentuk
aroma sehingga aromanya sedikit berubah. Seperti perubahan citarasa, perubahan
aroma juga disebabkan oleh proses oksidatif oleh oksigen atau enzim pada produk
lemak (Ilyas, 1993). Pembekuan secara cepat akan menghambat kecepatan difusi
air ke ruang ekstraseluler, akibatnya air akan berkristal di ruang intraseluler,
sehingga massa kristal es akan terbagi rata dalam seluruh jaringan. Kristal es yang
terbentuk berukuran kecil-kecil. Keadaan ini mengakibatkan kehilangan air pada
waktu thawing akan berkurang.
Semakin rendah suhu penyimpanan, maka ada kecenderungan kadar air
semakin besar. Hal ini disebabkan oleh pendinginan yang dapat memperlambat
kecepatan reaksi-reaksi metabolisme, dimana pada umumnya setiap penurunan
suhu 8°C kecepatan reaksi akan berkurang menjadi kira-kira setengahnya
(Wiersema, 1989). Perubahan tekstur juga terjadi pada proses pembekuan. Karena
sebelum pembekuan dillakukan proses blansing maka tekstur dari setiap sampel
memang sudah renyah atau mungkin lunak atau bahkan lembek namun kadaan ini
Dzil Arsyi Sabila
240210160073
akan terus stabil apabila sayur tidak disimpan terlalu lama dengan suhu yang
sangat rendah. Hal tersebut disebabkan karena pada saat pembekuan terbentuk
kristal-kristal es pada produk. Pada saat produk di thawing (dilelehkan), kristal-
kristal es tersebut mencair dan membebaskan zat alir (drip) sehingga teksturnya
menurun. Oleh karena itu, sebaiknya menggunakan pembekuan cepat dan proses
thawing. Menurut Ilyas (1993), penyebab utama dari perubahan tekstur adalah
ketidak mampuan pada jaringan produk yang dibekukan untuk menahan air. Air
pada produk beku mudah bebas selama pelelehan dan pemasakan. Ketahanan
terhadap suhu ini mempengaruhi tekstur dari sampel. Perubahan kesegaran dapat
terjadi pada proses pembekuan. Hal tersebut dapat dikarenakan adanya aktivitas
mikroba yang mempengaruhi kesegaran sayuran, kemudian dapat pula
dikarenakan waktu penyimpanan yang terlalu lama. Penyimpanan yang terlalu
lama justru dapat mengkibatkan kebusukan yang diawali dengan menurunya
kesegaran pada sayuran.
Berdasarkan hasil pengamatan, sampel mengalami susut bobot. Perubahan
susut bobot yang semakin tinggi menunjukkan bahwa tingkat kesegaran bahan
pertanian sudah semakin berkurang. Penyebab utama susut bobot hasil pertanian
adalah terjadinya evaporasi. Evaporasi ini dikarenakan penyimpanan irisan wortel
beku di freezer akan kehilangan air karena udara di dalam ruang pendingin terlalu
kering (RH-nya rendah) maka air dari sampel yang ada di ruang pendingin akan
menguap untuk mencapai keseimbangan dan sampel memiliki kadar air yang
tinggi sehingga terjadi evaporasi. Akibatnya, terjadi pengerutan atau layu,
pengeringan, pengerasan dan susut bobot (Ryall dan Lipton,1983). Kehilangan air
dari komoditas selain dipengaruhi oleh suhu dipengaruhi juga oleh kelembaban
nisbi lingkungan sekitarnya. Susut bobot yang berlebihan dari komoditas
menyebabkan pelayuan dan pengeriputan sehingga kesegarannya pun berkurang.
Susut bobot yang semakin besar dengan semakin lamanya penyimpanan terjadi
bukan hanya kehilangan air selama proses transpirasi, tetapi dapat diakibatkan
oleh kehilangan karbon selama respirasi komoditas (Saesarsono, 1981). Beberapa
sampel mengalami kenaikan bobot dikarenakan thawing yang dilakukan
menyebabkan air dari luar komoditi masuk dan ikut membeku ketika kembali
disimpan pada lemari pembeku.
Dzil Arsyi Sabila
240210160073
Khas
Daging Merah muda Segar 81
1 daging Lunak +
Sapi pucar + +++ gram
segar
Tidak 130,74
5 Pink pucat Lembek Segar
beraroma gram
Badan:
Hitam 40%
Abu-abu 30% Segar 200
0 Keras Amis ++
Putih 30% ++++ gram
Insang:
merah hati
Badan :
Hitam 30%
Ikan Abu – abu 30% Segar 207
1 Keras Amis ++
Putih 40% +++ gram
Insang:
Merah hati
Badan :
Hitam 30%
Amis Segar 208
2 Abu – abu 30% Keras
+++ ++ gram
Putih 40%
Insang:
Dzil Arsyi Sabila
240210160073
Merah hati
201.8
5
gram
Badan :
Hitam 30%
Abu – abu 30%
Amis+++ Tidak 200
7 Putih 40% keras
+ segar gram
Insang:
Merah agak
pucat
buah tersebut kurang dapat diterima oleh konsumen atau pengelola buah
(Sjaifullah, 1997).
Perlakuan terakhir pada praktikum kali ini yaitu penyimpanan suhu beku
pada sampel buah-buahan. Sampel yang dipilih dari komoditi buah-buahan untuk
penyimpanan pada suhu beku adalah anggur. Sebelum dimasukkan ke dalam
freezer anggur dicuci dan ditimbang lalu dimasukkan ke dalam plastik yang diberi
lubang dan plastik yang tidak diberi lubang. Kemudian anggur diamati warna,
aroma, tekstur, kesegaran dan susut bobotnya. Hasil pengamatan disajikan dalam
tabel 6 berikut.
Tabel 6. Hasil Pengamatan Pembekuan Buah
Kese-
Sampel Hari Warna Aroma Tekstur Berat Gambar
garan
Plastik:
128
gram
Merah Tak Segar
0 Kesat
keunguan beraroma ++++ Plastik
bolong:
121
gram
Plastik :
Plastik : Plastik:
Merah muda
Kenyal Plastik : 130
70%
++ Segar gram
Ungu 30%
Anggur
1
Anggur segar Plastik Plastik Plastik
Plastik bolong :
bolong : bolong : bolong:
Merah muda
Kenyal Segar 117
60%
++ gram
Ungu 40%
Kese-
Sampel Hari Warna Aroma Tekstur Berat Gambar
garan
Plastik :
Plastik :
Lembek Plastik:
Merah tua 60% Plastik :
mengeru 102
Merah 30% Segar
t gram
Kuning 10%
Tidak
5 Plastik
beraroma Plastik Plastik
Plastik bolong : bolong :
bolong : bolong:
Merah tua 40% Agak
Lembek 89,45
Merah 40% segar
mengeru gram
Kuning 20%
t ++
Plastik :
Plastik : Lembek Plastik :
Plastik:
Merah tua 30% mengeru Tidak
111,6
Kuning 70% t ++ segar
gram
Tidak
7
Plastik bolong : beraroma Plastik Plastik
Plastik
Merah tua 20% bolong : bolong :
bolong:
Merah 40% Lembek Tidak
85 gram
Kuning 40% mengeru segar
t +++
Sumber : (Dokumentasi pribadi, 2008)
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Dalam melakukan pengamatan, sebaiknya dilakukan dengan parameter
yang sama antara praktikan satu dengan lainnya sehingga tidak menimbulkan
perbedaan pada tabulasi data hasil pengamatan dan didapatkan hasil yang lebih
akurat.
Dzil Arsyi Sabila
240210160073
DAFTAR PUSTAKA
Bell, D.A., & W. D. Weaver, Jr. 2002. Commercial Chicken Meat and Egg
Production. Springer ScÎence+Business Media, New York.
Buckle, K. A., Edwards, R. A., Fleet, G. H., and Wotton, M. 1987. Ilmu Pangan.
Penerjemah Hari Purnomo dan Adiono. Universitas Indonesia Press.
Jakarta.
De Fekte, M.A.R., & C.E. Cardini. 1964. Mechanism of Glucose Transfer from
Sucrose into the Starch Granule of Sweet Corn. Arch. Biochem. Biophys,
104 : 173-184.
De Man, J.M. 1999. Principles of Food Chemistry. Ed. 3. Aspen Publishers, Inc,
Maryland.
Judge, M.D., E.D. Aberle, J.C. Forres, H.B. Hendrick and R.A. Markel, 1989.
Principles of meat Science. 2nd ed. Kendall/Hunt Publishing Co.,
Dubuque, Iowa
Dzil Arsyi Sabila
240210160073
Kader, A.A. 2002. Postharvest Biology and Technology: An Overview. In: Kader,
A.A. (ed) Postharvest Technology of Horticultura Crops. 3rd ed. Pub.No.
3311. Oakland: University of California.
Lynn, D. 2013. Is Eating a Banana With Brown Spots Bad for You? Available at:
http://www.livestrong.com/article/466183-is-eating-a-banana-with-brown-
spots-bad-for-you/ (Diakses pada 02 Mei 2017).
Mishra, V.K., & T.V. Gamage. 2007. Postharvest Physiology of Fruit and
Vegetables. Dalam M.S. Rahman, ed. Handbook of Food Preservation.
CRC Press, Boca Raton.
Paliyath, G., & D.P. Murr. 2008. Biochemistry of Fruits. Dalam G. Paliyath, D.P.
Murr, A.K. Handa & S. Lurie, ed. Postharvest Biology and Technology of
Fruits, Vegetables, and Flowers. Wiley-Blackwell Publishing, Iowa.
Surhaini & Indriyani. 2009. Pengaruh Jenis Plastik dan Cara Kemas Terhadap
Mutu Tomat Selama dalam Pemasaran. Jurnal Agronomi 13(2) : 44-50.
Thompson, J.L., M.M. Manore, & L.A. Vaughan. 2011. The Science of Nutrition.
Ed. 2. Pearson Educational, Inc., San Fransisco.
Tranggono & Sutardi. 1990. Biokimia dan Teknologi Pasca Panen. Pusat Antar
Universitas–Pangan dan Gizi UGM, Yogyakarta.
Utama, I.M.S. 2011. Penanganan Pascapanen Buah dan Sayuran Segar. Dalam
Forum Konsultasi Teknologi, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi
Bali. Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Provinsi Bali, Denpasar.
Winarno, F.G., 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Winarno dan Aman, 1981. Fisiologi Lepas Panen. Bogor: Penerbit Sastra Hudaya.
Dzil Arsyi Sabila
240210160073
LAMPIRAN
JAWABAN PERTANYAAN
Pendinginan
1. Mengapa tomat yang akan disimpan dalam lemari es tidak boleh dicuci?
Jawab: Tomat tidak boleh dicuci saat disimpan pada lemari es karena
dapat menyebabkan kerusakan pada tomat dan juga menyebabkan
pertumbuhan kapang akibat kadar air yang tinggi.
2. Mengapa dalam menyimpan telur, bagian yang lebar harus diatas?
Jawab: Penyimpanan telur harus dilakukan dengan bagian yang lebar pada
telur harus diatas dikarenakan untuk mencegah adanya perbesaran volume
kantung udara yang dapat menyebabkan kerusakan pada telur.
3. Mengapa kantung plastik utuk mengemas sayuran dan buah-buahan harus
diberi lubang?
Jawab: Karena sayur dan buah dapat berespirasi dengan baik dan menegah
tumbuhnya kapang pada sayur dan buah.
Pembekuan
1. Mengapa sayuran yang akan dibekukan harus diblansing terlebih dahulu?
Jawab: Karena sayuran dapat bertahan lebih lama dari kerusakan yang
disebabkan oleh proses enzimatis, sehingga dengan adanya blansing, dapat
menginaktifkan enzim pada sayuran.
2. Apa yang dimaksud dengan peristiwa thawing?
Jawab: Thawing merupakan tahapan proses yang dilakukan untuk
mencairkan kristal es pascapembekuan. Proses thawing sendiri diperlukan
untuk mempermudah mengolah daging yang berada pada kondisi beku.
Menurut James, et al., (2010), proses thawing sendiri memiliki waktu yang
berbeda-beda yang tergantung pada:
1. Ukuran dan bentuk dari produk, terutama pada aspek ketebalan.
2. Perubahan dalam entalpi.
3. Konduktivitas termal produk.
4. Suhu awal dan suhu akhir produk.
5. Kemampuan untuk kembali dari koefisien pindah panas.
6. Suhu dari media thawing.
Dzil Arsyi Sabila
240210160073
3. Apa tujuan dari pemberian gula atau sirup dalam pembekuan buah-
buahan?
Jawab: Tujuan dari pemberian gula atau sirup dalam pembekuan buah
ialah untuk mencegah adanya reaksi enzimatis pada buah-buahan selama
penyimpanan beku.