ABSTRAK
Roti tawar adalah suatu jenis makanan yang dibuat dari minimal empat macam bahan yaitu tepung terigu,
air, ragi dan garam yang dicampur menjadi satu membentuk suatu adonan dan selanjutnya difermentasi dan
dipanggang. Penelitian ini bertujuan mengetahui presentase rasio tepung komposit (terigu-kentang) dengan
penambahan tepung kelor sehingga menghasilkan roti tawar yang memiliki protein paling optimal dan
disukai konsumen. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri 2 faktor dengan
masing-masing 3 ulangan. Faktor pertama yaitu tepung terigu dan tepung kentang sedangkan faktor kedua
tepung daun kelor sehingga diperoleh perlakuan 900:100:10, 900:100:20, 900:100:30, 800:200:10, 800:200:20,
800:200:30, 800:200:30, 700:300:10, 700:300:20 dan 700:300:30. Hasil penelitian terbaik menunjukan bahwa
kombinasi perlakuan konsentrasi tepung terigu:tepung kentang:tepung daun kelor 900:100:20 g didasarkan
pada kadar protein paling tinggi dan organoleptik terbaik yang terdapat pada roti tawar. Pada perlakuan ini
dihasilkan kadar air 41,53%, kadar abu 8,62%, kadar protein 8,62%, kadar lemak 2,26%, kadar karbohidrat
46,39%, volume pengembangan 145,36%, serta uji organoleptik terhadap warna 1,97 hijau, flavor kelor 2,44
terasa, flavor kentang 1,62 terasa, tekstur lembut 3,03 lembut dan kesukaan keseluruhan 2,51 disukai.
Kata kunci: Roti tawar, tepung daun kelor, tepung kentang, subtitusi.
ABSTRACT
Bread is a type of food made from a minimum of four types of ingredients, namely flour, water, yeast and
salt mixed together to form a mixture and then fermented and baked. This study aimed to determine the ratio
of composite flour (flour-potato) with the addition of Moringa leaf flour to produce white bread which has the
highest protein content and favored by consumers. This study used a completely randomized design (CRD)
consisting of 2 factors with 3 replications each. The first factor was wheat flour and potato flour while the
second factor was Moringa leaf flour so that the treatment was 900:100:10, 900:100:20, 900:100:30, 800:200:10,
800:200:20, 800:200:30, 800:200:30, 700:300:10, 700:300:20 and 700:300:30. The best results showed that the
combination treatment of wheat flour concentration: potato flour: Moringa leaf flour 900: 100: 20 g was based
on the highest levels of protein and organoleptic found in white bread. In this treatment the water content was
41.53%, 8.62% ash content, 8.62% protein content, 2.26% fat content, 46.39% carbohydrate content, 145.36%
development volume, and organoleptic test on the color was 1.97 green, the flavor of the moringa was 2.44,
the flavor of the potato was 1.62, the soft texture of 3.03 was soft and the overall preference of 2.51 was by the
panelist.
Key words: Fresh bread, moringa leaf flour, potato flour, substitution.
66
ayakan 80 mesh, timbangan, plastik, roll pin, 70oC selama 8 jam sampai daun bisa dihancurkan.
kuas, proofer. Alat analisa antara lainMufle Setelah daun kering kemudian digiling dengan
(Nabertherm More Than Heat 30-3000oC), oven menggunakan blender, kemudian diayak dan
memmert,cawan porselin, desikator (IWAKI ditimbang berat tepung (Anjani, 2018).
ASAHI TECHNO GLASS), fume hoods,botol
timbang, erlenmeyer, spatula, soxhlet dan labu Proses Pembuatan Roti Tawar (Oktaviani,
kjedhal, eksikator, kurs porselen, soxhlet, gelas 2009) yang telah dimodifikasi
ukur, tabung kjedhal, botol timbang, erlenmeyer Adonan dibuat dengan formulasi tepung
dan kertas saring. komposit dan tepung kelor, lalu ditambahkan
bahan kering kecuali garam dan margarin
Bahan diaduk hingga mencampur rata. Selanjutnya
Bahan yang digunakan dalam penelitian menuang air sedikit demi sedikit ke dalam
ini antara lain daun kelor muda diperoleh di adonan roti hingga adonan menjadi menyatu.
Boyolali, tepung terigu protein tinggi cap Cakra Setelah bahan kering masuk selanjutnya garam
kembar premium, air (merk Aqua), garam dapur dan margarin dimasukkan ke dalam adonan
(merk Refina), gula pasir (merk Gulaku), tepung lalu diaduk hingga membentuk adonan yang
kentang, tepung daun kelor, ragi (Fermipan), elastis. Adonan dikeluarkan dari mixer sambil
bread improver, susu bubuk full cream (merk diistirahatkan ukur volumenya I (sebelum
Dancow), margarin (merk Forvita). Bahan proofing). Proses fermentasi masuk ke dalam
untuk analisa kimia yaitu petroleum eter, H2SO4, proofer dengan suhu 32-35 o C selama 60
aquades, NaOH, K2SO4 10%, selenium dan HgO. menit sampai adonan mengembang diukur
kembali volumenya II (sesudah proofer). Proses
Rancangan Percobaan pemanggangan mencapai suhu 190-200 o C
Penelitian ini menggunakan Rancangan selama 25 menit sampai roti matang.
Acak Lengkap (RAL) faktrorial, dengan dua
faktor yaitu pertama rasio perbandingan tepung Cara Pengumpulan Data
terigu : tepung kentang (900:100), (800:200), Analisis yang digunakan dalam penelitian ini
(700:300) dan tepung daun kelor (10, 20, 30 yaitu kimia, fisika dan uji organoleptik. Analisis
%). Jumlah perlakuan ada 9 kombinasi dan kimia dan fisika terdiri dari analisis kadar abu
masing-masing perlakuan diulang sebanyak dengan metode pemanasan (Sudarmadji et al,
tiga kali. Data yang diperoleh dianalisis dengan 1989), kadar air Thermogravimetri (Apriyantono
uji sidik ragam pada jenjang nyata 0,05. Jika et al., 1989), kadar protein metode kjeldahl
ada beda nyata dilanjutkan uji Tukey untuk (Sudarmadji et al, 1997), kadar lemak metode
mengetahui beda nyata antar perlakuan pada soxhlet (AOAC, 1995) dan kadar karbohidrat
tingkat signifikan 5%. by Difference (BeMiller and Whistler., 2007)
sedangkan analisis fisika volume pengembangan
TAHAP PENELITIAN (Setiawati, 1987) dan uji organoleptik dengan
Pembuatan Tepung Daun Kelor metode scoring test (Utami, 1992) meliputi:
Daun kelor yang digunakan adalah keadaan warna, flavor kentang, flavor kelor, tekstur roti
masih segar. Daun kelor yang disortir kemudian tawar dan kesukaan keseluruhan.
dikeringkan dalam cabinet drier dengan suhu
67
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Kimia
Tabel 1. Rangkuman Hasil Analisis Kimia dan Fisika Roti Tawar Subtitusi Tepung Kentang dan
Penambahan Tepung Daun Kelor
Tepung
Penambahan
Terigu- Kadar Kadar Kadar Kar- Volume
Tepung Daun Kadar Air Kadar Abu
Tepung Protein Lemak bohidrat Pengembangan
Kelor
Kentang (%) (%)
(%) (%) (%) (%)
(g)
(g)
900:100 42,03a 1,2010a 7,62bcd 2,53c 46,60a 172,01d
10 800:200 44,92a 1,1882a 8,45de 1,83abc 43,60a 140,16cd
700:300 43,94 a
1,4719 a
6,54 a
2,58 c
45,45 a
104,28ab
900:100 41,53a 1,1889a 8,62e 2,26abc 46,39a 145,36cd
20 800:200 43,04a 1,0416a 8,50de 1,59ab 45,81a 142,81cd
700:300 43,39a 1,4482a 6,57a 2,46c 46,11a 85,88ab
900:100 40,86 a
0,8655 a
8,18cde
1,99 abc
48,09 a
128,62cd
30 800:200 42,55a 0,7748a 7,06ab 1,55a 48,04a 104,86ab
700:300 43,00a 0,9502a 7,27abc 2,44bc 46,33a 58,61a
Keterangan: Rerata yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan berbeda nyata
pada uji Tukey tarif signifikan 5%.
68
Kadar Protein memberikan rasa enak dan gurih.
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan
bahwa kadar protein roti tawar pada perlakuan Kadar Total Karbohidrat
subtitusi tepung terigu-tepung kentang dan Hasil analisis sidik ragam menunjukkan
kombinasinya berbeda nyata (α<0,05) sedangkan bahwa kadar karbohidrat roti tawar pada
penambahan tepung kelor berbeda tidak nyata perlakuan subtitusi tepung terigu-tepung
(α>0,05). Kadar protein tertinggi pada roti tawar kentang, penambahan tepung kelor dan
yaitu 8,62% diperoleh dari perlakuan presentase kombinasinya berbeda tidak nyata (α>0,05).
tepung terigu : tepung kentang 900:100 g dan Kadar karbohidrat tertinggi pada roti tawar yaitu
penambahan tepung daun kelor 20 g, sedangkan 48,09% diperoleh dari perlakuan presentase
kadar protein terendah yaitu 6,54% diperoleh tepung terigu : tepung kentang 900:100 g
dari perlakuan presentase tepung terigu : tepung dan penambahan tepung daun kelor 30 g,
kentang 700:300 g dan penambahan tepung sedangkan kadar karbohidrat terendah yaitu
daun kelor 10 g. Menurut Dian et al. (2015) 43,60% diperoleh dari perlakuan presentase
penggunaan suhu yang terlalu tinggi saat proses tepung terigu:tepung kentang 800:200 g dengan
pemanggangan akan mengakibatkan penurunan penambahan tepung daun kelor 10 g.
kadar protein. Dimana semakin tinggi suhu
pemanggangan akan terjadi denaturasi protein Volume Pengembangan
yang mengakibatkan perubahan struktur Hasil analisis sidik ragam menunjukkan
protein. Denaturasi protein adalah suatu bahwa volume pengembangan roti tawar pada
kejadian dimana protein mengalami perubahan perlakuan subtitusi tepung terigu-tepung
atau perusakan struktur sekunder, tersier dan kentang, penambahan tepung kelor serta
kuartenernya (Zulfikar, 2008). kombinasinya berbeda nyata (α<0,05). Volume
pengembangan adonan tertinggi pada roti
Kadar Lemak tawar yaitu 172,01% diperoleh dari perlakuan
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan presentase tepung terigu : tepung kentang
bahwa kadar lemak roti tawar pada perlakuan 900:100 g dan penambahan tepung daun kelor 10
subtitusi tepung terigu-tepung kentang dan g, sedangkan kadar karbohidrat terendah yaitu
kombinasinya berbeda nyata (α<0,05) sedangkan 58,61% diperoleh dari perlakuan presentase
penambahan tepung kelor berbeda tidak nyata tepung terigu : tepung kentang 700:300 g
(α>0,05). Kadar lemak tertinggi pada roti tawar dengan penambahan tepung daun kelor 30
yaitu 2,58% diperoleh dari perlakuan presentase g. Semakin tinggi kadar tepung daun kelor
tepung terigu : tepung kentang 700:300 g dan semakin tinggi pula kadar proteinnya, kenaikan
penambahan tepung daun kelor 10 g, sedangkan kadar protein ini berbanding terbalik dengan
kadar lemak terendah yaitu 1,55% diperoleh dari volume pengembangan dimana semakin tinggi
perlakuan presentase tepung terigu : tepung kadar tepung daun kelor maka semakin rendah
kentang 800:200 g dan penambahan tepung volume pengembangannya, karena tepung
daun kelor 30 g. Perbandingan kadar lemak daun kelor tidak mengandung gluten. Semakin
tepung terigu dengan tepung kentang apabila banyak tepung daun kelor yang ditambahkan
tepung kentang semakin naik maka kadar maka kandungan gluten yang terdapat di dalam
lemak roti tawar semakin naik juga. Kandungan adonan roti tawar akan semakin berkurang,
lemak yang tinggi disebabkan oleh kandungan sehingga menurunkan daya kembang roti tawar
dari tepung terigu dan tepung kentang. Kadar yang dihasilkan.
lemak semakin tinggi pada makanan akan
69
Uji Organoleptik
Tabel 2. Rangkuman Hasil Analisis Uji Organoleptik Roti Tawar Subtitusi Tepung Kentang dan
Penambahan Tepung Daun Kelor
Perbandingan
Penambahan
Tepung Terigu: Flavor Tekstur Kesukaan
Tepung Daun Warna Flavor Kelor
Tepung Kentang Lembut Keseluruhan
Kelor (g)
Kentang (g)
900:100 0,84a 0,84a 1,67a 1,88a 3,04d
10 800:200 0,88a 0,88a 1,80a 1,83a 2,14abcd
700:300 1,18a 1,18a 2,21a 1,85a 1,60abc
900:100 1,97b 1,97b 1,62a 3,06bc 2,51cd
20 800:200 2,14b
2,14b
1,76 a
3,38 bc
1,45abc
700:300 3,28c 3,28c 2,11a 2,36ab 1,04a
900:100 3,00c 3,00c 1,23a 3,58c 2,25bcd
30 800:200 3,63 c
3,63 c
1,74 a
2,87 abc
1,19ab
700:300 3,72c 3,72c 2,02a 2,54abc 1,02a
Keterangan:
Warna : Angka semakin tinggi menunjukkan roti tawar semakin hijau.
Flavor kelor : Angka semakin tinggi menunjukkan roti tawar semakin langu.
Flavor kentang : Angka semakin tinggi semakin roti tawar terasa.
Tekstur : Angka semakin tinggi semakin roti tawar lembut.
Kesukaan keseluruhan: Angka tertinggi semakin roti tawar disukai.
70
meningkatkan penilaian after taste roti tawar roti dipengaruhi oleh banyak faktor, salah
yang dihasilkan. satunya adalah penggunaan bahan-bahan yang
digunakan dalam pembuatan roti yaitu ragi,
Flavor Kentang air, shortening, gula, garam, susu dan bread
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan improver.
bahwa perlakuan subtitusi tepung terigu-tepung
kentang berbeda nyata (α<0,05), sedangkan Kesukaan Keseluruhan
penambahan tepung kelor dan kombinasinya Hasil analisis sidik ragam menunjukkan
berbeda tidak nyata (α>0,05). Penilaian panelis bahwa perlakuan subtitusi tepung terigu-
mengenai flavor tepung kentang paling tinggi tepung kentang, penambahan tepung kelor
diperoleh dari perlakuan presentase tepung dan kombinasi perlakuan berbeda nyata
terigu : tepung kentang 700:300 g dengan (α<0,05). Penilaian panelis tertinggi yaitu
penambahan tepung daun kelor 10 g yaitu dengan nilai 3,04 diperoleh dari perlakuan
memiliki nilai 2,21, sedangkan untuk flavor presentase tepung terigu : tepung kentang
tepung kentang terendah adalah 1,23 diperoleh 900:100 g dan penambahan tepung daun
dari perlakuan presentase tepung terigu : kelor 10 g, sedangkan untuk penilaian panelis
tepung kentang 900:100 dan penambahan yang terendah adalah 1,02 diperoleh dari
tepung daun kelor 30 g. Perbedaan jumlah perlakuan presentase tepung terigu : tepung
tepung kentang yang digunakan semakin kentang 700:300 g dan penambahan tepung
banyak maka aroma tepung kentang semakin daun kelor 30 g. Pada penelitian roti tawar
nyata. Menurut Hermianti et al (2014), tepung dengan penambahan tepung daun kelor ini
kentang mempunyai aroma yang khas, sehingga dapat disimpulkan dari uji organoleptik oleh
memberikan aroma yang baik. Menurut 15 panelis dapat mengetahui kesukaan yang
Fajiarningsih (2013) aroma harum yang khas lebih banyak disukai oleh panelis terhadap roti
roti tawar timbul dari bahan dasar dan bahan tawar. Kesukaan keseluruhan panelis, diketahui
tambahan yang digunakan yaitu shortening dan bahwa panelis tidak menyukai formulasi roti
gula. Pada roti tawar dari tepung kentang pada tawar yang terlalu banyak mengandung tepung
segi aroma yang dihasilkan harum gurih khas kelor, karena rasanya yang agak pahit juga
tepung kentang. sangat mempengaruhi aroma langu yang tajam,
sedangkan yang banyak disukai oleh panelis
Tekstur yang sedikit mengandung tepung daun kelor
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan karena perbedaan penambahan tepung terigu
bahwa perlakuan subtitusi tepung terigu- yang lebih banyak sehingga dapat menutupi
tepung kentang, penambahan tepung kelor flavor langu.
dan kombinasinya berbeda nyata (α<0,05).
Penilaian panelis mengenai tekstur lembut roti KESIMPULAN
tawar nilai paling tinggi 3,58 diperoleh dari Formulasi yang optimal berdasarkan kadar
perlakuan presentase tepung terigu : tepung protein tertinggi adalah roti tawar dengan
kentang 900:100 g dan penambahan tepung komposisi 900 g tepung terigu, 100 g tepung
daun kelor 30 g, sedangkan untuk penilaian kentang dan penambahan 20 g tepung daun
panelis terendah adalah 1,83 diperoleh dari kelor dengan kandungan gizi protein sebesar
perlakuan presentase tepung terigu : tepung 8.62%.
kentang 800:200 g dan penambahan tepung Berdasarkan hasil analisis zat gizi pada
kelor 10 g. Hasil yang diperoleh menunjukan roti tawar dengan komposisi 900 g tepung
bahwa jenis formulasi berpengaruh terhadap terigu, 100 g tepung kentang dan penambahan
tekstur roti tawar yang dihasilkan. Mudjajanto tepung daun kelor 20 g roti tawar mengandung
et al (2004) menyatakan bahwa kriteria roti 41,53% air; 1,1889% abu; 8,62% protein; 2,26%
tawar yang baik yaitu memiliki tekstur yang lemak; 46,39% karbohidrat; 145,36% volume
lunak dan elastis. Lunak dan elastisnya tekstur pengembangan adonan; serta uji organoleptik
71
roti tawar pada warna hijau (1,97); flavor kelor and Sons.
(2,44); flavor kentang (1,62); tekstur (3,06); Fajiarningsih, H., 2013. Pengaruh Penggunaan
kesukaan keseluruhan (2,51). Komposit Tepung Kentang (Solanum
tuberosum L) terhadap Kualitas Cookies.
DAFTAR PUSTAKA Skripsi. Semarang: Jurusan Teknologi
Aini, K.H., 2012. Produksi Tepung Kentang. Jasa Dan Produksi Fakultas Teknik
Skripsi. Jakarta: Universitas Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
Indonesia. Fuglie, L.J., 2001. Combating Malnutrition With
Alkham, F.F., 2014. Uji Kadar Protein dan Moringa. Development Potential for
Organoleptik Biskuit Tepung Terigu dan Moringa Products 1(1): 1–4.
Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera) Hariana, A., 2008. Tumbuhan Obat dan
dengan Penambahan Jamur Tiram Khasiatnya. Jakarta: Penebar Swadaya.
(Pleurotus ostreatus). Skripsi. Surakarta: Hermianti, W., Inda, T.A., dan Silfia, 2014.
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Subtitusi Tepung Terigu dengan Tepung
Anjani, A.P., 2018. Penambahan Tepung Daun Kentang pada Pembuatan Cookies
Kelor (Moringa oleifera) terhadap Kentang. Jurnal Litbang Industri 4(2):123-
Fisikokimia dan Organoleptik Cookies 131.
Ganyong. Skripsi. Semarang: Universitas Jannah, M., 2013.Perbedaan Sifat Fisik dan
Semarang. Kimia Yoghurt yang Dibuat dari Tepung
AOAC., 1995. Official Methods of Analysis Kedelai Full Fat dan Low Fat dengan
ofAssociation Off icial Analytical Penambahan Penstabil Pati Sagu
Chemistry 16th. Arlington, Virginia, USA: pada Berbagai Konsentrasi. Fakultas
The Association of Official Analytical Ilmu Kesehatan. Skripsi. Surakarta:
Chemist, Inc. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Apriyantono, A, Fardiaz, D, Puspitasari, N. Kasolo, J.N., 2010. Phytochemicals and Uses
L, Yasni, S, dan Budijanto, S, 1989. of Moringa oleifera Leaves in Ugandan
Pe t u n j u k L a b o ra to r i u m A n a l i s i s Rural Communities. Journal of Medicinal
Pangan. Departemen Pendidikan dan Plants Research 4(9): 753–757.
Kebudayaan. Bogor: Institut Pertanian Madukwe, E., Ugwuoke, A., dan Ezeugwu,
Bogor J., 2013. Effectiveness of Dry Moringa
BeMiller, J.N. dan Whistler, R.L., 2007. oleifera Leave Powder in Treatment
Carbohydrates. Pp 158-221 In: Fennema’s of Anemia. International Journal of
Food Chemical. Damodaran, S., K.L. Medicine and Medical Sciences 5(5):
Parkin dan O.R. Fennema. (eds.). 4nd.Boca 226–228.
Raton: ERC Press. Pp1262. Mudjajanto, Setyo E., dan Noor, L., 2004.
Bose, C.K., 2007. Possible Role of Moringa Membuat Aneka Roti. Jakarta: Penebar
Oleifera L. Root in Eoithelial Ovarian Swadaya.
Cancer, Medspace General Medicine, Mutiara, T.K., Harijono, Estiasih, T., dan
9(1):26-88. Sriwahyuni, E. 2013. Effect of Blanching
Buckle, K.A., 2008. Ilmu Pangan. Jakarta: Treatments against Protein Content and
Universitas Indonesia. Amino Acid Drumstick Leaves (Moringa
Dian, S., Almasyhuri dan Lamid, A., 2015. oleifera). Journal of Food Research 2:
Pengaruh Proses Pemasakan terhadap 101 – 108.
Komposisi Zat Gizi Bahan Pangan Oktaviani, I., 2009. Fermentasi Tepung Ubi
Sumber Protein. Pusat Biomedis dan Kayu dengan Tepung Terigu terhadap
Teknologi Dasar Kesehatan 25(4):235- Sifat Fisik, Kimia dan Organoleptik
242. Roti Tawar Ubi Kayu. Skripsi. Mataram:
Egan, M., dan Allen, S.D., 1992. Healthful Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
Quantity Baking.Canada: John Wiley Pantastico, E. R. B., 1993. Fisiologi Pasca
72
Panen Penanganan dan Pemanfaatan Karya Aksara.
Buah-Buahan dan Sayuran Tropika dan Sudarmadji, S., Haryono, B., dan Suhardi, 1997.
Subtropika. Yogyakarta: Terjemahan Prosedur Analisis untuk Bahan Makanan
Kamariyani. Universitas Gadjah Mada dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty.
Press. Tilong, A.D., 2012. Ternyata, Kelor Penakluk
Potter, N. N., 1978. Food Science. Third Ed. Diabetes. Yogyakarta: DIVA Press.
The Avi Publishing Co. Inc. Wessport, Utami, I.S., 1992. Uji Indrawi: Evaluasi Sifat
Connecticut. Tek s t u r Wa r n a , P ro f i t S e n s o r i s.
Risnoyatiningsih, 2011. Hidrolisis Pati Ubi Yogyakarta: PAU Pangan Gizi Universitas
Jalar Kuning Menjadi Glukosa Secara Gadjah Mada.
Enzimatis. Jurnal Teknik Kimia 5(2): Wariyah, C. dan Andiwarsana, S., 2003.
417-423. Subtitusi Gandum Bekatul Beras pada
Rubianty, S., dan Kaseger, B., 1985. Kimia Pembuatan Cookies Berserat Tinggi.
Pangan. Badan Kerja Sama Perguruan Skripsi. Universitas Wangsa Manggala
Tinggi Negeri Indonesia Bagian Timur: Yogyakarta.
Makassar. Winarno, F.G., 2009. Kimia Pangan dan Gizi.
Setiawati, E., 1987. Pembuatan Roti dari Tepung Jakarta: Gedia Pustaka Utama.
Beras dan Evaluasi Sifat Fisika-Kimianya. Zakaria, Tamrin, A., L e s t a r i , R . S . , d a n
Skripsi. Bogor: Fakultas Teknologi Hartono, R., 2013. Pemanfaatan Tepung
Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Kelor (Moringa oleifera) dalam Formulasi
Sirossiris, 2011. Soft Candy Yogurt Pembuatan Makanan pada Balita Gizi
http://lordbroken.wordpress.com/category/ Kurang. Jurnal Media Gizi Pangan 15: 1-6.
author/pageP/2011/08/08. [24/10/2018]. Zulfikar, 2008. Kimia Kesehatan Jilid 3. Jakarta:
Soekarto, S.T., 1985. Penilaian Organoleptik Departemen Pendidikan Nasional.
(Untuk Industri Pangan dan Hasil ISBN.978-602-8320-48-1.
Pertanian). Jakarta: Penerbit Bharata
73