Anda di halaman 1dari 9

KARAKTERISTIK ROTI TAWAR SUBTITUSI TEPUNG

KENTANG (Solanum tuberosum L.) DENGAN PENAMBAHAN


TEPUNG DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.)

Characteristics of White Bread Substituted with Potato Flour (Solanum


tuberosum L.) with Addition of Moringa Leaf (Morringa oleifera)

Novita Sari Aryani1), Akhmad Mustofa1), Yustina Wuri Wulandari1)


Fakultas Teknologi dan Industri Pangan Universitas Slamet Riyadi Surakarta,
1)

JL. Sumpah Pemuda 18 Joglo Kadipiro Surakarta 57136


Email: novita.sariariyani@gmail.com

ABSTRAK
Roti tawar adalah suatu jenis makanan yang dibuat dari minimal empat macam bahan yaitu tepung terigu,
air, ragi dan garam yang dicampur menjadi satu membentuk suatu adonan dan selanjutnya difermentasi dan
dipanggang. Penelitian ini bertujuan mengetahui presentase rasio tepung komposit (terigu-kentang) dengan
penambahan tepung kelor sehingga menghasilkan roti tawar yang memiliki protein paling optimal dan
disukai konsumen. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri 2 faktor dengan
masing-masing 3 ulangan. Faktor pertama yaitu tepung terigu dan tepung kentang sedangkan faktor kedua
tepung daun kelor sehingga diperoleh perlakuan 900:100:10, 900:100:20, 900:100:30, 800:200:10, 800:200:20,
800:200:30, 800:200:30, 700:300:10, 700:300:20 dan 700:300:30. Hasil penelitian terbaik menunjukan bahwa
kombinasi perlakuan konsentrasi tepung terigu:tepung kentang:tepung daun kelor 900:100:20 g didasarkan
pada kadar protein paling tinggi dan organoleptik terbaik yang terdapat pada roti tawar. Pada perlakuan ini
dihasilkan kadar air 41,53%, kadar abu 8,62%, kadar protein 8,62%, kadar lemak 2,26%, kadar karbohidrat
46,39%, volume pengembangan 145,36%, serta uji organoleptik terhadap warna 1,97 hijau, flavor kelor 2,44
terasa, flavor kentang 1,62 terasa, tekstur lembut 3,03 lembut dan kesukaan keseluruhan 2,51 disukai.

Kata kunci: Roti tawar, tepung daun kelor, tepung kentang, subtitusi.

ABSTRACT
Bread is a type of food made from a minimum of four types of ingredients, namely flour, water, yeast and
salt mixed together to form a mixture and then fermented and baked. This study aimed to determine the ratio
of composite flour (flour-potato) with the addition of Moringa leaf flour to produce white bread which has the
highest protein content and favored by consumers. This study used a completely randomized design (CRD)
consisting of 2 factors with 3 replications each. The first factor was wheat flour and potato flour while the
second factor was Moringa leaf flour so that the treatment was 900:100:10, 900:100:20, 900:100:30, 800:200:10,
800:200:20, 800:200:30, 800:200:30, 700:300:10, 700:300:20 and 700:300:30. The best results showed that the
combination treatment of wheat flour concentration: potato flour: Moringa leaf flour 900: 100: 20 g was based
on the highest levels of protein and organoleptic found in white bread. In this treatment the water content was
41.53%, 8.62% ash content, 8.62% protein content, 2.26% fat content, 46.39% carbohydrate content, 145.36%
development volume, and organoleptic test on the color was 1.97 green, the flavor of the moringa was 2.44,
the flavor of the potato was 1.62, the soft texture of 3.03 was soft and the overall preference of 2.51 was by the
panelist.

Key words: Fresh bread, moringa leaf flour, potato flour, substitution.

Jurnal JITIPARI Vol. 4 No. 2 Th. 2019: 65–73


PENDAHULUAN sudah tua. Daun muda teksturnya lembut dan
Roti tawar merupakan salah satu produk lemas sedangkan daun tua agak kaku dan keras.
turunan dari terigu yang banyak dikonsumsi Daun berwarna hijau tua biasanya digunakan
oleh masyarakat perkotaan sebagai pengganti untuk membuat tepung atau powder daun
makanan pokok nasi. Namun tepung terigu kelor. Daun kelor memiliki rasa yang agak pahit
sebagai bahan baku roti tawar di Indonesia tetapi tidak beracun (Hariana, 2008). Hasil
masih impor. Dalam rangka mengurangi penelitian Fuglie (2001) menyatakan bahwa
ketergantungan terigu dan pengembangan roti daun kelor memiliki berbagai kandungan
tawar perlu dilakukan upaya subtitusi dengan nutrisi yang bermanfaat. Kandungan yang
tepung lain. Dalam hal ini, Egan dan Allen paling diunggulkan pada tanaman ini yaitu
(1992) menyatakan bahwa dalam pembuatan protein, vitamin A (β-karoten), dan zat besi
roti bisa digunakan tepung lain selain tepung yang tinggi sehingga bagus untuk dikonsumsi
terigu meskipun tidak memiliki gluten yang dan dapat memenuhi kabutuhan gizi terutama
cukup untuk mengembangkan roti, namun pada kelompok rawan (Madukwe et al., 2013).
mempunyai nilai tambah bagi roti. Kebutuhan Daun kelor juga mengandung berbagai macam
masyarakat pada roti yang terus meningkat, asam amino dimana hal ini jarang sekali
maka perlu dipelajari subtitusi tepung terigu ditemui pada sayuran (Kasolo, 2010). Daun
dengan tepung kentang sehingga diperoleh kelor memiliki warna hijau alami dan memiliki
produk roti tawar yang menyehatkan dan kandungan kombinasi senyawa yang unik yaitu
sekaligus dapat mengurangi kebutuhan akan isotiosianat dan glukosinolat. Isotiosianat (ITC)
tepung terigu. Kentang terdiri dari beberapa merupakan zat yang terdapat dalam berbagai
jenis dan beragam varietas. Jenis-jenis tersebut tanaman, termasuk Moringa oleifera L, dan
memiliki perbedaan bentuk, ukuran, warna memiliki potensi sebagai agen kemopreventif.
kulit, daya simpan, komposisi kimia, sifat Secara in vivo, isotiosianat telah menunjukan
pengolahan dan umur panen. Jenis kentang aktivitas sebagai agen antikanker (Bose, 2007).
kuning banyak digemari karena memiliki Tanaman kelor menjadi alternatif sumber
rasa yang enak, gurih, empuk, dan sedikit protein yang berpotensi untuk dijadikan
berair (Aini, 2012). Karakteristik kentang tepung dan juga dapat dijadikan sebagai
kuning yang ini memiliki kandungan zat suplemen herbal (Jannah, 2013) dimana dalam
padat yang tinggi, tekstur, warna, kandungan 100 g tepung daun kelor memiliki kandungan
gula rendah, terutama gula-gula pereduksi, protein sebesar 28,25% (Zakaria, et al 2013).
tingkat kemasakan yang lanjut, relatif bebas Dilatarbelakangi sifat fungsional daun kelor
dari penyakit, dan kehilangan pengupasan bagi kesehatan dan keberadaannya yang mudah
yang rendah. Kentang dengan kandungan zat diperoleh, maka dilakukan penelitian dengan
padat yang tinggi pada umumnya menghasilkan judul “Karakteristik roti tawar subtitusi tepung
produk-produk pengeringan yang mempunyai kentang (Solanum tuberosum L.) dengan
tekstur bertepung kandungan zat padat yang penambahan tepung daun kelor (Moringa
tinggi diinginkan pula untuk keripik kentang oleifera L.)”. Melalui penelitian ini diharapkan
atau pati kentang (Pantastico, 1993). Daun kelor dihasilkan roti tawar yang berkualitas, memiliki
biasanya dikonsumsi sebagai sayuran dengan warna hijau alami dan memiliki sifat fungsional
rasa yang khas selain itu juga digunakan untuk bagi kesehatan.
pakan ternak khususnya unggas. Belum banyak
orang mengetahui manfaat-manfaat kelor METODE PENELITIAN
sehingga pemanfaatannya masih terbatas di Alat
masyarakat. Daun kelor berbentuk bulat telur Alat untuk pembuatan tepung daun
dengan tepi daun rata dan ukurannya kecil-kecil kelor dan roti tawar yaitu baskom, blender
bersusun majemuk dalam satu tangkai (Tilong, (Philips), lepek, gelas ukur, sendok, mixer (Getra
2012). Daun kelor muda berwarna hijau muda B20), solet, loyangcopper, oven (gas baking
dan berubah menjadi hijau tua pada daun yang oven Getra), neraca analitik ohaus ap-310-O,

66
ayakan 80 mesh, timbangan, plastik, roll pin, 70oC selama 8 jam sampai daun bisa dihancurkan.
kuas, proofer. Alat analisa antara lainMufle Setelah daun kering kemudian digiling dengan
(Nabertherm More Than Heat 30-3000oC), oven menggunakan blender, kemudian diayak dan
memmert,cawan porselin, desikator (IWAKI ditimbang berat tepung (Anjani, 2018).
ASAHI TECHNO GLASS), fume hoods,botol
timbang, erlenmeyer, spatula, soxhlet dan labu Proses Pembuatan Roti Tawar (Oktaviani,
kjedhal, eksikator, kurs porselen, soxhlet, gelas 2009) yang telah dimodifikasi
ukur, tabung kjedhal, botol timbang, erlenmeyer Adonan dibuat dengan formulasi tepung
dan kertas saring. komposit dan tepung kelor, lalu ditambahkan
bahan kering kecuali garam dan margarin
Bahan diaduk hingga mencampur rata. Selanjutnya
Bahan yang digunakan dalam penelitian menuang air sedikit demi sedikit ke dalam
ini antara lain daun kelor muda diperoleh di adonan roti hingga adonan menjadi menyatu.
Boyolali, tepung terigu protein tinggi cap Cakra Setelah bahan kering masuk selanjutnya garam
kembar premium, air (merk Aqua), garam dapur dan margarin dimasukkan ke dalam adonan
(merk Refina), gula pasir (merk Gulaku), tepung lalu diaduk hingga membentuk adonan yang
kentang, tepung daun kelor, ragi (Fermipan), elastis. Adonan dikeluarkan dari mixer sambil
bread improver, susu bubuk full cream (merk diistirahatkan ukur volumenya I (sebelum
Dancow), margarin (merk Forvita). Bahan proofing). Proses fermentasi masuk ke dalam
untuk analisa kimia yaitu petroleum eter, H2SO4, proofer dengan suhu 32-35 o C selama 60
aquades, NaOH, K2SO4 10%, selenium dan HgO. menit sampai adonan mengembang diukur
kembali volumenya II (sesudah proofer). Proses
Rancangan Percobaan pemanggangan mencapai suhu 190-200 o C
Penelitian ini menggunakan Rancangan selama 25 menit sampai roti matang.
Acak Lengkap (RAL) faktrorial, dengan dua
faktor yaitu pertama rasio perbandingan tepung Cara Pengumpulan Data
terigu : tepung kentang (900:100), (800:200), Analisis yang digunakan dalam penelitian ini
(700:300) dan tepung daun kelor (10, 20, 30 yaitu kimia, fisika dan uji organoleptik. Analisis
%). Jumlah perlakuan ada 9 kombinasi dan kimia dan fisika terdiri dari analisis kadar abu
masing-masing perlakuan diulang sebanyak dengan metode pemanasan (Sudarmadji et al,
tiga kali. Data yang diperoleh dianalisis dengan 1989), kadar air Thermogravimetri (Apriyantono
uji sidik ragam pada jenjang nyata 0,05. Jika et al., 1989), kadar protein metode kjeldahl
ada beda nyata dilanjutkan uji Tukey untuk (Sudarmadji et al, 1997), kadar lemak metode
mengetahui beda nyata antar perlakuan pada soxhlet (AOAC, 1995) dan kadar karbohidrat
tingkat signifikan 5%. by Difference (BeMiller and Whistler., 2007)
sedangkan analisis fisika volume pengembangan
TAHAP PENELITIAN (Setiawati, 1987) dan uji organoleptik dengan
Pembuatan Tepung Daun Kelor metode scoring test (Utami, 1992) meliputi:
Daun kelor yang digunakan adalah keadaan warna, flavor kentang, flavor kelor, tekstur roti
masih segar. Daun kelor yang disortir kemudian tawar dan kesukaan keseluruhan.
dikeringkan dalam cabinet drier dengan suhu

67
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Kimia
Tabel 1. Rangkuman Hasil Analisis Kimia dan Fisika Roti Tawar Subtitusi Tepung Kentang dan
Penambahan Tepung Daun Kelor
Tepung
Penambahan
Terigu- Kadar Kadar Kadar Kar- Volume
Tepung Daun Kadar Air Kadar Abu
Tepung Protein Lemak bohidrat Pengembangan
Kelor
Kentang (%) (%)
(%) (%) (%) (%)
(g)
(g)
900:100 42,03a 1,2010a 7,62bcd 2,53c 46,60a 172,01d
10 800:200 44,92a 1,1882a 8,45de 1,83abc 43,60a 140,16cd
700:300 43,94 a
1,4719 a
6,54 a
2,58 c
45,45 a
104,28ab
900:100 41,53a 1,1889a 8,62e 2,26abc 46,39a 145,36cd
20 800:200 43,04a 1,0416a 8,50de 1,59ab 45,81a 142,81cd
700:300 43,39a 1,4482a 6,57a 2,46c 46,11a 85,88ab
900:100 40,86 a
0,8655 a
8,18cde
1,99 abc
48,09 a
128,62cd
30 800:200 42,55a 0,7748a 7,06ab 1,55a 48,04a 104,86ab
700:300 43,00a 0,9502a 7,27abc 2,44bc 46,33a 58,61a
Keterangan: Rerata yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan berbeda nyata
pada uji Tukey tarif signifikan 5%.

Kadar Air kadar air ini berpengaruh dengan adanya


Hasil analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan saat tepung kentang diseduh
bahwa kadar air roti tawar pada perlakuan dengan menggunakan air mendidih, sehingga
tepung subtitusi tepung terigu-tepung kentang penyerapan air lebih banyak dan kadar air
penambahan tepung kelor dan kombinasinya semakin tinggi.
berbeda tidak nyata (α>0,05). Kadar air tertinggi
pada roti tawar yaitu 44,92% diperoleh dari Kadar Abu
perlakuan presentase tepung terigu:tepung Hasil analisis sidik ragam menunjukkan
kentang 800:200 g dan penambahan tepung bahwa kadar abu roti tawar pada perlakuan
daun kelor 10 g, sedangkan kadar air terendah subtitusi tepung terigu-tepung kentang,
yaitu 40,86% diperoleh dari perlakuan penambahan tepung kelor dan kombinasinya
presentase tepung terigu:tepung kentang berbeda tidak nyata (α>0,05). Kadar abu
900:100 g dan penambahan tepung daun kelor tertinggi pada roti tawar yaitu 1,47% diperoleh
30 g. Pati termasuk homopolimer glukosa dari perlakuan presentase tepung terigu :
dengan ikatan α-glikosidik. Pati tidak larut tepung kentang 700:300 g dan penambahan
dalam air dingin, berwujud bubuk, tawar dan tepung daun kelor 10 g, sedangkan kadar abu
tidak berbau. Berbagai macam pati tidak sama terendah yaitu 0,77% diperoleh dari perlakuan
sifatnya, tergantung dari panjang rantai C-nya persentase tepung terigu : tepung kentang
serta lurus atau bercabang rantai molekulnya. 800:200 g dan penambahan tepung daun
Pati terdiri dari 2 fraksi yang dapat dipisahkan kelor 30 g. Winarno (2009) menyatakan kadar
dengan air panas fraksi terlarut disebut amilosa abu dari suatu bahan sangat dipengaruhi
dan fraksi yang tidak larut disebut amilopektin oleh penggunaan bahan baku bahan proses
(Risnoyatiningsih, 2011). Apabila kadar amilosa dan cara pengolahan yang dilakukan. Kadar
tinggi maka pati akan bersifat kering, kurang abu merupakan komponen kimia yang tidak
lekat dan cenderung meresap air lebih banyak. terbakar dalam proses pengabuan seperti SiO2,
Pada hidrolisis amilosa menghasilkan maltosa logam-logam dan lain sebagainya. Efek ini lebih
disamping glukosa dan oligosakarida lainnya cenderung disebabkan oleh mutu bahan baku
(Risnoyatiningsih, 2011), sehingga penelitian dan bahan proses yang digunakan.

68
Kadar Protein memberikan rasa enak dan gurih.
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan
bahwa kadar protein roti tawar pada perlakuan Kadar Total Karbohidrat
subtitusi tepung terigu-tepung kentang dan Hasil analisis sidik ragam menunjukkan
kombinasinya berbeda nyata (α<0,05) sedangkan bahwa kadar karbohidrat roti tawar pada
penambahan tepung kelor berbeda tidak nyata perlakuan subtitusi tepung terigu-tepung
(α>0,05). Kadar protein tertinggi pada roti tawar kentang, penambahan tepung kelor dan
yaitu 8,62% diperoleh dari perlakuan presentase kombinasinya berbeda tidak nyata (α>0,05).
tepung terigu : tepung kentang 900:100 g dan Kadar karbohidrat tertinggi pada roti tawar yaitu
penambahan tepung daun kelor 20 g, sedangkan 48,09% diperoleh dari perlakuan presentase
kadar protein terendah yaitu 6,54% diperoleh tepung terigu : tepung kentang 900:100 g
dari perlakuan presentase tepung terigu : tepung dan penambahan tepung daun kelor 30 g,
kentang 700:300 g dan penambahan tepung sedangkan kadar karbohidrat terendah yaitu
daun kelor 10 g. Menurut Dian et al. (2015) 43,60% diperoleh dari perlakuan presentase
penggunaan suhu yang terlalu tinggi saat proses tepung terigu:tepung kentang 800:200 g dengan
pemanggangan akan mengakibatkan penurunan penambahan tepung daun kelor 10 g.
kadar protein. Dimana semakin tinggi suhu
pemanggangan akan terjadi denaturasi protein Volume Pengembangan
yang mengakibatkan perubahan struktur Hasil analisis sidik ragam menunjukkan
protein. Denaturasi protein adalah suatu bahwa volume pengembangan roti tawar pada
kejadian dimana protein mengalami perubahan perlakuan subtitusi tepung terigu-tepung
atau perusakan struktur sekunder, tersier dan kentang, penambahan tepung kelor serta
kuartenernya (Zulfikar, 2008). kombinasinya berbeda nyata (α<0,05). Volume
pengembangan adonan tertinggi pada roti
Kadar Lemak tawar yaitu 172,01% diperoleh dari perlakuan
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan presentase tepung terigu : tepung kentang
bahwa kadar lemak roti tawar pada perlakuan 900:100 g dan penambahan tepung daun kelor 10
subtitusi tepung terigu-tepung kentang dan g, sedangkan kadar karbohidrat terendah yaitu
kombinasinya berbeda nyata (α<0,05) sedangkan 58,61% diperoleh dari perlakuan presentase
penambahan tepung kelor berbeda tidak nyata tepung terigu : tepung kentang 700:300 g
(α>0,05). Kadar lemak tertinggi pada roti tawar dengan penambahan tepung daun kelor 30
yaitu 2,58% diperoleh dari perlakuan presentase g. Semakin tinggi kadar tepung daun kelor
tepung terigu : tepung kentang 700:300 g dan semakin tinggi pula kadar proteinnya, kenaikan
penambahan tepung daun kelor 10 g, sedangkan kadar protein ini berbanding terbalik dengan
kadar lemak terendah yaitu 1,55% diperoleh dari volume pengembangan dimana semakin tinggi
perlakuan presentase tepung terigu : tepung kadar tepung daun kelor maka semakin rendah
kentang 800:200 g dan penambahan tepung volume pengembangannya, karena tepung
daun kelor 30 g. Perbandingan kadar lemak daun kelor tidak mengandung gluten. Semakin
tepung terigu dengan tepung kentang apabila banyak tepung daun kelor yang ditambahkan
tepung kentang semakin naik maka kadar maka kandungan gluten yang terdapat di dalam
lemak roti tawar semakin naik juga. Kandungan adonan roti tawar akan semakin berkurang,
lemak yang tinggi disebabkan oleh kandungan sehingga menurunkan daya kembang roti tawar
dari tepung terigu dan tepung kentang. Kadar yang dihasilkan.
lemak semakin tinggi pada makanan akan

69
Uji Organoleptik
Tabel 2. Rangkuman Hasil Analisis Uji Organoleptik Roti Tawar Subtitusi Tepung Kentang dan
Penambahan Tepung Daun Kelor
Perbandingan
Penambahan
Tepung Terigu: Flavor Tekstur Kesukaan
Tepung Daun Warna Flavor Kelor
Tepung Kentang Lembut Keseluruhan
Kelor (g)
Kentang (g)
900:100 0,84a 0,84a 1,67a 1,88a 3,04d
10 800:200 0,88a 0,88a 1,80a 1,83a 2,14abcd
700:300 1,18a 1,18a 2,21a 1,85a 1,60abc
900:100 1,97b 1,97b 1,62a 3,06bc 2,51cd
20 800:200 2,14b
2,14b
1,76 a
3,38 bc
1,45abc
700:300 3,28c 3,28c 2,11a 2,36ab 1,04a
900:100 3,00c 3,00c 1,23a 3,58c 2,25bcd
30 800:200 3,63 c
3,63 c
1,74 a
2,87 abc
1,19ab
700:300 3,72c 3,72c 2,02a 2,54abc 1,02a
Keterangan:
Warna : Angka semakin tinggi menunjukkan roti tawar semakin hijau.
Flavor kelor : Angka semakin tinggi menunjukkan roti tawar semakin langu.
Flavor kentang : Angka semakin tinggi semakin roti tawar terasa.
Tekstur : Angka semakin tinggi semakin roti tawar lembut.
Kesukaan keseluruhan: Angka tertinggi semakin roti tawar disukai.

Warna tepung kentang dan adanya gugus amina


Warna sangat berperan penting dalam (protein) dari tepung terigu.
menentukan penilaian suka atau tidak suka
terhadap suatu sampel. Hasil analisis sidik Flavor Kelor
ragam menunjukkan bahwa warna roti tawar Hasil analisis sidik ragam menunjukkan
pada perlakuan subtitusi tepung terigu- bahwa perlakuan subtitusi tepung terigu-
tepung kentang, penambahan tepung kelor tepung kentang berbeda tidak nyata (α>0,05),
dan kombinasinya berbeda nyata (α<0,05). sedangkan penambahan tepung kelor dan
Bahwa penilaian panelis mengenai warna roti kombinasinya berbeda nyata (α<0,05). Bahwa
tawar daun kelor paling tinggi diperoleh dari penilaian panelis mengenai aroma langu
perlakuan presentase tepung terigu : tepung tepung daun kelor paling tinggi diperoleh dari
kentang 700:300 g dan penambahan tepung perlakuan presentase tepung terigu :tepung
daun kelor 30 g yang memiliki warna paling kentang 700:300 g dan penambahan tepung
hijau dengan nilai 3,72 sedangkan untuk warna daun kelor 30 g yaitu memiliki nilai 3,77
yang paling rendah adalah 0,84 diperoleh dari sedangkan untuk aroma langu tepung daun
perlakuan presentase tepung terigu : tepung kelor terendah memiliki nilai 1,31 diperoleh dari
kentang 900:100 g dan penambahan tepung perlakuan presentase tepung terigu : tepung
daun kelor 10 g. Penambahan tepung daun kentang 900:100 g dan penambahan tepung
kelor yang semakin banyak maka warna yang daun kelor 10 g. Perbedaan jumlah tepung daun
dihasilkan bagian dalam roti semakin hijau. kelor yang digunakan semakin banyak akan
Semakin tinggi kandungan protein maka reaksi menghasilkan aroma langu daun kelor akan
maillard juga semakin intensif dan warna roti menguap ketika dipanggang dikarenakan daun
semakin gelap (Potter, 1988). Wariyah dan kelor mengandung senyawa volatil yang dapat
Andiwarsana (2003) menyatakan adanya proses menguap karena pemanasan. Penambahan gula
pemanggangan menyebabkan reaksi maillard juga berfungsi untuk menutupi rasa pahit dan
(reaksi pencoklatan) akibat adanya gula dari aroma langu khas daun kelor, sehingga dapat

70
meningkatkan penilaian after taste roti tawar roti dipengaruhi oleh banyak faktor, salah
yang dihasilkan. satunya adalah penggunaan bahan-bahan yang
digunakan dalam pembuatan roti yaitu ragi,
Flavor Kentang air, shortening, gula, garam, susu dan bread
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan improver.
bahwa perlakuan subtitusi tepung terigu-tepung
kentang berbeda nyata (α<0,05), sedangkan Kesukaan Keseluruhan
penambahan tepung kelor dan kombinasinya Hasil analisis sidik ragam menunjukkan
berbeda tidak nyata (α>0,05). Penilaian panelis bahwa perlakuan subtitusi tepung terigu-
mengenai flavor tepung kentang paling tinggi tepung kentang, penambahan tepung kelor
diperoleh dari perlakuan presentase tepung dan kombinasi perlakuan berbeda nyata
terigu : tepung kentang 700:300 g dengan (α<0,05). Penilaian panelis tertinggi yaitu
penambahan tepung daun kelor 10 g yaitu dengan nilai 3,04 diperoleh dari perlakuan
memiliki nilai 2,21, sedangkan untuk flavor presentase tepung terigu : tepung kentang
tepung kentang terendah adalah 1,23 diperoleh 900:100 g dan penambahan tepung daun
dari perlakuan presentase tepung terigu : kelor 10 g, sedangkan untuk penilaian panelis
tepung kentang 900:100 dan penambahan yang terendah adalah 1,02 diperoleh dari
tepung daun kelor 30 g. Perbedaan jumlah perlakuan presentase tepung terigu : tepung
tepung kentang yang digunakan semakin kentang 700:300 g dan penambahan tepung
banyak maka aroma tepung kentang semakin daun kelor 30 g. Pada penelitian roti tawar
nyata. Menurut Hermianti et al (2014), tepung dengan penambahan tepung daun kelor ini
kentang mempunyai aroma yang khas, sehingga dapat disimpulkan dari uji organoleptik oleh
memberikan aroma yang baik. Menurut 15 panelis dapat mengetahui kesukaan yang
Fajiarningsih (2013) aroma harum yang khas lebih banyak disukai oleh panelis terhadap roti
roti tawar timbul dari bahan dasar dan bahan tawar. Kesukaan keseluruhan panelis, diketahui
tambahan yang digunakan yaitu shortening dan bahwa panelis tidak menyukai formulasi roti
gula. Pada roti tawar dari tepung kentang pada tawar yang terlalu banyak mengandung tepung
segi aroma yang dihasilkan harum gurih khas kelor, karena rasanya yang agak pahit juga
tepung kentang. sangat mempengaruhi aroma langu yang tajam,
sedangkan yang banyak disukai oleh panelis
Tekstur yang sedikit mengandung tepung daun kelor
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan karena perbedaan penambahan tepung terigu
bahwa perlakuan subtitusi tepung terigu- yang lebih banyak sehingga dapat menutupi
tepung kentang, penambahan tepung kelor flavor langu.
dan kombinasinya berbeda nyata (α<0,05).
Penilaian panelis mengenai tekstur lembut roti KESIMPULAN
tawar nilai paling tinggi 3,58 diperoleh dari Formulasi yang optimal berdasarkan kadar
perlakuan presentase tepung terigu : tepung protein tertinggi adalah roti tawar dengan
kentang 900:100 g dan penambahan tepung komposisi 900 g tepung terigu, 100 g tepung
daun kelor 30 g, sedangkan untuk penilaian kentang dan penambahan 20 g tepung daun
panelis terendah adalah 1,83 diperoleh dari kelor dengan kandungan gizi protein sebesar
perlakuan presentase tepung terigu : tepung 8.62%.
kentang 800:200 g dan penambahan tepung Berdasarkan hasil analisis zat gizi pada
kelor 10 g. Hasil yang diperoleh menunjukan roti tawar dengan komposisi 900 g tepung
bahwa jenis formulasi berpengaruh terhadap terigu, 100 g tepung kentang dan penambahan
tekstur roti tawar yang dihasilkan. Mudjajanto tepung daun kelor 20 g roti tawar mengandung
et al (2004) menyatakan bahwa kriteria roti 41,53% air; 1,1889% abu; 8,62% protein; 2,26%
tawar yang baik yaitu memiliki tekstur yang lemak; 46,39% karbohidrat; 145,36% volume
lunak dan elastis. Lunak dan elastisnya tekstur pengembangan adonan; serta uji organoleptik

71
roti tawar pada warna hijau (1,97); flavor kelor and Sons.
(2,44); flavor kentang (1,62); tekstur (3,06); Fajiarningsih, H., 2013. Pengaruh Penggunaan
kesukaan keseluruhan (2,51). Komposit Tepung Kentang (Solanum
tuberosum L) terhadap Kualitas Cookies.
DAFTAR PUSTAKA Skripsi. Semarang: Jurusan Teknologi
Aini, K.H., 2012. Produksi Tepung Kentang. Jasa Dan Produksi Fakultas Teknik
Skripsi. Jakarta: Universitas Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
Indonesia. Fuglie, L.J., 2001. Combating Malnutrition With
Alkham, F.F., 2014. Uji Kadar Protein dan Moringa. Development Potential for
Organoleptik Biskuit Tepung Terigu dan Moringa Products 1(1): 1–4.
Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera) Hariana, A., 2008. Tumbuhan Obat dan
dengan Penambahan Jamur Tiram Khasiatnya. Jakarta: Penebar Swadaya.
(Pleurotus ostreatus). Skripsi. Surakarta: Hermianti, W., Inda, T.A., dan Silfia, 2014.
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Subtitusi Tepung Terigu dengan Tepung
Anjani, A.P., 2018. Penambahan Tepung Daun Kentang pada Pembuatan Cookies
Kelor (Moringa oleifera) terhadap Kentang. Jurnal Litbang Industri 4(2):123-
Fisikokimia dan Organoleptik Cookies 131.
Ganyong. Skripsi. Semarang: Universitas Jannah, M., 2013.Perbedaan Sifat Fisik dan
Semarang. Kimia Yoghurt yang Dibuat dari Tepung
AOAC., 1995. Official Methods of Analysis Kedelai Full Fat dan Low Fat dengan
ofAssociation Off icial Analytical Penambahan Penstabil Pati Sagu
Chemistry 16th. Arlington, Virginia, USA: pada Berbagai Konsentrasi. Fakultas
The Association of Official Analytical Ilmu Kesehatan. Skripsi. Surakarta:
Chemist, Inc. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Apriyantono, A, Fardiaz, D, Puspitasari, N. Kasolo, J.N., 2010. Phytochemicals and Uses
L, Yasni, S, dan Budijanto, S, 1989. of Moringa oleifera Leaves in Ugandan
Pe t u n j u k L a b o ra to r i u m A n a l i s i s Rural Communities. Journal of Medicinal
Pangan. Departemen Pendidikan dan Plants Research 4(9): 753–757.
Kebudayaan. Bogor: Institut Pertanian Madukwe, E., Ugwuoke, A., dan Ezeugwu,
Bogor J., 2013. Effectiveness of Dry Moringa
BeMiller, J.N. dan Whistler, R.L., 2007. oleifera Leave Powder in Treatment
Carbohydrates. Pp 158-221 In: Fennema’s of Anemia. International Journal of
Food Chemical. Damodaran, S., K.L. Medicine and Medical Sciences 5(5):
Parkin dan O.R. Fennema. (eds.). 4nd.Boca 226–228.
Raton: ERC Press. Pp1262. Mudjajanto, Setyo E., dan Noor, L., 2004.
Bose, C.K., 2007. Possible Role of Moringa Membuat Aneka Roti. Jakarta: Penebar
Oleifera L. Root in Eoithelial Ovarian Swadaya.
Cancer, Medspace General Medicine, Mutiara, T.K., Harijono, Estiasih, T., dan
9(1):26-88. Sriwahyuni, E. 2013. Effect of Blanching
Buckle, K.A., 2008. Ilmu Pangan. Jakarta: Treatments against Protein Content and
Universitas Indonesia. Amino Acid Drumstick Leaves (Moringa
Dian, S., Almasyhuri dan Lamid, A., 2015. oleifera). Journal of Food Research 2:
Pengaruh Proses Pemasakan terhadap 101 – 108.
Komposisi Zat Gizi Bahan Pangan Oktaviani, I., 2009. Fermentasi Tepung Ubi
Sumber Protein. Pusat Biomedis dan Kayu dengan Tepung Terigu terhadap
Teknologi Dasar Kesehatan 25(4):235- Sifat Fisik, Kimia dan Organoleptik
242. Roti Tawar Ubi Kayu. Skripsi. Mataram:
Egan, M., dan Allen, S.D., 1992. Healthful Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
Quantity Baking.Canada: John Wiley Pantastico, E. R. B., 1993. Fisiologi Pasca

72
Panen Penanganan dan Pemanfaatan Karya Aksara.
Buah-Buahan dan Sayuran Tropika dan Sudarmadji, S., Haryono, B., dan Suhardi, 1997.
Subtropika. Yogyakarta: Terjemahan Prosedur Analisis untuk Bahan Makanan
Kamariyani. Universitas Gadjah Mada dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty.
Press. Tilong, A.D., 2012. Ternyata, Kelor Penakluk
Potter, N. N., 1978. Food Science. Third Ed. Diabetes. Yogyakarta: DIVA Press.
The Avi Publishing Co. Inc. Wessport, Utami, I.S., 1992. Uji Indrawi: Evaluasi Sifat
Connecticut. Tek s t u r Wa r n a , P ro f i t S e n s o r i s.
Risnoyatiningsih, 2011. Hidrolisis Pati Ubi Yogyakarta: PAU Pangan Gizi Universitas
Jalar Kuning Menjadi Glukosa Secara Gadjah Mada.
Enzimatis. Jurnal Teknik Kimia 5(2): Wariyah, C. dan Andiwarsana, S., 2003.
417-423. Subtitusi Gandum Bekatul Beras pada
Rubianty, S., dan Kaseger, B., 1985. Kimia Pembuatan Cookies Berserat Tinggi.
Pangan. Badan Kerja Sama Perguruan Skripsi. Universitas Wangsa Manggala
Tinggi Negeri Indonesia Bagian Timur: Yogyakarta.
Makassar. Winarno, F.G., 2009. Kimia Pangan dan Gizi.
Setiawati, E., 1987. Pembuatan Roti dari Tepung Jakarta: Gedia Pustaka Utama.
Beras dan Evaluasi Sifat Fisika-Kimianya. Zakaria, Tamrin, A., L e s t a r i , R . S . , d a n
Skripsi. Bogor: Fakultas Teknologi Hartono, R., 2013. Pemanfaatan Tepung
Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Kelor (Moringa oleifera) dalam Formulasi
Sirossiris, 2011. Soft Candy Yogurt Pembuatan Makanan pada Balita Gizi
http://lordbroken.wordpress.com/category/ Kurang. Jurnal Media Gizi Pangan 15: 1-6.
author/pageP/2011/08/08. [24/10/2018]. Zulfikar, 2008. Kimia Kesehatan Jilid 3. Jakarta:
Soekarto, S.T., 1985. Penilaian Organoleptik Departemen Pendidikan Nasional.
(Untuk Industri Pangan dan Hasil ISBN.978-602-8320-48-1.
Pertanian). Jakarta: Penerbit Bharata

73

Anda mungkin juga menyukai